572 Kukuh Eka Kusuma G2C009049

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 28

Faktor Risiko Kejadian Stunting pada Anak Usia 2-3 Tahun

(Studi di Kecamatan Semarang Timur)

Artikel penelitian
disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
studi pada Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro

disusun oleh
Kukuh Eka Kusuma
G2C009049

PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013

HALAMAN PENGESAHAN

Artikel penelitian dengan judul Faktor Risiko Kejadian Stunting pada Anak Usia
2-3 Tahun (Studi di Kecamatan Semarang Timur) telah dipertahankan di
hadapan penguji dan telah di revisi.

Mahasiswa yang mengajukan


Nama

: Kukuh Eka Kusuma

NIM

: G2C009049

Fakultas

: Kedokteran

Program Studi

: Ilmu Gizi

Universitas

: Diponegoro Semarang

Proposal

: Faktor Risiko Kejadian Stunting pada Anak Usia 23 Tahun (Studi di Kecamatan Semarang Timur)

Semarang, 27 September 2013


Pembimbing,

Nuryanto, S.Gz.,M.Gizi
NIP. 19781108 200604 1 002

RISK FACTORS FOR STUNTING AMONG CHILDREN AGED 2-3


YEARS (Study at East Semarang Sub District)
Kukuh Eka Kusuma1, Nuryanto2

ABSTRAK
Background: Stunting is a chronic condition that shows a delayed growth because of chronic
malnutrition, showed by z-score height for age < -2SD. Stunting prevalence in children under five
in Indonesia was high especially at age 2-3. There was many risk factor of stunting such as birth
length, food intake, infection and disease, genetic and family socio-economic status. Stunting at
children aged 2 or older is harder to overcome compared to younger age. Study concerning this
problem is needed.
Methods : an observational study with case control design on children aged 2-3 years at East
Semarang sub district. Sample was selected by consecutive sampling with 36 subject for each
group. Subject and respondent identity, child birth length, parents educational degree, parents
occupation, family income and family member was collected using questionnaire. Children height
and parents height was measured using microtoise. Bivariate analyzed with chi-square for
determining odds ratio and multivariate with multiple logistic regression.
Results : Multivariate analysis showed risk factor for children aged 2-3 years was low family
economic status (P = 0,032; OR = 4,13). Child birth length, parents height and parents educational
degree was non significant risk factors.
Conclusion : Low family economic status is significant risk factor of stunting among children
aged 2-3 years. Children with low family economic status is 4,13 higher at risk of becoming
stunting.
Keywords : Stunting, children, risk factors
1

Students of Nutrition Science Study Program, Medical Faculty of Diponegoro University

Lecturer of Nutrition Science Study Program, Medical Faculty of Diponegoro University

FAKTOR RISIKO KEJADIAN STUNTING PADA ANAK USIA 2-3


TAHUN (Studi di Kecamatan Semarang Timur)
Kukuh Eka Kusuma1, Nuryanto2

ABSTRAK
Latar Belakang: Stunting merupakan kondisi kronis yang menggambarkan terhambatnya
pertumbuhan karena malnutrisi jangka panjang, ditunjukkan dengan nilai z-score TB/U kurang
dari -2SD. Prevalensi stunting pada balita di Indonesia masih tinggi terutama pada usia 2-3 tahun.
Faktor risko stunting antara lain panjang badan lahir, asupan, penyakit dan infeksi, genetik, dan
status sosial ekonomi keluarga. Stunting terutama pada anak usia diatas 2 tahun sulit diatasi,
sehingga penelitian mengenai faktor risiko stunting pada anak usia diatas 2 tahun diperlukan.
Metode: Penelitian observasional dengan desain case-control pada balita usia 2-3 tahun di
wilayah kecamatan Semarang Timur. Pengambilan sampel dilakukan dengan consecutive sampling,
36 subjek pada tiap kelompok. Stunting dikategorikan berdasarkan nilai z-score tinggi badan
menurut umur (TB/U). Data identitas subjek dan responden, panjang badan lahir, pendidikan orang
tua, pekerjaan orang tua, pendapatan keluarga dan jumlah anggota keluarga diperoleh melalui
wawancara dengan kuesioner. Data tinggi badan anak dan tinggi badan orang tua diukur
menggunakan microtoise. Analisis bivariat menggunakan Chi-Square dengan melihat Odds Ratio
(OR) dan multivariat dengan regresi logistik ganda.
Hasil: Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa faktor risiko stunting pada balita usia 2-3
tahun adalah status ekonomi keluarga yang rendah (P = 0,032; OR = 4,13), sedangkan panjang
badan lahir, tinggi badan orangtua, dan pendidikan orang tua bukan merupakan faktor risiko
stunting.
Kesimpulan: Status ekonomi keluarga yang rendah merupakan faktor risiko yang bermakna
terhadap kejadian stunting pada balita usia 2-3 tahun. Anak dengan status ekonomi keluarga yang
rendah lebih berisiko 4,13 kali mengalami stunting.
Kata Kunci : Stunting, Balita, Faktor Risiko
1

