2001 Avi

You might also like

Download as pdf
Download as pdf
You are on page 1of 223
dl Scam £ ag/a /3 KAJIAN SIMULAS! KELAYAKAN SISTEM PEMISAHAN SAMPAH RUMAH TANGGA PADA PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTAMADYA PEKANBARU, RIAU (Suatu Pendekatan Simulasi Kebijakan) Oleh: ARBEN VIRGOTA PSL-97179 PROGRAM STUDI PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN - PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2001 KAJIAN SIMULASI KELAYAKAN SISTEM PEMISAHAN SAMPAH RUMAH TANGGA PADA PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTAMADYA PEKANBARU, RIAU (Suatu Pendekatan Simulasi Kebijakan) Oleh: ARBEN VIRGOTA PSL-97179 TESIS Tesis Sebagai Salah Satu Syacat Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains Pada Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor PROGRAM STUDI PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN - PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2001 ABSTRACT Arben Virgota, Nrp, PSL-97179. Simulation Feasibility Study of Domestic Solid Waste Sorting System in Pekanbaru, Riau (An Policy Simulation Approach). Under the Supervising Team: Prof. DR. Ir. H. Endang Gurbira- ‘Sa’id, MA Dev (Head) and DR. Ir, Asep Saefuddin, MSc (Member) ‘The scenario simulations of old and new solid waste management system in Pekanbaru with constructed model were done, ‘The objective of this simulation is to know the feasibility of the solid waste management systems financially. The seenatios were simulated from 1999 to 2008, ‘The Simulation results showed that: a) the old solid waste management systems area't feasible 10 constructod, rehabilitated or extended financially, but there're scenarios combination in new solid waste management systems are feasible to constructed, rehabilitated or extended financially. This feasibility study is explained with four investment feasibility oriteria ie. Benefit Cost Ratio, ‘Net Present Value, Payback Period and Internal Rate of Return. ‘The old systems have Benefit Cost Ratio is less than 1 (one) and Net present Value is negatif or less shan 0 (zero). ‘Then, Nett Payback Period isn’t valid to used as parameter automatically, Likewise to the Intemal Rate of Retum, the total discount factor that is got from simulation result isn’t included on the Present Value I list until there aren't discount rate that be able to make the Benefit Cost Ratio equal 1 (one) and Net Present Value equal 0 (zero). Besides that, several scenario combinations in new systems have Benefit Cost Ratio is more than 1 (one) and Nett Present Value is positif or more than 0 (zero), Nett Payback Period less than five years and Internal Rate of Return more than discount rate that be valid, RINGKASAN Arben Virgota. Nrp. PSL-97179. Kajian Simulasi Kelayakan Sistem Pemisalian Sampah Rumah Tangga Pada Pengelotaan di Kotamadya Pekanbaru, Riau (Suatu Pendekatan Simulasi Kebijakan), Dibaweh bimbingan: Prof. DR. Ir. H. Endang Gumbira-Sa’id, MA Dey (Ketua) dan DR, Ir, Asep Saefuddin, MSc (Anggota) Simutasi skenario-skenario pada sistem pengelolaan sampah yang lama dan baru telah dilakuken, Tujuan simulasi ini adalah untuk mengetahui tentang kelayakan sistem pengelolaan sampah dari aspek finansial. Semua kombinasi skenario disimulasikan dari tahun 1999 sampai 2008 Hasil simulasi menunjukkan bahwa: a) Sistem pengelolaan sampah yang lama tidak layak untuk dibangun/direhabilitasi/diperluas dari aspek finansial Dilain pihak, terdapat beberapa kombinasi skenario pada sistem pengelotaan sampah yang baru yang layak untuk dibangun/dirchabilitasi/diperluas dari aspek fimansial. Kelayaken proyek tersebut dapat dijelaskan dengan empat kriteria investasi, yaitu Benefit Cast Rasio, Net Present Value, Net Payback Period dan Imemal Rate of Resurn. Sistem pengelotaan sampah yang lama mempunyai nilai Henefit Cost Ratio kkecil dari 1 (satu) dan Nef Present Value kecil dari 0 (negatif), Dengan demikian, Nett Payback Period tidak dapat digunakan sebagai parameter untuk menentukan waktu pengembalian investasi. Sama halnya tethadap nilai Internal Rare of Return, total discount factor yang telah diperoleh dari hasil simulasi tidak terdapat pada daftar Present Value ? atau tidak ada discount rate yang dapat membuat Benefit Cost Ratio sarma dengan 1 (satu) dan Net Present Valve sama 0 (nol) Disamping itu, beberapa kombinasi skenario pada sistem pengelotaan sampah ‘yang baru mempunyai Benefit Cost Ratio Sebih besar dari 1 (satu), Nett Present Value lebih besar dari 0 (nol), Nett Payback Period Kurang dari lima tahun dan Internal Rate of Return \ebih besar dari discount rate yang berlaku. Judul Nama Mahasiswa Nomoe Pakok Program Studi KAJIAN SIMULASI_ KELAYAKAN SISTEM PEMISAHAN SAMPAH RUMAH TANGGA PADA. PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTAMADYA PEKANBARU, RIAU (Suatu Pendekatan Simulasi Kebijakan) ARBEN VIRGOTA om79 ‘Pengetolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan MENYFTUJUL 1. Komisi Pembimbing Prof. Dr. Ir, HL. Endang §umbira-Sa’id, MA Dev (Ketua) 2. Ketua Program Studi PSL. Prof. Dr. Ir. M. Sri Saeni, MS ‘Tanggal Lulus : 19 Maret 2001 RIWAYAT HIDUP Penulis dilehirkan di Pekanbaru pada tanggal 22 September 1971, anak kedua dari lima bersaudara keluarga Bapak Thalheh Hasan dan Tbu Asiah, Pada tahun 1978, penuilis memulai pendidikan dasar di SD 005 Rintis Pekanbaru dan tamat pada tahun 1984. Kemudian penulis melanjutkan ke SMP Negeri 1 Pekanbaru hingga lwlus pada tahun 1987. Pendidikan menengah atas penulis tempuh di SMA Negeri 1 Pekanbaru pada tahun 1987 dan ulus pada tahun 1999. Sejak tafun 1990 penulis melanjutkan ke program S$} di Fakultas Perikanan Jurusan Teknologi Hasil Perairan, Program Studi Pengolahan Hasil Perikanan Universitas Riau dan memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada tahun 1996. Pada tahun 1997 penulis melanjutkan pendidikan pada program Pascasarjana (S2) IPB, pada Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan KATA PENGANTAR Jumlah dan keragaman jenis sampah yang tinggi dan bercampur baur sangat sulit dikelola, schingga memerlukan biaya yang telatif mahal dalam proses penanganan dan pemanfaatannya. Salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan melakukan pemisahan jenis sampah menurut jents ‘permintaannya. Hal ini dimaksudkan agar sampah tersebut dapat ditangeulangi dan dimanfaatkan secara maksimal. Oleh karena itu, penulis mengajukan Tesis yang berjudul - Kajian Simulasi Kelayakan Sistem Pemisahan Sampah Rumah Tangga Pada Pengelolaan Sampah Di Kotamadya Pekanbaru, Riau (Suatu Pendekatan Simulasi Kebijakan). Dalarn penulisan Tesis ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai ppihak, untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Prof Dr. Ir. H. Endang Gumbira-Sa'id,, MADev., selaku ketua komisi pembimbing dan Dr. Ir. Asep Saefuddin, MSc, selaku anggota komisi pembimbing, 2, Keta Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Direktur Program Pascasarjana dan Rekfor IPB. yang telah memberikan kesempatan belajar pada institusi ini, 3. Pemerintah Daerah Tingkat 1 Riau yang telah memberikan data yang diperlukan, bantuan dana penelitian dan beasiswa 4, Pemerintah Daerah Tingkat II Kotamadya Pekanbaru yang telab memberikan data yang diperlukan dan bantuan dana penelitian. 5. Dinas Kebersihan Kotamadya Pekanbaru dan Dinas Pekerjaan Umum Kotamadya Pekanbaru yang telah memberikan data yang diperlukan. 6. Penduduk Kotamadya Pekanbart sebagai responden yang banyak membantu kelancaran penelitian ini 7. Mama, Papa, saudara-saudara serta scluruh keluarga tercinta atas seyala pengorbanan, do’a dan dukungannya selana penulis menjalani pendidikan. 8. Bibik ita tersayang, atas segala dukungan materi maupun moril yang (clah diberikan selama ini 9. Teman-teman atas segala bantwan tenutazna dala penyelesaian Tesis ini. Kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan untuk perbaikan dan ‘kesempurnaan Tesis ini, Semoga Tesis ini bermanfaat bagi kita semua Bogor, 19 Maret 2001 Penulis, DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR . . ii DAFTARISE «0... iv DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vii DAFTAR LAMPIRAN viii 1. PENDAHULUAN - 1 LI. Later Belakang .......... 1 1.2, Perumusan Masalah nen 2 1.3. Kerangka Pemikiran 3 1.4, Tujuan Penelitian ... 4 1.5, Manfaat Penelitian 5 1.6. Hipotesa . 5 IL, TINIAUAN PUSTAKA osc... 6 2.1. Pengertian Sampah 6 2.2. Pemanfaatan Sampah 8 23. Pengelolaan Sampah .. a 9 2.4, Teknik Operasional Pengllam Samp Rumah i Taneen 10 2.5, Analisis Sistem... fee WT Ill, METODE PENELITIAN. ....... 16 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian .......... - 16 3.2. Peralatan Penelitian - 16 33. Pengumpulan Data ... ooo : 16 3.4. Tahapan Pemodelan System Dyndintes oo. sssssesseser nee 18 3.4.1. Definisi Masalah - cecennenesensnen 19 3.4.2. Konseptualisasi Sistem a 19 3.4.3. Representasi Model . . vow 22 3.44, Perilaku Model - 24 3.4.5. Evaluasi Model . . 0 3.4.6. Analisis Kebijaksanaan den lmplementasi Model 28 1V. GAMBARAN UMUM KOTAMADYA PEKANBARU ...... 30 4.1. Letak dan Luas ...... . 30 42. Batas . 30 43. Geologi 31 44. Sungai ..... Bl 45. Iklim . 31 46. Jarak Kota ... pecceenenee 47. Kependudukan ........- 4.8. Pengelolaan Sampah rumah Tanga V. PEMODELAN «...:20-+ 3.1, Kerangka Umurn Model ........ 5.2. Deskripsi Pengelolaan Sampah 52.1. Dinamika Keputusan 5.2.2. Dinamika Pembiayaan .. . 5221. -Dinamika Biaya Adminisiasi dan Umum » 5.2.2.2. Dinamika Biaya Penanggulangan ..... 5.2.22.1, Dinamika Biaya TPA eevee $.2.2.2.2. Dinamika Biaya Pengangkutan 5.2.2.2.3. Dinamika Biaya Pemindahan 5.22.24, Dinamike Biaya Pengumpulan ........ 5.2.2.2.5, Dinamika Biaya Pewadahan ... 5.2.3. Dinamika Sumber Sampah_ 5.2.4. Dinamika Manfaat .. VI. BATASAN DAN PERILAKU SISTEM. 6.1. Batasan Sistem - oe 62. Perilaku Model ........ 6.2.1, Skenario Referens ..... Vii, HASIL DAN PEMBAHASAN .. coon VII, KESIMPULAN DAN SARAN .. 8.1. Kesimpulan 82. Saran DAFTAR PUSTAKA .. LAMPIRAN . - 31 32 34 38 38 a a 50. 50 52 52 69 R 15 7 al 83 85 85 90 118. 8, ng 121 128 DAFTAR TABEL, Tabet Halaman 1. Perbandingan Luas Wilayah, Lokasi Penelitian, Jumlah dan Tingkat Kepadatan Penduduk di Kotamadya Pekanbaru Pada Tahun 1999 2. Hasil Peramalan Jumlah Penduduk dan Total Produksi Sampah dari Tahun 1990 sempai 1999 Seernaty 3. Data Jumlah Penduduk dan Total Jumlsh Produksi Sampah yang Sebenamya dari Tahun 1990 sainpai 1999 vereseteee 4, Total Nilai Sckarang Manfaat, Biaya, Investasi dan Depresiasi yang Berasal dari Hasil Simulasi Kembinasi Skenario SOTOM3 dari Tahun 5. Kelayakan Sistem Pengelolaan Sampah dengan Melakukan Pemisalan Sampah Pada Tingkat Rumah Tangea dengan Kombinasi Skenario ‘SOTOMS dari Tahun 1999-2008 eascen een eee cee ierneee: 6, Total Nilai Sckarang Manfaat, Biaya, Investasi dan Depresiasi_ yang Berasal dari Hasil Simulasi Kombinasi Skenario SOT4MO dani Tahun 1999-2008... secnyeetsstesenieiericanninveanenteese 7. Kelayakan Sistem Pengelolaan Sampah dengan Melakukan Pemisahan Sampah Pada Tingkat Rumah Tangga dengan Kombinasi Skenario ‘SOT4M0 dari Tahun 1999-2008 woe eerie 8. Total Nilai Sekarang Manfaat, Biaya, Investasi dan Depresiasi yang Berasal dari Hasil Simulasi Kombinasi Skeaario $1T4M3H3 dart Tahun 1999-2008 .........005 e eee eneen 9. Kelayakan Sistem Pengelolaan Sampah dengan Melakukan Pemisahan Sampah Pada Tingkat Rumah Tangga dengan Kombinasi Skenario ‘$1T4M3HB dani Tahun 1999-2008 «.......0..-- se eeeeee 10. Total Nilai Sekarang Manfust, Biaya, Investasi dan Depresiasi yang Berasal dari Hiasil Simmulasi Kombinasi Skenario $1T3MJH3 dari Tahun 1999-2008 a atesesanenee tain sees teeesers eee 11. Kelayakan Sistem Pengelolean Sampah dengan Melakukan Pemisehan Sampsh Pada Tingkat Rumah Tangga dengan Kombinasi Skenario $1T3M1H3 dari Tahun 1999-2008 0.0.2.2... . . 12, Total Nilai Sckarang Manfnat, Biaya, Snvestasi dan Depresiasi yang Berasal dari Hasil Simulasi Kombinasi Skenario $1T3MOH3 dan ‘Tahun 1999-2008 esateneeescesece create sesonsaseens ces . 13, Kelayakan Sistem Pengelolaan Sampah dengan Melakuken Pemisahan Sampah Pada Tingkat Rumah Tangga dengan Kombinasi Skenario ‘S1T3MOH3 dari Tahun 1999-2008 ..... eeseeeees 33 86 87 92 95 96 98. 101 104 107 110 112 us Gambar eNe 8. 9. 10, Kerangka Struktur Model Biaya TPA 1), Mekanisme Pembuangan Sampah .... 12 Kerangka Struktur Model Biaya Pengengkutan DAFTAR GAMBAR ‘Skema Kerangka Pemikiran ... Talhapan Proses Pengembangan Mode... Skema Kebutuhan Sistem dari Tinga “Global Sampsi yang. Lebih Rinci Definisi Time Script Struktur OrganisastWisttusiPengelolaan Kebersihan Kotamadya Pekanbaru .. Kerangka Striktur Model Analisis Biaya-Manfaat Ustha Pengetolaan Sampah Rumah Tangga . Diagram Masukan-Kelusran Sistem Usaha Pengeloiaan Sampah Rumah ‘angga dengan Melakukan Pemisaban Sarpah Pada ‘Tingkat Sumbemya Kerangka Strukiur Model Keputusan - Kerangka Struktur Model Biaya Administrai dan Umum . 13. Kerangka Struktur Model Biaya Pemindahan . 14 Kerangka Struktur Model Biaya Pengumpulan 15. Kerangka Struktur Model Biaya Pewadahan 16, Kerangka Struktur Model Sumber Sampab 17. Kerangka Struktur Model Manfaat eee 36 40 41 52 55 63 65 70 B 16 8 82 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman Peta Lokasi Penelitian Peta Tipikal Lokasi TPA Diagram Alir Submodel Keputusan ..... Hubumgan Matematis antara Setiap Variabel yang Terps pada Submodel Keputusan Diogramn Atir Submodel Biaya Adminisrasi dan Umum... Hubungan Matematis antara Setiap Variabel yang Terdapa pada Submodel Biaya Administrasi dan Umum 7, Diagram Alir Submodel Biaya TPA ........ 8 Hubungan Matematis antara Setiap Varisbel yang Terdapat pada Submodel Biaya TPA . 9. Diagram Alir Submodel Pengangkuran 10, Hubungan Matematis antara Sctiap Variabel yang Terdapat pada Submodel Biaya Penganghutan 2... 01010.» LL Diagram Ali Submodel Biaya Pemindahan 12) Hubungan Matemnatis. antara Setiap Variabel yang Terdapat ale Submodel Biaya Pemindahan ... 13. Diagram Alir Submodel Biaya Pengumpulan 14, Hubungan Matematis antara Setiap Variabel yang Texdopat Pada Submodel Biaya Pengumputan 15. Diagram Ali Submodel Biaya Pewadahan ..... 16.Hubungen Matematis antara Setigp Variabel van Tecdpat Pade Submodel Biaya Pewadahan .. 17. Diagram Alir Submodel Sumber Sampab .... Hubungan Matematis antara Setiap Variabel yang “Tecdept vad Submodel Sumber Sampab ......-» 19. Diagram Alit Submodel Manfaat 20, Hubingan Matematis entara Setiap Variabel yang “Terdapat pada Submodel Manfaat 21, Batasan Masalah Sistem Pengelolsan Sampah Pada Submodel Keputusan .. 22. Batasan Masala Sistem Pengelolaan Sampah Pada Submodel Biaya Administrasi dan Unum . Batasan Masaiah Sistan Pengclolaan Sampah Pada Submodel Bin TPA wesc . 24. Batasan Masilah Sistem Pengelotaan Sampah Pengangkutan ....... 25. Batasan Masalah Sistem Pengelolaan Sampah Pada Submodel Biaya Pemindahan 26, Batasan Masalah Sistem Pengelolaan Sampah Pada Submodel Biaya Pengumpulan ...... 27, Batasan Masalah Sistem Pengsilen Sampen ‘Pada Submodel a Biya Pewadahan oy B 128 129 130 131 138 139) 141 142. 163 164 174 175 181 182 186 187 189 190 197 198 200 200 201 203 205 205 206 28, Batasan Masalah Sistem Pengelolaan Sampah Pada Submodel! Sumber Sampah .....- 29, Batasan Masalah Sistem Pengelolaan Sampah Pada Submodel Manfaat 30, Kombinasi Skenario pada Sistem Pengelolaan Tanpa Melakukan Kegiatan Pemisahan Sampah ... 31, Kombinasi Skenario pada Sistem “Pangan dengan Melakukan Kegiatan Pemisahan Sampab ......-1 206 207 208 209 1.1. Latar Belakang Sampai saat ini sampah merupakan suatu permasalahan bagi Pemerintah Kotamadya DT. it Pekanberu. Sebagian besar (67%) dari volume sampah tersebut merupakan sampah rumah tanga, selebihnya berupa sampah industri, pertokoan, pasar, restoran, jalan, rumah makan, tempat rekreasi hotel, Setain itu, produksi sampah rumah tangga torus meningkat sotiap tahunntya, yaito pada tahun 1995 Kotamedya Pekanbara telah menghasitkan sampah rumah tangga sebanyak 69554 Ton dan meningkat terus menjadi 70154 Ton pada tahun 1999 (Dinas Kebersihan Kotamadya Pekanbaru, 1999) Kendala-kendala yang sering ditemukan dalam kegiatan penanggulangan dan pengengkuten sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) adalah : (1) keragaman jenis sampah yang tinggi dan bercumpur baur sangat sulit untuk dikelola, schingga memerlukan biaya yang relatif mahal dalam proses penanganan dan pemanfaatannya, (2) fasilitas, sarana dan biaya operasional penanggulangan sampah masih belum memadai, dan tidak sebanding dengan peningkatan volume sampah yang cepat, (3) aspek pengelolaan sampah belum dilakukan socara terpadu dan perencanaan pengelolaan yang dibuat masih bersifat jangka pendek, schingga masih memberikan kesan tambal sulam dan (4) sistem penanganan ‘sampah masih belum diselaraskan dengan upaya produksi bende-benda Konsumsi yang lebih bernilai ekonomi, sehingga dari aspek penanganan tidak diperoleh pendapatan untuk tambahan bisya penanganan sampah berikutnya (Gumbira- Sa"id, 1988). 2 Oleh Karena itu, sistem pengelolaan sampah tersebut perlu ditinjau kembali dalam penerapannya pada waktu yang akan datang, Karena sistem pengelolaan yang ada belum mampu mengatast semua permasalahan persampahan. Dengan demikian, diharapkan pemerintah dapat mengantisipasi strategi yang lebih tepat dalam mengatasi masaleh persampahan. Namun demikian, Keberhasilan penetapan sistem pengelolaan sampah terscbut tergantung dari berbagai macam faktor seperti pertumbuhan penduduk, ketersediaan dana, besaruya pendapatan, sistem pengelolaan yang diterapkan serta kebijakan pemerintah, Untuk menemukan alteratif pemecahan masalah tersebut, maka penulis menyusun sebuah model sistem pengelolaan sampah di Kotamadya DT. Il Pekanbaru, Analisa yang dilakukan dalam penelitian ini terbatas pada aspek finansial pengelolaan sampah rumah tangga. 1.2, Perumusan Masalah Salah satu dampak yang terjadi karena peningkatan jumlah penduduk serta pola Konsumsi masyarakat adalah meningkatnya jumlah sampah yang merupakan hasil sampingan aktivites mamnusia. Agar sampah tidak menimbulkan dampak ‘yang merugikan dan menjadikan sampah sebagai komoditi yang bernilai ekonom! bagi manusia yang akhimya dapat mengurangi subsidi yang akan diberikan oleh pemerimtah maka perlu suatu sistem pengelolaan sampah yang mamadai dari ‘verbagai macam aspek, salah satunya adalah aspek finansial Tetapi dalam upaya untuk menentukan sistem pengelolaan yang memadai dari aspek finansial, pada umumnya terdapat berbagai macam faktor yang ‘menentukan Kelayakan proyek tersebut. Faktor-faktor tersebut adalah besarnya biaya pengelolaan dan pendapatan serta berbagai macam Kebijakan Pemerintah 3 Daerah yang menyangkut dengan masalah rencana mekanisme dan pembiayaan pengelolaan sampah. Dengan demikian, untuk membuat suatu perencanaan sistem pengelolaan sampah yang memadai di masa yang akan datang, maka perlu diketahui permasalahan-permasalahan yang menyangkut aspek finansial serta kebijakan pemerintah daerah terhadap mekanisme dan pembiayaen pengelolaan sampah. 1.3. Kerangka Pemikiran Tingginya pertumbuban penduduk merupakan indikator tingginya peningkatan jumlah sampah yang dihasitkan dalam suata wilayah. Sampah yang ihasifkan dari berbagai macam aktivitas penduduk tersebut sebagian langsung ke lingkungan sebagai bahan pencemar dan sebagian lagi masuk ke dalam sistem pengelolaan sampah yang melibatkan berbagai macam unsur, seperti pemerintah, swasta, kreditur, masyarakat dan pemulung. Karena faktor-faktor yang menyebabkan permasalahan yang ada sanget kompleks dan sifataya jangka panjang serta memerlukan biaya yang cukup besar untuk melakuikan percobaan di lapangan, maka salah satu altematifnya adalah dengan melekukan percobaan (Gimudasi) dengan menggunakan pendekatan sistem. Dalam pemodelan ini, dilakukan simulasi dengan dua skenario, Skenario | merupakan mekanisme pengelolaan sampah yang sedang diterapkan, sedangkan skenario \ adalsh mekanisme pengelolaan sampah dengan melakukan kegiatan pemisahan sampah pada tingkat rumah tangga. Dengan demikian, dari hasil simulasi tersebut diharapkan akan diperolch gambaran tentang kelayakan masing- masing mekanisme penaggulangan sampah dari aspek finansial. Untuk lebih |jelasnya, kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1. Input Pengelola Penduduk - Pemerintah | Kotamadya DT. 11 - Swasta Pekanbarw + Kreditur - Masyarakat - Pemulung fo, Sampah’ |. | Lingkungan Mekanisme Pengelolaan Sampah: “Analisis Bi “Simutasi Kombinasi alii Biase Skenario Kebijakan"” | [-_—___________——-»} Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran 1.4, Tujuan Penelitian ‘Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Memahami karakteristik dan dinamika sistem pengelolaan sampah b. Menerapkan pendekatan sistem dalam pengelotaan sampah di Kotamadya D1. 