Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 29

MAKALAH

PERSAMAAN KEDUDUKAN WARGA NEGARA

Untuk memenuhi Salah Satu Tugas Mata Pelajaran PKN

Disusun Oleh:
Kelompok 2
Fasya Fariha Azhara
Imay Agustiani
Siska Restika
Tiara Sukmaningsih
Dendi Rinaldi

Kelas X - 3
SMA NEGERI 1 BANTARUJEG
2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah swt karena dengan
ridha-Nya makalah Persamaan Kedudukan Warga Negara ini dapat terselesaikan
dengan baik dan tepat waktu, Shalawat serta salam penulis haturkan kepada pahlawan
revolusi islam baginda nabi Muhammad SAW, berkat beliau kami bisa terbawa ke
alam yang penuh dengan ilmu dan hikmah.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga kebaikan semuanya dibalas oleh Allah
SWT.
Makalah ini membahas tentang Menghargai Persamaan Kedudukan Warga
Negara tanpa Membedakan Ras, Agama, Gender, Golongan, dan Budaya.
Selain sebagai tambahan ilmu pengetahuan, makalah ini juga kami susun guna
memenuhi tugas mata pelajran PKn dan Semoga dengan terselesaikannya makalah ini
dapat menjadi manfaat bagi pembaca sekalian.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, maka kritik
dan saran yang membangun sangat penulis harapkan guna penyempurnaan makalah
selanjutnya.

Bantarujeg, April 2016


Penulis
i

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1

Latar Belakang................................................................................................1

1.2

Rumusan Masalah...........................................................................................2

1.3

Tujuan.............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................3
2.1

Dasar Hukum yang Mengatur Warga Negara.................................................3

2.2

Kedudukan Warga Negara..............................................................................5

2.2.1

Hak warga Negara...................................................................................5

2.2.2

Kewajiban warga Negara.........................................................................6

2.3

Asas dan Stelsel dalam Kewarganegaraan......................................................7

2.3.1

Asas kewarganegaraan.............................................................................7

2.3.2

Stelsel dalam kewarganegaraan...............................................................8

2.4

Syarat Menjadi Warga Negara........................................................................9

2.4.1

Melalui kelahiran,....................................................................................9

2.4.2

Melalui pengangkatan............................................................................10

2.4.3

Melalui permohonan..............................................................................11

2.4.4

Melalui perkawinan...............................................................................11

2.4.5

Karena pemberian kewarganegaraan.....................................................12

ii

2.4.6

Karena ikut ayah/ibu..............................................................................12

2.5

Hal Yang Menyebabkan Kehilangan Kewarganegaraan...............................12

2.6

Landasan Yang Menjamin Persamaan Kedudukan Warga Negara...............14

2.7

Berbagai Aspek Persamaan Kedudukan Setiap Warga Negara.....................15

2.8

Contoh Perilaku Yang Menampilkan Persamaan Kedudukan Warga Negara...


.......................................................................................................................15

2.9

Menghargai Persamaan Kedudukan Warga Negara Tanpa Membedakan Ras,


Agama, Gender, Golongan, Budaya dan Suku.............................................16

BAB III PENUTUP...................................................................................................23


3.1

Kesimpulan...................................................................................................23

3.2

Saran.............................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................27

iii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kewarganegaraan merupakan keanggotaan seseorang dalam kontrol
satuan politik tertentu

(secara

khusus: negara)

yang

dengannya

membawa hak untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik. Seseorang dengan


keanggotaan yang demikian disebutwarga negara. Seorang warga negara berhak
memiliki paspor dari negara yang dianggotainya.
Kewarganegaraan merupakan bagian dari konsep kewargaan (bahasa
Inggris: citizenship). Di dalam pengertian ini, warga suatu kota atau kabupaten
disebut sebagai warga kota atau warga kabupaten, karena keduanya juga
merupakan satuan politik. Dalam otonomi daerah, kewargaan ini menjadi
penting, karena masing-masing satuan politik akan memberikan hak (biasanya
sosial) yang berbeda-beda bagi warganya.
Kewarganegaraan

memiliki

kemiripan

dengan kebangsaan (bahasa

Inggris: nationality). Yang membedakan adalah hak-hak untuk aktif dalam


perpolitikan. Ada kemungkinan untuk memiliki kebangsaan tanpa menjadi
seorang warga negara (contoh, secara hukum merupakan subyek suatu negara
dan berhak atas perlindungan tanpa memiliki hak berpartisipasi dalam politik).
Juga dimungkinkan untuk memiliki hak politik tanpa menjadi anggota bangsa
dari suatu negara.
1

