Professional Documents
Culture Documents
Jurnal Skripsi PDF
Jurnal Skripsi PDF
ABSTRACT
Capital market in Indonesia is an emerging markets that the development
is very vulnerable to macroeconomic conditions in general. To see the
development of the Indonesian capital market is one indicator that is often used is
the Composite Stock Price Index (IHSG), which is one of the stock market index
used by the Bursa Efek Indonesia (BEI).
The analytical tool used in this study is multiple linier regession with
Composite Stock Price Index (IHSG) as the dependent variable and four
independent variabel are the variable exchange rate rupiah, the rate of 1 month
SBI interest rate, inflation and money supply (M2). After being tested deviations
classical assumptions, the result indicate normally distributed data and not
obtained an aberration. Based on the calculation results obtained value Eviews 6
count F= 264.7399 with a significance F of 0.000. By using the 0,05 significance
level obtained value of F table 2.44. Then count F (264.7399) > F table (2.44), or
significanceof F 0,000 indicates less than 0,05 so it can be concluded that the four
independent variables namely the exchange rate rupiah, the rate of 1 month,
inflation, and money supply (M2) jointly affect the accepted the Composite Stock
Price Index (IHSG) in Bursa Efek Indonesia (BEI) is accepted. Partial variable
excange rate rupiah and interest rates have a significant 1 month SBI. While the
variable inflation and money supply (M2) was not significant. And of the four
variable are the most dominant influence of Composite Stock Price Index (IHSG)
in Bursa Efek Indonesia (BEI) is the exchange rate rupiah. With count t value of 9.280776 and significance probability of 0,000.
Keywords: Composite Stock Price Index (IHSG), exchange rate rupiah, rate of 1
month SBI interest rate, inflation, and Money Supply (M2)
PENDAHULUAN
1.1
digunakan
untuk
mengukur
kinerja
gabungan
seluruh
saham
1999
676.91
2000
41632
2001
392.03
2002
424.94
2003
691.89
2004
1,000.23
2005
1,162.64
2006
1,805.52
2007
2,745.83
2008
1,355.41
2009
2,534.36
2010*
2,756.00
Tabel 1.3
Perkembangan Jumlah Uang Beredar
Periode Januari 1999 Juni 2010
Jumlah Uang Beredar
Tahun
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010*
M1
(Miliar Rupiah)
%
(Pertumbuhan)
M2
(Miliar Rupiah)
%
(Pertumbuhan)
124.633
162.186
177.731
191.939
223.799
253.818
281.905
361.073
460.842
466.379
501.254
526.741
30,13
9,58
7,99
16,60
13,41
11,07
28,08
27,63
1,20
7,47
5,09
646.205
747.028
844.053
883.908
955.692
1.033.527
1.203.215
1.382.073
1.649.662
1.898.891
1.975.681
2.123.232
15,60
12,99
4,72
8,12
8,14
16,42
14,87
19,36
15,10
4,04
7,46
Desember 2002 menjadi 8,3% pada bulan Desember 2003. Makin rendah tingkat
suku bunga SBI sampai batas tertentu maka orang akan cenderung mencari
alternatif investasi lain yang dianggap menguntungkan. Salah satunya beralih
investasi saham, sehingga kian rendah tingkat suku bunga SBI, Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) sebagai pencerminan harga saham akan makin
meningkat.
1.2.
Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka
c.
d.
1.3.
2.
3.
4.
Bagi Investor
Dapat memberikan gambaran tentang keadaan saham perusahaan
publik terutama pengaruh nilai tukar (kurs) dolar terhadap rupiah, tingkat
suku bunga SBI, inflasi, dan jumlah uang beredar (M2) terhadap IHSG
(Indeks Harga Saham Gabungan) sehingga dapat menentukan dan
menerapkan strategi perdagangan di pasar modal.
2.
Bagi Pemerintah
Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dan pihak pihak
lainnya yang terkait dalam mengambil kebijakan yang akan ditempuh
sehubungan dengan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa
Efek Indonesia (BEI).
3.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Landasan Teori
Investor adalah penerima uang, yang berarti sebagi pelaku pasar, investasi
seorang diri tidak dapat mempengaruhi sebagi suau sekuritas.
2.
3.
Informasi tersedia secara luas kepada semua pelaku pasar pada saat yang
bersamaan dan harga untuk memperoleh informasi tersebut murah.
