Professional Documents
Culture Documents
Soekarno, Kutu Buku Dan Koleksi Buku
Soekarno, Kutu Buku Dan Koleksi Buku
Karena Soekarno berdiam di kediaman H.O.S. Tjokroaminoto, tokoh Sarekat Islam yang
terkenal pada masa itu, maka ramailah berkunjung tokoh-tokoh pergerakan nasional. Kalau boleh
menggunakan istilah John D Legge, yang menulis buku Sukarno Biografi Politik, di sana
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com, peterkasenda@rocketmail.com
Peter Kasenda
Ketika Soekarno menjadi Ketua Kelompok Studi Umum, yang pada tahun berikutnya
menerbitkan Indonesia Moeda, menulis artikel yang berjudul “Nasionalisme, Islamisme dan
Marxisme,” secara berturut-turut mulai bulan November-Desember 1926 dan Januari 1927.
Tulisannya yang menginginkan adanya persatuan di antara ketiga kelompok aliran tersebut
kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan diberi kata pengantar oleh Ruth McVey,
penulis buku The Rise of Communism dan diterbitkan oleh Cornell University Modern Indonesia
Project Translation Series.
Pleidoinya diminati
Pidato pembelaan itu kemudian diterbitkan dalam bentuk buku dan diminati orang muda
pada masa itu. Buku yang merupakan pembelaan Soekarno yang cemerlang itu tidak
sembarangan orang bisa membacanya. Ketika Soekarno menjadi presiden, pleidoinya diterbitkan
oleh Departemen Penerangan maupun penerbit swasta. Setelah Soekarno meninggal dunia dalam
status sebagai tahanan politik dari negeri yang diperjuangkan sejak muda, Roger K Paget yang
menyelesaikan disertasinya yang berjudul Youth and The Wane of Sukarno di Cornell University
pada tahun 1970 mengedit dan menterjemahkan kedalam bahasa Inggris serta memberi anotasi
pleidoi itu dengan judul Indonesia Accuses ! Soekarno”s Defence Oration in The Political Trial
of 1930). Melalui bab pendahuluannya yang hampir mendekati 70 halaman itu, Roger K Paget
mencoba membantu sidang pembaca untuk memahami buah pikiran Soekarno. Pleidoi
pembelaan Indonesia Menggugat merupakan karya Soekarno dan terpenting dalam bentuk buku
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com, peterkasenda@rocketmail.com
Peter Kasenda
yang memberi gambaran yang telah jelas tentang identitasnya sebagai cendikiawan dan tokoh
politik yang ketika itu usianya menjelang 30 tahun. Pidato pembelaan itu terutama dan langsung
dialamatkan kepada masyarakat kolonial Belanda yang isi dan argumentasinya banyak sekali
diwarnai oleh literatur-literatur kaum sosialis Barat. Misalnya Brauer, Brailsford, Engels, Jaures,
Kausky, Karl Marx dan Troelestra.
Pada bulan Desember 1930 Pemerintah Hindia Belanda menetapkan Soekarno untuk
ditahan selama 4 tahun. Soekarno dikirim ke penjara Sukamiskin, di dekat Bandung, yang konon
kabarnya dia terlibat membuat rancangan penjara Sukamiskin itu. Didalam ruang penjara yang
kecil itu Soekarno mulai merenung arti hidup ini. Soekarno mulai mendekatkan diri lebih dekat
pada studi mengenai Islam dibandingkan pada waktu sebelumnya. Soekarno menggambarkan
hidupnya sebagai telah menemukan Islam untuk pertama kalinya. Buku mengenai Islam yang
dibacanya itu diperoleh dari Achmad Hasan, tokoh Persis dan M Natsir tokoh Jong Islamiten
Bond.
Pada tanggal 3 Desember 1931, Soekarno keluar dari penjara Sukamiskin, sebagai orang
yang merdeka. Kesukaannya terhadap agitasi massa diteruskan disertai dengan menulis di
mingguan Fikiran Ra’jat, majalah Partai Indonesia (Partindo) yang menggantikan Partai
Nasional Indonesia almarhum. Ketika Soekarno melakukan perjalanan ke Jawa Tengah pada
bulan Maret 1933 untuk membangkitkan semangat rakyat, dia melepaskan lelah beberapa hari di
pegunungan Pengalengan Bandung. Disana Soekarno menulis risalah yang berjudul Mencapai
Indonesia Merdeka. Risalah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris serta
diterbitkan dalam bentuk sebuah buku ( Lihat Bob Heering,” Soekarno”s Mentjapai Indonesia
Merdeka,” 1978 ) .
