Professional Documents
Culture Documents
Kontekstualisasi Pemikiran Ibnu Al Muqaffa' Tentang Taqnin Terhadap Legislasi Dunia Islam Modern Oleh: Dra. Rahmani Timorita Yulianti, M.Ag
Kontekstualisasi Pemikiran Ibnu Al Muqaffa' Tentang Taqnin Terhadap Legislasi Dunia Islam Modern Oleh: Dra. Rahmani Timorita Yulianti, M.Ag
93
Abstract
*)
Adalah dosen tetap Fakultas Ilmu Agama Islam UII
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan kepada latar belakang masalah di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pemikiran Ibnu al Muqaffa’ tentang taqnin?
2. Bagaimana pengembangan pemikiran Ibnu al Muqaffa’ tentang
taqnin dalam versi legislasi dunia Islam modern?
TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mendeskripsikan pemikiran taqnin Ibnu al Muqaffa’
2. Untuk menjelaskan pengembangan pemikiran Ibnu al Muqaffa’
tentang taqnin dalam versi legislasi dunia Islam modern.
KEGUNAAN PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi:
1. Sumbangan pemikiran tentang pengembangan pemikiran hukum
Islam
TELAAH PUSTAKA
Dari berbagai sumber yang peneliti peroleh hingga penulisan hasil
penelitian ini sudah banyak penulis yang membahas tentang Ibnu al
Muqaffa’.HasbiAshShiddieqymenulisbukutentang PeradilandanHukum
Acara Islam mengenai usul Ibnu al Muqaffa’ kepada Khalifah Abu Ja’far
AlMansuragarbeliau menyusun satu peraturan umumyang berlaku untuk
seluruh daerah dalam negaranya. (AS Shiddieqy, 1964: 21).
Sedangkan Muhammad Salam Madkur menulis buku Al-Qadha fil
Islam mengenai surat Ibnu al Muqaffa’ kepada khalifah Abu Ja’far al
Mansur agar dipilih diantara pendapat hukum yang akan dipanggil oleh
para qadhi di seluruh negeri. (Madkur, 1982: 49)
Nourouzzaman Shiddiqi menulis tentang Muhammad Hasbi Ash
ShiddieqydalamPerspektifSejarahPemikiranIslamdiIndonesia mengenai
perwujudan fiqhyangberkepribadian Indonesiaiamemintaagardilakukan
usaha kompilasi hukum Islam seperti yang telah diminta oleh Ibnu al
Muqaffa’ kepada khalifah Abu Ja’far al Mansur dari dinasti Abbasiyyah
(Shiddiqi, 1987: 159).
Sedangkan Euis Amaliamenulis tentang Ide Taqnin Ibnu al Muqaffa’
(Amalia, 1997: 3) mengenai gagasan kodifikasi dan unsur-unsur taqnin.
Dan di dalam Ensiklopedi Hukum Islam membahas tentang riwayat
hidup Ibnu alMuqaffa’secarautuh dan menyeluruh.Disamping itu tulisan,
studi serta kajian penulis terdahulu di atas belum dikaji secara rinci dan
mendalam mengenai pemikiran Ibnu al Muqaffa’ tentang taqnin dan
pengembangan pemikirannya dalam versi legislasi dunia Islam modern.
Oleh karena itu, hal-hal tersebut menjadi fokus penelitian ini.
KERANGKA TEORITIK
Untuk mengkaji seorang tokoh pertama kali yang dilakukan adalah
menguakpemikirantokohtersebutsebagaimanaterekamdalamkarya-karya
tulisnya. Bersamaan dengan itu, dikaji pula biografi tokoh tersebut dalam
rangka memahami, antaralain korelasi antara ide-ideyang tertuang dalam
karya-karyanya dengan aktivitas keilmuannya (Syari’ati, 1979: 39-69).
Masalah taqnin sebenarnya bukan hal baru, karena sejak masa awal
Islam telah ada pemikiran untuk mengkodifikasi Al-Qur’an diikuti
selanjutnya dengan kodifikasi hadis meski masih dalam bentuk sederhana
dan sekedar untuk pelestarian. Demikian pula adanya upaya penyusunan
kitab-kitab fiqh.
Dalam hal ini Abu Zahrah (1977: 236-237) menjelaskan bahwa
terdapat dua unsur taqnin yaitu: unsur al ilzam (bersifat mengikat) dan
unsur al ijz wa al ijmal (bersifat ringkas dan global).
