Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

- -

PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP SINTAKSIS BAHASA


INDONESIA MELALUI PENERAPAN MEDIA PETA KONSEP
PADA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

Sudaryanto
FBS Universitas Negeri Yogyakarta

Abstrak
This classroom action research aims to improve the mastery of Indonesian
syntactic concepts of the students of the Indonesian Language and Literature
Education Study Program, the Faculty of Languages and Arts, the Yogyakarta State
University, through the concept-mapping learning media.
This 'classroom action research applied John Elliott's model or design.
There were two cycles in the research, each of which consisted of four steps. To
investigate the improvement of the mastery of Indonesian syntactic concepts, the
research employed a test, of which the contents were about sentences, sentence
patterns, clauses, phrases, constituents, and immediate constituents.
On the basis of the research findings, it can be concluded that the concept-
mapping media can improve the mastery of Indonesian syntactic concepts of the
students involved in the research, i.e. the students of the Indonesian Language and
Literature Education Study Program, the Faculty of Languages and Arts, the
Yogyakarta State University. The improvement of the mastery of Indonesian
syntactic concepts is proved by the increase of the mean score of the pretest, which
is 3.62, to a mean score of 5.74 after the learning process applying the concept-
mapping media in Cycle I. Meanwhile, after the application of the concept-making
media in the learning process in Cycle II, the mean score achieved by the students
is 8.49. The improvement of the mastery of Indonesian syntactic concepts is also
proved by the mean score of the posttest; 16 students (88.89 %) achieve a score of
higher than 8.00 and only 2 students (11.11 %) achieve a score of lower than 8.00.

Key words: learning media, concept-mapping, syntactic concepts

A. Pendahuluan hanya rata-rata nilainya rendah (C).


1. Latar Belakang Masalah Tidak memuaskannya hasil belajar
Selama ini perkuliahan sin- mahasiswa ini dengan sendirinya
taksis bahasa Indonesia yang berlang- sangat ditentukan oleh berbagai faktor,
sung pad a Program Studi Pendidikan misalnya motivasi belajar mahasiswa
Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNY yang rendah, kurangnya tersedia sa-
masih belum memuaskan. Dikatakan rana belajar, media perkuliahan yang
demikian, karena mahasiswa yang tidak tepat, metode pembelajaran yang
mengambil mata kuliah Sintaksis ham- diterapkan dosen yang tidak tepat, dan
pir sebagian besar mengalami kesulitan sebagainya. Sebagai upaya untuk me-
dalam memahami konsep-konsep sin- ningkatkan kegiatan belajar-mengajar
taksis sehingga nilai yang diperoleh yang dilakukan oleh dosen dapat di-
mahasiswa tidak memuaskan karena tempuh melalui berbagai cara. Dengan

110
111

peningkatan kegiatan belajar-mengajar untuk memperbaiki suatu keadaan atau


tersebut selanjutnya diharapkan keber- kondisi suatu fenomena tertentu.
hasilan belajar mahasiswa menjadi me- Sebenamya cukup banyak pen-
ningkat pula. Keberhasilan perkuliah- dekatan, metode, strategi, media, atau-
an Sintaksis ini di antaranya ditandai pun teknik pembelajaran yang dapat
dengan nilai yang diperoleh mahasiswa diterapkan untuk meningkatkan pe-
tidak hanya C, tetapi lebih dari itu, mi- nguasan konsep-konsep sintaksis. Da-
saInya B-, B, B+,A- atau bahkan A. lam kesempatan penelitian ini sebagai
Selanjutnya, berdasarkan pra- upaya untuk meningkatkan pengu-
survei yang dilakukan sebelum di- asaan konsep-konsep sintaksis bahasa
lakukannya tindakan dengan cara Indonesia dicoba digunakan media
memberikan pretes, yang isinya ber- pembelajaran yang dikenal dengan
kaitan dengan konsep-konsep sintaksis istilah media peta konsep (Concept map).
diperoleh skor rata-rata 16,67 dari Digunakannya media peta kon-
jumlah soal sebanyak 46 buah dengan sep ini untuk meningkatkan pembel-
setiap item soal dengan jawaban betul ajaran mata kuliah Sintaksis karena
diberi skor 1 dan apabila jawaban yang adanya berbagai kebaikan yang ter-
salah diberi skor O. Apabila skor itu dapat di dalam media tersebut. Ke-
ditransfer dengan rentangan nilai 0 -10 baikan media tersebut di antaranya
atau 0 - 100, rata-rata nilai yang di- dengan adanya peta konsep berarti
peroleh mahasiswa sebesar 3,62 atau media yang bersangkutan mampu
36,20. Hal itu dapat diartikan bahwa menghubungkan antara konsep yang
penguasaan mahasiswa terhadap satu dengan konsep yang lain dalam
konsep-konsep sintaksis sebelum di- suatu koridor kekalimatan. Selanjut-
laksanakan tindakan baru memiliki nya, adanya hubungan konsep-konsep
sebesar 36,20 % atau boleh dikatakan itu pula akan menjadikan perhatian dan
masih sangat rendah karena masih minat mahasiswa berkembang. Di
belum mencapai 60 %. Untuk mem- samping itu, adanya bentuk hubungan
perbaiki kondisi pembelajaran sintaksis antara konsep yang satu dengan kon-
bahasa Indonesia sehingga mahasiswa sep lainnya berarti pengetahuan maha-
diharapkan benar-benar mempunyai siswa menjadi lebih luas dan menjadi
penguasaan konsep-konsep sintaksis lebih detail, yang selanjutnya kepe-
sehingga mereka mampu menyusun milikian konsep-konsep mahasiswa
kalimat bahasa Indonesia dengan benar yang bersangkutan menjadi bermakna.
dapat dilaksanakan melalui berbagai
cara. Salah satu altematif untuk meng- 2. Tujuan Penelitian
atasi hal itu adalah dilakukan dengan Penelitian tindakan kelas ini
cara penerapan penelitian tindakan memiliki tujuan untuk meningkatkan
kelas (PTK) atau classroon action re- penguasaan konsep-konsep sintaksis
search. Adapun alasan digunakan jenis bahasa Indonesia dengan menerapkan
penelitian tindakan kelas sebagai upaya media pembelajaran peta konsep bagi
untuk meningkatkan penguasaan mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa
mahasiswa terhadap konsep-konsep dan Sasatra Indonesia FBS UNY.
sintaksis bahasa Indonesia karena salah
satu manfaat jenis penelitian ini ialah

