Download as ppt, pdf, or txt
Download as ppt, pdf, or txt
You are on page 1of 46

Farmakologi

Sistem Respirasi
M. ARY APRIAN NOOR, S.Far.,Apt

Data hasil penelitian

Infeksi pada saluran nafas merupakan penyakit yg


umum terjadi pada masyarakat,
Salah satu penyakit penyebab kematian tertinggi
pada balita (22,8%) dan penyebab kematian bayi
kedua setelah gangguan perinatal.
Hal ini diduga karena penyakit ini merupakan
penyakit yang akut dan kualitas penatalaksanaannya
belum memadai.

OBAT SISTEM RESPIRASI


(SALURAN PERNAFASAN)

1.
2.
3.
4.

Obat Batuk, Pilek (Cough and Cold)


Obat Golongan Antihistamin
Obat Golongan Kortikosteroid
Obat Asma (Antiasthmatics)

Symptom of respiratory system:


no sputum---antitussives
Cough
sputum --- expectorants

Asthma ----- antiasthmatic drugs

1. Obat Batuk Pilek


# Dextromethorphan (khasiat: Antitusif)
# Codein (khasiat: Antitusif)
# Noskapin (khasiat: Antitusif)
# Guaifenesin (khasiat: ekspektoran)
# Gliseril Guaicolat = GG (khasiat: ekspektoran)
# Ambroxol, asetil sistein (khasiat: mucolitik)
# Amonium Chlorida (khasiat: ekspektoran)
# Bromhexin (khasiat: mucolitik)
# Pseudoephedrine, Fenilefrin (khasiat: decongestan)

EXPECTORANTS AND ANTITUSSIVES


Expectorants, more accurately known as
bronchomucotropic agents, are drugs used to assist in
the removal of secretions or exudate from the
trachea, bronchi, or lungs. They act by liquifying viscid
mucus or mucopurulent exudates, i.e., they are
decongestants. Therefore, they are used in the
treatment of coughs to help expel these exudates and
secretions.
Antitussives are agents that specifically inhibit or
suppress the act of coughing. They should not be
used to suppress productive coughing. Expectorants and
antitussives are most commonly used in the symptomatic
treatment of the common cold or bronchitis.

Dextromethorphan (Dekstro)

Bentuk sediaan :Tablet 15 mg, sirup


Golongan: Obat bebas terbatas
- Khasiat: Antitusif (menekan reflek pusat batuk di batang otak
-Digunakan untuk batuk kering
-mulai thn 2014 Dextrometorphan tunggal ditarik dari peredaran
-

Codeine

Obat batuk kering (antitusif)


Golongan: obat narkotika
Sediaan: tablet 10 mg; 20 mg / tablet ; sirup
Selectively suppress cough center in medulla oblongata
Potency:
Suppression of cough: 1/10 of morphine
Analgesia: 1/7 of morphine
Respiratory depression, constipation, tolerance, dependence that of morphine
Pharmacokinetics:
Well absorbed from oral and injection.
10% converted to morphine through demethylation
Adverse Reactions:
Respiratory suppression in high dose;
Tolerance and physical dependence with frequently repeated administration;
Suppress secretion of bronchial gland and movement of cilia.

GG (Glyceryl Guaiacolate)
Bentuk sediaan :Tablet 100 mg
- Golongan: Obat bebas terbatas
-Khasiat: Ekspektoran (mengencerkan dahak /
sekresi mukus encer, meningkatkan gerak cilia
- Digunakan untuk batuk berdahak
-

Ambroxol
Bentuk sediaan :Tablet 30 mg, sirup 15 mg / ml
- Golongan: Obat keras
-Khasiat: Mucolitik (mempermudah pengeluran dahak)
Stimulasi kelenjar mukus dan menguraikan mukus
- Digunakan untuk batuk berdahak
-

Pseudoefedrin
Bentuk sediaan :Tablet, sirup
- Golongan: Obat keras
- Dosis: 30-60 mg, setiap 4-6 jam
- Khasiat: Decongestan
- Digunakan untuk pilek
- Jangan melebihi dosis, pemakaian maksimal 6 hari. Obat ini dapat menyebabkan insomnia atau gelisah.
Jangan diminum sebelum tidur
-

Contoh obat dengan nama


dagang

2. Obat Golongan Antihistamin


# Cetirizine
# CTM (Chlortrimeton) = Chlorpheniramine Maleat
# Cyproheptadine
# Diphenhydramine
# Dimenhidrinat
# Loratadine
# Prometazine
# Triprolidine

# Cetirizin

- Bentuk sediaan: tablet 10 mg, kapsul


- Dosis: 5 10 mg , 1x1,
- Golongan obat: keras
- Efek terapi / khasiat: antihistamin / obat alergi
* Selektif H1 antagonis dengan efek yang rendah terhadap reseptor lain
* menghambat early phase histamine mediated pada reaksi alergi
* mengurangi migrasi sel yang menginflamasi dan pelepasan mediator yang
berhubungan dengan late alergic response
- Efek samping: nyeri perut, mulut kering, mual, muntah.
Tidak terlalu menyebabkan kantuk (potensi kantuk rendah)

