TMJ Arthralgia Dan Ankilosis (Revisi)

You might also like

Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 31

ILMU BEDAH MULUT II

TMJ Arthralgia dan Ankylosis

KELOMPOK 9
1. Fifi Marvira Ariesanti

(2011-11-

054)
2. Fildza Ilmi Khumaira

(2011-11-

3.
4.
5.
6.

055)
Firda Irfany Fahrianah (2011-11-056)
Fitrah Hardianti Ismail (2011-11-057)
Fitri Noor Rohma S
(2011-11-058)
Ganesha
(2011-11-059)

Kelas A
Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Prof.Dr.Moestopo (Beragama)
2014

KATA PENGANTAR
0

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul TMJ Arthralgia dan Ankylosis tepat pada waktunya.
Makalah ini ditulis dalam rangka memenuhi tugas presentasi untuk
matakuliah Ilmu Bedah Mulut II yang diberikan oleh dosen pengajar kami,
Komang Krisna Dewi, drg., M.Pd. Dalam penyusunan makalah ini, kami
banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari
berbagai pihak tantangan dan hambatan itu bisa teratasi.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
baik dari bentuk penyusunan maupun materinya.Oleh karena itu kritik
konstruktif dan saran yang sifatnya sangat membangun dari pembaca
sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah ini, disertai harapan
kiranya makalah yang sederhana ini dapat menambah wawasan dan
manfaat bagi kita semua.

Jakarta, 12 Mei 2014

Penulis

DAFTAR ISI
1

Kata Pengantar
.
i
Daftar isi

..

ii

Bab I Pendahuluan
1.1

Latar Belakang

1.2

............................................................... 4
Rumusan Masalah

1.3

............................................................... 4
Tujuan
..................................................................
......... 5

Bab II Tinjauan Pustaka


2.1

Definisi

...........................................................................

2.2

6
Anatomi Sendi Temporo Mandibular Joint ...........................

2.3

7
Etiologi

2.4

8
Klasifikasi Ankylosis

..........................................................................

..............................................................

10

Bab III Pembahasan


3.1

Gejala Klinis

3.2

.......................................................................... 12
Anamnesis ..........................................................................
14

3.3

Pemeriksaan Klinis

3.4

.............................................................. 15
Pemeriksaan Fisik ..............................................................

3.5

16
Radiografi ..........................................................................

3.6

18
Artroskopi ..........................................................................

3.7

20
Penatalaksaan
......

........................................................

21

Bab IV Penutup
4.1

Kesimpulan

.. 28
Daftar Pustaka
.
29

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gangguan artikulasi adalah suatu gangguan yang sering ditemukan dalam
praktek dokter gigi. Pada hasil studi epidemiologi, lebih dari 75 % orang dewasa
memperlihatkan gejala gangguan artikulasi seperti clicking dan bentuk yang
abnormal dari mandibula pada saat dilakukan pemeriksaan secara klinis. Kelainan
pada sendi temporomandibula ini diantaranya adalah ankilosis, arthralgia dan
dislokasi mandibula. Tanda-tanda yang ditimbulkan pada setiap kelainan berbeda,
misalnya pada ankilosis penderita tidak dapat menggerakkan mandibulanya,
dislokasi mandibula penderita akan merasa giginya tidak dapat beroklusi sempurna.

Kondisi ini dapat langsung kita ketahui melalui pemeriksaan secara klinis, akan
tetapi untuk mengetahui secara pasti harus dilakukan pemeriksaan radiografi.
Gangguan artikulasi merupakan penyakit yang menimbulkan banyak gejala,
namun diperkirakan jumlah penderitanya akan bertambah parah jika perawatan
yang dilakukan tidak tepat. Apabila kelainan artikulasi dapat diketahui lebih awal
maka perawatan akan lebih mudah sedangkan jika terlambat harus dilakukan
tindakan yang lebih lanjut. Temporo Mandibularjoint Disorder (TMD) adalah kejadian
yang kompleks dan disebabkan oleh banyak faktor. Perawatan TMD dapat mencapai
keberhasilan

bila

faktor-faktor

penyebab

tersebut

dapat

dikenali

dan

dikendalikan.Untuk itu seorang dokter gigi harus melakukan anamnesa yang


seksama untuk mencari penyebab utama terjadinya TMD, sebelum melakukan
perawatan.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana cara menganamnesis TMJ arthralgia dan ankylosis?
1.2.2 Bagaimana pemeriksaan klinis TMJ arthralgia dan ankylosis?
1.2.3 Bagaimana pemeriksaan fisik TMJ arthralgia dan ankylosis?
1.2.4 Apa saja pentalaksanaan dari TMJ arthralgia dan ankylosis?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui cara menganamnesis TMJ arthralgia dan ankylosis.
1.3.2 Untuk mengetahui pemeriksaan klinis TMJ arthralgia dan ankylosis.
1.3.3 Untuk mengetahui pemeriksaan fisik TMJ arthralgia dan ankylosis.
1.3.4 Untuk mengetahui jenis-jenis penatalaksanaan dari TMJ arthralgia dan
ankylosis.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Temporomandibular joint disorder (TMD) merupakan suatu kelainan pada
sendi temporomandibular (sendi yang berfungsi menggerakan rahang bawah) yang
di akibatkan oleh hiperfungsi, malfungsi dari muskuloskeletal (otot-otot pada tulang
tengkorak) ataupun proses degeneratif pada sendi itu sendiri. Kelainan pada sendi

temporomandibula ini diantaranya adalah

arthralgia, ankilosis dan dislokasi

mandibula.

Gambar (1a) Sendi temporomandibula yang normal.