4.
negara lain ditentukan sebagai mana halnya barang yaitu oleh permintaan dan
penawaran mata uang yang bersangkutan. Hukum ini juga berlaku untuk kurs
rupiah, jika demand akan rupiah lebih banyak daripada suplainya maka kurs
rupiah ini akan terapresiasi, demikian pula sebaliknya. Apresiasi atau depresiasi
akan terjadi apabila negara menganut kebijakan nilai tukar mengambang bebas
(free floating exchange rate) sehingga nilai tukar akan ditentukan oleh mekanisme
pasar (Kuncoro, 2001).
Bagi investor sendiri, depresiasi rupiah terhadap dollar menandakan
bahwa prospek perekonomian Indonesia suram. Sebab depresiasi rupiah dapat
terjadi apabila faktor fundamental perekonomian Indonesia tidaklah kuat,
sehingga dolar Amerika akan menguat dan akan menurunkan Indeks Harga
Saham Gabungan di BEI (Sunariyah, 2006). Investor tentunya akan menghindari
resiko, sehingga investor akan cenderung melakukan aksi jual dan menunggu
hingga situasi perekonomian dirasakan membaik. Aksi jual yang dilakukan
investor ini akan mendorong penurunan indeks harga saham di BEI dan
mengalihkan investasinya ke dolar Amerika (Jose Rizal, 2007).
2.1.3.1. Penentuan Nilai Tukar
Ada beberapa faktor penentu yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar,
yaitu (Madura, 1993):
1.
Faktor Fundamental
Faktor fundamental berkaitan dengan indikator ekonomi seperti
inflasi, suku bunga, perbedaan relatif pendapatan antar negara, ekspektasi
pasar dan intervensi bank sentral.
2.
Faktor Teknis
Faktor teknis berkaitan dengan kondisi permintaan dan penawaran
devisa pada saat tertentu. Apabila ada kelebihan permintaan, sementara
penawaran tetap, maka harga valuta asing akan terapresiasi, sebaliknya
apabila ada kekurangan permintaan, sementara penawaran tetap maka nilai
tukar valuta asing akan terdepresiasi.
3.
Sentimen Pasar
Sentimen pasar lebih banyak disebabkan oleh rumor atau berita
politik yang bersifat insidentil, yang dapat mendorong harga valuta asing
naik atau atau turun secara tajam dalam jangka pendek.
3.
4.
10
menjual atau membeli valas dalam jumlah tidak terbatas pada kurs
tersebut.
2.1.3.3. Sejarah Perkembangan Kebijakan Nilai Tukar di Indonesia
Menurut Ana Ocktaviana (2007: 21), sejak tahun 1970, negara Indonesia
telah menerapkan tiga sistem nilai tukar, yaitu:
1.
2.
sistem
ini,
membiarkan
11
Suku bunga nominal adalah suku bunga dalam nilai uang. Suku bunga ini
merupakan nilai yang dapat dibaca secara umum.
2.
Suku bunga riil adalah suku bunga yang telah mengalami koreksi akibat
inflasi dan didefinisikan sebagai suku bunga nominal dikurangi laju
inflasi.
12
Uang beredar dalam arti luas (M2) adalah uang bererdar dalam arti sempit
(M1) ditambah deposito berjangka (time deposit), atau:
M2 = M1 + TD
Keterangan:
M2 = jumlah uang beredar dalam arti luas
TD = deposito berjangka (time deposit)
Secara teknis, yang dihitung sebagai jumlah uang beredar adalah uang
yang benar-benar berada di tangan masyarakat. Uang yang berada di tangan bank
(bank umum dan bank sentral), serta uang kertas dan logam (kuartal) milik
pemerintah tidak dihitung sebagai uang beredar.
2.1.8. Indeks Harga Saham
Menurut Ana Ocktavia (2001: 27), di Bursa Efek Indonesia (BEI) terdapat
5 (lima) jenis indeks, sebagai berikut:
1.
2.
Indeks LQ-45, terdiri dari 45 saham yang dipilih setelah melalui beberapa
kriteria sehingga indeks ini terdiri dari saham-saham yang mempunyai
likuiditas yang tinggi dan juga mempertimbangkan kapitalisasi pasar dari
saham-saham tersebut.
3.
Jakarta Islamic Index atau biasa disebut JII adalah salah satu indeks
saham yang ada di Indonesia yang menghitung index harga rata-rata
saham untuk jenis saham-saham yang memenuhi kriteria syariah.
4.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) atau juga dikenal dengan Jakarta
Composite Index (JSI), mencakup pergerakan harga seluruh saham biasa
dan saham preferen yang tercatat di BEI.
5.
