Pengaruh Kepemimpinan Dan Motivasi Terhadap Semangat Kerja Anggota Badan Perwakilan Desa (BPD) Di Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

Pengaruh Kepemimpinan dan Motivasi Terhadap Semangat Kerja Anggota Badan Perwakilan Desa (BPD) di Kecamatan Ngadirojo Kabupaten

Wonogiri
Maryanto M. Farid Wajdi ABSTRACT In this local otonomy, a village is not an administrative level anymore. Village becomes an independent community, so that each villager has their own right to speak for their village. The Council of Village Representative (BPD) is formed to get the society aspiration and to make democracy in the society. This council consist of very important person in the society. The council is expected to able to get a better life condition in society. The Purpose of this research is to test influence of leadership and motivation toward the working spirit of BPD (The Council of Village Representative) member in Ngadirojo Subdistrict, Wonogiri Regency, and to know more having an effect on variable between motivation and leadership to spirit of legs and hands job Delegation of Countryside BPD (The Council of Village Representative) member in Ngadirojo Subdistrict, Wonogiri Regency. The research data are got directly from an interview with a questionaire. The qualitative data are quantificed by Likert Scale. The analysis of multiple linier regression become the main chosen model in this research. After passing the test of validity and reliability instrument, it can be conclude : leadership have an effect on positively to spirit of Motivation and job have an effect on positively to spirit of BPD (The Council of Village Representative) member in Ngadirojo Subdistrict, Wonogiri Regency. Accumulatively, determinacy coeficient R2 = 0,375 shows that working spirit of 37,5 % is explained by leadership and motivation; while the rest of 62,5 % is caused by another factors outside the model.

Keywords : Leadership, Motivation, Working Spirit and Multiple Linier Regression

A. PENDAHULUAN Pelaksanaan Otonomi Daerah sebagaimana dimaksudkan dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, membawa konsekuensi dan implikasi yang cukup besar terhadap perubahan paradigma Pembangunan Daerah. Dengan dilaksanakan Otonomi Daerah, maka daerah dituntut untuk dapat secara mandiri mengurus rumah tangganya sendiri, baik dalam penyelenggaraan tugas pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. Di mana untuk merealisasikan hal tersebut, perlu adanya penyempurnaan pengaturan mengenai penyelenggaraan pemerintahan di tingkat Kabupaten, Kecamatan dan pemerintahan di tingkat paling bawah yakni Desa dan Kelurahan. Berdasarkan UU No.22 Tahun 1999, Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di daerah Kabupaten. Dalam era otonomi yang kian kondusif dengan keterbukaan dan kehidupan yang demokratis, desa perlu di dorong lebih cepat beradaptasi dengan paradigma baru tersebut. Salah satu bagian yang diharapkan ikut mendorong kemajuan tersebut adalah Badan Perwakilan Desa (BPD). Adapun keberadaan BPD diatur dalam Pasal 104 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 ditindak lanjuti dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri nomor 64 Tahun 1999 tentang Pedoman Umum Pengaturan Desa. Keberadaannya sangat diperlukan dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagai pengganti dari Lembaga

Musyawarah Desa (LMD). BPD adalah Badan Perwakilan yang terdiri atas pemuka-pemuka masyarakat yang ada di desa yang berfungsi mengayomi adat istiadat, membuat Peraturan Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat, serta melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan Desa (UU No. 22 Tahun 1999 pasal 104). Pembentukan BPD dimaksudkan untuk wadah melaksanakan demokrasi berdasarkan Pancasila. Adapun tujuannya adalah untuk mengayomi adat-istiadat, membuat Peraturan Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat serta melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Desa (Perda No. 5; 2001). Guna mewujudkan maksud dan tujuan tersebut, maka dalam pelaksanaan pemerintahan di desa, BPD harus berupaya memposisikan diri sebagai tangan panjang dari warga desa, karena dalam konsep negara demokratis, maka yang berdaulat adalah masyarakat. BPD sebagai mitra pemerintahan desa harus dapat menelorkan keputusan, peraturan, demi kemajuan desa yang bersangkutan. Oleh karena itu sebagai lembaga aspirasi dan perwujudan demokrasi, anggota BPD harus mempunyai motivasi, jiwa kepemimpinan dan semangat kerja untuk mengawali proses pembangunan di desa. Motivasi yang akan mempengaruhi semangat kerja yang dimiliki seseorang adalah merupakan potensi, dimana seseorang belum tentu bersedia untuk mengerahkan segenap potensi yang dimilikinya untuk mencapai hasil yang optimal, sehingga masih diperlukan adanya pendorong agar seseorang anggota BPD mau