(Dollar JV. Educated patient enhanced outcome. TM J 2004;III (3) : 8)

Arthralgia adalah nyeri pada satu atau lebih sendi. Hal ini dapat disebabkan
oleh berbagai jenis cedera atau kondisi dan tidak peduli penyebabnya dan bisa sang
at mengganggu. Meskipun sebagian mengatakan ini mirip dengan arthritis tetapi
sebenarnya tidak, karena artritis adalah peradangan atau hanya nyeri altragia.
Ankilosis berasal dari bahasa Yunani yang berarti kekakuan pada sendi akibat
proses dari suatu penyakit. Ankilosis dapat didefenisikan sebagai penyatuan
jaringan fibrous atau tulang antara kepala kondilar dengan fosa glenoidalis yang
dapat menyebabkan keterbatasan dalam membuka mulut sehingga menimbulkan
masalah dalam pengunyahan, berbicara, estetis, kebersihan mulut pasien dan
masalah psikologis. Ankilosis juga merupakan immobilisasi atau fiksasi sendi akibat
keadaan yang patologis yang dapat bersifat intrakapsular atau ekstrakapsular.

Gambar (1b) Ankilosis pada sendi temporomandibula


(Dollar JV. Educated patient- enhanced outcome.TM J 2004;III (3) : 8)

2.2 Anatomi Sendi Temporo Mandibular Joint


Lokasi sendi temporomandibular (TMJ) berada tepat dibawah telinga yang
menghubungkan

rahang

bawah

(mandibula)

dengan

maksila

(pada

tulang

temporal). Sendi temporomandibular ini unik karena bilateral dan merupakan sendi
yang paling banyak digunakan serta paling kompleks. Sendi temporomandibula
didukung oleh :
a. Artikulasi tulang
Sendi temporomandibula terdiri dari persendian yang dibentuk oleh tulang yang
terdiri dari fosa glenoidalis dan prosesus kondilaris mandibula. Prosesus
kondilaris ini berbentuk elips yang tidak rata apabila dilihat dari potongan
melintang. Sedangkan permukaan artikular dari persendian dilapisi oleh
jaringan fibrokartilago yang lebih banyak dibanding kartilago hialin.
b. Diskus Artikularis
Diskus tersusun dari tiga bagian, yaitu pita posterior dengan ketebalan 3 mm,
zona intermediat yang tipis, dan pita anterior dengan ketebalan 2 mm.
c. Kapsula
Kapsula merupakan ligamen tipis yang memanjang dari bagian temporal fosa
glenoidalis di bagian atas, bergabung dengan tepi meniskus, dan mencapai
bawah leher prosesus kondilaris untuk mengelilingi seluruh sendi.

Gambar (2) Sendi temporomandibula yang normal.(George A. Temporo-mandibulajoint


(TMJ)<http://members.rediff.com/dental/tmj. html>(15 September 2009))

d. Ligamen
Ligamen-ligamen yang terdapat pada sendi temporomandibula yaitu ligamen
temporomandibula, ligamen sphenomandibula, ligamen stylomandibula, dan
ligamen malleolar mandibula. Ligamen tersebut berfungsi sebagai pelekat
tulang dengan otot dan dengan tulang yang lain.
e. Suplai pembuluh darah dan saraf
Suplai

saraf

sensoris

ke

sendi

temporomandibula

didapat

dari

nervus

aurikulotemporalis dan nervus masseter cabang dari nervus mandibularis.


Jaringan pembuluh darah untuk sendi berasal dari arteri temporalis superfisialis
yang merupakan cabang dari arteri carotis eksterna.
2.3 Etiologi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya temporo mandibular
arthralgia (rasa sakit pada TMJ) yaitu :
1. Kelainan oklusi
2. Trauma
3. Faktor Pirogenik (bruxism dan spasme otot)
4. Osteoarthritis, penyakit sendi degenerative
5. Synovitis akuta akibat Rheumatic Fever
6. Perubahan lokasi kondilus ke posterior sehinggan terjadi penurunan dimensi
mandibula dan maksila
7. Penyakit autoimun, seperti Rhematoid Arthritis

8. Cedera, termasuk fraktur tulang


9. Septic arthritis
10.Tendinitis
11.Infeksi penyakit seperti influenza, campak, demam rematik, hepatitis,
gondok, rubella atau cacar air
12.Osteomielitiss
Beberapa

faktor

yang

dapat

menyebabkan

terjadinya

ankilosis

sendi

temporomandibula antara lain :


1). Trauma
Trauma merupakan penyebab utama dari ankilosis sendi temporomandibula.
Menurut Ellis, fraktur kondilar khususnya fraktur pada leher kondilar merupakan
penyebab utama terjadinya ankilosis pada sendi temporomandibula. Tetapi
pada awal tahun 1978, Laskin menguraikan beberapa faktor yang mendukung
terjadinya trauma pada mandibula sehingga mengakibatkan ankilosis yaitu :
a. Usia pasien
Pada pasien yang masih muda, kapsula belum berkembang dengan baik
sehingga memudahkan dalam terjadinya pergeseran kondilar dari fosa
glenoidalis.
b. Tingkat keparahan trauma
Kerusakan dari kondilus, diskus dan fosa dipengaruhi oleh derajat
keparahan trauma.
c. Lokasi fraktur
Cedera pada intrakapsular mempunyai dampak yang lebih besar dalam
terjadinya ankilosis.
d. Diskus artikularis
Kontak langsung antara kondilus yang patah dengan fosa glenoidalis dapat
menyebabkan berkembangnya ankilosis.
e. Durasi immobilisasi
Laskin menyatakan bahwa meskipun percobaan untuk membuat ankilosis
buatan dengan memperpanjang waktu dari fiksasi tidak berhasil, tetapi hal
ini tidak menghilangkan peran dari durasi immobilisasi sebagai faktor
etiologi.
2). Stills disease ( Artritis kronik juvenil) dan artritis rhematoid

