Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

KONSERVASI BIODIVERSITAS PADA EKOSISTEM LAHAN PERTANIAN (AGROEKOSISTEM)

Abubakar Sidik Katili *) Abstract: The increasing of agriculture product result happened caused by cropping in a large scale to various food crop. This matter basically not yet fully paid attention existence and role of agriculture biodiversity, so that can result the existence of trouble to existing components of agribiodiversity in environment and the quality of environment will downhill. In ecology, the biodiversity in agriculture farm ecosystem (agriekosistem) have to remain to be defended existence of it, because it have role to running process in agriekosistem. While socially agricultural activity have remain to be able to fulfill requirement of materials human being of food. In this article will elaborate concerning concept of agriekosystem, conception agribiodiversity, and role agribiodiversity service in agriecosystem. Besides elaborated also concerning ecology value and social value of agriecosystem, relation between both, and some approach which used in conducting conservation of agribiodiversity. The agribiodiversity have ecology value as component to supporting and arranging process that goes on in agroekosystem. socially assess from agribiodiversity more directe toward by how the agribiodiversity can increase product agriculture so that can fulfill requirement of human being food. Approach which wear in conservation of agribiodiversity aim to develop going concern agriculture concept (agriculture sustainable). Kata Kunci: Biodiversity, agribiodiversity, agriculture agioekoystem, sustainable

Adanya kenaikan tingkat produksi dalam bidang pertanian disebabkan oleh tingginya hasil panen dari berbagai macam varietas tanaman pangan, penerapan sistem pengairan, serta penggunaan pupuk dan obat pemberantas hama yang berbahan kimia. Beberapa hal tersebut merupakan bagian dari sistem pertanian yang umumnya dilakukan oleh manusia. Penerapan berbagai bentuk sistem pertanian yang dilakukan tanpa memperhatikan prinsip-prinsip ekologis akan dapat menimbulkan berbagai dampak diantaranya berupa penurunan kualitas kesehatan manusia, penurunan kualitas lingkungan dan bodiversitas (keanekaragaman) yang ada di dalamnya. Disisi lain adanya pertambahan penduduk dunia yang semakin tinggi menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan bahan pangan, hal ini menimbulkan semakin tingginya pembukan lahan-lahan baru untuk kegiatan pertanian. Salah satu cara yang umum dilakukan dalam membuka lahan baru untuk kegiatan pertanian adalah dengan melakukan pembakaran lahan yang secara langsung biomassa yang terdapat di dalam lahan baru tersebut ikut terbakar. Pembakaran biomassa di agroekosistem tropika
*) Dosen Pendidikan Biologi FMIPA UNG

