Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 4

TABIAT JALAN DAKWAH

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh
kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar ;merekalah orang-orang yang beruntung.
(Q.S. Ali Imran [3]: 104)



Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan
mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu
lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orangorang yang fasik. (Q.S. Ali Imran [3]: 110)


Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah
mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk. (Q.S. An-Nahl [16]:125)
Dakwah. Seindah namanya, sebaik penyerunya, dan sehebat perintis peradaban Islam oleh para
pendahulunya. Para Nabi, Sahabat, dan para Tabiin. Demikian goresan sejarah mencatat prestasiprestasi gemilang di zamannya, sehingga mampu merengkuh peradaban terbesar dalam sejarah dua
pertiga dunia berhasil di futuh kan. Namun, kita perlu memahami bahwa jalan dakwah bukanlah
jalan yang dipenuhi kesenangan dan kenyamanan. Tabiat dakwah senantiasa berhadapan langsung
dengan kesukaran, penghinaan, pengusiran, intimidasi bahkan kekerasan fisik.
Tabiat Jalan Dakwah :
1. Beban yang berat (tsaqlul aba)
Hal ini dikarenakan dakwah membawa perkataan yang berbobot, bernilai luhur dari Allah
swt qoulan tsaqiilaa. Hanya mukmin yang kuat dan kokoh jiwanya yang mampu mengemban
dakwah sampai ujungnya; bukan orang yang banyak mengeluh (ringkih jiwanya), suka menilai
kekurangan diri dan kagum pada orang lain, ia tidak pantas mengemban dakwah.
Beban yang berat ini akan mampu kita terima dengan baik jika kita bisa mensikapinya dengan
tepat, caranya :
a. Ikhlas
Seberat apapun suatu amanah akan terasa ringan ketika dilakukan dengan ikhlas, sebaliknya,
seringan apapun suatu amanah akan terasa berat ketika dilakukan dengan tidak ikhlas.
Dengan keikhlasan beratnya beban akan terasa ringan, pahitnya perjuangan akan terasa
manis karena pertolongan Allah swt.

Di dalam hadits shahih yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Imam Muslim, dari
sahabat Abdullah bin Umar bin Khaththab Radhiyallahu anhu, dikisahkan tentang
tiga orang yang terpaksa bermalam di dalam gua, kemudian tiba-tiba ada sebuah
batu besar jatuh dari atas gunung hingga menutup pintu gua itu. Lalu mereka
berkata, bahwa tidak ada yang dapat menyelamatkan mereka, melainkan mereka
harus berdoa kepada Allah dengan ( menyebutkan) amal mereka yang paling
shalih, kemudian mereka menyebutkan amal mereka masing-masing yang
ikhlas karena Allah, agar batu itu bergeser dan mereka dapat keluar. Dengan
pertolongan Allah, mereka dapat keluar dari gua tersebut.
b.

Sesuaikan amanah dakwah dengan kemampuan

Sampaikan dariku walau hanya satu ayat [ HR Al-Bukhari 3/1275 no 3274]


Hendaknya yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir (Muttafaqun alaih)
Dakwah memiliki obyek yang sangat luas, di segala usia dan berbagai latar
belakang mereka. Metode dakwah pun sangat beragam, bukan hanya dakwah
dengan lisan, tetapi bisa menggunakan berbagai metode seperti dakwah dengan
pena, dakwah ekonomi, dll. Kita dapat memilih obyek dan metode dakwah sesuai
kemampuan kita.

c.

Manfaatkan kafaah dan sarana yang ada untuk mendukung dakwah


Permasalahan umat Islam saat ini sangat komplek, kebodohan dan kemiskinan seringkali
menjauhkan umat dari agamanya. Kafaah yang kita miliki dapat membantu memecahkan
berbagai permasalahan dakwah yang dihadapi. Dengan adanya berbagai kafaah yang
dimiliki seorang dai dapat membuat berbagai program dakwah yang kreatif dan menarik.
Demikian pula berbagai sarana saat ini yang semakin canggih membantu mempermudah
program dakwah.

2. Thulut Thariq (jalannya panjang)


Perjalanan dakwah adalah sepanjang masa, sejak manusia pertama (Adam dan Hawa) turun ke
muka bumi hingga menjelang akhir dunia ( kiamat), yaitu saat orang beriman diwafatkan
seluruhnya oleh Allah swt.
Dalam Surah at-Taubah ayat 42 Allah berfirman
:
Sekiranya yang kamu serukan kepada mereka itu keuntungan yang mudah diperoleh dan
perjalanan yang tidak berapa jauh, niscaya mereka mengikutimu, namun tempat yang dituju itu
terasa jauh bagi mereka. Mereka akan bersumpah dengan nama Allah Jikalau kami sanggup
tentulah kami berangkat bersama-sama kamu. Mereka membinasakan diri mereka sendiri
(disebabkan sumpah mereka yang palsu itu) dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya mereka
benar-benar orang- orang yang berdusta

Sikap kita :
a. Sederhana dalam bersikap

Tidak berlebih-lebihan mensikapi suatu masalah


Hai Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak
benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang
telah sesat dahulu (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan
kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus. (al-M`idah/5:77)

