Professional Documents
Culture Documents
Analisis Ekspor Kopi Indonesia
Analisis Ekspor Kopi Indonesia
Analisis Ekspor Kopi Indonesia
1411-
0199
SRI WIDAYANTI
Mahasiswa Program Magister IEP, PPSUB, Malang
S. M. Kiptiyah.
Dosen Jurusan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, UB
M. Iksan Semaoen
Dosen Jurusan SOSEK, Fakultas Pertanian, UB
ABSTRACT
This study aimed at analyzing, firstly, the factors influencing the coffee export of
Indonesia; secondly, the factors influencing the domestic coffee supply; and thirdly, the
factors influencing the domestic coffee demand.
This research used secondary data, time series data of 1975–1997 which were
collected from many resources, i.e. Statistical Center Bureau (BPS), Trade Department,
Indonesian Coffee Exporter Association, Forestry and Commercial Agricultural
Enterprise Department, and the Indonesian Bank. The factors influencing the coffee
export of Indonesia as well as the domestic coffee demand and supply were analyzed by
simultaneous equation model in the form of double logarithm using the two stage least
square method (2SLS).
The research results show that the factors influencing the export quantity of
coffee were the coffee FOB price, the coffee price in domestic markets, the exchange rate
and the coffee supply of the previous year. The coffee export price had negative
correlation with the coffee export quantity of Indonesia with export supply elasticity
toward the export price of 2.04. In other words, the increase of coffee export price was
followed by the decrease of coffee export quantity. This condition was due to the low
quality of the coffee export of Indonesia. The coffee price at domestic markets has
positive correlation with the coffee export quantity of Indonesia. Export was still
conducted when the coffee price at domestic markets increased because the demand for
domestic coffee was still very low. Other factors positively influencing the coffee export
quantity were the exchange rate of rupiah and the coffee supply of the previous year.
The factors influencing the domestic coffee supply were the domestic coffee
price, technology level and the coffee supply of the previous year. The domestic coffee
price positively related to the coffee supply at domestic markets with a supply elasticity
of 0.04. This means that the coffee farmers in Indonesia insufficiently responded to the
change of price as shown by the low adjustment coefficient of 0.07. The technology level
had positive correlation with the domestic coffee supply. This implies that the increase in
coffee productivity yielded an increase in coffee supply at domestic level. The factor
influencing the coffee demand at domestic level was the income level of the society with
the coffee demand elasticity toward the income of 0.59.
ABSTRAK
192
WACANA Vol. 12 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-
0199
193
WACANA Vol. 12 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-
0199
194
WACANA Vol. 12 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-
0199
195
WACANA Vol. 12 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-
0199
196
WACANA Vol. 12 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-
0199
Mutu kopi Indonesia yang rendah negeri hanya menyerap 25% dari total
tersebut menyebabkan posisi Indonesia di produksi kopi nasional dan konsumsi kopi
pasar kopi dunia menjadi lemah, sehingga perkapita pertahunnya hanya sekitar 0,3
pada saat harga kopi di pasar kg.