saangat berkontribusi dalam menimbulkan efek rumah kaca (greenhouse efect) dan meningkatnya kandungan CO2 di atmosfer bumi. Hal ini dapat sangat memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap timbulnya perubahan iklim global (global climatic change) (Jumil : 2002). Sedangan dari sisi ekonomi meningkatnya jumlah penduduk bumi menyebabkan diberlakukannya gobalisasi pasar dalam bidang pertanian yang pada kenyataannya sangat memberikan pengaruh yang sangat negatif bagi petani tradisional yang umumnya berada di negara-negara berkembang. Beberapa hal tersebut belum pernah terjadi sebelumnya. Menurut Jackson et al. (2007) bahwa 75% dari total jumlah penduduk dunia merupakan penduduk miskin dan sebagian besar berada di pedesaan yang jelas merupakan wilayah transisi antara penggunaan lahan pertanian untuk kepentingan ekonomi dengan aspek proteksi ekologi atau lingkungan dari lahan pertanian itu sendiri. Diketahui bahwa aspek ekologi yang sangat penting dari lahan pertanian seperti yang telah diuraikan di sebelumnya adalah biodiversitas. Suatu kegiatan pertanian dapat berjalan dengan baik sampai dengan proses produksinya, jika didukung oleh faktor ketersediaan biodiversitas di dalamnya. Peranan biodiversitas dalam lahan pertanian sangat utama dan menentukan, sedangkan biodiversitas itu sendiri bukanlah merupakan faktor yang disediakan oleh manusia seperti halnya mesin pertanian maupun pupuk ataupun obat pemberantas hama. Biodiversitas disediakan oleh alam dan keberadaannya dapat dipengaruhi oleh tindakan-tindakan manusia dalam mengolah lahan pertanian. Dari beberapa uraian di atas dapat dikemukakan beberapa permasalahan yang terkait dengan keberadaan, potensi maupun konservasi biodiversitas lahan pertanian diantaranya yakni, harus didapatkan solusi dalam meningkatkan produksi pertanian tanpa mengurangi atau merusak keberadaan biodiversitas, bagaimana cara yang perlu adanya pendekatan dalam melakukan konservasi dan pelestarian biodiversitas yang tetap berbasis pada pertanian. Untuk itu dalam artikel ini akan diuraikan beberapa hal terkait dengan pemecahan kedua masalah di atas. Beberapa hal tersebut diantaranya yakni menelaah tentang arti biodiversitas ekosistem pada lahan pertanian, kontribusi biodiversitas terhadap jasa (servis) ekosistem, nilai ekologi, sosial dan ekonomi biodiversitas, serta konservasi biodiversitas lahan pertanian dan penggunaannya secara berkelanjutan. AGROEKOSISTEM DAN BIODIVERSITAS Diketahui bahwa salah satu komponen yang terdapat dalam biosfer adalah ekosistem yang merupakan suatu kawasan atau wilayah yang di dalamnya terjadi proses interaksi, asosiasi dan hubungan timbal balik antara komponen-komponen yang ada di dalamnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa lahan pertanian merupakan salah satu bentuk ekosistem. Ekosistem lahan pertanian dapat disebut juga sebagai agroekosistem. Agroekosistem adalah suatu sistem kawasan tempat membudidayakan makhluk hidup tertentu meliputi apa saja yang hidup di dalamnya serta material

yang saling berinteraksi. Lahan pertanian merupakan arti agroekosistem secara luas, sehingga di dalamnya juga dapat pula dimasukkan hutan produksi dengan komoditas tanaman industri (HTI), kawasan peternakan dengan padang penggembalaan serta tambak-tambak ikan. Indonesia yang secara geografis terletak di wilayah yang beriklim tropis memiliki agroekosistem yang dapat digolongkan sebagai agroekosistem tropik. Agroekosistem ini adalah kawasan pertanian yang terletak di daerah tropika secara geografis ataupun vegetatif dan edafis (tanah) yang dipengaruhi oleh faktor iklim setempat (Jumil : 2002). Dalam agroekosistem tersebut berbagai organisme dan materi yang saling berinteraksi dalam menunjang eksistensi dari agroekosistem tersebut. Selanjutnya Jumil (2002) mengemukakan bahwa agroekosistem yang terdapat dikawasan tropika memiliki beberapa karakteristik diantaranya suhu rata-rata harian yang relatif tinggi sepanjang tahun, tidak adanya musim dingin dan musim panas. Musim yang dikenal pada kawasan ini adalah musim hujan dan musim kemarau. Kedua musim ini dipengaruhi oleh arah angin dan letak pantai terhadap pegunungan (dataran tinggi) yang menghadang angin laut. Berdasarkan imput teknologi dan pengelolaannya, agroekosistem dapat dibagi menjadi tiga jenis yakni; (1) agroekosistem tradisional (tradisional agroekosistem), merupakan agroekosistem dengan pembudidayaan sumber daya alam hayati adaptif setempat. Agroekosistem tipe ini tidak memerlukan masukan teknologi yang mengubah kondisi setempat secara drastis. Keanekaragaman hayati (biodiversitas)-nya dapat dipertahankan. Potensi produktivitasnya beragam, sesuai dengan kondisi sosial budaya dan ekosistem petani setempat; (2) agroekosistem konvensional (convensional agroecosystem), merupakan agroekosistem dengan masukan teknologi tinggi seperti pupuk buatan dan pestisida. Produktivitas biasanya tinggi dan sangat tergantung ketepatan penggunaan masukan teknologi bahan kimia tersebut secara alternatif manipulasi sistem yang memungkinkan untuk mencegah penurunan hasil: (3) agroekosistem berkelanjutan (sustainable agroecosystem) merupakan agroekosistem yang dikelola dengan memberikan masukan teknologi yang dapat mempertahankan tingkat produktivitas tinggi dan tidak atau sangat minim sekali dampak negatifnya terhadap lingkungan (Jumil : 2002). Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa di dalam agroekosistem tersebut terdapat komponen-komponen yang dapat menunjang eksistensi agroekosistem tersebut. Komponen yang dimaksud disini adalah biodiversitas (keanekaragaman hayati). Biodiversitas secara umum dapat diartikan sebagai keanekaragaman hayati atau sumber daya hayati termasuk di dalamnya adalah flora, fauna maupun mikroorganisme. Biodiversitas lahan pertanian dikenal dengan istilah agrobiodiversitas. Secara umum agrobiodiversitas merupakan semua komponen yang terdapat di lahan pertanian termasuk di dalamnya adalah semua organisme yang hidup di lahan pertanian dan memberikan fungsinya pada proses yang terjadi di lahan pertanian tersebut. Contoh organisme yang dimaksud disini seperti mikroba tanah dan fauna, gulma, herbivora dan karnivora yang berkoloni dan hidup sesuai dengan kondisi dan proses lingkungan yang berjalan, (Jackson et al: 2007).

