Professional Documents
Culture Documents
Lesson Plan of Colloid
Lesson Plan of Colloid
Lesson Plan of Colloid
: Chemistry
Main Chapter
: Colloid
Grade/Semester
: XI/II
Target Group
: Visionary and Approach SETS.
Allocation Time
: 6 x 45 minutes (3 meetings)
2. Core Competencies
CC 1
CC 2
CC 3
CC 4
: Processing, reasoning, presenting, and creating in the realm of the concrete and
the abstract realm associated with the development of what is learned at school
independently and to act effectively and creatively, and are capable to use the
method according to the rules of science.
3. Basic Competencies
To Analyze the role of colloids in life by properties.
Indicator :
1. Explain the meaning of colloids
2. Describe the properties of colloids (Tyndal effect, Brownian motion, dialysis,
3.
4.
5.
6.
4. Learning Objectives
1. Through discussions, students can explain the meaning of colloids correctly
6. Learning Activities
Meeting I (2 45 minutes)
1. Introduction (10 minutes)
a. Teachers enter to the classroom and say hello.
b. The teacher asks one student representative to lead the prayer.
c. Teachers presenting of student attendance.
d. Teacher extend to the students about objectives learning today
e. Teachers provide apreseption by demonstrating with three sample of water and
sand, milk solution, and sirup. Student ask to distinguish of three sample based on
particle
that
contain,
dispersed
phase
and
dispersant
phase,
and
LCD Projector
Tools and materials lab
Refferences
8. Learning Products
Human Resources
Non-Human Resources
Sheet discussion of the properties of colloids.
Answer the task.
Reports experiment of making colloid.
Scientific articles
9. Evaluation On The Learning Program
Program Evaluation
Adequacy and relevance of the planning, implementation, and the evaluation through
self, group, and process observation by the teacher and students.
Learning Evaluation
1 Cognitive Aspect
Assessment
Instruments
Affective Aspect
Observe the students expression and comments when they are shown with information
and other relevant of colloid properties.
Psychomotor Aspect
Observe the students capabilities in discussion and practice on handling materials,
procedure, and equipment related to colloid experiment
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering bersinggungan dengan sistem koloid sehingga
sangat penting untuk dikaji. Sebagai contoh, hampir semua bahan pangan mengandung
partikel dengan ukuran koloid, seperti protein, karbohidrat, dan lemak. Emulsi seperti susu
juga termasuk koloid. Dalam bidang farmasi, kebanyakan produknya juga berupa koloid,
misalnya krim, dan salep yang termasuk emulsi. Dalam industri cat, semen, dan industri karet
untuk membuat ban semuanya melibatkan sistem koloid. Semua bentuk seperti spray untuk
serangga, cat, hair spray, dan sebagainya adalah juga koloid. Dalam bidang pertanian, tanah
juga dapat digolongkan sebagai koloid. Jadi sistem koloid sangat berguna bagi kehidupan
manusia.
Apabila suatu zat dicampurkan dengan zat lain, maka akan terjadi penyebaran secara
merata dari suatu zat ke dalam zat lain yang disebut campuran atau sistem dispersi. Zat yang
didispersikan disebut fase terdispersi, sedangkan medium yang digunakan untuk
mendispersikan disebut medium pendispersi. Contoh: tepung kanji dimasukkan ke dalam air
panas maka akan membentuk sistem dispersi. Di sini air sebagai medium pendispersi, dan
tepung kanji sebagai zat terdispersi. Berdasarkan ukuran partikelnya, sistem dispersi
dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu suspensi, koloid, larutan.
1. Suspensi, merupakakn sistem dispersi dengan ukuran relatif besar tersebar merata dalam
medium pendispersinya. Pada umumnya suspensi merupakan campuran heterogen.
Contoh: Air sungai yang keruh, campuran kopi dengan air, campuran air dengan pasir,
dan campuran minyak dengan air.
2. Larutan, merupakan campuran homogen karena tingkat ukuran partikelnya adalah
molekul atau ion-ion sehingga sukar dipisahkan dengan penyaringan dan sentrifuge
(pemusing).
Contoh: Larutan gula (gambar 1), larutan garam, alkohol 70%, larutan cuka, spiritus, air
laut, bensin, dan udara yang bersih.
3. Koloid, pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Graham (1861). Koloid berasal dari
kata kolia, yang artinya lem, mempunyai ukuran partikel antara 1 nm 100 nm.