Kerusakan sendi secara kronik, deformitas dan terbatasnya pertumbuhan


mandibula dapat disebabkan oleh penyakit oligoarticular rheumatoid juvenil.
3). Inflamasi pada sendi
Artritis septik dan artritis tuberkulosa dapat menyebabkan ankilosis.
4). Riwayat bedah pada sendi temporomandibula
Pada

pasien

yang

telah

mengalami

pembedahan

pada

sendi

temporomandibulanya apabila permukaan dari sendi tidak sembuh secara tepat


maka permukaan tersebut akan lebih meradang dan jaringan yang fibrotik akan
melekat pada diskus sehingga dapat berpotensi menjadi ankilosis.
5). Bedah ortognatik
Efek dari operasi bimaksiler pada kondilar telah diketahui secara jelas
dimana perubahan-perubahan pada posisi kondilar dapat mempengaruhi
artikulasi dan fungsi secara signifikan.
6). Penyebab lainnya
Ankilosis kongenital biasanya dihubungkan dengan forcep yang digunakan
pada waktu melahirkan dimana forcep tersebut menyebabkan kerusakan pada
sendi temporomandibula pada neonatus.
2.4 Klasifikasi Ankylosis
Istilah yang sebelumnya digunakan: Arthrokleisis. Ankylosis dibatasi gerakan
mandibula dengan deviasi ke sisi yang terkena pada pembukaan.
a. Fibrous ankylosis : Ankylosis fibrosa diproduksi oleh adhesi dalam TMJ.
b. Bony ankylosis : persatuan tulang TMJ oleh sel-sel proliferasi tulang, sehingga
terdapat immobilitas yang lengkap.
Topazian (1966) mengklasifikasikan ankilosis sendi temporomandibula antara lain :
1) Tipe I
Perlekatan fibrous pada atau di sekitar sendi yang membatasi pergerakan
kondilar.
2) Tipe II.
Pembentukan tulang antara kondilus dan fosa glenoidalis
3) Tipe III
Penyatuan leher kondilus pada fosa secara menyeluruh.

10

Kazanjian mengklasifikasikan ankilosis sendi temporomandibula sebagai berikut :


1) Ankilosis murni atau ankilosis intra artikular
Suatu kondisi dimana terjadi perlekatan tulang atau fibrous terhadap sendi
2) Pseudoankilosis atau ankilosis ekstra artikular
Ankilosis yang terjadi akibat penyakit yang tidak berhubungan secara
langsung dengan sendi.
Selain itu, terdapat juga klasifikasi menurut Sawhney yang mengklasifikasikan
ankilosis sendi temporomandibula antara lain :
1) Tipe I
Pembentukan tulang yang minimal, tetapi perlekatan fibrous meluas sampai di
sekitar sendi.
2) Tipe II
Terjadi pembentukan tulang khususnya pada pinggiran permukaan sendi.
3) Tipe III
Pembentukan tulang antara mandibula dengan tulang temporal.
4) Tipe IV
Digantikannya sendi dengan massa tulang.

11

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Gejala Klinis


Gejala rasa sakit pada TMJ (arthralgia) menurut urutan terjadinya :
1. Rasa sakit anterior telinga, biasanya unilateral meluas ke wajah (lebih nyata
saat rahang sedang berfungsi)
2. Mengunyah, sehingga ada rasa gemertak pada TMJ (paling sering)
3. Sakit waktu membuka mulut
4. Sakit daerah post auricular
5. Sakit pada daerah temporal dan servikal, biasanya disertai rasa sakit pada
wajah
6. Tidak dapat mengoklusikan gigi-gigi posterior disisi yang sakit
7. Rasa sakit tidak nyata disisi lateral lidah, biasanya disertai gejala kelainan
TMJ yang lain
Dengan disertai tanda-tanda klinis seperti :
1. Buka tutup mulut (menekan jari posterior superior kondilus kiri dan kanan
pada saat excursion) mengakibatkan rasa sakit pada kedua kondilus
(yang tidak normal)
2. Deviasi mandibula kearah yang sakit, terjadi spasme otot (proses
degenerasi TMJ, disfunction TMJ)
3. Buka mulut (jaw excursion) ketika dipalpasi adanya krepitasi
4. Kelainan Oklusi
Gejala-gejala yang diakibatkan oleh ankilosis pada sendi temporomandibula dapat
dilihat dari aspek fungsional, estetis, dan psikologi. Ankilosis pada mandibula dapat
menyebabkan yaitu:
1) Keterbatasan pada pergerakan rahang

12

2) Berkurangnya fungsi pengunyahan


3) Keterbatasan pada pembukaan mulut
4) Terhambatnya pertumbuhan wajah
5) Pengucapan yang tidak jelas
6) Pertumbuhan mandibula berkurang sehingga menyebabkan bird face
7) Asimetri pada wajah apabila ankilosis terjadi hanya pada satu sisi
8) Susah bernafas dan menelan
9) Mendengkur dan susah bernafas saat tidur
10)

Gigi yang tidak teratur akibat kurangnya ruang untuk erupsi komponen

gigi yang normal

Gambar (3a) Gejala yang diakibatkan ankilosis tampak depan dan

13

Gambar (3b) tampak samping. Martins Wd. (Report of ankylosis of the temporomandibular
joint : treatment with atemporalis muscle flap andaugmentation genioplasty. J Contemp
Dent Pract 2006:7(1):2)

Gambar (3c) Terbatasnya pembukaan mulut padaankilosis sendi temporomandibula.