Indeks Harga Saham Individual (IHSI), merupakan indeks untuk masingmasing saham yang didasarkan pada harga dasarnya.
13
Dari berbagai jenis indeks harga saham tersebut, dalam penelitian ini
hanya menggunakan indeks harga saham gabungan (IHSG) sebagai obyek
penelitian karena IHSG merupakan proyeksi dari pergerakan seluruh saham biasa
dan saham preferen yang tercatat di BEJ. Indeks Harga Saham Gabungan pertama
kali diperkenalkan pada tanggal 1 April 1983 sebagai indikator pergerakan harga
semua saham yang tercatat di Bursa Efek Jakarta baik saham biasa maupun saham
preferen.
Untuk mengetahui besarnya Indeks Harga Saham Gabungan, digunakan
rumus sebagai berikut (Anoraga dan Pakarti, 2001: 102):
Ht
IHSG =
X 100
Ho
Keterangan :
Ht : Total harga semua saham pada waktu yang berlaku
Ho : Total harga semua saham pada waktu dasar
2.3.
Kerangka Pemikiran
Berdasarkan uraian di atas, hubungan masing-masing variabel independen
14
15
Inflasi
Jumlah Uang Beredar
(M2)
Gambar: 2.1 Kerangka Pemikiran
Indeks
Harga
Saham
Gabungan
(IHSG)
2.4. Hipotesis
Adapun hipotesis-hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
16
METODE PENELITIAN
3.1.
menjadi
sebab
perubahannya
atau
timbulnya
variabel
dependen
2.
3.
Jumlah uang beredar (JUB) dalam artian luas atau broad money (M2)
Broad money (M2) adalah penjumlahan dari M1 (uang kartal dan logam
ditambah simpanan dalam bentuk rekening koran atau demand deposit)
yang memasukkan deposito deposito berjangka dan tabungan serta
rekening valuta asing milik swasta domestik sebagai bagian dari
17
Inflasi
Inflasi adalah tingkat kenaikan harga barang secara umum yang terjadi
terus menerus. Tingkat inflasi yang digunakan adalah tingkat inflasi yang
diperoleh dari Indeks Harga Konsumen (IHK). Pengukuran yang
digunakan adalah dalam satuan persen.
5.
3.2.
yaitu data yang diukur dalam suatu skala numerik (angka). Data kuatitatif disini
berupa data runtut waktu (time series) yaitu data yang disusun menurut waktu
pada suatu variabel tertentu.
Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang telah
dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data serta di publikasikan pada masyarakat
pengguna data. Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil publikasi Bank
Indonesia berupa laporan tahunan Bank Indonesia, Statistik Ekonomi dan
Keuangan Indonesia (SEKI), hasil publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) dan hasil
dari Jakarta Stock Exchange (JSX) meliputi data Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG), suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), inflasi, kurs dolar Amerika
terhadap rupiah (US$/Rp) dengan menggunakan kurs tengah yang dihitung atas
dasar kurs jual dan kurs beli yang ditetapkan Bank Indonesia, jumlah uang
beredar yang berbentuk data bulanan periode 1999.1 - 2010.6
3.3.
18
dokumen/buku-buku, koran, majalah, internet dan lain lain mengenai suku bunga
sertifikat bank Indonesia (SBI), jumlah uang beredar (JUB), inflasi, kurs rupiah
dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berupa data bulanan/tahunan perode
1999.1 - 2010.6
3.4.
Analisis Data
Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan sebagai berikut:
1.
2.
3.5.
Metode Analisis
Secara umum analisis regresi pada dasarmya adalah studi mengenai
ketergantungan satu variabel terikat (dependen) dengan satu atau lebih variabel
variabel bebas (independen), dengan tujuan untuk mengestimasi dan memprediksi
rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel terikat (dependen) berdasarkan nilai
variabel bebas (independen) yang diketahui. Pusat perhatian adalah pada upaya
menjelaskan dan mengevaluasi hubungan antara suatu variabel dengan satu atau
lebih variabel independen (Gujarati, 1997 : 35).