# CTM (Chlorpheniramine Maleat / Chlor Tri Meton)


- Bentuk sediaan: tablet
- Dosis: 4 mg/tablet tiap 4-6 jam, tidak direkomendasikan anak < 1 tahun
- Golongan obat: keras
- Efek terapi / khasiat: antihistamin / obat alergi
* Mencegah histamin bekerja pada reseptor H-1
* Mencegah stimulasi refleks bersin
* Efek antimuskarinik menurunkan sekresi lendir dan
meningkatkan dilatasi bronkus
- Efek samping: mengantuk / sedasi, sedasi akan meningkat bila diberikan bersama
alkohol. Hati hati dalam berkendaraan bermotor

# Loratadin
- Bentuk sediaan: tablet,
- Dosis: 10 mg , 1x1,
- Golongan obat: keras
- Efek terapi / khasiat: antihistamin / obat alergi pada reseptor histamin H1 perifer ,
efek mengantuk lebih ringan dibandingkan CTM
- Efek samping: nyeri perut, sakit kepala, mulut kering sehingga harus diminum
dengan air putih yang banyak

Dekongestan

Dekongestan merupakan obat jenis simpatomimetik yg bertindak pada reseptor dalam


mukosa nasal (hidung) yang menyebabkan pembuluh darah mengecil (vasokontriksi).
Selain itu juga dapat mengurangi pembengkakan mukosa hidung dan melegakan
pernafasan.
Dekongestan apabila dikombinasi dengan antihistamin sangat efektif melegakan
tanda-tanda rinitis terutama bila hidung tersumbat.

Pseudoefedrin
PPA (Phenyl Propanol Amin)
Naphazoline
Oxymethazoline
Xylomethazoline
Efedrin

Mulai 2014, Ephedrin ditarik dari peredaran,


karena disalahfungsikan

3. Obat Golongan Kortikosteroid


# Budesonide
# Flunisolide
# Fluticasone propionate
# Triamcinolone

Asma
Asthma = Bahasa Yunani = terengah-engah

Asma adalah penyakit inflamasi kronis akibat hiperesponsivitas


saluran nafas yang mengakibatkan wheezing (nafas bunyi
ngik), sesak nafas, batuk yang terjadi berulang.

Patofisiologi
1. Inflamasi saluran nafas (akut, subakut, kronis)
Edema saluran nafas
Sekresi mukus
2. Obstruksi udara intermiten
Bronkokonstriksi akut - mucous plug
Edema saluran nafas - airway remodelling
3. Hiperesponsivitas bronkial
Diperberat oleh stimulus endogen atau eksogen

Pengobatan Asma
Dua macam, yaitu:
Pengobatan saat serangan/kambuh (obat pelega)

1.

Pengobatan jangka panjang (obat pencegah atau obat


pengontrol serangan). Obat pengontrol harus dipakai setiap
hari untuk mencegah kekambuhan, dan biasanya diperlukan
oleh pasien asma yang berat dimana kekambuhan terjadi
hampir setiap hari.
2.

1. Obat Pelega
Obat pelega saluran nafas biasanya memiliki aksi yang cepat untuk
melonggarkan saluran nafas.
Contoh : Salbutamol, terbutalin, ipratropium bromide dan
teofilin/aminofillin.
Salbutamol merupakan golongan obat beta agonis yang aksinya cepat,
dan banyak dijumpai dalam berbagai bentuk sediaan. Untuk mengatasi
serangan asma, obat ini merupakan pilihan pertama.
Aminofilin dijumpai dalam bentuk injeksi dan tablet.
Teofilin tersedia dalam bentuk tablet atau sirup, biasanya dikombinasi
dengan obat lain seperti efedrin (contoh: Neo Napacin, Asma Soho) atau
salbutamol (Teosal).

2. Obat-obat Pengontrol
Obat-obat pengontrol yang digunakan untuk pengobatan jangka panjang meliputi
inhalasi steroid, b2 agonis aksi panjang, sodium kromoglikat atau kromolin,
nedokromil, modifier leukotrien, dan golongan metilksantin.
Obat-obat untuk penggunaan jangka panjang sebaiknya menggunakan bentuk inhalasi,
karena efek samping sistemiknya lebih kecil daripada jika diberikan dalam bentuk
oral/obat minum.
Contoh obat yang digunakan untuk terapi jangka panjang adalah inhalasi kombinasi
budesonide dan formoterol (contoh: Symbicort) dan kombinasi salmeterol dan
flutikason (contoh : Seretide). Obat ini relatif aman dipakai jangka panjang untuk
mengontrol asma yang berat.
Obat lain yang diindikasikan untuk pencegahan asma adalah ketotifen (suatu anti
alergi), teofilin lepas lambat, dan sodium kromoglikat /nedokromil. Namun obatobat yang terakhir ini adalah pilihan kedua jika pilihan pertama tidak ada atau tidak
berefek. Obat ketotifen (contoh: sirup Profilas) kurang direkomendasikan dalam
pencegahan asma karena bukti klinisnya belum cukup kuat, sementara teofilin juga
perlu hati-hati dalam penggunaannya karena efek sampingnya cukup banyak (jantung
berdebar, insomia, mual muntah, dll) dan mudah mencapai dosis toksiknya.