Contoh: Sabun, susu, jelli, mentega, selai, santan, dan mayonase.
Sistem koloid (selanjutnya disingkat "koloid" saja) merupakan suatu bentuk campuran
(sistem dispersi) dua atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel
terdispersi yang cukup besar (1 - 100 nm).
Penggolongan Koloid
Sama seperti larutan sejati, dalam sistem koloid zat terdispersi maupun pendispersi
dapat berupa gas, cairan, maupun padatan. Oleh sebab itu, ada delapan macam sistem koloid
seperti disajikan pada tabel berikut.
Jika ditinjau dari tabel tersebut maka sistem koloid mencakup hampir semua materi baik
yang dihasilkan dari proses alam maupun yang dikembangkan oleh manusia.
a. Koloid Liofil dan Liofob
Berdasarkan tingkat kestabilannya, koloid dapat digolongkan menjadi dua macam,
yaitu koloid liofob dan liofil. Koloid liofob memiliki kestabilan rendah, sedangkan koloid
liofil memiliki kestabilan tinggi.
Liofob berasal dari bahasa Latin yang artinya menolak pelarut, sedangkan liofil berarti
menyukai pelarut. Jika medium pendispersi dalam koloid adalah air maka digunakan istilah
hidrofob dan hidrofil sebagai pengganti liofob dan liofil.
Koloid hidrofil relatif stabil dan mudah dibuat, misalnya dengan cara pelarutan.
Gelatin, albumin telur, dan gom arab terbentuk dari dehidrasi (penghilangan air) koloid
hidrofil. Dengan menambahkan medium pendispersi, gelatin dapat terbentuk kembali
menjadi koloid sebab prosesnya dapat balik (reversible). Koloid hidrofob umumnya kurang
stabil dan cenderung mudah mengendap.
Waktu yang diperlukan untuk mengendap sangat beragam bergantung pada
kemampuan agregat (mengumpul) dari koloid tersebut. Lumpur adalah koloid jenis hidrofob.
Lumpur akan mengendap dalam waktu relatif singkat. Namun, ada juga koloid hidrofob yang
berumur panjang, misalnya sol emas. Sol emas dalam medium air dapat bertahan sangat
lama. Sol emas yang dibuat oleh Michael Faraday pada 1857 sampai saat ini masih berupa sol
emas dan disimpan di museum London.
Koloid hidrofob bersifat tidak dapat balik (irreversible). Jika koloid hidrofob
mengalami dehidrasi (kehilangan air), koloid tersebut tidak dapat kembali ke keadaan semula
walaupun ditambahkan air. Sejumlah kecil gelatin atau koloid hidrofil sering ditambahkan ke
dalam sol logam yang bertujuan untuk melindungi atau menstabilkan koloid logam tersebut.
Koloid hidrofil yang dapat menstabilkan koloid hidrofob disebut koloid protektif atau
koloid pelindung. Koloid protektif bertindak melindungi muatan partikel koloid dengan cara
melapisinya agar terhindar dari koagulasi. Protein kasein bertindak sebagai koloid protektif
dalam air susu. Gelatin digunakan sebagai koloid pelindung dalam es krim untuk menjaga
agar tidak membentuk es batu.
b. Jelifikasi (Gelatinasi)
Pada kondisi tertentu, sol dari koloid liofil dapat mengalami pemekatan dan berubah
menjadi material dengan massa lebih rapat, disebut jeli. Proses pembentukan jeli disebut
jelifikasi atau gelatinasi. Contoh dari proses ini, yaitu pada pembuatan kue dari bahan agaragar, kanji, atau silikagel.
Pembentukan jeli terjadi akibat molekul-molekul bergabung membentuk rantai
panjang. Rantai ini menyebabkan terbentuknya ruang-ruang kosong yang dapat diisi oleh
cairan atau medium pendispersi sehingga cairan terjebak dalam jaringan rantai. Eristiwa
medium pendispersi terjebak di antara jaringan rantai pada jeli ini dinamakan swelling.
Pembentukan jeli bergantung pada suhu dan konsentrasi zat. Pada suhu tinggi, agar-agar
sukar mengeras, sedangkan pada suhu rendah akan memadat. Pembentukan jeli juga
menuntut konsentrasi tinggi agar seluruh pelarut dapat terjebak dalam jaringan. Kepadatan
jeli bergantung pada zat yang didispersikan. Silikagel yang mengandung medium air sekitar
95% membentuk cairan kental seperti lendir. Jika kandungan airnya lebih rendah sekitar 90%
maka akan lebih padat dan dapat dipotong dengan pisau.
