Professional Documents
Culture Documents
Referat Cerebral Palsy
Referat Cerebral Palsy
CEREBRAL PALSY
Pembimbing :
dr. Dyah Nuraini, Sp.S
Disusun Oleh :
Derianti Nur Hidayah
030.11.068
LEMBAR PENGESAHAN
Nama
NIM
Fakultas
Universitas
Tingkat
Bidang Pendidikan
Periode Kepaniteraan Klinik
Judul Referat
Diajukan
Pembimbing
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...........................................................................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................
ii
BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................................
1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................
2
2.1 Anatomi dan fisiologi otak ..............................................................................................
2
................................................................................................................................................
5
2.3 Epidemiologi....................................................................................................................
6
2.4 Etiologi dan faktor resiko ................................................................................................
6
2.5 Klasifikasi........................................................................................................................
8
2.6 Patofisiologi ....................................................................................................................
11
2.7 Manifestasi Klinis ...........................................................................................................
14
2.8 Diagnosis..........................................................................................................................
17
2.9 Penatalaksanaan...............................................................................................................
18
2.10 Pencegahan....................................................................................................................
19
2.11 Prognosis........................................................................................................................
20
BAB I
PENDAHULUAN
Cerebral palsy adalah suatu gangguan atau kelainan yang terjadi pada suatu
kurun waktu dalam perkembangan anak, di dalam susunan saraf pusat, bersifat kronik
dan tidak progresif akibat kelainan atau cacat pada jaringan otak yang belum selesai
pertumbuhannya.Walaupun lesi serebral bersifat statis dan tidak progresif, tetapi
perkembangan tanda-tanda neuron perifer akan berubah akibat maturasi serebral.1
Yang pertama kali memperkenalkan penyakit ini adalah William John Little
(1843), yang menyebutnya dengan istilah cerebral diplegia, sebagai akibat
prematuritas atau afiksia neonatorum. Sir William Olser adalah yang pertama kali
memperkenalkan istilah Cerebral palsy, sedangkan Sigmund Freud menyebutnya
dengan istilah Infantile Cerebral Paralysis. 2,3
Walaupun sulit, etiologi Cerebral palsy perlu diketahui untuk tindakan
pencegahan. Fisioterapi dini memberi hasil baik, namun adanya gangguan
perkembangan mental dapat menghalangi tercapainya tujuan pengobatan.4
Winthrop Phelps menekankan pentingnya pendekatan multi - disiplin dalam
penanganan penderita Cerebral palsy, seperti disiplin anak, saraf, mata, THT, bedah
tulang, bedah saraf, psikologi, ahli wicara, fisioterapi, pekerja sosial, guru sekolah
Iuar biasa. Di samping itu juga harus disertakan peranan orang tua dan masyarakat.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan fisiologi Otak
Otak manusia kira-kira merupakan 2 % dari berat badan orang dewasa.otak
merupakan jaringan yang paling banyak memakai energy dalam seluruh tubuh
manusia dan terutama berasal dari metabolisme glukosa. Secara fungsional dan
anatomis otak dibagi menjadi:
a. Otak besar (cerebrum)
Cerebrum adalah bagian otak yang paling besar dan terbagi atas dua belahan
yaitu: hemisfer kiri dan kanan. Kedua hemisfer dipisahkan oleh fisura
longitudinalis mayor dan sebagian dipersatukan oleh pita serabut saraf yang
melebar (korpus kolosum). Bila otak dibelah secara vertical tampak bagian otak
sebelah luar berwarna abu-abu (gray matter) dan otak bagian dalam berwarna
putih (white matter). Di dalam white matter tertanam massa gray matter yan
disebut ganglia basalis. Yang termasuk ganglia basalis yaitu klaustrum, putamen,
globus palidus, nucleus kaudatus dan amigdala. Kapsula interna berada di dalam
ruang yang dibatasi oleh thalamus, nucleus kaudatus dan nucleus lentikularis.
Daerah ini penting sebagai jalur lintas bagi semua serabut saraf yang
menghubungka serebrum dengan bagian susunan saraf pusat lainnya.
