Professional Documents
Culture Documents
Mencegah Erosi Dan Patogen Tular Tanah Dengan Teknik Konservasi Untuk Meningkatkan Produktivitas Tembakau Temanggung
Mencegah Erosi Dan Patogen Tular Tanah Dengan Teknik Konservasi Untuk Meningkatkan Produktivitas Tembakau Temanggung
Mencegah Erosi Dan Patogen Tular Tanah Dengan Teknik Konservasi Untuk Meningkatkan Produktivitas Tembakau Temanggung
Dosen Pembimbing
Oleh
Qanita Ulfa
H1E108048
FAKULAS TEKNIK
BANJARBARU
2010
2
ABSTRACT
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Latar Belakang
untuk rokok kretek, karena berperan sebagai sumber pemberi rasa dan aroma yang
khas.
Kendala utama pada budidaya tembakau Temanggung adalah kemunduran
daya dukung lahan karena erosi dan meningkatnya intensitas beberapa serangan
penyakit yang disebabkan oleh nematoda Meloidogyne spp., bakteri Ralstonia
solanacearum, dan cendawan Phytophthora nicotianae. Lahan yang demikian ini
lazim disebut “lahan lincat”.
Batasan Masalah
Tujuan
Metode Penulisan
TINJAUAN PUSTAKA
Pengelolaan Tanah
keseimbangan yang unik antara faktor fisik, kimia dan biologi. Komponen utama
tanah terdiri dari mineral anorganik, pasir, lumpur, tanah liat, bahan-bahan
organik hasil dekomposisi dari biota tanah, dan mikroorganisme seperti cacing
tanah, serangga, bakteri, fungi, alga, nematoda dan sebagainya (Abawi &
Widmer, 2000).
Tanah sehat dalam aspek biologi, kimia dan fisika, dipegaruhi oleh
beberapa aspek tanah dan pengelolaan tanaman. Sulit untuk memisahkann antara
satu dengan yang lainnya karena antara satu aspek dengan aspek lainnya saling
mempengaruhi. Menurut Magdoff (2001), tanah sehat adalah tanah yang dapat
mendukung tanaman untuk tumbuh dengan baik di bawah kondisi tekanan yang
sangat rendah. Di bawah ini diberikan beberapa karakteristik dari tanah sehat
menurut Magdoff (2001), yaitu :
Menurut Magdoff & Van Es (2000) dalam Magdoff (2001), ada beberapa
strategi yang dapat dilakukan untuk memperbaiki tanah agar menjadi sehat,
yaitu:
1. Penambahan bahan organik, dapat dilakukan dengan pemberian tanaman
penutup tanah atau pemberian kotoran hewan dan sisa-sisa tanaman.
Penambahan bahan organik juga dapat dilakukan dengan pemberian
beberapa jenis bahan organik, karena setiap bahan organik memberikan
pengaruh yang berbeda terhadap sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
2. Melindungi permukaan tanah dengan tanaman penutup tanah. Tanaman
penutup tanah dapat melindungi tanah dari kelembaban dan temperatur yang
ekstrim serta meningkatkan ketersedian air tanah, sehingga memberi cukup
air untuk tanaman dan sekaligus mengurangi aliran permukaan dan erosi.
3. Mengurangi pengolahan lahan yang intensif.
4. Melakukan rotasi tanaman.
5. Menggunakan tindakan lain untuk mengurangi erosi. Misal : strip cropping.
6. Menggunakan teknik pengelolaan tanah yang baik untuk mensuplai nutrisi
tanpa menyebabkan polusi tanah.
c. Rotasi Tanaman
Produksi tanaman secara umum meningkat dengan rotasi tanaman dari
pada secara monokultur. Rotasi dapat meningkatkan produksi melalui perbaikan
nutrisi dan struktur tanah, mengurangi patogen, terutama yang menginfeksi batang
dan akar tanaman. Johnson et al. (1999), dalam penelitiannya diperoleh produksi
kacang buncis meningkat bila ditanam secara rotasi dibandingkan dengan
penanaman secara terus menerus secara monokultur dan berkorelasi dengan
tertekannya penyakit dan nematoda parasit tumbuhan.