Mahasiswa Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro,


Semarang
Dosen Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang

PENDAHULUAN
Stunting merupakan kondisi kronis yang menggambarkan terhambatnya
pertumbuhan karena malnutrisi jangka panjang. Stunting menurut WHO Child
Growth Standart didasarkan pada indeks panjang badan dibanding umur (PB/U)
atau tinggi badan dibanding umur (TB/U) dengan batas (z-score) kurang dari -2
SD.1
Stunting pada balita perlu menjadi perhatian khusus karena dapat
menghambat perkembangan fisik dan mental anak. Stunting berkaitan dengan
peningkatan risiko kesakitan dan kematian serta terhambatnya pertumbuhan
kemampuan motorik dan mental.2 Balita yang mengalami stunting memiliki risiko
terjadinya penurunan kemampuan intelektual, produktivitas, dan peningkatan
risiko penyakit degeneratif di masa mendatang.3 Hal ini dikarenakan anak stunting
juga cenderung lebih rentan terhadap penyakit infeksi, sehingga berisiko
mengalami penurunan kualitas belajar di sekolah dan berisiko lebih sering absen.4
Stunting juga meningkatkan risiko obesitas, karena orang dengan tubuh pendek
berat badan idealnya juga rendah. Kenaikan berat badan beberapa kilogram saja
bisa menjadikan Indeks Massa Tubuh (IMT) orang tersebut naik melebihi batas
normal. Keadaan overweight dan obesitas yang terus berlangsung lama akan
meningkatan risiko kejadian penyakit degeneratif.3
Banyak faktor yang mempengaruhi stunting, diantaranya adalah panjang
badan lahir, status ekonomi keluarga, tingkat pendidikan dan tinggi badan orang
tua. Panjang badan lahir pendek merupakan salah satu faktor risiko stunting pada
balita. Panjang badan lahir pendek bisa disebabkan oleh faktor genetik yaitu tinggi
badan orang tua yang pendek, maupun karena kurangnya pemenuhan zat gizi pada
masa kehamilan.5 Panjang badan lahir pendek pada anak menunjukkan kurangnya
zat gizi yang diasup Ibu selama masa kehamilan, sehingga pertumbuhan janin
tidak optimal yang mengakibatkan bayi yang lahir memiliki panjang badan lahir
pendek.3,6 Panjang badan lahir berkaitan erat dengan tinggi badan orang tua.7 Ibu
dengan tinggi badan pendek lebih berpeluang utntuk melahirkan anak yang
pendek pula. Penelitian di Mesir menunjukkan bahwa anak yang lahir dari Ibu

dengan tinggi badan kurang dari 150 cm lebih berisiko untuk tumbuh stunting.7
Penelitian di Semarang menunjukkan bahwa tinggi badan Ibu dan ayah yang
pendek merupakan faktor risiko stunting pada anak usia 12-36 bulan. 8,9
Selain panjang badan lahir dan tinggi badan orang tua, status ekonomi
keluarga dan pendidikan orang tua juga merupakan faktor risiko kejadian stunting
pada balita. Status ekonomi keluarga dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
pekerjaan orang tua, tingkat pendidikan orang tua dan jumlah anggota keluarga.10
Status ekonomi keluarga akan mempengaruhi kemampuan pemenuhan gizi
keluarga maupun kemampuan mendapatkan layanan kesehatan. Anak pada
keluarga dengan tingkat ekonomi rendah lebih berisiko mengalami stunting
karena kemampuan pemenuhan gizi yang rendah, meningkatkan risiko terjadinya
malnutrisi.10 Tingkat pendidikan orang tua yang rendah juga disinyalir
meningkatkan risiko malnutrisi pada anak. Tingkat pendidikan orang tua akan
berpengaruh terhadap pengetahuan orang tua terkait gizi dan pola pengasuhan
anak, dimana pola asuh yang tidak tepat akan meningkatkan risiko kejadian
stunting.11
Stunting pada masa balita perlu mendapat perhatian khusus termasuk
pada anak usia 2-3 tahun. Proses pertumbuhan pada usia 2-3 tahun cenderung
mengalami perlambatan sehingga peluang untuk terjadinya kejar tumbuh lebih
rendah dibanding usia 0-2 tahun. Usia 2-3 tahun merupakan usia anak mengalami
perkembangan yang pesat dalam kemampuan kognitif dan motorik. Diperlukan
kondisi fisik yang maksimal untuk mendukung perkembangan ini, dimana pada
anak yang stunting perkembangan kemampuan motorik maupun kognitif dapat
terganggu.5,7 Anak pada usia ini juga membutuhkan perhatian lebih dalam hal
asupan karena kebutuhan energi yang lebih tinggi dan kebutuhan makanan yang
lebih bervariasi dibanding usia 0-2 tahun.5
Prevalensi stunting di Indonesia masih tinggi. Berdasarkan Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010, prevalensi stunting di Indonesia tahun
2010 sebesar 35,6%, sebagian besar terjadi pada anak usia 2-3 tahun yaitu 41,4%
dari total populasi anak stunting di Indonesia.13 Prevalensi stunting di Jawa
Tengah tergolong tinggi yaitu sebesar 33,6% dengan perincian 17% anak pendek

dan 16,9% anak sangat pendek.13 Salah satu wilayah di Jawa Tengah dengan
prevalensi stunting tinggi adalah Kota Semarang. Menurut profil kesehatan kota
Semarang tahun 2011 prevalensi balita stunting adalah 20,66%, dan Kecamatan
Semarang Timur merupakan kecamatan dengan prevalensi stunting tertinggi, yaitu
40,16%.9 Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis faktor risiko panjang
badan lahir, status ekonomi keluarga, tingkat pendidikan dan tinggi badan orang
tua terhadap kejadian stunting pada anak usia 2-3 tahun.

METODE
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2013 di kecamatan Semarang
Timur, yaitu di wilayah kerja Puskesmas Bugangan meliputi wilayah kelurahan
Bugangan, Mlatiharjo, dan Kebonagung. Jenis penelitian observasional dengan
rancangan case-control. Populasi target dalam penelitian ini adalah semua anak
usia 2-3 tahun di wilayah Kota Semarang, sedangkan populasi terjangkau adalah
semua anak usia 2-3 tahun di wilayah kerja Puskesmas Bugangan. Subyek dalam
penelitian ini adalah semua kasus dan kontrol yang dipilih dengan perbandingan
kasus dan kontrol 1:1. Kasus adalah balita usia 2-3 tahun dengan indeks z-score
TB/U -2SD, sedangkan kontrol adalah balita usia 2-3 tahun dengan indeks zscore TB/U

-2SD s/d +2SD. Responden dalam penelitian ini adalah Ibu balita

yang terpilih menjadi subyek penelitian. Kriteria inklusi dalam penelitian ini
adalah balita berusia 2-3 tahun yang tinggal dan menetap di Semarang Timur,
tidak sakit maupun cacat dan tinggal bersama kedua orang tua, serta memiliki
Kartu Menuju Sehat (KMS). Jumlah subyek pada masing-masing kelompok
sebanyak 36 subyek yang dihitung menggunakan rumus untuk besar sampel kasus
kontrol dan ditambah 10% untuk mengantisipasi drop out.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah stunting, sedangkan variabel
bebas adalah panjang badan lahir, status ekonomi keluarga, tingkat pendidikan
dan tinggi badan orang tua. Data yang dikumpulkan antara lain identitas subyek,
tinggi badan balita saat ini, panjang badan lahir balita, tinggi badan ayah dan Ibu
balita, pendidikan ayah dan Ibu balita, pekerjaan ayah dan Ibu balita, pendapatan
total keluarga, dan jumlah anggota keluarga.