METODE PENELITIAN
Penelitianinibersifatstudikepustakaan (libraryresearch) yangsumber
utamanya adalah buku-buku yang ditulis oleh Ibnu al Muqaffa’ disamping
itu sumber-sumber utama tersebut didukung pula oleh sumber-sumber
kepustakaan sekunder yaitu karya-karya yang ditulis para peneliti lainnya
yang membahas pemikiran Islam pada khususnya yang dipergunakan
sebagai sarana penjelas untuk memahami pemikiran Ibnu al Muqaffa’
tentang taqnin.
Untukmendeskripsikandan memahamikarya-karyayangditulisIbnu
al Muqaffa’ tersebut dipergunakan metode content analysis (analisis isi)
yaitu suatu cara analisis ilmiah tentang pesan suatu komunikasi yang
mencakup klasifikasi tanda-tanda yang dipakai dalam komunikasi,
menggunakan kriteria sebagai dasar klasifikasi dan menggunakan teknis
analisis tertentu sebagai pembuat prediksi (Muhadjir, 1993: 96).
Denganmenggunakanmetodeinipenelitimengelaborasiaspek-aspek
isimateri,menganalisisnyadariaspekbahasa.Kedalaman dankeleluasaan
isidankaitanpokokmasalahyangmelingkupisertamenarikgariskoherensi
dan konsistensi sebagai materi untuk disimpulkan.
Untuk melihat kontekstualisasi pemikiran Ibnu al Muqaffa’ tentang
taqninterhadaplegislasiduniaIslammodernpenelitimenggunakanmetode
kontekstualisasi yaitu pemaknaan contextual disamakan dengan melihat
keterkaitan masa lampau-masa kini-mendatang. Sesuatu akan dilihat
makna historisdahulu, makna fungsional sekarang,dan memprediksiatau
mengantisipasikan makna di kemudian hari (Muhadjir, 1998: 178).
HASIL PENELITIAN
Ibnu Al Muqaffa’ (102 H/720 M - 139 H/756 M) adalah seorang
penulis Arabberkebangsaan Persia, dalam persoalan fikih terkenal sebagai
orang pertama yang mengemukakan ide at-taqnin (Dahlan, 1996: 615).
Sebelum masuk Islam, Ia pemeluk Zoroastrin-Manichean dan dijuluki
dengan namaAbuAmr.Disampingitu iasangatberjasadalammemelopori
usaha penerjemahan karya-karya sastra Persia dan India ke dalam bahasa
Arab (Glasse, 1999: 153).
Di saat Ibnu Al Muqaffa’ menjadi sekretaris khalifah, Ia
menerjemahkan sejumlah kisah Bidpai ke dalam bahasa Arab yang
merupakan isyarat-isyarat politik dengan judul Kalilah wa Dimnah. (Yusuf
Abu Khalqoh, 1960: 7).
Kisah-kisah inidisimbolkan dalam bentuk Fable(kisah binatang) dan
sangat populer di kalangan terpelajar bangsa Arab. Kisah Kalilah Wa
Dimnah tersebut adalah sebagai berikut:
Di antara pengikut singa terdapat dua ekor srigala yang bernama
Kalilah dan Dimnah, keduanya sangat licik dan cerdas. Pada suatu hari
Dimnah berkata kepada Kalilah: “saya heran mengapa singa sangat
Keanggotaannya terdiri dari tujuh orang ahli hukum Islam dari berbagai
unsur. Komisi tersebut berhasil menyusun suatu kitab hukum (1293 H/
1876 M), meskipun sebelumnya mengalami penundaan dan penggantian
anggota komisi. Kitab tersebut diberi nama Majallah al Ahkam al ‘Adliyah
(Madkur, 1993: 145).
Setelah Perang Dunia II, bermunculan kodifikasi hukum di berbagai
negaraArab.Sebelumnya,kodifikasihukum Islam diawalioleh Mesir pada
tahun 1875 dan diikuti pula dengan kodifikasi tahun 1883. Kodifikasi
hukum di Mesirini merupakan campuran antara hukumIslam dan hukum
Barat (Eropa). Setelah itu, pada tahun 1920, Muhammad Qudri Pasya,
seorang pakar hukum Mesir, membuat kodifikasi hukum Mesir di bidang
perdata yang diambil secara murni dari hukum Islam (fikih). Lebih lanjut,
kodifikasi hukum di Mesir mengalami beberapa kali perubahan, antara
lain padatahun 1920,1929,1946,dan1952.DiIrakpunmunculkodifikasi
hukum Islam (fikih), yaitu pada tahun 1951 dan 1959, kemudian
mengalami perubahan pada tahun 1963 dan 1978. Kodifikasi hukum di
Yordania pertama kali dilakukan pada tahun 1951 dan mengalami
perubahan pada tahun 1976. Libanon, yang merupakan bagian dari
Kerajaan Turki Usmani, melakukan pula kodifikasi hukum Islam pada
tahun 1917 dan 1934; kemudian Suriah pada tahun 1949, 1953, dan
1975; Libya pada tahun 1953; Maroko pada tahun 1913 dan 1957; Tuni-
sia pada tahun 1906, 1913, dan 1958; Sudan pada tahun 1967; Kuwait
pada tahun 1983; dan Uni Emirat Arab pada tahun 1979, 1980, 1984,
1985, dan 1986 (Dahlan, 1997: 962).