Serebrum terdiri dari dua hemisfer yaitu kiri dan kanan, dibagi ke dalam empat
lobus yang dibatasi oleh gyrus da sulkus yaitu
-
yang mengontrol fungsi vital seperti pernafasan, denyut jantung dan tonus
pembuluh darah.
o Pons
o
d. Diensefalon
Dibagi menjadi empat wilayah :
o Thalamus
Thalamus merupakan stasiun pemancar yang menerima impuls aferen dari
seluruh tubuh lalu memprosesnya dan meneruskannya ke segmen otak yang
lebih tinggi.
o Hipotalamus
Hipothalamus berkaitan dengan pengatura rangsangan susunan saraf
autonom perifer yang menyertai tingkah laku dan emosi.
o Subtalamus
Fungsinya belum dapat dimengerti sepenuhnya, tetapi lesi pada subtalamus
dapat menimbulkan diskinesia dramatis yang disebut hemibalismus yang
ditandai oleh gerakan kaki atau tangan yang terhempas kuat pada satu sis
tubuh. Gerakan involunter biasanya lebih nyata pada tangan dan kaki.
o Epitalamus
Epitalamus dengan sistim limbik dan berperan pada beberapa dorongan
emosi dasar dan integrasi informasi olfaktorius
2.2 Definisi
Cerebral palsy merupakan kumpulan gejala kelainan perkembangan motorik
dan postur tubuh yang disebabkan oleh gangguan perkembangan otak sejak dalam
kandungan atau di masa kanak-kanak. Kelainan tersebut biasanya disertai dengan
gangguan sensasi, persepsi, kognisi, komunikasi, tingkah laku, epilepsi, dan masalah
muskuloskeletal. Cerebral berarti bahwa penyebab kesulitannya berada di otak, bukan
di otot. Palsy dapat berarti memiliki kesulitan dengan pergerakan dan postur tubuh.
Gejala cerebral palsy mulai dapat diamati pada anak-anak di bawah umur 3
tahun, yaitu manifestasi berupa hipotonia awal pada 6 bulan pertama hingga 1 tahun
dan umumnya diikuti spastisitas. Cerebral palsy merupakan penyakit yang tidak
progresif. Pengaruh gangguan otak terhadap pergerakan dan postur tidak hilang.
Namun, efeknya pada tubuh bisa menjadi lebih atau kurang jelas seiring berjalannya
waktu. Misalnya pada penderita cerebral palsy yang dapat menjadi semakin lebih
baik dalam mengelola kesulitan mereka sebagai hasil dari intervensi terapi.2, 4
2.3 Epidemiologi
Prevalensi cerebral palsy secara global berkisar antara 1-1,5 per 1.000
kelahiran hidup dengan insiden meningkat pada kelahiran prematur. Di negara maju,
prevalensi cerebral palsy dilaporkan sebesar 2-2,5 kasus per 1.000 kelahiran hidup
sedangkan di negara berkembang berkisar antara 1,5-5,6 kasus per 1.000 kelahiran
hidup.2
Beberapa instansi kesehatan di Indonesia sudah mulai bisa mendata kasus
cerebral palsy, antara lain yaitu YPAC (Yayasan Pendidikan Anak Cacat) cabang
Surakarta jumlah anak dengan kondisi cerebral palsy pada tahun 2001 berjumlah 313
anak, tahun 2002 berjumlah 242 anak, tahun 2003 berjumlah 265 anak, tahun 2004
berjumlah 239 anak, sedangkan tahun 2005 berjumlah 118 anak, tahun 2006 sampai
dengan bulan Desember berjumlah 112 anak, sedangkan tahun 2007 sampai dengan
bulan Desember yaitu berjumlah 198 anak. Pada klinik tumbuh kembang Rumah
Sakit dr. Kariadi Semarang sepanjang tahun 2005 mencatat kunjungan pasien anak
dengan diagnosis cerebral palsy sebanyak 2,16%.
2.4 Etiologi dan faktor resiko
Penyebabnya dapat dibagi dalam 3 bagian yaitu prenatal, perinatal, dan
pascanatal.
1. Prenatal
Infeksi terjadi dalam masa kandungan menyebabkan kelainan pada janin,
misalnya oleh lues, toksoplasmosis, rubella, dan penyakit inklusi sitomegalik.