Jika jeli dibiarkan, volumenya akan berkurang akibat cairannya keluar. Gejala ini
dinamakan sinersis. Peristiwa sinersis dapat diamati pada agar-agar yang dibiarkan lama. Jeli
dapat dikeringkan sampai kerangkanya keras dan dapat membentuk kristal padat atau serbuk.
Jeli seperti ini mengandung banyak pori dan memiliki kemampuan mengabsorpsi zat lain.
Silikagel dibuat dengan cara dikeringkan sampai mengkristal. Silikagel digunakan sebagai
pengering udara, seperti pada makanan kaleng, alat-alat elektronik, dan yang lainnya. Untuk
memahami jeli, Anda dapat melakukan kegiatan berikut.
Sifat-Sifat Koloid
a.
Efek Tyndall
Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel
koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Efek Tyndall
merupakan satu bentuk sifat optik yang dimiliki oleh sistem koloid. Pada tahun 1869, Tyndall
menemukan bahwa apabila suatu berkas cahaya dilewatkan pada sistem koloid maka berkas
cahaya tadi akan tampak. Tetapi apabila berkas cahaya yang sama dilewatkan pada
dilewatkan pada larutan sejati, berkas cahaya tadi tidak akan tampak. Singkat kata efek
Tyndall merupakan efek penghamburan cahaya oleh sistem koloid.
Pengamatan mengenai efek Tyndall dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Di bioskop, jika ada asap mengepul maka cahaya proyektor akan terlihat lebih terang.
Di daerah berkabut, sorot lampu mobil terlihat lebih jelas
Sinar matahari yang masuk melewati celah ke dalam ruangan berdebu, maka partikel
debu akan terlihat dengan jelas.
b.
Gerak Brown
Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus
tapi tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika kita amati koloid dibawah mikroskop
ultra, maka kita akan melihat bahwa partikelpartikel tersebut akan bergerak membentuk
zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown. Partikel-partikel suatu zat senantiasa
bergerak. Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas ( dinamakan
gerak Brown), sedangkan pada zat padat hanya beroszillasi di tempat (tidak termasuk gerak
Brown).
Untuk koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikelpartikel akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan
tersebut berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka
tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan
yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak
Brown.
Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown yang terjadi.
Demikian pula, semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak Brown yang
terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak
ditemukan dalam campuran heterogen zat cair dengan zat padat (suspensi). Gerak Brown
juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu sistem koloid, maka semakin besar energi
kinetik yang dimiliki partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari
partikel-partikel fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin
rendah suhu sistem koloid, maka gerak Brown semakin lambat.
c.
Adsorpsi
Zat-zat yang terdispersi dalam sistem koloid dapat memiliki sifat listrik pada
permukaannya. Sifat ini menimbulkan gaya an der aals bahkan ikatan valensi yang dapat
mengikat partikel-partikel zat asing. Gejala penempelan zat asing pada permukaan partikel
koloid disebut adsorpsi Zat-zat teradsorpsi dapat terikat kuat membentuk lapisan yang
tebalnya tidak lebih dari satu atau dua lapisan partikel.
Jika permukaan partikel koloid mengadsorpsi suatu anion maka koloid akan
bermuatan negatif. Jika permukaan partikel koloid mengadsorpsi suatu kation maka koloid
akan bermuatan positif. Jika yang diadsorpsi partikel netral, koloid akan bersifat netral.
Oleh karena kemampuan partikel koloid dapat mengadsorpsi partikel lain maka sistem
koloid dapat membentuk agregat sangat besar berupa jaringan, seperti pada jel. Sebaliknya,
agregat yang besar dapat dipecah menjadi agregat kecil-kecil seperti pada sol.
d.
Koagulasi
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan
terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koagulasi dapat
terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara kimia seperti
penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan.
e.