Peningkatan Penguasaan Konsep Sintaksis Bahasa Indonesia

'- ~-'.-..- -- . '" ~-_. -..


112

3. Kajian Teoretis dengan tanda titik, tanda tanya, atau


a. Hakikat Sintaksis tanda seru.
Sintaksis sebagai salah satu Menurut Tata Bahasa Tradisional
cabang Linguistik sering dinamakan se- (Keraf, 1975: 154), kalirnat dikatakan se-
bagai tata kalirnat meskipun peng- bagai satuan kumpulan kata yang
gunaan istilah itu kurang tepat. Dikata- terkecil yang mengandung pikiran
kan demikian, karena cabang Linguistik yang lengkap. Sementara itu, Keraf
tersebut biasanya mempelajari bagai- (1975: 156) menyatakan bahwa kalimat
mana suatu kalimat dalam suatu adalah satu bagian ujaran yang dida-
bahasa itu dibentuk oleh masyarakat hului dan diikuti oleh kesenyapan,
pemakainya. Tata kalirnat menganali- sedangkan intonasinya menunjukkan
sis satuan gramatikal sebesar satu atau bahwa bagian ujaran itu sudah lengkap.
lebih daripada satu kata (Verhaar, 1984: Adapun Ramlan (1983: 22) memberikan
60). Selanjutnya, dikatakan pula oleh definisi ten tang kalirnat, kalimat adalah
Verhaar bahwa masalah seperti macam- satuan gramatik yang dibatasi oleh
macam satuan sintaksis dan macam- adanya jeda panjang yang disertai nada
macam hubungan di antara satuan- akhir turun atau naik.
satuan itulah yang diselidiki oleh Berdasakan pendapat-pendapat
Sintaksis. Sementara itu, Keraf (1978) ahli di atas, selanjutnya dapat dikata-
menyebutkan bahwa sintaksis adalah kan bahwa yang dirnaksud dengan
bahagian dari tata bahasa yang mem- istilah kalimat adalah satuan bahasa
pelajari dasar-dasar dan proses-proses yang memiliki makna lengkap dan
pembentukan kalimat dalam suatu utuh, yang diawali dengan kesenyapan
bahasa. Sementara itu, Ramlan (1983: awal dan diakhiri dengan kesenyapan
17) mengatakan bahwa Sintaksis ialah final.
cabang ilmu bahasa yang mem- Menurut Keraf (1978: 159), ada
bicarakan seluk-beluk wac ana, kalimat, beberapa jenis kalirnat ditinjau dari
klausa, dan frasa. berbagai sudut pandang. selanjutnya,
dikemukakan olehnya bahwa:
a. Kalirnat a) berdasarkan kontumya, terdapat
Menurut Alwi dkk. (1993: 349), kalimat minim dan kalimat panjang;
yang dirnaksud dengan kalimat adalah b) berdasarkan jumlah unsur pusat/
satuan bahasa terkecil, dalam wujud inti, terdapat kalimat minor dan
lisan atau tulisan yang mengungkapkan mayor;
pikiran yang utuh. selanjutnya c) berdasarkan sudah mengalami
dijelaskan olehnya bahwa dalam wujud perubahan atau belum, terdapat ka-
lisan, kalimat diucapkan dengan suara limat inti dan kalimat transfoe-
naik turun dan keras lembut, disela masional;
jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir d) berdasarkan jumlah pola kalimat
yang diikuti oleh kesenyapan yang (klausa), terdapat kalimat tunggal
mencegah terjadinya perpaduan atau dan kalimat majemuk;
asimilasi bunyi atau proses fonologis e) berdasarkan situasi dan bentuk-
lainnya. Semen tara itu, dalam wujud bentuk khusus yang digunakan,
tulisan berhuruf Latin, kalimat dirnulai pada kalimat tunggal terdapat kali-
dengan huruf kapital dan diakhiri mat berita, kalimat tanya, dan
kalirnat perintah;