Anas ra meriwayatkan bahwa Rasulullah pernah ditanya oleh para sahabat dengan
pertanyaan yang bertubi-tubi sampai membuat Rasulullah marah. Kemudian beliau naik
mimbar seraya bersabda: Janganlah kalian bertanya tentang sesuatu kepadaku pada
hari ini kecuali apa yang telah aku jelaskan kepada kalian. Anas ra berkata: Kemudian
aku layangkan pandangan ke kanan dan ke kiri tiba-tiba setiap orang mengusap
mukanya dengan pakaiannya karena menangis Kemudian Umar ra bangkit seraya
berkata: Kami telah ridha Allah sebagai Rabb, Islam sebagai Din, dan Muhammad
sebagai Rasul. Kami berlindung kepada Allah dari fitnah. (Muttafaq alaih, Al Luluu
wal Marjan (1523))
Perjalanan dakwah yang sangat panjang membutuhkan bekal yang banyak. Berlebihlebihan dalam mensikapi sesuatu sangat menghabiskan tenaga dan fikiran, hendaknya
seorang dai menghindari hal ini agar tidak terjebak pada sikap/perbuatan yang tidak
penting/tidak bermanfaat, bahkan sebaliknya bisa menimbulkan kemudharatan. Contoh
kasus : berlebihan berkomentar/berdebat tentang kasus-kasus yang terjadi pada qiyadah.
-

Selesaikan masalah dakwah dengan cara paling mudah/sederhana


Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki
kesukaran bagimu.(QS. Al Baqarah: 185)
Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan
kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu
bersyukur. (QS. Al Maidah: 6)
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Sesungguhnya agama
ini mudah, tidaklah seseorang berlebih-lebihan dalam agama, melainkan ia
akan terkalahkan. (HR Bukhari)
Permudahlah dan jangan mempersulit, berikanlah kabar gembira dan
jangan membuat mereka lari. (HR Bukhari)
Sesungguhnya kalian diutus untuk memberi kemudahan, dan kalian tidak
diutus untuk mempersulit. (HR Bukhari)

Seorang dai hendaknya tidak terjebak untuk berlarur-larut menyelesaikan


permasalahan dakwah dengan cara-cara yang rumit, selama masih bisa dicari solusi
yang mudah dan sederhana sehingga menghemat tenaga dan pikiran yang dapat
digunakan untuk menyelesaikan amanah dakwah yang lebih penting.
-

b.

Fokus tujuan dan sasaran dakwah


Seorang dai hendaknya selalu sadar akan tujuan dakwahnya, tidak mudah tergiur atau
terjebak pada hal lain sehingga dapat memperlama tercapainya tujuan dan sasaran
dakwahnya.

Istiqomah
Secara terminologi, istiqomah bisa diartikan dengan beberapa pengertian berikut ini;
- Abu Bakar As-Shiddiq ra ketika ditanya tentang istiqomah ia menjawab; bahwa
istiqomah adalah kemurnian tauhid (tidak boleh menyekutukan Allah dengan apa dan
siapapun)
- Umar bin Khattab ra berkata: Istiqomah adalah komitment terhadap perintah dan
larangan dan tidak boleh menipu sebagaimana tipuan musang
- Utsman bin Affan ra berkata: Istiqomah adalah mengikhlaskan amal kepada Allah swt
- Ali bin Abu Thalib ra berkata: Istiqomah adalah melaksanakan kewajiban-kewajiban
- Al-Hasan berkata: Istiqomah adalah melakukan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan
- Mujahid berkata: Istiqomah adalah komitmen terhadap syahadat tauhid sampai
bertemu
dengan

Allah

swt
- Ibnu Taimiah berkata: Mereka beristiqomah dalam mencintai dan beribadah
kepadaNya tanpa

menengok

kiri

kanan
Jadi dai yang beristiqomah adalah dai yang selalu mempertahankan keimanan dan
aqidahnya dalam situasi dan kondisi apapun. Ia bak batu karang yang tegar menghadapi
gempuran ombak-ombak yang datang silih berganti. Ia tidak mudah loyo atau mengalami
futur dan degradasi dalam perjalanan dakwah. Ia senantiasa sabar dalam menghadapi
seluruh godaan dalam medan dakwah yang diembannya. Meskipun tahapan dakwah dan
tokoh sentralnya mengalami perubahan. Itulah manusia muslim yang sesungguhnya, selalu
istiqomah dalam sepanjang jalan dan di seluruh tahapan-tahapan dakwah.
"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Rabb kami ialah Allah" kemudian mereka
istiqomah pada pendirian mereka , maka malaikat akan turun kepada mereka ( dengan
mengatakan): " Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan
bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu"."
(QS. Fushilat: 30)
Dari Abu Amr, dan ada yang mengatakan dari Abu Amrah Sufyn bin Abdillh atsTsaqafi Radhiyallahu anhu, yang berkata : Aku berkata, Ya Rasulullah! Katakanlah
kepadaku dalam Islam sebuah perkataan yang tidak aku tanyakan kepada orang selain
engkau. Beliau menjawab, Katakanlah, Aku beriman kepada Allah Azza wa Jalla,
kemudian istiqmahlah.

2.

Karsratu Aqabat (hambatannya banyak)

You might also like