Panjang badan lahir adalah panjang badan ketika bayi baru lahir yang
didapat dari data di KMS, kemudian data yang didapat dikonversi kedalam bentuk
nilai indeks z-score TB/U dimana bila hasilnya -2 SD maka dikategorikan
panjang badan lahir pendek, dan bila hasilnya >-2SD dikategorikan panjang badan
lahir tidak pendek.14 Tinggi badan orang tua adalah hasil ukur antropometri dilihat
dari tinggi badan ibu dan ayah subjek yang diukur dengan alat microtoise dengan
ketelitian 0,1 cm, kemudian data dikategorikan sesuai penelitian sebelumnya. Ibu
dikategorikan pendek jika tinggi badan 150 cm dan tidak pendek jika >150 cm,
sedangkan ayah dikategorikan pendek jika tinggi badan 162cm dan tidak pendek
jika >162cm. 7,15
Status ekonomi keluarga dinyatakan berdasarkan kategori pendapatan
perkapita. Pendapatan perkapita yaitu besar pendapatan total yang diperoleh
keluarga dalam satu bulan terakhir kemudian dibagi jumlah anggota keluarga.
Data pendapatan perkapita kemudian dikategorikan menurut batas garis
kemiskinan dari BPS Kota Semarang. Pendapatan perkapita dinyatakan rendah
jika Rp 246.195 dan status ekonomi keluarga dinyatakan rendah, dan pendapatan
perkapita dinyatakan tinggi jika > Rp 246.195 dan status ekonomi keluarga
dinyatakan tinggi.16 Pendidikan orang tua adalah jenjang pendidikan formal
terakhir yang ditamatkan orang tua berdasarkan kepemilikan ijazah. Tingkat
pendidikan kemudian akan dibagi menjadi tingkat pendidikan ayah dan ibu.
Tingkat pendidikan dikategorikan rendah jika orang tua maksimal tamat Sekolah
Menengah Pertama (SMP) / sederajat, dan dikategorikan tinggi jika minimal tamat
Sekolah Menengah Atas (SMA) / sederajat.
Uji statistik untuk melihat besar risiko panjang badan lahir, status
ekonomi keluarga, tingkat pendidikan dan tinggi badan orang tua terhadap
kejadian stunting menggunakan uji Chi Square yaitu dengan melihat Odds Ratio
(OR) dan uji regresi logistik ganda untuk melihat faktor yang paling berpengaruh
terhadap kejadian stunting.

HASIL PENELITIAN
Karakterististik Subyek dan responden
Jumlah subyek pada awal penelitian sebanyak 72 balita usia 24-36 bulan
yang terdiri dari 36 kasus dan 36 kontrol. Saat pengambilan data, 2 subyek drop
out karena satu anak pada kelompok kasus orangtuanya tinggal di luar kota
sehingga tidak bisa dilakukan pengukuran terhadap tinggi badan orang tua,
sedangkan satu anak pada kelompok kontrol orang tuanya (ibu) meninggal dunia,
sehingga jumlah subyek valid sebanyak 70 anak, 35 anak masing-masing
kelompok. Adapun karakteristik subyek sebagai berikut.
Tabel 1. Distribusi frekuensi jenis kelamin subyek, pekerjaan orang tua dan tingkat pendidikan
orang tua

n
1

Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Pekerjaan Ibu
Tidak Bekerja
Bekerja
Pekerjaan Ayah
Tidak Bekerja
Bekerja
Pendidikan Ayah
Tamat SD
Tamat SMP
Tamat SMA
Tamat Perguruan Tinggi
Pendidikan Ibu
Tamat SD
Tamat SMP
Tamat SMA
Tamat Perguruan Tinggi

Kasus
%

Kontrol
%

22
13

62,9
37,1

22
13

62,9
37,1

18
17

51,4
48,6

19
16

54,3
45,8

0
35

0,0
100,0

0
35

0,0
100,0

4
10
16
5

11,4
28,6
45,7
14,3

5
5
17
8

14,3
14,3
48,6
22,9

3
9
21
2

8,6
25,7
60
5,7

3
5
17
10

8,6
14,3
48,6
28,6

Sebagian besar subyek penelitian ini berjenis kelamin laki-laki, yaitu


sebanyak 44 anak, sementara perempuan hanya 26 anak. Hasil uji beda
menunjukkan tidak ada perbedaan berdasarkan kelompok kasus kontrol antara
anak laki-laki dengan anak perempuan. Median nilai z-score tinggi badan
dibanding umur adalah -1.82 SD dengan nilai minimal -5.37 SD dan nilai

maksimal 1.16 SD. Karakteristik responden (dalam hal ini Ibu subyek) sebanyak
37 orang (52,9 %) adalah tidak bekerja (Ibu rumah tangga). Jumlah ibu
berpendidikan rendah pada kelompok kasus sebanyak 34,2%, sedangkan pada
kelompok kontrol hanya 22,8%. Sebanyak 40% ayah pada kelompok kasus
berpendidikan rendah, sedangkan pada kelompok kontrol hanya 28,6%.
Analisa univariat dilakukan untuk melihat median dan nilai minimalmaksimal. Tabel 2 berikut menunjukkan hasil analisa univariat panjang badan
lahir, tinggi badan ayah, tinggi badan ibu, dan pendapata perkapita.
Tabel 2. Tabel deskriptif panjang badan lahir, tinggi badan ayah, tinggi badan ibu, dan pendapatan
perkapita

Variabel
Panjang badan lahir
median
minimum
maksimum

Kasus

Kontrol

49,0 cm
40,0 cm
52,0 cm

50,0 cm
43,0 cm
56,0 cm

Tinggi badan ayah


median
minimum
maksimum

163,70 cm
150,0 cm
175,0 cm

165,0 cm
152,0 cm
185,0 cm

Tinggi badan ibu


median
minimum
maksimum

151,30 cm
141,0 cm
169,8 cm

154,0 cm
143,0 cm
165,0 cm

Pendapatan per-kapita
median
minimum
maksimum

Rp 333.334,0
Rp 150.000
Rp 1.333.334

Rp 600.000
Rp 180.000
Rp 1.666.667

Faktor Risiko Stunting


Analisa bivariat dan multivariat dilakukan untuk mengetahui nilai odd
ratio dan menentukan faktor mana yang merupakan faktor risiko stunting. Tabel 3
menunjukkan hasil analisa bivariat sedangkan tabel 4 menunjukkan hasil analisa
multivariat.