Kelainan yang mencolok biasanya gangguan pergerakan dan retardasi mental.
Anoksia dalam kandungan, terkena radiasi sinar x, dan intoksikasi kehamilan
dapat menimbulkan cerebral palsy.
2. Perinatal
a. Anoksia/hipoksia
10
jumlah
dengan
protein
dalam
peningkatan
urine
resiko
11
12
Berat
Penderita sama sekali tidak bisa melakukan aktifitas fisik dan tidak
15
Kerentanan otak janin terhadap PVL bervariasi tergantung pada usia gestasi,
mencapai puncak pada usia gestasi 22 minggu dengan satu langkah penurunan pada
awal kematian postnatal dan setelah PVL. PVL akan tampak sebagai diplegia dan
sekitar 70% bayi yang mengalami cerebral palsy dilahirkan sebelum usia gestasi
mencapai 32 minggu dan 30% bayi yang mengalami cerebral palsy lahir tepat waktu
(cukup bulan).
Volpe
mengklasifikasikan
sistem
tingkatan
untuk
periventricular-
Kern
ikterus
mengacu
pada
encephalopathy
dari
16
Kelumpuhan
lebih hebat
daripada lengan.
Tetraplegia/tetraparesis
kelumpuhan keempat anggota gerak tetapi lengan lebih atau sama
hebatnya dibandingkan dengan tungkai.
2. Tonus otot yang berubah
Bayi pada golongan ini pada usia bulan pertama tampak flaksid dan
berbaring seperti kodok terlentang sehingga tampak seperti kelainan pada
lower motor neuron. Menjelang usia 1 tahun barulah terjadi perubahan tonus
otot dari rendah hingga tinggi. Bila dibiarkan berbaring tampak flaksid dan
sikapnya seperti kodok terlentang tetapi bila dirangsang atau mulai diperiksa
tonus ototnya berubah menjadi spastik. Refleks otot yang normal dan refleks
Babinski negatif tetapi yang khas ialah refleks neonatal dan tonic neck reflex
menetap. Kerusakan biasanya terletak di batang otak dan disebabkan oleh
asfiksia perinatal atau ikterus. Golongan ini meliputi 10-20% dari kasus
cerebral palsy.
3. Koreo-atetosis
Kelainan yang khas ialah sikap yang abnormal dengan pergerakan yang
terjadi dengan sendirinya (involuntary movement). Pada 6 bulan pertama
tampak bayi flaksid tetapi sesudah itu barulah muncul kelainan tersebut.
Refleks neonatal menetap dan tampak adanya perubahan tonus otot. Dapat
timbul juga gejala spastisitas dan ataksia. Kerusakan terletak pada ganglia
basal dan disebabkan oleh asfiksia berat atau ikterus kern pada masa neonatus.
Golongan ini meliputi 5-15% dari kasus cerebral palsy.
4. Ataksia
Ataksia ialah gangguan koordinasi. Bayi dalam golongan ini biasanya
flaksid dan menunjukkan perkembangan motorik yang terlambat. Kehilangan
keseimbangan tampak bila mulai belajar duduk. Mulai berjalan sangat lambat
dan semua pergerakan canggung dan kaku. Kerusakan terletak di cerebellum.
Terdapat kira-kira 5% dari kasus cerebral palsy.
5. Gangguan pendengaran
18
2.8 Diagnosis
Cerebral palsy merupakan diagnosis klinis yang dibuat berdasarkan
kewaspadaan terhadap faktor risiko, screening perkembangan regular pada bayi-bayi
yang berisiko tinggi, dan pemeriksaan neurologis. Seperti dalam semua kondisi
medis, pendekatan yang sistemastis berfokus pada riwayat maternal, obstetrik, dan
perinatal, tinjau perkembangan mental dan fisik anak (developmental milestones), dan
pemeriksaan neurologi seara menyeluruh serta observasi anak dalam berbagai posisi
seperti tengkurap, telentang, duduk, berdiri, berjalan, dan berlari.