(Martins WDReport of ankylosis of the temporomandibularjoint : treatment with a
temporalis muscle flapand augmentation genioplasty. J Contemp DentPract 2006:7(1):2)

Diagnosis dapat ditegakkan secara berurutan berdasarkan:


3.2. Anamnesis
Meliputi personal data, keluhan utama, riwayat penyakit, riwayat kesehatan
dan riwayat kesehatan gigi dan mulutnya. Tidak menutup kemungkinan bahwa
gejala dari kelainan temporomandibular dapat berasal dari gigi dan jaringan
periodontal, maka harus dilakukan pemeriksaan secara seksama pada gigi dan
jaringan periodontal. Selain itu, perlu ditanyakan tentang perawatan gigi yang
pernah didapatkan, riwayat penggunaan gigi palsu dan gigi kawat.
Keluhan utama pada pasien dengan, diantaranya :

Pasien akan merasakan nyeri pada darah TMJ, rahang atau wajah
Nyeri dirasakan pada saat membuka mulut
Keluhan adanya clicking sounds pada saat menggerakan rahang
Kesulitan untuk membuka mulut secara sempurna
Perubahan oklusi
Keadaan kolateral (sakit kepala, nyeri pada daerah leher dan punggung)
Stress

Disamping

itu

ada

beberapa

kriteria

diagnostik

pada

masing-masing

temporomandibula disorder :

14

a. Fibrous ankylosis
1. Biasanya tidak nyeri
2. Berbagai gerakan terbatas pada saat pembukaan
3. Penyimpangan ke sisi yang terkena
4. Laterotrusion terbatas ke sisi kontralateral
5. Tidak ada temuan radiografi selain tidak adanya consylar ipsylateral
translation pada saat pembukaan
b. Bony ankylosis
1. Biasanya tidak nyeri
2. Berbagai gerakan terbatas pada saat pembukaan
3. Tanda penyimpangan pada sisi yang terkena
4. Tanda terbatasnya laterotrusion ke sisi kontralateral
5. Bukti radiografi dari proliferasi tulang
3.3
Pemeriksaan klinis
1. Oklusi
Dilakukan pemeriksaan pada gigi secara menyeluruh dengan memperhatikan
faktor oklusi. Gangguan oklusi secara umum bisa langsung diperiksa seperti deep
overbite, crossbite, gigi supra erupsi dan daerah tak bergigi yang tidak restorasi.
2. Pembukaan antar insisal
Evaluasi luas pergerakan mandibula yang diukur dengan penggaris dengan
skala milimeter atau jangka.
3. Pergerakan lain
Pengukuran pergeseran secara lateral biasanya pada titik atau garis tengah
kemudian dibandingkan kesimetrisannya.
4. Deviasi
Deviasi pada mandibula sewaktu membuka mulut atau protrusi dapat terlihat
dengan jelas.
5. Inspeksi
Untuk melihat adanya kelainan sendi temporomandibular perlu diperhatikan
gigi, sendi rahang dan otot pada wajah serta kepala dan wajah. Apakah pasien
menggerakan mulutnya dengan nyaman selama berbicara atau pasien seperti
menjaga gerakan dari rahang bawahnya. Terkadang pasien memperlihatkan
kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik selama interview seperti bruxism.

3.4

Pemeriksaan Fisik

1.Palpasi
Masticatory muscle examination: Pemeriksaan dengan cara palpasi sisi kanan
dan kiri pada dilakukan pada sendi dan otot pada wajah dan daerah kepala.

15

Temporalis muscle, yang terbagi atas 3 segmen yaitu anterior, media, dan

posterior.
Zygomatic arch (arkus zigomatikus).
Masseter muscle
Digastric muscle
Sternocleidomastoid muscle
Cervical spine
Trapezeus muscle, merupakan muscular trigger point serta menjalarkan

nyeri ke dasar tengkorak dan bagian temporal


Lateral pterygoid muscle
Medial pterygoid muscle
Coronoid process

Muscular Resistance Testing: Tes ini penting dalam membantu mencari lokasi
nyeri dan tes terbagi atas 5, yaitu :

Resistive opening (sensitive untuk mendeteksi rasa nyeri pada ruang

inferior m.pterigoideus lateral)


Resistive closing (sensitive untuk mendeteksi rasa nyeri pada m.

temporalis, m. masseter, dan m. pterigoideus medial)


Resistive lateral movement (sensitive untuk mendeteksi rasa nyeri

pada m. pterigoideus lateral dan medial yang kontralateral)


Resistive protrusion (sensitive untuk mendeteksi rasa nyeri pada m.

pterigoideus lateral)
Resistive retrusion (sensitive untuk mendeteksi rasa nyeri pada
bagian posterior m. temporalis)

Pemeriksaan tulang belakang dan cervical : Dornan dkk memperkirakan bahwa


pasien dengan masalah TMJ juga memperlihatkan gejala pada cervikal. Pada
kecelakaan kendaraan bermotor kenyataannya menunjukkan kelainan pada cervikal
maupun TMJ.
Evaluasi pada cervikal dilakukan dengan cara :

Menyuruh pasien berdiri pada posisi yang relaks, kemudian dokter

menilai apakah terdapat asimetris kedua bahu atau deviasi leher


Menyuruh pasien untuk menghadap kesamping untuk melihat postur
leher yang terlalu ke depan