Tabel 3.Besar risiko panjang badan lahir, tinggi badan orangtua, pendidikan orangtua dan status
ekonomi keluarga terhadap kejadian stunting
Variabel

Kategori panjang badan lahir


Stunting
Tidak Stunting
2 Tinggi Badan Ayah
Pendek (162 cm)
Tidak Pendek (>162 cm)
3 Tinggi Badan Ibu
Pendek (150 cm)
Tidak Pendek (>150 cm)
4 Pendidikan Ayah
Rendah ( SMP)
Tinggi (SMA)
5 Pendidikan Ibu
Rendah ( SMP)
Tinggi (SMA)
6 Kategori Status Ekonomi Keluarga
Rendah
Tinggi
a
Uji Chi Square, b P <0,05

Kasus
%

Kontrol
n
%

OR
(95% Cl)

7
28

20
80

3
32

8,6
91,4

0,172a

2.667
(0.629 - 11.306)

16
19

45,7
54,3

10
25

28,6
71,4

0,138a

2.105
(0,782 - 5,666)

17
18

48,6
51,4

9
26

25,7
74,3

0,048a,b

2,728
(0,997 - 7,468)

14
21

20,0
30,0

10
25

14,3
35,7

0,314a

1,667
(0,615 - 4,519)

12
23

17,1
32,9

8
27

11,4
38,6

0,290a

1,761
(0,614 5,049)

13
22

37,1
62,9

4
31

11,4
88,6

0,012a,b

4,580
(1,316 15,932)

Variabel yang diikutsertakan dalam analisa multivariat adalah panjang


badan lahir, tinggi badan ibu, tinggi badan ayah dan status ekonomi keluarga.
Pendidikan ayah dan pendidikan ibu tidak diikutsertakan dalam analisa karena
tidak memenuhi syarat untuk analisa multivariat.
Tabel 4. Hasil analisa regresi logistik ganda faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian
stunting
Variabel
Kategori status ekonomi keluarga
Kategori tinggi badan ibu
Kategori tinggi badan ayah
Panjang badan lahir
Konstanta

Koefisien
1,420
1,000
0,668
0,919
-1,061

OR

0,032
0,069
0,228
0,242
0,130

4,137
2,718
1,951
2,507
0,346

95% [CI]
1,127 - 15,181
0,924 7,997
0,658 5,784
0,537 11,689

Hasil analisa bivariat maupun multivariat menunjukkan bahwa

status

ekonomi yang rendah merupakan faktor risiko kejadian stunting. Anak dengan
status ekonomi keluarga rendah 4,13 kali lebih berisiko untuk tumbuh stunting
dibanding anak dengan status ekonomi keluarga tinggi. Panjang badan lahir,

tinggi badan ayah, tinggi badan ibu, pendidikan ayah dan pendidikan ibu tidak
terbukti menjadi faktor risiko stunting. Sebanyak 37,1% subyek pada kelompok
kasus termasuk kategori status ekonomi rendah, sedangkan pada kelompok
kontrol hanya 11,4% subyek yang termasuk kategori status ekonomi rendah. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa subjek pada kelompok kasus memiliki
pendapatan per kapita yang berkisar antara Rp 150.000 Rp 1.333.330, dengan
median Rp 333.334.
PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa panjang badan lahir bukan
merupakan faktor risiko stunting. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian di Pati
yang menunjukkan hasil bahwa panjang badan lahir merupakan faktor risiko
kejadian stunting pada anak usia 12-36 bulan, dan penelitian di Indramayu yang
menunjukkan hasil bahwa anak yang lahir dengan panjang badan dibawah
persentil -10 lebih berisiko tumbuh stunting.3,17 Panjang badan lahir tidak menjadi
faktor risiko stunting dikarenakan faktor risiko yang mempengaruhi stunting
banyak sekali dan dalam penelitian ini tidak dilihat seperti riwayat kehamilan,
asupan makan anak maupun pola asuh. Bayi dengan panjang badan lahir pendek
berpeluang lebih tinggi untuk tumbuh pendek dibanding anak panjang badan lahir
normal.17 Anak dengan panjang badan lahir pendek menunjukkan kurangnya gizi
yang diasup Ibu selama masa kehamilan, sehingga pertumbuhan janin tidak
optimal yang mengakibatkan bayi yang lahir memiliki panjang badan lahir yang
rendah.17 Faktor asupan dan penyakit memegang peranan yang menentukan
apakah anak yang lahir dengan panjang badan lahir rendah akan tetap stunting
selama masa hidupnya atau berhasil mencapai catch-up grow yang maksimal.3,6,18
Anak yang lahir dengan panjang badan lahir pendek memang lebih berisiko untuk
tumbuh stunting dibanding anak yang lahir dengan panjang badan normal, tetapi
selama anak tersebut mendapatkan asupan yang memadai dan terjaga
kesehatannya, maka kondisi panjang badan lahir yang pendek dapat dikejar
dengan pertumbuhan seiring bertambahnya usia anak.18 Hal ini terlihat dari hasil
penelitian di Tangerang yang menemukan bahwa panjang badan lahir merupakan