Pada awal tahun 1934, sebelum Soekarno sempat meledakkan bom ditengah-tengah
pengikutnya dengan mengundurkan diri dari Partindo, pemerintah Hindia Belanda mengasingkan
Soekarno ke pulau Flores. Soekarno ditempatkan di kota kecil Ende. Keberangkatannya ke sana
merupakan jalan menuju kesepian. Karena itu dia sudah terbiasa dalam kerumunan massa, maka
kepergiannya dari tanah Jawa, sungguh merupakan suatu penderitaan. Dia pernah mengatakan
bahwa dirinya yang berada dalam kesepian dan kesendirian itu bagai burung elang yang
dipotong sayapnya. Di tempat pengasingan itu, ia pertama kalinya merasakan ketidak
berdayaannya melawan kekuasaan kolonial, Situasi yang tidak menyenangkannya itu membuat
dia kemudian menyadarkan dirinya pada perlindungan Allah. Soekarno kemudian sering
mengadakan korespondensi dengan Achmad Hasan mengenai Islam. Di dalam surat-suratnya itu
yang kemudian dikenal dengan Surat-Surat Islam dari Endeh, banyak berbicara mengenai
keadaan umat Islam di tanah airnya yang dianggap sedang diliputi kebekuan dan kekolotan. Di
sana Soekarno menulis karangan-karangan yang bersifat netral politik dalam pers Indonesia. Ia
menerjemahkan riwayat hidup raja Ibnu Saud dari bahasa Inggris kedalam bahasa Indonesia, dari
tulisan H.C Amstrong (1934) .
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com, peterkasenda@rocketmail.com
Peter Kasenda
disertasi yang berjudul “ Pemikiran Soekarno tentang Islam dan Unsur-unsur Pembaharuan,”
yang dipertahankan pada tanggal 14 Juli 1987 di IAIN Syarief Hidayatulah Jakarta. Ahmad
Suhelmi menulis skripsi yang berjudul “ Perdebatan Soekarno dengan M Natsir : Masalah Islam
dan Negara” (Jakarta : FISIP UI, 1988). Perbedaan Soekarno dengan M Natsir, juga mendapat
perhatian didalam buku Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia ( Jakarta :LP3ES,
1990 )
Koleksi bukunya ketika berada di Pengasingan Bengkulu, sudah mencapai 1000 koleksi
buku lebih. Begitu balatentara Jepang mendarat di Hindia Belanda, koleksi buku-bukunya itu
disembunyikan pada saudara-saudara Fatmawati (yang kemudian dikenal sebagai Fatmawati
Soekarno), agar tak terjamah oleh tangan-tangan yang tak berkepentingan. Di masa pendudukan
Jepang, Soekarno bekerjasama dengan penguasa baru, terus menerus memperbanyak koleksi
bukunya. Dalam koleksi bukunya itu terdapat buku-buku yang membicarakan mengenai fasisme
serta cara-cara mengalahkannya. Misalnya tulisan Willy Munzenberg yang berjudul Propaganda
als Waffe, atau karangan Ernst Hendry yang berjudul Hitler Over Rusia. Koleksi buku Soekarno
yang sedemikian banyak disertai perenungan yang dalam mengantarkannya merumuskan dasar
negara. Ketika masa pendudukan Jepang ini, Soekarno mengucapkan pidato yang cemerlang
mengenai dasar negara yang akan dibentuk nantinya didalam sidang BPUPKI pada 1 Juni 1945.
Pidato yang bersejarah itu kemudian di bukukan dan diterjemahkan kedalam bahasa Inggris
maupun Tionghoa. Ada sekitar 10 penerbit yang ikut ambil bagian memperbanyak pidato itu.
Tulisan-tulisan Soekarno di masa kolonial Hindia Belanda serta pidato yang cemerlang itu
menarik perhatian untuk dikaji. Bernhard Dahm, orang pertama yang mempelajarinya secara
mendalam. Lewat hasil penelitian berbagai perpustakaan dan arsip Belanda pada tahun 1961-
1963. Bernhard Dahm mengajukan disertasinya yang berjudul Soekarno Kampft Um Indonesien
Unabhaigkeit Wedergang und Indonesia Asiatischen Nasionalisten, untuk memperoleh gelar
doktor dari Universitas Kiel, Jerman Barat, pada tahun 1964 dan satu tahun kemudian dengan
sedikit koreksi serta perubahan, disertasi itu diterbitkan dalam bahasa Jerman, kemudian dalam
bahasa Belanda pada tahun 1966, dan bahasa Inggris pada tahun 1969 oleh Cornell University
Press, serta tahun 1987 LP3ES menerbitkannya dengan judul Soekarno dan Perjuangan
Kemerdekaan Sebenarnya ketika Soekarno masih menjadi Pemimpin Besar Revolusi dan
Presiden Seumur Hidup, Bernhard Dahm mengirimkan bukunya dalam bahasa Jerman kepada
Presiden Soekarno. Dan setelah terjadi Peristiwa Gerakan 30 September, Bernhard Dahm
mendapat kesempatan bertatap muka dengan Presiden Soekarno. Pemimpin Besar Revolusi tidak
berkeberatan dengan tulisan sarjana berkebangsaan Jerman Barat itu.