Di bawah teori kontrak sosial, status kewarganegaraan memiliki implikasi


hak dan kewajiban. Dalam filosofi "kewarganegaraan aktif", seorang warga
negara disyaratkan untuk menyumbangkan kemampuannya bagi perbaikan
komunitas melalui partisipasi ekonomi, layanan publik, kerja sukarela, dan
berbagai kegiatan serupa untuk memperbaiki penghidupan masyarakatnya. Dari
dasar pemikiran ini muncul mata pelajaran Kewarganegaraan (bahasa
Inggris: Civics) yang diberikan di sekolah-sekolah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud warga negara?
2. Bagaimana Dasaar Hukum yang Mengatur Warga Negara?
3. Bagaimana Persamaan Kedudukan Warga Negara Tanpa Membedakan Ras,
Agama, Gender, Golongan, Budaya dan Suku?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Warga Negara
2. Untuk mengetahui Dasar Hukun yang Mengatur Warga Negara
3. Untuk mengetahui Persamaan Kedudukan Warga Negara Tanpa Membedakan
Ras, Agama, Gender, Golongan, Budaya dan Suku

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Dasar Hukum yang Mengatur Warga Negara
Warga negara berasal dari kata warga dan negara. Warga diartikan
sebagai anggota/peserta dari suatu kelompok /organisasi perkumpulan.
Jadi,warga negara artinya warga/anggota dari suatu negara.
Istilah warga negara merupakan terjemahan kata citizens (bahasa inggris),yang
mempunyai arti warga negara ,petunjuk dari sebuah kota,sesama warga
negara,sesama penduduk,orang sesama tanah air,bawahan dan ada sebutan lain
pada zaman Hindia Belanda dipakai istilah kawula/kaula negara. Ada pula istilah
rakyat dalam suatu negara yang meliputi semua orang yang bertempat tinggal di
dalam wilayah kekuasaan negara dan tunduk pada kekuasaan negara.
Rakyat dalam suatu negara dapat dibedakan menjadi:
a. Berdasarkan hubungan dengan daerah tertentu
1) Penduduk: mereka yang bertempat tinggal/berdomisili di dalam suatu
wilayah negara (menetap) untuk jangka waktu yang lama.
2) Bukan penduduk: mereka yang berada di dalam suatu wilayah negara
hanya untuk sementara waktu (tidak menetap).
b. Berdasarkan hubungan dengan pemerintah negaranya:
1) Warga negara :mereka yang berdasarkan hukum tertentu merupakan
anggota dari suatu negara,denagn status kewarganegaraan warga negara
asli /warga keturunan asing.
2) Bukan warga negara (orang asing):mereka yang berada pada suatu negara
tetapi

secara

hukum

tidak

menjadi

anggota

negara

bersangkutan,tetapi tunduk pada pemerintah di mana mereka berada.

yang

Pada umumnya masalah warga negara diatur dalam konstitusi. Di


Indonesia tentang warga negara diatur dalam UUD 1945 BAB X Tentang Warga
Negara pasal 26. Selain itu juga dalam UUD 1945 Pasal 28 ayat (4). Dalam
sejarahnya di Indonesia pernah berlaku berbagai ketentuanmengenai warga
negara yang antara lain diatur dalam Indische Staatsregeling tahun 1927,UU RI
No.3 tahun 1946,Hasil KMB 1949,UU RI No.62 tahun 1958 dan yang berlaku
sekarang adalah UU No.12 tahun 2006. Disamping itu ada sejumlah perundangan
lain yang mendukung pelaksanaan UU Kewarganegaraan RI antara lain:
1. UU No.9 tahun 1992 tentang keimigrasian
2. PP RI No.32 tahun 1994 tentang visa,izin masuk dan izin keimigrasian.
3. PP RI No.18 tahun 2005 tentang perubahan atas PP RI No.32 tahun 1994
tentang visa,izin masuk dan izin keimigrasian.
4. Instruksi Presiden RI No.26 tahun 1998 tentang Menghentikan Penggunaan
Istilah Pribumi dan Non pribumi dalam semua perumusan kebijakan ,kegiatan
Penyelenggaraan

Pemerintahan,Perencanaan

program

ataupun

pelaksanaannya.
5. Keputusan Menteri Kehakiman dan HAM RI No M.021Z03.10 tahun 2004
tentang menghentikan Penggunaan Istilah Perubahan Ketiga Keputusan
Menteri Kehakiman RI No. M . 01-IZ.03.10 tahun 1995 tentang paspor biasa.
Paspor untuk orang asing . surat perjalanan. Laksana Paspor untuk WNI dan
Surat Perjalanan Laksana Paspor untuk Orang asing sebagaimana telah diubah
dengan keputusan Menteri Kehakiman RI No.M.01.IZ.03.10 tahun 1997.
Kalau dibandingkan antara UU No.12 tahun 2006 dengan UU
sebelumnya,ada beberapa perbedaan. Yaitu :
a) Secara filosofis bersifat non diskriminatif.
4

b) Secara yuridis,disusun berdasarkan UUD 1945 (hasil amandemen) yang lebih


menjamin HAM terhadap perempuan dan anak-anak.
c) Secara sosiologis,sesuai dengan perkembangan

global

terkini

yang

menghendaki adanya persamaan perlakuan dan kedudukan warga negara di


depan hukum,serta adanya keselarasan dan keadilan gender.
2.2 Kedudukan Warga Negara
2.2.1

Hak warga Negara


1) Menyatakan diri sebagai penduduk dan warga negaraIndonesia atau
ingin menjadi warga negara suatu negara (pasal 26).
2) Bersamaan kedudukan di dalam hukum dan pemerintahan (pasal 27
3)
4)
5)

ayat 1).
Memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak (pasal 27 ayat 2)
Upaya pembelaan negara (pasal 27 ayat 3)
Kemerdekaan berserikat,berkumpul,mengeluarkan pikiran lisan dan

6)

tulisan sesuai dengan UU (pasal 28).