1 Pekanbaru yang dikaitkan dengan Kualitas dan kuantitas sampah. c Mengamati perubaban jumlah penduduk yang menyebabkan perubahan Kauantits sampah untuk menentukan pola penanggulangan sampah dan kebijakan Pemerintah Daerah d. Untuk mengetahui pengaruh penerapan kebijaken sistem pengelolaan sampah, besamya persentase investasi pengelolaan, persentase peningkatan tarip retribusi dan persentase peningkatan nilai jual sampah terhadap kelayakan usaha pengeloiaan sampah di Kotamadya Pekanbaru dari aspek finansial 1.5. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi + 1. Pemerintah Kotamadye DT. If Pekanbaru dalam skala yang lebih Tuas sebagai dasar untuk membuat suatu kebijaken dan sistem pengelolaan sampah yang lebih baik di masa yang akan datang. 2. Investor sebagai pihak yang akan menanamkan modalnya pada proyek pengelolaan sampai di Kotamadye Pekanbaru. 3. Kreditur sebagai pihak yang memberikan pinjaman, yaitu dari segi keamanan dana yang dipinjamkan . 1.6. Hipotesa Hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Dari aspek finansial, sistem pengelolsan sampah dengan melakukan Kegiatan pemisahan pada tingkat rumah tangga layak untuk diterapkan” I, TINJAUAN PUSTAKA 2.1, Pengertian Sampah Menurut Azwar (1990), sampah (refuse) adalah bagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia (termasuk kegiatan industri). Di lain pihak, Hadiwiyoto (1983) menyatakan bahwa sampah adalah sisa-sisa bahan yang telah mengalami perlakuan, baik Karena telah diambil bagian ‘tamanya atau Karena pengolahan dan sudah tidak bermanfaat, sedangkan bila itinjan dari segi lingkungan dapat menyebabkan pencemaran atau gangguan kelestariannya, Walaupun sampah selelu dianggap sebagai suatu masalah bagi Kehidupan masyarakat, tetapi dengan adanya kemajuan tcknologi, sampah merupakan sumberdaya sekunder yang dapat dijadikan bahan baku ataw digunakan Jangsong untuk kepentingan manusia, misalnya sebagai bahan pembustan kompos (Soemarwoto, 1989). Pembagian sampah dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu tergantung dari kondisi yang dianut olch kebijakan negara setempai. Namun, ‘menurut Gumbira-Sa'id (1988) ada dua cara pembagian yang sering digunakan, yaitu berdasarkan istilah teknis dan sumbernya, Pembagian berdasarkan istilah ‘teknis tersebut adalah : (1) sampah yang bersifat basal, (2) sampah organik yang sukar terurai karena mempunyai rantai kimia yang panjang, (3) sampah berupa abu, (4) sampah berupa jasad hewan mati, (5) sampah jalanan dan (6) sampah industri. Di Jain pihak, pembagian yang berdasarkan istilah sumbernya adalah (1) sampah domestik, (2) sampah komersial, (3) sampah industri dan (4) sampah alami dan Jainnya. Selanjutnya dijelaskan pula bahwa sampah organik meliputi 7 limbah padat semi basah, yaitu bahan-bahan organik yang umumnya berasal dari sektor pertanian dan makanan misalnya sisa dapur, sisa makanan, sampah sayuran dan kulit buah-buahan, yang semuanya mudah busuk. Sampal dapat juga di klasifikasikan sebagai berikut : 1) sampah basah (Garbage), yaitu sampah yang berasal dari sisa pengolahan, sisa makanan alan sisa makanan yang telah membusuk. Sampah jenis ini biasanya berasal dari Kegiatan domestik atau industri pengolahan makanan. Contohnya adalah sampah sisa makanan dan sayuran, 2) sampah kering (Rubbish), yakni sampah dari sisa pengolahan yang tidak membusuk. Sampah kering dapat dibegi menjadi dua kelompok, yaitu : a) sampah yang tidak mudah membusuk, tetapi_ mudah terbakar, seperti kayu, bahan plastik, kain dan bahan sintetik, b) sampah vang tidak madah membusuk, tetapi tidak mudah terbakar, seperti logam, kaca dan keramik, 3) sampah lembut, merupakan sampah yang berasal dari berbagai jenis abu, yang merupakan partikel-partikel kecil yang mudah beterbangan dan dapat ‘mengganggu pemapasan dan mata, Contohnya adalah debu (asbes, kapur dan semen), abu (abu kayu dan abu sekam), 4) sampah berbahaya, sampah.jenis ini dapat dibagi menjadi empat kelompok, yaitu : a) sampah patogen, yaitu sampah ‘yang berasal dari rumah sakit atau Klinik, b) sampah beracun, yaitu sampab dari sisa-sisa pestisida, kertas bekas pembungkus bahan-bahan beracun dan lain-lain, ©) sampah radioaktif, yaitu sampah yang berasal dari bahan nvuklir, d) sampah yang dapat meledak (petasan, mesiv. dan lain-lain), 5) sampah balokan (bulky waste). Contohnya adalah mobil rusak, kulkas rusak, pohon tumbang, balok kayu dan sebagainye, 6) sampah jalan, merupakan sampah atu kotoran yang berserakan di sepanjang jalan, seperti sisa-sisa pembungkus dan sisa-sisa makanan, kertas, daun dan Jain-lain, 7) sampah binatang mati, contoh jenis 8 sampah ini adalah bangkai kucing, ayain, anjing, tikus dan sebagainya, 8) sampal bangunan, seperti potongan kayu, pecahan atap genteng, bata, buangan adukan dan jain-lain, 9) sampah industri, yaitu sampah yang berasal dari Kegiatan industri, sampah jenis ini biasanya lebih seragom bila dibandingkan dengan sampah jenis Tainnya, Sampah industri ada yang beracun bila mengandung logam-logam berat, sisa-sisa pestisida dan lainlain. Contoh jenis sampah yang tidak berbahaya adalah sisa makanan karyawan, kertas dan lain-lain, 10) sampah khusus, merupakan sampah yang berasal dari benda-benda berharga atau sampah dokumentasi, misalnya rahasia patent dari pabrik, surat rahasia negara dan sebagainya, 11) sampah kandang atau rumah pemotongan hewan, misalnya kotoran hewan, sisa-sisa makanannya, Kulit, ssa-sisa daging, tulang, isi perut, dan 12) sampah lumpur, merupakan sampaf setengah padat, yaitu lumpur selokan, iol, fumpur dari bangunan pengolahan air buangan, sepiik tank dan. sebagainya Selain itu, berdasarkan bahan asal sampah tersebut, baik yang berasal dari bahan organik maupun anorganik, Klasifikasinya dapat dibuat menurut pertimbangan cara pengolahan dan pemanfaatannya, apakah bahan tersebut dapat digunakan dan diolah menjadi suaru bentuk yang mempunyai daya guna atau tidak (Dirjen Cipta Karya, 1991) 2.2, Pemanfaatan Sampah Soemarwoto (1989) menegaskan bahwa limbah domestik atau sampah ‘rumah tangga, jika tidak dikelola untuk didaur lang dapat menyebabkan tekanan tethadap sumberdaya. Oleh karena itu, apabila limbah tersebut dimasukkan Kembali menjadi sumberdaya maka limbah dapat berfungsi sebagai sumberdaya sckunder, sehingga dapat memperkecil entropinya. 9 ‘Syamsuddin (1985) menyatakan bahwa di negara-negara yang memiliki ‘eknologi tinggi, bahan-bahan yang tidak mempunyai nilai ekonomi dapat diubah menjadi bahan yang bernilai ckonomi, sehingga dapat bermanfaat bagi manusia dan bagi mahluk hidup lainnya. Kemudian Tietz (1995) menyatakan bahwa terdapat beberapa altematif penanganan dan pemanfaatan sampah, yaitu melalui insinerasi, pengomposan dan fermentasi. Puttmer (1995) menambahkan bahwa selain cara penonganan dan pemanfastan sampah tersebut, masih ada cara lain yang dapat digunakan, misalnya pemusnahan, pirolisa dan daur ulang (recycling), 2.3. Pengelolaan Sampah ‘Menurut Soewedo (1983), pengelolaan sampah adalah perlakuan terhadap sampah untuk memperkecil atau menghilangkan masalah-masalah yang berkaitan dengan lingkungan. Hal-hal_ yang perlu diperhatikan di dalam penanganan sampah antara lain: (1) pengumpulan sampsh, (2) tahap pemisahan, (3) tahap pembakaran dan (4) tahap penimbunan sampah. Hal ini sangat memerlukan penanganan karena masalah sampah berkaitan dengan masalah lingkungan hidup dalam wujud nyata dan menggangeu kehidupan manusia Di Jain pihak, pengertian pengelolaan yang dinyatakan oleh Prajudi (1980) adalah pengendalian dan pemanfaatan semua faktor dan sumberdaya, yang ‘menurut suatu perencanaan diperlukan untuk mencapai atau menyelesaikan sustu fujuan kerja tertentu. Dengan demikian manajemen merupakan suatu masalah ‘yang besar setelah faktor dan sumberdaya yang paling sukar untuk dikendalikan dan didayagunakan masuk ke dalam suatu sistem, yakni manusia, 10 Berdasarkan, pengertian yang diberikan oleh Azwar (1990), yang ditinjau dari ilmmu kesehetan lingkungen, suatu pengelolaan sampah dianggap baik jika sampah tersebut tidak menjadi tempat berkembang biak bibit penyakit serta sampah tersebut tidak menjadi medium perantara menyebar luaskan suatu penyakit. Syaret lainnya yang harus tespenuhi dalam pengelolaan sampalt ialah tidak mencemari udara, air, atau tanah serta tidak menimbulkan bau dan kebakaran. Haeruman (1979) memberikan batasan bahwa rencana pengelolaan sampah yang komprehensif harus memperhatikan sumber sampah, lokasi, pergerakan atau peredaran, dan interaksi dari peredaran sampah dalam suatu Jingkungan urban, Untuk mencapai hal di atas petlu dipethatikan hal-hal sebagai berikut ; (1} penyimpanan sampah, (2) pengumpulan sampab, (3) pembuangan sampah dan sekaligus pula pemusnahan sampah. 2.4, Teknik Operasional Pengelotaan Sampah Rumah Tangea Pengumpulan sampah adalah kegiatan operasi pengumpul sampah dari sumber sampah, sebelum sampah tersebut diangkut ke tempat pengolahan atau pembuangen akhir. Dalam teknis operasionalnya, masalah pewadahan memegang, Peranan yang sangat penting. Oleh sebab itu tempat sampah menjadi tanggung jawab individu yang menghasilkan sampah (sumber sampah) tersebut, sedangkan volume tempat penampungan sampah terscbut tergantung dari jurnlah sampah ‘yang dihasitkan per hari oleh setiap sumber, frekuensi dan pola pengumpulan yang dilakukan, Selain itu, agar tempat sampah dapat menunjang keberhasilan pengumpulan sampah, perlu didisain sedemikian rupa dan ditempatkan pada u ‘tempat yang mudah dijangkau oleh petugas untuk mengambilnya dengan cepat, sehingga akan memudahkan bagi petugas kebersihan untuk mengambil atau memindahkan sampabnya ke dalam peralatan pengumpulan (Dirjen Cipta Karya, 1991). Teknis operasional pengelolaan sampah sangat dipengarubi oleh karakteristik wilayah pelayanan, besarnya timbulan sampab, keserasian pola ‘operasiantara sudh-vistem penanganan sampah, serta Kondisi sosial ekonomi masyarakat, Secara_umum. teknis operasional pengelolaan sampah meliputi pewadahan, pengumpulan, pemindehan, pengolahan, pengangkutan, pembuangan akhir, serta operasi dan pemeliharaan (Rachmadi, 1998) 2.5, Analisis Sistem Menurut Charles dan Jhon (1997), suatu sistem mengandung banyak Komponen dan proses yang rumit dengan banyak lintasan timbal-balik dan saling ‘mempengaruhi. Untuk dapat mempelajari komponen dan proses tersebut, konteks suatu sistem harus diperhatikan secara keseluruhan Dalam arti ues, analisis sistem mencakup semua aktivitas yang melibatkan penelaahan sistem yang besar dan kompleks. Tujuannya adalah untuk meramatkan perilaku sistem, atau untuk memperbaiki mekanisme kendali_atas sistem yang ada, atau untuk merancang sistem yang baru, Menurut Eryatno (1999), analisis sistem merupakan studi tentmg sistem dengan menggumakan ‘metode-metode ilmish untuk mendapatkan suata konsepsi yang: dapat digunakan sebagai landasan pengetolaan sistem. 12 Dalam hubungannya dengan pengelolaan sumberdaya alam, Gaspersz (1992) dan Ford (1999) menyatakan bahwa analisis sistem merupakan cara ‘matematika untuk mempelajari hubungan antara faktor dan komponen dalam ekosistem sumberdaya alam yang berperan penting dalam proses produksi, konsumsi dan pembinaan Selanjutnya Amirin (1996) mengklasifikasikan sifat sistem sebagai sistem tertutup dan sistem terbuka Akan tetepi, dalam kenyataannya tidak ada sistem yang benar-benar bersifat tertutup. Pada sistem terbuka, komponen-komponen yang ada di dalam sistem tersebut berinteraksi dengan lingkungannya. Dan sebaliknya, dikatakan tertutup jika mengisolasikan diri dari pengaruh apapun dari Jingkungannya. Selanjutnya dijelaskan pula oleh Bappedal dan Lembaga Penelitian {TB (1995) yang menyatakan bahwa suam model sistem adalah pengganti suatu cobyek atau sistem, sedangkan metodologi pemodelan sistem mempelajari bagaimana memperlakukan aspek dinamis dan kompleksitas suara sistem. Dalam menerapkan pendekatan sistem dimamik digunakan model untuk menyederhanakan sistem yang akan diamati. Penyederhanaan suatu sistem, baik secara struktural maupun fungsional pada hakekamya adalah aktifitas untuk memahami sistem tersebut sesempuma mungkin. Proses penyederhanaan yang cukup mendasar dimana sistem itu dinilai dari komponen-komponen pokoknya, dan selanjutnya beckembang menjadi penyoderhanaan yang lebih mendekati realitas sistem itu sendin. Penelitian dan analisis sistem tertumpu kepada penggunaan model-model, kkarena hampir tidak mungkin atau tidak praktis untuk mempelajari sistem riil. Pada hakekatnya model merupakan gambaran abstrak tentang suatu sistem yang disederhanakan, dimana hubungan antara peubsh-peubsh sistem digambarkan sebagai hubungan sebab-akibat (Charles dan Jhon, 1997). Dengan 13 mempertimbangkan berbagai kendala dalam pendekatan sistem maka pengkajian suatu masalah seyogyanya memenuhi karakteristik - (1) kompleks, dimana interaksi antar elemen cukup rumit, (2) dinamis, dalam arti ada faktomya yang berubah menurut waktu dan ada pendugaan kemasa depan, (3) probabilistik, yaitu diperiukannya fungsi peluang dalam inferensi kesimpulan maupun rekomendasi (Eryaino, 1999), Pembuatan model merupakan suatu proses untuk menggambarkan berbagai hubungan dalam persoalan yang sedang dihadapi, dalam bentuk formal atau matematis. Jenis model yang dipilih adalah model matematis. Model rmatematis terdiri dari serangkaian persamaan-persamaan yang menggambarkan interaksi antara variabel-variabel dalam sistem. Jenis model tersebut dipilih ‘karena dianggap relatif paling mudah untuk dimanipulasi. Sebauai pengganti sistem yang sebenamya, maka diharapkan model yang dibuat memiliki korespondensi yang erat dengan sistem yang sebenamya, atau dengan kata lain sejauh mungkin dapat mempresentasikan sistem sebenamya Menurut Bappedal dan Lembaga Penclitian ITB (1995) untuk sistem yang rumit seperti sistem sosial, ekologi dan sebagainya, merupakan sistem yang tidak dapat digambarkan dengan suatu model secara tepat sama dan sama seperti dalam kenyataannya, sehingga untuk sistem semacam itu pembuatan model hanyalah merupaken usaha pendckatan ke arah model yang” sempuma Untuk ‘menggambarkan berbagai hubungan dan interaksi antara variabel-variabel dalam suatu sister umpan balik digunakan aliran Keabsahan model dan kegunaan dari suatu model matematis tidak dapat ditentukan dengan membandingkannya terhadap suatu kesempurnaan, tetapi harus {ea ditentukan dari tujuan yang ingin dicapai dari pembuatan model tersebut Suatu model secara struktur dapat dikatakan sahih jika model tidak hanya dapat ‘membuat reproduksi perilaku sistem, akan tetapi ia juga mengungkapkan iW bagaimana sistem tersebut bekerja menghasilkan perilaku tersebut. Gleh kerena itu model dapat dianggap baik jika model dapat menambah pemahaman terhadap perilaku sistem yang dimaksud, mudah dikomunikasikan dan dapat menolong perbaikan pada sistem tersebut, Suatu model dapat juga dianggap baik jike masih terbuka untuk perbaikan. Untule menguji keberhasilan suatur model maka biasanya dibedakan antara pengujian dan pengabsahan, Pengujian adalah membandingkan model dengan kenyataan empiris untuk membenarkan atau menyangkal model. Perbandingan dapat dilakukan untuk struktur model dengan pengetahuan deskriptif,, bisa juga untuk perilaky model dengan perilaku sistem. Pengujian dilakukan sejak awal pembuatan sampai akhir. Sedangkan yang dimaksud dengan pengabsahan model adalah proses untuk meningkatkan kepercayaan terhadap model. Tujuan pengabsahan adalah untuk meyakinkan pibak yang berkepentingan akan kegunaan model sebagai dasar bagi perubahan kebijeksanaan, Pengabsahan dilakukan sejak awal pembuatan model dengan berusaha meyakinkan bahwa model akan ‘menghasitkan gejala yang serupa dengan sistem yang sebenamya. Ujian yang paling baik dilakukan adalah dengan cara mencari hubungan anfara bangun mode! ‘dengan perilaku sistem sebenarnya untuk mendapatkan pengabsaban Demikian pula menurut Puslit Energi ITB (1996) yang menerangkan bahwa pengenalan terhadap model dilakukan melalui penyelidikan perilaku historis (historical behaviour) dan penetapan skenario referensi, sebagai tik tolak usaha simulasi selanjutnya. Bila kesesuaian perilaku antara model mental, model ceksplisit dan Kenyataan empiris telah didapat, model dapat digunakan untuk ‘melakukan analisis kebijeksanaan dalam menentukan pilthan sistem pengelolaan ‘yang akan diterapken Is Dalam hubungannya dengan eksperimentasi dikenal istilah Simulasi yang secara Iuas berarti upaya mendefinisikan esensi suatu sistem tanpa melibatkan sistem iil, Simulasi juga dapat dipandang sebagai snatu teknik analisis yang melibatkan penyusunan model dan kemudian melakukan eksperimentasi Selanjutnya Gaspersz (1992) menyatakan bahwa simulasi__merupakan penyelesaian bertahap persamaan matematis dari suatu sistem untuk mengetahui perubahan yang terjadi dari sistem tersebut sehingea bisa dipelajari. Demikian pula Eryatno (1999) yang menyatakan bahwa simulasi merupakan suatu aktivitas ddimana peneliti dapat menarik kesimpulan-kesimpulan tentang perilaku dari suet sistem, melalui penelaahan perilaku model yang selaras, dimana hubungan sebab akibatnya sama dengan atau seperti yang ada pada sistem yang sebenarnya UL. METODE PENELITIAN 3.1, Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di daerah pemukiman di delapan Kecamatan ‘yang terdiri dari 35 Kelurahan yang menjadi wilayah pelayanan Dinas Kebersihan Kotamadya Pekanbaru dan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Kelurahan Muara Fajar Kecamatan Rumbai di Kotamadya Pekanbaru pada bulan September 1999 sampai bulan Maret 2000 (Lampiran 1), 3.2. Peralatan Penelitian Peralatan yang: digunakan delam penelitian ini terdiri dari peta sebagai alat bantu sebelum dan selama penelitian, kamera foto dan handycam untuk mendokumentasikan hal-hal yang berhubungan dengan penelitian, kuesioner atau daftar pertanyaan terstruktur dan tidak terstruktur untuk menggali informasi yang ‘menjadi sasaran penelitian, alat-alat tulis yang digunakan untuk mencatat informasi-informasi yang diperoleh pada saat penelitian, masker penutup hidung dan mulut, serta sepatu karet dan stop waich. Sedangkan perangkat lunak (software) yang digunakan untuk mengembangkan model dan mensimulasikan skenario adalah Stella” v4.02. 33. Pengumpulan Data Metode yang digunakan untuk memperoleh data adalah metode survey Jenis data yang dikumpulkan adalah data sekunder dan data primer. Data sekunder yang digunakan adalah data tahun 1989 sampai 1999 (khususnya untuk data jumlah penduduk Kotamadya Pekanbaru), data tahun 1995 sampai 1999 dan data pada tahun saat penelitian, sedangkan data primer yang digunakan adalah 7 data pada tahun saat penelitian, Data-data tersebut digunakan sebagai bahan dalam pengembangan model dinamik dan baban untuk menganalisis atau memberikan gambaran tentang kondisi dan permasalahan yang ada di lapangan. Data sckunder diperoleh dari lembaga atau instansi terkait seperti, Dinas Kebersihan (DK), Badan Pusat Statistik (BPS), Walikotamadya, Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA), Kecamatan dan Kelurahan serta Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD). Metode yang digunakan untuk memperoleh data primer adalah metode sampling selektif, yaitu dengan melakukan pengamatan langsung ke epangan yang menjadi wilayah pelayanan Dinas Kebersihan, wawancara dan penyebaran Kuesioner ditujukan kepada masyerakat (khususnya untuk mengetalai tentang tanggapan ibu-ibu rumah tangga tethadap rencane penerapan sistem pengelolaan sampah dengan melakukan pemisahan) dan personil-personil administratif maupun teknis yang terlibat langsung dalam pengelolaan sampah. Personil administratif tersebut terdiri dari Kepala Dinas Kebersihan, Kepala Scksi Operasional, Kepala Seksi Sarana dan Perawatan, Kepala Seksi Pendataan dan Perencanaan, Kepala Bagian Keuangan dan Kepegawaian, Ketua LKMD atau Lorah, RW atau RT pada LKMD yang masih aktif maupun tidak aktif dalam ‘mengelola persampahan dilingkungannya, sedangkan personil teknis terdiri dari etugas pengumpul, buruh angkut, supir truk, mekanik, pengawas lapangan, pengendali transfer depo dan TPA, operator alat berat serta kepada para pemulung. 