Tidak memungkinkan untuk mendiagnosis cerebral palsy pada bayi berusia
kurang dari 6 bulan kecuali pada kasus yang sangat parah. Pola dari berbagai bentuk
cerebral palsy muncul perlahan-lahan dengan petunjuk awal adanya keterlambatan
dalam perkembangan mental dan fisik anak dan tonus otot yang abnormal. Pada
cerebral palsy, riwayatnya tidak progresif. Milestones sekali mendapatkan tidak
ditemukan adanya regresi pada cerebral palsy. Tonus bisa hipertonik atau hipotonia.
Banyak hipotonia dini berubah menjadi spastisitas atau distonia pada usia 2-3 tahun.
Tanda-tanda awal meliputi adanya preferensi tangan pada tahun pertama,
kelainan tonus berupa spastisitas atau hipotonia dengan berbagai distribusi, adanya
refleks neonatus yang abnormal, keterlambatan dalam refleks melindungi dan
postural, dan pergerakan yang tidak simetris. Refleks primitif seharusnya menghilang
secara bertahap pada usia 6 bulan. Di antara refleks primitif yang paling berguna
secara klinis adalah Moro, Tonic labyrinthine, dan Asymmetric Tonic Neck Reflex
19
(ATNR). Pada banyak kasus, diagnosis cerebral palsy tidak memungkinkan hingga
usia 12 bulan.
Pada pemeriksaan lebih lanjut pada anak-anak dengan cerebral palsy, EEG
dilakukan apabila terdapat riwayat epilepsi. Neuroimaging dilakukan jika belum
dilakukan pada masa nenonatus yang mendukung etiologi cerebral palsy. MRI lebih
dianjurkan disbanding CT-scan Pemeriksaan genetik dan metabolik jika terdapat bukti
kemunduran atau kompensasi metabolik, riwayat keluarga dengan gangguan
neurologis di masa kanak-kanak berhubungan dengan cerebral palsy. Pemeriksaan
untuk menentukan koagulopati pada anak-anak dengan strok juga penting.
Evaluasi lengkap pada anak dengan cerebral palsy meliputi pemeriksaan
penglihatan, berbicara, pendengaran, sensoris, epilepsi, dan fungsi kognitif. Evaluasi
ortopedi suatu keharusan karena ketidakseimbangan otot dan spastisitas menyebabkan
subluksasi/dislokasi panggul, deformitas equina, kontraktur, dan skoliosis.11
2.9 Penatalaksanaan
Prinsip terapi:
- Meningkatkan kualitas hidup pada anak-anak yang terkena cerebral palsy
- Memberikan fasilitas rehabilitasi dini
- Meningkatkan kapasitas fungsional anak untuk menjadi mandiri
- Menurunkan komplikasi cerebral palsy
Intervensi:
-
sama yang baik dan merupakan suatu tim antara dokter anak, neurolog, psikiater,
dokter mata, dokter THT, ahli ortopedi, psikolog, fisioterapi, occupational therapist,
pekerja sosial, guru sekolah luar biasa, dan orang tua penderita.
Fisioterapi
Tindakan ini harus segera dimulai secara intensif. Orang tua turut membantu
program latihan di rumah untuk mencegah kontraktur perlu diperhatikan posisi
penderita pada waktu istirahat atau tidur. Bagi penderita yang berat dianjurkan untuk
20
sementara tinggal di suatu pusat latihan. Fisioterapi ini dilakukan sepanjang penderita
hidup.
Pembedahan
Bila terdapat hipertonus otot atau hiperspastisitas, dianjurkan untuk dilakukan
pembedahan otot, tendon, atau tulang untuk reposisi kelainan tersebut. Pembedahan
stereotaktik dianjurkan pada penderita dengan pergerakan koreo-atetosis yang
berlebihan.
Pendidikan
Penderita cerebral palsy dididik sesuai dengan tingkat kecerdasannya di sekolah
luar biasa dan bila mungkin di sekolah biasa bersama-sama dengan anak yang normal.
Mereka sebaiknya diperlakukan sama seperti anak yang normal, yaitu pulang ke
rumah dengan kendaraan bersama-sama sehingga mereka tidak merasa diasingkan,
hidup dalam suasana normal. Orang tua janganlah melindungi anak secara berlebihan
dan untuk ini pekerja social dapat membantu di rumah dengan nasehat seperlunya.