16

Menyuruh pasien untuk memutar (rotasi) kepalanya ke setiap sisi, dimana


pasien seharusnya mampu untuk memutar kepala sekitar 80 derajat ke

setiap sisi.
Menyuruh pasien mengangkat kepala ke atas (ekstensi) dan ke bawah

(fleksi), normalnya pergerakan ini sekitar 60 derajat


Menyuruh pasien menekuk kepala kesamping kiri dan kanan, normalnya
pergerakan ini 45 derajat

2. Auskultasi : Joint sounds


Bunyi sendi TMJ terdiri dari clicking dan krepitus. Clicking adalah bunyi
singkat yang terjadi pada saat membuka atau menutup mulut, bahkan
keduanya. Krepitus adalah bersifat difus, yang biasanya berupa suara yang
dirasakan menyeluruh pada saat membuka atau menutup mulut bahkan
keduanya. Krepitus menandakan perubahan dari kontur tulang seperti pada
osteoartrosis. Clicking dapat terjadi pada awal, pertengahan, dan akhir
membuka dan menutup mulut. Bunyi click yang terjadi pada akhir membuka
mulut menandakan adanya suatu pergeseran yang berat. TMJ clicking sulit
didengar karena bunyinya halus, maka dapat didengar dengan menggunakan
stetoskop.
3. Range of motion
Pemeriksaan pergerakan Range of Motion dilakukan dengan pembukaan
mulut secara maksimal, pergerakan dari TMJ normalnya lembut tanpa bunyi atau
nyeri. Mandibular range of motion diukur dengan :

3.5

Maximal interticisal opening (active and passive range of motion)


Lateral movement
Protrusio movement
Pemeriksaan lain (penunjang):

Radiografi
Radiografi yang dapat digunakan untuk menegakkan diagnosa dari ankilosis

sendi temporomandibula yaitu :


3.5.1 Orthopantomograph

17

Dapat digunakan untuk melihat kedua sendi temporomandibula sehingga


dapat dibandingkan jika ankilosis hanya mengenai satu sisi.
3.5.2 Transcranial Radiografi
Dapat digunakan untuk menentukan diagnosis perubahan yang menyangkut
jaringan tulang dan adanya keterbatasan pergerakan dengan cara membandingkan
posisi

prosesus

kondilaris

dua

sisi

dalam

keadaan

terbuka

dan

tertutup.

Menggunakan sinar X, untuk dapat menilai kelainan, yang harus diperhatikan antara
lain:

Condyle pada TMJ dan bagian pinggir kortex harus diperhatikan


Garis kortex dari fossa glenoid dan sendi harus dilihat.
Struktur condyle mulus, rata, dan bulat, pinggiran kortex rata.
Persendian tidak terlihat karena bersifat radiolusen.
Perubahan patologis yang dapat terlihat pada condyle diantaranya
flattening, lipping.

3.5.3 Computed Tomography Scan (CT-scan)


Dapat digunakan untuk mengukur lebar anteroposterior dan relasi sendi
terhadap fosa kranio media. Selain itu, 3D CT-scan juga dapat memberikan
gambaran

deformitas

yang

nyata.

Pada

pemeriksaan

radiografi,

sendi

temporomandibula yang terkena ankilosis akan menunjukkan gambaran adanya


kehilangan bentuk sendi yang normal dengan penyatuan prosesus kondiloideus dan
fosa glenoidalis, dimana luasnya bervariasi dan tergantung pada keparahan
ankilosis tersebut.

Gambar (4) Gambaran radiografis ankilosis pada sendi temporomandibula sebelah kanan.
(Malik NA. Textbook of oral and maxillofacial surgery.2nd Ed. 2008 : 226)

18

Pada tahun 1980, computed tomography scan (CT-scan) mulai diaplikasikan pada
ankilosis sendi temporomandibula. Pemeriksaan ankilosis sendi temporomandibula
dengan menggunakan CT-scan dalam arah sagital, koronal, aksial menunjukkan
terjadinya perluasan dan kepadatan massa tulang dan penebalan pada tulang
temporal di daerah glenoid. Massa ankilosis mempunyai gambaran yang khas bila
dilihat dari pandangan koronal, dimana gambarannya terlihat seperti bentuk jamur.
CT-scan juga dapat memberikan gambaran yang jelas ankilosis yang disebabkan
secara ekstra artikular.

Gambar 5. Gambaran CT-scan ankilosis secara aksial

Gambar 6. Gambaran ankilosis dengan3D CT-scan.


(Malik NA. Textbook ofOral and maxillofacial surgery.2nd Ed.2008 : 230)

3.6

Artroskopi
19

Pemeriksaan ankilosis sendi temporomandibula secara diagnostik khusus


dilakukan

dengan

menggunakan

artroskopi

pada

sendi

temporomandibula.

Artroskopi adalah suatu prosedur yang melibatkan serat optik kecil yang disisipkan
kepada celah diatas sendi sehingga memungkinkan dilakukannya pengamatan pada
struktur sendi temporomandibula serta untuk mengatasi terbatasnya akses pada
sendi

temporomandibula

sewaktu

pembedahan.

Artroskopi

dapat

digunakan

sebagai diagnostik dan sebagai terapi. Artroskopi secara diagnostik diindikasikan


saat pemeriksaan langsung pada sendi diperlukan untuk memastikan dugaan
kelainan klinis yang tidak mudah dipastikan dengan prosedur diagnostik yang lain.
Atroskopi untuk gamabaran anatomi meliputi membran sinovial inferior dan
superior beserta lipatannya, tonjolan discus dan permukaan articular. Evaluasi
dinamis dapat dilakukan dengan pengamatan selama pergerakan mandibula.
Pembedahan atroskopik yaitu penghilangan perlekatan dan pengukuran untuk
membatasi gerak yang berlebihan, kemudian dilakukan irigasi selama proses
atroskopi bermanfaat untuk menghilangkan kotoran-kotoran sendi dari rongga
sinovial.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan artroskop berdiameter luar 2,4 mm dan 2,7
mm dan diameter optikal 1,7 mm dan 2,4 mm. Lensa pembesar bervariasi dari
pembesaran 1 x hingga 15 x tergantung pada jarak antara obyek dan ujung
artroskop. Prosedur ini dilakukan dengan bantuan anastesi lokal.

