Journal: Aminunimed@yahoo - Co.id

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 17

1

aminunimed@yahoo.co.id

JOURNAL
COMPETENCY-BASED LEARNING MODEL PRACTICE ORIENTED PRODUCTION Dr. R. Mursid, ST. M.Pd.* ABSTRACT The purpose of this research and development is to: (1) develop a learning model of production-oriented competency-based practices, (2) implement the learning model, (3) examine the effectiveness of the learning model, (4) developed three models, namely: conceptual models, procedural models, and physical models; (5) develop learning methods of practice. Research and development is conducted through three stages: (1) preliminary investigation, (2) planning, development, and test the model and revision, carried on; preliminary field testing and main field testing, (3) validation of models, including; test model experts and test the effectiveness of the design model. Based on the research and development can be concluded that: (1) learning model of production-oriented competencybased practice can improve on the aspects of competence, cognitive, affective, and psychomotor students, (2) methods and teaching model developed is suitable for learning the practice, (3 ) can improve student learning outcomes achievement, (4) is designed and developed in a systematic and systemic to be more effective, efficient and interesting in learning and evolving practices to change in accordance with the development needs of businesses and industries. Key Word: Development of Practices Learning, Model Competency-Based Production Oriented *) Dosen Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Teknik Unimed

JURNAL MODEL PEMBELAJARAN PRAKTIK BERBASIS KOMPETENSI BERORIENTASI PRODUKSI


Dr. R. Mursid, ST. M.Pd.* ABSTRAK
Tujuan penelitian dan pengembangan ini adalah untuk. (1) mengembangkan model pembelajaran praktik berbasis kompetensi berorientasi produksi; (2) mengimplementasikan model pembelajaran; (3) mengetahui efektivitas model pembelajaran; (4) mengembangkan tiga model, yaitu: model konseptual, model prosedural, dan model fisik; (5) mengembangkan metode pembelajaran praktik. Penelitian dan pengembangan ini dilakukan melalui tiga tahap: (1) penelitian pendahuluan; (2) perencanaan, pengembangan, dan uji coba model dan revisi, dilakukan pada; Uji coba terbatas dan Uji coba lebih luas/utama; (3) validasi model, meliputi; uji ahli desain model dan uji efektivitas model. Berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan dapat disimpulkan

bahwa; (1) model pembelajaran praktik berbasis kompetensi berorientasi produksi dapat meningkatkan kompetensi pada aspek; kognitif, afektif, dan psikomotorik mahasiswa; (2) metode dan model pembelajaran yang dikembangkan sangat cocok untuk pembelajaran praktik; (3) dapat meningkatkan prestasi hasil belajar mahasiswa; (4) dirancang dan dikembangkan secara sistematis dan sistemik agar lebih efektif, efisien dan menarik dalam pembelajaran praktik dan selalu berkembang untuk berubah sesuai dengan perkembangan kebutuhan dunia usaha dan industri.

Kata Kunci: Pengembangan Pembelajaran praktik, Berbasis Kompetensi, Orientasi Produksi

PENDAHULUAN Tatanan kehidupan di perguruan tinggi secara formal yang paling dominan adalah pembelajaran. Pembelajaran praktik belum secara serius dikembangkan berdasarkan prinsipprinsip yang sahih untuk memberikan peluang mahasiswa belajar cerdas, kritis, kreatif, inovatif, dan memecahkan masalah. Pembelajaran praktik belum menunjukkan sebagai suatu proses pengembangan kreativitas mahasiswa. Proses pembelajaran praktik masih terbatas sebagai proses transfer of knowledge, bersifat verbalistik dan cenderung bertumpu pada kepentingan dosen daripada kebutuhan mahasiswa. Permasalahan utama dalam pembelajaran di Perguruan Tinggi adalah bagaimana perencanaan dan kesiapan dosen untuk mengelola pembelajarannya agar tercapai kompetensi yang diinginkan dalam diri mahasiswa. Secara konseptual barangkali pengembangan strategi pembelajaran dapat diakui sebagai salah satu sarana bagi lembaga pendidikan untuk memberikan dan memperluas wawasan pembelajar tentang pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar lainnya dengan harapan dapat direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Orientasi akademik dalam pendidikan tinggi tidak hanya terpaku pada rutinitas proses pembelajaran yang selama ini mereka lakukan, namun perekayasaan teknologi pendidikan harus diwujudkan untuk memperoleh tujuan pendidikan yang diharapkan, hal ini meliputi: (1) pengembangan bidang studi dan kawasan teknologi pendidikan, (2) perancangan sistem pembelajaran, (3) produksi media pendidikan, (4) penyediaan sarana dan prasarana belajar, (5) pemilihan dan penilaian komponen sistem pembelajaran, (6) penerapan/pemanfaatan sumber daya belajar, (7) penyebaran konsep dan temuan teknologi pendidikan, (8) pengelolaan kegiatan pengembangan dan pemanfaatan sumber daya belajar, dan (9) perumusan bahan kebijakan teknologi pendidikan. (Miarso, 2005). Peningkatan kualitas dan proses pembelajaran Perguruan Tinggi perlu secara kreatif mengembangkan konsep-konsep pendidikan baru yang lebih komprehensif sekaligus