Litera, Volume 6, Nomor 1, Januari 2007


113

f) berdasarkan sifat hubungannya, Keraf dilengkapi dengan yang terdapat


pada kalimat majemuk, terdapat di dalam pembagiannya Alwi dkk. Mi-
kalimat majemuk setara, bertingkat, salnya di dalam pembagian Keraf tidak
dan campuran; terdapat jenis kalimat ekatransitif,
Pembagian jenis kalimat yang dwitransitif, tetapi di dalam pembagian
dikemukakan oleh Keraf di atas agak Alwi dkk. jenis kalimat tersebut
berbeda dengan pembagian jenis kali- terdapat di dalamnya. Begitu pula
mat yang dikemukakan oleh Alwi dkk sebaliknya, yang tidak terdapat di
(1993: 378). Mereka membagi kalimat dalam pembagiannya Alwi dkk. jenis
menjadi beberapa jenis ditinjau dari kalimat itu terdapat di dalam
berbagai sudut pandang, yaitu: pembagiannya Keraf, misalnya jenis
a) berdasarkan jumlah klausa, terdapat kalimat berdasarkan konturnya.
kalimat tunggal dan kalimat maje-
muk; b. Klausa
b) berdasarkan kategori predikatnya, Ahli-ahli bahasa tradisional
pada kalimat tunggal terdapat ka- pada umumnya belum menyinggung
limat nominal, kalimat adjektival, masalah klausa. Klausa banyak dibi-
kalimat verbal, dan kalimat carakan sesudah merebaknya paham
numeral; Linguistik Strukturalisme. Ahli yang
c) berdasarkan kemungkinan keha- banyak berbicara masalah klausa di
diran nomina atau frasa nominal antaranya Verhaar (1984 dan 2001),
pemerlengkapannya, terdapat ka- Ramlan (1983), Alwi dkk. (1993), dan
limat taktransitif, kalimat ekatran- Kridalaksana (1984). Menurut Ramlan
sitif, kalimat dwitransitif, dan kali- (1983: 78) yang dinamakan klausa ada-
mat semitransitif; lah satuan gramatik yang terdiri dari
d) berdasarkan macam verba yang predikat atau P, baik disertai dengan 5,
menjadi predikatnya, subjek dan 0, Pel., dan Ket. maupun tidak. Se-
objek, serta bentuk verba yang di- lanjutnya, dijelaskan bahwa secara
pakai, terdapat kalimat aktif dan ringkas klausa ialah (5) P (0) (Pel)
kalimat pasif; (Ket), dan unsur-unsur yang terdapat di
e) berdasarkan bentuk sintaksisnya, dalam tanda kurung sifatnya mana-
terdapat kalimat deklaratif, kalimat suka, atau boleh ada boleh tidak. Na-
interogatif, kalimat imperatif,dan mun, lebih lanjut dikatakan pula bahwa
kalimat eksklamatif; unsur inti klausa adalah 5 dan P karena
f) berdasarkan ada tidaknya subjek sebagian besar kalimat memgandung
dan predikat, terdapat kalimat leng- unsur 5 dan P.
kap (mayor) dan kalimat tak Menurut Ramlan (1993: 79),
lengkap (minor); klausa dapat dikaji berdasarkan tiga
g) berdasarkan urutan subjek dan macam cara, yaitu berdasarkan: (1)
predikatnya, terdapat kalimat susun fungsi unsur-unsurnya, (2) kategori
biasa dan kalimat inversi. kata atau frasa yang menjadi unsurnya,
Apabila diperhatikan dari ke- dan (3) makna unsur-unsurnya. Selan-
dua kelompok ahli di atas, prinsipnya jutnya, Ramlan (1993: 123) mengkla-
keduanya dapat dipandang saling me- sifikasikan klausa berdasarkan tiga hal,
lengkapi. Maksudnya, yang tidak ter- yaitu berdasarkan: (1) struktur intern,
dapat di dalam pembagian kalimatnya (2) ada tidaknya kata negative yang