Gambar A. Artoskopi dimasukkan melalui pendekatan inferolateral.


Gambar B. Ditempatkan egress canula agar dapat dilakukan irigasi dengan saline

20

Gambar C. Atroskop/kamera dipersiapkan agar dapat dilakukan pengamatan rongga sendi


superior.
Gambar D. Anatomi atroskopik normal ditunjukan dengan foto gambaran video. Pita gelap
diagonal memisahkan eminensia articularis dengan discus dibawahnya. Panah hitam
menunjukan pembuluh darah, yang merupakan tanda batas bantalan retrodiscus (panah
putih)

3.7 Penatalaksanaan
3.7.1 Penatalaksanaan Konservatif
a. Jaw Rest (Istirahat Rahang): Pasien

dianjurkan

untuk

menghindari

mengunyah permen karet atau makan makanan yang keras, kenyal


(chewy) dan garing (crunchy), seperti sayuran mentah, permen-permen
atau kacang-kacangan. Makanan-makanan yang memerlukan pembukaan
mulut yang lebar, seperti hamburger, tidak dianjurkan.
b. Terapi panas dan dingin: Terapi ini membantu mengurangi tegangan dan
spasme otot-otot. Bagaimanapun, segera setelah suatu luka pada sendi
rahang, perawatan dengan penggunaan dingin adalah yang terbaik.
Bungkusan dingin (cold packs) dapat membantu meringankan sakit.
c. Obat-obatan: Obat-obatan anti peradangan seperti aspirin, ibuprofen (Advil
dan lainnya), naproxen (Aleve dan lainnya), atau steroids dapat membantu
mengontrol peradangan. Perelaksasi otot seperti diazepam (Valium) 2mg
3kali sehari untuk membantu dalam mengurangi spasme-spasme otot.
d. Terapi Fisik: Pembukaan dan penutupan rahang secara pasiv, urut
(massage)

dan

stimulasi

listrik

membantu

mengurangi

sakit

dan

meningkatkan batasan pergerakan dan kekuatan dari rahang.

21

e. Managemen

stress:

Kelompok-kelompok

penunjang

stres,

konsultasi

psikologi, dan obat-obatan juga dapat membantu mengurangi tegangan


otot. Umpanbalikbio (biofeedback) membantu pasien mengenali waktuwaktu dari aktivitas otot yang meningkat dan spasme dan menyediakan
f.

metode-metode untuk membantu mengontrol mereka.


Terapi occlusal: Pada umumnya suatu alat acrylic yang dibuat sesuai
pesanan dipasang pada gigi-gigi, ditetapkan untuk malam hari namun
mungkin diperlukan sepanjang hari. Ia bertindak untuk mengimbangi
gigitan dan mengurangi atau mengeliminasi kertakan gigi (grinding) atau

bruxism.
g. Koreksi kelainan gigitan: Terapi koreksi gigi, seperti orthodontics, mungkin
diperlukan untuk mengkoreksi gigitan yang abnormal. Restorasi gigi
membantu menciptakan suatu gigitan yang lebih stabil. Penyesuaian dari
bridges atau crowns bertindak untuk memastikan kesejajaran yang tepat
dari gigi-gigi.
h. Perawatan dengan suntikan
Hydrocortison compound
Merupakan suntikan intra articular yang dapat mengurangi rasa sakit
(inflamasi berkurang) tetapi penyuntikan harus disertai perawatan TMJ
lain

seperti

(rehabilitasi

perbaikan
tidak

oklusi.

mungkin

Indikasi

dilakukan)

:
dan

persedian
rasa

amat

sakit

sakit

menetap

meskipun sudah dilakukan perawatan konservatif, supuratif.


Sclerosing solution
Dilakukan bila pada pemeriksaan klinis dan rontgen

terdapat

hypermobility (subluksasi/luksasi) sehingga terjadi gerakan mandibula


kedepan menjadi berlebihan. Suntikan hanya untuk kapsul yang
membungkus leher kondilus bagian atas (untuk memperkuat struktur)
tetapi suntikan tidak dimasukkan ke joint cavity seperti hydrocortison
dan dilakukan 4-5kali.

22

Gambar 7. Perawatan dengan Suntikan

3.7.2 Penatalaksanaan Bedah

Penatalaksanaan bedah pada TMJ arthralgia yaitu dengan Mandibular


Condylectomi (High Condylectomy) yang dilakukan untuk mengeliminasi rasa sakit
TMJ bila perawatan nonbedah gagal, rontgen menunjukan adanya perubahan
proliferatif dan erosi pada kepala kondilus dengan tujuan memendekan kepala
kondilus supaya menghilangkan atau mengurangi iritasi, tekanan terhadap syaraf
persendian.

Gambar 8. Surgical / Mandibular Condylectomy

23

Penatalaksanaan

bedah

pada

TMJ

Ankilosis

yaitu

dengan

melakukan

artroplasi Interposisional. Ankilosis tulang pada TMJ dapat terjadi pada satu sisi atau
dua sisi dan seringkali merupakan akibat dari trauma atau infeksi. Tujuan perawatan
bedah dari sendi yang mengalami ankilosis adalah untuk memperbaiki fungsi
mandibula sebaik mungkin. Akan tetapi, jika ankilosis mengenai anak kecil, maka
pertimbangan utama adalah untuk menyelamatkan pertumbuhan mandibula yang
mendekati normal.
Ankilosis tulang yang menyeluruh ditangani melalui preauricular. Penyatuan
tulang

dipotong

melalui

prosedur

osteotomi

atau

ostektomi.