Fortnum et al. (2001) melaporkan, tanaman tembakau yang dirotasi
dengan kapas, sorgum, jagung dan rye-fallow sebelum tembakau ditanam
menghasilkan produksi tembakau lebih tinggi dari pada tanaman tembakau yang
ditanaman secara terus menerus pada plot yang berisi M. arenaria, M. javanica
dan M. incognita. Selanjutnya dijelaskan jumlah massa telur dan indeks puru akar
pada tanaman tomat yang ditumbuhkan di tanah bekas jagung, sorgum, kapas dan
rye-fallow lebih sedikit dibandingkan jumlah massa telur dan indeks puru akar
dari tanah yang ditanami tembakau secara terus menerus. Populasi Meloidogyne
spp. (J2) lebih rendah pada tanah yang ditanami sorgum daripada tanah yang
ditanami kapas, jagung dan rye-follow.
d. Solarisasi Tanah
Tembakau Temanggung
alami yang telah ada di lahan tersebut. Misalnya, stabilitas tanah dan air bersih
yang cukup untuk peternakan dan irigasi akan lebih murah dan efektif didapatkan
dengan menjaga kelestarian hutan yang ada di sekitarnya, dibandingkan dengan
menerapkan teknologi irigasi dengan menggunakan alat-alat mesin (Bruijnzeel,
2004). Oleh karena itu penciptaan teknologi yang berdasarkan pada kekayaan
alam yang ada dapat menjamin pelayanan ekosistem tetap terjaga. Salah satu
teknologi yang perlu dikembangkan adalah teknologi ramah lingkungan.
Teknik konservasi lahan untuk mengendalikan erosi dan penyakit lincat
dikembangkan pada lahan tembakau temanggung yang ditanam pada lahan
dengan kemiringan 15-50%. Permasalahan utama pada budi daya tembakau
temanggung adalah degradasi lahan dan erosi, serta serangan penyakit lincat yang
disebabkan oleh kompleks patogen (terdiri atas nematoda puru akar Meloidogyne
spp., jamur Phytophthora nicotianae, dan bakteri Ralstonia solanacearum,)
(Djajadi et al., 2004). Komponen teknologi konservasi lahan yang dikembangkan
terdiri atas:
1. Penanaman rumput Setaria pada bibir teras/tampingan atau guludan.
2. Penanaman Flemingia pada bidang vertical tampingan teras.
3. Pembuatan rorak.
4. Penggunaan varietas tahan penyakit layu (Kemloko 2).
5. Aplikasi mikrobia antagonis Aspergillus fumigates dan Bacillus sp.
6. Pengolahan tanah minimal.
Saat ini sedang dilakukan penelitian penggunaan biofumigan dan
penggunaan bahan organik untuk pengendalian penyakit layu yang disebabkan
oleh bakteri. Biofumigan dapat diperoleh dari metabolit sekunder tanaman, di
antaranya adalah glukosinolat (GSL) yang diproduksi oleh tanaman-tanaman dari
famili Brassicaceae (Kirkegaard dan Matthiessen,2004). Melalui enzim hidrolisis
selama proses pelapukan, GSL ditransformasi, di antaranya menjadi
isothiocyanate (ITC), yang merupakan senyawa toksik dan dapat digunakan
sebagai biofumigan (Matthiessen dan Shackle Shackleton, 2005). Aplikasi
biofumigasi adalah dengan menambahkan sisa-sisa tanaman Brassicaceae pada
permukaan tanah sebagai mulsa, dan ketika terjadi proses hidrolisis dihasilkan
ITC yang dapat membunuh patogen tular tanah. Penambahan bahan organik telah
diketahui dapat memperbaiki aerasi dan struktur tanah, daya pegang air tanah,
ketersediaan hara, dan ekologi mikroba tanah (Davey, 1996). Bahan-bahan
organik dapat digunakan untuk menekan perkembangan patogen tular tanah.
