Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 31

train the mind

With a determination to achieve the highest aim


For the benefit of all sentient beings
Which surpasses even the wish-fulfilling gem,
May I hold them dear at all times.
Whenever I interact with someone,
May I view myself as the lowest amongst all,
And, from the very depths of my heart,
Respectfully hold others as superior.
In all my deeds may I probe into my mind,
And as soon as mental and emotional afflictions ariseAs they endanger myself and othersMay I strongly confront them and avert them.
When I see beings of unpleasant character
Oppressed by strong negativity and suffering,
May I hold them dear-for they are rare to findAs if I have discovered a jewel treasure!
When others, out of jealousy
Treat me wrongly with abuse, slander, and scorn,
May I take upon myself the defeat
And offer to others the victory.
When someone whom I have helped,
Or in whom I have placed great hopes,
Mistreats me in extremely hurtful ways,
May I regard him still as my precious teacher.
In brief, may I offer benefit and joy
To all my mothers, both directly and indirectly,
May I quietly take upon myself
All hurts and pains of my mothers.
May all this remain undefiled
By the stains of the eight mundane concerns;
And may I, recognizing all things as illusion,
Devoid of clinging, be released from bondage.
taken from http://bit.ly/pKW29Q
0 komentar Label: Renungan Link ke posting ini

kalau ini dicetak, pasti ditarik dari peredaran


Sabdopalon berkata, "Akhirat, surga, sudah Paduka kemana-mana, dunia

manusia itu sudah menguasai alam kecil dalam besar. Paduka akan pergi ke
akhirat mana? Apa tidak tersesat? Padahal akhirat itu artinya melarat,
dimana-mana ada akhirat. Bila mau hamba ingatkan, jangan sampai Paduka
mendapat kemelaratan seperti dalam pengadilan negara. Jika salah
menjawabnya tentu dihukum, ditangkap, dipaksa kerja berat dan tanpa
menerima upah. Masuk akhirat Nusa Srenggi. Nusa artinya manusia sreng
artinya berat sekali, enggi artinya kerja.

Jadi maknanya manusia dipaksa bekerja untuk Ratu Nusa Srenggi. Apa tidak
celaka, manusia hidup di dunia demikian tadi, sekeluarganya hanya mendapat
beras sekojong tanpa daging, sambal, sayur. Itu perumpamaan akhirat yang
kelihatan nyata. Jika akhirat manusia mati malah lebih dari itu, Paduka
jangan sampai pulang ke akhirat, jangan sampai masuk ke surga, malah
tersesat, banyak binatang yang mengganggu, semua tidur berselimut tanah,
hidupnya berkerja dengan paksaan, tidak salah dipaksa.

Paduka jangan sampai menghadap Gusti Allah, karena Gusti Allah itu tidak
berwujud tidak berbentuk. Wujudnya hanya asma, meliputi dunia dan akhirat,
Paduka belum kenal, kenalnya hanya seperti kenalnya cahaya bintang dan
rembulan. Bertemunya cahaya menyala menjadi satu, tidak pisah tidak kumpul,
jauhnya tanpa batasan, dekat tidak bertemu. Saya tidak tahan dekat apalagi
Paduka, Kanjenga Nabi Musa toh tidak tahan melihat Gusti Allah. Maka Allah
tidak kelihatan, hanya Dzatnya yang meliputi semua makhluk. Paduka bibit
ruhani, bukan jenis malaikat. Manusia raganya berasal dari nutfah,
menghadap Hyang Lata wal Hujwa. Jika sudah lama, minta yang baru, tidak
bolak-balik. Itulah mati hidup.

Orang yang hidup adalah jika nafasnya masih berjalan, hidup yang langgeng,
tidak berubah tidak bergeser, yang mati hanya raganya, tidak merasakan
kenikmatan, maka bagi manusia Budha, jika raganya sudah tua, sukmanya pun
keluar minta ganti yang baik, melebihi yang sudah tua. Nutfah jangan sampai
berubah dari dunianya. Dunia manusia itu langgeng, tidak berubah-ubah, yang
berubah itu tempat rasa dan raga yang berasal dari ruh idhafi.

Prabu Brawijaya itu tidak muda tidak tua, tetapi langgeng berada di tengah
dunianya, berjalan tidak berubah dari tempatnya di gua hasrat cipta yang
hening. Bawalah bekalmu, bekal untuk makan raga. Apapun milik kita akan
hilang, berkumpul dan berpisah. Denyut jantung sebelah kiri adalah rasa,
cipta letaknya di langit-langit mulut. Itu akhir pengetahuan. Pengetahuan
manusia beragama Budha. Ruh berjalan lewat langit-langit mulut, berhenti di
kerongkongan, keluar lewat kemaluan, hanyut dalam lautan rahmat, kemudian
masuk ke gua garbha perempuan. Itulah jatuhnya nikmat di bumi rahmat. Di
situ budi membuat istana baitullah yang mulia, terjadi lewat sabda kun
fayakun. Di tengah rahim ibu itu takdir manusia ditentukan, rizkinya
digariskan, umurnya juga dipastikan, tidak bisa dirubah, seperti tertulis
dalam Lauh Mahfudz. Keberuntungan dan kematiannya tergantung pada nalar dan
pengetahuan, yang kurang ikhtiarnya akan kurang beruntung pula.

Awal mula Kiblat empat

Awal mula kiblat empat, yaitu timur (Wetan) barat (Kulon) selatan(Kidul)
dan utara (Lor) adalah demikian. Wetan artinya wiwitan asal manusia
mewujud; kulon artinya bapa kelonan; kidul artinya wstri didudul di tengah
perutnya; lor artinya lahirnya jabang bayi.

Tanggal pertama purnama, tarik sekali tenunan sudah selesai. Artinya pur:
jumbuh, na: ana wujud; ma: madep kepada wujud. Jumbuh itu artinya lengkap,
serba ada, menguasai alam besar kecil, tanggal manusia, lahir dari ibunya,
bersama dengan saudaranya kakang mbarep (kakak tertua) adi ragil (adik
terkecil).

Kakang mbarep itu kawah, adi itu ari-ari. Saudara ghaib yang lahir
bersamaan, menjaga hidupnya selama matahari tetap terbit di dunia, berupa
cahaya, isinya ingat semuanya. Siang malam jangan khawatir kepada semua
rupa, yang ingat semuanya, surup, dan tanggalnya pun sudah jelas, waktu
dulu, sekarang atau besok, itu pengetahuan manusia Jawa yang beragama
Buddha.

Raga itu diibaratkan perahu, sedangkan sukma adalah orang yang ada di atas
perahu tadi, yang menunjukkan tujuannya. Jika perahunya berjalan salah
arah, akhirnya perahu pecah, manusia rebah. Maka harus bertujua, senyampang
perahu masih berjalan, jika tidak bertujuan hidupnya, dan matinya tidak
akan bisa sampai tujuan, menepati kemanusiaannya. Jika perahu rusak maka
akan pisah dengan orangnya. Artinya sukma juga pisah dengan budi, itu
namanya syahadat, pisahnya kawula dengan Gusti. Sah artinya pisah dengan
Dzat Tuhan, jika sudah pisah raga dan sukma, budi kemudian berganti
baitullah, nafas memuji kepada Gusti. Jika pisah sukma dan budi, maka
manusia harus yang waspada, ingatlah asal-usul manusia, dan wajib meminta
kepada Tuhan baitullah yang baru, yang lebih baik dari yang lama. Raga
manusia itu namanya baitullah itu perahu buatan Allah, terjadi dari sabda
kun fayakun.

Jika perahu manusia Jawa bisa berganti baitullah lagi yang lebih baik,
perahu orang Islam hidupnya tinggal rasa, perahunya sudah hancur. Jika
sukma itu mati di alam dunia kosong, tidak ada manusia. Manusia hidup di
dunia dari muda sampai tua. Meskupun suksma manusia, tetapi jika tekadnya
melenceng, matinya tersesat menjadi kuwuk, meskupun sukmanya hewan, tetapi
bisa menjelma menjadi manusia.

Ketika Batara Wisnu bertahta di Medang Kasapta, binatang hutan dan makhluk
halus dicipta menjadi manusia, menjadi rakyat Sang Raja. Ketika Eyang
Paduka Prabu Palasara bertahta di Gajahoya, binatang hutan dan makhluk
halus juga dicipta menjadi manusia. Maka bau manusia satu dan yang lainnya

berbeda-beda, baunya seperti ketika masih menjadi hewan. Serat Tapak Hyang
menyebut Sastrajendra Hayuningrat, terjadi dari sabda kun, dan menyebut
jituok artinya hanya puji tok. Dewa yang membuat cahaya bersinar meliputi
badan. Cahya artinya incengan aneng cengelmu. Jiling itu puji eling kepada
Gusti. Punuk artinya panakna. Timbangan artinya salang. Pundak itu panduk,
hidup di dunia mencari pengetahuan dengan buah kuldi, jika beroleh buah
kuldi banyak, beruntungnya kaya daging, apabila beroleh buah pengetahuan
banyak, bisa untuk bekal hidup, hidup langgeng yang tidak bisa mati. Tepak
artinya tepa-tapa-nira, Walikat, walikaning urip. Ula-ula, ulatana, laleren
gegermu kang nggligir. Sungsum artinya sungsungen. Labung, waktu Dewa
menyambung umur, alam manusia itu sampungan, ingat hidup mati. Lempeng kiwa
tengen artinya tekad yang lahir batin, purwa benar dan salah, baik dan
buruk. Mata artinya lihatlah batin satu, yang lurus kiblatmu, keblat utara
benar satu. Tengen artinya tengenen kang terang, di dunia hanya sekedar
memakai raga, tidak membuat tidak memakai. Kiwa artinya, raga iki isi hawa
kekajengan, tidak wenang mengukuhi mati. Demikian itu bunyi serat tadi.

Jika Paduka mencela, siapa yang membuat raga? Siapa yang memberi nama?
Hanya Lata wal Hujwa, jika Paduka mencaci, Paduka tetap kafir, cela mati
Paduka, tidak percaya kepada takdirGusti, dan murtad kepada leluhur Jawa
semua, menempel pada besi, kayu batu, menjadi iblis menunggu tanah. Jika
Paduka tidak bisa membaca sasmita yang ada di badan manusia, mati Paduka
tersesat seperti kuwuk. Adapun jika bisa membaca sasmita yang ada pada raga
tadi, dari manusia menjadi manusia.

Disebut dalam Serat Anbiya, Kanjeng Nabi Musa waktu dahulu manusia yang
mati di kubur, kemudian bangun lagi, hidupnya ganti ruh baru, ganti tempat
baru. Tuhan yang Sejati Jika Paduka memeluk agama Islam, manusia Jawa tentu
kemudian Islam semua. Badan halus hamba sudah tercakup dan manunggal
menjadi tunggal, lahir batin, jadi tinggal kehendak hamba saja. Adam atau
wujud bisa sama, jika saya ingin mewujud, itulah wujud hamba, kehendak
Adam, bisa hilang seketika. Bisa mewujud dan bisa menghilang seketika. Raga
hamba itu sifat Dewa, badan hamba seluruhnya punya nama sendiri-sendiri.
Coba Paduka tunjuk, badan Sabdapalon. Semua sudah jelas, jelas sampai tidak
kelihatan Sabdopalon, tinggal asma meliputi badan, tidak muda tidak tua,
tidak mati tidak hidup. Hidupnya meliputi dalam matinya. Adapun matinya
meliputi dalam hidupnya, langgeng selamanya."

