Professional Documents
Culture Documents
Pencegahan Demam Rematik Dan Diagnosis Serta Penatalaksanaan Faringitis Akut Et Causa Streptococcus
Pencegahan Demam Rematik Dan Diagnosis Serta Penatalaksanaan Faringitis Akut Et Causa Streptococcus
Abstrak:
Pencegahan primer dari demam rematik akut
dilakukan dengan identifikasi yang adekuat
dan
pengobatan
antibiotik
pada
tonsilofaringitis yang disebabkan oleh
Streptococcus hemolitikus Grup A
(GAS). Diagnosis paling baik faringitis yang
disebabkan oleh GAS adalah dari gejala
klinis dan pemeriksaan kultur swab
tenggorokan. Penisilin (baik Penisilin V oral
atau Benzatin Penisilin injeksi) adalah
pengobatan pilihan, karena harganya yang
terjangkau, spektrum aktivitas yang sempit,
keberhasilan terapi yang berlangsung lama,
dan belum ditemukannya resisten GAS
terhadap penisilin. Untuk individu yang
memiliki alergi terhadap penisilin dapat
menggunakan sefalosporin, klindamisin,
makrolid atau azalides (golongan makrolid)
secara oral. Individu yang telah mendapat
serangan demam rematik memiliki resiko
tinggi terjadinya kekambuhan setelah
faringitis karena GAS dan memerlukan
profilaksis berupa antibiotik secara terus
menerus untuk mencegah kambuhan
(pencegahan
sekunder).
Lamanya
pengobatan profilaksis yang dianjurkan
tergantung kepada berapa banyak serangan,
jarak waktu sejak serangan terakhir, paparan
infeksi GAS, usia pasien, dan adanya
kelainan jantung. Penisilin adalah obat
pilihan untuk pencegahan sekunder, tetapi
sulfadiazine atau makrolid atau azalide
dapat menjadi alternatif bagi individu yang
memiliki alergi penisilin. Pada karya ilmiah
ini akan dijelaskan mengenai pencegahan
dan terapi dari demam rematik dan faringitis
akut akibat Streptococcus hemolitikus
Grup A (GAS).
Primer)
Infeksi GAS di faring adalah pencetus dari
demam rematik. Selama epidemi pada lebih
dari setengah abad yang lalu, 3% sakit
tenggorokan akibat Streptococcus yang tidak
mendapatkan terapi, berkembang menjadi
demam rematik; pada infeksi endemik,
insidens demam rematik banyak sekali
berkurang. Terapi antibiotik yang tepat pada
faringitis karena Streptococcus dapat
mencegah munculnya demam rematik pada
sebagian besar kasus. Sayangnya, sepertiga
kasus demam rematik episode akut
merupakan hasil perkembangan dari infeksi
streptococcus yang tidak memiliki gejala.
Sebagai tambahan, beberapa pasien yang
memiliki gejala klinis, tidak mencari
perawatan
medis
untuk
mengobati
penyakitnya. Dalam kasus ini, demam
rematik tidak dapat dicegah.
Diagnosis Infeksi Streptococcus
Pencegahan serangan awal demam
rematik membutuhkan pengenalan yang
akurat dan terapi antibiotik yang tepat untuk
mengobati faringitis karena infeksi GAS.
Infeksi streptococcus pada kulit (impetigo
atau pioderma) belum dapat dibuktikan
dapat berkembang menjadi demam rematik.
Faringitis akut lebih banyak disebabkan oleh
virus dibandingkan bakteri. Virus yang
umumnya menyebabkan faringitis adalah
virus influenza, virus parainfluenza, virus
Epstein-Barr, enterovirus, dan virus herpes.
Penyebab lain faringitis akut adalah Grup C
dan
G
streptococcus,
Neisseria
gonorrhoeae, Mycoplasma pneumonia,
Chlamydia pneumonia, Arcanobacterium
hemolyticum, dan Human Immunodeficiency
Virus (HIV).
Faringitis GAS merupakan penyakit
pada anak berusia 5-15 tahun dan tinggal di
daerah beriklim sedang, biasanya terjadi
pada musim dingin dan awal musim semi.