menggunakan seluruh potensinya. Daya dorong tersebut sering disebut motivasi. Di samping faktor motivasi, kepemimpinan merupakan faktor yang sangat penting dalam suatu organisasi, karena kepemimpinan yang efektif dapat menggerakkan, mengarahkan dan mendorong orang lain untuk berusaha mengarahkan kemampuannya dalam mencapai suatu tujuan organisasi, apalagi BPD sebagai badan, munculnya kepemimpinan berasal dari anggota BPD yang di pilih secara demokratis dalam suatu rapat BPD. Moekijat (1985) mengemukakan bahwa faktor semangat kerja yang merupakan sekelompok orang untuk bekerjasama dengan giat dan konsekuen dalam mengejar tujuan bersama. Dalam keanggotaan BPD sangat diperlukan guna menambah daya dukung demi kemajuan dan keberhasilan program yang dilaksanakan. Yang mempengaruhi semangat kerja anggota BPD adalah adanya hubungan pemimpin dan anggota yang harmonis. Kepuasan anggota terhadap pekerjaannya dan rasa kemanfaatan bagi tujuan organisasi. Ketiga faktor di atas perlu diteliti sebab dalam paradigma baru otonomi daerah, desa merupakan ujung tombak yang perlu lebih dulu diberdayakan, lewat kemampuan perangkat desa dan BPD tentunya. Berdasarkan latar belakang sebagaimana diutarakan di atas, maka perlu untuk diketahui seberapa besar pengaruh kepemimpinan dan motivasi terhadap semangat kerja anggota BPD baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama. Umaryadi (1998) dalam penelitiannya mengenai insentif, kepemimpinan, motivasi kerja dan produktiv-

itas di PT. Sharp Yasonta, Indonesia, Jawa Tengah. Menyimpulkan bahwa insentif dan pola kepemimpinan yang dikembangkan belum berhasil untuk memotivasi kerja karyawan. Dengan kegagalan ini maka hubungan motivasi dengan produktivitas sangat kecil. Namun secara langsung insentif akan memacu produktivitas kerja apabila pemberiannya dilakukan atas dasar prestasi kerja. Artinya, semakin tinggi prestasi kerja yang diperoleh, maka akan makin tinggi pula insentif yang diperoleh, dan pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas kerja. Setiabudi (1988) studi tentang kepemimpinan. pengawasan, motivasi dan semangat kerja terhadap pegawai golongan I pada Kantor Camat di Kabupaten Cilacap. Memberikan satu kesimpulan bahwa tumbuhnya semangat kerja diawali dengan adanya motivasi pegawai yang terdorong berperilaku positif dalam organisasi, karena mereka merasakan telah dipenuhinya kebutuhannya baik secara material maupun non material. B. METODOLOGI PENELITIAN 1. Populasi Dan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan kuantitas tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan populasi. (Suharsini, 1998:115). Berdasarkan pengertian tersebut, populasi penelitian ini adalah semua anggota Badan Perwakilan Desa (BPD), terdiri 9 (sembilan) Desa yang mempunyai BPD dari 11 (sebelas)

Desa atau Kelurahan se-Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Wonogiri. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Besarnya sampel yang akan diambil dari populasi harus betul-betul representatif, karena apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diperlakukan untuk populasi. Jumlah keseluruhan anggota BPD adalah 90 anggota, besarnya sampel yang di ambil adalah 50 % dari jumlah populasi dengan teknik purposive sampling yaitu penelitian yang difokuskan pada faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produktifitas anggota, seluruhnya berjumlah 45 responden. 2. Metode Pengumpulan Data Sebagaimana telah diungkapkan pada uraian sebelumnya bahwa subyek penelitian ini adalah 50 % anggota BPD wilayah Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Wonogiri. Data primer ini diperoleh berdasarkan jawaban atas pertanyaan (kuesioner) yang telah diajukan. Data sekunder meliputi berbagai keterangan berdasarkan buku maupun dokumentasi yang dimiliki sekretariat BPD masing-masing Desa yang menunjang kegiatan penelitian ini. Selanjutnya, data yang menunjukkan intensitas suatu perilaku, berupa besaran kualitatif akan dikuantitatifkan dengan menggunakan skala Likert ( 7,6,5,4,3,2,1 ). 3. Definisi Variabel a. Kepemimpinan. Konsep kepemimpinan dalam penelitian ini adalah kemampuan untuk mempengaruhi, menggerakkan dan membangkitkan semangat anggota agar bersedia dan memiliki tanggung

