Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 5

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ABORTUS DI INSTALASI RAWAT INAP KEBIDANAN RSUP Dr.

MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG


Y. Widyastuti, SST, M.Kes dan Dina kaspa Eka, Am.Keb* Dosen Akademi Kebidanan Budi Mulia Palembang Abstrack Indonesians Maternal Death in Indonesia were 307 per 100.000 of life birth (SDKI, 2002-2003). One of the causes was by the bleeding which in its contain bleeding by abortion (Saifuddin, 2002). The information from medical record of Dr. Mohammad Hoesin Public Hospital Palembang on 2006, the number of abortion was about 123 cases. The purpose of this research is to know the relationship between mothers age total of mothers birth, education, and their occupation, which had relationship with abortion at Intensive Midwifery Care Rooms at Dr. Mohammad Hoesin Public Hospital Palembang on 2008. This research design is an analytic survey by Cross Sectional approach, by colleting the data the same time. Which have relationship between independent variable (mother age, total of mothers birth, education, and occupation) and a dependent variable (happening abortion). Research populations were the entire pregnancy women less than 22 weeks, which ever had opname at Intensive Midwifery Care Rooms at Dr. Mohammad Hoesin Public Hospital Palembang 2008 on January-April, and the total were 163 persons and the samples are 163 persons. Based on the data analysis, it shows a big of despondences who ever done abortion were about 72,4%, a high risk age despondences were about 89,8%, a high paritas despondences were about 88,7%, low education despondences were about 87,4%, and the jobless despondences were about 88,9%. From Chi-Square statistic, it shows the relationship between mothers age, paritas, education and occupation with the abortion (p value = 0,000), it is better for all the hospital to give the peoples understanding about health contain the risk factors which causes abortion to all fragrance women to checks their health regularly 50 it can the number of abortion. References : 13 (2001-2007) Key Word : Happening Abortion

24

25

Pendahuluan Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan oleh akibat-akibat tertentu atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan. Bisa berakibat fatal terhadap ibu misalnya perdarahan, perforasi, infeksi, syok dan payah ginjal akut Menurut World Health Organization (WHO) di negara-negara miskin dan sedang berkembang, kematian maternal berkisar antara 7501.000 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan di negara-negara maju kematian maternal berkisar antara 5-10 per 100.000 kelahiran hidup. Di dalam rencana strategi nasional Making Pregnancy Safer (MPS) di Indonesia 2001-2010 disebut bahwa dalam konteks rencana pembangunan menuju Indonesia sehat 2010, Visi MPS adalah kehamilan dan persalinan di Indonesia berlangsung aman, serta bayi yang dilahirkan hidup dan sehat. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002/2003, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih berada pada 307 per 100.000 kelahiran hidup atau setiap jam terdapat 2 orang ibu bersalin yang meninggal dunia karena berbagai sebab. Penatalaksanaan MPS (Making Pregnancy Safer), target yang diharapkan dapat dicapai tahun 2010 adalah angka kematian ibu menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup. Derajat kesehatan ibu tetap merupakan prioritas utama dalam pembangunan kesehatan menuju tercapainya Indonesia Sehat 2010. Mengenai penyebab kematian bahwa 90% kematian ibu disebabkan oleh perdarahan, toksemia gravidarum, infeksi, partus lama dan komplikasi abortus. Kematian ini paling banyak terjadi pada persalinan yang sebenarnya dapat dicegah.

