931 2432 1 SM PDF

You might also like

Download as pdf
Download as pdf
You are on page 1of 5
Jurnal Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia, Vol. 1, No. 1, 1993. PENENTUAN GOLONGAN DARAH SISTEM ABO MELALUI SALIVA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI U.I. (LAPORAN PENELITIAN) Ratna Farida, NG. Suryadhana, dan Ferry Gultom * Penentuan golongan darah sistem ABO sampai saat ini dilakukan dengan menggunakan darah individu yang. kadang-kadang tidak disukai. Dengan berkembangnya ilmu kedokteran, maka penentuan golongan darah ini dapat juga dilakukan dengan menggunakan saliva, tetapi tidak semua individu dapat ditentukan golongan darahnya ‘melalui saliva. Hanya + 80% populasi kulit putth saja yang dapat digunakan salivanya untuk menentukan golongan darah. Populasi ini disebut golongan sekretor, sedangkan yang 20% disebut golongan non sekretor. Berdasarkan uraian tersebut dan mudahnya pengambilan saliva tanpa menyakiti individu, maka pada penelitian {ni ingin diketahui populasi orang Indonesia yang bergolongan sekretor dengan mengambil sampel saliva dari maha- siswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia sebagai tahap awal. Penentuan golongan darah melalui saliva ‘pada perclitian ini dilakukan dengan menggunakan cara inhibition of agglutination test Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 78.50% dari 214 mahasiswa adalah golongan sekretor. Hasil ini menun- Jang hasil penelitian sebelumnya bahwa 280% populasi adalah golongan seketor. Penolitian ini juga melaporkan ‘adanya vatiasi golongan sekretor antara pria (97%) dan wanita (74%). Variasi golongan sekretor masing-masing adalah golongan darah A (94%), B (60%), dan AB (87%). PENDAHULUAN Sejak ditemukan adanya golongan darah pada manusia oleh Karl Landsteiner tahun 1900", dan berkembangnya ilmu seperti imunologi, genetika, dan biokimia, maka dilaporkan adanya paling se- dikit 100 antigen pada sel darah merah yang da- pat bereaksi dengan antisera yang spesifik dalam penentuan golongan darah. Limabelas di antara~ nya ialah ABO, MNSs, PRh, Lutheran, Kell, Lewis, Duffy, Kidd, Diego, Yt, Xg, lj, Dombrock, dan Colton yang banyak ditemukan pada orang Eropa. ‘Ada beberapa antigen lain yang jarang dite- mukan pada orang Eropa, tetapi banyak pada ras tertentu, seperti Diego pada orang Indian di Ame- rika Selatan, Jepang, dan Cina, sedangkan Sutter banyak pada orang kulit hitam. Untungnya, wa- laupun ada bermacam-macam antigen pada pe- nentuan golongan darah, hanya sistem ABO dan Rhesus yang paling penting dan banyak diguna- kan di ilinik. Sedangkan yang lain kurang pen- ting oleh karena antigen yang lemah, antibodi ti- dak ditemukan dalam keadaan notmal atau anti- bodi hanya ada setelah mengalami beberapa kali transfusi ataupun bila ada, hanya dapat bereaksi pada suhu rendah saja. Pada sistem golongan darah ABO yang dite- mukan oleh Karl Landsteiner pada tahun 1900, ‘ada empat macam golongan darah pada manusia, yaitu A, B, AB, dan O. Sistem ini berdasarkan aglutinasi antara antigen pada sel darah merah normal yang disebut dengan aglutinogen dan an- tibodi dalam serum individu normal yang disebut dengan aglutinin. "Ratna Farida, drg., MPhil; NG. Suryadhana, Drs; dan Ferry Gultom, drg, Bagian Biologi Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, Jakarta. Penelitian ini dibiayai oleh Dana Penunjang Pendidikan, Dep P& RI - Lembaga Penelitian, UI. Depok. 