jawab total terhadap usaha mencapai atau melampaui tujuan organisasi. Untuk mengukur kepemimpinan dapat dilihat dari : sikap ketauladanan, kecakapan dalam pengambilan keputusan, penerapan teknik dan gaya kepemimpinan. Indikator-indikator penilaian dari variabel kepemimpinan adalah: membantu memahami tujuan BPD, menetapkan peranan anggota, menstrukturkan organisasi BPD, mendorong semangat kerja kelompok, menciptakan semangat kerja kelompok, menciptakan suasana kerja kreatif dan melakukan evaluasi. b. Motivasi Motivasi adalah keinginan bekerja untuk mencapai suatu tujuan, di mana keinginan tersebut dapat mendorong anggota untuk melakukan pekerjaan atau dapat mengakibatkan timbulnya mobilitas kerja. Dalam mengukur tingkat motivasi kerja anggota, indikator yang akan diteliti adalah perilaku Anggota yang mencerminkan motivasi mereka dalam melakukan pekerjaan, yang meliputi: kesungguhan dan keseriusan dalam menyelesaikan pekerjaan; tanggung jawab terhadap diri sendiri, atasan dan sesama anggota; kebutuhan akan prestasi dan hasil kerja yang baik; ketabahan akan kejujuran dalam bekerja dan keuletan atau kekhawatiran jika menghadapi kegagalan Indikator-indikator penilaian dari variabel motivasi adalah aspekaspek: imbalan; imbalan bernilai tinggi; perilaku/keyakinan dengan kriteria rasional dan obyektif. c. Semangat kerja Semangat kerja adalah suatu kondisi atau suasana kerja dalam organisasi di mana masing-masing anggota atau pun kelompok menunjukkan sikap kesediaan untuk saling

bekerja sama secara berdisiplin, serta adanya kepuasan yang mendalam terhadap pekerjaan (dan hasilnya) yang dilakukan untuk mencapai tujuan bersama. Untuk mengukur semangat kerja dapat dilihat dari : kesediaan anggota BPD untuk saling bekerja sama, disiplin dan kepuasan kerja. Indikator-indikator penilaian dari variabel semangat kerja adalah: kesediaan untuk saling kerja sama; kedisiplinan terhadap pertauran dan tata tertib; kedisiplinan terhadap instruksi pimpinan; dan kepuasan kerja anggota. 4. Teknik Analisis Data a. Uji Validitas dan Reliabilitas Sebelum dilakukan analisis data, maka dalam penelitian ini perlu dilakukan pengujian instrumen yaitu pengujian validitas dan reliabilitas. Validitas merupakan tingkat kemampuan suatu instrumen untuk mengungkapkan sesuatu yang menjadi sasaran pokok pengukuran yang dilakukan dengan instrumen tersebut. Suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen ini mampu mengukur apa saja yang hendak diukurnya, mampu mengungkapkan apa yang ingin diungkapkan. Reliabilitas menunjukkan sejauh mana suatu instrumen dapat memberikan hasil pengukuran yang konsisten, apabila pengukuran dilakukan berulang-ulang. Pengujian reliabilitas ini hanya dilakukan terhadap butir-butir yang valid, yang diperoleh melalui uji validitas. Suatu alat ukur atau instrumen pengumpul data harus memenuhi syarat validitas dan reliabilitas, sehingga data yang diperoleh dari pengukuran jika diolah tidak memberikan hasil yang menyesatkan. Analisis validitas dan reliabilitas akan dilaku-