faktor risiko stunting yang masih dapat diatasi. Anak dengan panjang badan lahir
pendek akan tetap stunting sampai usia 6-12 bulan, namun dapat mencapai tinggi
badan normal pada usia 3-4 tahun.19
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tinggi badan Ibu maupun ayah
bukan merupakan faktor risiko stunting. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian di
Semarang tahun 2011 yang menunjukkan bahwa tinggi badan Ibu yang rendah
merupakan faktor risiko stunting pada anak usia 24-36 bulan.8,9 Penelitian di
Bangladesh juga menunjukkan bahwa banyak ditemukan anak stunting pada
keluarga yang memiliki Ibu dengan tinggi badan <148 cm.20 Tinggi badan orang
tua tidak menjadi faktor risiko stunting disebabkan karena pada penelitian ini
tidak diteliti faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi badan orang tua, sehingga
tidak bisa dibedakan apakah tinggi badan orang tua saat ini merupakan pengaruh
genetik atau karena pengaruh patologis maupun malnutrisi. Tinggi badan
merupakan salah satu bentuk dari ekspresi genetik, dan merupakan faktor yang
diturunkan kepada anak serta berkaitan dengan kejadian stunting. Anak dengan
orang tua yang pendek, baik salah satu maupun keduanya, lebih berisiko untuk
tumbuh pendek dibanding anak dengan orang tua yang tinggi badannya normal.21
Orang tua yang pendek karena gen dalam kromosom yang membawa sifat pendek
kemungkinan besar akan menurunkan sifat pendek tersebut kepada anaknya.
Tetapi bila sifat pendek orang tua disebabkan karena masalah nutrisi maupun
patologis, maka sifat pendek tersebut tidak akan diturunkan kepada anaknya.22
Penelitian ini menemukan jumlah ayah pendek pada kelompok kasus 16 orang
(45,7%), sedangkan Ibu pendek pada kelompok kasus 17 orang (48,6%).
Meskipun tidak terbukti sebagai faktor risiko, ibu dan ayah yang pendek lebih
banyak ditemukan pada kelompok kasus dibanding kelompok kontrol. Hal ini
menunjukkan adanya kecenderungan bahwa anak yang pendek memiliki orangtua
yang pendek pula.
Penelitian ini menunjukkan bahwa pendidikan ayah

dan ibu bukan

merupakan faktor risiko stunting. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian di Libya
tahun 2008 dan di Semarang tahun 2012 yang menyatakan bahwa pedidikan ayah

yang rendah merupakan faktor risiko stunting pada anak balita8,21 Penelitian di
Bangladesh juga menemukan bahwa nilai z-skor tinggi badan menurut umur lebih
baik pada anak dengan ibu yang berpendidikan tinggi dibanding pada anak dengan
ibu berpendidikan rendah.20 Pendidikan orang tua tidak menjadi faktor risiko
stunting disebabkan karena faktor risiko terjadinya stunting banyak, dimana dalam
penelitian ini tidak semua faktor dilihat seperti pola asuh dan asupan. Pendidikan
orang tua mempunyai pengaruh langsung terhadap pola pengasuhan anak yang
kemudian akan mempengaruhi asupan makan anak. Penelitian di Bogor tahun
2005 meyebutkan bahwa pendidikan orang tua berpengaruh langsung terhadap
pola pengasuhan anak, dimana pola pengasuhan yang kurang baik akan
menyebabkan asupan yang diperoleh anak menjadi kurang baik sehingga
mengakibatkan anak tumbuh stunting.23 Penelitian di Tangerang Banten tahun
2011 menemukan bahwa pendidikan ayah berhubungan erat dengan perubahan
tinggi badan anak stunting pada usia 6-12 bulan menjadi tidak stunting pada usia
3-4 tahun.19 Orang tua dengan pendidikan yang lebih baik cenderung memiliki
pengetahuan dan kemampuan mengimplementasikan pengetahuan yang lebih baik
dibanding orang tua dengan pendidikan rendah.8,24. Penerapan pengetahuan gizi
dan pola asuh anak yang tepat akan mencegah terjadinya malnutrisi, misalnya
dalam pemberian makanan pendamping yang tepat usia.25,26
Hasil analisis bivariat dan multivariat menunjukkan bahwa status
ekonomi keluarga yang rendah merupakan faktor risiko kejadian stunting pada
balita usia 2-3 tahun. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian di Bangladesh tahun
2011, dan juga di Brazil tahun 2008 yang menyatakan bahwa status sosial
ekonomi yang rendah merupakan faktor risiko kejadian stunting pada anak
balita.19,27 Penelitian pada anak usia 2-3 tahun di Semarang tahun 2012
menyatakan bahwa status ekonomi yang rendah berhubungan dengan keterbatasan
keluarga dalam memenuhi kebutuhan akan zat gizi baik makro maupun mikro.8
Status ekonomi keluarga yang rendah akan mempengaruhi kualitas maupun
kuantitas bahan makanan yang dikonsumsi oleh keluarga. Makanan yang didapat
biasanya akan kurang bervariasi dan sedikit jumlahnya terutama pada bahan

pangan yang berfungsi untuk pertumbuhan anak seperti sumber protein, vitamin
dan mineral, sehingga meningkatkan risiko kurang gizi. Keterbatasan ini akan
meningkatkan risiko terjadinya stunting pada anak balita.8,23
SIMPULAN
Status ekonomi keluarga yang rendah merupakan faktor risiko stunting
pada anak usia 2-3 tahun. Anak pada keluarga dengan status ekonomi rendah
memiliki risiko stunting 4,13 kali lebih besar dibanding anak dengan status
ekonomi keluarga tinggi. Panjang badan lahir, tinggi badan ayah, tinggi badan Ibu,
pendidikan terakhir ibu dan pendidikan terakhir ayah bukan merupakan faktor
risiko stunting.
SARAN
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor risiko kejadian
stunting pada anak usia 2-3 tahun dengan variabel belum tercakup dalam
penelitian ini. Penelitian mengenai penyebab stunting pada anak dengan keluarga
berstatus ekonomi rendah juga perlu dilakukan agar kejadian stunting pada
keluarga berstatus ekonomi rendah dapat dicegah. Perencanaan program
penanggulangan stunting perlu memperhatikan faktor status ekonomi keluarga.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada subjek dan responden, kepada
teman-teman yang telah membantu dalam pengambilan data, serta semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. Terima kasih
penulis sampaikan pula kepada Bapak Nuryanto S.Gz, M.Gizi selaku dosen
pembimbing dan para reviewer, dr. Aryu Chandra, M.Kes.Epid dan Deny Yudhi F,
S.Gz, M.Si atas kritik dan saran yang diberikan.

DAFTAR PUSTAKA
1.

Nutrition landscape information system (NLIS) country prfile indicators:


intrepretation guide. Geneva: World Health Organization; 2010.

2.

Purwandini K, Kartasurya M I.Pengaruh Pemberian Mikronutrient Sprinkle


Terhadap Perkembangan Motorik Anak Stunting Usia 12-36 Bulan. Journal
of Nutrition College 2013; Volume 2 Nomor 1 Halaman 147-163.

3.

Anugraheni, H. S. Faktor Risiko Kejadian Stunting pada Anak Usia 12-36


Bulan di Kecamatan Pati, Kabupaten Pati. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro. Semarang; 2012.