Peningkatan Penguasaan Konsep Sintaksis Bahasa Indonesia


114

secara gramatik menegatifkan P, dan (3) ditinjau. Menurut Alwi dkk. (1993)
kategori kata atau frasa yang mendu- frasa dapat dibedakan menjadi frasa
duki fungsi P. verbal, nominal, pronominal, dan
Berdasarkan struktur intem- numeral). Adapun Ramlan (19983: 144)
nya, klausa dapat dikategorikan men- membedakan frasa berdasarkan
jadi: a) klausa lengkap dan b) klausa tak kategori katanya menjadi lima macam,
lengkap, sedangkan klausa lengkap yaitu frasa: (1) nominal, (2) verbal, (3)
terdiri dari: (1) klausa lengkap susun bilangan, (4) keterangan, dan (5) depan.
biasa dan klausa lengkap susun batik Lebih jauh lagi, Ramlan mengklasifika-
atau inversi. Selanjutnya, berdasarkan sikan frasa berdasarkan konstruksinya,
ada tidaknya kata negatifnya yang yaitu menjadi: (1) frasa berkonstruksi
terdapat di dalam suatu klausa, klausa endosentrik dan (2) frasa berkonstruksi
dapat dibedakan menjadi: a) klausa eksosentrik.
positif dan b) klausa negatif. Adapun a) Frasa Berkonstruksi Endosentrik
berdasarkan kategori kata atau frasa Menurut Ramlan (1983: 142),
yang menduduki fungsi P, terdapat yang dimaksud dengan frasa ber-
klausa: a) nominal, b) verbal, c) bi- konstruksi endosentrik adalah frasa
langan, dan c) depan. Sementara itu, di yang memiliki distribusi yang sarna
dalam klausa verbal terdapat beberapa dengan unsumya, baik semua un-
jenis , yaitu klausa verbal: (1) ajektif, (2) sumya maupun salah satu dari unsur-
yang intransitif, (3) yang aktif, (4) yang nya. Selanjutnya, Ramlan mengkla-
pas if, (5) yang refleksif, dan (6) yang sifikasikan satuan gramatika yang
resiprok. termasuk jenis frasa endosentrik, yaitu
frasa endosentrik yang: (1) koordinatif,
c. Frasa (2) atributif, dan (3) apositif.
Menurut Kridalaksana (1984: b) Frasa Berkonstruksi Eksosentrik
53) dan Kamus Besar Bahasa Indonesia Menurut Ramlan (1983: 142)
atau KBBI (1996: 281) frasa ialah ga- yang dimaksud dengan frasa berkon-
bungan dua kata atau lebih yang si- struksi eksosentrik adalah frasa yang
fatnya tidak predikatif; dan gabungan salah satu unsumya tidak memiliki dis-
itu dapat rapat, dapat renggang. Se- tribusi yang sarna dengan semua unsur-
mentara itu, menurut Verhaar (1984: 97) nya. Terkait dengan frasa berkon-
frasa adalah satuan bahasa yang tidak struksi eksosentrik ini, temyata Ramlan
melampaui batas fungsi yang didu- lebih lanjut tidak memberikan jenis
dukinya. Pendapat senada disampai- atau klasifikasinya. Dia hanya mem-
kan oleh Ramlan (1983: 137), yang berikan beberapa contoh susunan kata
menyatakan bahwa frasa adalah satuan yang dapat dikategorikan sebagai frasa
gramatik yang terdiri dari dua kata berkonstruksi eksosentrik.
atau lebih yang tidak melampaui batas
fungsi. Adapun pengertian tidak me- b. Media Peta Konsep
lampaui batas fungsi adalah frasa Dalam bidang Biologi dikenal
hanya memiliki satu fungsi dalam adanya peta konsep dari hal yang
suatu kalimat. sangat umum, yaitu tentang kehidupan
Frasa atau kelompok kata me- sampai pada hal yang spesifik, yaitu
miliki beberapa jenis, hal itu ber- Biologi Terapan (Brum and McKane,
gantung dari sudut mana frasa itu 1989). Selanjutnya, oleh Brum dan

Litera, Volume 6, Nomor 1, Januari 2007


115

McKane (1989) disebutkan "The concept (1) Peta konsep adalah suatu teknik
map is a visual representation of chapters untuk menunjukkan konsep-
principles. It conveys relationships in a konsep dan atau proposisi-propo-
.more meaningful way than an outline." sisi dalarn suatu bidang studi
Hal ini sesuai dengan pendapat tertentu.
Pasaribu (Hartini, 1998), yang mengata- (2) Peta konsep merupakan suatu
kan bahwa peta konsep adalah suatu garnbar dua dirnensi dari sutu
media untuk mernperlihatkan hu- bidang atau suatu bagian dari suatu
bungan beberapa konsep dalam bentuk bidang studi.
pemyataan atau 'proposisi. Kemudian, (3) Tidak semua konsep merniliki
pendapat senada disarnpaikan oleh bobot yang sarna di antara konsep-
Sutanto (1990), yang menyatakan konsep itu. Untuk itu, dapat
bahwa konsep-konsep da:sar yang satu dikatakan bahwa ada beberapa
dengan yang lain saling berhubungan konsep yang lebih inklusif daripada
disebut sebagai peta konsep. konsep-konsep yang lain.
Berkaitan dengan peta konsep (4) Keberadaan peta konsep bersifat
ini Dahar (1996) mengatakan bahwa hierarkis. Maksudnya jika dua
peta konsep digunakan untuk me- buah konsep atau lebih digambar-
nyatakan hubungan yang bermakna kan, di bawah suatu konsep yang
antara konsep-konsep dalam bentuk bersifat inklusif terbentuklah suatu
proposisi. Proposisi-proposisi merupa- hierarki peta konsep tersebut.
kan dua atau lebih konsep-konsep yang Dalarn bidang Sintaksis, jalinan
dihubungkan oleh kata-kata dalarn konsep-konsep sintaksis atau keka-
suatu unit semantik. Dalarn bentuknya lirnatan yang terdapat di dalarnnya
yang paling sederhana suatu peta dapat disusun menjadi cukup banyak.
konsep hanya terdiri dari dua konsep Akan tetapi, berkaitan dengan pene-
yang dihubungkan oleh satu kata titian tindakan kelas ini, media peta
penghubung atau pembentuk suatu konsep yang digunakan meliputi bi-
proposisi. Berdasarkan uraian di atas, dang yang berkaitan dengan masalah
selanjutnya dapat dikatakan bahwa pa- kalirnat, klausa, dan frasa dalam bahasa
da prinsipnya media peta konsep me- Indonesia. Untuk memberikan gam-
rupakan suatu jalinan antara konsep- baran yang cukup jelas berikut ini di-
konsep yang satu dengan konsep yang contohkan beberapa media peta konsep
lain yang digunakan untuk meningkatkan
Selanjutnya, Ausubel (Dahar, penguasaan kosep-konsep sintaksis,
1996) berpendapat bahwa karakteristik sebagai berikut ini.
peta konsep sebagai berikut.