10 Antigen pada sel darah merah tersebut berupa antigen A dan Antigen B yang terbentuk dari tah A memiliki antigen A pada sel darah merah- nya dan antibodi anti-B dalam serumnya yang dapat diaglutinasi oleh darah individu golongan B yang memiliki antigen B pada sel darah merah- nya dan anti-A pada serumnya dan begitu seba- liknya. Sedangkan individu golongan darah O tidak memiliki baik antigen A maupun antigen B pada sel darah merahnya. Individu golongan darah AB akan memiliki kedua antigen A dan B pada sel darah merahnya. ‘Antigen ini-di bawah kontrol gene A dan B, sedangkan gene O merupakan allelomorphic ke III yang diturunkan secara dominan sederhana. Insi- den phenotip ABO. bervariasi pada tiap-tiap populasi yang sederhana. Insidens phenotip ABO bervariasi pada tiap-tiap populasi yang berbeda. Misainya pada populasi Inggtis: 44% adalah go- Jongan darah A, 8% golongan darah B, 43% go- longan darah O, dan hanya 3% golongan darah AB. Dengan berkembangnya ilmu kedokteran, ma- ka dilaporkan bahwa antigen sistem ABO tersebut tidak hanya ditemukan dalam sel darah merah saja, tetapi juga ditemukan dalam cairan tubuh lainnya seperti serum, keringat, cairan seminal, kemih lambung, dan saliva’, Namun demikian tidak pada semua orang dapat ditemukan antigen ABO tersebut dalam cairan tubuhnya. Menurut laporan, hanya sekitar 80% populasi kulit putih yang mengandung antigen ABO dalam saliva- nya®. Orang-orang tersebut disebut individu go- Jongan sekretor, sedangkan sekitar 20% dari mere- ka tidak dapat ditentukan golongan darahnya me- lalui saliva. Individu golongan sekretor memiliki substan H dalam salivanya bersamaan dengan substan A dan B yang sesuai dengan golongan darahnya. ‘Kemampuan untuk mensekresi substan A, B, dan Tabel-1: Golongan Sekretor/Non Sekretor Anti Gene Gol. Darah dari Sel Darah Meral A B AB ° A,B, ABO Sekretar Se Se Se se NonSekretor se se H tersebut bergantung ‘pada’ gene sekretor do- minan yang disebut dengan Se (allele Se), lihat ‘Tabel-1. Antigen A, B, dan H dapat dideteksi pada kehidupan awal fetus, tetapi belum berkembang penuh pada sel darah merah pada saat kelahiran. Kematangan akan dicapai pada usia kira-kira satu tahun yang selanjutnya akan tetap kuat selama hidupnya, kecuali pada keadaan patologik terten- tu yang dapat mempengaruhi antigen tersebut, misalnya lekemia akut yang dapat membuat anti- gen A menjadi lemah. Sampai ‘saat ini penentuan golongan darah dilakukan dengan menggunakan darah individu yang kadang-kadang tidak disukai oleh beberapa orang tertentu. Penentuan golongan darah dapat juga dilakukan dengan menggunakan saliva, yang, lebih mudah dan tidak menyakitkan. Namun de- mikian menurut laporan hanya 80% populasi ku- lit putih yang penentuan golongan darahnya da- patdilakukan melalui saliva. ‘Tujuan penelitian ini adalah mengetahui popu- lasi Indonesia yang termasuk golongan sekretor atau yang dapat ditentukan golongan darah ABO. nya melalui saliva. Untuk tahap awal diambi sampel dari mahasiswa Fakullas Kedoktéran Gigi Universitas Indonesia. Selain itu penelitian ini juga untuk mengetahui perbedaan jumlah golong- an sekretor pada pria dan wanita serta jamlah go- Jongan sekretor pada tiap-tiap golongan darah. Dengan demikian, cara penentuan golongan da- rah dengan menggunakan saliva akan lebih diper- mudah. BAHAN DAN CARA Bahan Penélitian: 1. Saliva: diambil dari subjek mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia yang bergolongan darah A, B, dan AB secara ran- dom-sebanyak +10 ml. Ditampung dalam igen ABH dalam Saliva ‘Antigen ASBIT Insiden % Ih dalam Saliva AtH 80 B+H A+B+H H tidak ada 20 Diambil dari: Boorman and Dodd. An Introduction to Blood Group Serology. 1966. 25-37. "1 beaker glass, kemudian diputar untuk diambil supernatannya dan dididihkan dalam pena- ingas air selama 10 menit. Cairan tersebut ke- mudian disimpan dalam freezer sampai saat dilakukan pemeriksaan. Antisera; human antisera A, B, dan AB yang siap pakai diperoleh dari Palang Merah Indo- nesia. Sebelum dilakukan pemeriksaan perlu diuji dahulu untuk melihat keadaannya masih baik atau tidak, dengan cara aglutinasi. . Suspensi Eritrosit 5%: darah A, B, dan AB de- ngan antikoagulansia diputar selama 15 menit pada kecepatan 2000 rpm. Plasma dibuang dan sediaan eritrosit dicuci sebanyak 3 kali dengan garam faali. Kemudian dibuat suspensi eritro- sit 5% dalam garam faali 