Memperoleh jaminan dan perlindungan dalam pelaksanaan berbagai

7)

bidang HAM (pasal 28A s.d. 28J)


Jaminan memeluk salah satu agama dan pelaksanaan ajaran agamanya

8)
9)
10)
11)
12)

masing-masing (pasal 29 ayat 2)


Ikut serta dalam pertahanan dan keamanan negara (pasal 30 ayat 1)
Mendapat pengajaran (pasal 31)
Mengembangkan kebudayaan nasional (pasal 32)
Mengembangkan usaha-usaha dalam bidang ekonomi (pasal 33)
Memperoleh jaminan pemeliharaan sebagai fakir miskin,fasilitas
kesehatan dan fasilitas umum serat dari pemerintah (pasal 34)

2.2.2 Kewajiban warga Negara


1) Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan (pembukaan
UUD 1945,alinea 1)
5

2) Menghargai nilai-nilai persatuan,kemerdekaan dan kedaulatan bangsa


(pembukaan UUD 1945,alinea II)
3) Menjungjung tinggi dan setia kepada konstitusi negara dan dasar
negara (pembukaan UUD 1945,alinea IV)
4) Setia membayar pajak untuk negara (pasal 23 ayat 2)
5) Wajib menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan dengan tidak ada
kecualinya (pasal 27 ayat 1)
6) Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara (pasal
30 ayat 1)
7) Wajib menghormati bendera negara Indonesia sang merah putih (pasal
35)
8) Wajib menghormati bahasa negara bahasa Indonesia (pasal 36)
9) Wajib menjunjung tinggi lambang negara Garuda Pancasila dengan
semboyan Bhinneka Tunggal Ika (pasal 36 A)
10) Wajib menghormati lagu kebangsaan Indonesia Raya (pasal 36B)
2.3 Asas dan Stelsel dalam Kewarganegaraan
2.3.1 Asas kewarganegaraan
Penentuan kewarganegaraan berdasar
asas,yaitu:
1) Asas Ius

Soli:menyatakan

bahwa

kelahiran

kewarganegaraan

dikenal

seseorang

ditentukan dari tempat dimana orang tersebut dilahirkan.


2) Asas Ius Sanguinis: menyatakan bahwa kewarganegaraan seseorang
ditentukan berdasarkan keturunan dari orang tersebut.
Sedangkan penentuan kewarganegaraan berdasarkan perkawinan
jjuga dikenal adanya 2 asas yaitu:
1) Asas persamaan hukum: didasarkan pandangan bahwa suami istri
adalah suatu ikatan yang tidak terpecah sebagai inti masyarakat.
Diusahakan status kewarganegaraan suami istri adalah sama dan satu.

2) Asas persamaan

derajat:

didasarkan pandangan bahwa suatu

perkawinan tidak menyebabkan perubahan status kewarganegaraan


suami istri.
Adapun asas-asas yan dianut dalam UU No.12 tahun 2006 adalah;
1) Asas Ius Sanguinis
2) Asas Ius Soli
3) Asas kewarganegaraan tunggal
4) Asas kewarganegaraan ganda terbatas
2.3.2 Stelsel dalam kewarganegaraan
Dalam menentukan status kewarganegaraan seseorang, pemerintah
suatu negara lazim menggunakan 2 stelsel yaitu:
1) Stelsel aktif (naturalisasi biasa)
2) Stelsel pasif (naturalisasi istimewa)
Secara umum ada 2 cara untuk memperoleh pewarganegaraan:
1) Pewarganegaraan aktif (hak opsi)/dalam stelsel aktif.
2) Pewarganegaraan pasif (hak repudiasi)/dalam stelsel pasif.
Adanya perbadaan dasar yang digunakan dalam menentukan
kewarganegaraan,maka

ada

kemungkinan

seseorang

tidak

memiliki

kewarganegaraan (apatride) dan ada pula kemungkinan seseorang memiliki


kewarganegaraan rangkap (bipatride) atau bahkan lebih dari 2 (multipatride).
2.4 Syarat Menjadi Warga Negara
Berdasarkan UU no.12 tahun 2006 tentang kewarganegaraan terdapat
ketentuan dalam memperoleh kewarganegaraanIndonesia yaitu:
2.4.1 Melalui kelahiran,
1) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu
warga Negara Indonesia.
2) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNI dan
ibu WNA.
3) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNA dan
ibu WNI.

4) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dariseorang ibu WNI, tetapi
ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan/hokum asal ayahnya tidak
memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut.
5) Anak yang lahir dengan tenggang waktu 300(tiga ratus) hari setelah
ayahnya meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya WNI.
6) Anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI.
7) Anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari seorang ibu WNA
yang diakui oleh seorang ayah WNI sebagai anaknya dan pengakuan
itu dilakukan sebelum anak tersebut berumur 18 (delapan belas)
tahun/belum kawin.
8) Anak yang lahir di wilayah Negara RI yang pada waktu lahir jelas
status kewarganegaraan ayah dan ibunya.
9) Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah Negara RI selama
ayah dan ibunya tidak diketahui.
10) Anak yang lahir di wilayah Negara RI selama ayah dan ibunya tidak
mempunyai kewarganegaraan/tidak diketahui keberadaannya.
11) Anak yang dilahirkan di luar wilayah Negara RI dari ayah dan ibu
WNI yang karena ketentuan dari Negara tempat anak tersebut
dilahirkan tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak yang
bersangkutan.
12) Anak WNI yang lahir diluar perkawinan yang sah,belum berusia 18
(delapan belas) tahun/belum kawin diakui secara sah oleh ayahnya
yang berwarganegaraan asing tetap diakui sebagai WNI.
13) Anak WNI yang belum berusia 5 (lima) tahun diangkat secara sah
sebagai anak oleh WNA berdasarkan penetapan pengadilan tetap
diakui sebagai WNI.
2.4.2 Melalui pengangkatan
8

1) Diangkat sebagai anak oleh WNI.


2) Pada waktu pengangkatan itu ia belum berumur 5 tahun.
3) Pengangkatan anak itu memperoleh penetapan pengadilan.
2.4.3 Melalui permohonan
1) Telah berusia 18 (delapan belas) tahun/sudah kawin.
2) Pada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di
wilayah Negara RI paling singkat 5 (lima) tahun berturut-turut/paling
singkat 10 (sepuluh) tahun tidak berturut-turut.
3) Sehat jasmani dan rohani.
4) Dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar Negara Pancasila dan
UUD Negara RI tahun 1945.
5) Tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang
diancam dengan pidana penjara 1 (satu) tahun/lebih.
6) Jika dengan memperoleh kewarganegaraan RI tidak menjadi
berwarganegaraan ganda.
7) Mempunyai pekerjaan dan/atau berpenghasilan tetap,dan membayar
uang pewarganegaraan ke kas Negara.
Permohonan tersebut diajukan secara tertulis dalam bahasa
Indonesia di atas kertas bermaterai cukup kepada presiden melalui menteri
kehakiman, dan bila dikabulkan akan ditetapkan melalui keputusan
Presiden dan yang bersangkutan mengucapkan sumpah/janji dihadapan
pejabat yang berwenang.
2.4.4 Melalui perkawinan
1) WNA yang kawin secara sah dengan WNI.
2) Menyampaikan pernyataan menjadi warga Negara di hadapan pejabat.
Pernyataan tersebut dilakukan apabila yang bersangkutan sudah
bertempat tinggal di wilayah Negara RI paling singkat 5 (lima) tahun
berturut-turutdan paling singkat 10 (sepuluh) tahun tidak berturut-turut.
Hak memperoleh kewarganegaraan itu tidak berlaku apabila yang
bersangkutan berwarganegaraan ganda.
9

2.4.5 Karena pemberian kewarganegaraan


Diberikan kepada orang asing karena mereka telah berjasa kepada
Negara RI/alasan kepentingan Negara.
2.4.6 Karena ikut ayah/ibu
1) Anak yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun/belum kawin
berada dan bertempat tinggal diwilayah Negara RI,dari ayah/ibu yang
memperoleh kewarganegaraan RI.
2) Anak warga Negara asing yang belum berusia 5 (lima) tahun yang
diangkat secara sah menurut penetapan pengadilan sebagai anak oleh
WNI memperoleh kewarganegaraan RI.
2.5 Hal Yang Menyebabkan Kehilangan Kewarganegaraan
Dalam pasal 23 UU RI No.12 tahun 2006,menyatakan Warga Negara
Indonesia kehilangan kewarganegaraannya jika yang bersangkutan :
a. memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauannya sendiri;
b. tidak menolak atau tidak melepaskan kewarganegaraan lain, sedangkan orang
yang bersangkutan mendapat kesempatan untuk itu;
c. dinyatakan hilang kewarganegaraannya oleh Presiden atas permohonannya
sendiri, yang bersangkutan sudah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah
kawin, bertempat tinggal di luar negeri, dan dengan dinyatakan hilang
Kewarganegaraan Republik Indonesia tidak menjadi tanpa kewarganegaraan;
d. masuk dalam dinas tentara asing tanpa izin terlebih dahulu dari Presiden;
e. secara sukarela masuk dalam dinas negara asing, yang jabatan dalam dinas
semacam itu di Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan hanya dapat dijabat oleh Warga Negara Indonesia;
f. secara sukarela mengangkat sumpah atau menyatakan janji setia kepada