Koloid Pelindung
Koloid pelindung ialah koloid yang mempunyai sifat dapat melindungi koloid lain
Dialisis
Dialisis adalah suatu teknik pemurnian koloid yang didasarkan pada perbedaan
ukuran partikel-partikel koloid. Dialisis dilakukan dengan cara menempatkan dispersi koloid
dalam kantong yang terbuat dari membrane semipermeabel, seperti kertas selofan dan
perkamen. Selanjutnya merendam kantong tersebut dalam air yang mengalir. Oleh karena
ion-ion atau molekul memiliki ukuran lebih kecil dari partikel koloid maka ion-ion tersebut
dapat pindah melalui membran dan keluar dari sistem koloid. Adapun partikel koloid akan
tetap berada di dalam kantung membran.
g.
Elektroforesis
Muatan Koloid ditentukan oleh muatan ion yang terserap permukaan koloid.
Elektroforesis adalah gerakan partikel koloid karena pengaruh medan listrik. Karena partikel
koloid mempunyai muatan maka dapat bergerak dalam medan listrik. Jika ke dalam koloid
dimasukkan arus searah melalui elektroda, maka koloid bermuatan positif akan bergerak
menuju elektroda negatif dan sesampai di elektroda negatif akan terjadi penetralan muatan
dan koloid akan menggumpal (koagulasi). Elektroforesis dapat digunakan untuk mendeteksi
muatan suatu sistem koloid. Jika koloid bergerak menuju elektroda positif maka koloid yang
dianalisa mempunyai muatan negatif. Begitu juga sebaliknya, jika koloid bergerak menuju
elektroda negatif maka koloid yang dianalisa mempunyai muatan positif.. Contoh percobaan
elektroforesis sederhana untuk menentukan jenis muatan dari koloid diperlihatkan pada
gambar berikut ini.
Pembuatan Koloid
Sistem koloid dapat dibuat dengan dua cara yaitu kondensasi dan dispersi. Cara
kondensasi yaitu menggabungkan partikel-partikel yang lebih kecil dari koloid menjadi
partikel koloid. Cara dipersi yaitu dengan memecah partikel partikel kasar menjadi koloid.
a. Cara kondensasi dapat dilakukan melalui reaksi-reaksi kimia yaitu:
1. Reaksi redoks
Reaksi redoks adalah reaksi yang melibatkan perubahan bilangan oksidasi. Contoh :
2H2S(g)+SO2(aq)
2H2O()+3S()
2. Hidrolisis
Hidrolisis adalah reaksi yang terjadi antara suatu zat dengan air. Contoh : AlCl 3(aq)
+3H2O()
Al(OH)3()+3HCl(aq)
3. Dekomposisi Rangkap
Dekomposisi rangkap adalah reaksi penggantian. Koloid dihasilkan dari penggantian
atau pertukaran ion antara reaktan-reaktannya. Contoh :
AgNO3(aq)+HCl()
4. Penggantian Pelarut
AgCl()+3HCl(aq)
Penggantian pelarut adalah mengganti suatu pelarut pada suatu campuran dengan
pelarut lainnya (dapat juga dengan menurunkan kelarutan). Contoh : Larutan jenuh
belerang dalam alkohol dicampur air.
b. Cara disperse dapat dilakukan melalui beberapa cara yaitu :
1. Cara Mekanik
Zat padat dihaluskan sampai tingkat tertentu kemudian dicampur dengan medium
pendispersi. Contoh : pembuatan cincau dari daun cincau yang dihaluskan dan
dicampurkan air kemudian disaring dan didiamkan hinggan mengeras.
2. Cara Peptisasi
Memecahkan butir-butir kasar dengan bantuan zat pemecah untuk menjadi
partikel-partikel koloid. Contoh : pembuatan sol belerang dari endapan nikel
sulfide yang dialiri gas asam sulfikat.
3. Cara Busur Bredig
Menggunakan loncatan bunga api listrik untuk membuat sol-sol logam. Contoh :
pembuatan sol logam seperti Ag, Au, dan Pt.
Koloid dalam Kehidupan Sehari-hari :
1.
2.
3.
4.