kompetitif. Hal ini dapat dilakukan dengan pembaharuan metode pembelajaran yang lebih fleksibel, dengan menempatkan mahasiswa sebagai subyek (student-centered learning = SCL), dibandingkan sebagai obyek pendidikan. Konsep pendidikan juga perlu di desain untuk menumbuhkan semangat kewirausahaan dan peningkatan soft skills serta success skills, sehingga lulusan Perguruan Tinggi mempunyai karakter percaya diri yang tinggi, memiliki kearifan terhadap nilai-nilai sosial dan kultural bangsa, kemandirian serta jiwa kepemimpinan yang kuat. (HELTS, 2004). LPTK-PTK dalam penyelenggaraan terhadap tuntutan relevansi dengan du/di, merupakan suatu ciri karakteristik yang penting bagi pendidikan kejuruan. Perwujudan timbal balik berupa kesediaan du/di, menampung mahasiswa untuk mendapat kesempatan pengalaman belajar di lapangan kerja/industri merupakan bahan untuk dijabarkan ke dalam perencanaan dan implementasi program pendidikan, dan bentuk-bentuk kerjasama lainnya yang saling menguntungkan. PTK mempunyai implikasi yang luas terhadap proses pembelajaran. Pembelajaran yang tepat dalam PTK adalah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan competency-based yang didasarkan pada dua filosofi dasar. Pertama adalah gagasan human competence merupakan kemampuan yang benar-benar terlihat. Pengetahuan, sikap, dan keterampilan merupakan hal yang tidak berharga jika tidak ditunjukkan dengan adanya hasil. Filosofi kedua mastery learning menyebutkan bahwa hampir semua orang dapat mempelajari semua hal dengan baik, apabila mendapatkan pengajaran yang berkualitas serta waktu yang mencukupi. Sejalan dengan pemikiran di atas dan didukung oleh PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang diantaranya mengatur standarisasi proses pembelajaran, sehingga Perguruan Tinggi LPTK-PTK diharapkan ada pembaharuan pembelajaran yang inovatif. Oleh karena itu penelitian ini berupaya mengembangkan model pembelajaran untuk mengembangkan kreativitas mahasiswa, terutama aspek berfikir kreatif, inovatif, dan produktif, yang diharapkan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran dan sekaligus mampu meningkatkan kompetensi praktik mahasiswa di bidang Pendidikan Teknik Mesin Produksi. Permasalahan dalam peneltian dan pengambangan ini adalah: (1) bagaimanakah pengembangan model pembelajaran pada program keahlian teknik mesin produksi untuk Pendidikan Teknik Mesin?, (2) bagaimanakah implementasi model pembelajaran yang dikembangkan pada program keahlian teknik mesin produksi untuk Pendidikan Teknik Mesin?, dan (3) bagaimanakah efektivitas model pembelajaran yang dikembangkan pada

program keahlian teknik mesin produksi untuk Pendidikan Teknik Mesin?

PEMBAHASAN Pembelajaran Praktik Teknologi pembelajaran, mempunyai empat aspek yang saling terkait, yaitu: (1) the theory and practice; (2) design, development, utilization, management and evaluation; (3) processes and resourses; and (4) learning. Domain pengembangan termasuk kawasan kedua, yaitu design development, utilization, management and evaluation. (Seel & Richey, 1994:9). Keempat kawasan tersebut mempunyai tujuan utama yaitu memicu dan memacu proses belajar serta memberikan kemudahan atau fasilitas belajar. Proses pembelajaran LPTK-PTK diarahkan kepada: (1) kegiatan pembelajaran perlu memperhatikan perbedaan kemampuan individu dan dapat mengembangkan bakat dan potensinya dalam bidang keahlian secara optimal (competency based learning), (2) kegiatan pembelajaran ditekankan pada pemberian pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan kebutuhan dunia kerja dan terkait dengan penerapan konsep, kaidah, dan prinsip disiplin ilmu yang dipelajari, (3) pembelajaran perlu diarahkan untuk mendorong mahasiswa dapat mengkomunikasikan kreasi temuannya kepada masyarakat luas sehingga dapat mengembangkan empatinya dengan menyelaraskan pengetahuan yang dimiliki dengan tindakannya, dan (4) pembelajaran diarahkan untuk menciptakan iklim kompetisi sehingga dapat menghasilkan karya-karya yang inovatif dan produktif. (LPTK-PTK, 2003).

Pembelajaran Praktik Berbasis Kompetensi Garavan & McGuire (2001), menjelaskan bahwa kompetensi dapat dilihat dari dua aspek yakni sebagai atribut individual dan sebagai hasil pembelajaran. Dari aspek atribut indivudual, kompetensi dapat diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan seseorang yang dapat menghasilkan unjuk kerja. Dari aspek hasil pembelajaran, kompetensi dapat diartikan sejauhmana unjuk kerja telah mencapai standar yang diperlukan. Kompetensi dipandang sebagai atribut individual bersifat lebih fleksibel dan oleh karenanya kompetensi ini lebih digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan di industri yang lebih luas dan kompleks. Kompetensi dalam pengertian spesifik dan teknis dijelaskan oleh Nordhaug (1998), bahwa kompetensi terdiri atas pengetahuan tentang metode, proses, dan teknik yang dirancang untuk melaksanakan tugas tertentu dan kemampuan menggunakan alat-alat dan perlengkapannya. Ini artinya kompetensi dalam pengertian spesifik dan teknis mencakup