Selain beberapa unsur yang telah disebutkan di atas, habitat maupun spesies yang terdapat di luar dari kawasan lahan pertanian yang mendukung proses pertanian dan menjalankan fungsi ekologis, juga dapat dimasukkan sebagai bagian dari agrobiodiversitas. Sesuai dengan hirarki dalam ekologi maka agrobiodiversitas dapat terdiri dari; (1) genetik dan karakterstik populasi, (2) komunitas, (3) keberagaman biota dalam hubungannya dengan proses biofisik dalam ekosistem dan (4) interaksi secara luas pada tingkat ekosistem baik termasuk interaksi antara ekosistem pertanian dan non pertanian. Agrobiodiversitas tidak hanya memiliki nilai yang dilihat dari sisi dalam proses produksi pertanian atau sebagai komponen yang penting dalam servis ekosistem, akan tetapi memiliki nilai sosial dalam kehidupan manusia, sehingga perlu ditelaah adanya hubungan antara nilai ekologi dengan nilai sosial dari agrobiodiversitas itu sendiri. Berdasarkan nilai ekologi dan sosial dari agrobiodiversitas tersebut maka dapat dilakukan usaha konservasi terhadap agrobiodiversitas. KONTRIBUSI BIODIVERSITAS TERHADAP JASA (SERVIS) EKOSISTEM Hal yang terpenting menyangkut kontribusi biodiversitas terhadap servis ekosistem yakni, bahwa biodiversitas memiliki fungsi secara biofisik dan secara ekologi yang dapat memberikan dukungan terhadap kehidupan dan kesejahteraan manusia. Diketahui bahwa biodiversitas dalam ekosistem lahan pertanian memberikan peran yang sangat penting dalam proses-proses ekologi seperti pengendalian hama, penyerbukan, penetu kesuburan tanah, penyedia sumber daya air serta meningkatkan kendungan nutrien dalam tanah, (Alvarez et al : 2005). Disisi lain adanya usaha untuk mencapai target menigkatnya produksi hasil pertanian pada saat ini lebih banyak dilakukan dengan menggunakan teknikteknik yang lebih modern seperti rekayasa genetik untuk mendapatkan varietas yang diharapkan unggul dan adanya penggunaan bahan kimia dalam hal pemberantasan hama serta pembuatan pupuk. Hal ini dapat memberikan dampak yang negatif terhadap keberadaan biodiversitas yang terdapat ekosistem lahan pertanian itu sendiri. Lebih lanjut pengaruhnya akan menyebabkan terjadinya perubahan yang besar proses ekologi yang berjalan sehingga servis ekosistem yang ditentukan oleh keberadaan biodiversitas dapat terganggu, (Poschold et al : 2005). Berdasarkan uraian di atas suatu strategi sangat diperlukan, dalam proses atau kegiatan pertanian sehingga eksistensi fungsi dari biodiversitas yang ada di dalamnya tidak menurun ataupun tidak hilang dan tetap memperhatikan hasil produksi pertanian. Strategi yang dapat dikembangkan adalah dengan menggunakan konsep ecoagriculture (pertanian yang berbasis pada ekologi). Konsep ini merupakan suatu sistem pengelolaan pertanian yang memfokuskan peran biodiversitas dalam menyediakan servis ekosistem, (Storkey et al : 2007). Dengan penerapan sistem ini maka berbagai dampak negatif dari penerapan pertanian modern dapat diminimalkan dan proses-proses alami yang melibatkan peran dari biodiversitas yang ada akan lebih banyak mendominasi di dalam. Diharapkan pula akan terjadi suatu mekanisme kontrol yang alami dalam