Sang Prabu bertanya, "Di mana Tuhan yang Sejati?" Sabdopalon berkata, "
Tidak jauh tidak dekat, Paduka bayangannya. Paduka wujud sifat suksma.
Sejati tunggal budi, hawa, dan badan. Tiga-tiganya itu satu, tidak
terpisah, tetapi juga tidak berkumpul. Paduka itu raja mulia tentu tidak
akan khilaf kepada kata-kata hamba ini."

"Apa kamu tidak mau masuk agama Islam?" tanya Prabu Sabdopalon berkata
dengan sedih, "Ikut agama lama, kepada agama baru tidak! Kenapa Paduka
berganti agama tidak bertanya hamba? Apakah Paduka lupa nama hamba,
Sabdapalon? Sabda artinya kata-kata, Palon kayu pengancing kandang. Naya
artinya pandangan, Genggong artinya langgeng tidak berubah. Jadi bicara
hamba itu, bisa untuk pedoman orang tanah Jawa, langgeng selamanya."

"Bagaimana ini, aku sudah terlanjur masuk agama Islam, sudah disaksikan
Sahid, aku tidak boleh kembali kepada agama Budha lagi, aku malu apabila
ditertawakan bumi langit."

"Iya sudah, silahkan Paduka jalani sendiri, hamba tidak ikut-ikutan." Sunan
Kalijaga kemudian berkata kepada Sang Prabu, yang isinya jangan memikirkan
yang tidak-tidak, karena agama Islam itu sangat mulia. Ia akan menciptakan
air yang di sumber sebagai bukti, lihat bagaimana baunya. Jika air tadi
bisa berbau wangi, itu pertanda bahwa Sang Prabu sudah mantap kepada agama
Rasul, tetapi apabila baunya tidak wangi, itu pertanda jika Sang Prabu
masih berpikir Budha. Sunan Kalijaga kemudian mengheningkan cipta. Seketika
air sumber menjadi berbau wangi. Sunan Kalijaga berkata kepada Sang Prabu,
seperti yang sudah dikatakan, bahwa Sang Prabu nyata sudah mantap kepada
agama Rasul, karena air sumber baunya wangi.

Sabdopalon berkata kepada Sang Prabu, Quote: "Itu kesaktian apa? Kesaktian
kencing hamba kemarin sore dipamerkan kepada hamba. Seperti anak-anak, jika
hamba melawan kencing hamba sendiri. Paduka dijerumuskan, hendak menjadi
jawan, suka menurut ikut-ikutan, tanpa guna hamba asuh. Hamba wirang kepada
bumi langit, malu mengasuh manusia tolol, hamba hendak mencari asuhan yang
satu mata. Hamba menyesal telah mengasuh Paduka.

Jika hamba mau mengeluarkan kesaktian, air kencing hamba, kentut sekali
saja, sudah wangi. Jika paduka tidak percaya, yang disebut pedoman Jawa,
yang bernama Manik Maya itu hamba, yang membuat kawah air panas di atas
Gunung Mahameru itu semua hamba. Adikku Batara Guru hanya mengizinkan saja.
Pada waktu dahulu tanah Jawa gonjang-ganjing, besarnya api di bawah tanah.
Gunung-gunung hamba kentuti. Puncaknya pun kemudian berlubang, apinya
banyak yang keluar, maka tanah Jawa keudian tidak bergoyang, maka gununggunung tinggi puncaknya, keluar apinya serta ada kawahnya, berisi air panas
dan air tawar. Itu hamba yang membuat. Semua tadi atas kehendak Lata wal
Hujwa, yang membuat bumi dan langit.

Apa cacadnya agama Budha, manusia bisa memohon sendiri kepada Yang Maha
Kuasa. Sungguh jika sudah berganti agama Islam, meninggalkan agama Budha,

Jawa tinggal Jawan,


artinya hilang, suka ikut bangsa lain. Besok
keturunan Paduka akan celaka,

tentu diperintah oleh orang Jawa yang mengerti.

Coba Paduka saksikan, bulan depan bulan tidak kelihatan, biji mati tidak
tumbuh, ditolak oleh Dewa. Walaupun tumbuh kecil saja, hanya untuk makanan
burung, padi seperti kerikil, karena paduka yang salah, suka menyembah
batu. Paduka saksikan besok tanah Jawa berubah udaranya, tambah panas
jarang hujan. Berkurang hasil bumi, banyak manusia suka menipu. Berani
bertindak nista dan suka bersumpah, hujan salah musim, membuat bingung para

petani. Sejak hari ini hujan sudah berkurang, sebagai hukuman banyak
manusia berganti agama.

Besok apabila sudah bertaubat, ingat kepada agama Budha lagi, dan kembali
mau makan buah pengetahuan, Dewa kemudian memaafkan, hujan kembali seperti
jaman Budha."

Catatan penyadur : penyadur lebih menyukai jika kata-kata Budha diatas


diganti agama Budi.

dicopas dari sini

1 komentar Link ke posting ini

Kalau ini buku, pasti akan dibakar atau ditarik dari peredaran

0 komentar Link ke posting ini

Sastro Jendro Hayuningrat Pangruwating Diyu


Apa yang anda ketahui tentang Sastro Jendro Hayuningrat Pangruwating Diyu ?
0 komentar Label: nusantara Link ke posting ini

Renungan W.S.Rendra
ini entah sajak, puisi, atau sekedar syair. katanya adalah hasil karya W.S.Rendra.
pertama kali denger, dibacaakan sama sepupu-nya dari eyangku, pada saat kumpul-kumpul
lebaran 2009 yang baru aja lewat. Beliau pun cerita kalau penyair ini satu sekolah ketika
SMP dan berkenalan pada waktu itu.
...
Seringkali aku berkata,
Ketika semua orang memuji milikku
Bahwa sesungguhnya ini
hanyalah titipan
Bahwa mobilku hanyalah titipan-Nya
Bahwa rumahku hanyalah titipan-Nya
Bahwa hartaku hanyalah titipan-Nya
Bahwa putraku hanyalah titipan-Nya

Tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya:


mengapa Dia menitipkan padaku???
Untuk apa Dia menitipkan ini padaku ???
Dan kalau bukan milikku,
apa yang harus kulakukan untuk milik-Nya itu ???
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat,
ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya ?
Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah
kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka,
kusebut dengan panggilan apa saja untuk melukiskan
bahwa itu adalah derita.
Ketika aku berdoa,
kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku,
aku ingin lebih banyak harta,
ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak rumah,
lebih banyak popularitas,
dan kutolak sakit,
kutolak kemiskinan,
Seolah semua derita adalah hukuman bagiku.
Seolah keadilan dan kasih Nya harus berjalan seperti matematika:
aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku,
dan nikmat dunia kerap menghampiriku.
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan Kekasih.
Kuminta Dia membalas perlakuan baikku,
dan menolak keputusanNya yang tak sesuai keinginanku,
Gusti, padahal tiap hari kuucapkan,
hidup dan matiku hanyalah untuk beribadah
ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja
***
WS Rendra
0 komentar Label: syair Link ke posting ini

Menelisik Misteri Sabdo Palon

JALAN SETAPAK MENUJU NUSANTARA JAYA


BEDAH TELISIK SPIRITUAL WASIAT NENEK MOYANG
Menelisik Misteri Sabdo Palon
Dalam upaya menelisik misteri siapa sejatinya Sabdo Palon, saya mengawali dengan mengkaji Serat
Darmagandhul dan ramalan Sabdo Palon. Di sini tidak akan dipersoalkan siapa yang membuat karyakarya tersebut untuk tidak menimbulkan banyak perdebatan. Karena penjelasan secara akal
penalaran amatlah rumit, namun dengan pendekatan spiritual dapatlah ditarik benang merahnya yang
akan membawa kepada satu titik terang. Dan ini akhirnya dapat dirunut secara logika historis.
Menarik memang di dalam mencari jawab tentang siapakah Sabdo Palon? Karena kata Sabdo Palon
Noyo Genggong sebagai penasehat spiritual Prabu Brawijaya V ( memerintah tahun 1453 1478 )
tidak hanya dapat ditemui di dalam Serat Darmagandhul saja, namun di dalam bait-bait terakhir
ramalan Joyoboyo (1135 1157) juga telah disebut-sebut, yaitu bait 164 dan 173 yang
menggambarkan tentang sosok Putra Betara Indra sbb:
164. ; mumpuni sakabehing laku; nugel tanah Jawa kaping pindho;
ngerahake jin setan; kumara prewangan, para lelembut ke bawah perintah saeko proyo kinen
ambantu manungso Jawa padha asesanti trisula weda; landhepe triniji suci; bener, jejeg, jujur;
kadherekake Sabdopalon lan Noyogenggong. (; menguasai seluruh ajaran (ngelmu); memotong
tanah Jawa kedua kali; mengerahkan jin dan setan; seluruh makhluk halus berada di bawah
perintahnya bersatu padu membantu manusia Jawa berpedoman pada trisula weda; tajamnya
tritunggal nan suci; benar, lurus, jujur; didampingi Sabdopalon dan Noyogenggong)
173. nglurug tanpa bala; yen menang tan ngasorake liyan; para kawula padha suka-suka; marga
adiling pangeran wus teka; ratune nyembah kawula; angagem trisula wedha; para pandhita hiya
padha muja; hiya iku momongane kaki Sabdopalon; sing wis adu wirang nanging kondhang; genaha
kacetha kanthi njingglang; nora ana wong ngresula kurang; hiya iku tandane kalabendu wis minger;
centi wektu jejering kalamukti; andayani indering jagad raya; padha asung bhekti. (menyerang tanpa
pasukan; bila menang tak menghina yang lain; rakyat bersuka ria; karena keadilan Yang Kuasa telah
tiba; raja menyembah rakyat; bersenjatakan trisula wedha; para pendeta juga pada memuja; itulah
asuhannya Sabdopalon; yang sudah menanggung malu tetapi termasyhur; segalanya tampak terang
benderang; tak ada yang mengeluh kekurangan; itulah tanda zaman kalabendu telah usai; berganti
zaman penuh kemuliaan; memperkokoh tatanan jagad raya; semuanya menaruh rasa hormat yang
tinggi)
Serat Darmagandhul

Memahami Serat Darmagandhul dan karya-karya leluhur kita dibutuhkan kearifan dan netralitas yang

Jika belum
matang beragama maka akan muncul
sentimen terhadap agama lain. Tentu ini tidak kita
tinggi, karena mengandung nilai kawruh Jawa yang sangat tinggi.