pengetahuan prinsip kerja dan prosedur kerja, serta kemampuan mengoperasikan alat untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan tertentu. Bowden & Masters (1993), secara tegas mengatakan bahwa kompetensi harus didefinisikan sebagai suatu yang betul-betul dapat dilakukan seseorang, bukan suatu yang telah diperoleh dari pembelajaran yang belum tentu dapat dilakukan. Ini berarti kompetensi menunjuk pada kemampuan unjuk kerja seseorang. Preston & Walker (1993), memberikan definisi kompetensi dengan pendekatan holistik sebagai kombinasi pengetahuan, keterampilan dan sikap yang memungkinkan seseorang dapat melakukan tugasnya. Kompetensi oleh Bunk, Kaizer dan Zedler (1991) diidentifikasi dalam empat kelompok, yaitu: (1) Vacational competence, melaksanakan pekerjaan pada kegiatan spesifik, (2) Methodical competence, adalah reaksi sistemik dan tindakan sistemik pada setiap tantangan diperlihatkan sebagai unjuk kerja, guna memperoleh solusi independent dan mampu menggunakan pengalaman guna mendapatkan cara bermakna untuk menanggulangi masalah-masalah pekerjaan, (3) Social competence, yakni kemampuan berkomunikasi dengan pihak lain dan bekerjasama dengan cara co-operatif, memperlihatkan perilaku berorientasi kepada kelompok dan berempati, (4) Participative competence, yakni kemahiran kerja dan adaptasi terhadap lingkungan kerja dalam arti luas, kemampuan mengorganisasi dan membuat keputusan, dan kesiapan mengambil tanggungjawab. (Prihadi, 2004).

Pengembangan Model Pembelajaran Joice dan Weil (1996) mengungkapkan bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang dapat digunakan untuk kurikulum (materi pembelajaran yang panjang), mendesain materi pembelajaran, dan untuk mengantarkan pembelajaran di dalam maupun di luar kelas. Joyce, Weil dan Showers (1996) menjelaskan model pembelajaran adalah suatu perencanaan yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkatperangkat pembelajaran serta mengarahkan kita dalam mendesain pembelajaran untuk membantu pebelajar sedemikian hingga tujuan pembelajaran tercapai. Pengembangan model pembelajaran yang baik disesuaikan dengan kondisi tertentu. Kondisi ini adalah besar kecil atau kompleks tidaknya suatu lembaga pendidikan, ruang lingkup tugas lembaga pendidikan, serta kemampuan pengelola. Joice (1996) menjelaskan model pembelajaran adalah suatu perencanaan yang digunakan sebagai pedoman dalam

merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat pembelajaran serta mengarahkan kita dalam mendisain pembelajaran untuk membantu pebelajar sedemikian hingga tujuan pembelajaran tercapai. Dengan adanya bermacarn-macam model pengembangan pembelajaran, Gustafson (2002:30) telah menyusun suatu taksonomi model pengembangan pembelajaran yang diharapkan akan dapat memberikan dua keuntungan. Pertama, taksonomi dapat merupakan alat untuk mengelompokkan dan menyederhanakan model-model yang sekarang ini dikenal. Kedua, para pengembangan model pembelajaran dapat menggunakan taksonomi tadi untuk menganalisis macam proyek pembelajaran yang akan mereka kembangkan. Dengan demikian mereka dapat lebih mudah memilih model yang dapat diadaptasi sesuai situasi yang mereka hadapi di lapangan. Berkaitan dengan model pembuatan produk, seperti modul dan/atau bahan ajar pembelajaran, model pembelajaran yang dijadikan landasan pengembangan adalah Model Dick & Carey (2005) dan model lain yang dianggap relevan. Dapat dilihat bahwa saat ini dibutuhkan suatu model pembelajaran yang mampu untuk lebih memberdayakan mahasiswa dalam mencapai kompetensi yang diinginkan. Hal ini sesuai dengan teori pembelajaran dari Reigeluth (1983) yang menyatakan bahwa hasil pembelajaran sangat ditentukan oleh interaksi antara metode pembelajaran dan kondisi pembelajaran. Dengan demikian perlu dilakukan pengembangan model pembelajaran yang digunakan agar efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Strategi Pembelajaran dalam Pengembangan Model Romiszowski (1981), strategi pembelajaran adalah terjemahan dari suatu falsafah atau posisi teoretis tertentu yang berhubungan dengan pembelajaran ke dalam pernyataan tentang cara di mana pembelajaran itu akan dilakukan dalam jenis keadaan tertentu. Sehubungan dengan itu, ia mengidentifikasi ada dua posisi teoretis utama yang berhubungan dengan belajar dan pembelajaran yang nampaknya saling berlawanan. Kedua posisi teoretis tersebut adalah: reception learning atau information processing yang sangat kuat didukung oleh Ausubel dan sebagian besar kelompok behavioris, dan discovery learning atau experience processing yang sangat didukung oleh Piaget, Bruner dan sebagian besar pemikir mashab psikologi kognitif dan humanis. Kedua posisi teoritis tersebut kemudian melahirkan dua stategi utama dalam pembelajaran yakni strategi ekspositori dan strategi diskoveri. Seels dan Richey (1994) mengatakan bahwa strategi pembelajaran adalah spesifikasi