18 Jumiah sampel dari setiap kelompok yang terlalu banyak memiliki jumlah populasi untuk dijadikan sebagai responden, yaitu jumlsh Kepala Keluarga, LKMD yang tidak aksif, RW yang aktif maupun tidak aktif, supir tuk dan buruh angkut, Besarnya sampel yang digunakan pada kedua kelompok tersebut masing- masing adalah 2000 Kepala Keluarga, 10 LKMD, 10 RW aktif, 10 RW tidak aktif, 10 orang supir dan 30 orang buruh angkut. Dilain pihak, kelompok populasi personil administratif maupun teknis lainnya jumlahaya tidak terlalu banyak, sehingga tidak dilakukan sampling terhadap kelompok tersebut, melainkan dengan cara menjadikan selurubnya sebagai responden, yaitu 1 orang Kepala Dinas Kebersihan, 1 orang Kepala Seksi Operasional, | orang Kepala Seksi Sarana dan Perawatan, 1 orang Kepala Seksi Pendataan dan Perencanaan, 1 orang Kepala Bagian Keuangan dan Kepegawaian, 5 orang Ketua LKMD yang aktif atau Lurah, 15 petugas pengumpul, 3 orang mekanik, 3 orang pengawas lapangan, 5 orang pengendali transfer depo, 2 orang pengendali TPA, 3 orang operator alat berat serta 12 orang pemulung, 3.4, Tahapan Pemodetan System Dynamics Model yang dibangun diyakini kesahihannya, bila dapat_menirukan Kenyataan-kenyataan empiris yang ada, dan mampu menghasilkan pola-pola kkenyatean yang mungkin skan terjadi. Metode ilmiah dalam pemodelan system dynamics diwujadkan dalem bentuk tahapan pemodelan yang meliputi definisi masalsh, konseptalisasi sistem, representasi model, perilaku model, evaluasi model, analisis kebijaksanaan dan implementasi model (Puslit Energi ITB, 1996). Diagram tahapan pemodelan dapat dilihat pada Gambar 2 19 ee ff «hy x ‘Analisis Ketiaksanaan dan “rmplementast Mode! LF Gambar 2. Tahapan Proses Pengembangan Model Di bawah ini diuraikan tahapan proses membentuk suatu model simulasi komputer menggunakan pendekatan system dynamics (Puslit Energi ITB, 1996) 3.4.1, Definisi Masalah Masalah yang dapat dibahas menggunakan pendekatan system dynantics adalah masaleh-masalah yang dinamis. Untuk itu diperlukan pengenalan (identify) kecenderungan (tendency) pola perilaku variabel terhadap waktu seperti periode kenaikan atau perurunan dan hubungan antara variabel-variabel sistem meliputi pola referensi, batasan model, hipotesis dinamik sistem, jangkauast -waktu, perspekrif dan pilihan kebijaksanaan, 3.4.2, Konseptualisasi Sistem Setelah masalah sistem yang diamati didefinisikan dan dikenal (denn) dengan jeles, perlu dilanjutkan dengan usah pematangan konsep. Hal ini diwajudkan dengan membangun diagram lingkar sebab-akibat (causal-toop- diagram). Melacak hubungan sebab-akibat variabel-variabel sistem, lebih difokuskan kepada hubungan antara keputusan yang diambil dengan aksi yang harus dilakukan untuk menghasilkan perubahan-perubahan informasi dan keputusan baru. 20 Model yang dibangun, yang digunakan sebagai alat bantu dalam mengambil eputusan investasi pengelolaan sampah rumah tangga dengan melakukan ‘pemisahan sampah organik dan anorganik diranceng dengan menggunakan metode perancangan Top-Down yaitu metode perancangan yang menjabarkan kebutuhan secara bertahap, mulei dari tingkat yang paling global hingga ke tingkat yang lebih rinci. Skema kebutuhan sistem dari tingkat yang paling global hhingga tingkat yang lebih rinci disajiken pada Gambar 3. ‘Aspek-aspek penting yang mempengaruhi perilaku masalah perl ipisahkan untuk mempermudah pelacakan hubungan sebab-akibat antara variabel-variabel yang mempengaruhi kecenderungan sistem secara keseluruhan, Kecenderungan intemal sistem, yong mempunyai implikesi penting terhadap analisis kebijaksanaan, timbul dari umpan-balik sistem dan pengaruh gangguan. Hubungan sebab-akibat antarapasangan-pasangan variabel dapat membentuk diagram lingkar (/oop) umpan-balik. Interaksi dari umpan balik yang ada menghasilkan beberapa jenis pola perilaku seperti pertumbuhan, peluruhan, goal seeking atau osilasi. Diagram lingkar umpan balik merupakan kumpulan dua atau lebih ubungan sebab-ekibat yang membentuk sebuah fingkaran. Hubungan scbab- akibat menggambarkan hubungan antara dua faktor yang mempengaruhi sistem, serta bagaimana pengaruh suatu faktor terhadap faktor yang dipengaruhinya. Hubungan ini ditandai dengan panah yang menghubungkan faktor yang ‘mempengaruhi dan faktor yang dipengaruhinya, (8661 “Usd1unzeyns) oury Yyige7] BuEA ledureg [eqo[H WeYTUL], EC WISIg UBYTINGeY UtDYS “¢ sequiEL) a es oe rine + - es st ther x | {5 we af 2 a rion, whe gemma ef: [aw bd = 1 ane ane = 1 arene FATT RT TOT RUT ol t wen || y ms : [ae War | ecermiaaemn fy auiy 4 : x wears] Pontinoe TRE soy * Ph comme erp yahany pales ‘yal “0 rn ‘rr ret nme wang ealny oe ‘oie wade Tena oo enorbvaog rs co mins ‘mo cnet f}-—— tine sere | | smd oauner sar woe x 2 Efek Kumulatif hubungan sebab-ekibat yang membentuk suatu lingkar ‘umpan balik menghasilkan suaty pemikiran tentang karakter lingkar sebab-akibat, Polaritas lingkar wnpan-balik yang timbal diketakan positif apabila semua hubungan scbab-akibat dalam fingker sebab-akibat adalah positif dan atau terdapat hubungan sebab-akibat negatif yang genap. Lawannya adalah polaritas Jingkar umpan-balik negatif. 3.4.3. Representasi Model Setelah Kkonseptuatisasi sistem selesaidilakukan dan sebelum model disimulasikan dengan komputer, perlu dilakukan representasi model berupa usaba transformasi konsep sistem yang telah dibentuk ke dalam bentuk persamaan atau. kode komputer yang siap diumpankan (fo feed) ke komputer. Untuk itu, pada tahap awal dibangun model matematis dari informasi yang tersedia untuk menerangken bagaimana keputusar-keputusan diperoleh dari aliran informasi yang tersedia, Batasan model diperlukan untuk membedakan tanggapan model terhadap kkecenderungan internal dan pengaruh dari Inar. Batasan model juga menentukan rentang analisis yang dilakukan. Penetapannya ditentukan oleh hal-hal yang dituju dalam analisis dan mengikuti hubungan sebab-akibat yang telah dibangun sebelumnya, Setelah batasan model ditentukan, dapat diketahui variabel-variabel mana yang dapat mempengaruhi perilaku model yang dirancang. Suatu model sistem dinamnis, menurut perspektif system dynamic, ‘mempunyai empat struktur dasar sebagai berikut B 1. devel, 2. aliran-aliran intemal; 3. fungsi-fungsi keputusan atau rate; dan 4. saluran informasi Level adalah akumutasi yang terdapat di dalam sistem yang berasal dari nilai yang mendefinisikan aliran-aliran pada suatu waktu (instantaneous) antara level- level sistem tersebut, Aliran material ditentukan oleh sistem menurut aturan- aturan yang didefinisikan oleh persamaan rare. Rate adalah istilah yang digunakan sebagai struktur dasar model sistem inamik yang berfungsi mengontrol aliran-aliran diantara Jevel-level yang ada Variabel rate menyatakan aktifitas sistem. Rafe juga berupa pernyataan- pemyataan kebijaksanaan yang menentukan bagaimana informasi mengontrol aksi selanjutnya dan ini dikenal sebagai flow rate, Persamaan rate hanya bergantung, pada informasi tentang ‘eve, tidak ditentukan ofeh persamaan rafe lainnya. Saluran informasi menghubungkan fungsi-fungsi keputusan terhadap fevel- level yang ada, Struktur ini memegang peranan dalam menyampsikan keadaan level kepada fungsi-fungsi keputusan (rate). Informasi yang diambil dari suatu variabel tidak akan mempengeruhi variabel tersebut secara langsung ‘Untuk menentukan apakah suatu variabel termasuk kategori variabel rate atau variabel level, dapat dilakukan dengan mengamati apakah variabel tersebut tetap ada dan mempunyai arti terhadap sistem bila aktifitas sistem tersebut berhenti. Jika variabel tersebut tetop ada dan mempunyai arti terhadap sistem berarti termasuk ke dalam variabel level. Variabel level masih tetap ada walaupun aktifitas aliran dalam sistem berhenti 4 Dari struktur dasar yang telah didefinisikan dan dari persamaan struktur perilaku sistem pengelolaan tersebwt. Penggambaran perilaku di atas dihara>-<- mencerminkan hubungan logis. antara sistem yang terlibat di dalamnya Dalam mensimulasikan dinamika pengelolaan sampah. digunakan me! system dynamics. vaitu model yang dibangun harus menggambarkan hubun: sebab-akibst seluruh komponen pembentuk sistem sebagai dasar mengenali 2 memahami tingkah laku dinamis sistem, Sejauh ramalan gejata-gejala dimese yang akan datang sesusi dengan keadaen yang sebenamya, bergantune kemampuan menggambarkan keadaan sistem, Sasaran kebijaksanaan yang dituju dalam = pemodelan ini adaic™ kebijaksanaan penerapan sistem pengelolaan sampah, persentase investasi pengclolaan, persentase peningkatan nilai jual sampah dan persentase peningkate~ tarif retribusi. Hal-hal_ tersebut dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk kegiatan pengelola sampah yang ekan datang, Karena hinges saat ini belum ade cara yang tepat untuk menyelesaikan masalah pembiayaan penanggulangan sampah, khususnya sampah rumah tangga yang lebih komprehensif. S.L. Kerangka Umum Model Pendekatan yang dilakukan pada model inj adalah mengaitkan antara aspek finansial pada pengelolaan sampah rumah tangga dan pertumbuhan penduduk Penanganan sampah yang berorientasi pada pengumpulan, pengangkutan den Pembuangan ke lokasi pembuangan akhir tidak lagi merupakan pilihan vang tepar Salah satu altemstif yang dapat mengatasi masalah pembiayaan penanggulangan sampah adelah dengan melakukan upaya pemisahan berbagai jenis sampah 39 sehingga sampeh tersebui memiliki nilai ekonomi yang lebih unggi untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku pada proses daur ulang sampah (recycling) atau dimanfaatkan langsung sebagai bahan substitusi pupuk anorganik seria penggunaan kembali (reuse) Di lain pihak, pemisahan sampah peda tingkat pengumpulan dan pembuangan akhir (TPS dan TPA) sangat sult dilakukan karena sudah bercampur aur atau terkontaminasi dengan jenis-jenis sampah lainnya, schingea akan menghasilken bahan baku daur ulang yang berkualitas rendah dan memerlukan biaya tambahan yang cukup besar untuk membayar gaji pekerja agar bisa memperoleh sampah yang berkualitas tinggi Oleh karena itu, altematif pemisahan sampah pada tingkat rumah tangga yang dilakukan oleh masyarakat secara langsung diperkirakan lebih efektif dan efisien jika dibandingkan dengan pemisahan sampah pada tingkat pengumpulan atau pembuangan akhir ‘Agar usaha penanggulangan sampah dapat berkelanjutan, diperlukan suatu perencanaan investasi vang komprehensif untuk menghasitkan bahan baku industri daur ulang (recycling) atau sebagai substitusi pupuk anorganik maupun sebagai barang yang dapat digunakan kembali (reuse). Selanjutnya, pengaruh Jembaga keuangan sebagai aktor yang memberikan pinjaman wang untuk usaha perlu dipertimbangkan Karena berhubungan dengan angsuran yang harus dibayarkan oleh investor Pengkajian pendirian usaha pengelotaan sampah rumah tangea dengan melakukan kegiatan pemisahan pada sumbemnya didasarkan atas Kriteria investasi Nilai-nilai kriteria investasi didapatkan dari hasil perhitungan masukan yang Derupa investasi awal ataupun investasi lanjutan, biaya penyusutan, biaya operasional, biaya pemeliharaan, biaya bank dan pendapatan dari hasil penjualan sampah komersial serta pendapatan retribusi 40 Dalam kerangka struktur model anatisis biaya manfaat pengelolaan sampah ‘yang dapat dilihat pada Gambar 6, yang merupakan peyederhanaan dari 4 ¢empat) submodel yang merupakan komponen dari pengelolaan sampaht rumah tangga. yakni submodel sumber sampah, biaya, manfaat dan keputusan (untuk ‘menentukan kriteria investasi). Submodel biaya terdini dari beberapa bagian atast submodel menurut tahapan penanggulangan sampah (Dinas PU Propinsi Riau, 1995), yaitu submodel biaya pewadahan, biaya pengumpulan, biaya pemindaln biaya pengangkutan, biaya pembuangan akhir serta biaya umum dan administrasi Dengan demikian total jurlah seluruhnya menjadi 9 (sembilan) submodel el Preis Tat come | F]t- Raines er sats umes | | Pinan Pett Firghat — Yong berphan | } [_Peapanan Komasal Tala Se Keowanan tien |, LS} vane resi: fe ot Me ‘Gambar 6, Kerangka Struktur Model Analisis Biaya-Manfaat Usaha Pengelolaan ‘Sampah Rumah Tangga, 4 Masing-masing submodel menggambarkan pola interaksi yang terjadt di dalam sistem tersebut_ yang mencerminkan sebuah sangkelit (oopeng) yang digunskan sebagai dasar dalam pengembangan sistem permodelan. sedangkan untuk mengetahui tentang: masukan dan keluaran serta kontrol dari model yang. dikembangkan dapat dilihat pada Gambar 7 MASUKAN LINGKUNGAN fr Sold} Fao Parvin Masyarakat Rega Pemeeae Rens ‘os Mew ah MASUKAN TIDAK TERKONTROT_ ‘KELUARANCYANG DIKEHENDAKI + Tah Seta Bans Keine Kelnaber inetas sas 1 vermlass Saipan Komen ‘Rencolan Samp Ramah Tange Kotanach Pear Troma, Pisa Peageliaan ‘Sma (MASUKAN TERKONTROL. KSLUARAN TIDAK DIKEHENDAK + Pawn Tea Ute Roe lavexact rapa ods Teas ‘Um Prose + Kr cet {Tana Ave Prock = Cingangan Kote 2 Kapasas Proust 2s Seapan Kemet 2 TanpRens 2 Kempen Most Lae remelinin Samah Rumah Tana MANAIEMEN PENGELOLAAN SAMPAH. RUMAH TANGGA, '—— Gambar 7. Diagram Masukan-Keluaran Sistem Usaha Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Dengan Melakukan Kegiatan Pemisahan Sampah Pada Sumbernya Dari model tersebut dapat diketahui bagaimana model mental (mental thinking) dari Kebiasean (behavior) dan interaksi antara struktur satu dengan lainnya, Sehingga hasil ini dapat untuk mengetahui dan meramalkan kelayakan proyek pengelolaan sampah dari aspek finansial, 5.2. Deskripsi Pengelolaan Sampah Beberapa faktor-faktor yang paling signifikan sebagai penycbab meningkamya biaya pengelolaan sampah adalah pertumbuhan penduduk, persentase besamya investasi pengelolaan, pola konsumsi masyarakat yang langsung menyangkut kepada produksi sampah per kapita, kemajuan tcknologi ‘yang, mempunyai implikasi langsung terhadap keanekaragaman jenis sampah dan partisipasi masyarakat. Meningkatnya pertumbuhan penduduk —selalu dibarengi dengan meningkataya volume sampah yang harus ditanggulangi oleh pibak pengelola, Peningkatan jumlah penduduk dan volume sampah tersebut bukan banya menambah besarnya biaya penanggulangan sampah tetapi juga menurankan kapasitas unit per hektar lahan dan meningketkan kesulitan untuk pengadaan Tahan TPA. Hal ini disebabkan Karena tuntutan akan keburuban, kenyamanan dan gaya hidup. Demikian juga pada persentase investasi pengelolaan, pola konsumsi masyaraket, Kemajuan teknologi dan partisipasi masyarakat, semuanya dapat ‘meningkatkan biaya pengelolaan sampah apabila tidak diperhatikan. Selanjutnya, setiap tahun akan dibutuhkan biaya yang besar untuk mengatasi permasalahan- permasalahan tersebut, yang seharusnya tidak perl dikeluarkan oleh pemerintah apabila sampah dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk industri daur uleng. sebagai bahan substitusi pupuk anorganik maupun penggunaan ulang setelah dilakukan pemisahan menurit jenis pemanfaatanaya, Dilain pihak, saat ini mekanisme pemusnahan sampah di Kotamadya Pekanbaru setelah diangkut dari TPS resmi, TPS Lier, Transfer Depo serta dari sumber sampah (rumah tanga) yang tersebar di seluruh wilayah kota adalah Controlied Landfill. Controlled Landfill. merupakan sistem pemusnahan dengan ‘cara mengisi lembah-lembah dan dilakukan penutupan dengan tanah pada periode B waktu tertentu di TPA Muara Fajar KM 18 Kelurahan Muara Fajar Kecamatan Rumbai, Sistem tersebut masih digunakan Karena kondisi kevangan daerah, Kapasitas TPA dan lahan-iahan Kosong masth cukup dan memungkinkan untuk ‘menampung sampah yang dihasilkan oleh masyarakat $.2.1. Dinamika Keputusan Pada dasamnya, dari aspek finansial keputusan untuk melakukan investasi pada pengclolaan sampah rumah tangga tidak memberikan manfaat kepada pihah investor, Karena selama ini sasaran pelaksanaan pengetolaan sampah tidak mempertimbangkan masalah_—manfaat_finansial (profit), tetapi_ hanya mempertimbangkan masalah politis dan lingkungan hidup aja. Walaupun demikian proyek pengelolaan sampah tersebut harus tetap dilanjutkan, Model analisis keputusan untuk melakukan investasi ini dikembangkan ‘untuk mengetahui sampai sejauh mana perbedaan tingkat kelayakan yang ditiniaw dari aspek finansia} antara sistem pengelolaan sampah yang telah diterapkan dengan rencana sistem pengelolaan sampah yang melakukan pemisahan sampah pada tingkat rumah tanga, Kemudian hasil simulasi diharapkan dapat memberikan gambaran atau dijadikan sebagai pedoman untuk membuat keputusan dan menentukan sistem pengelolaan yang akan diterapkan di lapangan. ‘Untuk menentukan kelayakan dari suatu rencana investasi dan aspek finansial diperlukan kriteria investasi yang terdiri dari Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BC), Internal Rate of Return (IRR) dan Nett Payback Period (Pb nett), dalam hal ini ada kriteria yang memerlukan pethitungan nilai waktu dan ada pula kriteria yang mengabaikan nilai waktu. Kriterie yang digunakan dalam analisis kelayakan proyek akan memperhitungkan nilai waktu baik penerimaan “4 maupun biaya dinyatakan dalam nilai sekarang (Purba, 1997; Husnan dan ‘Suwarsono, 1999), Pada Gambar 8 terlihat hubungan sebab-akibat terjadinya perubahan jumlah biaya dan penerimaan yang akan mempengaruh hast! analisis ‘untuk mengambil keputusan investasi. Diagram alir model keputusan dapat dilihat pada Lampiran 3, sedangkan hubungan matematis antara setiap variabel pada submodel keputusan dapat dilihat pada Lampiran 4 soe | + . reat parses | af ean Foor Baton wh x i Toss Si a eae ae Depress Pasa Sawin Paoc ‘Umar Tes ‘Ekonomi Prone Gambar 8. Kerangka Struktur Model Keputusan_ Persamaan .matematis yang menjadi dasar perbitungan pada submodel Keputusan ini juga dijadikan sebagai dasar pengembangan model sistem pengelolaan sampah pada submodel lainnya, Persamaan-persamaan_tersebut menurut Purba (1997) adalah 45 ~ Nilai sekarang, digunakan discoum factor (df), vaitu 1 a df= ata dimana. df ~ discoum factor += tingkat suku bunga += vahun Selanjutnya, perhitungan kriteria investasi dalam nilai sekarang dengan biaya investasi yang berkelanjutan dan tidak tetap besamya setiap tahun adalah sebagai berikut = Ner Present Value (NPY) Net present value (NPV) merupakan selisih antara folal presen value penerimean dengan ‘otal present value biaya + total present value mnvestast, total present value investasi tersebut merupakan jumlah biaya investasi + bunga yang dihinung dengan persamaan sebagai berikut NPY = total B-(to1al C+ total 7) een ee) dimana, Toial B= total present value of benefit (total nilai sekarang ‘penerimaan) selama umur teknis ekonomis proyek Toal C= twial present value of cost (total nilai sekarang biaya) selama umur teknis ekonomis proyek Total | = total present value of investment (total nilai sekarang investasi + nilai sekarang bunga) selama umur teknis: ckonomis proyek 1. Jika NPY lebih besar dari O (NPV positif), hal ini berarti bahwa : total B (penerimaan) lebih besar dari total C + 7 berarti total penerimaan lebih besar dani total biaya + total investasi, sehingga pembangunan (rehabilitasi, perluasan) proyek tersebut favorable, 46 2. Jika NPV sama dengan 0 (NPV netral) berarti total penerimaan hanya ‘cukup untuk menutupi total biaya + total investasi selama umur teknis ckonomis proyek yang bersangkuran. 