4.

Yunitasari L. Perbedaan Intellegence Quotient (IQ) Antara Anak Stunting dan


Tidak Stunting Umur 7-12 tahun di Sekolah Dasar (Studi pada Siswa SD
Negeri Buara 04 Kecamatan Ketanggungan Kabupaten Brebes). Jurnal
Kesehatan Masyarakat 2012; Volume 1 Nomor 2 Halaman 586-595.

5.

Yupi Supartini. Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Jakarta:


EGC;2004.

6.

Rahayu L.S, Sofyaningsih M. Pengaruh BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)


dan Pemberian ASI Eksklusif Terhadap Perubahan Status Stunting Pada
Balita di Kota dan Kabupaten Tangerang Provinsi Banten. Prosiding Seminar
Nasional Peran Kesehatan Masyarakat dalam Pencapaian MDGs di
Indonesia; 12 April 2011.

7.

Zottarelli LK, Sunil TS, Rajaram S. Influence of Parental and


Socioeconomics Factors on Stunting in Children Under 5 Years in Egypt.
Eastern Mediterranean Health Journal [internet]. 2007 [cited 2013 May 5].
Tersedia di: http://www.emro.who.int/emhj/1306

8.

Nasikhah R. Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Balita Usia 24-36 Bulan di
Kecamatan Semarang Timur. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro. Semarang; 2012.

9.

Candra A, Puruhita N, Susanto JC. Risk Factors of Stunting among 1-2 Years
Old Children in Semarang City. Media Medika Indonesia 2011; 45: 206-212.

10. Fernald LC, Neufeld LM. Overweight With Concurrent Stunting In Very
Young Children From Rural Mexico: Prevalence And Associated Factors.
European Journal of Clinical Nutrition 2007; 61: 623632. [accessed
February
29,
2013].
Available
from:
URL:
http://www.nature.com/ejcn/journal/v61/n5/pdf/1602558a.pdf/
11. Chaudhury RH. Determinants of dietary intake and dietary adequacy for preschool children in Bangladesh. Bangladesh Institute of Development Studies.
[accessed
March
29,
2013].
Available
from:
URL:
http://archive.unu.edu/unupress/food/8F064e/8F064E04.htm

12. United Nations Childrens Fund. World Health Organization. The World
Bank. UNICEF-WHO-World Bank Joint Child Malnutrition Estimates.
UNICEF, New York; WHO, Geneva; The World Bank, Washington, DC.
2012.
13. Diasmarani N. Karakteristik dan Perkembangan Bahasa Anak Balita Stunted
di Desa Sukawening, Kabupaten Bogor. Departemen Gizi Masyarakat
Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor. Bogor; 2011.
14. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah. Semarang; 2011.
15. Checkley W, Epstein LD, Gilman RH, Cabrera L, and Black RE. Effects of
Acute Diarrhea on Linear Growth in Peruvian Children. America Journal
Epidemiology [internet]. 2003 [cited 2013 August 2]. Tersedia di :
http://aje.oxfordjournals.org
16. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. Data Garis Kemiskinan Kota
Semarang [internet]. 2010 (update tanggal 1 Mei 2013; diunduh tanggal 6
Mei 2013). Tersedia di : http://jateng.bps.go.id
17. Kusharisupeni. Peran status kelahiran terhadap stunting pada bayi: sebuah
studi prospektif. Jurnal Kedokteran Trisakti. 2002; 23: 73-80.
18. Kiely JL, Yu S, Rowley DL. Low Birth weight and intrauterine growth
retardation. CDC public health surveillance for women, infants and children.
[serial online] [cited 2013 March 12th] Available from: URL:
http://www.cdc.gov/
19. Rahayu L.S, Julia M, Gunawan I.M.A. Associated of height of parents with
change of stunting status from 6-12 month to 3-4 years. thesis. Program
Pascasarjana Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
2011
20. Jesmin A, Yamamoto SS, Malik AA, Aminul Haque,MD. Prevalence and
Determinants of Chronic Malnutrition among Preschool Children: A Crosssectional Study in Dhakka City, Bangladesh. J health Pop Nutr. 2011
Oct;29(5):494-499
21. Supariasa IDN, Bachyar B, Ibnu F. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC; 2002.
hlm 18-20, 28, 71, 34-35, 94-96, 114, 177, 181, 187-188
22. Amigo H, Buston P, Radrigan ME. Is there a relationship between parents
short height and their childrens? Social interclass epidemiologic study. Rev
Med Chil 1997; Aug;125(8)
23. Astari LD, Nasoetion A, Dwiriani CM. Hubungan Karakteristik Keluarga,
Pola Pengasuhan dan Kejadian Stunting Anak Usia 6-12 Bulan. Media Gizi
dan Keluarga 2005; 29 (2): 40-46.
24. El Taguri A, Betilmal I, Mahmud SM, Ahmed AM, Goulet O, Galan P,
Hercberg S. Risk factor for stunting among under-fives in Libya. Public
Health Nutrition 2008; 12(8), 1141-1149. doi: 10.1017/S1368980008003716.

25. Musthaq MU, Gull S, Khursid U, Shahid U, Shad MA, Siddiqui AM.
Prevalence socio-demoghrapic correlates of stunting and thinnes among
Pakistani primary school children. BMC Public Health 2011; 11:790. [diakses
10 Mei 2013]. Available from: http://www.biomedcentral.com/14712458/11/790
26. Vitolo MR, Gama CM, Bortolini GA, Campagnolo PDB, Drachler MDL.
Some risk factors associated with overweight, stunting and wasting among
children under 5 years old. Jornal de Pediatria 2008; 84:251-257. [accessed
December
27,
2013].
Available
from:
http://www.scielo.br/pdf/jped/v84n3/en_v84n3a11.pdf
27. Chaudhury RH. Determinants of dietary intake and dietary adequacy for preschool children in Bangladesh. Bangladesh Institute of Development Studies.
[accessed
March
29,
2013].
Available
from:
URL:
http://archive.unu.edu/unupress/food/8F064e/8F064E04.htm

Lampiran 1
FORMULIR INFORMASI PENELITIAN DAN PERNYATAAN
KESEDIAAN SEBAGAI SUBJEK PENELITIAN

Judul Penelitian

: Faktor Risiko Kejadian Stunting pada Anak Usia 2-3 Tahun


(Studi di Kecamatan Semarang Timur)