untuk memilih dan mengurutkan proses dan kegiatan-kegiatan dalam suatu pelajaran. Sementara itu, Dick & Carey (2005) mengatakan bahwa strategi pembelajaran biasanya menjelaskan komponen umum dari satu set materi dan prosedur pembelajaran yang akan digunakan dengan bahan bahan lain untuk menghasilkan hasil belajar tertentu dari pihak siswa. Selanjutnya, Dick dan Carey (2005) juga merinci lima komponen strategi pembelajaran yakni: (1) kegiatan pra instruksional, (2) penyajian informasi, (3) partisipasi mahasiswa, (4) tes, dan (5) tindak lanjut. Gagne, Briggs dan Wager (1983), mengatakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu rencana untuk membantu mahasiswa dengan usaha belajarnya untuk setiap tujuan yang ada. Ini dapat mengambil bentuk rencana pembelajaran, atau satu set spesifikasi produksi untuk bahan yang disajikan dengan media. Tujuan mengembangkan strategi sebelum pengembangan bahan pembelajaran adalah untuk menggarisbawahi bagaimana kegiatan pembelajaran akan terkait dengan pencapaian tujuan pembelajaran. Yusufhadi Miarso (2005) mendefinisikan strategi pembelajaran sebagai pendekatan menyeluruh dalam pembelajaran yang berupa pedoman umum dan kerangka kegiatan yang dijabarkan dari pandangan falsafat atau teori mengenai belajar dalam kondisi tertentu dan yang ditetapkan untuk mencapai tujuan umum. Strategi pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perencanaan sistematis dan terpadu yang mencakup urutan kegiatan pembelajaran, metode, media dan alokasi waktu yang ditetapkan sebelum pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Berbeda dengan komponen strategi yang dikemukakan oleh Dick dan Carey, menurut Yusufhadi Miarso (2005) suatu strategi pembelajaran mengandung beberapa komponen yakni; (1) tujuan umum, (2) teknik pembelajaran, (3) pengorganisasian kegiatan belajar mengajar yang mencakup pengorganisasian siswa, guru, dan tenaga kependidikan, (4) peristiwa pembelajaran, (5) urutan belajar, (6) penilaian, (7) pengelolaan kegiatan belajar di kelas, (8) tempat dan latar, dan (9) waktu. Reigeluth dan Merril (1983) mengatakan bahwa pembelajaran sebaiknya didasarkan pada teori pembelajaran yang bersifat preskriptif, yaitu teori yang memberikan "resep" untuk mengatasi masalah belajar. Teori pembelajaran yang preskriptif ini harus memperhatikan tiga variabel, yaitu variabel kondisi, metode dan hasil. Reigeluth (1983), ada tiga jenis variabel strategi pembelajaran yakni: (1) strategi pengorganisasian yakni cara-cara untuk mengorganisasikan isi mata pelajaran yang sudah dipilih untuk diajarkan, (2) strategi penyampaian, yakni cara-cara untuk menyampaikan pelajaran kepada siswa dan atau

menerima dan menanggapi masukan dari siswa, dan (3) strategi pengelolaan, yakni cara-cara pengambilan keputusan yang berkaitan dengan komponen-komponen strategi organisasional dan strategi penyampaian. Nolker & Schoenfeldt (1983) mengatakan bahwa yang paling penting dalam pembelajaran dan pelatihan praktik kejuruan adalah penguasaan keterampilan praktis, serta pengetahuan dan perilaku yang bertalian langsung dengan keterampilan tersebut. Agar mahasiswa mampu menguasai keterampilan kerja diharapkan, dosen harus menerapkan metode/strategi pembelajaran praktik sesuai. Dalam proses pembelajaran praktik, strategi pembelajaran merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan belajar mahasiswa.

METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan pada program studi Pendidikan Teknik Mesin bidang keahlian Teknik Mesin Produksi di Fakultas Teknik Universitas Negeri Medan program S-1 pada mahasiswa yang mengambil mata kuliah Teknologi Pemesinan I. Dengan demikian lokasi dan subyek penelitian ditetapkan secara purposive, dengan mempertimbangkan tahap-tahap penelitian serta tujuan khusus penelitian. Penelitian dan pengembangan ini menggunakan pendekatan penelitian dan pengembangan (Research and development) Borg & Gall. Penelitian dan pengembangan pendidikan meliputi beberapa tahapan dimana didalamnya suatu produk dikembangkan, diteskan, dan direvisi sesuai hasil tes lapangan. Pengumpulan data dalam penelitian dan pengembangan ini dikelompokkan menjadi tiga, yaitu studi pendahuluan, pengembangan, dan uji validasi. Dalam setiap tahap penelitian dipilih teknik pengumpulan data tertentu sesuai dengan tujuan masing-masing. Pada studi pendahuluan, dipilih teknik kuesioner/angket, observasi, dan dokumentasi, di samping kajian literatur (literature review). Pengumpulan data dilakukan melalui: angket/kuesioner, observasi dan wawancara, Ujicoba terbatas dan utama. Pada ujicoba terbatas, adalah observasi dan kuesioner. Kuesioner diberikan kepada dosen, dengan tujuan untuk mengetahui apakah ada kendala dalam penerapan desain model. Pada uji validasi, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah penilaian dampak penerapan model yang dikembangkan terhadap peningkatan kompetensi mahasiswa, melalui perbandingan hasil pengukuran pra dan pasca penerapan model secara mandiri oleh kelompok kontrol dan eksperimen.

Uji coba model merupakan bagian yang sangat penting dalam penelitian dan pengembangan, yang dilakukan setelah rancangan pengembangan model pembelajaran selesai. Uji coba model bertujuan untuk mengetahui apakah model yang dikembangkan layak digunakan atau tidak. Uji coba model juga melihat sejauh mana produk yang dibuat dapat mencapai sasaran dan tujuan. Model yang baik memenuhi dua kriteria, yaitu; kriteria pembelajaran (instructional criteria) dan kriteria penampilan (pesentation criteria). Uji coba dilakukan tiga kali, yaitu; (1) uji ahli; (2) uji terbatas dilakukan terhadap kelompok kecil sebagai pengguna model; (3) uji lapangan (field testing). Dengan uji coba kualitas model yang dikembangkan betul-betul teruji secara empiris. Subyek penelitian, mahasiswa semester IV, dan V, yang mengambil mata kuliah Teknologi Pemesinan I dan II di Jurusan Pendidikan Teknik Mesin Program Studi Teknik Mesin bidang keahlian Teknik Mesin Produksi pada TA. 2007/2008 dan TA. 2008/2009. Subyek penelitian tersebar dalam empat kelas. Sehingga jumlah total mahasiswa sebagai subyek penelitian Teknik analisis data ini menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Semua data yang terkumpul dianalisis dengan teknik statistik deskriptif yang secara kuantitatif dipisahkan menurut kategori untuk mempertajam penilaian dalam menarik kesimpulan. Analisis data dalam penelitian dan pengembangan ini dijelaskan dalam tiga, yaitu tahap studi pendahuluan, pengembangan dan validasi. Pada tahap pertama, studi pendahuluan, temuan atau fakta-fakta tentang pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan saat ini,