Faringitis GAS tidak umum pada anak-anak
prasekolah, tetapi terjadinya outbreak di
perawatan anak telah dilaporkan. Namun,
demam rematik jarang terjadi pada anak
yang lebih muda dari 3 tahun di Amerika
Serikat. Serangan awal demam rematik juga
jarang terjadi pada dewasa, tetapi kejadian
2
Pencegahan
demam
rematik
memerlukan terapi yang mencukupi untuk
faringitis GAS. Dalam memilih regimen
untuk pengobatan faringitis GAS, dokter
harus mempertimbangkan berbagai faktor,
termasuk bakteriologis dan keberhasilan
klinis, kepatuhan terhadap regimen yang
direkomendasikan (frekuensi pemberian
harian, durasi terapi, dan palatabilitas),
biaya, spektrum aktivitas agen yang dipilih,
dan potensi efek samping. Tidak ada
regimen yang dapat mengeradikasi 100%
GAS dari faring dari pasien yang diobati,
meskipun 100% dari GAS menunjukkan
kerentanan in vitro terhadap semua agen laktam (penisilin dan sefalosporin)
Dosis
Pemberian
Durasi
Tingkat
Penicillin V
(phenoxymethyl
penicillin)
oral
10 hari
IB
Amoxicillin
oral
10 hari
IB
Benzathine penicillin G
Intramuskular
1x
IB
Sefalosporin narrow
spectrum (Cephalexin,
cefadroxil)
Variabel
oral
10 hari
IB
Clindamycin
oral
10 hari
IIaB
Azithromycin
oral
5 hari
IIaB
Clarithromycin
oral
10 hari
IIaB
Penicillin:
Klindamisin Oral
Resistensi klindamisin terhadap GAS
yang diisolat di Amerika Serikat adalah
1%, dan ini merupakan agen yang wajar
untuk mengobati pasien yang alergi pada
penisilin (Kelas IIa, LOE B; Tabel 2)
Makrolid
Penggunaan suatu makrolid oral
(eritromisin atau klaritromisin) atau azalid
(azitromisin) adalah wajar untuk pasien
yang alergi terhadap penisilin (Kelas IIa,
LOE B). Sepuluh hari terapi diindikasikan,
kecuali untuk azitromisin, yang diberikan
selama 5 hari (Tabel 2) Makrolid
(eritromisin dan klaritromisin), dan untuk
azalid tingkat yang jauh lebih rendah
(azitromisin),
dapat
menyebabkan
perpanjangan interval QT, namun ini
tergantung pada dosisnya. Karena makrolid
dimetabolisme secara luas oleh sitokrom P450 3A, ia tidak harus diambil bersamaan
dengan inhibitor sitokrom P-450 3A seperti
agen antijamur azole, protease inhibitor HIV
dan beberapa selektif serotonin reuptake
inhibitor antidepressents.53-54 Eritromisin
mungkin dapat dipertimbangkan tetapi
dikaitkan dengan tingkat yang jauh lebih
tinggi dari efek samping gastrointestinal
dibanding degan agen lain (Kelas IIb, LOE
B). Strain GAS yang resisten terhadap agen
ini telah tersebar merata di beberapa wilayah
di dunia, yang telah mengakibatkan
kegagalan pengobatan.55 Dalam beberapa
tahun terakhir, tingkat resistensi makrolid
terhadap isolasi dari faring di sebagian besar
wilayah Amerika Serikat sekitar 5% sampai
8%.56
Pertimbangan Lain
Studi menunjukkan bahwa flora di
saluran
pernapasan
bagian
atas
menghasilkan -laktamase yang dapat
mengganggu penisilin dalam pengobatan
GAS faringitis belum terbukti.57 Terapi
antibiotik ditujukan langsung terhadap
organisme ini masih kontroversial dan tidak
diindikasikan pada pasien dengan faringitis
akut (Kelas III, LOE B).
Antimikroba
tertentu
tidak
dianjurkan untuk pengobatan infeksi saluran
10
11
Demam
rematiktanpa
karditis
5tahunatau
sampaiusia21
tahun
(tergantungyang
manayanglebih
lama)
1C
Rating
mengindikasikan
klasifikasi
rekomendasi dan LOE (contohnya IC
indikasi Kelas I, LOE C)
*Bukti klinis atau ekoradidiografi
Pilihan Aturan Pengobatan untuk
Mencegah Demam Rematik Serangan
Rekuren
Benzathine Penicillin G (Bicillin L-A)
Intramuskular
Penyuntikan 1 200 000 U dari
penisilin sediaan reaksi lambat (long-acting)
setiap empat minggu merupakan aturan
pengobatan yang direkomendasikan untuk
pencegahan sekunder pada sebagian besar
keadaan di Amerika Serikat (Tabel 4).
Dalam populasi yang memiliki insidensi
demam rematik yang tinggi, administrasi
benzathine penicillin G setiap tiga minggu
telah dibenarkan dan direkomendsikan
karena kadar obat dalam serum dapat jatuh
dibawah kadar aman sebelum minggu
keempat setelah dosis penisilin ini
diadministrasikan.