Peneliti

: Kukuh Eka Kusuma

Pembimbing

: Nuryanto, S.Gz, M.Gizi

Lembaga

: Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas


Diponegoro Semarang

Latar Belakang

: Kejadian stunting pada anak dapat dipengaruhi oleh


berbagai faktor. Faktor-faktor yang mungkin menjadi faktor
risiko stunting pada anak antara lain panjang badan lahir,
tinggi badan orang tua dan status ekonomi keluarga. Masih
minimnya penelitian mengenai faktor risiko tersebut
terutama di Indonesia menjadi landasan dilakukannya
penelitian ini

Tujuan

: Mengetahui faktor risiko panjang badan lahir, tinggi badan


orang tua dan status

ekonomi

keluarga

terhadap

kejadian stunting pada anak usia 2-3 tahun


Prosedur

: Peneliti berkunjung ke rumah subyek yang sudah


ditentukan sebelumnya, kemudian dilakukan wawancara
untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dalam
penelitian

Manfaat

: Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi


kepada masyarakat mengenai panjang badan lahir, status
ekonomi keluarga dan tinggi badan orang tua sebagai faktor
risiko stunting

Risiko

: Tidak terdapat risiko atau bahaya yang ditimbulkan dari


penelitian ini

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI SUBJEK PENELITIAN


(INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:


Nama Ibu

: .................................................................................

Nama anak

: .................................................................................

TTL anak/ umur anak : .................................................................................


Alamat

: .................................................................................

No Telepon/HP

: ................................................................................

Bersedia dan mau berpartisipasi menjadi responden penelitian dengan judul


Faktor Risiko Kejadian Stunting pada Anak Usia 2-3 Tahun (Studi di Kecamatan
Semarang Timur) yang akan dilakukan oleh:
Nama

: Kukuh Eka Kusuma

Alamat

: RT 07 RW III Desa Karangturi Kecamatan Kroya Kabupaten


Cilacap Jawa Tengah

Instansi

: Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas


Diponegoro Semarang

No. HP

: 085283498121

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya tanpa ada paksaan dari
siapapun.
Semarang,. Juni 2013

Peneliti

Responden

(Kukuh Eka Kusuma)

(.................................................)

Lampiran 2
KUESIONER PENELITIAN
PANJANG BADAN LAHIR, STATUS EKONOMI KELUARA, TINGKAT
PENDIDIKAN DAN TINGGI BADAN ORANGTUA SEBAGAI FAKTOR
RISIKO STUNTING PADA ANAK USIA 2-3 TAHUN DI KOTA
SEMARANG

STATUS RESPONDEN

: KASUS / KONTROL* (coret salah satu)

Nomor Responden

: ...............................................................................

Tanggal Wawancara

: ...............................................................................

Nama Pewawancara

: ...............................................................................

A. Identitas subyek dan responden


1. Nama anak
:
2.

Jenis kelamin

: Laki-laki / Perempuan* (coret salah satu)

3.

Tanggal lahir anak :

4.

Umur

tahun

bulan

5.

Anak ke

dari

bersaudara

6.

Berat badan lahir

7.

Panjang badan lahir :

8.

Nama Ibu

9.

Umur Ibu

10. Alamat

11. No. Telepon

B. Pengukuran antropometri
1. Tinggi badan anak :
2. Berat badan anak
:
3. Tinggi badan ayah :
4. Tinggi badan Ibu
:

cm
kg
cm
cm

C. Status sosial ekonomi


1. Jumlah anggota keluarga
:
orang
2. Jumlah anak balita
:
orang
3. Pendidikan terakhir Ayah
:
o Tidak Sekolah
o Tamat SD/ sederajat
o Tamat SMP/ sederajat
o Tamat SMA/ sederajat
o Tamat perguruan tinggi
4. Pendidikan terakhir Ibu
:
o Tidak Sekolah
o Tamat SD/ sederajat
o Tamat SMP/ sederajat
o Tamat SMA/ sederajat
o Tamat perguruan tinggi
5. Pekerjaan Ayah
:
o Tidak bekerja
o Pegawai negeri
o Pegawai swasta
o Wiraswasta
o Lainnya, sebutkan..
6. Pekerjaan Ibu
:
o Tidak bekerja
o Pegawai negeri
o Pegawai swasta
o Wiraswasta
o Lainnya, sebutkan..
7. Anggota keluarga yang bekerja..orang
8. Pendapatan keluarga
:
a. Pendapatan ayah
:
b. Pendapatan Ibu
:
c. Pendapatan anggota keluarga yang lain, sebutkan:
A.
B.
C.

Lampiran 3
OUTPUT ANALISA DATA DENGAN COMPUTERIZE
Case Processing Summary
Cases
Valid

Missing

Total

N Percent N Percent N Percent


Kategori SD PB Lahir * Kategori SD anak

70 100.0% 0

.0% 70 100.0%

Kategori TB Ayah * Kategori SD anak

70 100.0% 0

.0% 70 100.0%

Kategori TB Ibu * Kategori SD anak

70 100.0% 0

.0% 70 100.0%

Kategori PDP * Kategori SD anak

70 100.0% 0

.0% 70 100.0%

Kategori Pendidikan Ayah * Kategori SD anak 70 100.0% 0

.0% 70 100.0%

Kategori Pendidikan Ibu * Kategori SD anak

.0% 70 100.0%

70 100.0% 0

Kategori SD PB Lahir * Kategori SD anak


Crosstab
Kategori SD anak
Tidak Stunting Stunting Total
Kategori SD PB Lahir Tidak Stunting Count
Expected Count
% of Total
Stunting

Count
Expected Count
% of Total

Total

Count
Expected Count
% of Total

32

28

60

30.0

30.0

60.0

45.7%

40.0% 85.7%

10

5.0

5.0

10.0

4.3%

10.0% 14.3%

35

35

70

35.0

35.0

70.0

50.0%

50.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square

1.867a 1

.172

Continuity Correctionb

1.050 1

.306

Likelihood Ratio

1.913 1

.167

Fisher's Exact Test

.306

Linear-by-Linear Association 1.840 1


N of Valid Cases

.175

70

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,00.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value