0.09% Suspensi ini selalu dibuat segar pada saat dilakukan peme- riksaan. Cara Pemeriksaan: Untuk penentuan golongan darah ABO de- ngan saliva dilakukan dengan cara inhibition of ag- ‘glutination fest yaitu suatu modifikasi dari cara ‘Boorman dan Dacie*, Semua sampel saliva dien- cerkan dengan garam faali dari perbandingan 12 sampai 1:16. Kemudian masing-masing sebanyak 50 mikroliter dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kontrol selalu dilakukan pada setiap pemeriksaan dengan menggunakan garam faali atau saliva saja Antisera sejumlah 25 mikroliter ditambahkan ke dalam masing-masing tabung.reaksi yang berisi sampel saliva yang telah ditentukan dan ke ta- ‘Tabel-2:Distribusi Golongan Darah Sekretor/ Non Sekretor p bung: reaksi_ yang berisi saliva murni maupun saline sebagai kontrol. Semua tabung reaksi yang berisi cairan terse- but dikocok dan didiamkan selama 30 menit pada suhu kamar untuk proses absorpsi, selanjutnya suspensi eritrosit sejumlah 50 mikroliter ditam- bahkan ke dalam campuran di atas. Tabung diko- cok-kocok dan didiamkan selama 30 menit pada suhu kamar. Hasil reaksi akan berupa aglutinasi yang dibaca secara makroskopik atau mikros- kopik. ‘Untuk sampel saliva A bila diberi anti-A akan terjadi reaksi antara antigen A dan antisera A, se- hingga bila ditambahkan dengan eritrosit A, maka tidak ada aglutinasi. Golongan ini disebut dengan golongan A-sekretor. Demikian juga untuk golong- an B tethadap antisera B dan golongan AB terha- dap antisera AB. Apabila golongan darah A, B, dan AB yang non sekretor ditambahkan dengan antisera yang sesuai, maka pada reaksi pertama ini tidak ada proses absorpsi, sehingga pada pe- nambahan eritrosit selanjutnya dari golongan yang sesuai akan terjadi aglutinasi_ yang dilihat ‘Secara makroskopik atau mikroskopik. HASIL Hasil dari penentuan golongan darah dengan saliva pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel-2. Dari 81 mahasiswa yang bergolongan da- rah A (69 wanita, 12 pria), 76 orang menunjukkan yada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi U1. Jumlah Sekretor ‘Non Sekretor GolDarah | JenisKelamin | Subjek Jumiah % Jumlah, % A Wanita o 64 9275 5 725 Pria 2 2 100.00 0 0.00 a 76 93.82 5 618 B Wanita 76 a 53.95 38 4605 Pria it a 100.00 0 0.00 @ 52 59.77 35 40.23 AB Wanita a1 6 83.87 5 1613, Pria 15 “4 93.33 1 667 46 40 86.96 6 1308 Total Wanita 176 wi 7443 45 2557 Pria 38 37 97.37 1 263 12 reaksi positip (64 wanita, 12 pria) = 93.82%. Dari mereka dapat ditentukan golongan darah A mela- lui salivanya, Sedangkan 52 mahasiswa (41 wani- ta, 11 pria) = 59.7% dari 87 mahasiswa (76 wani- ta, 11 pria) golongan darah B, dapat ditemukan antigen B dalam salivanya. Selanjutnya yang ter- masuk sekretor AB, berjumlal 40 orang (26 wa- nita, 14 pria) = 86.96% dari 46 mahasiswa (31 wa- nita, 1 pria), Secara keseluruhan tampak bahwa 78.50% ma- hasiswa Fakultas Kedokteran Gigi U.I. termasuk golongan sekretor dan 21.50% termasuk golongan non sekretor. Pada Tabel-2 tampak 131 (74.43%) dari 176 mahasiswa wanita adalah golongan sekretor, se- dangkan pada mahasiswa prianya hampir semua, yakni 37 mahasiswa (97.37%) dari 38 orang adalah ‘golongan sekretor. DISKUSI Penentuan golongan darah manusia sangat penting, antara lain untuk menentukan penanda genetik (genctic markers) yang sangat berguna dalam studi antropologi dan dalam kasus perseli- sihan kebapakan (disputed paternity). Namun demikian yang paling penting dalam ilmu kedok- (eran adaiah untuk transfusi darah yaitu untuk menghindari reaksi imunologik karena perbedaan Komposisi kimia sel darah merah antara resipien dan donor. ‘Dari hasil penelitian ini dengan menggunakan cara inhibition of agglutination test, didapatkan hasil bahwa 78.50% dari 214 mahasiswa Fakultas Ke- dokteran Gigi Ux. dapat ditentukan_golongan darahnya melalui salivanya. Hasil ini menunjang hasil penclitian sebelumnya, antara