Download as rtf, pdf, or txt
Download as rtf, pdf, or txt
You are on page 1of 3

Wortel, Telur, Dan Kopi

0100090000031f0300000000a102000000000400000003010800050000000b0200000000
050000000c0211001100030000001e000400000007010400040000000701040008000000
26060f000600544e5050060145000000410b8600ee001000100000000000100010000000
00002800000010000000100000000100010000000000000000000000000000000000000
000000000000000000000ffffff001ff80101ffff0101ffff0101ffff0101ffff0101ffff0101ffff0
101ffff0101ffff0101ffff00017ffe01013ffc01011ff801011ff801011ff801011fe00101a1020
000410bc6008800100010000000000010001000000000002800000010000000100000000
100080000000000000000000000000000000000000000000000000000000000ffffff00e8c
eb900d7aa7c00c88c5000c88c4f00ca915500cb905500c5894d00ddaf8d00c5884d00f7f2ec
00f8f4ee00f8f3ed00f8f2ec00f2e6d700e2b27d00db956900fdfbfa00c88d5200f9f5f100fce
3cd00fbe3cd00f9e0c800f8dcc200fdfbf800fce6cd00e2b68400d5a88400c88d5100fce3cf0
0fce4cf00fae1ca00f9ddc400f4e9df00f5efe900c3804800fbfbfb00c68c4f00f9f4f000fce6d3
00fde7d300fae0c800f5d6bb00f3d4b500f8f4f000c4854a00f9f9f900cecece0087878700c5
894c00f9f4ef00fee7d700fde7d500fce6d200fbe1cc00f6dabd00faf4ef00c48348006161610
0bcbcbc00dddddd009a9a9a00cccccc00c78b4e00f9f4ed00fee8d800fee8d700fde5d300fce
4d100fae0c700f9ddc300faf4ed00c7854a00c3c3c30074747400cdcdcd0097979700d2d2d
200e8e8e8007d7d7d00c4c4c4006d6d6d0084848400fcfcfc00cbcbcb00f2f2f200c6c6c600
717171007e7e7e00ababab00dfdfdf00a3a3a3007a7a7a00d7d7d700d8d8d800bfbfbf008e8
e8e003f3f3f0075757500bbbbbb008d8d8d00d4d4d400b9b9b900d3d3d300838383002a2a
2a0070707000b5b5b5009595950081818100797979006e6e6e0052525200434343004242
4200252525006b6b6b00a7a7a700afacaa00c5c0bd00adaaa8002c2c2c009b9b9b00232323
00a1a1a10058585800c7956100f9f7f600f9f1ec00f9f1eb00f8f0e900f7ede600f4eae100f2e
8de00faf8f600c7946100242424004b4b4b0096969600c8966200ca986500ca976500ca976
400c9976400c895620000000000000000000000000000000000000000000000000000000
00000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000
00000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000
00000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000
00000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000
00000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000
00000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000
00000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000
00000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000
00000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000
00000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000
00000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000
00000000000000000000000000000000000000000000000101018c8d8e8e8e8f90908d91
0101017d5d7e7f808182838485868788898a8b75766c6e77787878787878797a6c7b7c6b6
c6c6d6e6e6f703b717273706c6c746364646566676767676767686964646a5d5e5e4d5f60
60606060605e615e5e62592f2f5a5b5555555555555b5c2f2f3b535454555656565656565
656575454584d4e4f505050505050505050504f51523d3e3f404142434445464748494a4b
4c0130313233343536371838393a3b3c0101012526272829162a2b2c2d2e2f01010101011
d141e1f2021220b2324010101010101131415161718191a1b1c0101010101010a0b0c0d0
d0e0f101112010101010101020304050607080901010101010800000026060f000600544
e50500701040000002701ffff030000000000 Print This Post

Rating: 8.6/10 (67 votes cast)