Model dasar dari penelitian ini adalah:
IHSG = o+ kurs 1 + bunga 2 + inf 3 + M2 4 + i
(3.1)
Keterangan:
IHSG
kurs
bunga
inf
= inflasi
M2
1.. 4
tingkat suku bunga SBI, inflasi, dan jumlah uang beredar (M2)
Menurut Akyuwen (2000) dalam Cun Ho (2005: 51) terdapat beberapa
alasan mengapa variabel di atas diubah ke dalam bentuk logaritma natural,
19
kurs
bunga
inf
= Inflasi
M2
1.. 4
= Variabel pengganggu
20
Variabel Bebas
IHSG,bunga, inflasi, M2
IHSG, kurs, inflasi, M2
IHSG, kurs, bunga, M2
IHSG, kurs, bunga, inflasi
R2
0.305828
0.400880
0.056724
0.533194
R2*
0.888419
0.888419
0.888419
0.888419
Sumber : Lampiran B
R2 = R2 hasil regresi utama
R2* = R2 hasil auxiliary regression
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa model tidak mengandung multikolinearitas
karena tidak ada nilai R2 regresi parsial (auxiliary regression) yang lebih besar
dibandingkan nilai R2 regresi utama.
4.1.1.2. Uji Autokorelasi
Dalam penelitian ini digunakan uji Breusch-Godfrey untuk mengetahui
ada tidaknya autokorelasi yang dapat dilihat pada Tabel 4.3
Tabel 4.3
Uji Autokorelasi
Breusch-God Frey Serial Correlation
F Statistic
491.6804
Obs* R-Squared
121.7772
2
21
Dalam penelitian ini digunakan uji Glejser untuk mengetahui ada tidaknya
heteroskedastisitas yang dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3
Uji Heteroskedastisitas
Glejser Heteroskedasticity Test
F-statistic
1.431321
Obs*R-squared
5.695349
dengan nilai Obs*R-squared hasil regresi sebesar 5.695349 maka nilai Obs*Rsquared Uji Glejser
Series: Residuals
Sample 1999M01 2010M06
Observations 138
16
12
Mean
Median
Maximum
Minimum
Std. Dev.
Skewness
Kurtosis
-1.99e-15
0.009902
0.185887
-0.238201
0.098704
-0.467165
2.574352
Jarque-Bera
Probability
6.061351
0.048283
0
-0.2
-0.1
-0.0
0.1
0.2
tabel.
22
(BEI) dapat dijelaskan oleh variasi 4 variabel independennya yaitu nilai tukar
(kurs) dolar Amerika/Rp, tingkat suku bunga SBI, inflasi, dan jumlah uang
beredar (M2). Sedangkan sisanya sebesar 11,15 persen dijelaskan oleh variabel
lain di luar model.
Tabel 4.5
Hasil Regresi Utama
Variabel Dependen : Y= Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Variabel
Koefisien
-0.175486*
Konstanta (C)
(-0.220314)
-2.166811*
Kurs Rupiah
(-9.280776)
-0.002104*
Suku Bunga SBI
(-1.085465)
0.015299*
Inflasi
(1.652262)
1.938570*
Jumlah Uang Beredar (M2)
(25.50352)
Keterangan:
*
23
tingkat suku bunga SBI dan inflasi berpengaruh tidak signifikan terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG)
Tabel 4.6
Nilai t-statistik
Variabel
Kurs Rupiah
t-tabel (=5%)
1.978
t-statistik
-9.280776
1.085465
1.978
Inflasi
1.652262
1.978
Keterangan
Signifikan
Tidak
signifikan
Tidak
signifikan
25.50352
1.978
Signifikan
karena
ketika
kurs
dolar
Amerika/Rp
(US$/Rp)
(IHSG)
mengalami penurunan.
2.
Tingkat
Suku
Bunga
SBI
Terhadap
Indeks
Harga
Saham
Gabungan (IHSG)
Dari hasil regresi diketahui bahwa tingkat suku bunga SBI
memberikan
24
Harga Saham Gabungan (IHSG). Kenaikan tingkat suku bunga SBI akan
menyebabkan penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar
0,02 persen. Hal ini dikarenakan, kenaikan tingkat suku bunga SBI
mendorong investor mengalihkan dananya dari pasar uang ke tingkat suku
bunga sehingga menyebabkan harga saham turun dan Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) juga mengalami penurunan.
3.
4.
Harga
Saham
Gabungan
(IHSG)
juga
akan
mengalami
peningkatan.
25
PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1.
Nilai tukar atau kurs dolar Amerika terhadap rupiah memiliki pengaruh
negatif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Apresiasi nilai
tukar atau kurs dolar Amerika terhadap rupiah akan cenderung
menurunkan minat investasi di pasar modal, investor akan cenderung
melakukan investasi di valuta asing untuk menghindari resiko.
2.
Tingkat suku bunga SBI memiliki pengaruh yang negatif terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG). Meningkatnya tingkat suku bunga SBI
akan menurunkan investasi di pasar modal.