dideskripsikan dalam bentuk sajian data (mean, median, modus dsb), kemudian dianalisis (diinterpretasikan) secara kualitatif. Dengan pendekatan ini maka analisis yang digunakan dalam tahap ini disebut deskriptif kualitatif. Pada tahap pengembangan beberapa pendekatan analisis yang digunakan yaitu: (a) pelaksanaan dan hasil pengembangan desain model, dideskripsikan dalam bentuk sajian data, kemudian dianalisis secara kualitatif, (b) pada ujicoba terbatas, hasil ujicoba penerapan desain model dianalisis dengan pendekatan kuantitaif, (c) pada ujicoba lebih luas, di samping menggunakan pendekatan analisis deskriptif kualitatif, juga digunakan analisis statistik (kuantitatif), dengan formula statistic uji-t (t-test) untuk mengukur hasil penerapan desain model pada kondisi sebelum (pra) dan sesudah (pasca) penerapan. Pada tahap validasi, keberartian dan efektivitas hasil penerapan model dianalisis menggunakan pendekatan kuantitatif (quasi exsperimental), dengan membandingkan hasil pada kelompok (subjek penelitian) eksperimen dan kelompok kontrol, pada kondisi sebelum dengan sesudah penerapan.

10

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Uji Coba dengan Revisi Model Tabel 1. Hasil Kualitas Pelaksanaan Pembelajaran pada Uji Coba Terbatas
Prosentase Keberhasilan 79,69 80,77 79,17 80,00

Kualitas Pembelajaran Pada Hasil Uji Coba Terbatas A. B. C. D. Pengorganisasian Pembelajaran Penyampaian Pembelajaran Pengelolaan Pembelajaran Kualitas Pembelajaran (Pengorganisasian, Penyampaian , dan Pengelolaan Pembelajaran)

Terhadap upaya peningkatan pengembangan model pembelajaran menunjukkan kecenderungan yang baik = 79,69%. Artinya pendapat dosen terhadap pengorganisasian pembelajaran praktik memberikan penilaian yang positif untuk selalu berkembang dan berkeinginan untuk mengalami suatu perubahan. sesuai dengan perkembangan ipteks dan tuntutan du/di. Tabel 2. Hasil Keterterapan Pelaksanaan Pembelajaran pada Uji Coba Terbatas
Keterterapan Pelaksanaan Pembelajaran I. Pra Pembelajaran Praktik II. Kegiatan Inti Pembelajaran: A. Penguasaan materi pembelajaran B. Pendekatan/Strategi pembelajaran C. Pemanfaatan sumber/media pembelajaran D. Pembelajaran yang memicu keterlibatan mahasiswa E. Penilaian proses dan hasil belajar F. Penggunaan bahasa G. Penutup Prosentase Keberhasilan 68,06 73,21 75,69 58,33 80,00 56,25 87,50 56,25

Rata-rata dalam pra pembelajaran praktik = 68,06% adalah cukup baik, dalam kegiatan inti pembelajaran pada penguasaan materi pembelajaran = 73,21% adalah cukup baik, pendekatan/strategi pembelajaran = 75,79% adalah baik, pemanfaatan sumber/media pembelajaran = 58,33% adalah kurang baik, pembelajaran yang memicu keterlibatan mahasiswa = 80% adalah baik, penilaian proses dan hasil belajar = 56,25% adalah cukup baik, penggunaan bahasa = 87,5% adalah baik, dan penutup = 56,25% adalah cukup baik. Namun dalam pelaksanaan pembelajaran praktik pada uji coba terbatas tahap I menunjukkan hasil rata-rata 70,31% namun setelah melakukan uji coba tahap II sebesar 73,96%, berarti

11

ada kenaikan sebesar 3,65% bahwa keterterapan pelaksanaan model pembelajaran mengalami kenaikan yang cukup berarti. Tabel 3. Hasil Penilaian Mahasiswa terhadap Pelaksanaan Pembelajaran Menggunakan Model Pembelajaran pada Uji Coba Terbatas
Kriteria Penilaian terhadap Penerapan Pelaksanaan Model pembelajaran A. Mudah dipahami dan dimengerti dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang dikembangkan bagi mahasiswa B. Menyenangkan, membuat bersemangat bekerja dan belajar, berkeinginan untuk berkembang, menjadi akrab, dan dapat melakukan kerjasama dengan baik bagi mahasiswa. C. Meningkatkan dalam belajar dan bekerja, dan meningkatkan kompetensi mahasiswa Rata-rata penilaian mahasiswa terhadap penerapan model pembelajaran

dengan

Prosentase Keberhasilan 77,68

78,13

76,96 77,50

Kecenderungan penilaian mahasiswa terhadap pelaksanaan model pembelajaran pada uji coba tahap I dan tahap II adalah cukup baik = 77,50%, hal ini menunjukkan bahwa aspek keterterapan model pembelajaran bagi mahasiswa disambut dengan baik dan sangat disenangi, karena ada beberapa indikator yang dapat meningkatkan kompetensi dan hasil belajar mahasiswa. Rata-rata dalam pengerjaan tugas untuk uji coba terbatas tahap I = 66,93% adalah belum kompeten dan dilanjutkan lagi dalam uji coba terbatas tahap II = 67,86% juga belum kompeten. Hasil Uji Coba Utama dengan Revisi Model Tabel 4. Hasil Kualitas Pembelajaran pada Uji Coba Utama
Kualitas Pembelajaran Pada Hasil Uji Coba Utama A. B. C. D. Pengorganisasian Pembelajaran Penyampaian Pembelajaran Pengelolaan Pembelajaran Kualitas Pembelajaran (Pengorganisasian, Pengelolaan Pembelajaran) Prosentase Keberhasilan 93,75 89,42 91,67 91,25