Di Amerika Serikat, administrasi
benzathine penicillin G setiap tiga minggu
hanya direkomendasikan untuk yang
mengalami demam rematik akut serangan
rekuren meskipun ketaatan pada aturan
pengobatan dilakukan setiap empat minggu.
Penisilin jenis reaksi lambat merupakan hal
khusus pada pasien dengan resiko tinggi
demam rematik rekuren, terutama bagi yang
memiliki penyakit jantung rematik dimana
rekurensinya
dapat
menjadi
serius.
Keuntungan dari benzathine penicillin G
harus dibandingkan dengan kesulitan dan
kesakitan pasien dalam penyuntikan, yang
dapat mengakibatkan beberapa individu
berhenti melakukan profilaksis. Walaupun
ada beberapa kekhawatiran mengenai resiko
serius dari reaksi alergi pada pasien yang
menerima
benzathine
penicillin
G
12
Dosis
Cara
Rating
Penisilin
600 000U
IM
Bezantin G untuk anak
27 kg,
1 200 000
U untuk >
27 kg setiap
4 minggu
1A
1B
1B
Macrolide
atau
Azalide
1C
Bervariasi
Oral
Agen Oral
Keberhasilan
profilaksis
oral
bergantung pada ketaatan pasien pada
pengobatan. Pasien butuh instruksi secara
hati- hati dan berulang mengenai pentingnya
melanjutkan profilaksis. Sebagian besar
kegagalan profilaksis terjadi pada pasien
yang tidak taat pada pengobatan. Bahkan
dengan ketaatan optimal pada pasien, resiko
kejadian berulang lebih tinggi pada individu
dengan profilaksis oral dibandingkan yang
menerima benzathine penicillin G secara
intramuskular. Agen oral lebih cocok
diberikan pada pasien dengan resiko rendah
mengalami serangan demam rematik
berulang.
Beberapa
dokter
dapat
Arthritis
15
16
17
A,
Dolginov F. Treatment
of
streptococcal
pharyngitis
with
amoxycillin once a day. BMJ.
1993;306:11701172.
36. Feder HM Jr, Gerber MA, Randolph MF,
Stelmach PS, Kaplan EL. Once-daily
therapy for streptococcal pharyngitis
with
amoxicillin.
Pediatrics.
1999;103:4751.
37. Clegg HW, Ryan AG, Dallas SD, Kaplan
EL, Johnson DR, Norton HJ, Roddey
OF, Martin ES, Swetenburg RL, Koonce
EW, Felkner MM, Giftos PM. Treatment
of streptococcal pharyngitis with oncedaily compared with twice-daily
amoxicillin: a noninferiority trial.
Pediatr Infect Dis J. 2006;25:761767.
38. Lennon DR, Farrell E, Martin DR,
Stewart JM. Once-daily amoxicillin
versus twice-daily penicillin V in group
A
beta-hemolytic
streptococcal
pharyngitis.
Arch
Dis
Child.
2008;93:474 478.
39. Griffiths SP, Gersony WM. Acute
rheumatic fever in New York City (1969
to 1988): a comparative study of two
decades. J Pediatr. 1990;116:882887.
40. Gordis L, Lilienfeld A, Rodriguez R.
Studies in the epidemiology and
preventability of rheumatic fever, II:
socio-economic
factors
and
the
incidence of acute attacks. J Chronic
Dis. 1969;21:655 666.
41. Ferguson GW, Shultz JM, Bisno AL.
Epidemiology of acute rheumatic fever
in a multiethnic, multiracial urban
community: the Miami-Dade County
experience. J Infect Dis. 1991;164:720
725.
42. Chun LT, Reddy DV, Yamamoto LG.
Rheumatic fever in children and
adolescents in Hawaii. Pediatrics.
1987;79:549 552.
43. Bass JW, Crast FW, Knowles CR,
Onufer CN. Streptococcal pharyngitis in
children: a comparison of four treatment
schedules with intramuscular penicillin
G benzathine. JAMA. 1976;235:1112
1116.
44. Pichichero ME, Margolis PA. A
comparison of cephalosporins and
penicillin in the treatment of group A
beta-hemolytic
streptococcal
pharyngitis: a meta-analysis supporting
the
concept
of
microbial
Antistreptolysin
O
and
antideoxyribonuclease B titers: normal
values for children ages 2 to 12 in the
United States. Pediatrics. 1998;101:86
88.
26. Shet A, Kaplan EL. Clinical use and
interpretation of group A streptococcal
antibody tests: a practical approach for
the pediatrician or primary care
physician. Pediatr Infect Dis J.
2002;21:420 426.
