Professional Documents
Culture Documents
JURNAL: Reproduksi Sosial Pada Komunitas Pedesaan Dalam Mengentaskan Kemiskinan Di Desa Tosale Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala
JURNAL: Reproduksi Sosial Pada Komunitas Pedesaan Dalam Mengentaskan Kemiskinan Di Desa Tosale Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala
No. Stambuk
H. 102.12.059
Judul Artikel
Program Studi
Reproduksi
Sosial
Pada
Komunitas
Pedesaan
Dalam Mengentaskan Kemiskinan Di Desa Tosale
Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala
Magister Pembangunan Wilayah Pedesaan
Pembimbing
swk_butet@yahoo.co.id
Telah diperiksa dan layak untuk dimuat dalam Jurnal Elektronik (Katagolis, Mitra
Sains dan Bahasa Ntodea*) Program Pascasarjana Universitas Tadulako.
Palu, 03 November 2014
Disetujui oleh:
Penyunting
) (
)
Penyunting Ahli
(
)
Ketua/Wkl Ketua Penyunting *)
ABSTRAK
The objectives of this study were: (1) To find out how social reproduction in
rural communities in alleviating poverty. (2) Determine the relationship between
social capital and social reproduction in rural communities in alleviating poverty.
(3) Knowing the utilization of social capital for social reproduction in rural
communities in Tosale Village to reduce poverty in The Sub District of South
Banawa in Donggala District, amounting to 73 families of poor households as
respondents. Data obtained through primary data by means of a questionnaire
submitted to the respondent. Data analysis using descriptive analysis of
quantitative and qualitative. There are several elements to measure the social
reproduction in reducing poverty in rural communities use social capital as
follow: group and network availability, trust and solidarity, collective action and
cooperation (cooperation), information and communication, cohesion and social
inclusiveness, and empowerment and political action. The results show that social
reproduction occurs in poor communities in the village of Tosale with several
social capital indicators. This study suggests that policy intervention is required to
optimize the utilization of social capital in the community through the
empowerment of the social safety net and increase the capacity of leaders.
Furthermore, the capacity of leaders could be improved through social worker
training as social advisor. The aim of this training is to encourage the proper
process of social reproduction in the rural community with the aim to reduce the
number of poverty.
Keywords: Social Reproduction, Social Capital, Poverty.
praktik yang dapat digunakan untuk menggali keunikan yang ada didalam
masyarakat mulai dari karakteristik subjektif individu sampai karakteristik dari
struktur objektif. Konsep tersebut digunakan untuk memahami hubungan antara
agensi dan struktur yang tidak linier dan khas yang ada di dalam masyarakat.
Dengan metode tersebut kita dapat memahami bagaimana sebuah nilai, norma,
pengetahuan dan tindakan sosial itu terbentuk untuk memecahkan masalah sosial
yang ada.
Reproduksi sosial yang dalam prosesnya menggunakan struktur sosial dan
hubungan sosial seluruh masyarakat dari waktu ke waktu yang menjadi ciri dari
masyarakat sebagai alat untuk melakukan perubahan, salah satu contohnya yakni
budaya gotong-royong yang masih dipegang erat oleh masyarakat pedesaan.
Budaya dalam reproduksi sosial merupakan totalitas tindakan interaksi dalam
masyarakat. Posisi seseorang dalam kebudayaan akan ditentukan oleh cultural
literacy, yaitu pengetahuan akan sistem-sistem
ekonomi dan politik yang ada di masyarakat. Kita juga perlu melihat secara kritis
terjadinya represi dan kekerasan simbolik, yang dilakukan oleh rezim atau
kelompok yang berkuasa terhadap masyarakat kelas bawah (masyarakat miskin),
yang terpinggirkan dalam proses pembangunan.
Selain itu perlu pula dipikirkan secara serius mengapa meski sudah dilakukan
upaya penanggulangan kemiskinan melalui berbagai program pemerintah,
ternyata jurang antara masyarakat bawah (masyarakat miskin) dan kelompok yang
diuntungkan oleh sistem masih sangat lebar. Bisa jadi kelompok yang dominan
pada hakikatnya terus mereproduksi struktur yang menguntungkan posisinya
tersebut. Ini akan sangat merugikan karena jangan sampai struktur yang menindas
dan represif ini berkelanjutan. Dari komitmen keberpihakan tersebut, dapat
dipikirkan langkah-langkah apa yang patut dilakukan, untuk menjembatani
kesenjangan itu dan meningkatkan posisi masyarakat kelas bawah (masyarakat
miskin) yang tertindas. Untuk itu kita mesti berusaha semaksimal mungkin untuk
mencoba memancing adanya reproduksi sosial di tengah masyarakat dengan
menggerakkan kekuatan-kekuatan yang ada di tengah masyarakat, agar bersinergi
dengan tujuan penguatan kapabalitas penduduk.