Penyampaian

dan

Upaya peningkatan pengembangan model pembelajaran menunjukkan kecenderungan yang sangat baik terhadap pengorganisasian pembelajaran, yaitu rata-rata sebesar 93,75% sangat baik dan positif. Tabel 5. Hasil Keterterapan Pelaksanaan Pembelajaran pada Uji Coba Utama
Keterterapan Pelaksanaan Pembelajaran I. Pra Pembelajaran Praktik Prosentase Keberhasilan 81,94

12

Keterterapan Pelaksanaan Pembelajaran II. Kegiatan Inti Pembelajaran: A. Penguasaan materi pembelajaran B. Pendekatan/Strategi pembelajaran C. Pemanfaatan sumber/media pembelajaran D. Pembelajaran yang memicu keterlibatan mahasiswa E. Penilaian proses dan hasil belajar F. Penggunaan bahasa G. Penutup

Prosentase Keberhasilan 80,36 81,25 75,00 80,00 78,13 84,38 78,13

Rata-rata pra pembelajaran praktik = 81,94% adalah sangat baik, dalam kegiatan inti pembelajaran pada penguasaan materi pembelajaran = 80,36% adalah sangat baik, pendekatan/strategi pembelajaran = 81,25% adalah sangat baik, pemanfaatan sumber/media pembelajaran = 75% adalah baik, pembelajaran yang memicu keterlibatan mahasiswa = 80% adalah sangat baik, penilaian proses dan hasil belajar = 78,13% adalah baik, penggunaan bahasa = 84,38% adalah sangat baik, dan penutup = 78,13% adalah baik. Namun dalam pelaksanaan pembelajaran praktik pada tahap I menunjukkan hasil rata-rata 75%, untuk tahap II naik rata-rata 77,08%, untuk tahap III naik rata-rata 80,21%, untuk tahap IV naik rata-rata 90,1%, berarti ada kenaikan sebesar 15,1% dari tahap I sampai dengan tahap IV, bahwa keterterapan pelaksanaan model pembelajaran mengalami kenaikan yang cukup berarti. Tabel 6. Hasil Penilaian Mahasiswa terhadap Pelaksanaan Pembelajaran dengan Menggunakan Model Pembelajaran pada Uji Coba Utama
Prosentase Keberhasilan 88,39

Kriteria Penilaian terhadap Penerapan Pelaksanaan Model pembelajaran A. Mudah dipahami dan dimengerti dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang dikembangkan bagi mahasiswa B. Menyenangkan, membuat bersemangat bekerja dan belajar, berkeinginan untuk berkembang, menjadi akrab, dan dapat melakukan kerjasama dengan baik bagi mahasiswa. C. Meningkatkan dalam belajar dan bekerja, dan meningkatkan kompetensi mahasiswa Rata-rata penilaian mahasiswa terhadap penerapan model pembelajaran

89,06

87,50 88,21

Rata-rata

penilaian

mahasiswa

terhadap

pelaksanaan

model

pembelajaran

menunjukkan bahwa dalam pemahaman lebih baik dan mudah melalui pembelajaran praktik dengan menggunakan model yang dikembangkan dan juga mahasiswa dapat mudah terhadap pelaksanaan praktik dalam membuat benda kerja = 88,39% adalah sangat baik dan dilihat dari faktor menyenangkan, membuat bersemangat bekerja dan belajar, berkeinginan untuk berkembang, menjadi akrab, dan dapat melakukan kerjasama dengan baik bagi mahasiswa =

13

89,06% adalah sangat baik, dan dilihat dari faktor yang dapat meningkatkan belajar dan bekerja, dan meningkatkan kompetensi mahasiswa = 87,50% adalah sangat baik. Rata-rata dalam pengerjaan tugas tahap I = 68%,43 adalah belum kompeten dan dilanjutkan lagi dalam tahap II = 69% juga belum kompeten. Dan selanjutnya tahap III = 70,93% adalah cukup kompeten dan dilanjutkan untuk tahap IV = 74,14% adalah cukup kompeten. Hal ini secara kseluruhan terhadap aspek yang dinilai pada metode, hasil keterampilan dan pencapaian waktu memang sangat rendah dan belum kompeten, namun pada uji coba utama untuk tahap III dan IV mahasiswa cukup kompeten.

Hasil Pra-Eksperimen pada Uji Coba Utama Model Hasil pra-eksperimen dilakukan terhadap uji coba utama pada kelas B sebanyak 14 mahasiswa menggunakan metode pembelajaran praktik berbasis kompetensi berorientasi produksi. Pelaksanakan penelitian Pra-eksperimen dalam bentuk One-Group PretestPosttest Design. Tabel 7. Hasil Pre-Test dan Post-Test Responden A. Pre-test B. Post-test

Prosentase Keberhasilan 60,57 80,14

Berdasarkan tabel di atas hasil Pre-test dan Post-test responden pada uji coba utama terlihat bahwa pada pre-test hasil yang dicapai = 60,57% namun hasil post-test naik menjadi 80,14%. Hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan metode dan model pembelajaran praktik berbasis kompetensi berorientasi produksi hasilnya efektif dengan peningkatan sebesar 19,57% terhadap peningkatan pemahaman materi pada aspek kognitif skill mahasiswa.