Salah satu faktor penting dalam upaya penurunan angka kematian tersebut yaitu penyediaan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang berkualitas dekat dengan masyarakat belum terlaksana dengan baik. Perdarahan merupakan penyebab kematian kedua yang paling penting. Perdarahan dapat disebabkan oleh abortus yang tidak lengkap. Ada beberapa alasan dan kondisi individualis yang memungkinkan terjadinya abortus. Beberapa karakteristik umum dapat diklasifikasikan yaitu status ekonomi, pendidikan, status perkawinan, tempat tinggal, pekerjaan, umur dan paritas. Menurut Siswanto, abortus di negaranegara sedang berkembang sebagian besar (lebih dari 90%) dilakukan tidak aman, sehingga berkontribusi sekitar 11-13% terhadap kematian maternal di dunia. Di Zimbabwe, Afrika, dilaporkan bahwa sekitar 28% seluruh kematian ibu berhubungan dengan abortus. Sementara di Tanzania dan Adis Ababa masing-masing-masing sebesar 21% dan 54%. Hal ini diperkirakan merupakan bagian kecil dari kejadian yang sebenarnya, sebagai akibat ketidakterjangkauan pelayanan kedokteran modern yang ditandai oleh kesenjangan informasi. Insiden abortus sulit ditentukan karena kadang-kadang seorang wanita mengalami abortus tanpa mengetahui bahwa ia hamil, dan tidak mempunyai gejala yang hebat sehingga hanya dianggap sebagai menstruasi yang terlambat (siklus memanjang). Terlebih lagi abortus kriminalis, sangat sulit ditentukan karena biasanya tidak dilaporkan. Angka kejadian abortus dilaporkan oleh rumah sakit sebagai rasio dari jumlah abortus terhadap jumlah kelahiran hidup. Di USA, angka kejadian secara nasional berkisar antara 10-20%. Di Indonesia kejadian berdasarkan laporan rumah sakit, seperti

26

di RS Hasan Sadikin Bandung berkisar antara 18-19%. Menurut Prof. Dr. Wimpie Pangkahila abortus di Indonesia tingkat abortus masih cukup tinggi dibanding dengan negara-negara maju di dunia, yakni mencapai 2,3 juta abortus per tahun. 1 juta diantaranya adalah abortus spontan, 0,6 juta disebabkan oleh kegagalan program KB, dan 0,7 juta karena tidak pakai alat kontrasepsi KB. Angka Kematian Ibu (AKI) Kota Palembang berdasarkan laporan indikator Database 2005 United Nation Found Population (UNFPA) 6th Country Programe adalah 317 per 100.000 kelahiran, lebih rendah dari Propinsi Sumsel sebesar 467 per 100.000 kelahiran. Jumlah kematian ibu tahun 2005 di Kota Palembang sebanyak 15 orang diantaranya disebabkan oleh perdarahan dan selebihnya disebabkan faktor lainnya termasuk abortus. Dari data yang diperoleh dari rekam medik di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2006, angka kejadian abortus sebesar 123 kasus dengan nkejadian abortus imminens sebanyak 106 kasus (86,17%), abortus komplit sebanyak 2 kasus (1,62%), abortus inkomplit sebanyak 12 kasus (9,75%) dan missed abortion sebanyak 3 kasus (2,44%). Ada beberapa alasan dan kondisi individualis yang

memungkinkan terjadinya abortus. Beberapa karakteristik umum dapat didefinisikan yaitu tingkat pendidikan, pekerjaan, status ekonomi, tinggal di daerah perkotaan, status perkawinan, umur dan paritas. Estimasi nasional menyatakan setiap tahun terjadi 2 juta kasus abortus di Indonesia, artinya terdapat 43 kasus abortus per 100 kelahiran hidup perempuan usia 15 - 49 tahun. Sebuah penelitian yang dilakukan di 10 kota besar dan 6 kabupaten di Indonesia ditemukan bahwa insiden abortus lebih tinggi diperkotaan dibandingkan dipedesaan. Metode Penelitian Penelitian ini termasuk penelitia analitik dengan pendekatan Cross Sectional.Populasi penelitian adalah seluruh ibu hamil < 22 minggu yang pernah dirawat di Instalasi Rawat Inap Kebidanan RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Sedangkan sampel penelitian adalah seluruh ibu hamil < 22 minggu yang pernah dirawat di Instalasi Rawat Inap Kebidanan Rumah sakit Umum pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Teknik pengambilan sampel secara purposive sampling. Jumlah total sampel 163 orang. Analisis data dilakukan dengan analisis univariat dan bivariat masing-masing variabel dengan uji Chi-Square dengan tingkat kemaknaan terhadap = 0,05 pada df=1.

