Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 4

CSOs threaten to file lawsuit against House over new

building plan
The Jakarta Post | Sun, 04/03/2011 3:48 PM | Headlines

A number of civil society organizations have threatened to file a lawsuit against the House of
Representatives regarding the latter's controversial plan to construct a new building estimated to cost
the state more than Rp 1 trillion (US$118 million).

The organizations, under the flag of The Advocation team for the CSO and the People's Coalition, are
also threatening to sue President Susilo Bambang Yudhoyono and the finance minister.

They demand that the plan to construct the building be cancelled and for legislators and officials to
apologize to the people for failing to fulfill their legal obligations. The House of Representatives is given
seven days to fulfill its demands or face a lawsuit.

Yuna Farhan, secretary-general of Fitra, a member of the coalition, said that the legislators had failed to
acknowledge that the people considered the new building as non-essential from the beginning.

"The House of Representatives does not hear what the public says," Yunas said as quoted by
tribunnews.com.

The team is also planning to file a criminal lawsuit against House Speaker Marzuki Alie for making public
comments deemed to have discredited the people.

Marzuki last week said that the discussion on the new buildings were only to include the elite and
intellectuals because most citizens had other priorities.

Uchok Sky Khadafi from Fitra said that the statement was an embarrassment. "The construction of the
building and the money do not come from the elite only. The tax is also paid by the people," he said.

The team is also to report Marzuki to the House's Honorary Council.


OMS mengancam untuk mengajukan gugatan kepada House atas rencana pembangunan baru
The Jakarta Post | Sun, 2011/04/03 15:48 | Headlines
Sejumlah organisasi masyarakat sipil telah mengancam akan mengajukan gugatan terhadap DPR
mengenai rencana kontroversial yang terakhir untuk membangun gedung baru diperkirakan
merugikan negara lebih dari Rp 1 triliun (US $ 118 juta).

Organisasi-organisasi, di bawah bendera Tim Advokasi untuk CSO dan Koalisi Rakyat, juga
mengancam akan menggugat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Menteri Keuangan.

Mereka menuntut rencana untuk membangun gedung dibatalkan dan bagi legislator dan pejabat
untuk meminta maaf kepada rakyat karena gagal memenuhi kewajiban hukum mereka. DPR
diberikan tujuh hari untuk memenuhi tuntutan atau menghadapi tuntutan hukum.

Yuna Farhan, sekretaris jenderal Fitra, seorang anggota koalisi, mengatakan bahwa undang-
undang telah gagal untuk mengakui bahwa masyarakat menganggap bangunan baru sebagai non-
esensial dari awal.

"DPR tidak mendengar apa yang publik mengatakan," Yunas seperti dikutip oleh
tribunnews.com.

Tim ini juga berencana untuk mengajukan gugatan pidana terhadap Ketua DPR Marzuki Alie
untuk membuat komentar publik dianggap telah mendiskreditkan orang-orang.

Marzuki pekan lalu mengatakan bahwa diskusi di gedung baru hanya untuk menyertakan elit dan
intelektual karena sebagian besar warga memiliki prioritas lain.

Uchok Sky Khadafi dari Fitra mengatakan bahwa pernyataan itu memalukan. "Pembangunan
gedung dan uang tidak datang dari elit hanya Pajak ini. Juga dibayar oleh rakyat," katanya.

Tim ini juga untuk melaporkan Marzuki ke Dewan Kehormatan DPR.


Malaysia clerics ban 'poco-poco' dance for Muslims
Associated Press, Kuala Lumpur | Fri, 04/01/2011 2:23 PM | Life

Islamic clerics in a Malaysian state want Muslims to avoid a popular dance they claim has Christian
influences.

The "poco-poco" is a line dance that is common at social events in Muslim-majority Malaysia. It is widely
thought to have originated in Indonesia.

Islamic scholars in Malaysia's Perak state say they believe the "poco-poco" is traditionally a Christian
dance and that its steps make the sign of the cross.

State cleric Harussani Idris Zakaria said Friday the scholars have issued an edict forbidding the dance. It
is not clear if other states will ban it.

Some Muslims insist the ban is unnecessary. Malaysian clerics have also banned yoga for Muslims and
barred girls from behaving like tomboys, but the edicts are not legally binding.
Malaysia ulama larangan 'poco-poco' tari bagi umat Islam
Associated Press, Kuala Lumpur | Fri, 2011/04/01 14:23 | Life

Ulama Islam di negara Malaysia ingin umat Islam untuk menghindari tarian yang populer
mereka mengklaim memiliki pengaruh Kristen.

The "poco-poco" adalah tarian baris yang umum pada acara sosial di Malaysia yang mayoritas
penduduknya Muslim. Hal ini secara luas diperkirakan berasal di Indonesia.

Ulama Islam di negara bagian Perak Malaysia mengatakan mereka percaya bahwa "poco-poco"
adalah tarian tradisional Kristen dan bahwa langkah-langkah yang membuat tanda salib.

Negara ulama Harussani Idris Zakaria mengatakan hari Jumat para ulama mengeluarkan dekrit
melarang tarian. Hal ini tidak jelas apakah negara-negara lain akan larangan itu.

Beberapa Muslim bersikeras larangan tersebut tidak diperlukan. Ulama Malaysia juga melarang
yoga bagi Muslim dan dilarang gadis dari berperilaku seperti tomboys, tapi fatwa tidak mengikat
secara hukum.

You might also like