Peningkatan Penguasaan Konsep Sintaksis Bahasa Indonesia

-- -~ -- -- ._~---_._---
--

116

Media Peta Konsep I


Kalimat

1
Jenis

Kalimat tunggal Kalimat majemuk


(KT) (KM)

KMS KMB KMC

1 klallsa
/ /
2 klallsa pkk. 1 kls pkk + kls anak
/
kls pkk+ kls anak

Media Peta Konsep II


Klausa
.
Hakikat
+

C ir~ciri
Jenis Klausa

-'-~------
...------
Berdsrkan Strktr Intern Brdsrkan. Bntk. Negatif
Kt./Frse

/
Kls. Lngkp. ~Is. Tk. Lngkp KIs.~. Ngtf.

Kls.Kls. Nmnl. Kis. Verbal Kis. Bil. Kis. Depan

Litera, Volume 6, Nomor 1, Januari 2007


117

Media Peta Konsep III


FRASA/KELOMPOK KATA

Hakikat

Cirri-ciri

Semantis Fungsi Struktural

Tdk mnmblkn 1 mkna 1 fungtor


~
DM/HA MD I AH DO IMM

makna tiap kata msh tampak

/l
SUbj~~ Predikat ~ Objek

jya dimrahi
Saya membac b ku

HID AIM

Baru saja makan


AIM HID
Kakak dan adik (saya)
HID HID (AIM)

Peningkatan Penguasaan Konsep Sintaksis Bahasa Indonesia

-- - -'-- - --
B. Metode Penelitian Teknik analisis data yang di-
1. Jenis dan Model Penelitian gunakan ialah teknik analisis secara
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif, yaitu dengan mencari fre-
penelitian tindakan kelas. Penelitian ini kuensi (persentase) jawaban mahasiswa
diawali dengan melakukan perencana- yang benar dikerjakan dari suatu tes
an (Planning), implementasi tindakan yang diberikan kepadanya. Di samping
(Acting), Observasi (Observing), dan - itu, teknik analisis data digunakan
refleksi (Reflecting). Sementara itu, teknik kolaboratif, maksudnya perma-
implementasi tindakan terakumulasi di salahan yang terdapat di dalam imple-
dalam perkuliahan disertai dengan mentasi tindakan dibahas dan dipecah-
penggunaan media peta konsep, teknik kan bersama-sama antara peneliti de-
umpan balik, dan tanya jawab. Setiap ngan kolaborator dan atau partisipan
kali terdapat permasalahan pada waktu pada saat dilaksanakan suatu refleksi,
dilakukannya suatu implementasi tin- baik refleksi awal, tengah maupun
dakan oleh dosen-peneliti, yang juga akhir .
dilakukan monitoring atau observasi,
setiap kali itu pula dievaluasi atau 3. Teknik Penentuan Keabsahan Hasil
direfleksi, dan dosen-peneliti yang me- Penelitian
laksanakan tindakan penelitian diha- Teknik yang digunakan untuk
rapkan mendapatkan masukan-masuk- menentukan keabsahan data dilakukan
an untuk perbaikan. Masukan-masuk- dengan cara berikut ini (a) keseriusan,
an yang disampaikan berdasarkan yaitu penelitian ini dilaksanakan de-
refleksi-monitoring secara kolaboratif ngan sungguh-sungguh atau tidak di-
dimaksudkan untuk melakukan pe- lakukan dengan hanya sambil lalu
rencanaan ulang (replanning) yang akan semata. Dengan demikian, diharapkan
digunakan untuk menentukan siklus hasil penelitian ini lebih dapat diper-
berikutnya. tanggungjawabkan.; (b) triangulasi,
Adapun desain PTK yang yaitu dilakukan dengan cara metode
digunakan di dalam penelitian ini ada- dan sumber. Metode yang dilakukan
lah desain PTK Model John Elliott untuk keabsahan data penelitian ialah
(1996). Digunakannya desain model ini berupa wawancara. Adapun cara yang
mengingat di dalam suatu perkuliahan berupa sumber ialah data dilakukan
suatu pokok bahasan tentang Sintaksis dengan cara meminta konfirmasi de-
dilakukan dengan dua atau tiga kali ngan ahli dalam bidang Sintaksis.
langkah tindakan (step).
4. Kriteria Keberhasilan Tindakan
2. Teknik Pengumpulan dan Analisis Kriteria keberhasilan yang ber-
Data kaitan dengan keberhasilan penguasaan
Instrumen dan teknik yang di- konsep-konsep sintaksis bahasa Indo-
gunakan untuk memperoleh data pe- nesia ialah berdasarkan prestasi yang
nelitian berupa: (1) tes penguasaan dipeorel mahasiswa pada akhir semes-
konsep-konsep sintaksis, (2) kolaborasi ter berdasarkan tes Sintaksis. Apabila
antara peneliti dengan kolaborator~ dan setiap mahasiswa dan atau rata-rata
(3) wawancara kepada mahasiswa se- pencapaian mahasiswa di atas 75 %
bagai responden atau subjek penelitian. mampu menjawab pertanyaan-per-
tanyaan tes berarti penerapan media