hal pengendalian hama dengan memaksimalkan peran predator yang merupakan salah satu komponen dari biodiversitas. Penggunaan obat pemberantas hama yang mengandung bahan kimia yang dapat menyebabkan polusi juga dapat di kurangi dengan penerapan sistem ini. Dari segi hasil, jumlah produksi pertanian akan tetap dapat di pertahankan dengan sistem ini karena kegiatan pertanian yang dilakukan adalah sistem pertanian yang berkelanjutan (sustainable agriculture). Untuk dapat mengembalikan secara keseluruhan peran biodiversitas ini maka strategi konservasi biodiversitas ekosistem lahan pertanian perlu dijalankan secara maksimal. NILAI EKOLOGI DAN NILAI SOSIAL AGROBIODIVERSITAS SERTA HUBUNGAN ANTARA KEDUANYA Biodiversitas ekosistem lahan pertanian yang lebih dikenal dengan agrobiodiversitas, memiliki nilai ekologi sebagai penyedia komponen-komponen yang mendukung dan mengatur proses yang berlangsung dalam ekosistem. Komponen-komponen tersebut diantaranya adalah biota yang hidup di dalam ekosistem tersebut dan menjadikannya sebagai habitatnya, disamping itu kesuburan tanah juga menjadi bagian dari agroekosistem, (Zamora et al : 2007). Dengan adanya komponen tersebut maka akan terbentuk suatu interaksi sesuai dengan prinsip keseimbangan ekologi sehingga servis ekosistem pada lahan pertanian dapat berlangsung seacara maksimal. Tanaman pangan yang merupakan unsur utama dalam agroekosistem itu, juga dapat dimasukkan menjadi bagian dari komponen dan interaksi yang berlangsung. Sehingga dapat dikatakan bahwa nilai ekologis yang dari agrobiodiversitas adalah sebagai penyedia dan pendukung beralangsungnya servis ekosistem. Jika servis ekosistem dapat berjalan dengan baik maka produksi pertanian yang menjadi tujuan utama dari kegiatan pertanian akan dapat tercapai. Secara sosial nilai dari agrobiodiversitas lebih ditujukan ke arah bagaimana agrobiodiversitas tersebut dapat meningkatkan produksi pertanian yang dapat memenuhi kebutuhan pangan manusia. Nilai ini merupakan nilai non konsumtif atau nilai ekonomi tidak langsung yakni sebagai penyedia jasa ekosistem yang memberikan keuntungan secara ekonomis tanpa harus memanen dan merusaknya selama penggunaannya. Dapat di contohkan dalam hal ini adalah peranan dari mikrobia tanah ataupun serangga yang menjadikan lahan pertanian sebagai habitatnya, disisi lain keberadaanya sangat diperlukan untuk peroses ekologi dalam kegiatan pertanian. Nilai dari keberadaan biota yang hidup dalam agroekosistem dapat dihitung secara ekonomis yakni besarnya biaya yang harus dikeluarkan oleh petani untuk membayar perannya dalam peroses produksi pertanian, (Semwal et al : 2004). Bertitik tolak dari nilai ekologi dan nilai sosial dari agrobiodiversitas ini maka keduanya dapat dihubungakan atau dapat diintegasikan. Bahwa adanya nilai ekologi dari agrobiodiversitas sangat menentukan besarnya nilai sosial yang diperoleh. Keberadan agrobiodiversitas secara ekologi sebagai penyedia komponen untuk servis ekosistem dapat menetukan besarnya produksi pertanian dan hal ini menjadi dasar dalam memenuhi kebutuhan pangan manusia yang memiliki nilai sosial dan ekonomi, (Jackson et al: 2007).