10

negara asing atau bagian dari negara asing tersebut;


g. tidak diwajibkan tetapi turut serta dalam pemilihan sesuatu yang bersifat
ketatanegaraan untuk suatu negara asing;
h. mempunyai paspor atau surat yang bersifat paspor dari negara asing atau surat
yang dapat diartikan sebagai tanda kewarganegaraan yang masih berlaku dari
negara lain atas namanya; atau
i. bertempat tinggal di Iuar wilayah negara Republik Indonesia selama 5 (lima)
tahun terus-menerus bukan dalam rangka dinas negara, tanpa alasan yang sah
dan dengan sengaja tidak menyatakan keinginannya untuk tetap menjadi
Warga Negara Indonesia sebelum jangka waktu 5 (lima) tahun itu berakhir,
dan setiap 5 (lima) tahun berikutnya yang bersangkutan tidak mengajukan
pernyataan ingin tetap menjadi Warga Negara Indonesia kepada Perwakilan
Republik Indonesia yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal yang
bersangkutan padahal Perwakilan Republik Indonesia tersebut telah
memberitahukan secara tertulis kepada yang bersangkutan, sepanjang yang
bersangkutan tidak menjadi tanpa kewarganegaraan.
Kemudian dalam pasal 26 UU No.12 tahun 2006 juga menyebutkan
kehilangan kewarganegaraannya bagi suami/istri dengan ketentuan:
1) Perempuan Warga Negara Indonesia yang kawin dengan laki-laki warga
negara asing kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia jika menurut
hukum

negara

asal

suaminya,

kewarganegaraan

kewarganegaraan suami sebagai akibat perkawinan tersebut.


11

istri

mengikuti

2) Laki-laki Warga Negara Indonesia yang kawin dengan perempuan warga


negara asing kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia jika menurut
hukum

negara

asal

istrinya,

kewarganegaraan

suami

mengikuti

kewarganegaraan istri sebagai akibat perkawinan tersebut.

2.6 Landasan Yang Menjamin Persamaan Kedudukan Warga Negara


Perihal jaminan persamaan kedudukan warga Negara di Indonesia secara
konstitusional termaktb dalam:
a.

Pembukaan UUD 1945

b.

Dalam sila-sila pancasila

c.

Dalam UUD 1945 dan peraturan perundangan lainnya

2.7 Berbagai Aspek Persamaan Kedudukan Setiap Warga Negara


1. Aspek politik
Tercermin dalam UUD 1945 pasal 28E ayat (3),pasal 28G
2. Aspek ekonomi
Tertuang dalam UUD 1945 pasal 27 ayat (2),pasal 28C ayat (1),pasal 28D
ayat (2),pasal 28H ayat (4).
3. Aspek social budaya
Tercermin dalam UUD 1945,antara lain pasal 28C ayat (1),pasal 28F dan
pasal 28I ayat (3).
4. Aspek keagamaan
12

Tercermin dalam UUD 1945 antara lain dalam pasal 28E ayat (1) dan pasal
28E ayat (2).
5. Aspek hokum
Tercermin dalam UUD 1945 pasal 28Dayat (1)
6. Aspek pertahanan dan keamanan
Tercermin dalam UUD 1945 pasal 30 ayat (1).

2.8 Contoh Perilaku Yang Menampilkan Persamaan Kedudukan Warga Negara


Kita sebagai anggota masyarakat dapat saling mengisi meskipun kita
berbeda suku,agama maupun perbedaan lainnya. Seseorang dapat belajar dari
pengalaman orang lain sehingga kita akan memperoleh pengalaman yang lebih
luas yang sebelumnya belum kita miliki tanpa memperdulikan perbedaan yang
telah ada. Perilaku tersebut dapat kita kembangkan yang lebih luas misalnya
dalam lingkup Negara kita dapat mengembangkan persatuan dan kesatuan
bangsa,keberagaman yang saling didukung oleh semua pihak dapat melahirkan
bangsa yang kokoh dan akan tehindar dari berbagai macam gangguan,hambatan
maupun tantangan baik yang datang dari dalam maupun dari luar.

2.9 Menghargai Persamaan Kedudukan Warga Negara Tanpa Membedakan


Ras, Agama, Gender, Golongan, Budaya dan Suku
1.