lain, Glynn dk (1959)? di Middlesex yang melaporkan bahwa 77.12% dari 669 anak sekolah adalah golongan sekretor. Arsdel (1978) di Amerika melaporkan bahwa 75.80% dari 3144 mahasiswa_termasuk golongan sekretor dan 24.11% adalah golongan non sekretor. Pada tahun 1978 di Inggris, Mc.Con- nell dari Liverpool juga memeriksa 1118 orang secara acak dengan hasil 77.28% adalah golongan sekretor sedangkan yang 22.72% termasuk go; longan non sekretor. Di Indonesia, Sudiono dkk ° pada tahun 1978 melaporkan bahwa 74.51% dari 102 mahasiswa Fakultas Kedokteran UL. terma- suk golongan sekretor. Selain itu, pada penelitian ini juga dilaporkan adanya perbedaan jumlah sekretor pada masing- masing golongan darah. Ada 94% dari 81 13 mahasiswa yang bergolongan darah A termasuk golongan sekretor, 60% dari 87 mahasiswa go- Tongan darah B termasuk golongan sekretor, dan 87% dari 45 mahasiswa golongan darah AB adalah sekretor. Pada penelitian ini hanya dapat dikumpulkan 46 sampel golongan darah AB, karena populast golongan darah AB di dunia memang lebih kecil dibanding golongan darah A atau B. Untuk pene- litian selanjutnya sampel, terutama untuk mempe- roleh data populasi golongan darah sekretor bangsa Indonesia pada masing-masing golongan darah perlu diperbesar. Di samping itu penelitian ini melaporkan ada- nya perbedaan jumlah sekretor pada pria dan wanita; 97% dari mahasiswa pria termasuk go- longan sekretor dan pada mahasiswa wanita 74%, Perbedaan persentase tersebut, kemungkinan di- sebabkan jumlah sampel yang sedikit, schingga perlu menambah jumlah sampel dari luar Fakul- tas Kedokteran Gigi ULL, mengingat jumlah mahasiswa pria jauh lebih sedikit dibanding de- ngan mahasiswa wanita. Pada penelitian selanjutnya, perlu diperluas jumlah sampelnya, sehingga akhirnya dapat di- ketahui populasi golongan sekretor dan non sek- retor pada populasi Indonesia. Selain itu perlu pula dicari distribusi golongan sekretor dan non sekretor pada pria dan wanita menurut suku, golongan darah, serta faktor-faktor yang mem- pengaruhi perbedaan atau variasi dari golongan sekretor dan non sekretor. KESIMPULAN DAN SARAN Dari 214 mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia hanya 78.50% termasuk go- Jongan sekretor dan dapat ditentukan golongan darahnya melalui saliva, Pada 38 mahasiswa pria, 97% termasuk golongan sekretor dan pada 176 mahasiswa wanita, 74% adalah golongan sekretor. Dari mahasiswa golongan darah A ada 94% termasuk golongan sekretor, 60% golongan darah B, dan 87% golongan darah AB. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menambah sampel di luar Fakultas Kedokteran Gigi U.L untuk mendapatkan hasil yang lebih ba- ik, sehingga diharapkan penentuan golongan darah selanjutnya cukup hanya dengan menggu- nakan saliva tanpa pengambilan darah individu. Disarankan pula bahwa untuk penelitian selanjut- nya perlu dicari faktorfaktor yang mempenga- ruhi perbedaan jumlah sekretor pada pria dan ‘wanita, dan sekretor pada masing-masing golong- an darah ABO. Selain itu juga perlu diketahui DAFTAR PUSTAKA 4. Landsteiner K: Uber Agglutination Serschenuigen Nor- ‘malen Menslchen. Weirs Kliin Weschr. 100. 14: 1132. 2. Humpzey JH, White RG: Inmunology for Students of “Medicine 3rd ed. London: Blackwell Scientific Publi- ‘ations. 1972: 11,23, 172, 221-4 3. Boorman KE and Dodd BE: An Introduction to Blood Group Serology 3rd ed. Boston: Little Brown & Co. 1966: 25-327. 14 adanya perbedaan suku dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. 4. Dacie SIV, Lewis SM: Practical Hacmatology, 6th ed. ‘New York: Churchill Livingstone. 1964: 397-357. 5. Glynn AA, Glynn LE, Holborow EJ: Secretion of Blood Group Substances in Rheumatic Fever. A Genetic requirenment for susceptiilty. J Brit Med. 1959: 5147. 6. Sudiono §, Hertian 8, Winardi T: Penentuan Golongan ‘Sekretor / Bukan Sekretor pada Mahasiswa FK-UI Jaker- ta. 1978: 1-6.

You might also like