kehendaki. Tiada maksud lain dari saya kecuali hanya ingin mengungkap fakta dan membedah
warisan leluhur dari pendekatan spiritual dan historis. Dalam serat Dharmagandhul ini saya hanya
ingin menyoroti ucapan ucapan penting pada pertemuan antara Sunan Kalijaga, Prabu Brawijaya dan
Sabdo Palon di Blambangan.
Pertemuan ini terjadi ketika Sunan Kalijaga mencari dan menemukan Prabu Brawijaya yang tengah
lari ke Blambangan untuk meminta bantuan bala tentara dari kerajaan di Bali dan Cina untuk
memukul balik serangan putranya, Raden Patah yang telah menghancurkan Majapahit. Namun hal ini
bisa dicegah oleh Sunan Kalijaga dan akhirnya Prabu Brawijaya masuk agama Islam. Karena Sabdo
Palon tidak bersedia masuk agama Islam atas ajakan Prabu Brawijaya, maka mereka berpisah.
Sebelum perpisahan terjadi ada baiknya kita cermati ucapan-ucapan berikut ini:
Sabdo Palon : Paduka sampun klajng klorob, karsa dados jawan, irib-iriban, rmn manut nunutnunut, tanpa guna kula mong, kula wirang dhatng bumi langit, wirang momong tiyang cabluk, kula
badhe pados momongan ingkang mripat satunggal, botn rmn momong paduka. Manawi
paduka botn pitados, kang kasbut ing pikkah Jawi, nama Manik Maya, punika kula, ingkang jasa
kawah wedang sanginggiling rdi rdi Mahmeru punika sadaya kula, (Paduka sudah terlanjur
terperosok, mau jadi orang jawan (kehilangan jawa-nya), kearab-araban, hanya ikut-ikutan, tidak ada
gunanya saya asuh, saya malu kepada bumi dan langit, malu mengasuh orang tolol, saya mau
mencari asuhan yang bermata satu (memiliki prinsip/aqidah yang kuat), tidak senang mengasuh
paduka. Kalau paduka tidak
percaya, yang disebut dalam ajaran Jawa, nama Manik Maya (Semar) itu saya, yang membuat kawah
air panas di atas gunung itu semua adalah saya, )
Ucapan Sabdo Palon ini menyatakan bahwa dia sangat malu kepada bumi dan langit dengan
keputusan Prabu Brawijaya masuk agama Islam.
Gambaran ini telah diungkapkan Joyoboyo pada bait 173 yang berbunyi : , hiya iku momongane
kaki Sabdopalon; sing wis adu wirang nanging kondhang; (, itulah asuhannya Sabdopalon;
yang sudah menanggung malu tetapi termasyhur; ).
Dalam ucapan ini pula Sabdo Palon menegaskan bahwa dirinyalah sebenarnya yang dikatakan
dalam kawruh Jawa dengan apa yang dikenal sebagai Manik Maya atau Semar.
Sabdapalon matur yen arp misah, barng didangu lungane mnyang ngndi, ature ora lunga,
nanging ora manggon ing kono, mung ntpi jnnge Smar, nglimputi salire wujud, anglela kalingan
padhang. .. ( Sabdo Palon menyatakan akan berpisah, begitu ditanya perginya kemana, jawabnya
tidak pergi, akan tetapi tidak bertempat di situ, hanya menetapkan namanya Semar, yang meliputi
segala wujud, membuatnya samar. ..)
Sekali lagi dalam ucapan ini Sabdo Palon menegaskan bahwa dirinyalah yang bernama Semar. Bagi
orang Jawa yang berpegang pada kawruh Jawa pastilah memahami tentang apa dan bagaimana
Semar. Secara ringkas dapat dijelaskan bahwa Semar adalah merupakan utusan gaib Gusti Kang
Murbeng Dumadi (Tuhan Yang Maha Kuasa) untuk melaksanakan tugas agar manusia selalu
menyembah dan bertaqwa kepada Tuhan, selalu bersyukur dan eling serta berjalan pada jalan
kebaikan.
Sebelum manusia mengenal agama, keberadaan Semar telah ada di muka bumi. Beliau mendapat
tugas khusus dari Gusti Kang Murbeng Dumadi untuk menjaga dan memelihara bumi Nusantara
khususnya, dan jagad raya pada umumnya.
Perhatikan ungkapan Sabdo Palon berikut ini : Sabdapalon ature sndhu: Kula niki Ratu Dhang

Hyang sing rumksa tanah Jawa. Sintn ingkang jumnng Nata, dados momongan kula. Wiwit
saking lluhur paduka rumiyin, Sang Wiku Manumanasa, Sakutrm lan Bambang Sakri, run-tumurun
ngantos dumugi sapriki, kula momong pikukuh lajr Jawi, .. .., dumugi sapriki umur-kula sampun
2.000 langkung 3 taun, momong lajr Jawi, botn wontn ingkang ewah agamanipun, .. (Sabdo
Palon berkata sedih: Hamba ini Ratu Dhang Hyang yang menjaga tanah Jawa. Siapa yang bertahta,
menjadi asuhan hamba. Mulai dari leluhur paduka dahulu, Sang Wiku Manumanasa, Sakutrem dan
Bambang Sakri, turun temurun sampai sekarang, hamba mengasuh keturunan raja-raja Jawa, ..
.., sampai sekarang ini usia hamba sudah 2.000 lebih 3 tahun dalam mengasuh raja-raja Jawa,
tidak ada yang berubah agamanya, ..)
Ungkapan di atas menyatakan bahwa Sabdo Palon (Semar) telah ada di bumi Nusantara ini bahkan
525 tahun sebelum masehi jika dihitung dari berakhirnya kekuasaan Prabu Brawijaya pada tahun
1478. Saat ini di tahun 2007, berarti usia Sabdo Palon telah mencapai 2.532 tahun. Setidaknya
perhitungan usia tersebut dapat memberikan gambaran kepada kita, walaupun angka-angka yang
menunjuk masa di dalam wasiat leluhur sangat toleransif sifatnya.
Di kalangan spiritualis Jawa pada umumnya, keberadaan Semar diyakini berupa suara tanpa rupa.
Namun secara khusus bagi yang memahami lebih dalam lagi, keberadaan Semar diyakini dengan
istilah mencolo putro, mencolo putri, artinya dapat mewujud dan menyamar sebagai manusia biasa
dalam wujud berlainan di setiap masa.
Namun dalam perwujudannya sebagai manusia tetap mencirikan karakter Semar sebagai sosok
Begawan atau Pandhita. Hal ini dapat dipahami karena dalam kawruh Jawa dikenal adanya konsep
menitis dan Cokro Manggilingan. Dari apa yang telah disinggung di atas, kita telah sedikit
memahami bahwa Sabdo Palon sebagai pembimbing spiritual Prabu Brawijaya merupakan sosok
Semar yang nyata.
Menurut Sabdo Palon dalam ungkapannya dikatakan : , paduka punapa kkilapan dhatng nama
kula Sabdapalon? Sabda tgsipun pamuwus, Palon: pikukuh kandhang. Naya tgsipun ulat,
Genggong: langgng botn ewah. Dados wicantn-kula punika, kenging kangge pikkah ulat
pasmoning tanah Jawi, langgng salaminipun. (, apakah paduka lupa terhadap nama saya
Sabdo Palon? Sabda artinya kata-kata, Palon adalah kayu pengancing kandang, Naya artinya
pandangan, Genggong artinya langgeng tidak berubah. Jadi ucapan hamba itu berlaku sebagai
pedoman hidup di tanah Jawa, langgeng selamanya.)
Seperti halnya Semar telah banyak dikenal sebagai pamomong sejati yang selalu mengingatkan
bilamana yang diemongnya salah jalan, salah berpikir atau salah dalam perbuatan, terlebih apabila
melanggar ketentuan-ketentuan Tuhan Yang Maha Esa. Semar selalu memberikan piwulangnya
untuk bagaimana berbudi pekerti luhur selagi hidup di dunia fana ini sebagai bekal untuk perjalanan
panjang berikutnya nanti.
Jadi Semar merupakan pamomong yang tut wuri handayani, menjadi tempat bertanya karena
pengetahuan dan kemampuannya sangat luas, serta memiliki sifat yang bijaksana dan rendah hati
juga waskitho (ngerti sakdurunge winarah). Semua yang disabdakan Semar tidak pernah berupa
perintah untuk melakukan tetapi lebih kepada bagaimana sebaiknya melakukan. Semua
keputusan yang akan diambil diserahkan semuanya kepada tuannya.
Semar atau Kaki Semar sendiri memiliki 110 nama, diantaranya adalah Ki Sabdopalon, Sang Hyang
Ismoyo, Ki Bodronoyo, dan lain-lain. Di dalam Serat Darmogandhul diceritakan episode perpisahan
antara Sabdo Palon dengan Prabu Brawijaya karena perbedaan prinsip. Sebelum berpisah Sabdo
Palon menyatakan kekecewaannya dengan sabda-sabda yang mengandung prediksi tentang sosok
masa depan yang diharapkannya.
Berikut ungkapan-ungkapan itu : .. Paduka yktos, manawi sampun santun agami Islam, nilar
agami Buddha, turun paduka tamtu aps, Jawi kantun jawan, Jawinipun ical, rmn nunut bangsa
sanes. Benjing tamtu dipunprentah dening tiyang Jawi ingkang mangrti. (.. Paduka perlu faham,
jika sudah berganti agama Islam, meninggalkan agama Budha, keturunan Paduka akan celaka, Jawi
(orang Jawa yang memahami kawruh Jawa) tinggal Jawan (kehilangan jati diri jawa-nya), Jawi-nya
hilang, suka ikut-ikutan bangsa lain. Suatu saat tentu akan dipimpin oleh orang Jawa (Jawi) yang
mengerti. .. Sang Prabu diaturi ngyktosi, ing besuk yen ana wong Jawa ajnng tuwa,

aggaman kawruh, iya iku sing dimong Sabdapalon, wong jawan arp diwulang wruha marang
bnr luput. (.. Sang Prabu diminta memahami, suatu saat nanti kalau ada orang Jawa
menggunakan nama tua (sepuh), berpegang pada kawruh Jawa, yaitulah yang diasuh oleh Sabda
Palon,
orang
Jawan (yang telah kehilangan Jawa-nya) akan diajarkan agar bisa melihat benar salahnya.)
Dari dua ungkapan di atas Sabdo Palon mengingatkan Prabu Brawijaya bahwa suatu ketika nanti
akan ada orang Jawa yang memahami kawruh Jawa (tiyang Jawi) yang akan memimpin bumi
nusantara ini. Juga dikatakan bahwa ada saat nanti datang orang Jawa asuhan Sabdo Palon yang
memakai nama sepuh/tua (bisa jadi mbah, aki, ataupun eyang) yang memegang teguh kawruh
Jawa akan mengajarkan dan memaparkan kebenaran dan kesalahan dari peristiwa yang terjadi saat
itu dan akibat-akibatnya dalam waktu berjalan.
Hal ini menyiratkan adanya dua sosok di dalam ungkapan Sabdo Palon tersebut yang merupakan
sabda prediksi di masa mendatang, yaitu pemimpin yang diharapkan dan pembimbing spiritual
(seorang pandhita). Ibarat Arjuna dan Semar atau juga Prabu Parikesit dan Begawan Abhiyasa.
Lebih lanjut diceritakan : Sang Prabu karsane arp ngrangkul Sabdapalon lan Nayagenggong,
nanging wong loro mau banjur musna. Sang Prabu ngungun sarta nnggak waspa, wusana banjur
ngandika marang Sunan Kalijaga: Ing besuk nagara Blambangan salina jnng nagara Banyuwangi,
dadiya tngr Sabdapalon nggone bali marang tanah Jawa anggawa momongane. Dene samngko
Sabdapalon isih nglimput aneng tanah sabrang. (Sang Prabu berkeinginan merangkul Sabdo Palon
dan Nayagenggong, namun orang dua itu kemudian raib. Sang Prabu heran dan bingung kemudian
berkata kepada Sunan Kalijaga : Gantilah nama Blambangan menjadi Banyuwangi, jadikan ini
sebagai tanda kembalinya Sabda Palon di tanah Jawa membawa asuhannya. Sekarang ini Sabdo
Palon masih berkelana di tanah seberang.)
Dari kalimat ini jelas menandakan bahwa Sabdo Palon dan Prabu Brawijaya berpisah di tempat yang
sekarang bernama Banyuwangi. Tanah seberang yang dimaksud tidak lain tidak bukan adalah Pulau
Bali. Untuk mengetahui lebih lanjut guna menguak misteri ini, ada baiknya kita kaji sedikit tentang
Ramalan Sabdo Palon berikut ini.
Ramalan Sabdo Palon
Karena Sabdo Palon tidak berkenan berganti agama Islam, maka dalam naskah Ramalan Sabdo
Palon ini diungkapkan sabdanya sbb :
3. Sabda Palon matur sugal, Yen kawula boten arsi, Ngrasuka agama Islam, Wit kula puniki yekti,
Ratuning Dang Hyang Jawi, Momong marang anak putu, Sagung kang para Nata, Kang jurneneng
Tanah Jawi, Wus pinasthi sayekti kula pisahan. (Sabda Palon menjawab kasar: Hamba tak mau
masuk Islam Sang Prabu, sebab saya ini raja serta pembesar Dang Hyang se tanah Jawa. Saya ini
yang membantu anak cucu serta para raja di tanah jawa. Sudah digaris kita harus berpisah.)
4. Klawan Paduka sang Nata, Wangsul maring sunya ruri, Mung kula matur petungna, Ing benjang
sakpungkur mami, Yen wus prapta kang wanci, Jangkep gangsal atus tahun, Wit ing dinten punika,
Kula gantos kang agami, Gama Buda kula sebar tanah Jawa. (Berpisah dengan Sang Prabu kembali
ke asal mula saya. Namun Sang Prabu kami mohon dicatat. Kelak setelah 500 tahun saya akan
mengganti agama Budha lagi (maksudnya Kawruh Budi), saya sebar seluruh tanah Jawa.)
5. Sinten tan purun nganggeya, Yekti kula rusak sami, Sun sajekken putu kula, Berkasakan rupi-rupi,
Dereng lega kang ati, Yen durung lebur atempur, Kula damel pratandha, Pratandha tembayan mami,
Hardi Merapi yen wus njeblug mili lahar. (Bila ada yang tidak mau memakai, akan saya hancurkan.
Menjadi makanan jin setan dan lain-lainnya. Belum legalah hati saya bila belum saya hancur
leburkan. Saya akan membuat tanda akan datangnya kata-kata saya ini. Bila kelak Gunung Merapi
meletus dan memuntahkan laharnya.)
6. Ngidul ngilen purugira, Ngganda banger ingkang warih, Nggih punika medal kula, Wus nyebar
agama budi, Merapi janji mami, Anggereng jagad satuhu, Karsanireng Jawata, Sadaya gilir gumanti,
Boten kenging kalamunta kaowahan. (Lahar tersebut mengalir ke Barat Daya. Baunya tidak sedap.
Itulah pertanda kalau saya datang. Sudah mulai menyebarkan agama Buda (Kawruh Budi). Kelak