Saling Menghargai Tanpa Membedakan Ras


Adalah warna kulit yang menjadi cirri khas suku bangsa tertentu.
13

Walau berbeda ras,semua harus memperoleh perlakuan yang sama disegala


bidang kehidupan tanpa membeda-bedakannya.
Ras adalah golongan bangsa berdasarkan ciri-ciri fisik tertentu atau
tubuh yang khas dan tertentu. Kekhasan itu terdapat pada warna kulit,
bentuk mata, bentuk hidung, dan warna rambut. Seseorang dengan ras
tertentu terkadang memperoleh perlakuan menguntungkan atau merugikan.
Padahal, Indonesia terdiri atas banyak ras seperti berikut:
a. Ras keturunan Tionghoa atau etnis Tionghoa.
b. Ras keturunan Belanda atau etnis Belanda.
c. Ras keturunan Arab atau etnis Arab.
Banyaknya ras di Indonesia karena warga negara dan penduduk
Indonesia terdiri atas orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang
bangsa lain yang disahkan oleh undang-undang. Demi persatuan dan
kesatuan bangsa Indonesia, kita hendaknya tidak mempermasalahkan
perbedaan ras yang bisa mengancam disintegrasi bangsa. Perlu kita sadari
bahwa semua manusia merupakan ciptaan Tuhan yang memiliki kedudukan
sama. Oleh karena itu, apapun rasnya, hitam, putih, atau kuning langsat
harus memperoleh perlakuan yang sama dalam segala bidang. Hal ini
karena pada dasarnya semua warga negara Indonesia sama, baik orang
pribumi maupun bukan pribumi. Semua mempunyai hak dan kewajiban
yang sama dalam mewujudkan kejayaan bangsa dan negara Indonesia di
mata dunia internasional. Oleh karena itu, kita harus saling menghormati
14

dan saling menghargai.

2.

Saling Menghargai Tanpa Membedakan Agama


Di

Indonesia,terdapat

banyak

sekali

macam-macam

agama.

Namun,jangan hanya karena perbedaan agama kita menjadi tercerai berai


dan saling memusuhi.
Negara Indonesia menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan
kepercayaannya itu. Dengan adanya kemerdekaan dalam beragama, negara
Indonesia mengakui adanya enam agama yaitu agama Islam, Kristen,
Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Pemerintah membentuk lembaga
keagamaan untuk menjaga kerukunan antarumat beragama yang berbeda.
Lembaga keagamaan bertugas mengatur, mengurus, serta membahas dan
menyelesaikan segala masalah yang menyangkut keagamaan. Adapun fungsi
dari lembaga keagamaan sebagai berikut:
a. Tempat untuk membahas dan menyelesaikan segala masalah yang
menyangkut keagamaan.
b. Media menyampaikan gagasan yang bermanfaat bagi pembangunan umat
dan bangsa.
c. Wahana silaturahmi yang dapat menumbuhkan rasa persaudaraan dan
kekeluargaan
d. Tempat berdialog antara sesama anggota dan antarkelompok agama.
15

Sikap saling menghargai antarwarga negara tanpa membedakan


agama hanya dapat dibina dalam lingkungan kehidupan masyarakat dengan
suasana seperti berikut:
a. Toleransi antarumat beragama.
b. Kemerdekaan beragama dilaksanakan dengan adil dan benar.
c. Menumbuhkan kerukunan dalam pergaulan.
d. Menumbuhkan saling pengertian dalam pergaulan.
e. Tidak bersikap reaktif dan menentang.
Adapun bentuk sikap saling menghargai tanpa membedakan agama
yang dapat ditunjukkan oleh warga negara Indonesia seperti berikut:
a. Memberi

kesempatan

kepada

pemeluk

agama

lain

yang

akan

melaksanakan kegiatan keagamaannya dan tidak mengganggu atau


mengacaukan kegiatan keagamaan agama lain.
b. Saling membantu dalam bidang kemanusiaan atau sosial, seperti gotong
royong, dan membantu korban bencana.
c. Mengadakan musyawarah wakil-wakil agama yang berbeda secara
mandiri maupun dengan pihak pemerintah demi kepentingan bersama.
3. Saling Menghargai Tanpa Membedakan Gender
Gender adalah jenis kelamin manusia yaitu laki-laki dan perempuan.
Pada zaman dahulu, diskriminasi gender sering terjadi di masyarakat. Hal
tersebut dikaitkan dengan kekuatan fisik, sifat, dan kemampuan yang
berbeda antara laki-laki dan perempuan. Pada dasarnya setiap warga negara
16

baik laki-laki maupun perempuan, memiliki kedudukan yang sama. Laki-laki


dan perempuan memiliki hak yang sama. Misalnya, hak untuk duduk di
lembaga pemerintahan serta berbagai bidang kehidupan lainnya. Oleh karena
itu, diskriminasi gender harus kita hilangkan.
Harus kita sadari bersama bahwa laki-laki dan perempuan memiliki
akses yang sama dalam bidang politik, sosial, dan ekonomi. Sudah
sepantasnya warga negara Indonesia baik laki-laki maupun perempuan
saling menghargai persamaan kedudukannya tanpa membedakan gender.
Dalam melaksanakan haknya, perempuan tidak boleh mengorbankan
kodratnya sebagai wanita. Sikap saling menghargai antarwarga negara tanpa
membedakan gender dapat ditunjukkan dalam bentuk sikap seperti berikut:
a.

Memberikan

kesempatan

kepada

kaum

perempuan

untuk

ikut

berkompetisi dalam pemilihan umum.


b.

Menerima dengan lapang dada atas 30 keterwakilan perempuan dalam


pendirian dan pembentukan partai politik serta 30% keterwakilan
perempuan di Dewan Perwakilan Rakyat.