Detergen
Pemurnian gula
Pembentukan delta
Proses penjernihan air
hamburan optis
d. efek Compton
gerak Brown
e. sifat koagulasi
efek Tyndall
2
Jika seberkas sinar dilewatkan ke dalam campuran NaCl dan air dan campuran Fe 2O3 dan
air, maka . . . .
a. campuran Fe2O3 dan air menghamburkan cahaya sedangkan campuran NaCl dan air
meneruskan cahaya
b. campuran Fe2O3 dan air meneruskan cahaya sedangkan campuran NaCl dan air
menghamburkan cahaya
c. campuran Fe2O3 dan air serta campuran NaCl dan air menghamburkan cahaya
d. campuran Fe2O3 dan air serta campuran NaCl dan air meneruskan cahaya
e. campuran Fe2O3 dan air maupun campuran NaCl dan air tidak menghamburkan atau
meneruskan cahaya
Langit berwarna biru pada siang hari dan berwarna kuning kemerahan ketika akan terbit
atau terbenam matahari. Peristiwa ini dapat dijelaskan oleh . . . .
a. gerak brown
d. koagulasi
b. efek tyndall
e. koloid pelindung
c. elektroforesis
4
Tidak semua lampu dapat digunakan untuk menerangi jalan pada saat berkabut. Hal ini
karena..
a. tidak semua sinar lampu dapat dihamburkan oleh kabut
b. hanya sinar dari lampu dengan warna tertentu saja yang lebih dapat menembus kabut
akibat berbedanya efek tyndall untuk setiap sinar dengan panjang gelombang berbeda
c. setiap sinar dari lampu dengan warna yang berbeda memiliki kesamaan dalam
intensitas cahaya yang dihamburkan oleh partikel koloid
d. efek tyndall adalah sama untuk setiap warna
e. efek Tyndall tidak sama untuk setiap sinar sehingga sinar yang lebih banyak
dihamburkan lebih cocok digunakan untuk menerangi jalan pada saat berkabut.
5. Pada gerak Brown terdapat suatu resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah
gerak partikel sehingga terjadi gerak zig-zag. Hal ini karena . . . .
a. ukuran partikel koloid cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi setimbang
b. ukuran partikel koloid cukup besar, maka tumbukan yang terjadi setimbang
c. ukuran partikel koloid cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi tidak setimbang
d. ukuran partikel koloid cukup besar, maka tumbukan yang terjadi tidak setimbang
e. ukuran partikel koloid cukup besar dan mempunyai energi kinetik yang cukup besar,
maka tumbukan yang terjadi setimbang
6
Gerak Brown pada sistem koloid, akan membuat partikel koloid menjadi . . . .
a. dapat mengatasi
partikel terdispersinya
tidak
d. adsorpsi
b. efek tyndall
e. elektroforesis
c. koagulasi
8
1, 3 dan 5
d. 2, 3 dan 4
1, 2 dan 5
e. 3, 4 dan 5
1, 2 dan 4
d. metode kondensasi
b. metode peptisasi
c. metode mekanik
2
Koloid AgCl dapat dihasilkan dengan mencampurkan larutan AgNO 3 encer dengan
larutan HCl encer, reaksi kimia yang terjadi pada proses pembuatan sistem koloid ini
adalah. . . .
a. cara mekanik
d. reaksi hidrolisis
b. reaksi redoks
e. penggantian pelarut
Berikut ini yang termasuk cara pembuatan koloid dengan metode dispersi adalah..
a. cara mekanik, penggantian pelarut, dan peptisasi
b. cara peptisasi, redoks, dan penggantian pelarut
c. cara mekanik, peptisasi, dan busur Bredig
d. cara hidrolisis, busur Bredig, dan redoks
e. cara peptisasi, penggantian pelarut, dan mekanik
Salah satu fenomena koloid dalam kehidupan sehari-hari adalah penggunaan pensil stiptik
untuk mengatasi luka kecil. Penggunaan pensil stiptik ini dimaksudkan untuk..
a. mendialisis darah
d. menutup luka
b. menggumpalkan darah
e. antiseptik
c. membunuh kuman
JAWABAN
1. D (metode kondensasi)
2. C (reaksi dekomposisi rangkap)
3. C (cara mekanik, peptisasi, dan busur Bredig)
4. B (menggumpalkan darah)
LKS PERCOBAAN
Pertemuan II
PEMBUATAN SISTEM KOLOID
I. Tujuan
...........................................................
.......................................................................
......................................................................
II. Landasan Teori
Ada dua metode dasar dalam pembuatan sistem koloid sol, yaitu :
1
partikel-partikel larutan menjadi partikel koloid. Hal ini dilakukan dengan reaksi kimia
(dekomposisi rangkap, hidrolisis, dan redoks) dan penggantian pelarut.