3. Jika NPV lebih kecil dari 0 (negati), berarti total penerimaan tidak ‘cukup untuk menutupi total biaya ~ total investasi selama mur teknis ekonomis proyek yang bersangkutan, sehingga unfavorahle. = Benefit Cost Ratra (BC) Benefit. Cost Ratio (BC) menunjukkan angka perbandingan antara penerimaan (B) dengan biaya (C) + investasi (I) dan diperlukan bahwa BC ravio: lebih besar dan | (satu). Dari segi present value (nilai sekarang), maka persamaan yang digunakan adalah. total B BC ratio eB total C+ total 1 dimana, Total B = total present value of benefit (total nilai sckarang penterimaan) selama umur teknis ekonomis proyek Total = total present value of cost (total nilai sekarang biaya) selama umur teknis ekonomis proyek. Total [= total present value of investment (total nilai sekarang ‘investasi + bunga) selama umur teknis ekonomis proyek 1. Jika B/C ratio lebih besar dari | (satu) maka penerimaan yang akan diperoleh selama umur teknis ekonomis proyek pengetolaan sampah lebih besar dani biaya + investasi, berarti favorable sehingga pembangunan/tchabilitasi’ perluasan proyek pengelolaan sampah dapat dilaksanakan. 2. Jika Be © rato sama dengan | (satu), maka penerimaan yang akan diperoleh selama umur teknis ekonomis proyek pengelolaan sampah hanya cukup untuk menutupi biaya + investasi, sehingga dari segi aspek finansial dan ekonomis, 47 pembangunan/tehabilitasi/perluasan proyek pengelolaan sampah tidak perl dipertimbangkan untuk dilaksanakan, sedangkan dari segi aspek sosial dan pembangunan masyarakat atau aspek lingkungan hidup, pembangunan /rehabilitasi/perluasan proyek pengelolaan sampah harus dilaksanakan. 3. Jika BC ratio lebih kecil dari | (satu). maka penerimaan yang akan diperoleh selama umur teknis ekonomis proyek pengelolaan sampah tidak cukup untuk ‘menutupi biaya + investasi. berarti unfavorable sehingga pembangunan proyek tidak dapat dilaksanakan, ‘Sama halnya dengan kondisi pada ketentuan kedua, atas pertimbangan dari segi aspek sosial dan pembangunan masyarakat atau lingkungan hidup, pembangunan/rehabilitasi/perluasan proyek pengelolaan sampah tetap harus dilaksanakan. = Internal Rate of Return (IRR) Internal rate of return (IRR) adalah suatu tingkatan discount rate, pada discount rate mana diperoleh B’C ratic = | atau NPV = 0. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menghitung /RR adalah dengan menggunakan total jumlah discount factor {total dj) pada akhir umur teknis ekonomis proyek dalam nilai sekarang, yaitu dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan berikut ini Total oral df= ——— B oA) dimana, Total T= foial present value of investment (total nilai sekarang investasi + bunga) selama umur_teknis ekonomis proyck present value of benefit rata - rata (rata-rata nilai sekarang, penerimaan) selama umur teknis ekonomis proyek a8 present value of cost rata - rata (rata-rata nilai sekarane biaya) selama umur teknis ekonomis proyek Selama wnur teknis ekonomis proyek, selanjutnya dilihat pada daftar discount factor (present value of l). Pada tingkatan persen berapa diperoleh sora! df selama umur teknis ekonomis proyek. Apabila tofa/ df terdapat pada satu tingkatan discon! rate, maka tingkat discount rate dapat langsung digunakan sebagai nilai /RR, sedangkan bila total df tersebut terdapat entara dua tingkatan discount rate, maka pethitungan selanjumya adalah dengan menggunakan persamaan NPV pada p% = (df xB) —(df x €)+ total 1) ©) dimana. p% = discount rate terendab df = discount factor pada p% NPV pada qle= (df? x B)= (dfx 0) + total Do. 46) dimana, q% = discount rate tertinggi of” = discount factor pada 4% Dari kedua harga NPY tersebutditentukan harga JRR sebagai berikut : NPY p% IRR= p% +: we px (a % 9%) 47} NPY p% + (NP q% yer) Jika hasil perhitungan /RR > tingkat bunga yang berlaku, maka provek layak dilaksanakan, dan jika /RR < tingkat bunga yang berlaku, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan. = Nett Payback Period (Pb nett) Nett payback period (Pb nett) merupakan lamanya waktu yang diperlukan oleh rata-rata nilai sekarang penerimaan (B) per tahun dan rata-rata nilai sekarang, depresiasi per tahun (D) untuk mengembalikan total investasi @j. Pb ‘new 9 ‘menunjukkan perbandingan antara investasi dengan penerimaan + depresiasi Persamaan yang digunakan untuk menghitung payback period adalah sebagai berikurt total 8 PP inet) = = BOD n dimana, Total 7 = total present value of investment (total nilaisekarang investasi + bunga) selama umur_ teknis ekonomis proyek B= present value of benefit rata-rata (rata-rata nila sekarang, penerimaan) selama umur teknis ekonomis proyek D = present value of depreciation rata-rata (rata-ratanilai ‘sekarang biaya) selama umur teknis ekonomis proyek Nett payback period yang dipilih adalah Nett payback period yang paling ‘cepat dapat mengembalikan investasi. Dengan menggunakan persamaan- persamaan tersebut di atas, maka dapat diketahui bagaimana dinamika analisis Keputusan pada submodel keputusan serta dinamika masing-masing submodel lainnya. Adanya suatu perubahan pada salah satu Komponen yang menjadi input pada submodel keputusan tersebut, maka secara dinamis komponen-komponen -yang lain juga akan ikut berubah sesuai dengan besamya informasi ataupun materi ‘yang menjadi input pada submodel tersebut, Selain untuk mengetahui bagaimana tingkat kelayakan model pengelolaan sampah yang akan diterapkan, model Keputusan tersebut juga dapat mengestimasikan besarnya subsidi ataupun penghematan biaya pengelolaan sampah yang harus dikeluarkan dan ditenma pihak pemerintab. 50 52.2. Dinamika Pembiayaan Struktur model pembizyaan pada usaha pengelolaan sampah dibagi menjadi dua submodel, yaitu submodel biaya administrasi dan umum serta biaya penanggulangan. Submodel biaya penanggulangan terdiri dari 5 (lima) submodel, yaita submodel biaya TPA, pengangkutan, pemindahen, pengumpulan, pewadahan, Secara umum dinamika pembiayaan ini sangat mempengaruhi hasil analisis Kelayakan rencana proyek pengelolaan sampah Semakin besar biaya yang harus dikeluarkan dari pada manfaat yang diperolch maka semakin besar kemungkinan pembangunanirehabilitasi/perluasan proyek pengelolaan sampah tidak akan terlaksana. Dilain pihak, untuk mengetahi bagaimana pengaruh dati dinamika masing-masing submodel terhadap unsur pembiayaan pada analisis biaya dan manfaat akan dijebarkan berikut ini. 5.2.2.1. Dinamika Biaya Administrasi dan Umum Biaya umum dan administrasi merupakan biaya yang dibutubkan untuk menyelenggatakan kegiatan-kegiatan yang bersifat umum maupun administratif ‘yang berhubungan dengan pengelolaan sampah. Submodel biaya umum dan administrasi terdiri dari biaya investasi, biaya umum dan administrasi dan biaya depresiasi (penyusutan). ‘Untuk iebih jelasnya, pada Gambar 9 dapat dilihat hubungan sebab-akibat antara. masing-masing komponen yang menyusun struktur pembiayaan pada submodel biaya administrasi dan umum. Biaya investasi pada submodel biaya umum dan administrasi tersebut akan mengalami perubahan atau peningkatan epebila sistem pengelolaan sampah yang diterapkan adalah sistem pengelolaan dengan melakukan kegiatan pemisahan. Hal ini disebabkan oleh adanya biaya a ‘yang dibutuhkan umuk pembuatan leaflet atau brosur dalam rangka penyuluhan rencana program pengelolaan sampah yang akan diterapkan pada awal tahun proyek akan dilaksanakan. Dilain pihak, pada sistem pengelolaan sampab tanpa rmelakukan pemisahan tidak terdapat biaya pembuatan leaflet atau brosur, sehingya biaya yang dibutubkan tidak mengalami perubahan setiap tahunnya. Pada submodel biaya umum dan administrasi tersebut, salah satu asumsi yang digunakan adalah bahwa semua jenis barang-barang modal tidak memiliki nilat sisa pada akhir umur poyek dan umur teknis ekonomis barang-barang modal tersebut mempunyai batas umur teknis ekonomis kurang atau sama dengan satu tahun. Dengan demikian, besamya biaya depresiasi pada submodel ini sama besamya dengan biaya investasi yang dikeluarkan setiap tahun, Demikian pula halnya terhadap besarnya jumlah biaya umum dan administrasi yang selalu meningkat dengan meningkatnya jumlah penduduk, Peningkatan jumlah biaya disebabkan oleh meningkamya jumlah biaya administrasi yang harus dikeluarkan pada tingkat kelurahan seiring dengan meningkatnya jumlah gerobak pengumpul sampah, yaitu pada penerapan sistem pengelolaan sampah dengan melakuken kegiaian pemisahan. Dilain pihak, pada sistem pengelolaan sampah tanpa melakukan pemisahan tidak terdapat biaya pembuatan administrasi pada tingkat kelurahan, sehingga biaya yang diburubkan juga tidak mengalami perubahan setiap tahunnya. Selanjutnya, diagram alir model Diaya umum dan administrasi tersebut dapat dilthat pada Lampiran 5, sedangkan persamaan matematis yang menggambarkan hubungan interaksi antara setiap variabelnya dapat dilihat pada Lampiran 6. sat Pod es | ed a ee ic do See Dama ck KMD ‘ees Kar hme Le I Kets a} eres + ‘ iw Toate Broo [= prasceat Pepsin hey 5 Draw I . t Tress Tak ar Thums Pond Mian dan Bis (a Pedi ma Pecans (Peta Helen Invent Kone + Tseng: ri ey Gambar 9. Kerangka Struktur Model Biaya Umum dan Administrasi 5.2.2.2. Dinamika Biaya Penanggulangan Biaya penanggulangan merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membiayai egiatan pemusnahan sampah dari tingkat rumah tangga sampai pada pembuangan akhir di TPA. Biaya tersebut terdiri dari biaya investasi, biaya penanggulangan an biaya depresiasi (penyusutan). Berikut ini dijelaskan masing-masing dinamika submodel yang terdapat pada submodel biaya penanggulangan tersebut. $.2.2.2.1, Dinamika Biaya TPA Pembuangan akhir sampah merupakan kegiatan akhir dalam siklus pengelolaan sampah, yaitu dengan menimbun sampah dan mempersiapkan tempat yang aman serta tidak mengganggu lingkungan untuk penempatan residu pemisahan sampah, Besarnya biaya yang digunakan pada tahap pembuangan akhir tergantung dari kebutuhan biaya untuk pengadaan fasilitas penunjang dan intensitas operasional TPA. 33 ‘Untuk mendukung operasi dan fungsi TPA dengan menggumakan sistem pembuangan controlled landfill, terdapat beberapa fasilitas penunjang seperti (2) jalan aksesijalan masuk ke lokasi TPA. agar tuk angkutan sampah dapat dioperasikan secara optimal, (2) jaringan jalan di dalam TPA (jalan operasional} untuk kegiatan pengangkutan dan pembongkaran sampah dan tempat berputamya kendaraan, (3) bangunan penunjang berupa pos penjagaan sekaligus sebagai kantor untuk melakukan monitoring/pengawasan/pengendalian. sai) unit bangunan tempat pemisahan sampah, bangunan rumah tinggal personal pengendalian serta sumur bor sebagai sumber penyediaan air bersih, (4 sistem drainase dan tanggul sekeliling lokasi TPA untuk mengurangi masuknya rembesan air hujan agar leachate yang terbentuk lebih sedikit. (5) fasilitas keamanan seperti peralatan pelindung bagi para pekerja yang secara langsung. berhubungen dengan sampah, pinta dan pager lokesi TPA untuk mencegah masuken binatang atau orang yang tidak berkepentingan, (6) peralatan alat berat seperti bulldozer tipe D31P-20 dengan kekuatan 70 HP dan (7) fasilitas pengontrolan kualitas air tanah seperti pengadaan tiga unit sumur kontrol yang ditempatkan di iokasi TPA pada posisi satu pada bagian hulu aliran air tanah dan dua pada bagian hilirnya. Sebagai dasar pertimbangan dalam memilih lokasi TPA ini adalah: (1) aspek lingkungan hidup, yaitu sehubungan dengan pengaruh TPA verhadap ekosistem setempat seta sekitamya termasuk transportasi, pembangunan dan pengoperasian TPA, (2) aspek Kesehatan masyarakat seperti masalah morralitas, morbiditas dan kecelakaan sewaktu operasi, (3) ekonomi berkaitan dengan biaya pembangunan, operasi dan pemeliharaan, (4) sosial ekonomi yang berhubungan dengan pengaruh ekonomi terhadap masyarekat yang ada di sekitar lokasi TPA yang terpilih, kemungkinan terjadinya penurunan nilai hak milik yang berdekatan dengan lokasi TPA, (5) tanggapan masyarakat, sehubungan dengan kemungkinan 34 adanya penolakan masyarakat setempat tethacap penentuan lokast TPA dan (6) aspek-aspek lain, seperti aspek politik serta peraturan yang berlaku unruk ‘ingkat nasional maupun regional Steuktur pembiayaan pada submodel biaya TPA ini terdiri dan biaya investasi, biaya penanggulangan atau operasional dan biaya depresiasi, Biaya investasi pada submodel biaya TPA di atas adalah biaya pengadaan TPA beserta sarana dan prasarananya, Semakin besar jumlah keburuhan lahan TPA serta sarana dan prasarananya maka semakin besar biaya investasi yang harus dikeluarkan, Perbandingan antara panjang dan lebar TPA yang baru sama dengan perbandingan antara panjang dan lebar TPA scbelumnya yang akan mempengaruhi unsur-unsur biaya investasi yang menyangkut terhadap panjang dan Iebar TPA, seperti, panjang pagar tembok, pagar kawat, drainase serta panjang tanggul, sedangkan luas lahan TPA yang dibutubkan untuk fasilitas penunjang Iainnya tetap kecuali las jalan operasional yang disesuaikan dengan -kebutuhan jalan operasional untuk operasi kendaraan yang keluar-masuk TPA. Dari segi aspek pembiayaan Iuas Jahan TPA yang dibutuhkan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi aspek pembiayaan pada submodel tersebut, ‘arena lahan tersebut merupakan fasiltas utama yang mendukung semua kegiatan operasional di TPA, seperti yang terlihat pada Lampiran 2. Luas lahan TPA ersebut terdiri dari Jahan untuk pembuangan (Controiled Landfill), jalan ‘operasional, bangunan rumah tinggal, bangunan pos/kantor pencatatan dan ‘bangunan kerja untuk _melakukan pemisahan sampab serta kebutuhan lahan untuk fasilitas-fasilitas penunjang lainnya, seperti untuk pembangunan septik tank, pagar, tanggul, sumur bor dan sumur kontrol. Untuk lebih jelasnya pada Gambar 10, terlihat hubungan sebab akibat antara masing-masing komponen idalam submodel ini terhadap aspek pembiayaannya Va BXeig Japon InAs wAUBIAY, “OL qUIED, Ls ewer JS wns, wenn | tana 56 Selanjutnya, diagram alir model biaya TPA ini dapat dilihat pada Lampiran 7. sedangkan persamaan matematis yang menggambarkan hubungan interaksi antara setiap variabel yang ada pada submodel biaya TPA imi dapat dilihat pada Lampiran 8 Di dalam dinamika model biaya TPA int digunakan rasio antara luas kebutuhan lahan TPA selama periode lima tahun kedepan dengan ebutuhan lahan TPA pada tahun pembukwan TPA, yaitu dengan membags antara Iwas kebutuhan TPA untuk periode lima fahun kedepan dengan luas kebutuban_ Jahan TPA pada tahun perhitungan. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh las Jahan TPA yang dapat digunakan selama periode lima tahun kedepan yang dihubungkan dengan laju jumlah timbulan sampah akibat meningkatnya jumlah penduduk selama periode waktu tersebut. Dilain pihak, luas kebutuhan lahan untuk pembangunan fasilitas-fasilitas Jalan akses, rumah tinggal dan pos pencatatan tetap setiep dilakukan pembukaan TPA, kecuali juas lahan yang digunakan untuk jalan operasional dan bangunan kerja untuk pemisahan sampah beserta fusilitas-fasilitas penunjangnya yang selaht berubab-ubsh pada waktu pengadaan TPA. Perbedaan perhitungan antara tuas pembukaan TPA dengan lias pembangunan jalan operasional terletak pada faktor kapasitas atau luas optimal yang digunakan untuk satu unit Kendarsan yaitu 212.6766 m? (Dinas Kebersihan, 1999), total jumlah truk yang masuk selama perhari ritasi truk perhari, dan rasio kebutuhan luas jalan operasional dengan luas jalan operasional yang dibutuhkan untuk pemakaian lima tahun kedepan, Luas kebutuhan lahan untuk pembangunan ruang kerja pemisahan dipengaruhi oleh total jumlah sampah yang dipisahkan olch masyarakat selama periode lima tahun dan jumlah ritasi trok perhari. Sama halnya dengan penentuan 57 luas pembukaan lahan TPA dan pembangunan jalaa operasional, penentuan [was angunan kerja juga menggunakan rasio antara jumlah luas bangunan kerja pada tahun Kelima dengan jumlah kebutuhan luas bangunan kerja pada saat tahun perhitungan. Jadi, total jumlah kebutuhan lahan TPA dan fasilitas penunjangnya adalah Tuas pembukaan TPA ditambah dengan Iuas kebutuhan lahan untuk jalan akses. jalan operasional, rumah tinggal, pos penjagaan/pencatatan dan bangunan kerja untuk pemisahan sampah. Dengan demikian bigya yang dikeluarkan untuk pengadaan satu unit TPA yang akan direncanakan untuk pemakaian lima tahun diperoieh dengan mengalikan harga perhektar lahan dengan kebutuhan Tuas lahan TPA. Dinamika perubshan biaya investasi yang dibutuhkan untuk pembangunan fasilitas-fasilitas penunjang lainnya juga tidak lepas dari pengaruh luas pembukaan lahan TPA pada awal tahun dan pada setiap periode lima tahun berikumnya. Seperti telah dikemukakan sebelumnya, panjang dan lebar TPA yang dibuka setelah pembukaan TPA pada awal periode proyek berjalan secara proporsional adalah sama. Dengan diketahui panjang dan lebar pembukaan TPA baru, maka dapat ditenrukan panjang ataupun volume pagar tembok, kawat, drainase din tanggut. Besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk pengadaan masing-masing fasilitas penunjang tersebut diperoleh dengan mengalikan panjang ataupun volume pekerjaan masing-masing fasilitas dengan biaya per m’, pet m* ataupun per m’ Demikian pula besarnya biaya pembangunan jalan operasional yang. selah berubah-ubah pada saat pembukaan TPA baru. 58 Besamya biaya pembangunan rumah tinggal, jalan akses, pos peniagaan’ pencatatan, sumar bor dan sumur kontrol yang dikeluarkan pada setiap pengadaan TPA baru disesuaikan dengan volume atau ukuran fasilitas tersebut. Sebingga apabila ukuran atau volume pembangunan fasilitas tersebut tetap ketika ‘pengadaan TPA baru, maka biaya yang dikeluarkan untuk pengadaannya juga tetap. Sementara itu, biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan alat berat di TPA ditentukan oleh jenis atat berat yang digunakan, Jenis alat berat yang biasa digunakan untuk Keperluan operasional TPA adalah Bulldozer tipe D31P-20 dengan kemampuan 70 horse power (HP). Peningkatan dan penggantian penggunaan alat berat ini disesuaikan dengan besamya standar jumlah sampah ‘yang hanus ditanggulangi dan umur ekonomis dari alat tersebut. Penentuan nilai standar kemampuan alat berat ditentukan oleh jumlah rata-rata jam kerja alat selama 1 tahun, yaitu 2000 jam selama 1 tahun, atau 10.000. jam selama umur teknis ekonomis alat berat (5 tahun). Dengan demikian, selama 2,000 jam kerja alat berat tersebut mampu untuk melayani sekitar 300.000 jiwa penduduk atau jika dikonversikan ke dalam satuan kilogram jumlah sampah yang harus itanggulangi, maka jumlah sampah yang menjadi standar kemampuan alat berat tersebut menjadi 300.000 jiwa dikalikan dengan laju generasi sampah perkapita per tahun (Dinas PU Propinsi Riau, 1995), Selanjutnya, umur teknis ekonomis alat berat yang digunakan adalah 5 tahun atau sekitar 10000 jam kerja (Komatsu, 1999), Setelah lima tahun penggunaan alat biaya akan dikeluarkan lagi untuk pengadaan alat baru sebagai pengganti alat berat yang sudah melewati batas umur teknis ekonomisnya. $9 ‘Semua penjelasan yang telah diuraiken sebelumnya merupakan dinamika biaya investasi pada submodel biaya TPA. Sclanjumya di bawah ini dijelaskan ‘tentang biaya penanggulangan dan biaya depresiasi di TP.A. Biaya penanggulangan merupakan biaya yang digunakan untuk keperluan kegiatan pengelotaan, baik berupa biaya tetap maupun biaya tidak tetap yang terdiri dari biaya personal, periengkapan dan alat bantu, listrik, bahan bakar, biava untuk analisis kualitas air sumur kontrol. pajak alat berat dan biaya pemeltharaan Biaya personal dipengaruhi olch jumtah personal yang dipekerjakan di TPA. seperti personal operator, pengawas, pengendalian, supervisor, buruh pemisah dan burth bongkar muat. Kebutuhan jumlah personal pengawas dan pengendalian tetap setiap tahun. Sementara jumlah personal operator. supervisor, buruh pemisah dan buruh angkut berubah setiap tahun tergantung dari jumlah sampah ‘yang harus dimusnakixan atau dipisahkan di TPA. Untuk satu unit TPA, minimal terdapat satu unit alat berat dengan tiga ‘operator untuk mengoperasikannya, Apabila jumlah alat berat yang dipengaruhi oleh jumlah sampah yang harus dimusnahkan di TPA semakin meningkat, maka secara langsung jumlah operator akan meningkat pula. Selain karena terjadinya peningkatan jumlah penduduk besar kecilnya jumlah sampah yang dimusnahkan i TPA juga tergantung dari sistem pengelotaan yang diterapken. Dalam hal ini, penerapan sistem pengelolaan dengan melakukan pemisahan sampah akan mengurangi jumlah sampah yang harus dimusnahkan di TPA, sedangkan sistem pengelolaan sampah tanpa melakukan pemisahan sampah akan meningkatkan jumlah sampah yang harus