Farmakoterapi
Pada penderita dengan kejang diberikan obat antikonvulsan rumat yang sesuai
dengan karakteristik kejangnya, misalnya luminal, dilantin, dan sebagainya. Pada
keadaan tonus otot yang berlebihan, obat dari golongan benzodiazepine dapat
menolong, misalnya diazepam, klordiazepoksid (Librium), nitrazepam (mogadon).
Pada keadaan koreoatetosis diberikan artan. Imipramine (tofranil) diberikan kepada
penderita dengan depresi.7
2.10
Pencegahan
masalah pada kehamilan pertama, karena secara umum tubuh ibu hamil
tersebut belum memproduksi antibodi yang tidak diinginkan hingga saat
persalinan. Pada sebagian besar kasus-kasus, serum khusus yang diberikan
setelah kelahiran dapat mencegah produksi antibodi tersebut. Pada kasus yang
jarang, misalnya jika pada ibu hamil antibodi tersebut berkembang selama
kehamilan pertama atau produksi antibodi tidak dicegah, maka perlu
pengamatan secara cermat perkembangan bayi dan jika perlu dilakukan
transfusi ke bayi selama dalam kandungan atau melakukan transfusi tukar
setelah lahir.
3. Rubella, atau campak jerman, dapat dicegah dengan memberikan imunisasi
sebelum
hamil.
2.11
Prognosis
Prognosis penderita dengan gejala motorik yang ringan adalah baik; makin
banyak gejala penyertanya (retardasi mental, bangkitan kejang, gangguan penglihatan
dan pendengaran) dan makin berat gejala motoriknya, makin buruk prognosisnya.
22
BAB III
KESIMPULAN
Cerebral palsy (CP) adalah suatu kelainan dari fungsi motorik (sebagai lawan
dari fungsi mental) dan nada postural yang diperoleh pada usia dini, bahkan sebelum
kelahiran. Tanda dan gejala cerebral palsy biasanya menunjukkan pada tahun pertama
kehidupan.
Seorang anak berkembang sesuai dengan tahapan perkembangannya, walau
pun dengan berbeda beda tahap perkembangannya. Bila dijumpai keterlambatan
dalam perkembangan si anak maka harus dilakukan tindakan tindakan latihan yang
diperlakukan oleh si anak.
Pencegahan untuk beberapa etiologi penyebab cerebral palsy dapat dilakukan.
Untuk mengatasi permasalahan yang dijumpai pada anak yang mengalami
keterlambatan perkembangan mototrik, dan berikan latihan latihan yang tujuannya
untuk mengatasi anak yang mengalami keterlambatan perkembangan terutama pada
pergerakannya.
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Netter, F. H. 2011. Atlas of Human Anatomy . 5th edition. Philadelphia:
Saunders. 104-114
2. Wibowo, Alinda R., & Saputra, Deddy R., 2012. Prevalens dan Profil
Klinis pada Anak Palsi Serebral Spastik dengan Epilepsi. Sari
Pediatri.Volume 14.
3. Merlina, M., Kusnadi, Y., & Artati. 2012. Prospek Terapi Sel Punca
untuk Cerebral Palsy. Cermin Dunia Kedokteran 198. Volume 39.
4. Jan, M. M. S. 2006. Cerebral Palsy: Comprehensive Review and
Update. Ann Saudi Med. Volume 26.
5. Oxford University Student Union(OUSU). Cerebral Palsy Fact Sheet.
United Kingdom: University of Oxford.
6.
Maimunah, S. 2014. Studi Eksploratif tentang Konsep Diri dan
Faktor-faktor yang Mempengaruhi pada Remaja Cerebral Palsy.
Pendidikan yang Memberdayakan. Jakarta.
7. Selina, H., Priambodo, W. S., & Sakundarno, M. 2012. Gangguan
Tidur pada Anak Palsi Serebral. Medica Hospitalia.Volume 1.
8. Dahlan, A. & Aminullah, A. 2007. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak.
Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Volume 11.
9. Poetry, R. V., Ramli, A. H. & Pratiwi, A. Resiliensi pada Mahasiswa
Baru Penyandang Cerebral Palsy(CP). Universitas Brawijaya.
Malang.
10. Graham, H. K. 2005. Classifying Cerebral Palsy.
Asia-Pacific
24