Hasil Tabel 1. Distribusi Frekuensi variabel Umur, Paritas, Pendidikan, Pekerjaan dan angka kesakitan Abortus.
No. 1 2 3 4 Variabel Umur Paritas Pendidikan Pekerjaan Kategori Resiko rendah Resiko tinggi Resiko rendah Resiko tinggi Pendidikan rendah Pendidikan tinggi Bekerja Frekuensi 65 98 66 97 103 60 64 Persentase 39,9 60,1 40,5 59,5 62,3 36,8 39,3

27

Kejadian Abortus

Tidak bekerja Ya Tidak

99 118 45

60,7 72,4 27,6

Tabel 2. Hasil Analisa Bivariat (Karakteristik Pejamu dengan Kejadian Abortus)


No. 1 2 3 4 Variabel Umur Paritas Pendidikan Pekerjaan Log-likelihood 89,8 88,7 87,4 88,9 P Value 0,000 0,000 0,000 0,000

Berdasarkan hasil analisa di atas setiap variabel berhubungan dengan kejadian abortus dengan p value = 0,000 lebih kecil dari (0,05). Pembahasan Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan oleh akibat-akibat tertentu atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan elum mampu untuk hidup di luar kandungan Yang diterima sebagai abortus umumnya adalah usia kehamilan hingga 20 minggu atau berat janin 500 gram. Abortus yang juga dikenal dengan istilah Keguguran, bisa terjadi oleh banyak sebab. Kurang lebih 10 sampai 15% kehamilan yang telah didiagnosis secara klinis berakhir dengan keguguran. Alasan utama terjadinya abortus pada awal kehamilan ialah kelainan genetic, yang mencapai 75 hingga 90% total aborsi. Alasan lain terjadinya abortus adalah kadar progesterone yang tidak normal, kelainan pada kelenjar tiroid, diabetes yang tidak terkontrol, kelainan pada rahim, infeksi dan penyakit autoimun lain. Diagnosis abortus bisa terjadi dalam berbagai bentuk antara lain abortus yang mengancam ( abortus iminen), abortus yang tidak bisa dihindari (abortus insipien), abortus dengan janin mati dalam rahim missed abortus dan abortus inkompetus. Kesimpulan

Setiap variabel di atas berhubungan dengan kejadian abortus yang terdapat di Rumah Sakit Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Dimana p value (0,05). Saran 1. Agar dapat lebih meningkatkan dan memperlihatkan pelayanan. Pelayanan kesehatan terutama dalam mempertahankan kehamilan sehingga ibu hamil dapat mencegah terjadinya abortus. 2. Agar dapat menjadi bahan referensi sebagai informasi yang bermanfaat untuk perkembangan pengetahuan tentang kejadian abortus dan dapat juga dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengungkapkan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian abortus.

DAFTAR PUSTAKA 1. Achadiat, M. Crisdiono. 2004. Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. EGC. Jakarta. Indonesia.

2.

Dinas Kesehatan Sumatera Selatan. 2006. Profil Kesehatan Kota Palembang. Indonesia. Hastono, Priyo Susanto. 2001. Analisis Data, Pengolahan Data. Jakarta. Indonesia. Juniarti, Helda. 2007. Hubungan antara Umur dan Pendidikan Ibu dengan Kejadian Abortus di RSUP

3.

4.

28

Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2006. KTI Akademi Kebidanan Budi Mulia Palembang.

Aborsi. (http://www.google.com, diakses 23 Februari 2008).

10. Saifuddin,

5.

Kodim, Nasrin. 2007. Epidemiologi Abiruts yang Tidak Aman. (http://www.google.com, diakses 23 Februari 2008). Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. FKUI. Jakarta. Indonesia. Manuaba, Ida Bagus Gde. 2004. Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi. EGC. Jakarta. Indonesia. Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. Indonesia.

Abdul Bari. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. YBPSP. Jakarta. Indonesia. Sulaiman. 2005. Obstetri Patologi. EGC. Jakarta. Indonesia. Aborsi. diakses 2008). (http://www.google.com, 28 Februari

11. Sastrawinata,

6.

12. Utomo. 2001. Fakta Mengenai

7.

13. Winkjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu


Kebidanan. YBPSP. Edisi Cetakan 7. jakarta. Indonesia. 3

8.

9.

Pikiran Rakyat. 2006. Setiap Tahun Terjadi 2-2,6 Juta Kasus

You might also like