An Important Aspect of The Pesantren Tradition Is The Emphasis On The Oral Transmission of Knowledge

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 2

An important aspect of the pesantren tradition is the emphasis on the oral transmission of knowledge, even of written texts.

In the traditional di-dactic styles, that are still maintened in many pesantrens, the student studies a specific text with a specific teacher, and upon finishing this text may move on to another teacher, at another pesantren, to study another text. The student may sit with other in a circle (halqa) around the teacher who reads the text aloud while students read along with him in their own copies of the book. The teacher stops from time to time to comment on a point of syntax or vocabulary. But he seldom if ever offers a critical interpretation or comments on the applicability of the text. In a more individual mode, the student may himself read passages of the text aloud while the teacher listens, questions, and comments on his reading. Both the teacher and the teachings he handed down were treated with great respect, which pre-cluded a critical discussion. The student was aware of being connected to great masters of the past through the chains of oral transmission (isnad) of the texts he studied, just like any follower of a Sufi order had a spritual geanology (silsila) linking him through successive teachers to the orders founder and ultimately to the Prophet. Love and even veneration for the ulama of the past was and is an important part of the pesantren tradition. Where possible, one was expected to follow their example, especially in legal thought. Reformists criticised taqlid, the blind following of the rulings of ulama of the past, and proclaimed the need for independent the need for independent interpretation, or ijtihad, instead. For traditionalists, however, fiqh belongs to the essential core of islam, and fiqh is impossible without taqlid, following the rulings of the great ulama of the past who had developed the ShafiI madhhab or school of fiqh.

TERJEMAHAN Aspek yang paling penting di pesantren tradisional adalah penekanan pada penyampaian. Langsung ilmu pengetahuan walaupun yang berbentuk tulisan. Mendidik secara tradisional adalah tetap dipertahankan di pesantren lain. Seorang santri belajar ilmu tertentu dengan guru tertentu juga walaupun telah selesai belajar ilmu tertentu siswa boleh belajar pada guru yang lain, untuk belajar ilmu yang lain. Santri boleh duduk dengan santri yang lain dalam bentuk lingkungan (halqa) mengelilingi guru/ustadz. Guru membaca text dengan keras, kemudian para santri mengikuti membacanya dalam buku kopian mereka. Guru berhenti membaca untuk menerangkan pada bagian buku/bentuk kalimat atau kosa kata. Tetapi beliau jarang memberikan kritikan secara membangun atau penafsiran. Dalam bentuk individu. Siswa dengan sendirinya membaca text dengan keras kemudian guru mendengarkan, menanyakan dan mengomentari cara bacanya. Guru dalam mengajar menguasai dengan penuh semangat. Dengan menghindari sebuah kritikan. Murid telah menyadari kepada guru yang telah mengadakan ikatan penyampaian langsung (isnad) dari text yang dia pelajari seperti pengikut ulama sufi yang mempunyai ilmu khusus keturunan (silsilah) mengikutinya menjadi guru yang sukses/pendiri dan penerus nabi, mencintai dan menyayangi kepada ulama terdahulu adalah yang terpenting bagi pesantren tradisional. Mungkin dengan cara mengikuti contoh-contoh lelampannya khusus dalam berfikir positif. Perubahan mengkritisi taqlid persembunyian mengikuti contoh-contoh lelampan ulama terdahulu, dan penampakan untuk tidak berpartai atau berijtihad. Menjadi ulama tradisional. Bagaimanapun fiqih adalah bagian yang terpenting dalam islam dan fiqih tidak mungkin tanpa taqlid. Mengikuti lelampan ulama terdahulu mengambengkan madhab syafie atau sekolah ilmu fiqih.

You might also like