118
119

peta konsep dapat dikatakan berhasil taksis bahasa Indonesia yang dilak-
meningkatkan penguasaan konsep- sanakan dengan menggunakan
konsep sintaksis bahasa Indonesia. media peta konsep,
(2) semua responsen/mahasiswa me-
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan ngatakan bahwa mereka menjadi
1. HasH Penelitian cukup jelas memahami konsep-
Penelitian tindakan ini di- konsep sintaksis yang disajikan di
lakukan dalam dua siklus mengguna- dalam bentuk media peta konsep,
kan media peta konsep. Setiap siklus (3) semua responden/mahasiswa ber-
menggunakan empat langkah kegiatan, pendapat bahwa media peta kon-
yaitu perencanaan, tindakan, moni- sep sebagai sebuah media yang
toring, dan refleksi. Hasil refleksi di- bersifat inovatif,
gunakan untuk membuat perencanaan (4) menurut responden/mahasiswa
pada siklus kedua. Pad a setiapakhir bahwa mereka menjadi jelas dalam
siklus dilakukan tes akhir, di samping memahami konsep-konsep sin-
itu pada setiap siklus dibuat catatan taksis yang disajikan di dalam
untuk mendokumentasikan data yang bentuk media peta konsep.
bersifat kualitatif, serta penyebaran
angket dan wawancara guna meng- b. HasilPenelitian yang bersifat
ungkap pandangan responden menge- Kuantitatif
nai penerapan peta konsep. Data atau hasil penelitian yang
Berikut ini disajikan hasil pe- bersifat kuantitatif yaitu yang ng be-
nelitian baik yang bersifat kualitatif rupa penguasaan konsep-konsep sin-
maupun kuantitatif. Hasil penelitian taksis mahasiswa Jurusan Pendidikan
yang bersifat kualitatif tidak dipisahkan Bahasa dan Sastra Indonesia, baik yang
antara sikulus pertama dan kedua, berupa hasil pretes, hasil sesudah
sedangkan hasil kuantitaif dipisahkan implementasi Siklus I, dan sesudah
antara siklus yang pertama dan kedua. implemnetasi Siklus II atau postes
Hal ini dlakukan karena fokus utama dapat dikemukakan dalam Tabel I,
kegiatan penelitian ini adalah meng- sebagai berikut ini.
ungkapkan peningkatan pengauasan
konsep sintaksis melalui penerapan 2. Pembahasan HasH Penelitian
m~dia peta konsep. a. Pembahasan HasH Penelitian yang
Bersifat Kualitatif
a. HasH Penelitian yang Bersifat Berdasarkan monitoring dan
Kualitatif refleksi yang dilaksanakan sesudah
Berdasarkan monitoring, reflek- implementasi tindakan yang terang-
si, wawancara singkat, dan anket yang kum di dalam Siklus I dan Siklus II,
dilaksanakan sesudah implementasi selanjutnya diperoleh inforrnasi bahwa
tindakan yang terangkum di dalam mahasiswa yang dijadikan subjek pe-
Siklus I dan Siklus II, selanjutnya di- nelitian cukup antusias dan penuh per-
peroleh informasi bahwa mahasiswa hatian ketika mereka mengikuti per-
yang dijadikan subjek penelitian: kuliahan atau pembelajaran sintaksis
(1) mahasiswa cukup antusias dan bahasa Indonesia yang dilaksanakan
penuh perhatian ketika mengikuti dengan menggunakan media peta kon-
perkuliahan atau pembelajaran sin- sep. Kemudian, kepada sebagian

Peningkatan Penguasaan Konsep Sintaksis Bahasa Indonesia

- -- - -
120

Tabell: Penguasaan Mahasiswa terhadap Konsep-konsep Sintaksis Bahasa


Indonesia

Nomor Subjek Nomor Induk Mahasiswa Pretes Siklus I Siklus II

OI. 022124003 10 19 22
02. 032124001 23 28 38
03. 032124005 22 30 43
04. 032124006 21 28 45
05. 032124007 16 24 39
06. 032124008 17 25 43
07. 032124012 22 29 37
08. 032124013 20 26 43
09. 032124014 16 27 42
10. 032124015 18 25 42
II. 032124016 21 23 26
12. 032124017 14 25 42
13. 032124019 10 29 46
14. 032124020 11 24 41
15. 032124021 13 27 38
16. 032124024 23 30 41
17. 032124030 13 30 38
18. 032124036 10 26 37
Total 300 475 703
Mean 16,67 26,39 (=5,74) 39,06
(= 3,62) (8,49)