Metoda dispersi melibatkan melibatkan pemecahan partikel-partikel kasar menjadi
partikel-partikel berukuran koloid yang kemudian didispersikan dalam medium
pendispersinya. Ada tiga cara, yaitu cara mekanik, cara peptisasi, dan cara busur Bredig.
III. Alat dan Bahan
Alat
...................................................................
...................................................................
...................................................................
...................................................................
...................................................................
Bahan
1
Aquades
larutan FeCl3
Gula pasir
Belerang
Agar-agar powder
Minyak tanah
Detergen
..
................................................................
b
..
................................................................
c
..
................................................................
d
V. Hasil Pengamatan
- Pembuatan sol Fe(OH)3 : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
....................................................................
....................................................................
- Pembuatan sol Belerang : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
....................................................................
....................................................................
- Pembuatan sol/gel agar-agar : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
..
....................................................................
....................................................................
- Pembuatan emulsi minyak dalam air : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
....................................................................
....................................................................
Kesimpulan :
.......................................................................
.......................................................................
.......................................................................
VI. Pertanyaan
1. Manakah yang termasuk pembuatan koloid secara kondensasi dan mana yang termasuk
pembutan koloid secara dispersi? Jelaskan!
Jawab :
....................................................................
....................................................................
....................................................................
.....................................................................
TUGAS KOLOID dalam KEHIDUPAN
Pertemuan III
A. PILIHAN GANDA
Pilih salah satu jawaban dengan cara memberi tanda silang (X) pada jawaban yang kamu
anggap benar!
Berikut ini merupakan fenomena sehari-hari yang menunjukan sifat koloid, kecuali ...
a. Proses pencucuian darah
b. Penjernihan air
c. Penyaringan debu pabrik
d. Penerangan lampu lalu lintas
e. Pembentukan delta di muara sungai
Jawaban : d
Berikut ini merupakan contoh koloid produk industri kosmetik bentuk emulsi, kecuali
a. Deodoran
b. Pelembab badan
c. Sampo
d. Pembersih wajah
e. Bedak
Jawaban : e
Di industri farmasi obat-obatan dikemas dalam bentuk koloid agar
a. Terlihat indah dan laris
b. Lebih gampang meminumnya
c. Stabil, tidak mudah rusak
d. Tidak memiliki efek samping
e. Mudah menyembuhkan penyakit
Jawaban : c
4
Di bawah ini yang merupakan contoh produk industri makanan yang dikemas dalam
I, II dan III
I, IV dan VI
II, V dan VII
II, III dan V
III, VI dan VII
Jawaban : e
B. URAIAN
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan jelas!
1. Berikan contoh koloid yang mencemari lingkungan dan jelaskan bagaimana koloid
tersebut bersifat sebagai pencemar lingkungan!
Jawaban :
Contoh koloid yang dapat mencemari lingkungan
a. Asap, terjadi akibat pembakaran secara langsung dari bahan padat menjadi gas,
bila jumlahnya di udara melimpah akan menyebabkan lingkungan tidak sehat,
misalnya pembakaran hutan.
b. Busa sabun, bila jumlahnya melimpah di dalam air, menyebakan suplai oksigen
dalam air berkurang karena tertutup oleh busa sabun yang mengandung surfaktan,
fitoplankton, zooplankton/protozoa, cyanobacteria dalam air akan mati.
c. Insektisida, bila penggunaannya tidak terkontrol dengan baik, maka akan
menyebabkan lingkungan menjadi rusak akibat keracunan dan segala hewan akan
mati.
d. Debu, dll.
2. Detergen lebih mudah membersihkan kotoran pada pakaian dari pada sabun. Jelaskan
mengapa demikian?
Jawaban :
a. Pada detergen lebih mudah melepaskan kotoran karena mengandung surfaktan
yang ujungnya bersifat hidrofob (suka lemak) dan hidrofil (suka air), selain itu
mengandung zat additives (zat tambahan) seperti pemutih, pelarut dan pewarna,
filler (menambah kuantitas pada detergen) seperti sodium sulfat, dan builder
(menambah efisiensi surfaktan menjadi lebih kuat dalam mengikat kotoran
lemak/minyak) mengandung zat phosphates, acetates, silicates dan sitrates.
b. Sedangkan pada sabun meskipun mengandung surfaktan, tetapi zat seperti
additive, filler dan builder sebatas tambahan kuantitas dan warna, tidak memiliki
zat seperti pada builder detergen karena berbahaya bagi kulit manusia.