Merapi akan bergelegar. Itu sudah menjadi takdir Hyang Widi bahwa segalanya harus bergantian.
Tidak dapat bila diubah lagi.)
7. Sanget-sangeting sangsara, Kang tuwuh ing tanah Jawi, Sinengkalan tahunira, Lawon Sapta
Ngesthi Aji, Upami nyabrang kali, Prapteng tengah-tengahipun, Kaline banjir bandhang, Jerone
ngelebne jalmi, Kathah sirna manungsa prapteng pralaya. (Kelak waktunya paling sengsara di tanah
Jawa ini pada tahun: Lawon Sapta Ngesthi Aji. Umpama seorang menyeberang sungai sudah datang
di tengah-tengah. Tiba-tiba sungainya banjir besar, dalamnya menghanyutkan manusia sehingga
banyak yang meninggal dunia.)
8. Bebaya ingkang tumeka, Warata sa Tanah Jawi, Ginawe kang paring gesang, Tan kenging dipun
singgahi, Wit ing donya puniki, Wonten ing sakwasanipun, Sedaya pra Jawata, Kinarya
amertandhani, Jagad iki yekti ana kang akarya. (Bahaya yang mendatangi tersebar seluruh tanah
Jawa. Itu sudah kehendak Tuhan tidak mungkin disingkiri lagi. Sebab dunia ini ada ditanganNya. Hal
tersebut sebagai bukti bahwa sebenarnya dunia ini ada yang membuatnya.)
Dari bait-bait di atas dapatlah kita memahami bahwa Sabdo Palon menyatakan berpisah dengan
Prabu Brawijaya kembali ke asal mulanya. Perlu kita tahu bahwa Semar adalah wujud manusia biasa
titisan dewa Sang Hyang Ismoyo. Jadi ketika itu Sabdo Palon berencana untuk kembali ke asal
mulanya adalah alam kahyangan (alam dewa-dewa), kembali sebagai wujud dewa, Sang Hyang
Ismoyo.
Lamanya pergi selama 500 tahun. Dan kemudian Sabdo Palon menyatakan janjinya akan datang
kembali di bumi tanah Jawa (tataran nusantara) dengan tanda-tanda tertentu. Diungkapkannya tanda
utama itu adalah muntahnya lahar gunung Merapi ke arah barat daya. Baunya tidak sedap. Dan juga
kemudian diikuti bencana-bencana lainnya. Itulah tanda Sabdo Palon telah datang.
Dalam dunia pewayangan keadaan ini dilambangkan dengan judul: Semar Ngejawantah. Mari kita
renungkan sesaat tentang kejadian muntahnya lahar gunung Merapi tahun lalu dimana untuk pertama
kalinya ditetapkan tingkat statusnya menjadi yang tertinggi : Awas Merapi. Saat kejadian malam itu
lahar merapi keluar bergerak ke arah Barat Daya.
Pada hari itu tanggal 13 Mei 2006 adalah malam bulan purnama bertepatan dengan Hari Raya
Waisyak (Budha) dan Hari Raya Kuningan (Hindu). Secara hakekat nama Sabdo Palon Noyo
Genggong adalah simbol dua satuan yang menyatu, yaitu : Hindu Budha (Syiwa Budha).
Di dalam Islam dua satuan ini dilambangkan dengan dua kalimat Syahadat. Apabila angka tanggal,
bulan dan tahun dijumlahkan, maka : 1 + 3 + 5 + 2 + 6 = 17 ( 1 + 7 = 8 ). Angka 17 kita kenal
merupakan angka keramat. 17 merupakan jumlah rakaat sholat lima waktu di dalam syariat Islam. 17
juga merupakan lambang hakekat dari bumi sap pitu dan langit sap pitu yang berasal dari Yang
Satu, Allah SWT. Sedangkan angka 8 merupakan lambang delapan penjuru mata angin. Di Bali hal ini
dilambangkan dengan apa yang kita kenal dengan Sad Kahyangan Jagad.
Artinya dalam kejadian ini delapan kekuatan dewa-dewa menyatu, menyambut dan menghantarkan
Sang Hyang Ismoyo (Sabdo Palon) untuk turun ke bumi. Di dalam kawruh Jawa, Sang Hyang Ismoyo
adalah sosok dewa yang dihormati oleh seluruh dewa-dewa. Dan gunung Merapi di sini
melambangkan hakekat tempat atau sarana turunnya dewa ke bumi (menitis).
SIAPA SEJATINYA SABDO PALON NOYO GENGGONG ?
Setelah kita membaca dan memahami secara keseluruhan wasiat-wasiat leluhur Nusantara yang ada
di blog ini, maka telah sampai saatnya saya akan mengulas sesuai dengan pemahaman saya tentang
siapa sejatinya Sabdo Palon Noyo Genggong itu. Dari penuturan bapak Tri Budi Marhaen Darmawan,
saya mendapatkan jawaban : Sabdo Palon adalah seorang ponokawan Prabu Brawijaya, penasehat
spiritual dan pandhita sakti kerajaan Majapahit.
Dari penelusuran secara spiritual, Sabdo Palon itu sejatinya adalah beliau : Dang Hyang Nirartha/
Mpu Dwijendra/ Pedanda Sakti Wawu Rawuh/ Tuan Semeru yang akhirnya moksa di Pura Uluwatu.
(merinding juga saya mendengar nama ini) Dari referensi yang saya dapatkan, Dang Hyang Nirartha
adalah anak dari Dang Hyang Asmaranatha, dan cucu dari Mpu Tantular atau Dang Hyang
Angsokanatha (penyusun Kakawin Sutasoma dimana di dalamnya tercantum Bhinneka Tunggal

Ika).
Danghyang Nirartha adalah seorang pendeta Budha yang kemudian beralih menjadi pendeta Syiwa.
Beliau juga diberi nama Mpu Dwijendra dan dijuluki Pedanda Sakti Wawu Rawuh, beliau juga dikenal
sebagai seorang sastrawan.
Dalam Dwijendra Tattwa dikisahkan sebagai berikut : Pada Masa Kerajaan Majapahit di Jawa Timur,
tersebutlah seorang Bhagawan yang bernama Dang Hyang Dwi Jendra. Beliau dihormati atas
pengabdian yang sangat tinggi terhadap raja dan rakyat melalui ajaran-ajaran spiritual, peningkatan
kemakmuran dan menanggulangi masalah-masalah kehidupan. Beliau dikenal dalam menyebarkan
ajaran Agama Hindu dengan nama Dharma Yatra.
Di Lombok Beliau disebut Tuan Semeru atau guru dari Semeru, nama sebuah gunung di Jawa
Timur. Dengan kemampuan supranatural dan mata bathinnya, beliau melihat benih-benih keruntuhan
kerajaan Hindu di tanah Jawa. Maksud hati hendak melerai pihak-pihak yang bertikai, akan tetapi
tidak mampu melawan kehendak Sang Pencipta, ditandai dengan berbagai bencana alam yang
ditengarai turut ambil kontribusi dalam runtuhnya kerajaan Majapahit (salah satunya adalah bencana
alam Pagunungan Anyar).
Akhirnya beliau mendapat petunjuk untuk hijrah ke sebuah pulau yang masih di bawah kekuasaan
Majapahit, yaitu Pulau Bali. Sebelum pergi ke Pulau Bali, Dang Hyang Nirartha hijrah ke Daha
(Kediri), lalu ke Pasuruan dan kemudian ke Blambangan. Beliau pertama kali tiba di Pulau Bali dari
Blambangan sekitar tahun caka 1411 atau 1489 M ketika Kerajaan Bali Dwipa dipimpin oleh Dalem
Waturenggong.
Beliau mendapat wahyu di Purancak, Jembrana bahwa di Bali perlu dikembangkan paham Tripurusa
yakni pemujaan Hyang Widhi dalam manifestasi-Nya sebagai Siwa, Sadha Siwa, dan Parama Siwa.
Dang Hyang Nirarta dijuluki pula Pedanda Sakti Wawu Rawuh karena beliau mempunyai kemampuan
supra natural yang membuat Dalem Waturenggong sangat kagum sehingga beliau diangkat menjadi
Bhagawanta (pendeta kerajaan).
Ketika itu Bali Dwipa mencapai jaman keemasan, karena semua bidang kehidupan rakyat ditata
dengan baik. Hak dan kewajiban para bangsawan diatur, hukum dan peradilan adat/agama
ditegakkan, prasasti-prasasti yang memuat silsilah leluhur tiap-tiap soroh/klan disusun. Awig-awig
Desa Adat pekraman dibuat, organisasi subak ditumbuh-kembangkan dan kegiatan keagamaan
ditingkatkan.
Selain itu beliau juga mendorong penciptaan karya-karya sastra yang bermutu tinggi dalam bentuk
tulisan lontar, kidung atau kekawin. Pura-pura untuk memuja beliau di tempat mana beliau pernah
bermukim membimbing umat adalah : Purancak, Rambut siwi, Pakendungan, Ulu watu, Bukit Gong,
Bukit Payung, Sakenan, Air Jeruk, Tugu, Tengkulak, Gowa Lawah, Ponjok Batu, Suranadi (Lombok),
Pangajengan, Masceti, Peti Tenget, Amertasari, Melanting, Pulaki, Bukcabe, Dalem Gandamayu,
Pucak Tedung, dan lain-lain. Akhirnya Dang Hyang Nirartha menghilang gaib (moksa) di Pura
Uluwatu. (Moksa = bersatunya atman dengan Brahman/Sang Hyang Widhi Wasa, meninggal dunia
tanpa meninggalkan jasad).
Setelah mengungkapkan bahwa Sabdo Palon sejatinya adalah Dang Hyang Nirartha, lalu bapak Tri
Budi Marhaen Darmawan memberikan kepada saya 10 (sepuluh) pesan dari beliau Dang Hyang
Nirartha sbb:
1. Tuwi ada ucaping haji, utama ngwangun tlaga, satus reka saliunnya, kasor ento utamannya, ring
sang ngangun yadnya pisan, kasor buin yadnyane satus, baan suputra satunggal. ( bait 5 )
Ada sebenarnya ucapan ilmu pengetahuan, utama orang yang membangun telaga, banyaknya
seratus, kalah keutamaannya itu, oleh orang yang melakukan korban suci sekali, korban suci yang
seratus ini, kalah oleh anak baik seorang.
2. Bapa mituduhin cening, tingkahe menadi pyanak, eda bani ring kawitan, sang sampun kaucap
garwa, telu ne maadan garwa, guru reka, guru prabhu, guru tapak tui timpalnya. ( bait 6 )
Ayahnda memberitahumu anakku, tata cara menjadi anak, jangan durhaka pada leluhur, orang yang
disebut guru, tiga banyaknya yang disebut guru, guru reka, guru prabhu, dan guru tapak (yang