KONSERVASI BIODIVERSITAS LAHAN PERTANIAN DAN PENGGUNAANNYA SECARA BERKELANJUTAN. Untuk dapat mempertahankan keberadaan dan keberlanjutan dari servis ekosistem di lahan pertanian maka konservasi tarhadap agrobiodiversitas sangat mutlak untuk dilaksanakan. Diketahui terdapat beberapa pendekatan dari sudut pandang berbagai aspek yang dilakukan untuk melakukan konservasi agrobiodiversitas. Pendekatan yang dilakukan antaranya adalah dengan kerjasama antara para praktisi ekologi, petani dan pengambil kabijakan (stakeholder) dalam menyamakan persepsi dan integrasi mereka untuk memahami secara tepat mengenai peranan agrobiodiversitas sebagai pendukung servis ekosistem lahan pertanian, (Storkey et al : 2007). Realisasi dari pendekatan ini adalah dengan melakukan research atau penelitian-penelitian yang menyangkut peranan agrobiodiversitas di ekosistem lahan pertanian dalam meningkatkan produksi pertanian. Pendekatan lain yang digunakan dalam konservasi agrobiodiversitas yaitu secara ekologis dan sosioekonomi. Hal ini dapat dilakukan dengan memprioritaskan perlindungan terhadap asset kunci dari agrobidiversitas yang diterapkan berdasarkan konsep ekoagarocultur atau pertanian berbasis ekologi. Penerapan beberapa pendekatan tersebut di atas ditujukan untuk merealisasikan kegiatan pertanian yang berkelanjutan atau sustainble agriculture, (Jackson et al: 2007). Jika kegiatan pertanian yang sustainable ini dapat bejalan maka produksi pertanian yang diinginkan akan dapat dicapai secara maksimal tanpa harus merusak atau mengganggu proses ekologi yang ada. Di lain pihak, penerapan sistem pertanian yang lebih banyak mengeksploitasi agrobiodiversitas dan menggunakan bahan sintesis kimia dapat diminimalkan. Pada tahap berikutnya kerusakan lingkungan telah terjadi dapat pula di tekan atau diperkecil jumlahnya. Keberhasilan konservasi agrobiodiversitas juga dapat ditentukan oleh arah kebijakan dari pihak stakeholder maupun pemilik modal dalam bidang pertanian. Hal tersebut terkait dengan kebutuhan atau permintaan pasar terhadap produk pertanian. Apabila stekeholder dan pemilik modal lebih mengutamakan permintaan pasar yang tinggi akan produk pertanian, maka cara yang terus dilakukan untuk meningkatkan atau menambah besarnya produknya, adalah tanpa mempertimbangkan proses dan mekanisme ekologi yang berjalan dalam agroekosistem, (Storkey et al : 2007). Jika hal tersebut terus terjadi maka konservasi terhadap agroekosistem tidak akan mendapatkan hasil yang maksimal bahkan asset kunci dalam agrobiodiversitas dapat terancam hilang. Arah kebijakan ini lebih terkait dengan nilai sosial dari agrobiodiversitas itu sendiri. PENUTUP Kesimpulan Peningkatan produksi lahan pertanian lebih di tujukan kepada tingginya kebutuhan akan bahan pangan akibat dari tingginya pertambahan penduduk dunia serta besarnya permintaan pasar. Hal tersebut menyebabkan kegiatan pertanian yang dijalankan lebih mementingkan hasil tanpa memprtimbangkan aspek ekologi dalam hal ini adalah keberadaan agrobiodiversitas, yang merupakan komponen