3.
4.
5.
Dari hasil regresi diperoleh nilai R2 sebesar 0.888419. hal ini berarti
sebesar 88,85 persen
26
Saran
1.
2.
27
DAFTAR PUSTAKA
Adiningsih, Sri dkk. 1998. Perangkat Analisis dan Teknik Analisis Investasi di
Pasar Modal Indonesia. Jakarta: P.T. Bursa Efek Jakarta.
A.K Coleman dan K.A Tettey. 2008. Pasar Uang dan Pasar Valuta Asing.
Jakarta: Salemba Empat,
Algifari. 1997. Analisis Regresi: Teori, Kasus & Solusi. Yogyakarta: BPFE.
Bank Indonesia. Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia. Beberapa Tahun
Terbitan.
Boediono. 1999. Ekonomi Makro Edisi ke 4. Yogyakarta: BPFE.
Fabozzi, Frank and Franco Modiglani. 1999. Capital Market, Institutional &
Instrument. 2nd Edition. Prentice Hall Inc.
Indriyani, Dewi Indah. 2008. Analisis Pengaruh Indikator Ekonomi Makro Dalam
dan Luar Negeri Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di
Bursa Efek Jakarta (BEJ) Periode 1999.1-2007.6. Skripsi Tidak
Dipublikasikan. Universitas Diponegoro, Semarang.
Firmansyah. 2001. Modul Penelitian Praktis Ekonometrika Aplikasi Eviews 3.0.
LSKE FE Undip Semarang.
Ghozali, Imam. 2002. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Undip.
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Undip.
Husnan, Suad. 1998. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas.
Yogyakarta: UUP AMP YKPN.
Insukindro. 1991. Regresi Lancung Dalam Analisis Ekonomi: Suatu Tinjauan
Dengan Satu Studi Kasus Indonesia. Jurnal Ekonomi Vol.6, No. 1 Hal 7588.
_________. 1992. Pembentukan Model Dalam Penelitian Ekonomi. Jurnal Bisnis
dan Ekonomi Vol. 8, No. 1 Hal. 1-8.
_________. 1998. Sindrom R2 Dalam Analisis Regresi Linier Runtut Waktu.
Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol. 13, No.1, Hal 1-11.
28
Jose Rizal Joesoef. 2007. Pasar Uang dan Pasar Valuta Asing. Jakarta: Salemba
Empat.
Madura, Jeff. 1993. Financial Management. Florida University Express.
Kuncoro, Mudrajad. 1996. Manajemen Keuangan Internasional. Yogyakarta:
BPFE.
Kurniasari, Sitinjak dkk. 2003. Indikator-indikator Pasar Saham dan Pasar Uang
Yang Saling Berkaitan Ditijau Dari Pasar Saham Sedang Bullish dan
Bearish. Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen. Vol. 3 No. 3.
Mauliano, Deddy Azhar. 2009. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek
Indonesia. Universitas Gunadarma, Depok.
Nopirin. 1997. Ekonomi Moneter Buku I. Yogyakarta: BPFE UGM.
______.1997. Ekonomi Moneter Buku II. Yogyakarta: BPFE UGM.
Ocktaviana, Ana. 2007. Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah/US$ dan Tingkat
Suku Bunga SBI Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek
Jakarta, Skripsi, Universitas Negeri Semarang, Semarang.
Oktavilia, Shanty. 2003. Analisis Pengaruh Variabel Ekonomi Makro Terhadap
Perkembangan Harga Saham di BEJ Periode 1990-2000. Skripsi Tidak
Dipublikasikan. Universitas Diponegoro, Semarang.
Panji, Anoraga, dkk. 2001. Pengantar Pasar Modal. Jakarta: Rineka Cipta.
Mankiw, N. Gregory. 2003. Teori Makro Ekonomi. Edisi 5. Jakarta: Erlangga.
Pratikno, Dedy. 2006. Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Inflasi, SBI, dan
Indeks Dow Jones Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jurnal Riset Ekonomi dan
Manajemen.
Rahayu, Puji Theresia. 2002. Analisis Pengaruh Nilai Tukar dan Suku Bunga
Terhadap IHSG di BEJ. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Universitas
Diponegoro, Semarang.
Robert, Ang. 1997. Buku Pintar Pasar Modal Indonesia (The Intelligent Guide To
Indonesia Capital Market). First Edition. Jakarta: Mediasoft Indonesia.
29
Modal
Indonesia
Periode
1999.1-2006.12.
Skripsi
Tidak
30