METODE PENELITIAN
“lincat”, maka pengujian dilakukan pada lahan seluas 0,5 ha. Perlakuan yang diuji
adalah teknologi konservasi lahan yang meliputi penanaman rumput setaria pada
bibir saluran pemotong lahan dan tanaman flemingia pada bidang vertikal saluran
pemotong, serta pembuatan rorak di dasar saluran pemotong lahan, serta
pengolahan anah minimal (Gambar 1). Perlakuan tersebut dikombinasikan dengan
teknologi pengendalian penyakit “lincat”, yaitu penanaman galur tahan (BC3),
pemberian mikrobia antagonis A. fumigatus, penyemprotan dan pemberian
pestisida kimiawi. Penanaman rumput setaria dan flemingia dilakukan pada tahun
2000. Aplikasi mikrobia antagonis dilakukan pada bibit tanaman tembakau
sebelum tanam, yaitu dengan cara merendam bibit tembakau berumur 45 hari
selama 10 menit pada larutan air yang telah dicampur dengan mikrobia antagonis.
Pengolahan tanah pada lahan dengan perlakuan teknik konservasi dilakukan
secara minimal, yaitu dengan cara membuat lubang tanam pada guludan yang
sudah ada. Perlakuan tersebut dibandingkan dengan teknologi petani, yaitu tanpa
penanaman rumput setaria dan tanaman flemingia pada saluran pemotong lahan,
serta pengolahan tanah intensif. Pengolahan tanah intensif yang dilakukan petani
adalah dengan cara membongkar guludan yang sudah ada disertai dengan
pencangkulan tanah sedalam 30 cm kemudian tanah dibalik serta dibuat guludan-
guludan baru. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok yang
diulang 6 kali. Pada setiap petak perlakuan yang berukuran 22 m x 4 m. Untuk
mengamati tanah yang tererosi, pada masing-masing petak perlakuan dipasang
sebanyak dua bak penampung erosi, yaitu di ujung tengah bagian bawah petak
percobaan. Jarak antar plot adalah 1 m dan setiap sisi plot dipasang seng penahan
setinggi 50 cm untuk meminimalkan pengaruh air limpasan antar plot perlakuan.
Pengamatan dilakukan terhadap erosi, kadar unsure hara tererosi (sampel tanah
tererosi dikumpulkan selama kejadian hujan, Tabel 1), sifat fisik tanah (sampel
tanah dikumpulkan pada musim kering untuk menentukan berat isi, porositas,
hantaran hidrolik jenuh, kadar air, dan kekerasan tanah), populasi patogen
(sebelum tanam tembakau), hasil tanaman tembakau, serta jumlah tanaman
tembakau yang mati.
Selain itu pencangkulan minimal yang dilakukan pada lahan dengan teknik
konservasi juga menyebabkan tanah tidak mudah tererosi. Pada lahan tembakau di
Tennessee dengan kemiringan 9% yang diolah secara minimal dapat menurunkan
erosi sebesar 92% dan kehilangan N sebesar 83% (YODER et al., 2005).
Sedangkan pencangkulan dalam pada lahan kontrol terutama yang dilakukan pada
saat musim hujan masih berlangsung akan memudahkan tanah untuk ererosi. Hal
ini disebabkan adanya kerusakan agregat tanah akibat pencangkulan, sehingga
agregat lebih rentan dan mudah tererosi (CHAN et al., 2001).
Dari hasil pengamatan sifat fisik tanah yang dilakukan pada sampel tanah
yang diambil setelah tanaman tembakau dipanen menunjukkan bahwa sifat-sifat
fisik tanah pada lahan dengan teknik konservasi lahan relatif lebih baik daripada
sifat-sifat fisik tanah pada lahan control. Hal ini ditunjukkan dengan nilai bobot isi
tanah yang lebih rendah pada lahan dengan teknik konservasi (0,91 g/cm3)
daripada nilai pada lahan kontrol (0,88 g/cm3), porositas yang lebih banyak,
hantaran hidrolik jenuh yang lebih tinggi, kadar air aktual yang lebih tersedia, dan
kekerasan tanah yang lebih rendah.