dimusnahken. Jumlah supervisor, buruh pemisah dan buruh bongkar muat dipengaruhi oleh jumlah sampah yang diproduksi dan jumlah sampah yang dipisahkan oleh masyarakat. Dalam hal ini jumlah sampah yang dipisahkan oleh masyarakat cn tergantung dari sistem pengelolaan yang diterapkan. Jika sistem pengelolaan sampah yang diterapkan tidak dengan kegiatan pemisahan sampah pada sumbernya, maka kegiatan pemisahan di TPA akan terhenti atau jumlah personal pemisahan sampah tidek dibutubkan, sedangkan bila sistem pengelolaan sampah dengan melakukan kegiatan pernisahan diterapkan, maka jumlah personal pemisahan sampah akan dibutuhkan sesuai dengan kemampuan rata-rata pekerja untuk melekukan kegiatan operasional pemisahan lanjutan di TPA, Kemampuan rata-rata pekerja ditentukan dengan menggunakan metode studi waktu, yaitu suatu ‘metode untuk menentukan kemampuan rata-rata pekerja dalam memproduksi ‘suatu produk dalam jangka waktu tertentu (Handoko, 1997). Biaya perlengkapan dan peralatan bantu dipengaruhi oleh jumlah personal yang menggunakamya, Biaya tersebut akan meningkat apabila sistem pengelolaan sampah dengan melakukan pemisehan diterapkan. Hal ini, ‘menyangkut jumlah perlengkapan dan peralatan bantu yang, harus digunakan oleh para personal yang terlibat dalam pemisanan sampah dan personal-personal Jainnya (operator, pengawas dan pengendalian) Dilain pihak, diaya listrik pada submodel biaya TPA di atas diasumsikan fetap dan sama untuk pada setiap tabunnya. Hal ini ditetapkan atas dasar pertimbangan bahwa biaya listrik yang dikeluarkan setiap tahunnya cukup kecil sehingga tidak banyak mempengaruhi komposisi biaya pada submodel biaya TPA. Hanya saja, diaya listrik tersebut berbeda pada penerapan sistem pengelolaan sampah dengan melakukan kegiatan pemisahan. Biaya listrik pada sistem pengelolaan sampah dengan melakukan Kegiatan pemisahian lebih besar ibandingkan dengan penerapan sistem pengelolaan sampah yang tidak melakukan pemisahan. Perbedaan tersebut disebabkan oleh adanya pemakaian listik untuk penerangan di pos penjagaan, rumah tinggal dan ruang pemisahan 6 sampah pada sistem pengelotaan sammpah dengan melakukan pemésahan, sedangkan pada sistem pengelolaan sampah yang tidak melakukan pemisahan, kebutuhan energi listrik terbatas hanya pada pemakaian untuk penerangan di pos penjagaan dan rumah tinggal Biaya bahan bakar pada submodel biaya TPA ini secara tangsung, dipengaruhi oleh jumlah alat berat yang mempunyai standar jam kerja 2.000 jam selama setahun. Dengan demikian penambahan jumlah alat berat yang dipengarshi oleh jumlah sampah yang harus dimusnahkan seiring dengan peningkatan jumlah pemakaian bahan bakar untuk Kegiatan operasionainya, Secara tidak Iangsung jumlsh pemakaian bahan baker tersebut juga dipengaruhi ich sistem pengelolsan yang diterapkan. Penerapan sistem pengelolaan dengan rmelakukan Kegiatan pemisahan akan menyebabkan jumlah pemakaian alat borat berkurang (batas minimal pemakaian slat berat adatah satu unit), karen jumiah sampah yang harus dimusnahkan dengan menggunakan alat berat_semakin berkurang. Biaya untuk analisis kualitas air, merupakan biaya yang rutin dan tetap dikeluarkan setiap tahun. Biaya tersebut dipergunakan untuk mengontrol kualitas air tanah dengan frekuensi dua kali dalam periode satu tahun. Hasil analisis kkualitas air tersebut digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk penerapan metode pemusnahan sampah atau sebagai indikator kondisi lahan TPA. Besarnya biaya pajak, asuransi dan biaya bunga investasi alat berat tergantung dari harga alat, jumlah jam kerja selama periode sctzhun, umur teknis ekonomis kendaraan, persentase nilai sisa alat, dan suku bunga bank (Komatsu, 1999), Biaya pemeliharaan terdiri dari biaya perbaikan dan perawatan fasilitas- fasititas yang ada di TPA. Besar biaya pemeliharaan untuk masing-masing fasilites tersebut adalah 5% dari biaya pengadaan persatuan unit fasilitas-fasilitas e tersebut selama saru tahun (Djajapertjunda, 1995). Dilain pihak. pemetiharaan untuk alat berat besamya tergantung dari jumlah alat berat dan jam kerja yang telah dipergunakan. Perhitungan biaya pemeliharaan pertahun diperoleh dengan cara mengalikan total jumlah jam kerja semua unit alat berat selama setahun dengan biaya pemeliharaan perjam (Komatsu, 1999), Besamya depresiasi untuk semua investasi pada submodel biaya TPA tergantung dari umur teknis ekonomis masing-masing dengan asumsi bahwa setiap investasi mempunyai nilai sisa sebesar 20% dari nilai investasi awal pada akhir umur teknis ekonomisnya. Adanya depresiasi pada fasilitas-fusilitas TPA tersebut disebabkan Karena adanya penurunan nilai akibat pemakaian seiama operasi TPA, sedangkan depresiasi lahan TPA disebabkan karena penggunsan Jahan sebagai tempat pembuangan sampah. $.2.2.2.2, Dinamika Biaya Pengangkutan Pengangkutan merupakan proses pengangkutan sampeh dari sumber sampah, TPS atau TPS Liar dan Transfer Depo. Jumlah ritasi pengangkutan vang ditetapkan dapat berpengaruh negatif terhadap jumlah kendaraan pengangkutan ‘yang harus dioperasikan, Semakin besar jumlah ritasi yang ditetapkan make semakin berkurang jumlah kendaraan yang harus dioperasikan, Namun demikian, jumlah ritasi Kendaraan yang ditetapkan terbatas oleh jumlah jam kerja dalam sehari dan kemampuan petugas untuk mengangkut sampah dan’ sumber ata ‘tempat pengumpulan ke TPA. ‘Terdapat empat mekanisme pemusnahan sampah yang diterapkan di Kotamadya Pekanbaru seperti terlihat pada Gambar 1]. Masing-masing mekanisme membutuhkan biaya yang berbeda-beda baik biaya operasionalnya ‘maupun biaya pengadaan fasilitas penunjangnya, ‘A. Mtaniaus Pratomgen Senpah Pula ly dal Th Langer. Gambar 11. Mekanisme Pembuangan Sampah 9 ot Struktur pembiayaan pada submodel biaya pengangkutan ini terdiri dan biaya investasi, operasional, pemetiharaan dan biaya depresiasi, Biaya investasi pada submodel biaya pengangkutan di atas adalah biaya pengadaan Kendaraan dump truck, compactor truck dan pick up. Besarnya jumlah biaya mvestast untuk pengadaan kendaraan tergantung dari jumlah sampah yang.harus ditanggulangi. jumlah ritasi kendaraan dalam schati dan kapasitas angkut kendaraan per ritasi Semakin besar jumlah sampah yang harus ditanggulangi, maka semakin besar jumlah kebutuhan kendaraan untuk pengangkutannya, namun sebaliknya apabila jumlah ritasi Kendaraan dalam schari dan kapasitas angkut scmakin besa ‘maka jumlah kendaraan yang dibutubkan semakin berkurang. Pada model biaya pengangkutan, perbandingan jumlah kendaraan dump truck dengan compactor track mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap biaya investasi pada submodel biaya pengangkutan ini, Semakin besar persentase pengadaan compactor iruck, maka semakin besar jumlah biaya yang harus ikeluarkan, tetapi semakin berkurang jumlah unit truk yang digunakan untuk ‘mengangkut sampah, Hal ini disebabkan karena harga perunit compactor truck lebih mahal dan daya angkutnya lebih besar dibandingkan dengan jenis dump truck. Biaya operasional pada submodel pembiayaan terdiri dari biaya personal, biaya perlengkapan dan peralatan bantu, biaya bahan bakar dan biaya pajak serta pengujian kendaraan. Biaya personal terdiri dari biaya upah dan biaya perangsang, Khususnya untuk personal yang terlibat langsimg dalam pengangkutan sampah, Biaya personal tersebut tergantung dari jumlah pekerja yang terlibat dalam mekanisme pengangkutan sampah. Pekerja-pekerja yang terlibat dalam mekanisme pengangkutan adalah supir, buruh angkut, pengawas lapangan dan mekanik, 65 Kebutuhan jurlah supir dan buruh angkut dipengaruhi oleh jumlah tuk yang dioperasikan, Untuk masing-masing jenis kendaraan, jumlah buruh angkut yang dibutuhkan tidak sama, Jumlsh buruh angkut yang dibutuhkan pada satu unit Kendaraan dump truck sebanyak tiga orang sedangkan pada satu unit kendaraan compactor truck jumlah buruh angkut yang dibutuhkan adalah dua orang. Semakin banyak jumlah truk maka semakin banyak jumlah supir dan buruh angkut yang dibutuhkan untuk mengoperasikan kendaraan dan memuatkan sampah. Gambar 12, merupakan hubungan sebab-akibat antara masing-masing Komponen biaya yang terdapat pada submodel biaya pengangkutan, Dari gambar ‘tersebut terlihat bahwa jumlah truk merupakan faktor yang secara tidak langsung sangat mempengaruhi besamya biaya yang dibutuhkan untuk kegiatan operasional pada submodel biaya pengangkutan ini, sedangkan untuk diagram alir dan persamaan matematika yang menggambarkan hubungan interaksi antara setiap variabel yang ada pada submodel biaya pengangkutan tersebut masing-masing dapat dilihat pada Lampiran 9 dan 10, Gambar 12. Kerangka Struktur Model Biaya Pengangkutan 6 Biaya personal pengawas tergantung dari jumlah pengawas yang ditugaskan dilapangan, Jumlah pengawes lapangan ditetapkan sebanyak tiga oreng untuk mengawasi Kegiatan operasional pengangkutan dan memantau kondisi wilayah yang menjadi kawasan pengelolaan. Dengan demikian, apabila luas wilayah operasional tidak berubah, maka jumlah biaya yang dikeluarkan untuk membiayi personal pengawas tetap setiap periode satu tahun, sedangkan jumlah personal mekanik tergantung dari kemampuan mekanik dalam menanggulangi mase! kerusakan kendaraan dan jumlah kendaraan yang dioperasikan, Biaya bahan bakar merupakan biaya yang dikeluarkan untuk keperlian pemakaian bahan bakar solar pada kendaraan pada kegiatan pengangkutan sampeh. Besarpya volume bahan bakar pada submodel biaya pengangkutan, selain tergantung dari jumlah truk yang beroperasi juga dipengaruhi oleh sistem pengelolaan yang akan diterapkan. Sistem pengelolaan sampah dengan ‘melakukan kegiatan pemisahan pada tingkat rumah tangga membutuhkan bahan baker yang lebih sedikit dibandingkan dengan sistem pengelolaan sampah yang tidak melakukan kegiatan pemisahan, Kecilnya volume bahan bakar pada sistem pengelolaan sampah dengan melakukan kegiatan pemisaban tersebut disebabkan ‘oleh jarak tempub dan frekuensi perhentian yang dilalui oleh kendarwan untuk mengangkut sampah ke TPA tidak begitu panjang dan banyak, Hal tersebut ‘merupakan salah satu asumsi yang dijukan pada submodel pengangkutan ketika sistem pengelolaan sampah dengan melakukan kegiatan pemisahan diterapkan, Yaitu semua sampah yang diproduksi oleh masyarakat dikumputkan oleh petugas pengumpul untuk dibawa ke TPS atau ke Transfer Depo atau pola pemusnahan sampah yang diterapkan adalah pola individual tidak langsung. a Tidak demikian helnya tethadap volume bahan bakar yang digunakan pada menggunakan sistem pengelolaan tanpa kegiatan pemisahan. Jarak: tempuh Kendaraan yang untuk melakukan kegiatan pengangkutan dan frekuensi pemberhentian masing-masing terlalu panjang dan banyak, schingga bukan saja volume bahan bakar yang menjadi besar. tetapi waktu ritasi yang dibutubkan juga akan semakin lama. Hal tersebut menyebabkun supir truk dan buruh angkutnya harus bekerja lebih lama dari jadwal yang ditetapkan untuk mencapai empat ritasi perhari, Sepert terlihat pada Gambar 11, terdapat empat mekanisme pemusnahan sampah yang harus dilayani oleh truk, yaitu pola individual tidak langsung. pola individual langsung, pola komunal langsung dan pola komunal langsung yang tidak terkoordinasi (TPS liar). Kebutuhan bahan bakar yang paling besar dari Keempat mekanisme pemusnahan sampah tersebut secara berurutan ada tiga kelompok, yaiti : (1) pola individual langsung, (2) pola komunal langsung tidak terkoordinasi den (3) pola komunal langsung dan pola individual tidak langsung. Disamping itu, kendaraan pick up yang digunakan sebagai kendaraan pembantu untuk kelancaran operasional pengangkutan sampah juga membutubkan bahan bakar. Jenis bahan bakar yang dibutubkan kendaraan pick up tersebut adalah bahan bakar bensin/premium. Jumlah volume bahan bakar yang digunakan untuk per unit kendaraan pick up tetap setiap tahunnya, tetapi jumlah volume Dahan bakar secara keselunuhan untuk keperluan kendaraan pick up ini tergantung, dari jumlah Kendaraan yang beroperasi, Biaya perlengkapan dan peralatan pada submodel biaya pengangkutan ini sangat dipengaruhi oleh jenis dan jumlah truk pengangkut sampah yang dioperasikan. Untuk compactor snuck, jumlah biaya perlengkapan lebih rendah ibandingkan dengan kendaraan dump tuk. Perbedaan besamya biaya pada 68 ‘masing-masing jenis truk disebabkan Karena jumlah buruh angkut yang menggunakan perlengkapan dan peralatan bantu berbeda, Sementara itu, apabila Jjumilah truk semakin beser, maka jumlah biaya perlengkapn dan peratatan bantu juga akan semakin besar pula. Pengaruh besarnya biaya perlengkapan dan peralatan bantu pada submodel tira percenyapor yisy: drpergudicunbran Sarwan Goruh aber tsktanee juga ikut memperbesar biaya perlengkapan dan peralatan bantu pada operasi pengangkutan. Pada sistem pengelolasn sampah yane ada di Kotamadya Pekanbaru, jumlah supir cadangan yang dibutuhkan same dengan jumlah supir inf. sedangkan jumlah buruh angkut cadangan hanya sekitar 40% dari jumlah ‘buruh angkut inti (Dinas Kebersihan, 1999). Selanjuinya, perbandingan rasio antara jumlah supir dan buruh inti dengan supir dan buruh cadangan tersebut 1 Paes J I | irs omen Tom ene reccerln! Gambar 13. Kerangka Struktur Model Biaya Pemindahan Jumlah TPS dan Transfer Depo secara langsung dipengaruhi sistem pengelolaan yang diterapkan, kapasites perumit fasilitas pemindahan dan ketersediaan lahan untuk pembangunan fasilitas tersebut. Dilain pibak, perbandingan antara jumiah TPS dengen Transfer Depo pada pemodelan ini tergantung dari kebijakan yang diambil oleh pihak pengelola ada sistem pengelotaan sempah dengan melakukan kegiatan pemisahan, asumsi yang digunakan pada sistem pengelolaan ini adalah Ketersediaan tahan untuk pembangunan fasilites pemindahan tidak terbatas. kepasitas permit TPS nN atau Transfer Depo tetap, pola mekanisme pemusnahan sampah yang ada di masyarakat adalah pola individual tidak langsung, sehingga secara keseluruhan jumlah sampah yang diproduksi oleh masyarakat akan masuk ke TPS atau ke Transfer Depo. Pada sistem pengelolaan sampah yang tidak melakukan kegiatan pemisahan, asumsi yang digunakan pada sistem pengelolaan ini adalah Ketersediaan lahan untuk pembangunan fasilitas pemindahan terbatas, kapasitas perunit TPS atau Transfer Depo tetap, sampah yang masuk ke TPS atau Transfer Depo melalui pola individual tidak langsung dan komunal langsung. Dengan demikian jumlah kebutuban sarana pemindehan pada sistem pengelolaan lebih kecil dibandingkan dengan sistem pengelolaan yang melakukan kegiatan pemisahan. Biaya operusional pada submodel ini terdiri dari biaya personal, perlengkapan dan peralatan bantu dan biaya listrik. Biaya personal, perlengkapan dan peralatan bantu serta biaya listrik tergantung dari jummlah pengadaan Transfer Depo, Semakin banyak jumlah Transfer Depo maka semakin besar jumlah biaya personal, bisya perlengkapan dan biaya listik yang dibunuhkan. Biaya depresiasi dipengaruhi oleh jumlah unit TPS atau Transfer Depo, umur tecknis ekonomis serta nilai sisa dari investasi TPS dan Transfer Depo tersebut, Pengaruh dari umur teknis ekonomis serta nilai sisa dari investasi tersebut berbanding terbalik dengan pengaruh jumlah unit TPS atau Transfer Depo terhadap besamya biaya depresiasi yang harus ditanggung, Jika umur teknis ekonomis dan nilai sisa TPS atau Transfer Depo tersebut semakin besar, maka biaya depresiasi akan semakin keci, sedangkan jika semakin banyak jumlah TPS ‘dan Transfer Depo, maka semakin besar biaya depresiasisetiap tahunnya. §2.2.24. Dinamika Biaya Pengumpulan Struktur pembiayaan pada submodel biaya pengumpulan ini adalah biaya investasi, biaya operasional, biaya pemeliharaan dan biaya penyuswian (depresiasi). Pada Gambar 14 dapat dilihat hubungan sebab-akibat antara Komponen-komponen yang ada pada submodel biaya pengumpulan ini, sedangkan diagram —alir dan persamaan_matemarika yang menggambarkan hubungan interaksi antara setiap variabel yang ada pada sub model biaya pengumpulan tersebut masing-masing dapat dilihat pada Lampiran 13 dan 14. Biaya investasi pada submodel ini adalah biaya investasi untuk pengadaan gerobak pengumpul. Besarnya biaya investasi gerobak tergantung dari jumlah gerobak yang dioperasikan. Peningkstan kebutuban jumlah gerobak pengumpul dipengaruni beberapa faktor, yaitu besamya jumlsh sampah yang diproduksi oleh masyarakat. persentase jumlah sampah yang dimusnahkan dengan pola individual tidak Jangsung, jumlah ritasi gerobak perhari dan kepasitas angkut gerobak. Sepert yang telah diuraikan sebelumnya, babwa jumlah sampah yang dimusnahkan melalui pola individual tidak langsung dipengaruhi oleh sistem pengelotaan yang iterapkan, Apabila sistem pengelolaan yang diterapkan adalah sistem pengelolaan sampah dengan melakukan Kegiatan pemisahen sampah, maka mekanisme pemusnahan sampah yang diterapkan untuk semua sampah yang Giproduksi oleh mesyarakat adalah pola individual tidak langsung. sehingea jumlah gerobak pengumpul yang harus dioperasikan disesuaikan dengan jumlah sampah yang harus ditanggulangi, Jumlah ritasi dan kapasitas angkut gerobak ‘mempunyai pengaruh yang negatif terhadap jumlah gerobak yang dibutuhkan, ‘yaita semakin besar jumlah ritasi perhari dan kapasitas angkut gerobak per ritasi. ‘maka semakin berkurang jumlah gerobak yang dibutuhkan aye Fagan sa | a Perpllaan asose 7 T ‘amish Pon Invent 7 -4 Reson he 7 [ot — Ea Tr [rein rege ie Gambar 14. Kerangka Struktur Model Biaya Pengumpulan Apabila sisters pengelolaan yang diterapkan adalah sistem pengelolaan sampah yang tidak melakukan pemisahan, maka jumlah sampah yang dimusnahkan dengan pota individual tidak lengsung akan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah kebutuhan gerobak pengumpul juga akan semakin derkurang. Berkurangnya jumlah sampah yang dimusnahkan melalui pola individual tidak langsung pada submodel biaya pengumpulan discbabkan karena semua jumlsh sampah yang diproduksi oleh masyarakat dibagi menjadi empat pola pemusnahen. Besarya jumlah sampah yang dimusnahkan melabui masing- masing pola tergantung dari kesepakatan masyarakat dengan pihak pengelola kebersihan ditingkat RT maupun RW yang dikoordinir oleh Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), Untuk memprediksi besarnya jumlah sampah yang dimusnahkan pada masing-masing pola pemusnahan tersebut, maka dalam submodel biaya pengumpulan digunakan asumsi bahwa persentase jumlah sampah yang dimusnahkan pada masing-masing pola adalah tctap setiap tahunnya ” Biaya operasional pada submodel pengumpulan ini tetdiri dari biaya personal dan biaya perlengkapan serta peralatan bantu, Besarnya jumlah biaya personal tergantung dari jumlah unit gerobak yang dioperasikan dan jummlah personal yang terlibat pada satu unit gerobak untuk kegiatan operasionalnya, yaitu petugas penguinpul, pengawas RT dan pengawas RW. Jummlah masing-masing petugas pada satu unit gerobak adalah satu orang. Dengan demikian, total jumlah personal yang terlibat pada satu unit gerobak berjumlah tiga orang dan juimlah petugas yang dibutuhkan tersebut sudah menjadi ketentuan yang dibuat oleh masyarakat dan pibak LKMD di Kotamadya Pekanbaru, Jumiah kebutuhan gerobak merupakan faktor yang selalu berubah-ubah dan mempunyai berpengaruh yang cukup besar terhadap biaya operasional pada submodel biaya pengumpulan ini, yaitu semakin banyak jumiah gerobak yang dioperasikan maka semakin banyak jumiah petugas pengumpul dan pengawas yang dibutuhken. Dengan meningkatnya jumlah petugas yang terlibat dilapangan, maka jumlah biaya operasional yang akan dikeluarkan juga akan semakin meningkat. Sementara itu, besamya biaya yang harus dikeluarkan untuk kepertuan pengadaan perlengkapan dan peralatan bantu secara tidak langsung juga dipengaruhi oleh jumlsh gerobak yang dioperasikan. Karena pada satu unit gerobak terdapat satu orang petugas pengumpul, maka secara langsung jumlah perlengkapan dan peralatan bantu tergantung dari jumlah petugas pengumpul. Semakin banyak jumlah. gerobak yang dioperasikan, maka semakin banyak jumlah petugas yang dibutubkan dan semakin banyak pula biava yang harus ddikeluarkan untuk pengadaan perlengkapan dan peralatan bantu. 