Setelah Jepang kalah, Sekutu mendarat. Keadaan ibukota Republik Indonesia tidak aman
Soekarno yang telah dilantik menjadi Presiden pindah ke kota Yogyakarta yang telah ditetapkan
sebagai ibukota sementara. Di sana koleksi buku-bukunya yang disembunyikan di Bengkulu
digabungkan dengan koleksi buku yang diperoleh pada masa pendudukan Jepang. Koleksi buku
itu menjadi bahan bacaan Soekarno yang menulis sebuah buku berisi tuntutan untuk pergerakan
wanita yang berjudul Sarinah, yang dikenal dengan nama pengasuhnya ketika Soekarno masih
kecil. Buku itu sendiri membicarakan peranan wanita dalam revolusi dan hakekat revolusi itu
sendiri. Sebagai presiden, Soekarno leluasa memperoleh buku-buku dan memperbanyak
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com, peterkasenda@rocketmail.com
Peter Kasenda
Pemberian seseorang dan membeli buku itulah yang memungkinkan koleksi buku
Soekarno semakin bertambah saja. Ketika itu ibukota RI kembali ke Jakarta, karena saking
banyaknya buku itu, terpaksa tidak ikut serta pemiliknya yang menggunakan pesawat terbang.
Buku-buku Soekarno mesti naik kereta api. Koleksi buku Soekarno itu nantinya ditempatkan
pada lemari buku yang mengitari ruang kerjanya serta perpustakaan. Koleksi buku inilah yang
menjadi bahan bacaan Presiden Soekarno mengucapkan pidato kenegaraan 17 Agustus ataupun
acara-acara lainnya. Pada masa Demokrasi Terpimpin, sejumlah artikel ataupun pidato serta
buku diterjemahkan dan diterbitkan. Pada tahun 1959, kumpulan tulisan Soekarno, yang ditulis
dimasa kekuasaan kolonial Hindia Belanda dengan judul “Dibawah Bendera Revolusi I“
diterbitkan. Pidatonya mengenai Marhaen dan Proletar yang diucapkan pada acara ulang tahun
ke 30 (4 Juli 1957) Partai Nasional Indonesia, diterjemahkan kedalam bahasa Inggris dan disertai
kata pengantar dari George McTurnan Kahin, yang mengenal Soekarno secara pribadi pada masa
revolusi nasional di Yogyakarta dan diterbitkan Cornell University Modern Indonesia Project
pada tahun 1960. Ceramah Presiden Soekarno mengenai Pancasila pada pertengahan tahun
1959, diterbitkan dalam bentuk sebuah buku dengan judul Pancasila Sebagai Dasar Negara
pada tahun 1961, pada tahun yang sama, diterbitkan pidato pembelaannya Indonesia Menggugat
ke dalam bahasa Rusia dengan judul Indonesia obwinjaet sbornik statej I recej perewod s
Indonezijskogo I anglijskogo. Kumpulan pidato kenegaraan 17 Agustus Presiden Soekarno
periode berikutnya diterbitkan dalam sebuah buku dengan judul Dibawah Bendera Revolusi II.
Kedua buah buku Dibawah Bendera Revolusi akhirnya diterjemahkan kedalam bahasa Inggris
dengan judul Under The Banner of Revolution pada tahun 1966. Pada tahun yang sama pula,
terbit di Amsterdam terjemahan buku Sarinah. Kewajiban Wanita dalam Perjuangan Republik
Indonesia dalam bahasa Belanda dengan judul Sarinah : De Taak van de vrouw van de Republik
Indonesia.
Dilarang Terbit
sebagai tahanan politik, situasi deSoekarnoisasi yang digerakan pemerintahan Orde Baru terjadi.
Sejumlah buku mengenai Soekarno dan “ ajaran-ajarannya“ dilarang terbit. Buku yang ditulis
Solichin Salam pun mengalami nasib yang sama. Buku cetakan pertama itu pun terpaksa
terpendam dalam gudang PT Gunung Agung selama 13 tahun.
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com, peterkasenda@rocketmail.com