internasional tinggi, Indonesia tidak dapat (3) Pendapatan masyarakat berpe-
meningkatkan volume ekspornya karena ngaruh yang nyata terhadap kuantitas
kualitas kopi Indonesia yang rendah dan ekspor kopi Indonesia dan mempunyai
tidak memenuhi standard kualitas yang koefisien fungsi yang negatif hal tersebut
diinginkan konsu-men luar negeri seperti dapat dijelaskan meningkatnya tingkat
halnya negara Brasil. pendapatan konsumen Indonesia akan
(b) Pasar kopi dunia didominasi oleh meningkatkan permintaan terhadap kopi
kopi jenis Arabika (± 75% dimana di pasaran dalam negeri, sehingga ekspor
sebagian besar di pasok oleh negara kopi cenderung untuk menurun. Hal
Brasil, padahal ekspor kopi Indonesia 90 tersebut ditunjang dengan hasil analisis
% adalah jenis Robusta. Kopi Robusta pada fungsi permintaan, dimana
dibeli oleh konsumen luar negeri (Roaster pendapatan masya-rakat Indonesia
= penolah kopi) hanya sebagai campuran mempunyai pengaruh yang nyata terhadap
(blending). Sehingga pada saat harga kopi permintaan kopi dalam negeri dan
tinggi yang disebabkan oleh kegagalan bertanda positif dengan nilai elastisitas
panen di negara Brasil (pasokan kopi sebesar 0,589 artinya apabila pendapatan
Arabika di pasar dunia menjadi masyarakat naik dengan 1% maka per-
berkurang) menyebabkan permintaan mintaan terhadap kopi dalam negeri akan
terhadap kopi Robusta menjadi berkurang. bertambah sebesar 0,6%. Dengan kenya-
Hal ini berdampak pada ekspor kopi taan ini maka akan mengakibatkan jumlah
Indonesia yang didominasi oleh kopi yang diekspor menjadi berkurang.
Robusta menjadi berkurang). (4) Harga teh (sebagai komoditi
(2) Harga kopi dalam negeri ber- subsitusi kopi) menunjukkan pengaruh
pengaruh nyata terhadap ekspor Indonesia yang nyata terhadap kuantitas ekspor kopi
dan mempunyai hubungan yang positif, Indonesia. Pengaruh harga teh ini di-
dengan nilai elastisitas sebesar 1, 9246 tunjukkan oleh koefisien fungsi yang
artinya apabila harga kopi dalam negeri positif, hal ini berarti bahwa komoditi teh
naik sebesar 1% maka jumlah kopi yang bersifat substitusi terhadap komoditi kopi
diekspor akan bertambah 1,93%. Tetap yaitu peningkatan harga komoditi teh
dilakukannya aktivitas ekspor pada saat menyebabkan konsumen beralih lebih
harga dalam negeri meningkat banyak mengkonsumsi kopi. Dengan nilai
menandakan bahwa komoditi kopi lebih elastisitas 0,9450 mengandung arti bahwa
menguntungkan untuk di ekspor daripada apabila harga teh naik dengan 1% maka
di jual di dalam negeri hal ini disebabkan jumlah ekspor kopi akan bertambah
permintaan kopi dalam negeri yang amsih sebesar 0,95%.
cukup rendah. Permintaan kopi dalam (5) Nilai tukar mempunyai pengaruh
197
WACANA Vol. 12 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-
0199
yang nyata terhadap kuantitas ekspor kopi dengan 1 % maka ekspor kopi menurun
Indonesia dan mempunyai koefisien sebesar 0,7108% atau dengan kata lain
fungsi yang positif, hal ini berarti apabila semakin rendah tingkat teknologi semakin
nilai tukar rupiah terhadap dollar tinggi jumlah kopi yang diekspor. Ini
melemah maka jumlah ekspor akan dapat pula diartikan bahwa peningkatan
meningkat, hal ini cukup rasional karena ekspor kopi selama ini ditunjang oleh
setiap unit dollar yang diperoleh dari tingkat teknologi yang rendah yang berarti
kegiatan ekspor akan memperoleh rupiah pula bahwa perluasan areal tanam kopi
yang lebih banyak harga di luar negeri selama ini tidak diikuti sistem budidaya
menjadi lebih murah sehingga kopi dan pena-nganan pasca panen yang
menyebabkan jumlah yang diekspor juga baik sehingga berakibat pada kualitas kopi
meningkat. yang diekspor juga rendah, hal ini juga
(6) Penawaran kopi tahun t-1 mem- dirasakan oleh para eksportir karena kopi
punyai pengaruh yang nyata terhadap yang dibeli dari petani kualitasnya rendah,
kuantitas ekspor kopi Indonesia dan koefi- sehingga eks-portir jika ingin
sien fungsi mempunyai nilai yang positif mendapatkan kualitas kopi baik harus
berarti bahwa apabila penawaran kopi mengadakan sortasi lagi tetapi dengan
tahun t-1 meningkat maka jumlah ekspor resiko banyak kopi yang dibuang karena
pada tahun t meningkat. Hal ini sejalan tidak memenuhi kualitas yang diinginkan.