Akibat lanjut daripada penurunan bahan organik tanah adalah menurunnya
sifat-sifat fisik tanah, seperti halnya yang terilihat pada Tabel 3. Bobot isi tanah
pada kontrol (0,91 g/cm3) lebih tinggi dibanding pada lahan dengan penerapan
teknik konservasi tanah (0,88 g/cm3). Ini dapat terjadi karena pengolahan tanah
yang lebih intensif pada kontrol mengakibatkan agregat tanah terurai menjadi
partikel-partikel tanah. Sebagai akibatnya, agregat-agregat tanah tersebut menjadi
lebih mudah terdispersi oleh pengaruh pukulan air hujan. Stabilitas agregat
menjadi lebih lemah terutama bila kandungan bahan organik tanah rendah. Oleh
karena itu, tanah menjadi lebih mudah menjadi padat apabila hujan menimpa pada
permukaan tanah secara intensif.
Rendahnya kekerasan tanah pada perlakuan konservasi memberikan
pengaruh yang baik bagi pertumbuhan akar tanaman. Kekerasan tanah yang
rendah umumnya memiliki kaitan dengan rendahnya bobot isi tanah dan lebih
tingginya kadar air tanah, selain juga faktor-faktor yang kaitan dengan sifat fisik
tanah lain seperti tekstur dan konsistensi tanah. Akan tetapi, keadaan yang terjadi
pada penelitian ini diperkirakan sebagai akibat mekanisme yang berkaitan dengan
bobot isi dan kadar air tanah. Hasil tersebut di atas memperlihatkan bahwa
perlakuan konservasi tanah yang diberikan memiliki pengaruh yang positif
terhadap pertumbuhan tanaman terutama melalui perbaikan aerasi dan penurunan
kepadatan tanah. Pengaruh positif dalam upaya penekanan penyakit lincat
terutama melalui perbaikan drainase dan aerasi tanah yang lebih baik.
Hasil pengamatan terhadap populasi patogen penyebab penyakit lincat
(Pseudomonas solanacearum, Meloidogyne spp., Bacillus cereus, Aspergillus
fumigatus) yang dilakukan sebelum penanaman tembakau, disajikan pada Gambar
3. Perkembangan populasi patogen lincat (terutama populasi Psudomonas
solanacearum dan Meloidogyne spp.) pada lahan kontrol ternyata lebih tinggi
daripada populasi pada lahan dengan teknik konservasi yang diberi mikrobia
antagonis.
Persentase kematian tanaman tembakau galur tahan yang ditanam pada
lahan kontrol (tanpa pemberian mikrobia antagonis) ternyata lebih tinggi daripada
kematian tembakau yang ditanam pada lahan dengan teknik konservasi yang
12
KESIMPULAN
Tanah sehat dalam aspek biologi, kimia dan fisika, dipegaruhi oleh
beberapa aspek tanah dan pengelolaan tanaman. Sulit untuk memisahkann antara
satu dengan yang lainnya karena antara satu aspek dengan aspek lainnya saling
mempengaruhi. Menurut Magdoff (2001), tanah sehat adalah tanah yang dapat
mendukung tanaman untuk tumbuh dengan baik di bawah kondisi tekanan yang
sangat rendah.
Beberapa usaha pengelolaan tanah sehat yang dapat dilakukan, yaitu:
penambahan bahan organik / kompos, tanaman penutup tanah, rotasi tanaman,
serta solarisasi tanah.
Penerapan teknik konservasi pada lahan tembakau Temanggung ternyat
dapat memperbaiki sifat-sifat tanah, serta menekan besarnya erosi sebesar
44,84%. Hasil tebakau yang ditanam pada lahan dengan teknik konservasi dan
aplikasi pengendalian penyakit lincat 42% lebih tinggi dibanding hasil tembakau
yang ditanam pada lahan kontrol, sehingga mengurangi persentase kematian
tanaman tembakau sebesar 46,68%.
DAFTAR PUSTAKA