utama dan dapat menetukan, dalam proses yang terjadi pada ekosistem lahan pertanian. Biodiversitas merupakan keanekaragaman hayati atau sumber daya hayati termasuk di dalamnya adalah flora, fauna maupun mikroorganisme yang terapat dalam ekosistem lahan pertanian dan lebih dikenal dengan agrobiodiversitas. Agrobiodiversitas memiliki peranan yang utama dalam ekosistem lahan pertanian yakni sebagai penyedia jasa atau servis ekosistem yang dapat mendukung proses produksi dalam kegiatan pertanian. Secara sosial, agrobiodiversitas memiliki peranan yang ditujukan ke arah nilai agrobiodiversitas tersebut dalam meningkatkan produksi pertanian yang dapat memenuhi kebutuhan pangan manusia. Nilai ini merupakan nilai non konsumtif atau nilai ekonomi tidak langsung yakni sebagai penyedia jasa ekosistem yang memberikan keuntungan secara ekonomis tanpa harus memanen dan merusaknya selama penggunaannya. Konservasi tarhadap agrobiodiversitas sangat mutlak untuk dilaksanakan. Pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan kerjasama antara para praktisi ekologi, petani dan pengambil kabijakan (stakeholder). Selain itu pula penelitian (research ) yang menyangkut peranan agrobiodiversitas di ekosistem lahan pertanian dalam meningkatkan produksi pertanian perlu terus kembangkan ke arah yang lebih maju, sebagai usaha dalam konservasi agrobiodiversitas. Pendekatan secara ekologis dan sosioekonomi dilakukan dengan memprioritaskan perlindungan terhadap asset kunci dari agrobidiversitas dan diterapkan berdasarkan konsep ekoagarocultur. Arah kebijakan dari pihak stakeholder maupun pemilik modal dalam bidang pertanian merupakan salah satu unsur penentu keberhasilan konservasi agrobiodiversitas. Saran Beberapa hal yang dijadikan saran oleh penulis dalam tulisan ini antara lain : 1. Perlu dilakukan suatu pendekatan dalam memaksimalkan konservasi agrobiodiversitas diantaranya adalah adanya kerjasama antara para praktisi ekologi, petani dan pengambil kabijakan (stakeholder) disamping itu dengan melakukan pendekatan secara ekologis dan sosioekonomi dengan melakukan perlindungan terhadap asset kunci dalam agrobiodiversitas dengan menerapkan pendekatan ekoagrovultur. 2. Penerapan pendekatan agroekosistem sustainable sangat perlu untuk mulai dipikirkan, karena dalam pendekatan tersebut adanya masukan dan penerapan teknologi dalam suatu lahan pertanian dapatg mempertahankan produktivitas yang tinggi tanpa menimbulkan suatu dampak negatif yang besar bagi lingkungan dalam hal inik biodiversitas yang ada di dalamnya. 3. Penelitian (research) dalam hal konservasi biodiversitas di lahan pertanian perlu lebih dioptimalkan sehingga akan lebih banyak didapatkan konsep maupun pendekatan yang lebih baik dalam rangka mengoptimalkan peranan biodiversitas di lahan pertanian sebagai suatu asset kunci yang menentukan keberhasilan sistem pertanian yang diterapkan.

RUJUKAN Alvarez, Nadi., Eric Garine, Celestin Khasah, Edmond Dounish, Martine Hossaert-McKey and Doyle McKey. 2005. Farmers Practices, Metapopulation Dynamics and Conservation of Agricultural Biodiversity on Farm: a Case Strudy of Sorghum Among the Duupa in Sub-Sahelian Cameroon. Elsevier Science Direct Biological Conservation. 121: 533-543. Jackson, L.E. and U. Pascual, T. Hodgkin. 2007. Utilizing and Conservation Agrobiodiversity in Agricultural Landscapes. Elsevier Science Direct Agricultural Ecosystems & Environment. xxx: 1-15. Jumin, Hasan Basri. 2002. Agroekologi Suatu Pendekatan Fisiologis. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 165 hal. Poschold, P., J.P. Bakker and S. Kahmen. 2005. Changing Land Use and Its Impact on Biodiversity. Elsevier Science Direct Basic and Applied Ecology. 6: 93-98. Semwal, R.L., S. Nautiyal, K.K. Sen and U. Rana. 2004. Patterns and Ecological Implication of Agricultural Land-Use Changes: a Case Study From Central Himalaya, India. Elsevier Science Direct Agricultural Ecosystems & Environment. 102: 81-92. Storkey, Jonathan and John W. Caussans. 2007. Reconciling the Conservation of in-Field Biodiversity With Crop Production Using a Simulation Model of Weed Growth and Competition. Elsevier Science Direct Agricultural Ecosystems & Environment. xxx: 1-10 Zamora, Jorge., Jose R. Verdu and Eduardo Galante. 2007. Species Richeness in Mediterranean Agroecosystems: Spatial and Temporal Analyisis for Biodiversity Conservation. Elsevier Science Direct Biological Conservation. 134: 113-121.

You might also like