Penanganan

interposisional merupakan suatu usaha untuk memelihara atau mempertahankan


tinggi ramus dengan cara memasang suatu bahan aloplastik (sering kali berupa
blok Silastic) antara segmen yang diosteotomi. Bahan aloplastik ini dicekatkan pada
ujung condylaris atau pada fossa glenoidalis yang baru terbentuk. Jika ankilosis
sudah berlangsung lama, dibutuhkan latihan untuk memulihkan pembukaan antar
insisisal yang hilang. Seringkali fungsi yang pulih kembali hanya fungsi engsel,
dengan sedikit pergerakan lateral dan protrusif. Pada anak-anak seringkali
diindikasikan penanganan dengan pembedahan sedini mungkin. Rekonstruksi sendi
dengan graft yang memiliki potensi untuk tumbuh sangat penting.

Gambar A.Penanganan preauricular untuk mencapai sendi temporomandibula.


Gambar B. Ankilosis diperlihatkan dengan adanya hipertrofi tulang dan penekanan sisa
jaringan lunak pada sendi

24

Gambar C. Setelah ostektomi daerah ankilosis, ketinggian ramus dipertahankan dengan


artroplasti interposisional menggunakan tudung silikon diatas procesuss condylaris.
Gambar

D.

Jarak

anterior

insisal

maksimum

pada

ankilosis

kedua

tulang

sendi

temporomandibula.

Gambar E. Perbaikan jarak antar insisal yang diperoleh melalui pembedahan sendi
yang mengalami ankilosis.

komplikasi dilakukannya arthroplasty untuk TMJ bony ankylosis

cedera pada telinga tengah disertai kehilangan pendengaran


kerusakan nervus wajah (khususnya cabang temporal dan zygmatic)
perdarahan intraoperative yang parah, biasanya dari arteri maksila interna
sangat berisiko pada hal ini.

3.6 Laporan kasus


Pasien wanita usia 7 tahun datang dengan keluhan utama terdapat
pengerasan kulit pada daerah pipi kiri yang meluas hingga ke daerah temporal kiri
serta sulit membuka mulut. Dari anamnesa didapat keterangan bahwa pengerasan

25

kulit diderita sejak usia pasien tiga tahun. Pengerasan kulit terjadi di daerah
temporal dan pipi kiri, semakin lama pengerasan kulit bertambah besar. Keluhan
tidak bisa membuka mulut diderita sejak usia pasien satu tahun serta tidak
diketahui penyebabnya. Pada pemeriksaan ekstra oral terdapat asimetri wajah
sebelah kiri, trismus 4 mm, permukaan tidak rata, warna sama dengan jaringan
sekitar, sifat terlokalisir dan tidak ada ulkus, konsistensi keras, tidak ada fluktuasi,
tidak ada nyeri tekan dan suhu afebris. Pemeriksaan intraoral sulit karena pasien
sangat sulit membuka mulut.
Pada pemeriksaan foto panoramic tampak prosessus koronoideus dan
kondilus sinistra mengalami osteosklerotik dan terjadi penyatuan kondilus dengan
tulang temporalis sedangkan kondisi TMJ kanan pasien tidak tampak adanya
kelainan. Berdasarkan pemeriksaan klinis dan radiologis, pasien didiagnosa suspek
ankilosis sendi TMJ sinistra ad causa infeksi. Untuk persiapan pembedahan maka
pasien dilakukan pemeriksaan lab darah lengkap, elektrolit dan foto thorak. Dari
hasil evaluasi kesehatan pasien didapat keterangan bahwa pasien tidak dalam
kontraindikasi pembedahan, akan tetapi oleh karena pasien dalam keadaan trismus
maka terdpat kesulitan dalam intubasi sehingga intubasi direncanakan lewat
trakeostomi.
Penyunyikan anestesi lokal daerah preaurikular sinistra dan dilakukan insisi
serta diseksi hingga mencapai daerah ankilosis TMJ. Setelah diseksi daerah operasi
mencapai tulang, pada bagian ramus sinistra terdapat sekuester tulang. Sekuester
diambil dan dilanjutkan dengan pemotongan ramus pada bagian posterior kurang
lebih 1 cm hingga didapatkan

celah antara

ramus dengan tulang temporal

sedangkan kondilus dibiarkan tetap menyatu pada tulang temporal. Tindakan


terakhir adalah penjahitan lapis demi lapis yang dimulai dari penjahitan otot hingga
kutis serta pemasangan drain karet.
Pada control hari ke 40 pasca operasi, pembukaan mulut pasien kembali 1,5
cm dan kontraktur otot di pipi dan temporal kiri tetap masih ada tetapi pasien tidak
ada keluhan. Kontrol hari ke 65 pembukaan mulut mencapai 1,9 cm Pasca operasi,
pasien diberi amoksan 3x 500 mg injeksi dan profenid 2x 0,5 suposuforia. Kontrol
satu hari pasca operasi, kondisi umum pasien stabil. Kontrol satu minggu pasca
operasi luka ekstra oral kering dan diputuskan untuk buka jahitan serta pasien