Lower

Odds Ratio for Kategori SD PB Lahir (Tidak Stunting / Stunting) 2.667

.629

11.306

For cohort Kategori SD anak = Tidak Stunting

1.778

.670

4.717

.667

.409

1.086

For cohort Kategori SD anak = Stunting


N of Valid Cases

70

Kategori TB Ayah * Kategori SD anak


Crosstab
Kategori SD anak
Tidak Stunting Stunting Total
Kategori TB Ayah Tidak Pendek Count
Expected Count
% of Total
Pendek

Count
Expected Count
% of Total

Total

Upper

Count
Expected Count
% of Total

25
22.0
35.7%

19

44

22.0

44.0

27.1% 62.9%

10

16

26

13.0

13.0

26.0

14.3%

22.9% 37.1%

35

35

70

35.0

35.0

70.0

50.0%

50.0% 100.0%

.153

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square
Continuity Correctionb
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases

2.203a 1
1.530 1
2.218 1

.138
.216
.136

2.171 1
70

.141

.216

.108

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13,00.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value

Lower

Odds Ratio for Kategori TB Ayah (Tidak Pendek / Pendek) 2.105


For cohort Kategori SD anak = Tidak Stunting
1.477
For cohort Kategori SD anak = Stunting
.702
N of Valid Cases
70

Upper

.782
.852
.445

5.666
2.561
1.106

Kategori TB Ibu * Kategori SD anak


Crosstab
Kategori SD anak
Tidak Stunting Stunting Total
Kategori TB Ibu tidak pendek Count
Expected Count
% of Total
pendek

18

44

22.0

44.0

37.1%

Count
Expected Count
% of Total

Total

26
22.0

17

26

13.0

13.0

26.0

35

Expected Count
% of Total

12.9%

Count

25.7% 62.9%

35.0
50.0%

24.3% 37.1%
35

70

35.0

70.0

50.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square
Continuity Correctionb
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases

3.916a 1
2.998 1
3.965 1

.048
.083
.046

3.860 1
70

.049

.082

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13,00.
b. Computed only for a 2x2 table

.041

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value

Lower

Odds Ratio for Kategori TB Ibu (tidak pendek / pendek) 2.728


For cohort Kategori SD anak = Tidak Stunting
1.707
For cohort Kategori SD anak = Stunting
.626
N of Valid Cases
70

Upper

.997
.953
.398

7.468
3.057
.983

Kategori PDP * Kategori SD anak


Crosstab
Kategori SD anak
Tidak Stunting Stunting Total
Kategori PDP tinggi Count
Expected Count
% of Total

22

53

26.5

26.5

53.0

44.3%

rendah Count
Expected Count
% of Total
Total

31

13

17

8.5

8.5

17.0

5.7%

Count
Expected Count
% of Total

31.4% 75.7%

18.6% 24.3%

35

35

70

35.0

35.0

70.0

50.0%

50.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square
Continuity Correctionb
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases

6.293a 1
4.972 1
6.553 1

.012
.026
.010
.024

6.203 1
70

.013

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,50.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Odds Ratio for Kategori PDP (tinggi / rendah) 4.580
For cohort Kategori SD anak = Tidak Stunting 2.486
For cohort Kategori SD anak = Stunting
.543
N of Valid Cases
70

Lower
1.316
1.024
.359

Upper
15.932
6.032
.821

.012

Kategori Pendidikan Ayah * Kategori SD anak


Crosstab
Kategori SD anak
Tidak Stunting Stunting Total
Kategori Pendidikan Ayah Tinggi Count
Expected Count
% of Total

Expected Count
Total

46

23.0

23.0

46.0

Expected Count

30.0% 65.7%

10

14

24

12.0

12.0

24.0

14.3%

Count
% of Total

21

35.7%

Rendah Count

% of Total

25

20.0% 34.3%

35

35

70

35.0

35.0

70.0

50.0%

50.0% 100.0%

Risk Estimate
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square
1.014a 1
Continuity Correctionb
.571 1
Likelihood Ratio
1.018 1
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear Association 1.000 1
N of Valid Cases
70

.314
.450
.313
.450

.225

.317

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,00.
b. Computed only for a 2x2 table

95% Confidence Interval


Value
Odds Ratio for Kategori Pendidikan Ayah (Tinggi / Rendah) 1.667
For cohort Kategori SD anak = Tidak Stunting
1.304
For cohort Kategori SD anak = Stunting
.783
N of Valid Cases
70

Lower
.615
.758
.493

Upper
4.519
2.244
1.243

Kategori Pendidikan Ibu * Kategori SD anak


Crosstab
Kategori SD anak
Tidak Stunting
Kategori Pendidikan Ibu

Stunting

Tinggi Count

27

23

50

25.0

25.0

50.0

38.6%

32.9%

71.4%

12

20

10.0

10.0

20.0

11.4%

17.1%

28.6%

35

35

70

Expected Count
% of Total
Rendah Count
Expected Count
% of Total
Total

Count
Expected Count
% of Total

Total

35.0

35.0

70.0

50.0%

50.0%

100.0%

Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correctionb
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases

Asymp. Sig. (2sided)

df

1.120a
.630
1.126

1
1
1

Exact Sig. (2sided)

Exact Sig. (1sided)

.290
.427
.289
.428

1.104
70

.214

.293

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,00.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Odds Ratio for Kategori Pendidikan Ibu (Tinggi / Rendah)
For cohort Kategori SD anak = Tidak Stunting
For cohort Kategori SD anak = Stunting
N of Valid Cases

Lower

1.761
1.350
.767
70

MULTIVARIAT
Variables in the Equation
Sig.
B
a

Step 1 Kat_PDP

S.E. Wald df

95% C.I.for EXP(B)


Exp(B)

Lower

Upper

1.420 .663 4.582 1 .032

4.137

1.127

15.181

KAT_TB_Ibu

1.000 .551 3.300 1 .069

2.718

.924

7.997

KAT_TB_Ay

.668 .554 1.452 1 .228

1.951

.658

5.784

Kat_PBL

.919 .786 1.368 1 .242

2.507

.537

11.689

Constant

-1.061 .429 6.117 1 .013

.346

a. Variable(s) entered on step 1: Kat_PDP, KAT_TB_Ibu, KAT_TB_Ay, Kat_PBL.

.614
.745
.481

Upper
5.049
2.447
1.223

You might also like