kan dengan bantuan paket program SPSS Versi 10. b. Analisa Regresi Model Empirik Analisa dilakukan untuk menguji pengaruh kepemimpinan dan motivasi terhadap semangat kerja dengan model regresi sebagai berikut : SKerj = a + b1Kpmp + b2Mtv + e Keterangan : a = konstanta, b1, b2 = koefisien variabel, Skerj = semangat kerja, Kpmp = kepemimpinan, Mtv = motivasi dan e = standar error. Analisis uji signifikan dan ketepatan Pengujian ini digunakan untuk melihat signifikansi parameter yang diperoleh sekaligus untuk mengetahui signifikan/tidaknya pengaruh faktor kepemimpinan dan motivasi kerja terhadap semangat kerja anggota BPD. Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji t statistik dan uji F statistik. 1) Uji t Untuk membuktikan bahwa aspek kepemimpinan dan aspek motivasi secara parsial mempengaruhi semangat kerja digunakan uji t statistic dengan tahapan sebagai berikut : a) Membuat formulasi hipotesis; Ho: b = 0 (hipotesis nihil) Artinya tidak ada pengaruh yang siginifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen. Ha: b 0 (hipotesis alternatif) Artinya ada pengaruh yang signifikan dari variabel independent terhadap variabel dependen. b) Menentukan level of significant dengan t tabel; c) Menghitung nilai t statistik dengan rumus:

t hitung = ryx (x) = ry12

n k l 1 r2

d) Keputusan: Ho diterima bila t hitung < t tabel Ha ditolak bila t hitung < t tabel 2) Uji F Untuk membuktikan bahwa aspek kepemimpinan dan aspek motivasi kerja secara bersama-sama mempengaruhi semangat kerja digunakan uji F statistik. Adapun tahapan pengujiannya adalah sebagai berikut: a) Membuat formulasi hipotesis; Ho: b1 = b2 = 0 Ha: b1 ; b2 0 b) Menentukan level of significant dengan F tabel; c) Mencari F hitung dengan rumus: R 2 /(k l ) Fhitung = (1 R 2 ) /(n k ) d) Keputusan: Ho diterima bila F hitung < F tabel. Ha ditolak bila F hitung < F tabel. 3) Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi merupakan proporsi hubungan antara Y dengan X. R2 akan bernilai 0 apabila tidak ada variasi yang dijelaskan oleh hubungan tersebut, R2 dapat dinyatakan dengan bacaan sebagai berikut : {n xy ( x)( y )}2 R2 = {n x 2 (n x 2 )}{n y 2 ( y ) 2 } Koefisien korelasi merupakan akar dari koefisien determinasi.

a). Korelasi antara x1 dengan Y dan x2 dianggap konstan: ry1 (ry2 )(r12 ) ryl.2 = 2 (1 ry 2 )(1 r121 ) b). Korelasi antara x2 dengan Y dan x1 dianggap konstan: ry1 (ry2 )(r12 ) ryl.2 = 2 2 (1 ry 2 )(1 r12 ) C. HASIL PENELITIAN Berkaitan dengan variabel semangat kerja, dari hasil deskripsi jawaban responden menunjukkan bahwa penyebaran data dengan tingkat frekuensi sebesar 238 atau 37,77 % memberikan jawaban setuju, tingkat frekuensi sebesar 226 atau 35,87 % cukup setuju. Hal ini menggambarkan bahwa semangat kerja pegawai dapat dikatakan cukup tinggi. Deskripsi jawaban responden menunjukkan bahwa kepemimpinan yang dialami oleh anggota BPD sudah dan masih sesuai dengan semangat kerja mereka, hal ini terlihat dari 83,54 % menyatakan setuju dan cukup setuju terhadap kuesioner yang diberikan. Deskripsi jawaban responden juga menunjukkan bahwa motivasi yang diterima oleh anggota BPD, sudah dan masih sesuai dengan semangat kerja mereka, hal ini terlihat dari 62,59 % menyatakan setuju dan cukup setuju terhadap kuesioner yang diberikan.