4. Obat Asma

Golongan Agonis Beta2 selektif: Salbutamol,


Terbutalin, Salmeterol, Albuterol sulfat

Golongan Metil xantin: Theophylline ; Aminophyllin

Golongan antikolinergik: Ipratropium Bromida

Golongan kortikosteroid: Metilprednisolon,


Dexamethason, Prednison, Triamsinolon

Hasil Riskesdas ASMA

Prevalensi asma nasional tahun 2013 : 4,5%

Prevalensi asma di Kalimantan Selatan di atas


prevalensi nasional yaitu 6%, dengan prevalensi
perempuan lebih tinggi dari pada laki-laki.

Hasil pemantauan kasus baru asma di kota


Banjarmasin tahun 2014 sebanyak 1695 kasus,
dengan persentase 58% penderita perempuan dan
42% laki-laki

# Salbutamol
Bentuk sediaan : Tablet, aerosol / inhalasi, sirup
- Golongan Obat: keras
- Dosis sediaan : 2 mg, 4 mg, 3 4 xsehari 1 tablet
- obat serangan spasme bronkhus akut dan mencegah serangan asma
yang dipicu oleh kelelahan.
-Salbutamol merangsang reseptor Beta2 yang terdapat di bronkhus
sehingga terjadi bronchodilatasi (pelebaran saluran nafas) ,
- Aksinya cepat. Untuk mengatasi serangan asma, obat ini merupakan
pilihan pertama

Salbutamol
Ada yang bentuk tablet, sirup, atau inhalasi.
Dalam bentuk inhalasi, salbutamol tersedia dalam bentuk tunggal (contoh: Ventolin),
atau dalam bentuk kombinasi dengan ipratriopium bromid (contoh: Combivent).
Dalam bentuk sirup, salbutamol sering dikombinasikan dengan obat pengencer dahak

# Aminophyllin
Bentuk sediaan : Tablet, injeksi
-Golongan Obat: keras
-Dosis sediaan : 200 mg, 3xsehari 1 tablet
-merupakan teofilin yang ditambahkan etilendiamin shg larut dalam
air.
-Aminophyllin menghambat enzim fosfodiesterase sehingga kadar
cAMP meningkat sehingga terjadi bronchodilatasi (pelebaran saluran
nafas) dan mengurangi pelepasan histamin dari sel mast
- Efek samping : takikardi, sakit kepala, tremor ringan.
-Hindari minum obat bersama kopi atau coklat

# Metilprednisolon
Bentuk sediaan : Tablet,
-Golongan Obat: keras
-Obat golongan kortikosteroid
-Dalam terapi asma berfungsi menghambat reaksi radang /
inflamasi yang terjadi di saluran pernafasan, menurunkan
reaktivitas bronchus

# Dexamethason
Antiinflamasi dan Imunosupresan ,
- Bentuk sediaan: tablet, injeksi.
- Golongan: Obat keras. Dosis: 0,5 mg mg/tab
- Tidak dianjurkan pada pasien DM. Obat sebaiknya diberikan
bersama makanan karena menyebabkan nyeri lambung
- Efek samping: pengeroposan tulang, peningkatan berat
badan, moon face / muka tembem, buffalow hum atau
penggemukan punggung atau punggung tebal (cushing
syndrome). Sindrom ini dapat terjadi akibat steroid sistemik
yang dikonsumsi sembarangan dan jangka waktu lama.

Salbutamol (Ventolin, Salbuven);


Fenoterol (Berotec) ; Terbutalin (Bricasma)

Tujuan penatalaksanaan asma

Asma terkontrol

Kondisi asma dalam keadaan baik yaitu: dalam


beberapa waktu terakhir tidak ada / minimal gejala,
kebutuhan pelega, tidak ada asma malam, serta
tidak adanya keterbatasan aktifitas.

Kepmenkes No 1023/Menkes/SK/XI/2008
Program Pedoman Pengendalian Asma

Komunikasi, informasi, edukasi : meningkatkan pengetahuan, motivasi dan partisipasi


masyarakat. Merubah sikap dan perilaku dalam pengendalian asma. Meningkatkan
kemandirian masyarakat dalam pengendalian asma

Meningkatkan kerjasama aktif seluruh komponen masyarakat

Memberikan perlindungan dan menurunkan jumlah kelompok masyarakat yg terpapar


faktor resiko asma (penerapan hunian bebas rokok/rumah bebas asap rokok), kawasan
tanpa rokok di TTU, mall, tempat terja, sarana pendidikan) dan upaya menurunkan
polusi udara melalui program kesehatan lingkungan

Penemuan kasus secara aktif dan pasif termasuk tatalaksananya, melalui revitalisasi
puskesmas untuk meningkatkan pelayanan kesehatan penyakit asma di fasilitas
pelayanan dasar

Pengumpulan data faktor resiko dan kasus, termasuk desiminasi informasi dan tindak
lanjut melalui kegiatan surveilans epidemiologi

Semoga Bermanfaat

You might also like