27. Kaplan EL, Huew BB. The sensitivity
and specificity of an agglutination test
for
antibodies
to
streptococcal
extracellular antigens: a quantitative
analysis and comparison of the
Streptozyme test with anti-streptolysin
O and anti-deoxyribonuclease B tests. J
Pediatr. 1980;96:367373.
28. Gerber MA, Wright LL, Randolph MF.
Streptozyme test for antibodies to group
A streptococcal antigens. Pediatr Infect
Dis J. 1987;6:36 40.
29. Denny FW, Wannamaker LW, Brink
WR, Rammelkamp CH Jr, Custer EA.
Prevention of rheumatic fever: treatment
of the preceding streptococcic infection.
J Am Med Assoc. 1950;143:151153.
30. Wannamaker LW, Rammelkamp CH Jr,
Denny FW, Brink WR, Houser HB,
Hahn EO, Dingle JH. Prophylaxis of
acute rheumatic fever by treatment of
preceding streptococcal infection with
various amounts of depot penicillin. Am
J Med. 1951;10:673 695.
31. Catanzaro FJ, Stetson CA, Morris AJ,
Chamovitz R, Rammelkamp CH Jr,
Stolzer BL, Perry WD. The role of the
streptococcus in the pathogenesis of
rheumatic
fever.
Am
J
Med.
1954;17:749 756.
32. Snellman LW, Stang HJ, Stang JM,
Johnson DR, Kaplan EL. Duration of
positive throat cultures for group A
streptococci after initiation of antibiotic
therapy. Pediatrics. 1993;91:1166 1170.
33. Gerber MA, Spadaccini LJ, Wright LL,
Deutsch L, Kaplan EL. Twice-daily
penicillin in the
treatment
of
streptococcal pharyngitis. Am J Dis
Child. 1985;139: 11451148.
34. Bass JW, Person DA, Chan DS. Twicedaily oral penicillin for treatment of
streptococcal pharyngitis: less is best.
Pediatrics. 2000;105:423 424.
18
19
prophylaxis.
N
Engl
J
Med.
1959;260:697702.
63. Markowitz M, Gerber MA, Kaplan EL.
Treatment
of
streptococcal
pharyngotonsillitis:
reports
of
penicillins demise are premature. J
Pediatr. 1993;123:679 685.
64. Meier FA, Centor RM, Graham L Jr,
Dalton HP. Clinical and microbiological
evidence for endemic pharyngitis among
adults due to group C streptococci. Arch
Intern Med. 1990;150:825 829.
65. Turner JC, Hayden FG, Lobo MC,
Ramirez CE, Murren D. Epidemiologic
evidence for Lancefield group C betahemolytic streptococci as a cause of
exudative pharyngitis in college
students. J Clin Microbiol. 1997;35:14.
66. Wilson MG, Lubschez R. Recurrence
rates in rheumatic fever: evaluation of
etiologic concepts and consequent
preventive therapy. JAMA. 1944;
126:477 480.
67. Gordis L, Lilienfeld A, Rodriguez R.
Studies in the epidemiology and
preventability of rheumatic fever, I:
demographic factors and the incidence
of acute attacks. J Chronic Dis.
1969;21:645 654.
68. Kuttner AG, Mayer FE. Carditis during
second attacks of rheumatic fever: its
incidence in patients without clinical
evidence of cardiac involvement in their
initial rheumatic episode. N Engl J Med.
1963;268:12591261.
69. Lue HC, Wu MH, Hsieh KH, Lin GJ,
Hsieh RP, Chiou JF. Rheumatic fever
recurrences: controlled study of a 3week versus 4-week benzathine
penicillin prevention programs. J
Pediatr. 1986;108:299 304.
70. Lue HC, Wu MH, Wang JK, Wu FF, Wu
YN. Long-term outcome of patients
with
rheumatic
fever
receiving
benzathine penicillin G prophylaxis
every three weeks versus every four
weeks. J Pediatr. 1994; 125(pt 1):812
816.
71. International Rheumatic Fever Study
Group. Allergic reactions to long-term
benzathine penicillin prophylaxis for
rheumatic fever. Lancet. 1991;337:1308
1310.
72. Wilson W, Taubert KA, Gewitz M,
Lockhart PB, Baddour LM, Levison M,
Bolger A, Cabell CH, Takahashi M,
hypothesis
or
entity?
Practical
considerations
for
the
clinician.
Pediatrics. 2004;113:883 886.
79. Kurlan R, Johnson D, Kaplan EL;
Tourette Syndrome Study Group.
Streptococcal
infection
and
exacerbations of childhood tics and
obsessive- compulsive symptoms: a
prospective blinded cohort study.
Pediatrics. 2008;121:1188 1197.
20