4. Saling Menghargai Tanpa Membedakan Golongan Sosial


Golongan sosial adalah suatu kesatuan manusia yang ditandai ciriciri tertentu serta mempunyai ikatan identitas. Golongan sosial juga dapat
diartikan sekumpulan orang-orang yang berdasarkan atas beberapa hal yang
merasa satu kesatuan hingga tiap-tiap anggota menumbuhkan dan
mengidentifikasi diri sendiri. Misalnya, golongan wanita, golongan pria,
17

golongan buruh, dan golongan pemuda. Di Indonesia terdapat banyak


golongan sosial, baik yang berbasis agama, partai politik, profesi, tingkat
pendidikan, maupun organisasi. Pada dasarnya semua golongan mempunyai
kedudukan yang sama yaitu sebagai warga negara Indonesia. Oleh karena itu,
setiap golongan diharapkan memosisikan dirinya sejajar dengan golongan
lain dan saling melengkapi satu sama lain, tanpa memandang dari golongan
sosial mana ia berasal. Dengan demikian, tidak akan ada golongan dalam
masyarakat yang menganggap golongannya yang paling benar atau baik dan
tidak menganggap golongan lainnya salah atau buruk. Setiap golongan akan
saling menghargai, sehingga tercipta suasana damai dalam masyarakat.
5. Saling Menghargai Tanpa Membedakan Budaya
Di wilayah Indonesia terdapat sekitar tiga ratus suku bangsa dengan
kebudayaan masing-masing. Semua suku bangsa (etnis) dengan bahasa
daerah masing-masing berhak mengembangkan kebudayaan selaras dengan
nilai-nilai harkat dan martabat kemanusiaan yang luhur. Dalam UUD 1945
disebutkan bahwa identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati
selaras dengan perkembangan zaman dan peradaban. Hal ini berarti bahwa
pengembangan budaya dan hak masyarakat tradisional selaras dengan nilainilai peradaban. Menurut pendapat Selo Soemardjan dan Soelaiman
Soemardi, kebudayaan adalah semua hasil cipta, rasa dan karsa manusia.
Faktor utama yang mempengaruhi pembentukan kebudayaan antara
lain, lingkungan, pertemuan antarbangsa, dan kepercayaan yang kuat serta
18

mengakar. Di Indonesia terdapat berbagai macam kebudayaan, baik yang


berasal dari budaya daerah maupun budaya bangsa lain. Setiap warga negara
Indonesia hendaknya menyadari bahwa perbedaan budaya dapat menambah
kekayaan khasanah budaya nasional dan bukan sebagai faktor yang akan
memecah-belah persatuan bangsa. Oleh karena itu, kita harus saling
menghargai persamaan kedudukan sebagai warga negara Indonesia tanpa
mempermasalahkan perbedaan budaya yang ada.
6. Saling Menghargai Tanpa Membedakan Suku
Suku adalah golongan bangsa sebagai bagian dari bangsa yang lebih
besar. Suku bangsa adalah suatu golongan manusia yang terikat oleh
kesadaran dan identitas akan kesatuan kebudayaan. Kebahagiaan hidup dapat
dicapai apabila dalam kehidupan antarsuku bangsa terdapat keselarasan,
keserasian, dan keseimbangan. Peran Lembaga Keagamaan Lembagalembaga keagamaan di Indonesia mempunyai peranan yang penting dalam
pembangunan kehidupan diri, masyarakat, bangsa dan negara. Bentuk peran
tersebut seperti berikut:
1.

Bagi

kehidupan

pribadi,

lembaga

keagamaan

berperan

untuk

meningkatkan iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.


2.

Bagi kehidupan masyarakat, lembaga keagamaan berperan untuk


membina kerukunan antar umat beragama dan kerja sama dalam masalah
yang bersifat kemanusiaan.

3.

Bagi kehidupan berbangsa, dan bernegara, lembaga keagamaan berperan


19

untuk membina kerukunan antarumat beragama dan menyelesaikan


masalah intern umat seagama.
Keserasian dalam hidup berarti ada kesesuaian diri dengan berbagai
lingkungan. Upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh warga negara Indonesia
dalam membina keserasian antarsuku bangsa seperti berikut:
a. Menciptakan suasana damai, aman, dan tenteram dalam pergaulan hidup.
b. Saling menghormati dan menghargai hak-hak orang lain.
c. Tenggang rasa dan tepa selira.
d. Meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Arti penting sikap saling menghargai persamaan kedudukan warga negara
tersebut seperti berikut:
1. Dalam kehidupan bermasyarakat, kedudukan setiap warga negara adalah
sama, yaitu menjadi anggota masyarakat yang memiliki hak dan kewajiban
sama tanpa harus dibeda-bedakan. Persamaan kedudukan warga negara
tersebut dapat mempererat persatuan dan kesatuan bangsa.