8 Di lain pihak, biaya pemeliharaan pada submodel ini juga dipengarubi olch jumlah gerobak yang dioperasikan. Peningkatan jumlah gerobak yang dioperasikan pada sistem pengelolaan sampah, akan meningkatkan besarya bi pemeliharaan Biaya depresiasi yang dimaksud pada submodel biaya pengumpulan ini adalah biaya penyusutan akibat pemakaian dan pertambahan umur gerobak Faktor-faktor yang mempengaruhi besamya biaya depresiasi pada submodel ini adalah umur teknis ckonomis gerobak. nilai sisa pada akhir pemakaian gerobek ddan jumlah unit gerobak yang dioperasikan. Semakin besar umur teknis-ekonomis ddan nilai sisa gerobak, maka semakin kecil biaya depresiasi dan sebaliknya terjadi terhadap peningkatan jumlah unit gerobak yang dioperasikan. Semakin besar jumlah unit gerobak yang dioperasikan, maka semakin besar jumlah biaya depresiasi pada submodel biaya pengumpulan ini. §.2.2.2.5, Dinamika Biaya Pewadaban Peningkatan atau penurunan besamya Ddiaya pada submodel biaya pewadahan ini secara tidak langsung dipengaruhi oleh jumlah penduduk yang memproduksi sampah, Pada Gambar 15 terlihat bahwa laju peningkatan biaya pada model pewadahan ini sangt tergantung dari jumlah penduduk yang dilayani oleh pihak pengelola sampab, sodangkan diagram alir dan persamaan matematika yang menggambarkan hubungan interaksi antara setiap variebel pada submodel biaya pewadahan ini disajikan pada Lampiran 15 dan 16, 6 Struktur biaya pada model pewadahan ini terdiri dari biaya investasi, depresiasi, operasional dan pemeliharaan, Biaya investasi yang dikeluarkan pada submodel ini merupakan biaya investasi tong. Jenis tong yang dimaksud adalah Jjenis tong yang terbuat dari bahan besi yang terdiri dari dua unit, yaitu satu unit untuk jenis sampah organik dan yang satunya untuk jenis sampah anorganik. — “anak KK Tamia Unit | ro Test 1) Tere Povsease Tinga Perens even Ff ve Pelee Umar Fee Pho eI Penerepn Sister Pecgeolaan Gambar 15. Kerangka Struktur Model Biaya Pewadahan Besamya biaya investasi tergantung dari sistem pengelolaan yang diterapkan. Jika sistem yang diterapkan adalah sistem pengelolean sampah dengan melakukan kegiatan pemisahan sampah, maka struktur biaya pada submodel ini terdiri dari biaya investasi dan biaye depresiasi (penyusutan), dengan Ketentuan masyarakat harus menanggung biaya-biaya yang Jain ketika operasi pemisahan sampah sedang berjalan, Kemudian diharapkan beban biaya operasional dan pemeliharaan tong sampah merupakan wujud dari partsipasi masyarakat untuk jieut dalam menjaga lingkungan yang bersih dan sehat. Besamya biaya investasi pada submodel biaya pewadahan ini tergantung dari persentase jumiah kepala 1 keluarga yang dilayani. Semakin besar persentase jumlah kepala keluarga yang dilayani, maka semakin besar biaya investasi tong yang harus dikeluarkan. Biaya depresiasi tergantung dari umur teknis-ekonomis dan nilai sisa tong pada akhir umur teknis ekonomisnya. Semakin lama atau besar umur teknis ekonomis dan nilai sisa tong. maka semakin keeil biaya depresiasi yang harus ditanegung oleh pibak pengelolaan, Sebaliknya bila umur teknis ekonomis dan nilai sisa semakin Jama atau kecil, maka biaya depresiasi aken semakin besar. 5.2.3. Dinamika Sumber Sampab Masyarakat merupakan subjek penghasil sampah yang akan banyak menentukan fingkat keberbasilan pengelolaan sampah. Dalam melakukan kegiatan schari-bari, masyarakat selalu menghasitkan sampah (limbah padat) vang ‘merupakan hasil sisa dari pemakaian suatu barang yang dianggap sudah tidak ‘mempunyai nilai ekonomi lagi.. Laju peningkatan jumlah sampah vang tergantunz dari laju pertumbuhan penduduk dan produksi sampah perkapita, sehingga semakin tingginya riit pertumbuhan penduduk tahunannya dan produksi sampab perkapita, maka semakin besar jumlah sampah yang dihasilkan. Gambar 16 memperlihatkan bagaimana pengaruh dari tingkat pertumbuhan penduduk dan produksi sampah perkapita terhadap jumlah sampah yang diproduksi oleh masyarakat, sedangkan diagram alir dan persamaan matematika yang menggambarkan hubungan interaksi antara setiap komponen yang ada pada submodel sumber sampah tersebut masing-masing dapat difihat pada Lampiran 17 dan 18. 8 Dilain pihsk, pengaruh dari komposisi penduduk akan _memberikan implikasi tethadap pola konsumsi yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan ‘pada produksi sampah perkapita. Dalam bal ini, jurnlab penduduk yang digunaken ‘merupakan jumlah penduduk total, sehingga pengaruh yang disebabkan karena adanya perbedaan komposisi penduduk terhadap produksi sampah perkapita tidak akan tertihat Tena mk Treas ven i) pedis [+ Sonn Sen rout ena — Fen I “etree L H i amp Pesivas sacra Manors ‘eh Hon 3 Saat ‘Sanpeh WA Keats ‘san Pesan ‘Ssureh ‘Gambar 16. Kerangka Struktur Model Sumber Sempah Kemajuan teknologi yang cenderung selalu meningkat, merupakan salah satu faktor yang dapat bersifet positif maupun negatif terhadap besarnya jumlah biaya penanggulangan dan tingkat pemanfaatan sampah. Pengaruh positif dari kemajuan teknologi tersebut dapat mengurangi laju produksi sampah sekaligus meningkatkan kemampuan pengelola untuk dapat memanfaatkan sampah yang dihasilkan oleh penduduk, Penurunan laju produksi sampah dan peningkatan pemanfaatan sampah musing-masing dapat berupa rendahnya nilai sisa atau sampah yang dihasilkan dari hasil pemakaian atau pemanfaatan suatu produk dan rendahnya keanckaragaman jenis sampah seria tingginya tingkat kegunaan (dapat ddimanfaatkan Kembali) sampah yang dihasilkan, sedangkan pengaruh negatif dari kemnajuan teknologi adalah meningkatnya nilai sisa atau sampah yang dinasilkan dari pemaksian suatu produk, keanekaragaman jenis sampah yang dihasitkan dan mengurangi tingkat kegunaan sampah yang dihasilkan, Akan tetapi, dalam pemodelan ini kemajuan teknologi diangeap tetap atau Konstan, dan hal im ‘merupakan salah satu asumsi yang digunakan dalam pengembangan model ‘sumber sampah, Disamping itu, faktor-faktor yang lebih penting lagi yang perlu Gipertimbangkan pada dinamnika sumber sampah di atas adalah faktor partisipast masyarakat, Partisipasi masyarakat dalam ikut membantu menjaga kebersihan dan mengikuti Ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan guna melancarkan proses penanggulangan sampah rumah tangga sangat dibutubkcan, terutama sekali ‘pada sistem pengelolaan sampah rumah tangea yang melakukan pemisahan sampah pada sumbemya (rumah tangga). Pada tahap ini partisipasi masyarakat ‘mempunyai andil yang sangat besar sckali terhadap kebethasilan penerapan sistem pengetolaan sampah. Dengan demikian, sebagai gembaran tentang persentase masyarakat yang akan berpartisipasi dalam melakukan Kegiatan pemisahan, dalam penelitian imi ddigunakan jumiah persentase masyarakat (terutama para ibu rumah tangga) yang memberikan respon atau tanggepan setuju dan bersedia untuk melakukan kegiatan pemisahan sampah pada tingkat rumah tangea yang diperoleh dari hasil wawancara dan penyebaran kuesioner di lapangan. Pada pemodelan ini 80 persentase dari jumlah responden yang menyatakan setuju dan bersedia untuk melakukan pemisahan adalah 92% dari total jumlah responden, sehingga pada submodel sumber sampah ini digunakan nilai 92% untuk menyatakan tingkat partisipasi masyarakat yang akan melakukan pemisahan. Jenis-jenis sampeh yang ditetapkan untuk dipisahkan pada sistem pengelolaan sampah pada saat simulasi adalah jenis sampah organik dan anorganik, Dasar pertimbangan untuk menetapkan jenis-jenis sampalt yang akan dipisahkan terscbut adalah atas pertimbangan permintaan yang telah ada terhadap berbagai jenis sampah yang berlangsung selama ini, yaitu jenis sampah organik besi, tembaga, botol, kardus kertas,plastik ember, aluminium dan kaleng. Di Kotamadya Pekanbaru, besamya permintean sampah organik (teratama sampah pasar) yang digunakan sebagai bahan substitusi pupuk anorganik pada perkebunan singkong sampai saat ini belum bisa terpenuhi. Akibat sulitnya ‘mendapatkan sampah organik yang berkvalitas sebagai bahan pengganti pupuk ‘amorganik, maka para peteni mau tidak mau akhimya menggunakan sarmpah rumah tangga atau domestik sebagai pupuk alas pertimbangan biaya yang harus dikeluarkan jika menggunaken pupuk anorganik. Akan tetapi, Hanifah (1999) menjelaskan bahwa penggunaan sampah kota sebagai pupuk pada perkebunan singkong mempunyai hubungan yang positif terhadap kandungan logam berat pada umbi dan daunnya, schingga dapat membahayakan bagi tubuh orang yang sering mengkonsumsi produk pertanian tersebut. Hal ini terjadi akibat sampah kota yang terdini dan berbagai macam jenis sampab telah terkontaminasi dengan jenis-jenis sampah yang mengandung logam eral. Atas dasar tersebut maka periu dilakukan pemisahan sampah organik dengan sampah anorganik pada tingkat rumah tangga sebelum tercampur atau terkontaminasi dengan jenis-jenis sampah lain yang mengandung logam berat. at Sampah anorganik ditetapkan atas dasar pertimbangan yang hampir sama dengan sampah organik. Perbedsannya hanya terletak pada jenis pemanfaatan sampah tersebut, yaitu sebagai bahan baku industri daur ulang sempah maupun pemakaian ulang dan bukan sebagai bahan baku untuk produk-produk yang akan dikonsumsi oleh manusia 5.2.4, Dinamika Manfaat Manfaat pada submodel manfaat ini adalah manfaat finansial dari hasil penjualan sampah dan pemongutan iuran retribusi, Besamya manfaat yans diperoleh dari hasil penjuaian sampah tergantung. dari jumlah sampah yang ipisohkan oleh masyarakat dan keanekaragaman jenis sampah yang dapat ke untuk sampah organik, Rp, 200.-/kg untuk besi, Rp. 600,kg untuk plastik ember, Rp. 4000.- Akg untuk tembaga, Rp. 200,kg untuk kardus, Rp. 1000,-ke untuk kaleng Rp. 250,-/kg untuk kertas, Rp. 5000,- untuk aluminium dan Rp. 200,-‘kg untuk botol (2 botovkg) menjadi Rp. 13.125,~2kg untuk sampah organik, Rp. 350.fkg untuk besi, Rp. 1050,~/kg untuk plastik ember, Rp. 7000,-/kg untuk tembaga, Rp. 350,/kg untuk kardus, Rp. 1750,-/kg untuk kaleng, Rp. 437.5-/kg untuk kertas, Rp. 8750,- untuk aluminium dan Rp. 350,~/kg untuk botol (2 botol/kg). Selanjumnya, besamya nilai sisa barang-barang modal tersebut dipengarubi ich besamya persentase nilai sisa pada akhir umur teknis ekonomisnya dan umur teknis ekonomis proyek yang bersangkutan, Semakin besar persentase nilai sisa barang-barang modal, maka semakin besar nilai sisa yang dapat diperoleh. Namun, apabila umur teknis ekonomis proyek semakin lama, maka nilai sisa yang dapat diperoleh semakin kecil Dilain pihak, selain akibat meningkatnya jumlsh sampah yang harus ditanggulangi, besamya biaya pengelotaan juga dipengaruhi oleh besamya bunga investasi selama umur teknis ekonomis proyek, Sementara itu, besamya biaya investasi selain akibat dari peningkatan jumlah sampah yang harus ditnggulangi. juga disebabkan olch besamya persentase investasi yang menjadi beban investor. Semakin besar persentase dana yang harus diinvestasikan, maka semakin besar 103 biaya investesi yang hatus dikeluarkan, sedangkan apabila semakin Kecil persentase dana yang harus diinvestasikan maka semakin kecil biaya investasi yang harus dikeluarken, Selanjumnya, besar biaya depresiasi dipengaruhi oleh umur teknis ekonomis barang-barang modal, persentase nilai sise pada akhir umur teknis ekonomisnya dan jumlah dana yang diinvestasikan seria umur proyek yang bersangkutan, Jka umur teknis ekonomis barang-barang modal semakin lama. persentase nilai sisa semakin besar, jumlah dana yang ditnvestasikan semakin kecil dan umur proyek yang bersangkutan semakin lama maka biaya depresiasi per tahun akan semakin berkurang. Namun sebaliknya, apabila umur teknis ekonomis barang-barang modal semakin singkat, persentase nilai sisa semakin kecil, jumlah dana yang diinvestasikan semakin besar dan umur proyek yang bersangkutan semakin singkat, maka biaya depresiasi per tahunnya akan semakin besa. Tabel 9 mempertihatkan tentang kelayakan penerapan sistem pengelolaan sampah dengan melakukan kegiatan pemisahan dengan skenario SIT4M3H3 Dari Tabel 9 tersebut dapat dilihat bahwa pada tahun 1999 sampai 2003, nilai BC dan NPV berada pada kisaran yang menyatakan kelayakan sistem pengelotaan sampah untuk diterapkan, sedangkan tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 nilai BC dan NPY derada pada kiseran yang menyatakan tentang ketidaklayakan dari sistem pengelolaan sampah tersebut. Hal ini dapat dilihat dari kisaran nilai BC pada tahun 1999 sampai 2003 yang lebih besar dari 1 (satu) dan nilai BC tahun 2004 sampai tahun 2008 yang lebih kecil dari 1 (satu), Demikian pula terhadap kisaran nilai NPV’ pada tahun 1999 sampai 2003 ‘yang berada pada kisaran lebih besar dari 0 (positif), yang berarti bahwa manfaat lebih besar dari biaya + investasi, sehingga pembangunan/rehabilitasi/perluasan 104 proyek dapat dilaksanakan. Namun, pada tahun 2004 sampai 2008 nilai \P1/ ‘berada pada kisaran yang lebih kecil dari 0 (negatif), yang berarti bahwa manfaat lebih kecil dari biaya + investasi selamma umur proyek yang bersangkuian, schinggs pembangunan/ rehabilitasi/perluasan proyck tidak dapat dilaksanakan. Tabel 9. Kelayakan Sistem Pengelolaan Sampah dengan Melakukan Pemisahan Sampah Pada Tingkat Rumah Tangga dengan Skenario $1T4M3H3 dari Tahun 1999-2008 Taman | BC NPY (Rp) | PRP (neti) Total df | IRR Total Subsiai (Rp) | (tain) RR | 1%) 1959 | Tow [1 388,970,976 61 O73 099 [10 00) 2000 | 08 [2.378 902,652.83 133 L787 0.00 [F200 ie 2.390, 72a, 281.76, 1972.72] 4207 ‘io 2002 | “103; 1.631.910. 386.36 205378 | 204i 0.00 £2003 [7.00 | 103,366,403 |_=5.43 as | 00 wa) 2008} 0.97 | 2,706,814,808 35 * = =| SOR TERN SS 2005 [1194 | -6.181, 084, 908.66 | = : = 6.181.041 58 66 2006 [91 |"10,367,299.207.41 = =) 10367 299.207.81) 3007 | 088 | -15,262,184.379.61 = - T1526. 18837 61 2008 | v.86 | -20.854,200,383,08 | = = =] 20.854,290.355.08 | ‘Lamanya waktu yang dibutubkan untuk mengembelikan investasi atau PBP (nett) pada tahun 1999 sampai 2003 dapat digunakan, karena nilai BC dan NP ‘menunjukkan tentang kelayakan proyek tersebut untuk dilanjutkan. Namun, peda tahun 2004 sampai 2008 nilai PAP (nett)-nva tidak dapat digunakan sebagai waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan investasi. Waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan investasi pada tahun 1999 sampai 2003 diperkirakan secara berurutan adalah sembilan bulan, satu tahun ‘empat bulan, dua tahun, dua tahun delapan bulan dan tiga tahun lima bulan, Jika nilai kritena PBP (nett tersebut dibandingkan dengan masa pinjaman modal yang telah ditetapkan (lima tahun), maka pembangunan/rehabilitasi/periuasan provek ersebut lavak untuk dilaksanakan selama periode tima tahun, yairu dari tahun 1999 sampai 2003. Hal ini terjadi karena nilai kriteria PBP (netyy pada tahun 1999 sampai 2008 lebih kecil dari batas waktu pinjaman yang telah ditctapkan, sehingga jumlah dana yang dipinjam dapat dikembalikan sebelum provek tersebut selesai 105 ‘Untuk nifai 2RR, dengan menggunakan nilai ¢ora! df hasil simulasi skenario ‘S1T4M3H3, maka dapat diketahui nilai JRR dari tahun 1999 sampai 2003. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai RI tahun 1999 sampai 2003 tersebut masing-masing, adalah 10.69%, 7.57%, 4.20%, 2.04% dan 0.1%. Jika nilai ZRR tersebut dibandingkan dengan tingkat suku bunga bank (10%). maka. proyek tersebut hanya layak untuk dibangun/direhabilitasi/diperluas pada tahun pertama, yaitu tahun 1999, sedangkan pada tahun 2000 sampei 2005 nilai 12R lebih kecil ari pada tingkat suku bunga bank, sehingea pembangunan/tehabilitasi/perluasan proyek tidak dapat difaksanakan. Hal ini juga dinyatakan oleh Husnan dan ‘Suwarsono (1999), bahwa apabila nilai JRR lebih kecil dari suku bunga bank yang berlaku, maka pembangunan/tehabilitasi/perluasen proyek tidak dapat dilaksanakan, sedangkan apabila nilai /RR lebih besar daripada suku bunga bank, maka pembangunan’ rehabilitasi/periuasan proyek tersebut dapat dilaksanakan. Dengan demikian, dari nilai kriteria BC, NPV, PBP (net dan IRR pembangunan/ ‘ehabilitasi/perluasan proyek tersebut hanya dapat dilaksanakan selama satu tahurt Apabila dalam penerapannya di lapangan hanya dapat diusahakan atau menemukan kondisi yang sama dengan Kombinasi skenario SIT4M3H3. maka pembangunan/rehabilitasi/perluasan proyek tersebut hanya dapat dilaksanakan selama periode satu tahun. Sementara itu, pemerintah tidak perlu memberikan subsidi terhadap proyek tersebut selama periode satu tahun. 106, Dilain pibak, apabila nilai total subsidi dari hasil simulasi_ kombin: skenario $1T4M3H3 selama satu tahun dibandingkan dengan kombinasi skenario SOT4MO, maka bagi pihak pemerintah Kombinasi skenario S1T4M3H3 ‘merupakan kombinasi skenario yang terbaik untuk diterapkan jika dibandingkan dengan kombinasi skenario SOT4MO. Hal ini dapat’ dilihat dar besamya penghematan yang diperoleh oleh pemerintah, yaitu sebesar Rp. 11,623.522,733.26,- selama periode satu tahun jika menerapkan kombinast skenario $1T4M3EB. Demikian pula jika dilihat dari nilai NPV-nya, bagi pihak investor Kombinasi skenario $1T4M3HB tetap lebih baik diterapkan dibandingkan dengan menerapkan kombinasi skenario SOT4MO, Hal ini disebabkan karena pihak investor akan memperoleh manfaat sebesar Rp. 1,588,870,976.61,-jika ‘menerapkan kombinasi skenario $1T4M3H3 selama periode satu tahun, Namun. apabila kombinasi skenario SOT4MO diterapkan, maka pihak investor akan ‘Mengalami kerugian sebesar Rp. 2,744,785,127.58,- selama periode satu tahun apabila pemerintah tidak memberikan subsidi tambahan selain untuk investasi Untuk kelompok kedua digunakan kombinasi skenario $1T3M1H3, yaitu Kombinasi antara skenario sistem pengelolaan sampah dengan melakukan kkegiatan pemisaltan, persentase peningkatan tarif retribusi 75%, persentase investasi swasta 50% dan peningkatan harga jual sampah komersial 75%. Pada Tabet 10, dapat dilihat perbandingan antara total nilai sekerang manfaat, biaya. investasi dan depresiasi yang diperoleh dari hasil simulasi kombinasi skenario S1T3MIHG dari tahun 1999 sampai dengan 2008 107 Tabel 10. Total Nilai Sekarang Manfaat, Biaya, Investasi dan Depresiasi yang Berasal dari Hasil Simutasi Kombinasi Skenario $1T3M1H3 dari Tahun 1999-2008, Total Nitai ‘Total Nia Total Nilal ‘Tahun | Sekarang Manfaat | Sekarang Biaya | Sekarang Investasi 4Rp) (Rp) ep) 1955 _[14.481.470;360.10 | 5025,353,880.81 | 6599.651,95001 | 1,704.789,116 18 ‘2000 | 24.426,170.225 $9 1 10.408,553,619.33 | 9,001,869.495 91 | _3.313,198,523 84 2001 | 34.141,693.428 O1 {__16,122.939.187.48 | 11,509.414,459.29 | 4.840, 143,301.25 2002 |" 43,628,608,501.38 | 22.183,930,205.08 | 14,108,257,846.55 | 6,299,952,674.40, 2003_|52,932,766,825.44 | 28,598,623,748.98 | 16830,038,314.16 | 7,666,461,283 61 2004 | 64,364590,836 74 | 35.625,816.369.11 | 22,009,400.368.10 | 9,011,158,22529) 2005 | 73,286,301,748,19 1 42,966,682, )91 39 | 24,948,208,572.10 | 10,280,007.830 54 2006} 82.080,177,411,69 | 50,664,425,282 29 | 28,023,349,753.56 | 11,483,444 601.54 2007 | 90,714 132.280,91 | $8,729.771,176.15 | 31,191.221,713.82 | 12,624 885,934.14 2008 | 9,134,958. 80H GH | 67,157,051,290.48 | 34.390,013,688 58 | _13,710.033.611.68 Dan tabel tersebut terlihat behwa terjadi peningkatan manfaat, biaya pengelolaan, investasi dan depresiasi setiap tahunnya selama periode sepuluh tahun, Pada tahun 1999 besamya manfuat, biaya, investasi dan depresiasi masing-masing adalah Rp. 14,481,470,360.10,- dan Rp. 5,025,353,880.81,-, Rp. 6,599,631,950.21,- dan Rp. 1,704,789,116.18,-. Kemudian, pada tahun 2008 masing-masing telah meningkat menjadi Rp. 99,134,958,808.68.- dan Rp. 67,157,051,220.48,-, Rp. 34,390.013,688,58,- dan Rp. 13,710,033,611.68- Besamya manfaat yang diperoleh setiap tahun pada kombinasi skenario ini diperoleh dari basil pemungutan iuran retribusi, penjualan sampah komersial dan barang-barang modal pada akhir umur teknis ekonomis proyek yang bersangkutan, Besarnya manfaat dari pemungutan retribusi, penjualan sampah dan penjualan barang-barang modal pada akhir umur proyek masing-masing dipengaruhi oleh tarif retribusi, harga penjualan sampeh dan nilai sisa barang- ‘barang modal pada akhir umur proyek. Demikian pula halnya terhadap lamanya umur proyek yang direncanakan, semakin lama umur proyek, maka semakin besar manfaat yang terakumulasi setiap tabunnya, 108 Besarnya peningkatan tarif retribusi pada simulasi Kombinasi skenario ini adalah 75% dari tarif yang sebenarnya, yaitu sekitar Rp. 60850,- per tahun atau Rp. $100, per bulan menjadi sekitar Rp. 106500.