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Tentang Semangat Kerja Kelompok Jawaban Sangat Tidak setuju Tidak Setuju Frekuensi 11 27 Prosentase 1.75 4.28

Netral (ragu-ragu) Cukup Setuju Setuju Sangat setuju Jumlah Sumber : Hasil pengolahan data

64 226 238 64 630

10.16 35.87 37.77 10.16 100.00

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Tentang Kepemimpinan Kelompok Jawaban Frekuensi Prosentase 6.11 39.66 43.88 10.33 100.00 Netral (ragu-ragu) 55 Cukup Setuju 357 Setuju 395 Sangat setuju 93 Jumlah 900 Sumber : Hasil pengolahan data Tabel 3 Distribusi Frekuensi Tentang Motivasi Kelompok Jawaban Frekuensi 44 166 210 297 93 810 Prosentase 5.43 20.49 25.93 36.66 11.48 100.00 Tidak Setuju Netral (ragu-ragu) Cukup Setuju Setuju Sangat setuju Jumlah Sumber : Hasil pengolahan data 1. Pengujian validitas instrumen Dari hasil uji coba instrumen angket variabel penelitian terlihat bahwa analisis kesahihan butir, dari tiga komponen variabel dengan butir pernyataan sejumlah 52 (lima puluh dua) menunjukkan status sahih. Akumulasi koefisien korelasi variabel penelitian semua butir, antara skor item dengan skor total item yang merupakan uji validitas instrumen, menunjukkan nilai r hitung lebih besar dari r tabel (0,1954) sehingga dapat disimpulkan bahwa semua butir atau variabel tersebut valid.

Hasil pengujian reliabilitas instrumen dengan metode cronbach alpha, kepemimpinan adalah sebesar 0.4390, motivasi sebesar 0.3228, dan semangat kerja sebesar 0.5920, karena r hasil perhitungan menunjukkan nilai lebih besar dari r tabel (0,1954) sehingga semua variabel yang digunakan reliabel.

2. A n al isi s R e-

g re si Model regresi linear berganda yang diperoleh dari hasil perhitungan adalah sebagaimana disajikan dalam table 4 berikut :

Tabel 4 Regresi Persamaan Kepemimpinan dan Motivasi Terhadap Semangat Kerja Variabel dependen : Semangat Kerja Variabel Koefisien t.statistik Konstanta Kpmp Mtv -1,063 0,358 0,406 - 0,065 2,583 *** 2,641 ***

R2 = 0,375 F. = 12,627 Sig = 0,000 Normalitas (Jarque Berra ) = 3,706 & Normal P-P Plot regresi Heteroskedastisitas (LM) = 8,955 Autokorelasi (Durbin Watson) = 1,695 Uji Multikolinieritas (Nilai Indek) = (Kpmp )14.562 dan (Mtv) 19.219 *** taraf signifikan : 1 % Hasil regresi pada taraf uji : 5 % memberi estimasi cukup baik bila dilihat dari uji t-statistik yang menguji signifikansi parameter. Berdasarkan hasil analisis t test, diperoleh t hitung untuk variabel Kepemimpinan (Kpmp) sebesar 2,583 dan motivasi (Mtv) sebesar 2,641 serta menunjukkan nilai positip. Tingkat signifikansi untuk kepemimpinan 0,034 dan motivasi 0,032 < 0,05 artinya kedua variabel bebas secara parsial dan positip mempengaruhi semangat kerja. Dari hasil regresi tersebut dapat ditarik hubungan-hubungan. Jika kepemimpinan nol dan motivasi nol, maka semangat kerja akan sebesar 1,063 satuan. Jika kepemimpinan diberikan naik satu satuan maka akan mempengaruhi semangat kerja sebesar 0,358 dan pengaruh tersebut signifikan pada =5%. Jika motivasi diberikan naik satu satuan maka akan mempengaruhi semangat kerja sebesar 0,406 dan pengaruh tersebut signifikan pada =5%. F hitung = 12.627 signifikansi pada : 5 %, artinya bahwa secara bersama-sama variabel kepemimpinan dan motivasi berpengaruh terhadap semangat kerja anggota BPD. Koefisien determinasi R2= 0.375 menunjukkan bahwa semangat kerja anggota BPD Kecamatan Ngadirojo di Kabupaten Wonogiri sebesar 37,5 % dijelaskan oleh kepemimpinan dan motivasi sedangkan sisanya sebesar 62,5 % disebabkan oleh faktor lain diluar model.