subjek penelitian diwawancarai atau mentasi tindakan yang terangkum di


ditanya tentang kesan mereka terhadap dalam Siklus I dan Siklus II, diperoleh
implementasi tindakan yang meng- informasi bahwa mahasiswa yang di-
gunakan media peta konsep untuk jadikan subjek penelitian cukup an-
perkuliahan sintaksis. Semua respon- tusias, bersemangat, dan penuh per-
sen mengatakan bahwa mereka men- hatian ketika mereka mengikuti per-
jadi cukup jelas memahami konsep- kuliahan atau pembelajaran sintaksis
konsep sintaksis yang disajikan di bahasa Indonesia yang dilaksanakan
dalam bentuk media peta konsep, ter- dengan menggunakan media peta kon-
utama konsep-konsep yang berupa sep. Kemudian, kepada mereka seba-
hakikat kalimat, jenis-jenis kalimat, gian diberi beberapa pertanyaan secara
unsur-unsur kalimat, dan sebagainya. lisan tentang kesan mereka terhadap
Dengan demikian, jelas bahwa peng- implementasi tindakan yang meng-
gunaan media peta konsep sangat ber- gunakan media peta konsep untuk
manfaat untuk pembelajaran sintaksis perkuliahan sintaksis. Pertanyaaan itu
bagi mahasiswa Jurusan Pendidikan di antaranya berisi ten tang bentuk ina-
Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNY. vatif terkait dengan penggunaan media
Selain itu, berdasarkan peman- peta konsep, cukup membantu tidak-
tauan dan refleksi sesudah imp le- nya media peta konsep bagi mahasiswa

Litera, Volume 6, Nomor 1, Januari 2007


121

dalam memahami konsep-konsep yang b. Pembahasan Hasil Penelitian yang


diberikan, dan sebagainya. Semua ma- Bersifat Kuantitatif
hasiswa yang diberi pertanyaan me- Berdasarkan penghitungan se-
~yatakan bahwa mereka mengganggap perti yang tertera di dalam Tabel 1 di
bahwa media peta konsep sebagai atas, selanjutnya dapat diketahui bah-
sebuah media yang bersifat inovatif. wa sebelum dilakukan penelitian tin-
Menurut mereka disebabkan selama ini dakan kelas atau sebelum adanya
mereka tidak pemah diberi perkuliahan implementasi tindakan Siklus I, ber-
dengan menggunakan media peta dasarkan hasil pretes atau prasurvei
konsep. Di samping itu, mereka juga temyata penguasaan konsep-konsep
menyatakan bahwa mereka menjadi sintaksis bahasa Indonesia mahasiswa
jelas dalam memahami konsep-konsep Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
sintaksis yang disajikan di dalam ben- Indonesia FBS UNY masih sangat ren-
tuk media peta konsep, terutama dah karena penguasaan mahasiswa ter-
konsep-konsep yang berupa hakikat hadap konsep-konsep sintaksis bahasa
kalimat majemuk, jenis-jenis kalimat Indonesia hanya sebesar 3,62 (36,20).
majemuk, hakikat klausa, jenis-jenis Jika penguasaan itu distandarkan mi-
klausa, hakikat frasa, jenis-jenis frasa, nimal 75 % berarti hal itu sangat rendah
unsur-unsur frasa, dan sebagainya. karena kurang dari 50%. Keadaan se-
Berdasarkan uraian di atas, perti ini sebetulnya sangat mempri-
dapat dikatakan bahwa penggunaan hatinkan mengingat para mahasiswa
media peta konsep sangat bermanfaat itu sebelurn mengikuti kuliah pada
untuk pembelajaran sintaksis bagi Jurusan PBSI sudah mendapatkan pem-
mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa belajaran kekalimatan ketika mereka di
dan Sastra Indonesia FBS UNY. Di bangku sekolah dasar dan rnenengah.
samping itu, penggunaan media peta Sesudah dilaksanakan tindakan
konsep benar-benar merupakan media yang terangkurn dalarn Siklus I, dengan
yang bersifat inovatif dan menjadikan keseluruhan tindakan yang terdiri dari
mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa 4 (empat) langkah atau step, kemudian
dan Sastra Indonesia FBS UNY ter- kepada subjek penelitian diberi tes
motivasi dan antusias untuk mengikuti yang intinya terkait dengan konsep-
perkuliahan sintaksis bahasa Indonesia. konsep sintaksis bahasa Indonesia, se-
Oleh karena itu, tidak ada jeleknyalah lanjutnya diperoleh skor rata-rata
apabila perkuliahan sintaksis atau sebesar 5,74. Jika dibandingkan de-
kernungkinan mata kuliah lainnya yang ngan skor rata-rata pretes atau sebelum
memiliki karakteristik sarna dengan adanya implernentasi tindakan dalam
mata kuliah Sintaksis ini mencoba se- Siklus I, temyata terdapat peningkatan
lalu menggunakan media pembelajaran skor rata-rata, yaitu sebesar 2,12 (dari
peta konsep. Hal ini dimaksudkan agar 3,62 ke 5,74). Adanya peningkatan skor
mahasiswa benar-benar memiliki pe- rata-rata ini jelas disebabkan oleh
mahaman dan penguasaan yang hakiki adanya implernentasi tindakan dalam
terkait dengan konsep-konsep ke- Siklus I. Tanpa adanya implernentasi
ilmuan yang diberikan oleh dosen. tindakan tersebut, niscaya kenaikan
skor rata-rata mahasiswa tampaknya
tidak mungkin terjadi. Akan tetapi,
faktor lain pun kemungkinan juga ikut.