mengajar) itu.
3. Melah pelapanin mamunyi, ring ida dane samian, wangsane tong kaletehan, tong ada ngupet
manemah, melah alepe majalan, batise twara katanjung, bacin tuara bakat ingsak. ( bait 8 )
Lebih baik hati-hati dalam berbicara, kepada semua orang, tak akan ternoda keturunannya, tak ada
yang akan mencaci maki, lebih baik hati-hati dalam berjalan, sebab kaki tak akan tersandung, dan
tidak akan menginjak kotoran.
4. Uli jani jwa kardinin, ajak dadwa nah gawenang, patut tingkahe buatang, tingkahe mangelah mata,
gunannya anggon malihat, mamedasin ane patut, da jua ulah malihat. ( bait 10 )
Mulai sekarang lakukan, lakukanlah berdua, patut utamakan tingkah laku yang benar, seperti
menggunakan mata, gunanya untuk melihat, memperhatikan tingkah laku yang benar, jangan hanya
sekedar melihat.
5. Tingkahe mangelah kuping, tuah anggon maningehang, ningehang raose melah, resepang pejang
di manah, da pati dingeh-dingehang, kranannya mangelah cunguh, anggon ngadek twah gunanya.
( bait 11 )
Kegunaan punya telinga, sebenarnya untuk mendengar, mendengar kata-kata yang benar, camkan
dan simpan dalam hati, jangan semua hal didengarkan.
6. Nanging da pati adekin, mangulah maan madiman, patutang jua agrasayang, apang bisa jwa
ningkahang, gunan bibih twah mangucap, de mangucap pati kacuh, ne patut jwa ucapang. ( bait 12 )
Jangan segalanya dicium, sok baru dapat mencium, baik-baiklah caranya merasakan, agar bisa
melaksanakannya, kegunaan mulut untuk berbicara, jangan berbicara sembarangan, hal yang benar
hendaknya diucapkan.
7. Ngelah lima da ja gudip, apikin jua nyemakang, apang patute bakatang, wyadin batise tindakang,
yatnain twah nyalanang, eda jwa mangulah laku, katanjung bena nahanang. ( bait 13 )
Memiliki tangan jangan usil, hati-hati menggunakan, agar selalu mendapat kebenaran, begitu pula
dalam melangkahkan kaki, hati-hatilah melangkahkannya, bila kesandung pasti kita yang menahan
(menderita) nya.
8. Awake patut gawenin, apang manggih karahaywan, da maren ngertiang awak, waluya
matetanduran, tingkahe ngardinin awak, yen anteng twi manandur, joh pare twara mupuang. ( bait
14 )
Kebenaran hendaknya diperbuat, agar menemukan keselamatan, jangan henti-hentinya berbuat baik,
ibaratnya bagai bercocok tanam, tata cara dalam bertingkah laku, kalau rajin menanam, tak mungkin
tidak akan berhasil.
9. Tingkah ne melah pilihin, buka anake ka pasar, maidep matetumbasan, masih ya nu mamilihin,
twara nyak meli ne rusak, twah ne melah tumbas ipun, patuh ring ma mwatang tingkah. ( bait 15 )
Pilihlah perbuatan yang baik, seperti orang ke pasar, bermaksud hendak berbelanja, juga masih
memilih, tidak mau membeli yang rusak, pasti yang baik dibelinya, sama halnya dengan memilih
tingkah laku.
10. Tingkah ne melah pilihin, da manganggoang tingkah rusak, saluire kaucap rusak, wantah nista ya
ajinnya, buine tong kanggoang anak, kija aba tuara laku, keto cening sujatinnya. ( bait 16 )
Pilihlah tingkah laku yang baik, jangan mau memakai tingkah laku yang jahat, betul-betul hina
nilainya, ditambah lagi tiada disukai masyarakat, kemanapun di bawa tak akan laku, begitulah
sebenarnya anakku.
Akhirnya bapak Tri Budi Marhaen Darmawan mengungkapkan bahwa dengan penelusuran secara
spiritual dapatlah disimpulkan : Jadi yang dikatakan Putra Betara Indra oleh Joyoboyo, Budak
Angon oleh Prabu Siliwangi, dan Satrio Pinandhito Sinisihan Wahyu oleh Ronggowarsito itu, tidak
lain dan tidak bukan adalah Sabdo Palon, yang sejatinya adalah Dang Hyang Nirartha/ Mpu
Dwijendra/ Pedanda Sakti Wawu Rawuh/ Tuan Semeru.
Pertanyaannya sekarang adalah: Ada dimanakah beliau saat ini kalau dari tanda-tanda yang telah
terjadi dikatakan bahwa Sabdo Palon telah datang? Tentu saja sangat tidak etis untuk menjawab
persoalan ini. Sangat sensitif Ini adalah wilayah para kasepuhan suci, waskitho, marifat dan

mukasyafah saja yang dapat menjumpai dan membuktikan kebenarannya.


Dimensi spiritual sangatlah pelik dan rumit. Tidak perlu banyak perdebatan, karena Sabdo Palon yang
telah menitis kepada seseorang itu yang jelas memiliki karakter 7 (tujuh) satrio seperti yang telah
diungkapkan oleh R.Ng. Ronggowarsito, dan juga memiliki karakter Putra Betara Indra seperti yang
diungkapkan oleh Joyoboyo.
Secara fisik seseorang itu ditandai dengan memegang sepasang pusaka Pengayom Nusantara
hasil karya beliau Dang Hyang Nirartha.
Kesimpulan akhirnya adalah : Putra Betara Indra = Budak Angon = Satrio Pinandhito Sinisihan Wahyu
seperti yang telah dikatakan oleh para leluhur Nusantara di atas adalah sosok yang diharap-harapkan
rakyat nusantara selama ini, yaitu beliau yang dinamakan SATRIO PININGIT.
Jadi, Satrio Piningit (SP) = adalah seorang Satrio Pinandhito (SP) = yaitulah Sabdo Palon (SP) =
sebagai Sang Pamomong (SP) = dikenal juga dengan nama Semar Ponokawan (SP) = pemegang
pusaka Sabdo Palon (SP) = berada di SP (?) = tepatnya di daerah SP (?) = dimana terdapat SP
(?) = dengan nama SP dan SP (?) .
Satrio Piningit tidak akan sekedar mengaku-aku bahwa dirinya adalah seorang Satrio Piningit. Namun
beliau akan membuktikan banyak hal yang sangat fenomenal untuk kemaslahatan rakyat negeri ini.
Kapan waktunya? Hanya Allah SWT yang tahu. Subhanallah Masya Allah la quwata illa billah
Dari apa yang telah saya ungkapkan sejauh ini mudah-mudahan membawa banyak manfaat bagi kita
semua, terutama hikmah yang tersirat dari wasiat-wasiat nenek moyang kita, para leluhur Nusantara.
Menjadi harapan kita bersama di tengah carut-marut keadaan negeri ini akan datang cahaya terang di
depan kita.
Semoga Allah ridho. JAYALAH NEGERIKU, TEGAKLAH GARUDAKU, JAYALAH NUSANTARAKU
(nurahmad)

12 komentar Link ke posting ini

Ha Na Ca Ra Ka
Ha Hana hurip wening suci - adanya hidup adalah kehendak dari yang Maha Suci
Na Nur candra, gaib candra, warsitaning candara - pengharapan manusia hanya selalu ke
sinar Illahi
Ca Cipta wening, cipta mandulu, cipta dadi - arah dan tujuan pada Yang Maha Tunggal
Ra Rasaingsun handulusih - rasa cinta sejati muncul dari cinta kasih nurani
Ka Karsaningsun memayuhayuning bawana - hasrat diarahkan untuk kesajeteraan alam
Da Dumadining dzat kang tanpa winangenan - menerima hidup apa adanya
Ta Tatas, tutus, titis, titi lan wibawa - mendasar, totalitas, satu visi, ketelitian dalam
memandang hidup
Sa Sifat ingsun handulu sifatullah - membentuk kasih sayang seperti kasih Tuhan
Wa Wujud hana tan kena kinira - ilmu manusia hanya terbatas namun implikasinya bisa
tanpa batas

La Lir handaya paseban jati - mengalirkan hidup semata pada tuntunan Illahi
Pa Papan kang tanpa kiblat - Hakekat Allah yang ada disegala arah
Dha Dhuwur wekasane endek wiwitane - Untuk bisa diatas tentu dimulai dari dasar
Ja Jumbuhing kawula lan Gusti - Selalu berusaha menyatu memahami kehendak-Nya
Ya Yakin marang samubarang tumindak kang dumadi - yakin atas titah/kodrat Illahi
Nya Nyata tanpa mata, ngerti tanpa diuruki - memahami kodrat kehidupan
Ma Madep mantep manembah mring Ilahi - yakin/mantap dalam menyembah Ilahi
Ga Guru sejati sing muruki - belajar pada guru nurani
Ba Bayu sejati kang andalani - menyelaraskan diri pada gerak alam
Tha Tukul saka niat - sesuatu harus dimulai dan tumbuh dari niatan
Nga Ngracut busananing manungso - melepaskan egoisme pribadi manusia.
0 komentar Link ke posting ini
Older Posts
Subscribe to: Posts (Atom)

Labels

nusantara (2)

Renungan (3)

syair (1)

the beginning ... (1)

Ungkapan (2)

Universal Life Energy (3)

Hanya Tautan

Sacred Text

Naqshbandiyah

Perjalanan Sepi

Otobiografi seorang Yogi

Satya Arka

Sabdo Palon

Blog Archive

2011 (3)
o July (1)

train the mind

o June (1)
o February (1)

2010 (1)

2009 (2)

2008 (6)

2007 (6)

hit counter

Tibetan Rejuvenation Exercise Movement #1


Sufi Whirling, Whirling Dervish, Memories of the Grateful Dead in Concert, Having fun like
a 3 year old

Rite 1: Stand upright, extend your arms at shoulder


level away from your body and spin clockwise (if looking at a clock face on the floor). Keep
your eyes looking immediately in front of you, do not focus on any one point, let your vision
blur as you spin. Turn up to 21 times or until you feel unstable or dizzy
Breathing: breath in and out of your stomach. An opera singer, stage actor/actress or yogi
experiences the benefit of breathing from this point of the body. When you stop spinning,
breath even more deeply from your stomach until your head stops spinning and your balance
returns to normal.
Tips and Recommendations: Work your way up to 21 spins. Speed is not so important, just
try to spin 21 times and stop.
Tibetan Rejuvenation Exercise Movement #2
Leg Raises, Bending at the Waist, Tummy Tucks

Rite 2: Lay down on your back with your arms to


your side, palms up, keep your legs straight, begin your inhalation, raise your legs off the
ground until as high as possible and pick your head off the ground, bending your neck with
your chin falling toward your chest. Begin your exhalation and return to laying flat on the
ground. Repeat up to 21 times.
Breath In: Raising your legs and head
Breath Out: Lowering your legs and head
Tips and Recommendations: When starting out, bend your legs until your stomach
strengthens. Place your hand palm down, under your buttocks to support your lower spine if
you feel discomfort. As you progress, straighten your legs and try to raise and lower them at
the same speed. Once you have worked up to 21 repetitions, try to move at a nice steady
rhythm without stops.