Reproduksi sosial yang memiliki pola seperti pemberdayaan, melibatkan
masyarakat (partisipatif) dalam pelaksanaannya. Hal ini dimaksudkan agar
masyarakat dengan segala potensi dan insiatif yang dimiliki mampu mengkaji
masalah/kebutuhannya sendiri, untuk kemudian mencari solusi keluar dari
masalah yang mereka hadapi. Keinginan masyarakat tersebut kadang sukar untuk
dilakukan tanpa ada yang memfasilitasinya. Maka melalui penelitian terkait
reproduksi sosial dalam kemiskinan diharapkan dapat memfasilitasi dan
10
11
1; Utara
4; Barat
12
13
kemampuan
masyarakat
dalam
mengentaskan
masalah
antara mereka, baik dalam segi perbedaan gender, usia, etnisitas, pekerjaan,
pendidikan, pandangan politik, dan persamaan strata ekonomi.
2; Pembentukan organisasi di Desa Tosale pada umumnya masih berdasarkan
(89,04 %).
14
61,64 %;
2; Rata-rata berpartisipasi 1 bulan 1 kali;
3; Tidak memeberikan sumbangan dana selama 1 tahun terakhir (71,23 %);
4; Walaupun tampaknya masyarakat cukup terbuka dengan kelompok warga
15
Pertanian
Desa Tosale
Pesisir
Desa Tosale
Model 1
Rural Pertanian
Model 2
Rural - Pesisir
Kohesi
dan
inklusivitas
sosial
relatif
tinggi
karena
kapasitas
internal
masyarakat
sehingga
mampu
16
17
kapasitas
koperasi/arisan
sehingga
dapat
menunjang
yang
kapasitas
ada,
kelembagaan
misalnya
berupa
dari
kelompok-kelompok
pelatihan
manajerial
dan
18
di
dalam
komunitas
tersebut.
Menurunnya
partisipasi
19
dan kelompok tani (persamaan pekerjaan)], serta memiliki ikatan yang kuat,
disebabkan pertemuan diantara anggotanya yang cukup intens; (b) kerjasama
yang dilaksanakan terbatas pada komunitas yang sama; serta (c) pendanaan
dalam kelompok tersebut pada umumnya swadaya dari iuran anggota.
2; Kaitan modal sosial dan reproduksi sosial dalam mengentaskan kemiskinan di
Desa Tosale dilihat dari perluasan akses ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan
aktualisasi diri dalam masyarakat pada umumnya belum optimal, karena masih
kurangnya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas mumpuni, dan
ketidakmampuan masyarakat dalam mengakses sumber dan jaringan yang ada.
Dalam hal ini pula kapasitas modal sosial yang tersedia belum secara optimal
dimanfaatkan untuk penanggulangan kemiskinan karena kelompok-kelompok
yang
tersedia
memiliki
keterbatasan
akses
untuk
memberdayakan
kemiskinan di Desa Tosale dapat dirumuskan melalui 2 (dua) model, yakni: (a)
model rural-pertanian; dan (b) model rural-pesisir. Kedua model ini disusun
berdasarkan karakteristik modal sosial, kondisi eksisting pemanfaatan modal
sosial dalam Reproduksi Sosial dalam Kemiskinan, serta desain intervensi
kebijakan dan/atau program yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan
20
Saran
1; Pada umumnya komunitas dari strata ekonomi yang lebih mapan, kesulitan
dapat
dilakukan
misalnya
pada level mikro dan makro. Untuk level mikro dapat dilakukan melalui
pemberdayaan keluarga, tetangga, kelompok pengajian, dan sebagainya.
Sedang pada level makro titik berat peningkatan kapasitas dapat difokuskan
pada tokoh agama, tokoh pendidikan, dan tokoh kesehatan yang selama ini
masih dipercaya oleh masyarakat. Keberadaan tokoh-tokoh ini dapat
digunakan sebagai pendorong perubahan dalam modal sosial, dalam upaya
mengubah relasi sosial yang kaku (transaksional) menjadi lebih luwes dan
membangun jejaring kerja yang lebih luas serta kegiatan partisipasi yang
lebih otonom, dengan melahirkan pekerja-pekerja sosial baru dari dalam
21
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik, (BPS). 2013. Statistik Indonesia 2013.
Badan Pusat Statistik, (BPS). 2012. Sulawesi Tengah Dalam Angka 2012. BPS
Palu.
Bourdieu, Pierre. 1990. The Logic of Practice. California: Atanford University
Press.
Data Bappeda, TNP2K, dan PM Kabupaten Donggala, 2014.
Fixguy. (fixguy.wordpress.com/sosiologi-lengkap-banget/). Ditemukembali pada
29 Juli 2013, 00.05 WIT. Sejarah Reproduksi Sosial. Wordpress.
Fukuyama, Francis. (1999). Social Capital and Civil Society,
(conference@imf.org). Ditemukembali pada 29 Juli 2013, 00.06 WIT.
Fukuyama, Francis. 2002. Trust. Qalam. Yogyakarta.
Social
22
Masyarakat
Memberdayakan
Rakyat.
Sukoco, Dwi Heru. 1993. Profesi Pekerjaan Sosial dan Proses Pertolongannya.
Bandung: Kopma-STKS.
TKP3 KPK Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, (2004).
Dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Pemberdayaan
Masyarakat. Jakarta. Ditemukembali pada 29 Juli 2013, 00.06 WIT.
Umar, Husein, 2003, Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi,
PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Woolcock, Michael, (2001). (unesco.org/most/soc_cap). Ditemukembali pada 29
Juli 2013, 00.06 WIT. Social Capital in Theory and Practice. Unesco.
23