20

2. Menghargai persamaan kedudukan dapat menumbuhkan sikap saling


mencintai sesama manusia.
3. Menghargai

persamaan

kedudukan

dapat

menumbuhkan

dan

mengembangkan sikap tenggang rasa dan tepa selira. Sikap tenggang rasa
dapat diartikan sebagai sikap menghargai dan menghormati perasaan orang
lain. Tepo seliro berarti merasakan perasaan atau beban pikiran orang lain
sehingga tidak menyinggung perasaan orang lain.
Contoh bentuk kegiatan yang dapat Anda lakukan adalah mengadakan
bakti sosial di daerah terdekat Anda dengan bimbingan guru. Dalam kegiatan
tersebut Anda bisa memberikan bantuan kepada warga masyarakat yang kurang
mampu dalam bentuk uang, barang, ataupun tenaga.
1. Warga negara adalah anggota suatu negara yang mempunyai keterikatan
timbal balik dengan negaranya.
2. Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan
Republik Indonesia, pengertian kewarganegaraan adalah segala hal ikhwal
yang berhubungan dengan warga negara.
3. Pewarganegaraan adalah tata cara bagi orang asing untuk memperoleh
kewarganegaraan Republik Indonesia melalui permohonan.
4. Asas kewarganegaraan Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2006 terdiri atas:
a.

Asas ius sanguinis yaitu asas kewarganegaraan berdasarkan keturunan,

21

b.

Asas ius soli yaitu asas kewarganegaraan berdasarkan negara tempat


kelahiran,

c.

Asas kewarganegaraan tunggal, serta

d.

Asas kewarganegaraan ganda.

5. Pihak-pihak yang bisa memperoleh kedudukan sebagai warga negara


Indonesia adalah:
a.

orang-orang bangsa Indonesia asli, dan

b.

orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang menjadi


warga negara Indonesia.

6. Kewarganegaraan Indonesia dapat diperoleh dengan cara keturunan,


kelahiran, pengangkatan anak, pewarganegaraan, melalui perkawinan, dan
pernyataan memilih.
7. Pewarganegaraan istimewa artinya pewarganegaraan yang diberikan oleh
pemerintah atas persetujuan DPR kepada warga negara asing dengan alasan
demi kepentingan negara atau karena yang bersangkutan telah berjasa kepada
negara.
8. Prinsip-prinsip kedudukan warga negara Indonesia seperti berikut.
a.

Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan


pemerintahan serta wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu
dengan tidak ada kecualinya.

22

b.

Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas
dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan yang tidak bersifat
diskriminatif.

9. Persamaan hak warga negara Indonesia dalam bidang politik tercermin dalam
kegiatan pemerintahan. Misalnya, hak setiap warga negara Indonesia untuk
memilih dan dipilih dalam pemilihan umum, hak warga negara Indonesia
untuk menjadi anggota salah satu partai atau mendirikan partai politik.
10. Persamaan hak warga negara Indonesia dalam bidang hukum tercermin
dalam kegiatan pelayanan secara sama di depan atau dalam hukum.
11. Persamaan hak warga negara Indonesia dalam bidang ekonomi tercermin
dalam pemenuhan hak-hak seperti berikut:
a.

Hak untuk memiliki harta benda.

b.

Hak membuka usaha, seperti berdagang dan menjual jasa.

c.

Hak mengadakan perjanjian dagang.

d.

Hak menggunakan bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di


dalamnya sesuai dengan kebutuhan.

12. Persamaan hak warga negara Indonesia dalam bidang sosial budaya meliputi
kesamaan hak warga negara dalam bidang pendidikan, kebudayaan, dan
keagamaan.
13. Persamaan hak warga negara Indonesia dalam bidang pertahanan dan
keamanan didasarkan pada kesadaran atas persamaan kedudukan warga

23

negara Indonesia dalam upaya bela negara serta usaha pertahanan dan
keamanan negara Indonesia.
14. Untuk meningkatkan persatuan dan kesatuan di antara semua komponen
bangsa, kita harus saling menghormati persamaan kedudukan warga negara
tanpa membedakan ras, agama, gender, golongan, budaya, dan suku.

3.2 Saran
Dengan ditulisnya makalah yang menjelaskan tentang Persamaan
Kedudukan Warga Negara Sebagai Anggota Masyarakat ini, semoga kita semua
bisa benar-benar memahami tentang apa yang seharusnya kita dapatkan sebagai
warga negara di negeri ini. Sehingga, jika ada hak-hak yang belum kita dapatkan,
kita bisa memperjuangkannya. jika hak-hak sebagai warga negara telah kita
terima, maka sepatutnya kita menjalankan kewajiban kita sebagai warga negara.
Dengan demikian, negeri ini akan maju dan penuh dengan keadilan,
kemakmuran, aman dan sejahtera.
DAFTAR PUSTAKA

http://chikymiziee.blogspot.co.id/2014/02/makalah-persamaan-kedudukan-warganegara.html
http://www.edukasippkn.com/2015/09/pengertian-warga-negarakewarganegaraan.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Warga_Negara_Indonesia
24

http://ufialimusmemory.blogspot.co.id/2013/12/makalah-persamaan-kedudukanwarga.html

25

You might also like