Seorang anak perempuan mengeluh pada sang ayah tentang kehidupannya yang sangat
berat. Ia tak tahu lagi apa yang harus dilakukan dan bermaksud untuk menyerah. Ia
merasa capai untuk terus berjuang dan berjuang. Bila satu persoalan telah teratasi, maka
persoalan yang lain muncul. Lalu, ayahnya yang seorang koki membawanya ke dapur. Ia
mengisi tiga panci dengan air kemudian menaruh ketiganya di atas api. Segera air dalam
panci-panci itu mendidih. Pada panci pertama dimasukkannya beberapa wortel Ke dalam
panci kedua dimasukkannya beberapa butir telur. Dan, pada panci terakhir
dimasukkannya biji-biji kopi. Lalu dibiarkannya ketiga panci itu beberapa saat tanpa
berkata sepatah kata.
Sang anak perempuan mengatupkan mulutnya dan menunggu dengan tidak sabar. Ia
keheranan melihat apa yang dikerjakan ayahnya. Setelah sekitar dua puluh menit,
ayahnya mematikan kompor. Diambilnya wortel-wortel dan diletakkannya dalam
mangkok. Diambilnya pula telur-telur dan ditaruhnya di dalam mangkok. Kemudian
dituangkannya juga kopi ke dalam cangkir. Segera sesudah itu ia berbalik kepada
putrinya, dan bertanya: Sayangku, apa yang kaulihat? Wortel, telur, dan kopi, jawab
anaknya.
Sang ayah membawa anaknya mendekat dan memintanya meraba wortel. Ia
melakukannya dan mendapati wortel-wortel itu terasa lembut. Kemudian sang ayah
meminta anaknya mengambil telur dan memecahkannya. Setelah mengupas kulitnya si
anak mendapatkan telur matang yang keras. Yang terakhir sang ayah meminta anaknya
menghirup kopi. Ia tersenyum saat mencium aroma kopi yang harum. Dengan rendah hati
ia bertanya Apa artinya, bapa? Sang ayah menjelaskan bahwa setiap benda telah
merasakan penderitaan yang sama, yakni air yang mendidih, tetapi reaksi masing-masing
berbeda. Wortel yang kuat, keras, dan tegar, ternyata setelah dimasak dalam air mendidih
menjadi lembut dan lemah. Telur yang rapuh, hanya memiliki kulit luar tipis yang
melindungi cairan di dalamnya. Namun setelah dimasak dalam air mendidih, cairan yang
di dalam itu menjadi keras. Sedangkan biji-biji kopi sangat unik. Setelah dimasak dalam
air mendidih, kopi itu mengubah air tawar menjadi enak.
Yang mana engkau, anakku? sang ayah bertanya.
Ketika penderitaan mengetuk pintu hidupmu, bagaimana reaksimu? Apakah engkau
wortel, telur, atau kopi?
Bagaimana dengan ANDA, sobat?
Apakah Anda seperti sebuah wortel, yang kelihatan keras, tetapi saat berhadapan dengan
kepedihan dan penderitaan menjadi lembek, lemah, dan kehilangan kekuatan?
Apakah Anda seperti telur, yang mulanya berhati penurut? Apakah engkau tadinya
berjiwa lembut, tetapi setelah terjadi kematian, perpecahan, perceraian, atau pemecatan,
Anda menjadi keras dan kepala batu? Kulit luar Anda memang tetap sama, tetapi apakah
Anda menjadi pahit, tegar hati,serta kepala batu?
Atau apakah Anda seperti biji kopi? Kopi mengubah air panas, hal yang membawa

kepedihan itu, bahkan pada saat puncaknya ketika mencapai 100 C. Ketika air menjadi
panas, rasanya justru menjadi lebih enak. Apabila Anda seperti biji kopi, maka ketika
segala hal seolah-olah dalam keadaan yang terburuk sekalipun Anda dapat menjadi lebih
baik dan juga membuat suasana di sekitar Anda menjadi lebih baik.
Bagaimana cara Anda menghadapi penderitaan? Apakah seperti wortel, telur, atau biji
kopi?
Sumber: unknown
Pada suatu hari seekor anak kerang di dasar laut mengadu dan mengeluh pada ibunya sebab
sebutir pasir tajam memasuki tubuhnya yang merah dan lembek. Anakku, kata sang ibu sambil
bercucuran air mata, Tuhan tidak memberikan pada kita, bangsa kerang, sebuah tangan pun,
sehingga
Ibu
tak
bisa
menolongmu.
0100090000038500000002001c00000000000400000003010800050000000b0200000000050000
000c02c900c900040000002e0118001c000000fb02a4ff000000000000900100000000044000224
3616c6962726900000000000000000000000000000000000000000000000000040000002d01000
0040000002d010000040000002d0100000400000002010100050000000902000000020d000000
320a570000000100040000000000c800c80020003600050000000902000000021c000000fb0210
00070000000000bc02000000000102022253797374656d0075d0b5220904982d00cc03d9754091
dc7560c64a0810982d00040000002d010100040000002d010100030000000000
Si ibu terdiam, sejenak, Sakit sekali, aku tahu anakku. Tetapi terimalah itu sebagai takdir alam.
Kuatkan hatimu. Jangan terlalu lincah lagi. Kerahkan semangatmu melawan rasa ngilu dan nyeri
yang menggigit. Balutlah pasir itu dengan getah perutmu. Hanya itu yang bisa kau perbuat, kata
ibunya dengan sendu dan lembut.
Anak kerang pun melakukan nasihat bundanya. Ada hasilnya, tetapi rasa sakit bukan alang
kepalang. Kadang di tengah kesakitannya, ia meragukan nasihat ibunya. Dengan air mata ia
bertahan, bertahun-tahun lamanya. Tetapi tanpa disadarinya sebutir mutiara mulai terbentuk
dalam dagingnya. Makin lama makin halus. Rasa sakit pun makin berkurang. Dan semakin lama
mutiaranya semakin besar. Rasa sakit menjadi terasa lebih wajar. Akhirnya sesudah sekian
tahun, sebutir mutiara besar, utuh mengkilap, dan berharga mahal pun terbentuk dengan
sempurna. Penderitaannya berubah menjadi mutiara, air matanya berubah menjadi sangat
berharga. Dirinya kini, sebagai hasil derita bertahun-tahun, lebih berharga daripada sejuta kerang
lain yang cuma disantap orang sebagai kerang rebus di pinggir jalan.
sumber: unknown

You might also like