Mou DJP Baintelkam

You might also like

Download as pdf
Download as pdf
You are on page 1of 7
@® KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN BADAN INTELIJEN KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TENTANG KERJASAMA INTELIJEN DALAM RANGKA PENGHIMPUNAN DATA DAN INFORMASI NOMOR: KEP-42/PJ//2012 NOMOR: B/21/I1//2012 Pada hari ini Kamis, tanggal Delapan bulan Maret, tahun Dua ribu dua belas, yang bertanda tangan di bawah ini: 1, FUAD RAHMANY selaku Direktur Jenderal Pajak Kementerian Keuangan Republik Indonesia, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Direktorat Jenderal Pajak, berkedudukan dan beralamat di Jalan Gatot Subroto Kav. 40-42 Jakarta Selatan, yang selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA. 2. KOMISARIS JENDERAL POLIS! Drs. PRATIKNYO selaku Kepala Badan Intelijen Keamanan Kepolisian Negara Republik Indonesia, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) yang beralamat di Jalan Trunojoyo Nomor 3, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, selanjutnya disebut PIHAK KEDUA. PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA, secara bersama-sama selanjutnya disebut PARA PIHAK. PARA PIHAK terlebih dahulu menerangkan hal-hal sebagai berikut 2. Bahwa Direktorat Jenderal Pajak mempunyai tugas merumuskan dan melaksanakan Kebijakan dan standardisasi teknis di bidang perpajakan sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri, dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku: b, Bahwa Badan intelijen Keamanan mempunyai tugas membantu Kapolri dalam membina dan menyelenggarakan fungsi intelijen bidang keamanan bagi kepentingan pelaksanaan tugas operasional dan manajemen Polri guna mendukung pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan dalam rangka mewujudkan keamanan dalam negeri, Dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana dengan segala perubahannya; 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 81, Tambahan Lembaran Negara 3258); 3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomar 62) 4, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3686) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3987); 5. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Repubik Indonesia Nomor 4168); 6. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4635): 7. Peraturan Pemerinth Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang- Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258) Sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010 (Lembaran Negara Republik indonesia Tahun 2010 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5145); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 135 Tahun 2000 tentang Tata Cara Penyitaan Dalam Rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 247, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4049); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 136 Tahun 2000 tentang Tata Cara Penjualan Barang Sitaan yang Dikecualikan dari Penjualan Secara Lelang Dalam Rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 248, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4050); 10 Peraturan Pemerintah Nomor 137 Tahun 2000 tentang Tempat dan Tata Cara Penyanderaan, Rehabilitasi Nama Baik Penanggung Pajak dan Pemberian Ganti Rugi Dalam Rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 249, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomer 4051); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak dan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 162, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5268); 12, Peraturan Kepaia Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2010 tentang Manajemen Penyidikan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 118); 13. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2010 tentang Koordinasi, Pengawasan, dan Pembinaan Penyidikan bagi Penyidik Pegawai Negeri Sipil (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 439). Berdasarkan hat-hal tersebut di atas dan dalam rangka melaksanakan Nota Kesepahaman Antara Kementerian Keuangan Republik Indonesia Dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor MoU-1/MK.09/2012 dan Nomor 8/13/II1/2012 tentang Kerja Sama dalam Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Kementerian Keuangan dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia Tanggal 8 Maret 2012, PARA PIHAK sepakat untuk membuat Kesepakatan 3 Bersama sebagai berikut: BABI MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 1 Kesepakatan Bersama ini dimaksudkan untuk: a. meningkatkan keterpaduan PARA PIHAK dalam rangka penghimpunan data dan informasi untuk meningkatkan kepatuhan pemenuhan kewajiban _perpajakan masyarakat; dan b. _ meningkatkan pengetahuan dan pemahaman PARA PIHAK sesuai dengan tugas dan fungsi serta wewenang masing-masing, Pasal 2 ‘Tujuan Kesepakatan Bersama ini adalah: @. _tercapainya peningkatan keterpaduan PARA PIHAK dalam rangka penghimpunan data dan informasi untuk meningkatkan kepatuhan pemenuhan kewajiban_perpajakan masyarakat; dan b. _ tercapainya peningkatan pengetahuan dan pemahaman PARA PIHAK balk di bidang erpajakan maupun di bidang intelijen sesuai dengan tugas dan fungsi serta wewenang PARA PIHAK, BABII RUANG LINGKUP. Pasal 3 Ruang lingkup Kesepakatan Bersama ini meliputi: a. kerja sama di bidang sosialisasi; b. _ kerja sama di bidang operasional BABII PELAKSANAAN Bagian Kesatu Sosialisasi Pasal 4 (1) Dalam rangka meningkatkan pengetahuan pegawai/anggota PARA PIHAK, diselenggarakan sosialisasi yang dilaksanakan oleh masing-masing pihak atau PARA PIHAK, (2) Berdasarkan permintaan PIHAK KEDUA, PIHAK PERTAMA melaksanakan sosialisasi ketentuan perpajakan. (3) Berdasarkan permintaan PIHAK PERTAMA, PIHAK KEDUA memberikan sosialisasi tentang tugas dan fungsi serta kewenangan PIHAK KEDUA terkait kegiatan intelien. (4) Pelaksanaan sosialisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3), dapat dilaksanakan secara bersama-sama atau oleh masing-masing pihak Bagian Kedua Bidang Operasional Pasal 5 Kerja sama di bidang operasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b meliputi @._penghimpunan data dan informasi; dan b. _ pengamanan kegiatan intelijen. BABIV PEJABAT PENGHUBUNG Pasal 6 alam rangka memperlancar kerja sama dan kegiatan dalam Kesepakatan Bersama ini, ditunjuk Pejabat Penghubung. Pasal 7 Pejabat penghubung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 beranggotakan pegawailanggota PARA PIHAK yang bertugas pada: a. Direktorat Intelijen Ekonomi, Baintelkam POLRI, dan ©. Direktorat Intelijen dan Penyidikan, Direktorat Jenderal Pajak. BABY BIAYA Pasal 8 (1) Segala biaya yang diperiukan sehubungan dengan pelaksanaan penghimpunan data dan informasi serta pengamanan kegiatan inteljen yang diperlukan PIHAK PERTAMA ‘menjadi beban anggaran belanja PIHAK PERTAMA. (2) _Biaya penyelenggaraan sosialisasi dan kegiatan lain yang diperiukan, dibebankan pada ~anggaran belanja PARA PIHAK secara proporsional. BAB VI KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 9 Setiap permasalahan yang mungkin timbul dalam pelaksanaan isi Kesepakatan Bersama ini akan diselesaikan bersama PARA PIHAK melalui musyawarah. Pasal 10 Dalam rangka pelaksanaan Kesepakatan Bersama ini, maka PARA PIHAK menginstruksikan kepada jajaran di bawahnya untuk melaksanakan dan menindakianjuti Kesepakatan Bersama ini Pasal 11 Hal-hal yang belum diatur dalam Kesepakatan Bersama ini akan diatur dan disepakati bersama oleh kedua belah pihak dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Kesepakatan Bersama ini BAB VII PENUTUP Pasal 12 (1) PARA PIHAK bersepakat untuk melakukan evaluasi bersama secara berkala guna menyempurnakan Kesepakatan Bersama ii (2) Ketentuan teknis yang diperiukan dalam rangka pelaksanaan dan penyempurnaan Kesepakatan Bersama ini atau setiap perubahan yang disepakati akan diatur lebih lanjut secara tertulis dalam bentuk petunjuk teknis atau addendum yang disepakati PARA PIHAK, (3) Apabila setelah ditandatanganinya Kesepakatan Bersama ini terdapat suatu ketentuan dalam Kesepakatan Bersama yang bertentangan dengan peraturan perundang- undangan yang menyebabkan kelentuan tersebut menjadi tidak berlaku, ketentuan- ketentuan lainnya dalam Kesepakatan Bersama ini tetap berlaku serta mengikat. Pasal 13 Demikian Kesepakatan Bersama ini dibuat dalam rangkap 2 (dua) yang memiliki kekuatan hukum yang sama setelah ditandatangani oleh PARA PIHAK. Dibuat di Jakarta dan mulai berlaku sejak tanggal ditandatangani. PIHAn KEDUA PIHAK PERTAMA, ant A. FUAD RAHMANY

You might also like