- per tahun atau Rp. 8900.- per butan untuk setiap kepala keluarga, sedangkan harga jual sampah meningkat sebesar 75% dari harga yang sebenamya, yaitu Rp. 7.5-/kg untuk sampah onganik, Rp. 200/kg untuk besi, Rp. 600,-/kg untuk plastik ember. Rp. 4000,-/kg untuk tembaga, Rp. 200,-/kg untuk kardus, Rp. 1000.-/kg untuk kaleng, Rp. 250-/kg untuk Kertas, Rp. $000, untuk aluminium dan Rp. 200,-/kg untuk botol (2 botolvkg) menjadi Rp. 13.125,~ke untuk sampah organik, Rp. 350,-/kg untuk besi, Rp. 1050,-”kg untuk plastik ember, Rp. 7000,-/kg untuk tembaga, Rp. 350,-/kg untuk kardus, Rp. 1750,7ke untuk kaleng, Rp. 437.5,/kg. untuk kertas, Rp. 8750- untuk aluminium dan Rp. 350,-/kg untuk botol (2 botolkg). Sclanjutnya, besamya nilai sisa barang-barang modal tersebut dipengaruhi oleh besarnya persentase nilai sisa pada akhir umur teknis ekonomisaya dan umur teknis ekonomis proyek yang bersangkutan. Semakin besar persentase nilai sis barang-barang modal, maka semakin besar nilai sisa yang dapat diperoleh Namun, apabila umur teknis ekonomis proyek semakin lama, maka nilai sisa yang, dapat diperoleh semakin kecil Dilain pihak, selain akibat_meningkamya jumlah sampah yang harus ditanggulangi, besamya biaya pengelolaan juga dipengaruhi oleh besammya bunga investasi selama umur teknis ekonomis proyek. Sementara ita, besamya biaya investasi sclain akibat dari peningkatan jumlah sampah yang harus ditanggulangi. juga disebabkan oleh besamya persentase investasi yang menjadi beban investor. 109 Semakin besar persentase dana yang harus diinvestasikan, maka semakin beser biaya investasi yang harus dikeluarkan, sedangkan apabila semakin kecil ersentase dana yang harus diinvestasikan maka semakin keci) biaya invesiasi ‘yang harus dikeluarkan. Selanjutnya, besar biaya depresiasi dipengaruhi oleh ‘uur tekmis ekonomis barang-barang modal. persentase nilai sisa pada akhir umur teknis ekonomisnya dan jumlah dana yang diinvestasikan serta umur proyek yang bersangkutan. Jika umur teknis ekonomis barang-barang modal semakin lama Persentase nilai sisa semakin besar, jumlah dana yang diinvestasikan semakin Kecil dan umur proyek yang bersangkutan semakin lama maka biaya depresiasi per tahun akan semakin berkurang. Namun sebaliknya, spabila umur teknis ‘ekonomis barang-barang modal semakin singkat, persentase nilai sisa semakin kecil, jumlah dana yang diinvestasikan semakin besar dan umur proyek yang Ddersangkutan semakin singkat, make biaya depresiasi per tahunnya akan semakin besar. Tabel 11 memperlihatkan kelayakan penerapan sistem pengelotaan sampah Gengan melakukan kegiatan pemisahan, Dari Tabel 11 tersebut dapat dilthat bahwa pada tahun 1999 sampai 2007 nilai B/C dan NPY berada pada kisaran yang menyatakan kelayakan sistem pengelolaan sampah untuk diterapkan, sedangkan pada tahun 2008 nilai B/C dan NPV berada pada kisaran yang menyatakan Ketidaklayakan sistem pengelolaan sampah untuk diterapkan. Hal tersebut dapat ‘dilihat dari kisaran nilsi 8/C pada tahun 1999 sampai tahun 2007 yang lebih besar dari 1 (Satu) sehingea proyek tersebut layak untuk dibangun/direhabilitasi dipertuas, Berbeda dengan tahun 2008 yang mempunyai nilai B-C lebih kecil dari 1 (Satu), sehingga pembangunan/rehabilitasi/perluasan proyek tidak layak untuk dilaksanakan. 0 Demikian pula tethadap kisaran nilai MPV pada tahun 1999 sampai 2007 yang berada pada kisaran lebih besar dari 0 (NPV positif), yang berarti bahwa manfaat lebih besar dari biaya + investasi, sehingea pembangunan/rehabilitasi perluasan proyck dapat dilaksanakan. Dilain pihak, pada tahun 2008 nilai NPI" berada pada kisaran yang lebih kecil dari 0 (NPV negatif), yang berarti bahwa ‘manfaat lebih Kecil dari biaya + investasi selama umur proyek yang bersangkutan schingga pembangunan/rchabilitasi/pertuasan proyek tidak dapat dilaksanakan. ‘Tabel 11. Kelayakan Sistem Pengelolaan Sampah dengan Melakukan Pemisshan Sampah Pada Tingkat Rumah Tanga dengan Skenario S$1T3M1H3 dan Tahun 1999-2008 Tahue | BC NPV (Rp) | PRP (nex) | Toual df | IRR Total Subsidi (tahun) | mee | (%) (Rp) Ta 15) 2as6ee SDR O59 | OT] 42 6509.631.9503: 2000 126) 5018.77.12 34 1.01 1.28 | 36.00 9,001,869.493 91 2001 124 | 6.509.339.7681 26 1ST 1.92 | 26.00 11,509,414.459.29 ‘2002 120 | 7.336,420.449 76 203 [263 | 19.07 _14,108.287,846 55 2003 17 | 7.504,108,762 30 2631 3.46] 14.69 16,430.038,314 16 2008 TA? | 6.720,334,000.53 350 | 460] 8.16 72,009.400,368 1 2005 1,08 | $,371,403,984.71 430 [5.76 | 5.13 ~24,948,208.572 16 2006 Tos; 3.392.402,375 85 32 = = 28,023 349-753 56 2007 101} 795.138,790.94 629 = T3191 22 2008 0.98 | -3.412,106,100.38 = = = 36/802.119-78 9% Selanjutnya, waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan investasi pada talnn 1999 sampai 2007 diperkiraken secara berurutan adalah tyjuh bulan, satu tahun, satu tahun enam bulan, dua tahun, dua tahun delapan bulan, tiga tahun enam bulan, empat tahun empat bulan, lima tahun tiga bulan dan enam tahun empat bulan, sedangkan kriteria PBP (nett) pada tahun 2008 tidak dapat digunekan karena nilai 2-C den NPY memunjukkan tentang ketidaklayakan proyek tersebut untuk dibangun/direhabilitasi/ diperiuas. Narmun, jika nilai kriteria PBP (net) dari whun 1999 sempsi 2007 tersebut dibandingkan dengan masa pinjaman yang telah ditetapkan, maka proyek yang telah mencapai umur teknis ekonomis pada tahun 2006 dan 2007 tidak layak untuk dilaksanakan. Hel ini disebabkan m arena nilai kriteria PP (net -nya lebih besar jika dibandingkan dengan masa pinjaman modal yang telah ditetapkan, schingga jurnlah dana yang dipinjam dapat ikembalikan sebelumn proyek tersebut selesai Untuk nilai ZR, dengan menggunakan soial ef hasil simulast skenanio S1T3MI1H3, make dapat diketahui nilai JR dari tahun 1999 sampai 2005. Hasil perhitungan nilai /2X tahun 1999 sampai 2005 tersebut secara berurutan. adalah 42%, 36%, 26%, 19.07% 14.69%, 8.16% dan 5.13% Jka nilai (RR tersebut dibandingkan dengan tingkai suku bunga bank, maka nilai /RR dari tahun 1999 sampai 2003 Iebin besar dari tinekat suku bunga bank, sedangkan nilai //¢R pada tahun 2004 sampai 2005 lebih kecil dari tingkat suku bunga bank. Dengan demikian pembangunan/rehabilitasi/periuasan proyek hanya dapat dilaksanakan muiai dari tahun 1999 sampai 2003 atau sekitar lima tahun. Dengan demikian, berdasarkan atas empat kriteria investasi yang tetah diperoleh, yaitu BC, NPF. PBP (nett) dan IRR, maka pembangunan/rehabilitasi/pertuasan proyek tersebut dapat dilaksanakan selama lima tahun, Jika dalam penerapannya di lapangan hanya dapat diusahakan atau menemuken kondisi yang sama dengan kombinasi skenario $1T3MIH3, maka Pembangunan/ rehabilitasi/perluasan proyek tersebut dapat dilaksanakan selama Periode lima tahun. _ Namun, pemerintah masih harus memberikan subsidi tethadap proyek tersebut. Batas minimal subsidi yang hanus diberikan pemerintah selama periode lima tahun adalah Rp. 16,830,038,314.16-, sedangkan manfaat ‘yang diterima oleh pihak investor adalah Rp. 7,504,104,762.30,- Dilain pihak, apabila nilai total subsidi dari hasil simulasi_ kombinasi skenario $1T3M1H3 selama lima tahun dibandingkan dengan kombinasi skenario SOT4MO, maka bagi pibak pemerintah kombinasi skenario S1T3M1H3 ‘merupakan kombinasi skenario yang lebih baik jika dibandingkan dengan n2 Kombinasiskenario SOT4M0, Hal ini disebabkan Karena pemerintah akan memperoleh penghematan sebesar Rp. 11,464,902,785.93,- selama periode lime tahun jika menerapkan kombinasi skenario S1T3\(0H3, Demikian pula jika dilihat dari nilai NP¥-nya, bagi pihak investor Kombinasi skenario $1T3M1H3 tetap lebih baik diterapkan dibandinghan denges menerapkan kombinasi skenario SOT4MO. Hal ini disebabkan Karena pihak investor akan memperoleh manfaat sebesar Rp. 7,504.104.762.30.- ke menerapkan kombinasi skenario STT3M1H3 selama periode lima tahun, Namun apabila Kombinasi skenario SOT4MO diterapkan, maka pihak investor ake: mengalami kerugian sebesar Rp. 16,104,336,123.01,- apabila pemerintah tidak ‘memberiken subsidi tambahan selain untuk investasi selama periode ima tahun Kombinasi skenario yang digunakan sebagai gambaran untuk mewakili kelompok ketiga adalah S1T3MOH3, yaitu kombinasi antara skenario. sistem pengelolaan sampah dengan melakukan kegiatan pemisahan, persentase peningkatan tarif retribusi 75%, persentase investasi 25% dan peningkaran area jual sampah 75%, Pada Tabel 12, dapat dilihat perbandingan antara total nilai sekarang manfaat, biaya, investasi dan depresiasi yang diperoleh dari has simulasi kombinasi skenario $1T3MOH3 dari tahun 1999 sampai dengan 2008 Tabel 12. Total Nilai Sekarang Manfaat, Biaya, Investasi dan Depresiasi yan ‘Berasal dari Hasil Simulasi Kombinasi Skenario $1T3MOH3 dan Tahun 1999-2008, | Total nia Total Nita ‘Total Nilsi Sekarang si ‘Tahun | Sekarang Mantaat { TTI Cees | Sekarang i (Rp) 8000 | 13,502.804.240.87 2001 [Tak | —o.sra ear, 654 37, 095] ~1.10 | >30.00 | 17.264. 121. 688 98 2002 [143 | 72,028,963.559.43 1.27148 | 350.001 21.162.386, 769.82 2003 [13 aie.34.978.97 Lot t92[ 47sa[ 25-255.057.47124 2004} 132] 8,078.511,919.91 223] 263 | 30.16 | 330014. 100,552 15, 3005 | 1.27 | 14,150,185 643 se 2.75 | 3.28 [2034 | 57,422.308.358 17 2006 | 123 |1a629,380348.62 336 [4.06 | 1883 | 42,035.024,630 33 2007 | 1.38 | 12319,380.5i8.67 4084.99 | 14ae | 46.786 830,570 2008 | 114 | 10.827. 634;904 22 49516141027 51.585.020.53287 Hal tersebut dapat dilihat dari kisaran nilai B/C pada tahun 1999 sampai 2008 yang lebih besar dari I (satu) schingga pembangunan proyek tersebut layak ‘untuk dilaksanakan, Demnikian pula terhadap kisaran nilai NPY pada tahun 1999 sampai 2008 yang berada pada kisaran lebih besar dari 0 (NPY positif, yang berarti bahwa manfaat lebih besar dari biaya + investasi, sehingga pembangunan’ rehabilitasi/ pertuasan proyek dapat dilaksanakan. Dilain pihak, waktu yang dibutuhkan untuk mengembaliken investasi dari tahun 1999 sarmpai 2008 diperkirakan secara berurutan adalah lima bulan, delapan bulan, sebelas bulan, satu tahun tiga bulan, satu tahun delapan bulan, dua tahun We tiga bulen, dua tahun sembilan bulan, tiga tahun empat bulan, empat tahun sani bulan dan empat tahun sebelas bulan, Jika nilai kriteria PBP (new) tersebut dibandingkan dengan masa pinjaman modal yang telah ditetapkan. maka Pembangunanirehabilitasi/ perluasan proyek pengelolaan sampah tersebut Jayak untuk dilaksanakan selama sepuluh tahun, yaitu mulai dari tahun 1999 ‘sampai 2008. Hal ini terjadi karena nilai kriteria PRP (nett) dari tahun 1999 sampai 2008 lebih kecil dibandingkan dengan masa Pinjaman yang telah ditetapkan. schingga jumlah dana yang dipinjam dapat dikembalikan sebelum proyek tersebut selesai. ‘Sementara itu, dengan menggunakan nilai sora! df hasil simulasi skenario SIT3MOH3, maka dapat diketahui nilai /RR dari tahun 1999 sampai 2008, Hasil Pevhitungan nilai JAR tahun 1999 sampai 2002 menunjukkan bahwa nila IRR berada diluar kisaran daftar present value of I atau lebih besar dari 50%, yang berarti nilai JRR lebih besar daripada tingkat suku bunga bank. Disamping itu, untuk nilai /RR tahun 2003 sampai 2008 secara berurutan adalah 47. 54%, 30.16%, 20.54%, 18.83%, 14.46% dan 10.27% atau lebih besar deri pada tingkat suku bunga bank, sehingga pembangunan/rehabilitasi/perluasan_ proyek dapat dilaksanakan, Dengan demikian, berdasarkan nilai kriteria Bi. NPV, PRP (nest) dan IRR, maka pembangunan/ rehabilitasi/periuasan proyek tersebut dapat dilaksanakan selama sepuluh tahun. Jika dalam penerepannya di lapangan hanya dapat diusahakan atau menemukan kondisi yang sema dengan kombinasi skenario S1T3MOH3. maka Pembangunan’ rehabilitasi/perluasan proyek tersebut dapat dilaksanakan selama periode sepuluh tahun. Namun, pemerintah masih harus memberikan subsidi terhadap proyek tersebut. Batas minimal subsidi yang harus diberikan pemerintah selama periode sepuluh tahun tersebut adalah Rp. 51,585,020,532.87.- 7 Dilain pihak, apabila nilai total subsidi dari hasil simulasi Kombinasi skenario SIT3MOH3 selama sepuluh tahun dibandingkan dengan kombinasi skenario SOT4MO, maka bagi pihak pemerintah kombinasi skenario $1T3MOH3 ‘merupakan kombinasi skenario yang terbaik untuk diterapkan jika dibandingkan dengan kombinasi skenario SOT4M0. Hal ini dapat’ ilibat_ dari besamya penghematan yang diperoleh oleh pemerintah, yaitu sebesar Rp. 10,601,009.187.48,-selama _periode sepuluh tahun jika_menerapkan kombinasi skenario S1T3MOH3. Demikian pula jika dilihat dari nilai NPV-nya, kombinasi skenario SIT3MOH3 tetap lebih baik diterapkan dibandingkan dengan menerapkan kombinasi skenario SOT4MO bagi pihak investor. Hal ini disebabkan karena pihak investor ekan memperoleh manfaat sebesar Rp. 10,827,634,904.22.~ jika menerapkan kombinasi skenario SIT3MQH3 selama periode sepuluh tahun. Namun, apabila kombinasi skenario SOT4MO diterapkan, maka pihak investor akan mengalami kerugian sebesar Rp. 38,427,365,408.64,- selama_periode sepuluh tahun apabila pemerintah tidak memberikan subsidi tambahan selain untuk investasi VII, KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan 1. Semua kombinasi skenario yang dapat diterapkan pada sistem pengelotaan sampah tanpa melakuken pemisahan pada tingkat rumah tangga tidak dapat digunakan untuk membust proyek tersebut menjadi layak dari aspek finansial 2. Terdapat empat puluh sembilan kombinasi skenario yang dapat digunakan agar proyek pengelolaan sampah layak dari aspek finansial, yaitu dua puluh lima kombinasi skenario yang dapat dikelompokkan pada umur provek kurang dari lima tahun, delapan belas kombinasi skenario pada kelompok umur Proyek yang sama dengan atau besar dari lima tahun dan kurang dari sepuluh tahun serta enam kombinasi skenario pada kelompok umur proyek sepuluh tahun, 3. Kombinasi skenario $1T4M3H3, S1T3MIH3 dan $1T3MIH3 masing-masing dapat digunakan untuk membuat proyek pengelolaan dengan melakukan kegiatan pemisahan sampah layak diterapkan pada umur proyek satu tahun, lima tahun dan sepuluh tahun, 4. Batas minimal subsidi jika menerspkan kombinasi skenario $1T4M3H3, SIT3MiH3- dan SIT3MIH3~— pada masing-masing umur__teknis ekonomis proyek masing-masing adalah Rp. 0. (tanpa subsidi)-, Rp, 16,830,038,314.16, dan Rp. 51,585,020,532.87.-. 5. Penghematan yang diperoleh oleh pemerintah apabila_ menerapkan kombinasi skenario $1T4M3H3. StT3MIH3 dan $1T3MOH3 dibandingkan dengan kombinasi_skenario. SOT4MO_—masing-masing _sebesar Rp. 11,623,522,733.26,- selama umur teknis ekonomis proyek (satu tahun). Rp. 11,464,902,785.93,-, selama umur teknis ekonomis proyek (lima tahun) dan Rp. 10,601,009,187 48.- selama umur teknis ekonomis proyek (sepuluh tahun). 9 6. Jika menerapkan kombinasi skenario S1T4M3H3, SIT3MIH3 dan SUT3MOH3, maka pihak investor akan memperoleh—manfaat masing-masing sebesar Rp. 1,588,870,976.61.-. Rp. 7,504,104,76?.30. dan Rp. 10,827,634,904.22,-selama umur teknis ekonomi proyek yang bersanghutan 7. Jika menerapkan kombinasi skenario SOT4MO, maka selama umur proyek satu ‘tahun, lima tahun dan sepuluh tahun, pibak investor akan mengalami Kerugian masing-masing sebesar Rp, 2,744,785,127.$8,-. Rp. 16,104,336,123.01,- dan Rp, 38427.365 408.64. jika pemerintah tidak memberikan subsidi tarnbahan selain biaya investasi 82. Saran |. Penelitian tentang peranserta masyarakat dalam mendukung kegiatan Penanggulangan sampah perlu dilakukan agar penerapan sistem pengelolaan ‘yang direkomendasikan pada penclitian ini dapat teraksana dengan baik. 2. Disarankan agar pemerintah dapat meningkatkan hubungan kerjasama dengan pihak swasta dalam menanggulangi masalah pembiayaan seta meningkatkan Penegakan hukum yang berhubungan dengan pengelolaan sampah 3. Penelitian lanjutan periu dilakukan untuk mengetahuiperkembangan ‘Keanekaragaman jenis produk yang akan menghasilkan sampah serta untuk ‘meningkatkan nilai_guna dari berbagai jenis sampah yang masih belum dapat dimanfaatkan, 4. Bagi pihak investor, dalam membuat keputusan untuk menerapkan salah satu kombinasi skenario yang sesuai dengan keadaan yang sebenamya di lapangan sebaiknya terlebih dahulu harus mempertimbangkan manfaat yang akan diterima selama umur proyek yang ditencanakan. Bagi pihak pemerintah, hal 120 yang perlu dipertimbangkan adalah besarnya subsidi yang harus dikeluarkan dan besarnya penghematan yang akan diperoleh selama umur proyek yang direncanakan, sedangkan bagi pihak kreditur, hal yang perlu dipertimbangken adalah bagaimana keamanan dana yang dipinjamkan kepada investor selama ‘umur proyek yang direncanakan. DAFTAR PUSTAKA. Aida, N, 1996, Usaha Pemanfuatan Barang Bekas Dari Sampeh Dan Pengarchnya Terhadap Pengelolaan Sampak Di Kotamadya Bogor. (Studi Kasus TPA Gunung Galuga). Tesis Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Dirjen Cipta Karya, 1991. Final Materi Persampahan (Pekerjaan Review dan Penyempurnaan Materi Training Staf Teknnk dan Perencanay. Dijen Cipta Karya, Jakarta Bappedal dan Lembaga Penelitian ITB, 1995. Pengemhangan Mode! Dinamik Analisis Inerakst Aniar Kependudukan, Pembangunan dan Kondist Lingkungan Sebagai Masukan Pelaksanaan Koordinasi Antar Pelaku Pembangunon, Badan Pengendalian Dampak Lingkungan dan Lembava Penelitian ITB, Bandung. Anonim, 1997, Stella” User's Manual, High Performance System Inc. Azwar, A., 1990, Pengantar Ilmeu Kesehatan Lingkungan, Mutiara, Jakasta. Biro Pusat Statistik, 1990. Pekanbaru Dalam Angka 1990, BPS Kotamadya Pekanbaru. » 1991. Pekanbaru Dalam Angka 1991. BPS Kotamadya Pekanbaru. » 1992. Pekanbarw Dalam Angka 1992. BPS Kotamadya Pekanbaru » 1993. Pekanbars Dalam Angka 1993. BPS Kotamadya Pekanbaru, » 1994. Pekanbarw Dalam Angka 1994, BPS Kotamadya Pekanbara + 1995, Pekanbaru Dalam Angka 1995. BPS Kotamadya Pekanbaru. 1996. Pekanbaru Dalam Angka 1996, BPS Kotamadya Pekanbaru » 1997. Pekanbaru Dalam Angka 1997. BPS Kotamadya Pekanbara. Biro Pusat Statistik, 1998. Pekanbaru Dalam Angka 1998. BPS Kotamadva Pekanbary, + 1999. Pekanbaru Dalam Angka 1999. BPS Kotamadya Pekanbaru, 4 1998. Statistik Upah 1998. BPS Jakarta-Indonesia. Budiarto, D., 1993. Sampah dan Permasalahannya Di Wilayah Kotamadya Dat H Bogor. Makalah Seminar Nasionat Penanganan Limbah Tekstil dan Limbah Organik, tanggal 17 November 1993. Persada Cabang Bogor. Alumni Menwa Cabang Bogor, Alumni JICA Cabang Bogor bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor, Cibinong Bogor. Charles A. S. Hall and Jhon W. Day, Jr, 1997. Heosystem Modeling in Theor and Practice An Introduction with Cave Histories, Ton Wiley and Sons New York, Bappeda Tingkat II Kotamadya Pekanbaru, 1999. Dafiar Kegiatan Daerah Operast dan Pemeliharaan Tahun Anggaran 1999/2000 dan Data Dasar Prasarana Sistem Manajemen Operast Dan Pemeliharaan. Bappeda Tk. Ii Kotamadya Pekenbaru, Pekanbaru Dahuri, R., 1998. Materi Kuliah Mata Ayaran Analisis Sistem dan Pemodelan dalam Pengelolaan Lingkungan. Program Studi Pengelolaan Sumberdava ‘Alam dan Lingkungan, Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Departemen Pekerjaan Umum, 1998. Peryusunan Memorandum Proyek. Konsep Laporan Akhir Buku-2. PT. Wastu Astindo Riau. Pekanbaru, » 1998. Surat Perjanjian Pekerjaan (Kontraky Review DED Kawasan Kumuh Kotamadya’ Pekanbaru (Kelurahan Limbungan Kecamatan Rumbai Kolamadya Pekanbaru seluas 20 Ha) antara Pimpinan Proyek Peningkatan Prasarana Permukiman Riau Tahun Anggaran 19981999 dengan CV. Abdicitratama Ciptaconsulindo, CV. Abdicitratama, Pekanbarn. » 1997. Pekerjaan Optimatisasi Pendayagunaan Prasarana PLP Perumahan Kotamadya Pekanbaru, Laporan Pendalruluan Proyek Peningkatan Prasarana Permukiman Riau, Pekanbaru + 1987. Perunjuk Perencaaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Meiode Analisa Komponen. Yayasan Badan Penerbit PU, Jakarta 123 Dewi, R, 1997. Analisis Ekonomi dan Sostal Penanganan Sampah Kota (Studi ‘Kasus_ di Wilayah Kotamadya Bogor). ‘Tesis Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Dinas Kebersihan Pekanbaru, 1999. Laporan Tahunan Tahun 1998 1999. ‘Dinas Kebersihan Kotamadya Daerah Tingkat II Pekanbaru, Pekanbaru. Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya, 1998. Analisa Harga Satuan Pekerjaan Dengan Pendekatan Harga Saluan Pekerjaan Teort Dan Lapangan Untuk Kotamadva Pekanbaru. Dinas PU Cipta Karya, Pekanbaru, Dinas Pekerjaan Umum, 1995. Diktat Pembantu Penataran PLP Bidang Persampuhon Pekanbaru Pemerintah Daerah Tingkat 1 Riau Proyek Peningkaian Pendidikan dan Lauhan. Dinas Pekerjaan Umum Propinsi Daerah Tingkat { Riau, Pekanbaru, Djajapertjunda, H. M.S. 1995. Rekayasa Pelaksanaan Dan pengetolaan Proyek, Jilid If. Universitas Pakuan Bogor, Bogor. Djuwendab, E.. 1998. Analisis Keragaan Ekonomi dan Kelembagaan Penanganan Sampah Perkotaan, Studi Kasus Di Kotamadya Daerah Tinghat H Bandung Propinsi Jawa Barat, Tesis Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Dunn, W. N., 1998. Analisa Kebyaksamaan Publik, Kerangka Anatisa dan Prosedur Peruntusan Masalah. Diterjemahkan oleh Muhadjir Darwin. PT. ‘Hanindita Offset, Yogyakarta Eriyatne, 1999. [mu Sistem, Meningkatkan Mutu dan Efektivitas Manayemen, Jitid Satu. IPB Press, Bogor. Ford, A. 1999. Modeling the Environment, An Introduction to System ‘Dynamics Model of Environmental System. Island Press. Washington D.C. Cevelo, California Forrester, Jay W., 1973. World Dynamics. Wright-Allen Press Inc., ‘Cambridge. Massachusetts, Gaspersz, V., 1992. Analisis Sistem Terapan, Berdasarkan Pendekatan Telok Industri Penerbit Tarsito, Bandung Gittinger, J. P.. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Edisi 11, Diterjemahkan oleh Siamet Sutomo dan Komet Mangiri. Penerbit UI-Press, Jakarta. Gumbira-Sa'id, E., 1988. Sampah Masalah Kita Bersama, Penerbit Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta 14 Hadiwiyoto, S.. 1983. Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. Nayasan \deyu. Jakarta. Haeruman, H., 1979. Perencanaan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Institut Pertanian Bogor Bogor. Handoko, T. H., 1997. Dasar-dasar Manajemen Produksi Dan Operasi, Edist | BPFE, Yogyakarta, 464 h Hanifah, T.A., 1999. Analisis Kandungan Logam Berat Dalam Ubi Kayw (Manihot esculenta Crantz) Yang Dipupuk Dengan Sampah Kota Di Dever Kula, Pekanbaru, Tesis Program Pascasafjana Institut Pertanian Boger. Bogor. Husnan, S. dan Suwarsono, 1999. Studi Kelayakan Proyek, Edisi Ketiga, UPP ‘AMP YKPN, Yogyakarta, 382 h. Idris, 1995. Pola Pengelolaan Sampah Pemukiman Dan Partisipast Masyarakat ‘Dalam Pelaksanaannya di Kotamadya Padang, —Tesis Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan. Islamy, 1, 1997. Prinsip-prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara. Buri ‘Aksara, Jakarta 129 h Jayadiningrat, J. T., 1992. Tata Guna Tanah Dalam Perencanaan Pedesaan Perkotaan Dan Wilayah. Penerbit ITB Bandung, Bandung. 306 f. Jeffers, J.N.R., 1978. An Introduction to System Analisis : With Ecological Application. William Clowes and Sons Limited, London. Jorgensen, S. E1988. Fundamental of Ecological Modeling. Elsciver. ‘Amsterdam, Oxford, New York, Tokyo. 391 p. Komatsu-Japan, 1999. Specification And Application Handbook. Minatoku, Tokyo, Japan. Kuik, O, and H. Verbruggen, 1992. In Research of Indicators of Sustainable "Development, Kluwer Academic Publishers. Dordrecht, Boston, London 126 p. Ma'ruf, A., 1992. Pengelolaan Sampah Pemukiman Yang Dikaithan Dengan Partisipest Masyarakat. Yamal Lingkungan dan Pembangunan 12 (3) Hal 171-182 Nainggolan, D. D., 1995. Penanganan Sampah Kota Di Kotamadya Medan Dan ‘Sehitarmya, Makalah Seminar Sehari Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Sumber Energi Alternatif di Jabotabek. Direktur Utama PD. Kebersihan Bestari Medan, Medan. 125 Patten, B.C, 1976. Sysiean Analysiy And Simulation m Ecology. Volume IV: ‘Academic Press. New York, San Francisco, London, $92 p. Perusahaan Umum Gas Negara dan Gotz GmbH Metall-und Anlangenbau. 1995. Studi Kelayakan Pengolahan Sampah Organik Sehagai Sumber Energi Alternatif di Jaboabek. Makalah Seminar Sehari Pemanfaatan ‘Sampah Organik Sebagai Sumber Energi Alternatif! di Jabotabek. Divisi Pengkajian Dan Penerapan Teknologi Perusahaan Umum Gas Negara. Jakarta. Prajudi, A.. 1980. Dasar-dasar Hou Administrasi Jilid 1. Ghalia Indonesia, Jakarta, Pusat Penelitian Energi Lembaga Penelitian Institut Teknologi Bandung. 1996. Laporan Akhir Pekerjaan Model Dinamik Uniuk Analisis Lingkungan. Institut Teknologi Bandung, Bandung. Putra, T. K., 1997. Estimasi dan Prediksi Kecenderungan Emisi Metan Dt Tempat embuangan Akhir Sampah (Studi Kasus di TPA Bantar Gebaneg. Bekasi). Tesis Program Pascasarjana, Program Studi Imu Lingkungan Universitas indonesia, Jakarta Puttmer, M., 1995. Cogeneration Unit Electricity and Heat, Makalah Semimar Sehari pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Sumber Energi Altematif di Jabotabek. PT. Gas Negara (Persero) bersama PT. Citra Lamtorogung Persada — PT, Envientindo Bina Perkasa - Gotz Gmbl Metall-und Anlangenbau, Jakarta , 1995. Waste Management in Germany. Makalah Seminar Sebati pemanfeatan Sampah Organik Sebagai Sumber Energi Ahematif di Jabotabek. PT. Gas Negara (Persero) bersama PT. Citra Lamtorogung Persada ~ PT. Envientindo Bina Perkasa - Gotz GmbH Metall-und Anlangenbau, Jakarta Rachmadi B. §., 1995. Aspek Peluang Kebijakan Yang Terkait Dengan Kerjasama Pemerimah Dan Swasta Dalam Pembangunan Prasarana Khususrya Persampahan Di Indonesia. Makalah Seminar Sehan. Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Sumber Energi Altematif di Jabotabek. PT. Gas Negara (Persero) bersama PT. Citra Lamtorogung Persada - PT. Envientindo Bina Perkasa - Gotz GmbH Metafi-und Anlangenbau, Jakarta Reutlinger, 1966. Analysis of A Dynamie Model with Panicular Emphasis on ‘Long-Run Projection. Journal of Farm Economic 48 (1996): 88-107. Rusli, S., 1995. Pengantar Ilmu Kependudukan. LP3ES, Jakarta. Salman, M., 1993. Analisis Ekonomi Komoditas Kapas Indonesia : Pendekaian Stmulasi Kebijakan dengan Model Ekonometrika, Program Pascasarjana Instinute Pertanian Bogor. Bogor. 126 Sevilla, C. G., Jesus A. O., Twila G. P., Bella, P. R., dan Gabriel, G. U., 1993, Pengantar Metode Penelitian, Ul-Press, Jakarta. Slamet, J. S.. 1996. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada Press, Youvakarta. Soekarman, 1984, Pemanfaaian Tinja Dan Sampah PKI Jakarta Untuk Alerunjang Pembangunan Nasional. Hasil Sayembara Penulisan Naskah limiah Th. 1983/1984, CV. Fra Swasta Bekerjasama Dengan PEMDA DKI Jakarta, Jakarta, Sockirno,, 1998. Menggusur Gunung Sampah dalam Media Bahan Berbahaya. Folume 12 Juli 1998, Asosiast Pedagang dan Pemakai Behan Berbaliay (ASPEMBAY<), Jakarta Soemarwoto, ©. 1989. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan: Djambatan, Jakarta Soerianegara, 1, 1978. Pengelolaan Sumherdaya Alam agian It. Sekolah Pascasarjana Jurusan Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan Lingkungan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Soewedo, H., 1983, Penunganan dan Pemantaatan Sampah. Yayasan tdavu Jakarta Suhartiningsih, W., 1998, Sisiem Penunjang Keputusan Investasi Usaha Daur Ulang Sampah Kota Untuk Produks: Kompos. Tesis Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sutojo. S.. 2000. Pembiayaan investasi Provek (Capital Budgeting). Sen. ‘Manejemien Bank No.2. PT. Damar Mulia Pustaka, Jakarta, 188 b. Syamsuddin, A., 1985. Studi Temang Pengelolaan Sampah di Kotamadva Ujune Pandang. Thesis Pascasarjana KPK IPB-LINHAS, Bogor. ‘Tharun, G., N.C. Thanb, Robin B. 1978. Environmental Management for Developing Countries, Volume 1. Waste and Water Pollution Control. Review of Technical Solutions. Asian Institute of Technology. Cart Duisberg- Gesellschafi,eV, Environmental Resource LTD, Bangkok. Tietz, W., 1995. Feasibility Study for an Organic Waste Treatment Plant Makalah Seminar Sehari Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Sumber Energi Alternatif di Jabotabek. PT. Gas Negara (Persero) bekerjasama dengan PT. Citra Lamtorogung Persada ~ PT. Envientindo Bina Perkasa - GOETZ GMBH, Jakarta Urban Development Sector Unit East Asia and Pacific Region, 1997. The se of Compost in Indonesia * Proposed Campost Quality Standards et 1998, Whara Waste Solid Waste Management in Asia a Walikotamadya KDH Tingkat II Pekanbaru. 1997, Buku Kerja LKAD. Kotamadya Dati {I Pekanbaru, Pekanbaru. Wardhana, W. A. 1995. Dampak Pencemaran Ligkungan, Ands Offset Yogyakarta 284 h Yakin, A, 1997. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Teori dan Kebijaksanaan Pembangunan Berkelanjutan. Akademika Presindo, Jakarta sz Lampitan 2. Peta Tipikal Lokasi TPA Pagar kawat dari Pinte gerbe Pater tembok 6a 130 Lampiran 3, Diagram Alir Submodel Keputusan 131 Lampiran 4. Hubungan Materatis antara Setiap Variabel yang Terdapat pada Submodel Keputusan Keputusan~ [CO] Akumulasi_Bunga(t) = Akumulasi_Bunga(t - dt) + {Bunga_per_thn) * dt INIT Akumulasi_Bunga = 0 DOCUMENT: merupakan akumulasi bunga nilai sekarang investasi selama umur proyek yang telah dilalui INFLOWS: Bunga_per_thn = SubTNS_Investasi*Suku_Bunga_Pjmn DOCUMENT: merupakan besarnya bunga per tahun [Cl Akumutasi_NS_Biaye(t) = Akumulasi_NS_Biaya(t- dt) + (NS_Biaya) * dt INIT Akumutasi_NS_Biaya = 0 DOCUMENT: merupakan akumuliasi nilai sekarang biaya selama umur proyek yang telah dilalui INFLOWS: “@ NS_Biaya = (if(time=1999) then (((Biaya_Pmndhn+Biaya_Umm&Admnstrs+Biaya_Png mpin+Biaya_Pngngktn+Biaya_TPA)-Biaya)+(((Biaya_P mndhn+Biaya_Umm&Admnstrs+Biaya_Pngmpin+Biay a_Pngngktn+Biaya_TPA)-Biaya)"Persen_Biaya_Tak_ Terduga)"Faktor_Diskon) else (Biaya_Pmndhn*Biaya_Umm&Admnstrs+Biaya_Pngm pin+Biaye_Pngngktn+Biaya_TPA)+((Biaya_Pmndhn+B iaya_UmmaAdmnstrs+Biaya_Pngmpin#Biaya_Pngngk tn+Biaya_TPA)"Persen_Biaya_Tak_Terduga))+Bunga Swst DOCUMENT: merupakan nilai sekarang biaya per tahun {C0 Akumulasi_NS_Depresiasi(t) = Akumulasi_NS_Depresiasi(t - dt) + (NS_Depresiasi) * ct INIT Akumulasi_NS_Depresiasi = 0 DOCUMENT: merupakan akumulasi nilei sekerang depresiasi selama umur proyek yang telah dilalu Lampiran 4, (lanjutan) INFLOWS: “# NS_Depresiasi = {Depresiasi_Pmndhn+Depresiasi_Pngmpin+Depresiasi _Pngngktn+Depresiasi_Pwahn+Depresiasi_TPA+Depr esiasi_UmmB&Admnstrs)"Persentase_Investasi_Swast a*Faktor_Diskon DOCUMENT: merupakan nilai sekarang depresiasi per tahun (C Akumulasi_NS_Investasi(t) = Akumutasi_NS_Investasi(t - dt) + (NS_investasi) * dt INIT Akumulasi_NS_Investasi = 0 DOCUMENT: merupakan akumulasi nilai sekarang investasi selama umur proyek yang telah dilalui. INFLOWS @ _NS_investasi = ifitime=1999) then (((investasi_Pmdhn+investasi_Umm&Adm+investasi_ Pwdhn+investasi_Pngmpin+investasi_PngngktntInves tasi_TPA)+((investasi_Pmdhn+investasi_Umm&Adm+ nvestasi_Pwdhntinvestasi_Pngmpin+Investasi_Pngng kinsinvestasi_TPA)*Persen_Biaya_Tak_Terduga)+((Bi aya)"Persen_Biaya_Tak_Terduga))))"1 else {(((investasi_Pmdhn+investasi_Umm&Adm+Investasi_ Pwdhn+Investasi_Pngmpin+investasi_Pngngkin+inves tasi_TPA)+((Investasi_Pmdhn+Investasi_Umm&Adm+ nvestasi_Pwdhn+Investasi_Pnampln+investasi_Pngng ktntinvestasi_TPA)*Persen_Biaya_Tak_Terduga))))"F aktor_Diskon DOCUMENT: merupakan nilai sekarang investasi per tahun (O Akumulasi_NS_Manfaat(t) = Akumulasi_NS_Manfaatt(t - dt) + (NS_Manfaat) * at INIT Akumulasi_NS_Manfaat = 0 DOCUMENT: merupakan akumulasi niiai sekarang manfaat selama umur proyek yang telah dilalui INFLOWS. NS_Manfeat = ((Pndptn_Rtros+Pndptn_Sampah)"Faktor_Diskon) DOCUMENT: merupakan nilai sekarang manfaat per tahun Lampitan 4. (lanjutan) © &CR = TNS_Manfaat/(TNS_Biaya+ TNS_Investasi_Swst) DOCUMENT: BIC ratio menunjukkan angka perbandingan antara benefit dengan cost + investment dan diperiukan bahwe BIC ratio lebih besar dari 1 (satu) : 1. Jika BIC ratio lebih besar dari 1 (satu) make benefit yang akan diperoleh selama umur teknis-ekonomis proyek pengelolaan sampah lebih besar dari cost + invesment, berarti favourable sehingga pembangunan/rehabilitasiperluasan proyek pengelolaan sampah dapat ditaksanakan. 2. Jika BIC ratio sama dengan 1 (satu), maka benefit yang akan diperoleh selama umur teknis-ekonomis proyek pengelolaan sampah hanya cukup untuk menutupi cost + investment, sehingga : dari segi aspek finansial dan ekonomis, pembangunan/rehabilitasi /perluasan proyek yang bersangkutan tidak perlu dipertimbangkan untuk dilaksanakan, sedangkan dari segi aspek sosial dan pembangunan masyarakat, pembangunarvrehabilitasi/perluasan proyek pengelolaan sampah dapat dipertimbangkan untuk dilaksanakan, 3. Jka BIC ratio lebih kecil dari 1 (satu), maka benefit yang akan diperoleh selama umur teknis -ekonomis proyek pengelolaan sampah tidak cukup untuk menutupi cost + investment, berarti unfavourable, sehingga pembangunen proyek yang bersangkutan tidak dapat dilaksanakan. © Biaya = ifitime=1999) then if(Kontrol_Pemisahan>0) then (Biaye_Pmndhn+Biaya_Pngmpin+Biaya_Pngngktn+Biaya_TP AsBiaya_Umm&Admnsirs)/360 else (Biaye_Pmndhn+Biaya_Pngmpin+Biaye_Pngngktn+Biaya_TP AsBiaya_Umm&Admnstrs)/12 else 0 DOCUMENT: merupakan total jumlah biaya per tahun © Bunga_Swst = Bunga_per_thn'Persentase_Investasi_Swasta DOCUMENT: merupakan jumiah bunga pinjaman yang dibebankan kepada pihak investor (swasta) © Cicilan (SubTNS_Investasi*(Waktu_Tenggang+1))/(Lama_Pinjamen- Waktu_Tenggang) DOCUMENT: merupakan besarnya cicilan pinjaman yang harus dibayar setiap tahun oleh pihak investor Lampiran 4, (lanjutan’ ° ° Faktor_Disken = (1/(1+Tingkat_Diskon))*"Umur_Proyek DOCUMENT: merupakan faktor diskon yang digunakan untuk menentukan nilai sekarang biaya, manfaat investasi dan depresiasi. Kontrol_Pemisahan = 0 DOCUMENT: 0, merupakan indikator untuk tidak menerapkan sistem pemisahan sampah pada tingkat rumah tangga. Lema_Pinjaman = 5 DOCUMENT: Merupakan lama pinjaman yang diberikan olen pihak kreditur Nilai_Sisa = TNS_Investasi_Swst-TNS_Depresiasi DOCUMENT: merupakan total jumiah nilai sisa pada akhir umur teknis ekonomis proyek NP_V = TNS_Manfaat-(TNS_Biaya+TNS_Investasi_Swst) DOCUMENT: Nett Present Value (NPV), merupakan selisih antara total present value of beneit dengan total present value of cost + investment dan diharapkan bahwa NPV lebih besar dari 0 (NPV positif) : 1. Jika NPV lebih besar dari 0 (NPV positif), hal ini berarti bahwa ; total present value of benefit lebih besar dari total present value of cost + ‘investment, sehingga pembangunan/rehabilitesi/perluasan proyek pengelolaan sampah favourable. 2. Jika NPV sama dengan 0 (NPV netral), berarti: total present value of benefit hanya cukup untuk menutupi total present value of cost + investment selama umur teknis ‘ekonomis proyek pengelolaan sampah, 3. Jika NPV lebih kecil dari 0 (NPV negatif), berarti: total present value of benefit tidak cukup untuk menutupi total present value of cost + investment selama umur teknis ekonomis proyek pengelolaan sampah, sehingga pembangunan/rehabilitasi/periuasan proyek tersebut unfavourable. NS_Manfaat ‘Bersih = if(NS_Manfaat_Pjk<=0) Then NS_Manfaat_Pjk-(NS_Manfaat_Pjk*Pajak_1) else if(050000000) then (NS_Manfaat_Pjk) -((Pajak_2*25000000)+(Pajak_3*25000000)+{(NS_Manfaat_Pj k-50000000)*Pajak_4)) else 0 DOCUMENT: merupakan nilai sekarang manfaat bersih NS_Manfaat_Pjk = NS_Manfaat-(NS_BiayatNS_Depresiasi) DOCUMENT: merupakan nilai sekarang manfaat yang dikenakan pajak Pajak_1 =0 DOCUMENT: merupakan besarnya persentase pajak penghasilan jika investor atau perusahaan mengalami kerugian (Kepmen Keuangan RI No. 598/KMK04/1994 pasal 21) Pajak_2= 0.1 DOCUMENT: merupaken besamya persentase pajek penghasilan jika investor atau perusahaan memperoleh keuntungan kurang dari Rp. 25 juta (Kepmen Keuangan RI No, 598/KMK04/1994 pasal 21) Pajak_3 = 0.15, DOCUMENT: merupakan besarnya persentase pajak penghasilan jika investor atau perusahaan memperoleh keuntungan atntara Rp. 25 juta sampai Rp. 50 juta (Kepmen Keuangan RI No. 598/KMK04/1994 pasal 21) Pajek_4=0.3 DOCUMENT: merupakan besamya persentase pajak penghasilan jika investor atau perusahaan memperoleh keuntungan lebih besar dari Rp. 50 juta (Kepmen Keuangan RI No. 588/KMK04/1994 pasal 21), PBP_Nett = if(NP_V>=0) then TNS_Investasi_Swst/(((TNS_Manfaa/Umur_Proyek)-(TNS_Bi ayalUmur_Proyek))+(TNS_Depresiasi/Umur_Proyek)) else 0 DOCUMENT: merupakan waktu bersih yang dibutuhkan untuk mengembalikan pinjaman kepada pihak kreditur Persentase_Investasi_Swasta = 1 DOCUMENT: merupakan persentase anggaran biaya dari 136 Lampiran 4. (lanjutan) ° Oo o ° 00 00 Persen_8iaya_Tak_Terduga = 0.1 DOCUMENT: merupakan persentase biaye tak terduga dari investasi proyek (Sutojo, 2000) Subsiai = if(NP_V>=0) then TNS_Investasi-TNS_investasi_Swst else (NP_V"-1)+(TNS_Investasi-TNS_Investasi_Swst) DOCUMENT: merupakan besamya subsidi minimal yang hharus dikeluarkan oleh pemerintah agar kegiatan pengelotaan sampah layak dari aspek finansial SubTNS_Investasi = Akumulasi_NS_!nvestasi+NS_Investasi DOCUMENT: merupakan total nilai sekarang investasi ‘sebelum ditambahkan bunga. ‘Suku_Bunga_Pjmn = 0.09 DOCUMENT: merupkan tingkat suku bunga pinjaman yang dibebankan oleh kreditur kepada pihak investor. Persentase tersebut merupakan bunga pinjaman rendah khusus proyek-proyek yang berhubungan dengan lingkungan dengan fama pinjeman § tahun, Sedangkan untuk proyek-proyek yang tidak bernubungan dengan lingkungan akan dikenaken bunga komersial 24% (Suhartiningsin, 1989) Tingkat_Diskon = 0.1 DOCUMENT: merupekan besamya tingkat diskon yang digunakan untuk menentukan nilai sekarang mantaat, biaya, investasi dan depresiasi TNS_Biaya = Akumulasi_NS_Biaya+NS_Biaya DOCUMENT: merupakan total niai sekarang biaya TNS_Depresiasi = Akumulasi_NS_Depresiasi+NS_Depresiasi DOCUMENT: merupaken total nilai sekarang depresiasi ‘TNS_Investasi = SubTNS_Investasi+Total_Bunga_Investasi DOCUMENT: merupakan total nilai sekarang investasi TNS_Investasi_Swst = Persentase_Investasi_Swasta*TNS_Investasi DOCUMENT: merupakan total nilai sekarang investasi swasta TNS_Menfaat = ‘Akumulasi_NS_Manfaat+NS_Manfaat+Nilai_Sisa DOCUMENT: merupakan total nilai sekarang mantaat 137 Lampiran 4. lanjutan) oO o Total_Bunge_Investasi = Akumutasi_Bunga+Bunga_per_thn DOCUMENT: merupakan jumlah bunga investasi Total_df_IRR = if(NP_V>=0) then TNS_Investasi_Swst/((TNS_Manfaat-TNS_Biaya)/Umur_Proy ek) else 0 DOCUMENT: merupakan total jumlah nilai faktor diskon pade yang digunakan untuk menentukan nilai IRR Ttl_Angsuran = Cicilan+Total_Bunga_Investasi DOCUMENT: merupakan jumlah angsuran yang harus dibayarkan oleh pihak investor per tahun Umur_Proyek = time-1998 DOCUMENT: merupakan umur proyek yang telah dilaiui ‘Waktu_Tenggang = 0 DOCUMENT: 0 (tahun), merupakan masa tenggang yang diberikan oleh pihak kreditur kepada pihak investor untuk membayar kembali pinjaman. Biaya Umum dan Adm o oo. 90 9 ° Oo Oo 0 0 Biaya_Umm&Admnstrs = ifSph_Bngn_TPA<=0) then 0 else By_Admministrasi+By_Lstrk&ArMnm+By_Pnddkn+By_Prinn_D ns_TkTip+By_Priinn_Dns_Ttp+By_Pmihrn_Umm&Admnstrs+ By_Sw_Katr&PLKndrn+By_Tipn+Gi_Krywa+Srgm_Clnng_Srv s#By_Srom_Stpm&Krywn+By_Adm_Kirhn DOCUMENT: merupakan jumiah biaya umum dan administrasi By_Administrasi = 6610000 DOCUMENT: merupakan biaya administrasi per tahun (Dinas Kebersinan. 1999) By_Adm_Kirhn = if(Kontrol_Pemisahan>0) then By_Adm_per_Unt_Grbk*Jin_Grok else 0 DOCUMENT. merupakan biaye administrasi per unit gerobak per tahun. By_Adm_per_Unt_Grok = 600000 DOCUMENT: merupakan biaya administrasi yang dikenakan untuk setiap unit gerobak pengumpul By_Alt_Tis_Katr = 2250000 DOCUMENT: merupakan biaya pengadaan alat tulis kantor {Dinas Kebersihan, 1989) By_Invntrs_Kntr = 2100000 DOCUMENT: merupakan biaya pengadaan inventaris kantor (Dinas Kebersihan, 1999) By_Lft&Brsr = if(time=1999) then By” per_Lft&Brsr*JIh_Kp|_Kirg_Terlayani else 0 DOCUMENT: merupakan total jumiah biaya pembuatan leaflet atau brosur By_Lstrk&ArMnm = 22240 DOCUMENT: merupakan biaya listrik dan air minum per tahun (Dinas Kebersihan, 1999) By_Mbi_Kntr = 2250000 DOCUMENT: merupakan biaya pengadaan meubel (Dinas Kebersinan, 1999) By_per_Lft&Brsr = 100 DOCUMENT; merupakan biaya pembuatan per satuan ieafiet atau brosur By_Pmihrn_Umm8&Admnstrs = 300000 DOCUMENT: merupakan biaya pemeliharaan pada kegiatan umum dan administrasi per tahun Dinas Kebersinan, 1989)

You might also like