Tibetan Rejuvenation Exercise Movement #3


Morning Neck Warm-up, Hotel Pillow Recovery Posture, Camel Asana in Yoga

Rite 3: Kneel with your legs together, arms extended, palms of your
hands on the side of your thighs, drop your chin to your chest, begin your inhalation, raise
your head and lean back, move your hands to the back of your thighs and let them drop lower
and support your weight, crane your head and neck backward, relax your lower spine. Begin
your exhalation, start to come forward back to kneeling position with your head back up in
the straight position. Repeat up to 21 times.
Breath In: Going backward
Breath Out: Coming forward
Tips and Recommendations: When you start this exercise, use the weight of your head to
come forward instead of forcing your chin to your chest with your muscles. When you lean
back, avoid craning your neck, simple let it drop with its own weight. Eventually, you can
bring your shoulder blades towards each other when your in the back position. Keep a steady
movement while going backward and forward. Keep your eyes open to keep your balance.
Later, try the movement with your eyes closed to feel the difference and see if you can relax
even more in the backward position.
Tibetan Rejuvenation Exercise Movement #4
Table Posture, Wrist warm-up and Neck agility

Rite 4: Sit on the floor, legs a little less than shoulder


length apart, arms to your sides with hands extended flat on the ground and fingers pointed
forward, drop your head toward your chest, begin your inhalation, raise your buttocks off the
ground while bending your knees, shift your weight to your arms/hands and legs/feet,
continue to raise your buttocks until your truck and thighs are parallel to the ground, let your
head fall back. Begin your exhalation and return to sitting position with your head dropped
forward. Repeat up to 21 times.
Breath In: Raising off the ground
Breath Out: Returning back to sitting position

Tips and Recommendations: When you begin this exercise, just try to get from the starting to
ending posture. It's easier to do it than read about it. In the beginning, you might not be used
to your body weight on your wrists. Doing some wrist warm-ups before you begin can
prevent discomfort. Once you have worked your way up to 21 repetitions, try to perform the
movements without stopping.
Tibetan Rejuvenation Exercise Movement #5
Inverted-V, Yoga Cobra to Downward Dog

Rite 5: Get down on the floor on your hands and


knees (in push-up position) with hands and legs a little less than shoulder's width apart. Begin
your inhalation, come up on your toes with weight in your arms, straighten your legs, arch
your back, lean your head back, do not let any of your body touch the ground except for your
toes and hands (Cobra in Yoga). Begin your exhalation, bend at the waist, bend your knees,
push your buttocks up into the air, make an inverted V shape with your legs and arms straight,
tuck your chin toward your chest (Downward Dog in Yoga), try to put your feet flat on the
ground. Begin your next inhalation and repeat up to 21 times.
Breath In: Raising up into the inverted V shape
Breath Out: Lowering out of the inverted V shape
Tips and Recommendations: In the beginning, you will need to find were to place your hands
and feet to make a complete inverted-V shape. You may do this exercise for years and never
get your feet flat on the ground (a symptom of western living and always sitting in a chair).
Once you've worked your way up to 21 repetitions, work on keeping a steady rhythm while
going in and out of each position.
Finishing Posture Recommendation
After Exercise 5, lay flat on your stomach with your arms stretch out from side to side like
Christ position. Keep your chin on the ground and close your eyes. Feel you heart pumping
and blood circulating through your body. Wait until your hearth beat and breath returns to
normal. Turn your head to once side and take a few deep breaths. Relax for 1 minute.
Begin your day or continue with your morning yoga routine or physical work out. You should
have more than enough energy to get you jump started. If you perform the 5 Tibetans before
bed , make sure you have 30 or 45 minutes to relax after Rejuvenation your energy. I've spent
time laying in bed afterward and felt like I had drank a pot of coffee.
0 komentar Link ke posting ini

Akupineologi (acupineology)

apa lagi nih ya ? ada yang pernah tau atau barangkali mendalaminya ?
iseng2 beli buku di gramedia trus, ngeliat buku saku dengan judul "Daya Akupineolig"
karangan Geof Gray - Cobb (nama satu orang).
trus baru baca sedikit, rada ngga ngerti nih ... teknik dan penjelasannya ngambang. trus
search di Google, rada langka juga pengetahuan ini. ternyata ini buku lama yang dicetak
ulang.
mungkin karena buku ini saduran jadinya ngga begitu lengkap kali ya ... ada yang punya
lengkapnya ? cari-cari di google, harganya sekitar USD140 bo'. males deh ...
0 komentar Link ke posting ini

Kapribaden

KUNCI

"
"
Gusti ingkang Moho Suci,
Kulo nyuwun pangapuro dumateng Gusti ingkang Moho Suci;
Sirolah, Dhatolah, Sipatolah,
Kulo sejatine satrio / wanito,
nyuwun wicaksono, nyuwun panguwoso,
kangge tumindhake satriyo/wanito sejati;
Kulo nyuwun, kangge anyirnakake thumindak ingkang luput
Catatan:
Agar tidak terjadi salah paham,

kata-kata Sirolah, Dhatolah, Sipatolah, kata"olah"nya dari kata olah-olah, olah-rogo,


dan semacamnya yang artinya "obah" atau gerak

"anyirnakake thumindak ingkang luput", maksudnya "lupute dhewe", salah pada diri
sendiri.

ada yang menggunakan "hanyirnakake", boleh saja dicoba mana yang cocok bagi diri
sendiri

lain-lainnya satu suku kata saja tidak boleh berubah. bahkan untuk orang-orang asing

lafalnya pun harus benar. tidak boleh d


isini, artinya,
kalau berubah, tidak ada gunanya sama sekali, karena sudah bukan "Kunci" lagi.

kata "satriyo" digunakan oleh pria, kata "wanito" digunakan oleh wanita.
5 komentar Label: nusantara Link ke posting ini

Reiki Usui dan Tibetan ... bedanya apa sih ?

Pertama kali mengenal reiki, yang aku pelajari adalah tradisi usui atau
nama yang menyebar luaskan nama "Reiki". lalu di toko buku yang sama "Gramedia", saya
kenal juga dengan reiki tradisi indo-tibetan, atau reiki tumo. kenapa indo-tibetan ? karena
sang GrandMaster mengakui mempelajarinya dari daerah tibet tanpa pernah pergi kesana
pada saat mempelajarinya (cmiiw), jadi saya bilang indo-tibetan karena beliau
memperkenalkannya di Indonesia.
lalu ... apa sih bedanya ?
Oh ... ternyata ada sangkut pautnya dengan istilah Kundalini. wow untuk ngebahas yang satu

ini bisa bikin satu buku sendiri dengan tiga volume terpisah nih.... kalau pengalaman saya,
pada awalnya, sederhananya kundalini adalah rasa anget-anget panas dan grenyeng-grenyeng
yang berasa dari tulang ekor ... nah ... spesifik kan. karena memang itu penggambaran yang
banyak dijelaskan dari berbagai sumber ... "api", beberapa menggambarkannya dengan ular,
naga api, burung phoenix, kumparan, dllsbg.
ya .. itulah bedanya (katanya) sementara dalam tradisi usui dalam sistem saluran energinya
tidak menyinggung nyinggung mengenai keterlibatan kundalini dalam sistemnya, sementara
reiki tumo melibatkan kundalini dalam sistem nya. berhubung saya belum bisa lihat atau
memastikan saya tidak tahu deh bener atau tidaknya ...
lalu pengaruhnya apa ? gini ... ibarat mesen pizza, mau ekstra keju apa ngga ? tapi tetep
sama-sama beralaskan roti kan. mau tambah keju juga boleh ... bagi yang suka atau perlu
tambahan gizi dan berat badan. ngga juga ngga papa toh ? toh pizza-pizza juga ... nanti
belakangan aku tahu ternyata dalam pizza eh reiki, ternyata "topping"nya itu ngga cuman
daging atau keju aja ... ada zaitun (yang doyan orang yunani), gurita (yang doyan orang
jepang), jagung, udang, dll bisa disesuaikan dengan daerah tempat pizza itu dibuat dan
diperuntukkan.
kembali lagi ke topik, tapi memang begitu yang aku alami. sensasi anget-anget panas
memang dirasakan setelah mempelajari reiki tumo asuhan pak Irmansyah Effendi itu. selain
itu enaknya belajar dilokakarya itu adalah makanannya ... buffet ...yes!!! ada sushinya lagi ...
double yes!!!
1 komentar Label: Universal Life Energy Link ke posting ini

Wajar dan Sederhana

Saksikan dengan Teliti Hatihati Tertib Perhatian Waspada melalui inderamu


Akui dengan Tenang Sabar Sadar Nrimo Pasrah melalui jiwamu
(Abah Agung Soekarso Panca Komara)
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

meditasi, nafas, pikiran, tiga kata kunci ini terus aja berputar - putar. Seperti kesatuan yang
ngga terpisahkan. Menarik untuk selalu dikaji. Buahnya pun banyak dan bervariasi.
0 komentar Label: Renungan Link ke posting ini

... Renungan ...