Hasil Kompetensi dalam Penerapan Model Rata-rata kompetensi proses produksi dalam pengerjaan benda kerja secara keseluruhan pada mahasiswa kelas C dan Kelas D menunjukkan bahwa kelas C sebesar 74,08% adalah sudah kompeten, namun pada mahasiswa kelas D sebesar 68,28% adalah belum kompeten. Ada peningkatan sebesar 5,8% bahwa secara keseluruhan rata-rata mahasiswa kelas C lebih unggul dan lebih baik kompetensinya bila dibandingkan dengan mahasiswa kelas D. Pengujian Keefektifan Model

14

Tabel 8. Deskripsi Penilaian Mahasiswa terhadap Pelaksanaan Pembelajaran dengan Menggunakan Model Pembelajaran
Kriteria Penilaian terhadap Penerapan Pelaksanaan Model Pembelajaran A. Mudah dipahami dan dimengerti dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model. (MD 1) B. Menyenangkan, membuat bersemangat bekerja dan belajar, berkeinginan untuk berkembang, menjadi akrab, dan dapat melakukan kerjasama dengan baik. (MD 2) C. Meningkatkan belajar dan bekerja, dan meningkatkan kompetensi. (MD 3) Rata-rata penilaian terhadap penerapan model pembelajaran Prosentase Katerterapan Model Kelas A Kelas B Kelas C 77,68 88,39 92,86

78,13

89,06

89,29

76,96 77,50

87,50 88,21

88,93 89,46

Tabel 9. Ringkasan Anava Satu Jalur


Sumber Varians (SV) Antar Kelompok (AK) Dalam Kelompok (DK) Total Derajad Kebebasan (dk) 2 41 43 Jumlah Kuadrat (JK) 782,5 965,5 1748 Kuadarat Rerata (KR) 391,25 23,55 414,8 F hitung F tabel

16,62 3,23 Keterangan: 16,62 > 3,23 Signifikan

Berdasarkan hasil perhitungan statistik dengan uji-F, diperoleh nilai Fhitung = 16,62 pada F
tabel

= 3,23 pada taraf kepercayaan = 0,05 (95%). Ternyata Setelah dikonsultasikan

dengan Ftabel kemudian dibandingkan antara Fhitung dengan Ftabel ternyata Fhitung Ftabel atau 16,615 3,23, Artinya ada perbedaan yang signifikan antara penilaian mahasiswa terhadap keterterapan model pembelajaran pada kelas A, kelas B, dan kelas C. Efektivitas Peningkatan Kompetensi dalam Penerapan Model Tabel 10. Deskripsi kompetensi penilaian kompetensi aspek kognitif proses produksi pemesinan mahasiswa
Kelompok Eksperimen Kontrol N 15 15 Rata-rata 59,40 55,93 Standar Deviasi 3,44 3,53 dk 28 28 t hitung 10,186 t tabel 2,131 Keterangan Signifikan

Rata-rata tes kognitif skill mahasiswa pada kelompok eksperimen dan kontrol menunjukkan bahwa rata-rata nilai mahasiswa pada kelompok eksperimen lebih tinggi = 79,2% daripada mahasiswa kelompok kontrol dengan rata-rata nilai = 74,58%. Dan ternyata - 2,131 < 10,186 > + 2,131, artinya ada perbedaan yang signifikan antara kompetensi kognitif skill mahasiswa pada kelompok eksperimen (kelas C) dengan kelompok kontrol (kelas D).

15

Perbedaan kompetensi pada penilaian proses produksi teknik pemesinan dalam pembuatan benda kerja; Tabel 11. Deskripsi kompetensi penilaian proses produksi teknik pemesinan dalam pembuatan benda kerja
Kelompok Eksperimen Kontrol N 15 15 Rata-rata 34,00 29,67 Standar Deviasi 2,17 2,38 dk 28 28 t hitung 19,49 t tabel 2,131 Keterangan Signifikan

Rata-rata nilai mahasiswa pada kelompok eksperimen lebih tinggi = 34% daripada mahasiswa kelompok kontrol dengan rata-rata nilai = 29,67%. Dan ternyata - 2,131 < 19,49 > + 2,131, artinya ada perbedaan yang signifikan antara kompetensi penilaian proses produksi teknik pemesinan dalam pembuatan benda kerja pada kelompok eksperimen (kelas C) dengan kelompok kontrol (kelas D). Perbedaan kompetensi rata-rata pengerjaan benda kerja dalam proses produksi teknik pemesinan. Tabel 12. Deskripsi kompetensi rata-rata pengerjaan benda kerja dalam proses produksi teknik pemesinan
Kelompok Eksperimen Kontrol N 15 15 Rata-rata 74,52 68,28 Standar Deviasi 6,76 5,29 dk 28 28 t hitung 10,49 t tabel 2,131 Keterangan Signifikan