dengan upaya pemerintah yang terus me- (9) Ekspor kopi Indonesia tahun ke t-
macu laju pertumbuhan ekspor untuk 1 mempunyai pengaruh positif terhadap
meningkatkan devisa yang diperoleh de- ekspor kopi pada tahu ke t walaupun
ngan jalan meningkatkan produksi kopi pengaruh tersebut tidak nyata, hal ini
dalam negeri, dengan demikian apabila berarti bahwa harga yang diharapkan tidak
produksi pada tahun t-1 meningkat maka sesuai dengan yang terjadi. Dengan
pada tahun ke t cenderung untuk me- demikian dapat disimpulkan bahwa ekspor
ningkatkan ekspornya. kopi Indonesia selama ini meskipun
(7) Permintaan kopi pada tahun t-1 dengan harga yang tidak sesuai dengan
tidak mempunyai pengaruh yang nyata harapan, namun karena produksi yang
terhadap kuantitas ekspor kopi Indonesia tinggi dari kopi Indonesia menyebabkan
hal ini berarti bahwa besar kecilnya tetap diekspor.
permintaan didalam negeri pada tahun t-1
tidak ada pengaruhnya terhadap jumlah Analisis Faktor-faktor yang Ber-
ekspor kopi Indonesia pada tahun ke t. pengaruh Terhadap Penawaran
(8) Tingkat teknologi tidak berpe- Kopi Dalam Negeri
ngaruh nyata terhadap kuantitas ekspor Penawaran kopi dalam negeri meru-
kopi Indonesia dan mempunyai koefisien pakan produksi total kopi Indonesia yang
fungsi yang negatif dengan nilai elastisitas berbentuk asalan dalam tahun tertentu.
sebesar 0,7108 yang artinya bahwa Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
apabila tingkat produktivitas kopi naik penawaran kopi Indonesia dalam negeri
dilihat dari hasil regresi pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Analisis 2SLS Pendugaan Fungsi Penawaran Kopi Indonesia di Pasar
Dalam Negeri.
198
WACANA Vol. 12 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-
0199
Keterangan : R2 = 0,979; F Statistik = 206.1945; *** : nyata pada α = 0,01; *: nyata pada α =
0,15; n (jumlah contoh) = 22.
199
WACANA Vol. 12 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-
0199
perubahan yang terjadi. Misalkan apabila (4) Harga teh tidak berpengaruh
terjadi perubahan harga maka petani tidak nyata terhadap penawaran kopi domestik
dapat langsung merespon dengan cepat, dan mempunyai koefisien fungsi yang
sehingga produksi yang dihasilkan tidak positif hal ini menunjukkan bahwa tinggi
sesuai dengan yang diharapkan.. rendahnya harga teh tidak mempengaruhi
(3) Harga kopi dalam negeri. Dari produsen untuk beralih memproduksi
hasil analisis menunjukkan harga kopi kopi.
dalam negeri berpengaruh nyata pada taraf
kepercayaan 0,15. Sedangkan nilai koefi- Analisis Faktor-faktor yang Ber-
sien elastisitas dari harga kopi bernilai pengaruh Terhadap Permintaan
positif sebesar 0,039 yang dapat diartikan Kopi Dalam Negeri
bahwa terjadinya peruabahan harga kopi
sebesar satu persen akan menyebabkan Permintaan kopi dalam negeri
kenaikan jumlah penawaran kopi sebesar dihitung berdasarkan selisih antara jumlah
0,039%. Keadaan ini sesuai dengan teori pena-waran kopi dalam negeri dengan
yaitu semakin tinggi harga suatu komoditi jumlah ekspor kopi Indonesia. Dari hasil
maka semakin tinggi pula penawarannya. analisis fungsi permintaan diperoleh hasil
seperti terlihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil Analisis 2 SLS Pendugaan Fungsi Permintaan Kopi Dalam Negeri
200
WACANA Vol. 12 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-
0199
Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa sedangkan nilai koefisien elastisitas harga
koefisien elastisitas jangka panjang selalu yang bernilai negatif menunjukkan bahwa
lebih besar dari koefisien elastisitas apabila terjadi kenaikan harga kopi
jangka pendek. sebesar 1% maka permintaan terhadap
Faktor-faktor yang berpengaruh ter- kopi menurun sebesar 0,073% dengan
hadap permintaan kopi dalam negeri demikian berarti bahwa konsumen dalam
secara parsial dapat dijelaskan sebagai negeri bertindak rasional.