Kodifikasi hukum untuk umat Islam di Indonesia sudah ada sejak
masapenjajahan,tetapistatusnyamasihberadadibawah dominasihukum
adat karena teori resepsi sangat berpengaruh dalam sistem hukum saat
itu. Karenanya dapat dikatakan bahwa kodifikasi tersebut dimulai pada
tahun 1974 dengan munculnya kodifikasi Undang-Undang Perkawinan
(UU No. 1/1974) dengan peraturan pelaksanaannya (PP No. 9/1975 dan
PP No. 10/1983), yang mengatur secara khusus persoalan perkawinan
dan perceraian bagi pegawai negeri sipil dan ABRI. Kemudian muncul
lagi Undang-Undang Peradilan Agama (UU No. 7/1989). Undang-undang
ini pada dasarnya merupakan tuntutan dari UU No. 14/1970 tentang
Pokok-PokokKekuasaanKehakimanyangmengakuiadanyaempat macam
peradilan diIndonesia, yaitu Peradilan Umum, Peradilan Militer, Peradilan
Tata Usaha Negara,dan Peradilan Agama. Keempat peradilan ini memiliki
kedudukan samadan berwenangsecaramandirimengadiliperkara-perkara
yang menjadi wewenangnya. Selanjutnya, keluar pula Inpres RI No. 1/
1991 tentang Kompilasi Hukum Islam di bidang hukum perkawinan,
perceraian, waris, wakaf, wasiat, dan hibah.
Sebelum muncul UU No. 1/1974, UU No. 7/1989, dan Inpres RI No.
1/ 1991, di Indonesia telah ada peraturan yangmengatur peradilan agama
serta materi hukumnya, namun semua itu adalah produk dari zaman
pemerintahan Hindia Belanda. Ketiga kodifikasi hukum Islam di atas
merupakan produk putra-putra Indonesia, yang menyangkut hukum Is-
lam di Indonesia.
KESIMPULAN
Pemikiran taqnin Ibnu Al Muqaffa’ adalah keinginan Beliau yang
disampaikan kepada Khalifah Ja’far Al Mansur agar pemerintah
mengundangkan sebuah kitab hukum yang dikodifikasidan unifikasi yang
berlaku secara mengikat dan memaksa serta mengatur kepada seluruh
masyarakat yangdijadikan pedomanoleh parahakimsehinggamasyarakat
memperoleh kepastian hukum. Pemikiran Ibnu Al Muqaffa’ ini dimuat
dalam Risalah Shahabah (Surat untuk para pendamping khalifah).
Adapun pengembangan pemikiran Ibnu Al Muqaffa’ ini adalah
dimulainya kontak antara budaya Barat dan Timur di Mesir pada awal
abad ke-19. Sejaksaat itu meskipun mulaimengadakan kodifikasi hukum
yang kemudian diikuti oleh negara-negara Islam lainnya seperti Yordania,
Kuwait, Suriah, Uni Emirat Arab, Turki, Maroko, Tunisia, bahkan sampai
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Al Maududi, Abul A’la, (1995), Hukum Islam dan Konstitusi. Jakarta:
Mizan.
Amin, Ahmad, (tt), Dhuha al Islam, Juz pertama. Cet. X. Beirut: Dar al
Kitab al ‘Arabi.
As Sayis, Muhammad Ali, (1996), Sejarah Pembentukan Hukum Islam
dan Perkembangan Hukum Islam. Jakarta: Akademi Pressindo.
Ash Shiddieqy, Hasbi, (1964), Peradilan dan Hukum Acara Islam .
Yogyakarta: PT Al Ma’arif.
Hans Wehr, (1980), A Dictionary of Modern Written Arabic. London:
Mac Donald & Evans Ltd.
Kansil, C.S.T., (1983), Pengantar IlmuHukum dan TataHukum Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Khallaf,AbdulWahhab,(1971), KhulashahTarikhalTasyri’alIslami.Kairo.
Madkur, Muhammad Salam, (tt), al Qadla fi al Islam. Dar an Nahdhah al
‘Arabiyah.
––––––, (1993) Peradilan dalam Islam. Cet. IV. Terjemahan oleh Imron
A.M. dari al Qadla fi al Islam. Surabaya: Bina Ilmu.