26

mulai fisioterapi buka mulut yang dibantu dengan pemasangan tongue spatel kayu.
Pembukaan mulut pasien 1.5 cm dan pasien diinstruksikan untuk terus melatih
pembukaan mulut mulut serta pemasangan tongue spatel kayu dilakukan tiap hari.
Penyebab umum terjadinya ankilosis TMJ adalah trauma dan infeksi. Trauma
penyebab ankilosis adalah trauma yang menyebabkan fraktur kondilus atau tanpa
fraktur kondilus tetapi terdapat hamartrosis. Infeksi penyebab ankiliosis adalah
penyebaran infeksi dari otitis media atau mediastinitis. Terjadinya ankilosis pada
kasus ini diduga karena adanya infeksi parotis. Ankilosis pada anak-anak dapat
menyebabkan gangguan pertumbuhan mandibula dan mengakibatkan retrognatism
sehingga menyebabkan kesulitan makan dan kesulitan menjaga kebersihan rongga
mulut. Ankilosis pada kasus ini yang mengakibatkan asimetri wajah oleh karena
adanya

gangguan

pertumbuhan

pada

kondilus

kiri

sehingga

menghambat

pertumbuhan mandibula satu sisi. Gap antroplasti merupakan salah satu tindakan
bedah untuk menghilangkan ankilosis sendi. Gap antroplasti pada kasus ini tidak
disertai dengan interposisi fasia temporalis oleh karena otot temporalis mengalami
kontraktur telah terjadi pemendekan otot.

27

BAB IV
PENUTUP
4.1

Kesimpulan

Sendi temporomandibula didukung oleh artikulasi tulang, diskus artikularis,


kapsula, ligamen, dan suplai pembuluh darah dan saraf.
Temporo Mandibularjoint Disorder (TMD) adalah kejadian yang kompleks dan
disebabkan oleh banyak faktor. Kelainan pada sendi temporomandibula ini
diantaranya adalah arthralgia, ankilosis, dan dislokasi mandibula.
Arthralgia adalah nyeri pada satu atau lebih sendi. Hal ini dapat disebabkan
oleh berbagai jenis cedera atau kondisi dan tidak peduli penyebabnya dan bisa sang
at mengganggu. Meskipun sebagian mengatakan ini mirip dengan arthritis tetapi
sebenarnya tidak, karena artritis adalah peradangan atau hanya nyeri altragia.
Ankilosis dapat didefenisikan sebagai penyatuan jaringan fibrous atau tulang antara
kepala kondilar dengan fosa glenoidalis yang dapat menyebabkan keterbatasan
dalam membuka mulut sehingga menimbulkan masalah dalam pengunyahan,
berbicara, estetis, kebersihan mulut pasien dan masalah psikologis. Ankilosis juga
merupakan immobilisasi atau fiksasi sendi akibat keadaan yang patologis yang
dapat bersifat intrakapsular atau ekstrakapsular.
Gejala-gejala yang diakibatkan oleh ankilosis pada sendi temporomandibula
dapat dilihat dari aspek fungsional, estetis, dan psikologi. Diagnosis nya sendiri
dapat ditegakkan secara berurutan bardasarkan anamnesis,

pemeriksaan klinis,

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan radiografi dan


atroskopi. Penatalaksanaan dalam TMD dapat dibagi menjadi 2 yaitu, penatalaksaan
bedah dan penalaksaan konservatif. Penatalaksanaan konservatif dapat yang
berupa jaw rest (istirahat rahang), terapi panas dan dingin, obat-obatan, terapi fisik,

28

managemen stress, terapi oklusal, koreksi kelainan gigitan dan perawatan dengan
suntikan.
Penatalaksanaan bedah pada TMJ arthralgia yaitu dengan Mandibular
Condylectomi (High Condylectomy) Sedangkan penatalaksanaan bedah pada TMJ
Ankilosis yaitu dengan melakukan artroplasi Interposisional. Ankilosis tulang yang
menyeluruh ditangani melalui preauricular. Penyatuan tulang dipotong melalui
prosedur osteotomi atau ostektomi. Penanganan interposisional merupakan suatu
usaha untuk memelihara atau mempertahankan tinggi ramus dengan cara
memasang suatu bahan aloplastik (sering kali berupa blok Silastic) antara segmen
yang diosteotomi.

DAFTAR PUSTAKA

Abubaker, A Omar., Benson, Kennerth J. 2007. Oral and Maxillofacial Surgery


Secrets. Ed:2nd. St.Louis: Mosby Elsevier. p:324-328.
Andrew S, Kaplan., Leon A, Assael. 1992. Temporomandibular Disorder
Diagnosis and Treatment. Philadelphia: W.B. Saunders Company. p:113114;710-711.
Indro, Norman Kusumo. TMJ (Temporo Mandibular Joint.
http://www.academia.edu/3199903/TMJ_Temporo_Mandibular_Joint_ (diakses
15 Mei 2014)
Iqbal Sandira. 2009. Jangan Membuka Mulut anda terlalu lebar.
http://iqbalsandira.blogspot.com/2009/02/jangan-membuka-mulut-andaterlalu-lebar.html (diakses 12 Mei 2014)
Pederson, Gordon W. 2012. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran ECG. p:306-314;320-321.
Web MD. 2013. Temporo Mandibularjoinr Disorder
(TMD).http://www.webmd.com/oral-health/guide/temporomandibulardisorders (diakses 13 Mei 2014)
29

Web MD. 2014. Dealing with TMJ Disorder .http://www.webmd.com/oralhealth/features/tmj-treatment-options (diakses 13 Mei 2014)
Wordpress. 2011. Temporo Mandibular Joint Disorder.
http://doktermaya.wordpress.com/2011/11/04/temporomandibular-jointdisorder/ (diakses 12 mei 2014)

30

You might also like