Mari kita merenung sejenak,


Dengan santai saya duduk, dengan mata tertutup saya berpandang kedalam hati kepada satu
titik di cakra jantung dan melepaskan semua otot-otot di badan saya. Kaki tangan dan semua
jari jemari saya. Saya ambil nafas dengan tenang dan teratur, saya sampingkan semua
pikiran2 yang ada di dalam pikiran saya.. Bayangkanlah diri anda sebagai seorang yang telah
lelah dan jenuh mencari makna kehidupan di dunia ini. Bayangkanlah diri anda yang jemu
melihat dunia ini hanya sebagai tarikan-tarikan persoalan senang dan sedih, berhasil dan
gagal, mendapatkan keuntungan dan kebahagiaan. Demikian pula dengan berbagai tekanan
kehidupan, hantaman kesedihan dan terpaan penderitaan anda. Tanpa menyadarinya telah
terbawa tanpa daya oleh pusaran kehidupan dunia. Betapa banyak manusia yang karam dalam
lautan kehidupan ini, betapa banyaknya manusia yang tidak mengenal diri, betapa banyaknya
manusia yang tidak mendapat pencerahan serta kemudahan-kemudahan. Mereka semua
terjebak dalam kehidupan dualisme. Mereka teraniyaya, tersiksa, serta menderita hidupnya,
mereka tidak mendapatkan guru yang menyayangi serta membimbing mereka agar mereka
selamat dalam menjalani kehidupan ini.
Pada suatu titik anda tersadar, apa makna dari semua ini, apakah kehidupan hanyalah sekedar
pergantian episode senang dan sedih, baik dan buruk, makan tidur main bekerja dan sex saja
hingga datang saat kematian kelak. Apakah benar tidak ada makna yang lebih hakiki daripada
sekedar menggapai kesuksesan semu? Serta memiliki pendapatan yang cukup untuk hidup
senang dan mempersiapkan bekal pendidikan anak2 atau menggapai suatu bayangan dari
cita2 yang akan pudar? Bukankah itu berarti kita juga hanya mengarahkan anak2 kita menuju
pengulangan-pengulangan tanpa makna yang persis sama dengan yang kita jalani. Sebuah
rutinitas kehidupan yang juga akan memerangkap mereka, sama seperti kita yang telah
terperangkap didalamnya. Ingat, kita ini bukan mesin atau robot, dimana rasa hidupmu?
Dimana rasa keceriaanmu? Dimana kebahagiaan mu? Dimana ketenangan mu? Dimana
kedamaian mu? Semua yang engkau rangkai dan diwujudkan serta engkau capai semua
keinginanmu malahan telah menjebakmu dan memperbudakmu! Dimana kemerdekaanmu?
Dimana kebebasan mu? Dimana? Dimana semua itu

Bayangkan ketika anda tersadar bahwa agama yang selama ini diberikan dan diwariskan dari
orang tua dan leluhur anda serta diajarkan pada anda hanyalah ritual tanpa makna batin.
Bahwa agama seakan2 hanya seleksi untuk masuk surga atau neraka. Berdasarkan banyaknya
pahala atau hanya sekedar warisan atau sekedar turun temurun tanpa bukti kebenarannya
didalam kehidupan anda. Buku-buku yang anda baca, semuanya langsung menjelaskan cara,
tanpa menerangkan landasan paling fundamental, apa arti semua ini sebenarnya. Apakah
kehidupan hanya sedangkal ini, hingga kematian kelak. Didiktekan kepada anda bahwa
manusia diciptakan untuk apa, untuk ibadahkah? Berbakti kepada tuhankah, atau apa. Apakah
tuhan masih memerlukan sesuatu dari anda? Kalo tuhan memerlukan sesuatu dari anda berarti
tuhan masih kekurangan. Padahal, tuhan yang sebenarnya tidak membutuhkan apapun.
Apakah engkau mencari-cari tuhan, kemana engkau mencarinya, dimana alamatnya,
bagaimana caranya sampai kesana, engkau akan kebingungan.
Ada orang mengatakan, carilah tuhan didalam dirimu, setelah engkau mencoba mengenal,
memasuki dirimu? Bagaimana rasa dan hasilnya, ternyata susah sekali untuk mengenal dan
menguasai diri sendiri itu. Engkau akan terjebak oleh semuanya itu. Engkau mulai mengerti
bahwasanya dirimu telah terpenjarakan oleh semua hal itu. Bagaimana bisa menemukan
tuhanmu yang ada didalam diri, jika engkau sendiri tidak bisa tenang dan damai dengan diri
sendiri. Dalam kehidupan ini kita selalu diliputi oleh perasaan suka dan duka. Suka berarti
bahagia karena mandiri, saat engkau menikmati kesendirianmu, engkau tidak lagi tergantung
kepada sesuatu di luar diri. Dan duka berarti sedih karena tidak dapat hidup mandiri sendiri.
Tidak dapat menikmati keheningan selalu tegantung kepada sesuatu di luar diri. Kenapa kita
berduka, kenapa kita menderita, karena perasaan kosong, kehampaan serta kesepian yang ktia
rasakan tidak pada tempatnya. Kita merasa kurang maka kita menderita . Saat ini jumlah
mereka yang menderita jauh lebih banyak, lebih besar daripada mereka yang merayakan
hidup. Yang kayapun menderita, yang kesepian menderita, yang keramaianpun menderita.
Yang kekuranganpun menderita, yang kelebihanpun menderita, yang beragamapun
menderita, yang tidak beragamapun menderita.
Saat ini kita melihat penderitaan dimana-mana, disetiap sudut kehidupan dunia. Bayagnkan,
ketika anda mulai berani jujur pada diri sendiri. Bahwa kitab suci yang ketika anda mencoba
membaca terasa abstrak, acak dan tak terjangkau maknanya serta penuh kecurigaan dan
ketidak masuk akalan. Anda mulai bertanya-tanya. Ketika kitab suci memanggil wahai
orang2 yang beriman. Benarkah anda termasuk didalamnya. Apa yang bisa
membuktikannya.
Kapankah anda beriman, mana buktinya. Lihat, diri anda sendiri penuh dengan stres, depresi
dan kekecewaan dalam hidup ini. Sedangkan anda berkata bahwa saya telah beriman kepada
tuhan dan menjalankan segala perintahnya. Ternyata dalam kenyataannya semua itu sia-sia
belaka tidak ada buktinya. Malahan anda telah berbohong terhadap diri sendiri. Anda telah
mengingkari apa yang telah diucapkan, apa yang telah diimani, apa yang telah diperbuat.
Semua saling bertentangan, dimana keyakinan mu itu, dimana keselamatan mu itu. Dimana
kedamaian yang semua ada didalam ajaran agama. Sedangkan kamu semua beragama sejak
lahir sampai mati. Tetapi apa hasil dan buktinya didalam kehidupan di dunia ini. Anda mulai
tidak lagi merasa yakin bahwa anda tidak termasuk kedalam kaum yang disebutkan tadi
diatas. Ketika kitab suci berbicara tentang golongan manusia yang tersesat, anda
menyangkalnya bahwa anda bukan termasuk golongan itu. Tetapi kenyataannya, anda
termasuk kedalamnya, apakah anda menyadarinya? Anda beragama malahan menjadi
bingung, resah dan ragu.
Lihatlah manusia beragama sekarang. Apakah menjadi semakin baik atau sebaliknya. Apakah
anda melihat dan menyaksikan itu? Itulah resikonya kalo keyakinan dan agama yang dianut

dikarenakan warisan. Bukan hasil usaha dalam pembuktian sendiri. Kalo anda tidak berubah
dari sekarang, kapan akan berubahnya. Apakah anda akan tetap beriman dan berkeyakinan
yang lari di tempat saja. Ingat waktu terus berjalan, tanpa berhenti, tanpa lelah. Kehidupan
anda hanyalah makan tidur main seks dan menumpuk ketakutan serta penderitaan saja. Anda
banyak menyia nyiakan waktu dan kesempatan yang berharga ini. Maka, andapun mulai
mencari panutan, orang yang dapat anda jadikan pembimbing didalam kehidupan anda.
Mulailah anda mengikuti pendalaman dari ajaran agama dan keyakinan anda ini dan itu.
Memaksakan diri untuk meraih serpihan makna yang mungkin tersirat didalamnya. Tapi
ternyata, setelah sekian lama anda tidak juga memperolehnya. Anda malah kebingungan,
terjadilah pendangkalan dan pembodohan dimana-mana. Anda tidak akan bertemu dengan
seorang panutan yang sesungguhnya, jika anda sendiri dalam keadaan bingung, serta penuh
dengan kotoran2 yang melekat didalam diri anda yang menjadikan gelap gulita pandangan
kesadaran anda. Pada suatu titik, ada hujaman dan pemberontakan didalam diri, serta
menimbulkan banyak pertanyaan yang mendobrak keluar dari kepala anda.
Mengapa saya tiba-tiba memiliki agama, untuk apa saya ini diciptakan, apa tujuan saya
diciptakan, siapa saya ini, darimana asal saya ini, kenapa saya harus bertuhan, siapakah tuhan
itu, ada dimanakah tuhan itu, bagaiamana untuk mencapai kedalam tuhan. Apa itu kematian
apa itu kehidupan, dan lebih banyak lagi pertanyaan2 keluar tetapi siapa yang akan menjawab
setiap pertanyaan anda itu semua. Semua orang yang akan ditanya akan hal itu telah
membentengi dirinya dengan kata2 haram dan tidak boleh dijawab. Dalam keputus asaan
ketika kehampaan hidup yang demikian getir tidak bermakna dan begitu menusuk hati, anda
akan bersujud dan menangis serta menjerit. Anda berdoa penuh harap kepadanya, pada dia
yang anda percaya bahwa dia maha mendengar, dengan menjerit dan menangis seakan2 tuhan
akan iba kepada anda. Apakah tuhan memiliki perasaan seperti anda? Anda panjatkan doa
bahwa anda membutuhkannya, bahwa anda menginginkan pemahaman akan arti ini semua.
Anda memohon untuk ditunjukkan jalan pulang untuk kembali kepadanya. Anda merasa tidak
mengerti apa2 tentang tuhan. Tuhan yang seharusnya anda sembah, anda merasa hanya secara
mekanistik lelaku menyembah sesuatu yang belum anda pahami apalagi anda ketahui. Hanya
setitik harapan yang menjadikan setitik benih permohonan anda. Seberkas keyakinan, bahwa
dia maha mendengarkan doa anda. Setitik harapan bahwa kelak dia akan mengajarkan kepada
anda, membuka dirinya, mengenai siapa dia sebenarnya. Dibawah rahmatnya, dengan
pertolongannya, tanpa anda sadari, anda mulai ditunjuki kepadanya.Saudara-saudaraku pada
hari penutupan pelajaran Lailatul Qadar ini, anda diberikan begitu banyak kesempatan dan
pemberian dari Tuhan untuk anda sadarilah begitu beruntung anda karena banyak manusia
tidak seberuntung anda dalam kehidupannya. Apalagi mendapatkan LQ ini yang tidak ada
nilainya dengan harta benda yang ada di dunia ini. Jangan sia siakan kesempat dan pemberian
ini gunakan semuanya untuk peningkatan kesadaran diri anda jangan anda setelah ini masih
seperti manusia awam, berarti anda menyia-nyiakan kesempetan yang amat susah ini.
Pada suatu hari dipertemukannya seorang yang memahami sepenuhnya apa yang sedang anda
cari mengenai makna kehidupan ini, tanpa anda bercerita sepatah katapun. Dengan caranya
dia membuat anda paham bahwa penderitaan hidup anda di akibatkan oleh perbuatan anda
sendiri . anda hanya tidak sadar , anda lagi tertidur pulas dalam ketida sadaran diri. Dia
menjelaskan bahwa semua kegagalan dan kegelisahan ini hanyalah semata-mata sebuah
perjalanan kehidupan anda di dalamnya mengandung pelajaran tentang kasih sayangnya ..
supaya anda sadar bahwa anda kini telah menemukan hakikat makna kehidupan anda, agar
anda tidak tersesat menjauh dari jalan yang lurus. Semuanya hanyalah undangannya supaya
anda menyadari kehadiran dirinya. Diri yang lebih sejati didalam diri anda, dan supaya anda
kembali menemukan jalan pulang.
Menemukan jati diri yang sesungguhnya dan sebenarnya. Sedikit demi sedikit, semakin lama