Peningkatan Penguasaan Konsep Sintaksis Bahasa Indonesia

--- ----
-----

122

menyebabkan adanya kenaikan. Hanya sumbangan atau pengaruh terhadap


saja, raktor-raktor lain Hdak dHeliH peningka~an penguasaan konsep-
sehingga dalam hal ini diperkirakan konsep sintaksis mahasasiswa, namun
bahwa implementasi tindakan yang karena faktor lain tidak diteliti sehingga
terangkum di dalam Siklus I itulah jelas dapat dikatakan bahwa imp le-
yang menyebabkan adanya pening- mentasi tindakan yang menggunakan
katan skor rata-rata dari skor rata-rata media peta konsep dalam pembelajaran
pretes. sintaksis mampu meningkatkan pengu-
Berdasarkan uraian di atas, asaan konsep-konsep sintaksis bahasa
selanjutnya dapat dikatakan bahwa Indonesia bagi mahasiswa Jurusan Pen-
implementasi tindakan yang terang- didikan Bahasa dan Sastra Indonesia
kum di dalam Siklus I, dan yang pem- FBS UNY.
belajaran sintaksis menggunakan media
peta konsep mampu meningkatkan D. Simpulan
penguasaan konsep-konsep sintaksis Berdasarkan hasH dan pem-
bahasa Indonesia bagi mah~siswa bahasan di atas, selanjutnya dapat di-
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra simpulkan bahwa:
Indonesia FBS UNY. a. Penerapan media peta konsep mam-
Kemudian, berdasarkan hasH pu meningkatkan kualitas per-
penelitian yang tercantum di dalam kuliahan sintaksis bahasa Indonesia
Tabel 1 di atas, juga diketahui bahwa karena semangat, ansusiaisme, dan
sesudah adanya implementasi tindakan perhatian mahasiswa lebih terkon-
yang terangkum di dalam Siklus II, lalu sentrasi, selain mahasiswa menjadi
kepada mahasiswa diberikan postes, lebih jelas dalam menangkap pen-
temyata diperoleh skor rata-rata se- jelasan dosen tentang konsep-
besar 8,49. Dengan demikian, dapat konsep sintaksis bahasa Indonesia..
dikatakan bahwa terdapat kenaikan b. Penggunaan media peta konsep
atau peningkatan skor dari tes sesudah dapat meningkatkan penguasaan
implementasi tindakan Siklus I ke konsep-konsep sintaksis bahasa
sesudah implementasi tindakan Siklus Indonesia bagi mahasiswa Jurusan
II atau postes sebesar 2,75 (8,49-5,74). Pendidikan Bahasa dan Sastra
Sementara itu, jika peningkatan pengu- Indonesia FBS UNY.
asaan konsep-konsep sintaksis bahasa
Indonsia itu diperhitungkan dari pretes Daftar Pustaka
ke postes, peningkitan skor rata-rata
menjadi sebesar 4,87, yaitu skor rata- Alwi, Hasan dkk. 1993. Tata Bahasa
rata postes dikurangi skor rata-rata Baru Bahasa Indonesia. Jakarta:
pretes (8,49 - 3,62). Depdikbud RI.
Adanya kenaikan yang cukup
tinggi, yaitu sebesar 4,87 seperti yang Brum and McKane. 1989. Study Guide
diutarakan di atas menunjukkan bahwa Biology: Exploring Life. New
peningkatan skor itu kemungkinan York: John Wiley & Sons.
besar disebabkan adanya implementasi
tindakan yang menggunakan media Dahar, Ratna Wilis. 1996. Teori-teori
pembelajaran peta konsep. Kemung- Belajar. Jakarta: Erlangga.
kinan faktor lain juga ikut memberikan

Litera, Volume 6, Nomor 1, Januari 2007


123

Elliott. John. 1996. Action Researchfor Soepamo. 1993. Dasar-dasar Linguistik.


Educational Change. Celtic Yogyakarta: Mitra Gama
Court: Open University Press. Widya.

Hartini, Sri. 1989. pengaruh Pengunaan Sutanto, Ign. Rachad. 1990. Hubungan
Peta Konsep pada Pembelajaran antara Kemampuan Membuat
Kimia terhadap Prestasi Belajar Diagram Konsepn dengan Ke-
Siswa Kelas 2 Cawu I SMU Ne- mampuan Memecahkan Masalah
geri Minggir Sleman. Yogya- Fisika bagi Mahasiswa D2 Fisika
karta: IKIP Yogyakarta. MIPA IKIP Yogyakarta. Yogya-
karta: IKIP Yogyakarta.
Keraf, Gorys. 1978. TatabahasaIndonesia
untuk Sekolah Lanjutan Atas. Vehaar, J.W.M. 1984. Pengantar
Ende-Flores: Nusa Indah. Linguistik. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Ramlan, M. 1983. llmu Bahasa Indonesia,
Sintaksis. Yogyakarta: CV 2001. Asas-asas Linguis-
Karyono. tik Umum. Yogyakarta: Ga-
djah Mada University Press.

Peningkatan Penguasaan Konsep Sintaksis Bahasa Indonesia

You might also like