berikut : (4) Harga teh tidak berpengaruh
(1) Pendapatan berpengaruh nyata nyata terhadap kuantitas permintaan kopi
terhadap kuantitas permintaan kopi dalam dalam negeri dengan koefisien harga kopi
negeri. Koefisien fungsi (elastisitas) dari ter-hadap permintaan kopi positif. Hal ini
pendapatan terhadap permintaan kopi da- menunjukkan bahwa teh merupakan
lam negeri menunjukkan bahwa makin komo-diti substitusi terhadap permintaan
tinggi pendapatan konsumen semakin kopi dalam negeri dan harga teh tidak
tinggi permintaannya. Elastisitas penda- mempe-ngaruhi konsumen dalam meng-
patan terhadap permintaan kopi dalam konsumsi kopi. Sehingga dapat
negeri adalah sebesar 0,589. Hal ini disimpulkan bahwa di pasaran dalam
berarti bahwa apabila pendapatan negeri teh dan kopi merupakan komoditi
masyarakat naik sebesar 1% maka yang independen.
permintaan terhadap kopi dalam negeri
meningkat sebesar 0,59% dalam jangka
pendek sedangkan dalam jangka panjang KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
meningkat sebesar 0,88%.
(2) Permintaan kopi tahun sebelum Kesimpulan
nya (t-1) berpengaruh nyata pada taraf
0,20 terhadap kuantitas permintaan kopi Berdasarkan hasil penelitian maka
dalam negeri pada tahun ke t. Hal ini dapat disimpulkan hal-hal sebagai
menunjuk-kan bahwa permintaan kopi berikut :
dalam negeri terpengaruh oleh perubahan- 1. Faktor-faktor yang berpengaruh
perubahan permintaan kopi tahun terhadap kuantitas ekspor kopi Indonesia
sebelumnya. De-ngan keadaan ini berarti adalah harga ekspor kopi (harga FOB),
tingkat penye-suaian pengguna kopi harga kopi dalam negeri nilai tukar rupiah
dalam negeri dalam mengkonsumsi kopi terhadap dollar Amerika dan penawaran
cukup tinggi sehingga pengguna kopi kopi tahun t-1. Harga ekspor kopi
telah bertindak rasional sesuai dengan berhubungan negatif dengan kuantitas
yang diharapkan. ekspor kopi Indonesia dengan elastisitas
(3) Harga kopi tidak berpengaruh penawaran ekspor terhadap harga ekspor
nyata terhadap kuantitas permintaan kopi sebesar 2,04, ini berarti bahwa pada saat
dalam negeri dengan koefisien fungsi harga ekspor meningkat kuantitas ekspor
harga kopi terhadap permintaan kopi yang kopi Indonesia menurun. Keadaan ini
negatif. Harga dalam negeri tidak disebabkan karena mutu kopi Indonesia
mempe-ngaruhi konsumen untuk membeli yang masih rendah sehingga tidak
kopi hal ini disebabkan karena produksi memenuhi kualitas yang diminta
kopi di Indonesia ditujukan untuk ekspor konsumen luar negeri. Harga kopi dalam
dan konsumsi dalam negeri masih rendah, negeri berhubungan positif dengan
201
WACANA Vol. 12 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-
0199
202
WACANA Vol. 12 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-
0199
203