anda tidak bisa memungkiri perasaan bahwa dia itu mengetahui dan memahami segala
tentang diri anda, juga tentang seluruh kehidupan anda. anda tidak bisa lagi memungkiri
bahwa pengajarannya terasa sangat menyegarkan bagi sesuatu yang ada jauh didalam diri
anda. Semua ilmu tentang kehidupan dan rahasia Ktuhanan diberikan kepada anda dengan
mudah, dan dia rela menebus setiap karma anda agar bersih dan mendapatkan remisi
penghapusannya dari alam untuk anda. Apapah anda tahu siapa sebenarnya di balik itu semua
. Mana rasa hormatmu, mana rasa kasihmu kepadanya, dia memperlihatkan siapa dirinya
kepada anda, apakah anda mengetahuinya serta mengenalnya ? lihat dari prilaku dan kasih
sayangnya Dengan penuh kehati2an, Tanpa guru anda tidak tahu apa-apa, apalagi tentang
makna hidup dan Tuhan, bila anda menemukan guru yang dapat menghantarkan anda
kehadiratnya berarti anda telah mendapat anugrah dari Tuhan Yang Maha Kasing, karena
tidak semua manusia di pertemukan dengan guru yang demikian, apa bila anda menemukan
guru yang telah menyatu dengannya, jangan sekali kali mengingarinya, karena dia adalah
wujud Tuhan dalam kehidupan di dunia ini. sedikit demi sedikit hati anda mulai terbuka dan
mengenal serta percaya siapa dia .. Demi sedikit pengetahuan tentang seruas jalan setapak
untuk pulang menuju tuhan dan akhirnya pada saat anda telah mantap dan siap, ia
membukakan dirinya mengatakan siapa ia sebenarnya, tuhan sendirilah yang telah
mengantarkan anda untuk bertemu dengannya. Di suatu titik dalam kehidupan anda, dan
sudah menjadi tugasnyalah untuk menjemput anda dan mengantarkan anda pulang kembali
kepadanya. Dia telah menerima tugas dari tuhan untuk membimbing orang2 yang rindu akan
jalan pulang kepadanya seorang pembimbing yang atas ijin tuhan telah diberinya kemampuan
hakiki untuk menunjukkan jalan menujunya, selamat untuk mengarungi kehidupan ini. amin.
(dipetik langsung dari email YMMG Haris Suhyar)
0 komentar Label: Renungan Link ke posting ini

Sekali Lagi ... Anda Beruntung ....


Beruntunglah anda yang telah menemukan Sat Guru ...
tidak perlu meminta ini - itu ... pertemuan dengan-Nya sudah merupakan pencapaian yang
paling puncak dalam hidup ini ... .
beruntunglah mereka yang mengetahui ... berungtunglah mereka yang menemukannya ...
berungtunglah mereka yang menyadarinya ... beruntunglah ...
siapakah Sat Guru itu ? tidak ada pertanyaan lagi dalam hati ini ... keraguan tidak ada dalam
kamus ... apa itu keraguan ?
Beliau adalah yang telah sampai dan mengetahui tujuan ... apa tujuannya ? mana aku tahu apa
tujuannya ... yang aku tahu, Beliau telah sampai ... dan aku menyukai pencapaian-Nya ...
terlihat dari tingkah laku dalam keseharian-Nya yang penuh dengan kemuliaan ...
memuliakan mahluk sekitarnya ... Maha Mulia lah Beliau ...
beruntunglah anda yang telah menemukan Sat Guru ... beruntunglah anda yang menjadi
rombongan-Nya ... karena anda yang terpilih ... bukan anda yang memilih ... bukan anda yang
meminta ... bukan ... bukan anda ...
Tanpa Sat Guru anda tak akan selamat ... tak akan ... akan tersesat ... ah! aku tidak mau

menakut-nakuti ... tapi begitulah adanya ...


tidak akan lah dicapai sesuatu tanpa pemberian-Nya ... semuanya adalah pemberian-Nya ...
bukanlah usaha kita ... bukan usaha kita ... semua adalah pemberian-Nya ... melebur lah ...
itulah satu-satunya jalan ... meleburlah .... atau semuanya akan sia-sia ...
Sat Guru ... Sat Guru ...
Sat Guru ... Sat Guru ...
La ilaha Ilallah ... La ilaha Ilallah ...
La ilaha Ilallah ... La ilaha Ilallah ...

Anda Beruntung !

11 May 2007,
i should remember this day ....
dalam kesempatan yang langka ... pada hari itu aku terpilih untuk dapat ikut acara ritual
kung-kungman di kediaman YMMG ... melakukan pembersihan ...
seperti biasa awalnya kami melakukan pembersihan dengan menggroundingkan semua energi
negatif, menarik energi alam semesta dengan gerakan ... melakukan gerakan lima ...
menyeimbangkan yin yang ...
lalu kami mendengarkan wejangan dari YM di ruangan hakikat, begitulah penjelasannya ...
kira2 jam 10 menit kurang dari jam 00.00 kami semua nyemplung ke dalam kolam ...
lalu menerima berkah energi-energi ... mulai dari energi alam semesta, ... energi bulan, ... lalu
yang istimewanya ...kami menerima energi yang datangnya, 100jt tahun sekali ... begitulah
penjelasan YM ... energi ini yang akan membuka jaman baru ... jaman aquarian kalo kata
orang-orang bilang ... rasanya .... undiscribe-able ...kalo menurutku ... .... lalu dilanjutkan
kembali dengan energi angin, air, bumi ... ditutup dengan materialisasi sambil mendengarkan
kidung-kidung pujian Sirnagalih ...
terima kasih .. YMMG Haris Suhyar ... duh ... kok jadi nangis lagi sekarang ....
terima kasih ... sungguh sebenarnya aku tidak tahu bagaimana cara menjaganya ... yang pasti
kami akan menyesal jika kehilangan setelah menerimanya ... wahai alam ... aku memohon
bantuan agar aku selalu selaras dengan mu ...
0 komentar Label: Ungkapan Link ke posting ini

Universal Life Energy ... continued

Awal - awal belajar reiki ada beberapa teknik sederhana yang


diberikan sangat terasa manfaatnya ... seperti teknik grounding, teknik pernafasan ungu atau
pernafasan ginjal ...
juga beberapa simbol standar, seperti cho-ku-rei, sei-hei-ki, dan yang ribet .. hon-sha-ze-shonen ... dan masih banyak lagi ... simbol - simbol ini dipergunakan sabagai alat bantu untuk
mengakses jenis energi tertentu yang kita belum mengenalinya ... atau belum bisa
mengaksesnya secara langsung ... . Belakangan aku mengetahui banyak sekali simbol simbol di dunia gaib sana yang bisa digunakan dan bahkan belum banyak diketahui para
praktisi energi eteris ...
2 komentar Label: Universal Life Energy Link ke posting ini

Universal Life Energy ...

Suatu ketika, sekitar tahun 1998, aku sedang berjalan - jalan ke


gramedia matraman untuk memuaskan hasrat - ku untuk lebih banyak tau apa yang pernah
terjadi di bumi ini ... tanpa sengaja aku melihat selembaran iklan yang ada di dekat kasir
pembayaran ...
... 1 lembar kertas dengan cetakan huruf biru, memperkenalkan akan metoda pengobatan
alternatif dengan sentuhan tangan ... Reiki ... dengan dua huruf kanji. ... Lucu nih, tanpa pikir
panjang aku ambil aja buat bacaan di jalan ...
sesampainya di rumah ... (jreng!) ... iseng baca. ooo... ternyata ada lokakarya pembelajaran
pengobatan yang akan diadakan sabtu - minggu besok, di hotel wisata (was), oleh yayasan
mahameru ... kejadian ini sekitar tahun 1998-1999 ... apa 99 - 00 ... lupa deh. dengan biaya
yang cukup lumayan untuk ukuran mahasiswa tahun - tahun awal waktu itu... sekitar 300ribuan, untuk level pertama ... ada tiga level yang ada untuk dapat menjadi seorang Master ...

seorang master adalah praktisi yang sudah dapat menularkan kemampuan pengobatan
terhadap orang lain ... untuk bisa mencapai level ini, selain harus sudah berpengalaman, juga
dikenakan biaya 1,5 jt rupiah ... hihihi lucunya ... mengingat apa yang terjadi sekarang sekarang ini ...
apa sih reiki ? ... wah kalo mau nyari artikel ini di internet ... bisa keburu lahir lagi ke dunia
baru kelar bacanya kali ... but for me, it is work enough ...
jadi ceritanya aku belajar suatu pelajaran pengobatan alternatif menggunakan energi yang
tidak terlihat oleh kasat mata, tapi cukup terasa jika pikiran dan perasaan kita dalam kondisi
yang tenang ...
... dalam reiki sendiri juga dikenal dengan aliran-aliran ... yang aku pertama kali pelajari ini
adalah aliran Usui, atau boleh dibilang orisini lah, belum banyak perbedaan yang mencolok
dengan yang pertama kali di-perkenal-kan oleh Dr. Mikao Usui ...
... waktu itu pengasuh utama-nya pak Yan Nurindra ... beliau adalah praktisi metafisik yang
sudah lumayan malang melintang di dunia gaib (ngga' kasat mata maksudnya ... ). ... Lucunya
waktu itu pertama kali melihatnya ... kaya orang kebanyakan yang biasa ketemu di jalan jalan ... hehehe ... bukannya menghina loh pak, tapi ya ... gambaran saya mengenai guru besar
agak sedikit berlebihan memang pada saat itu ... mulai aku menyadari ... jaman sudah
berubah ... atribut ngga penting lagi ...
singkat cerita, setelah beberapa lam aku belajar hingga tingkat 3B ... satu tingkat dibawah
master, pengetahuan akan ke-master-an sudah diberikan ... tapi hak untuk melakukan
menularkan belum diberikan ... 1,5 jt dulu dong ... huehehehe....
0 komentar Label: Universal Life Energy Link ke posting ini

the beginning ...

Meditasi ... sama panjangnya penjelasan mengenai kegiatan


ini dengan perjalanannya yang harus dilalui ...
mungkin bisa diawali latar belakang ketertarikan bahwa manusia itu memiliki potensi yang
luar biasa, ... kalau tidak boleh dibilang dasyat ... , dalam segala hal ...
... hal ini yang aku rasakan setelah membaca buku - buku wayang bergambar karangan eyang
Kosasih. mulai dari wayang purwa hingga prabu Udayana ... . Setelah dipikir - pikir kenapa
ya orang tua-ku dulu melarang / tidak membiasakan aku untuk membaca donal bebek tapi
malah menyarankan aku membaca buku - buku wayang itu. ... dan memang sangat membekas
sekali cerita dari kisah - kisah itu ... bagaimana perwatakan manusia sudah sangat jelas
disitu ...

==========================================================
dan semakin kesini ... aku perhatikan keluarga besar-ku dari pihak bapak-ku atau ibu-ku ...
karena kedua-nya berasal dari suku jawa ... masih lumayan kental pemahaman akan budaya
jawa-nya ... dan ini juga yag memicu banyak pertanyaan, yang kalo dipertanyakan ... hanya
akan dijawab dengan jawaban yang sangat menggantung ... tung!
=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=dan yang paling berkesan adalah ketika bapak-ku sakit ... mulai aku mempertanyakan akan
apa arti dari hidup ini ... betapa sepertinya percuma bertindak - bertanduk, kesana - kemari,
kalo akhirnya jatuhnya di pembaringan ... ngga' bisa apa - apa, membuat sedih takut orang
disekitarnya ... apa tidak ada yang bisa aku lakukan untuk membantu meringankan sedikit
dari bebannya ...
++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
... dan tanpa disadari ... perjalanan-pun dimulai ...

You might also like