D. PENUTUP Keseluruhan hasil analisis data penelitian memberikan kesimpulan bahwa variabel kepemimpinan berpengaruh positif terhadap semangat kerja. Hal ini menunjukkan bahwa kepemimpinan seorang pimpinan sangat mempengaruhi semangat kerja anggota BPD Kecamatan Ngadirojo. Variabel motivasi berpengaruh positip terhadap semangat kerja. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi seorang pimpinan sangat mempengaruhi semangat kerja anggota BPD Kecamatan Ngadirojo. Selain itu, koefisien determinasi (R2) yaitu sebesar 0,375 memberi arti bahwa 37,5 % variabel kepemimpinan dan motivasi mampu menjelaskan variabel semangat kerja sedangkan sisanya sebesar 62,5 % disebabkan oleh faktor-faktor lain diluar model. Berdasarkan kesimpulan di atas, Pimpinan BPD di Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Wonogiri, hendaknya mampu mengadaptasikan kepemimpinan dan perilaku masingmasing, dalam menghadapi berbagai tipe atau karakteristik pribadi dari bawahannya. Pimpinan hendaknya mampu memotivasi para bawahannya sesuai dengan kondisi dan situasi yang tepat untuk meningkatkan semangat kerja mereka.

DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsini., 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi IV, Cetakan Ke II, Rineka Cipta, Jakarta. Dessler, Gary., 1997. Manajemen Sumberdaya Manusia, PT. Prenhallindo, Jakarta. Dharmasta, Basu, Swasta., 1984. Azas-azas Manajemen Modern, Liberty, Yogyakarta. Gujarati, Damodar., 1999. Ekonometrika Dasar, Terjemahan Sumarno Zain, Cetakan 6 Gelora Aksara Pratama. Handoko, Hani., 1997. Manajemen, BPFE, Yogyakarta. ____________., 1999. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, BPFE, UGM, Yogyakarta. Hasibuan, Sayuti., 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia Non Sekuler, Muhammadiyah University Press Surakarta. Kartono, Kartini., 1988. Pemimpin dan Kepemimpinan, CV. Rajawali, Jakarta. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 1999. tentang Pedoman Umum Pengaturan mengenai Desa. Moekijat., 1985. Manajemen Kepegawaian, Alumni, Bandung. Osborne, David dan Ted Gaebler., 1996. Mewirausahakan Birokrasi, Pustaka Binaman, Pressindo, Jakarta. Santoso, Singgih., 2001. Mengolah Data Statistik Secara Profesional SPSS Versi 10, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta. Siagian, Sondang., 1983. Peranan Staf dalam Manajemen, Gunung Agung, Jakarta. _____________., 1994. Teori Dan Praktek Kepemimpinan, Cetakan Ke3, Rineka Cipta, Jakarta. _____________., 1999. Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi aksara, Jakarta. Setiabudi. 1998. Studi Tentang Kepemimpinan. Pengawasan, Dan Motivasi Terhadap Semangat Kerja Pegawai Golongan I pada Kantor Camat di Kabupaten Cilacap. Program Pascasarjana. MM-UMS, Surakarta. Singarimbun, Masri., 1995. Metode Penelitian Survei, LP3ES, Jakarta. Soedjono, Imam., 1980. Teknik Memimpin Pegawai dan Pekerja, Aksara Baru, Jakarta. Sugiyono., 1999. Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta, Bandung. Sutarto., 1989. DasarDasar Kepemimpinan Administrasi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Umaryadi, 1998. Insentif, kepemimpinan, motivasi kerja dan produktivitas di PT. Sharp Yasonta, Indonesia, Jawa Tengah. Program Pascasarjana. MM-UMS, Surakarta.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999. Tentang Pemerintah Daerah. Wursanto, IG., 1985. Dasar-Dasar Manjemen Personalia (Personal Management), Pustaka Dian, Jakarta. Yukl, Gary., 1994. Kepemimpinan Dalam Organisasi, Prentice Hall, Mc, Terjemahan Oleh Yusuf Udaya, Prenhalindo, Jakarta. Zainun, Buchori., 1981. Manajemen dan Motivasi, Balai Aksara, Jakarta.

You might also like