Rata-rata nilai mahasiswa pada kelompok eksperimen lebih tinggi = 74,52% daripada mahasiswa kelompok kontrol dengan rata-rata nilai = 68,28%. Dan ternyata - 2,131 < 10,49 > + 2,131, artinya ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata kompetensi pengerjaan benda kerja dalam proses produksi teknik pemesinan mahasiswa pada kelompok eksperimen (kelas C) dengan kelompok kontrol (kelas D). PENUTUP Hasil kerja mahasiswa dengan menggunakan metode dan model pembelajaran dalam uji coba utama secara keseluruhan mengalami peningkatan yang berarti, dan untuk selanjutnya terhadap pembuatan benda kerja sudah menunjukkan peningkatkan kompetensi, baik dari ranah afektif, kognitif maupun psikomotoriknya. Dengan menggunakan model pembelajaran yang dikembangkan, terdapat peningkatan mahasiswa diantaranya: (1) proses pengerjaan benda kerja dengan menggunakan peralatan mesin-mesin perkakas sudah cukup dikuasai dengan benar, dan pemakanan/pemotongan benda kerja dengan mesin perkakas dilakukan dengan prosedur yang benar, (2) mahasiswa menguasai proses pemesinan dalam pembuatan benda kerja dengan benar sesuai prosedur pengerjaan, (3) teknik pengerjaan

16

dengan pemakanan terhadap benda kerja sudah dikuasai oleh mahasiswa, hal ini terkait dengan pemahaman gambar kerja maupun dalam membaca gambar kerja bagi mahasiswa, dan (4) langkah-langkah pembuatan benda kerja sesuai SOP sudah dilakukan dengan baik dan benar, hal ini dapat dilihat dalam mengerjakan benda kerja dengan proses pemesinan. Model pembelajaran yang dikembangkan dapat meningkatkan prestasi hasil belajar mahasiswa. Berdasarkan model pengembangan dalam proses pembelajaran dapat menggunakan beberapa tahapan yang secara keseluruhan terbukti dapat meningkatkan kompetensi mahasiswa. Desain model pembelajaran memiliki tingkat keterterapan yang tinggi dalam pelaksanaan pembelajaran yang secara langsung dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif. Karena semua komponen dalam pembelajaran dari beberapa langkah atau tahapan bila dilakukan dengan baik akan menghasilkan kualitas yang baik pada mahasiswa dan secara langsung dapat meningkatkan kompetensinya. Terhadap penggunaan model pembelajaran pada penilaian kompetensi aspek kognitif mahasiswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol secara konvensional menunjukkan bahwa rata-rata nilai mahasiswa pada kelompok eksperimen lebih tinggi daripada mahasiswa kelompok kontrol. Ada perbedaan yang signifikan antara kompetensi kognitif skill mahasiswa pada kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Oleh karena itu proses pembelajaran dengan menggunakan metode dan model pembelajaran yang dikembangkan dapat meningkatkan kompetensi mahasiswa.

DAFTAR RUJUKAN Anderson, Lorin W. and Krethwohl, David R. A Taxonomy or Learning, Teaching, and Assessing, A Revision of Blooms Taxonomy of Educational Objectives. New York: Addition Wesley Longman, Inc., 2001. Arends, Richard I. Learning to Teach. Boston, New York: McGraw-Hill Companies, Inc., 2004. Borg, Walter R. dan Gall, Meredith Damien. Education Research: An introduction. Fourth edition. New York: Longman Inc., 1983. Dick, Walter, Carey, Lou and. Carey, James O. The Systemactic Design of Instruction. Boston: Pearson, 2005. Hefzallah, Ibrahim M. The New Educational Technologies and Learning; Emprowering Teachers to Teach and Students to Learn in the Information Age. Illinois USA: Charles C Thomas, Publisher, 2004.

17

HELTS 2003-2010, Strategi Jangka Panjang Pendidikan Tinggi, Mewujudkan Perguruan Tinggi Berkualitas. Jakarta: Depdiknas RI Dirjen Pend. Tinggi, 2004. Hergenhahn, B.R. and Olson, Matthew H. Theories of Learning. Boston: Pearson Education, 2008. Januszewski, Alan and Molenda, Michael Educational Technology A Definition with Commentary. New York, London: Lawrence Erlbaum Associates Taylor & Francis Group, 2008. Lyle, Spencer M. and Signe, Spencer M. Competence at Work, Models for Superior Performance. Canada, John Willey & Sons, Inc, 1993. Marzano, Robert J. and Kendall, John S. The New Taxonomy of Educational Objectives. Thousand Oaks, California: Corwin Press, 2007. Miarso, Yusufhadi. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana, 2005. Miarso, Yusufhadi. Teknologi yang Berwajah Humanis, Jurnal Pendidikan Penabur, No. 09/Tahun ke-6/Desember, 2007, p.53. Moore, R.D. Cheng, I. M. and Dainty, R.J.A. Competence, Competency and Competencies: Performance Assessment in Organizations. Work Study, 2002, 51 (6). Reigeluth, Charles M. (ed), Instructional Design, Theories and Models: An Overview of Their Current Status. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Publishers, 1983. Reigeluth, Charles M. and Carr-Chellman, Alison A. Instructional-Design Theories and Models. New York, London: Routledge Taylor and Francis, Publishers, 2009. Richey, Rita C. and Klein, James D. Design and Development Research; Method, Strategies, and Issues. London New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Publisher, 2007. Seels, Barbara B. and Richey, Rita C. Teknologi Pembelajaran Definisi dan Kawasannya, Terjemahan Dewi, Rapheal, dikutip langsung (atau tidak langsung) oleh Yusufhadi Miarso. Jakarta: Unit Percetakan UNJ, 1994. Shambaugh, Neal dan Magliaro, Susan G. Instructional Desaign: A Systematic Approach for Reflective Practice. USA: Pearson Education Inc, 2006. Smith, Patricia L. and Ragan, Tillman J. Instructional Design. New Jersey: John Wiley and Sons, 2005. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Penerbit BP. Panca Usaha, 2003. Woolfolk, Anita. Educational Psychology. Boston: Pearson Education, Inc., 2004.

You might also like