Professional Documents
Culture Documents
Makalah Seminar Di Bogor 16-17 JUni 2010 Revisi
Makalah Seminar Di Bogor 16-17 JUni 2010 Revisi
Menurut Karim dan Syarief (2008), keberadaan pengelolaan zakat tidak terlepas dari
kedua fenomena yang terdiri dari faktor penarik (pull factor) berupa semangat menyadarkan
umat, semangat melayani secara profesional, semangat berinovasi membantu mustahik dan
semangat memberdayakan masyarakat, dan faktor pendorong (push factor) berupa potensi
penghimpunan dana zakat yang besar, regulasi yang mulai mendukung, infrastruktur IT yang
mendukung dan tingkat kesadaran masyarakat yang meningkat. Pengelolaan Zakat terkait
dengan kebijakan pemerintah berarti kegiatan pengumpulan dan penyaluran untuk mencapai
sangat kompleks dan harus didekatkan secara sistematik (Muhammad, 2008).
Baytul Maal Bogor (BM Bogor) adalah Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang didirikan
pada 1 Muharram 1420 H atau 17 april 1999 dengan status sebagai lembaga otonom di
bawah Yayasan Peramu. Pada 18 Agustus 2003 Baytul Maal Bogor berubah menjadi
Yayasan Baytul Maal Bogor menjadi lembaga independen terpisah dari Yayasan Peramu.
Visi BM Bogor adalah “terwujudnya masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan
dalam ekonomi, sosial, budaya dan politik, mengedepankan rasa persaudaraan dan kasih
saying serta menguatkan dan membela kaum yang terpinggirkan”. Misi BM Bogor adalah
bekerjasama dengan berbagai institusi dan kelompok masyarakat yang peduli untuk
mengatasi masalah kemiskinan dan pemiskinan melalui optimalisasi pendayagunaan zakat
dan non zakat serta penyadaran aghniya – aqwiya dan pencerahan dhu’afa – mustadh’afiin.
Tujuan didirikan BM Bogor adalah untuk memberdayakan ekonomi rakyat dengan
mengoptimalkan pemanfaatan dana-dana amanah baik zakat maupun non zakat (infaq,
shadaqah, wakaf dan hibah) dengan membentuk kerjasama sinergi dengan berbagai lembaga
sejenis atau yang memiliki sikap dan kepedulian yang sama terhadap realita pengentasan
kemiskinan.
Program Ikhtiar merupakan program pemberdayaan berbasis komunitas (community
based empowerment) melalui pelayanan keuangan mikro (microfinance services) dengan
mekanisme kelompok (parcipatory group) yang ditujukan secara khusus bagi kaum
perempuan dari keluarga berpenghasilan rendah (women of the poor or low income families).
Program Ikhtiar adalah sebuah kerjasama program pendayagunaan ZIS antara BM Bogor dan
jaringannya untuk menjangkau keluarga miskin di perkotaan dan pedesaan (urban and rural
poor). Program ini dimulai pada akhir tahun 1999 di wilayah pedesaan Kecamatan
Tamansari Kabupaten Bogor serta kawasan miskin perkotaan di kota Bogor pada tahun
2002. Program Ikhtiar di Kota Bogor dan Kabupaten Bogor berkaitan pemberdayaan
berbasis komunitas (community based empowerment) melalui pelayanan keuangan mikro
(microfinance services) dengan mekanisme kelompok (parcipatory group) yang ditujukan
secara khusus bagi kaum perempuan dari keluarga berpenghasilan rendah (women of the
poor or low income families) (Assadullah, 2007).
Pelayanan adalah setiap kegiatan atau manfaat yang ditawarkan oleh suatu pihak pada
pihak lain dan pada dasarnya tidak berwujud, serta tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu
(Kotler, 1999). Menurut Parasuraman et al. (1985) ada tiga hal penting yang harus
diperhatikan dalam kualitas layanan, yaitu sebagai berikut:
1. Kualitas layanan sulit dievaluasi oleh pelanggan daripada kualitas barang.
2. Persepsi kualitas layanan dihasilkan dari perbandingan antara kepuasan pelanggan dan
layanan yang diberikan secara nyata.
3. Evaluasi kualitas tidak semata-mata diperoleh dari hasil akhir sebuah layanan, tetapi juga
mengikutsertakan evaluasi dari proses layanan tersebut.
Metode Importance Performance Analysis (IPA) pertama kali diperkenalkan oleh
Martilla dan James (1977) dengan tujuan untuk mengukur hubungan antara persepsi
konsumen dan prioritas peningkatan kualitas produk/jasa yang dikenal pula sebagai
quadrant analysis (Brandt, 2000 dan Latu & Everett, 2000).
IV. KESIMPULAN
Penilaian terhadap Program Ikhtiar yang berkaitan dengan pelayanan keuangan mikro
syariah dapat diamati dari kegiatan yang diperuntukkan kepada penerima manfaat dan
bagaimana harapan mereka terhadap kegiatan tersebut. Analisa menunjukkan terdapat atribut
yang memiliki kinerja yang paling tinggi yaitu petugas yang ramah. Pada tingkat
kepentingan penerima manfaat, analisa menunjukkan kepentingan yang paling tinggi yaitu
atribut petugas yang ramah dan ini berkaitan dengan harapan mereka terhadap pentingnya
petugas lapang yang memberikan pelayanan yang komunikatif.
Secara umum berdasarkan analisa Importance Performance Matrix, memperlihatkan
bahwa Program Ikhtiar di dalam proses keuangan mikro dan proses pembelajaran
pengorganisasian perempuan miskin memiliki prestasi.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Assadullah, M., Asy’ari, H., Hasan, M., Laela, A., dan Soleh. 2007. Inovasi
Pemberdayaan Masyarakat Miskin Melalui Pendekatan Agama di dalam Warta Gubernur,
Jurnal Otonomi dan Pembangunan Daerah Vol. 2 Tahun 1, Februari 2007. Asosiasi
Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia. Jakarta.
[2] Hafidhuddin, D. 2007. Agar Harta Berkah dan Bertambah. Gema Insani Press, Jakarta.
[3] Karim, Adiwarman A dan A. Azhar Syarief. 2008. Fenomena Unik di Balik
Menjamurnya Lembaga Amil Zakat (LAZ) di Indonesia. Jurnal Zakat dan Empowering
Volume 1 – Sya’ban 1429/Agustus 2008. Circle of Information and Development, Jakarta.
[4] Muhammad, Sahri. 2008. Pentingnya Penataan Zakat Demi Perbaikan di Masa
Mendatang. Jurnal Zakat dan Empowering Volume 1 – Sya’ban 1429/Agustus 2008. Circle
of Information and Development, Jakarta.
[5] Parasuraman, A., Zeithaml, V.A., and Berry, L.L. 1985. A conceptual model of service
quality and its implications for future research. Journal of marketing Vol.49, 41-50.
[6] Wibisono, Yusuf. 2009. Indonesia Zakat dan Development Report 2009. Pusat Ekonomi
dan Bisnis Syariah Fakultas Ekonomi UI dan Circle of Information and Development.
Jakarta