Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

Prosiding Ekspose BP2TPDAS-IBB Surakarta Wonogiri, 1 Oktober 2002

PENERAPAN MODEL ANSWERS UNTUK PENDUGAAN EROSISEDIMENTASI DI SUBDAS KEDUANG-WONOGIRI


The Application of ANSWERS Model to Predict Erosion-Sedimentation At Keduang Subwatershed-Wonogiri Oleh/By: Sukresno, Ugro H. Murtiono, dan Irfan B. Pramono

SUMMARY Successful watershed management planning would be valuable when accurate data were collected and analyzed correctly, mainly on calculating and predicting soil erosion and sedimentation of a watershed. Currently, a number of models to predict soil erosion-sedimentation and runoff from a watershed are available, and one of them is called ANSWERS (Areal Nonpoint Source Watershed Environment Response Simulation). The model is a distributed model that accounts for spatial and temporal parameters. Considering the limitation of ANSWERS application, e.g., suggested for watershed area of no more than 10.000 ha, this model would be tested in Keduang subwatershed which had an area of 35.000 ha. The results indicate that 1) the rainfallrunoff relationship of using single rainfall event, the model could be applied in Keduang subwatershed (t-test performed non significant different); 2) the model did not give accurate result to predict annual soil erosion (under/over estimates); 3) to improve accurate prediction, the input of rainfall should be increased by a minimum of 1 rainfall station per 400 ha. Key words : ANSWERS, soil erosion, sedimentation, runoff, watershed

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pada proses perencanaan rehabilitasi lahan dan konservasi tanah (RLKT) data utama yang diperlukan adalah data tingkat bahaya erosi (TBE) dan sedimentasi suatu daerah aliran sungai (DAS). Saat ini kedua data tersebut masih diperoleh dari pendugaan erosi-sedimentasi dari Universal Soill Loss Equation atau yang sangat dikenal dengan nama USLE (Wischmeier dan Smith, 1978). Penerapan USLE secara umum digunakan untuk menduga laju erosi lahan yang terjadi pada suatu DAS. Sementara kegiatan-kegiatan RLKT yang diusulkan diarahkan untuk menurunkan tingkat erosi sampai tidak melebihi batas yang diijinkan agar produktivitas dan kemampuan lahan tetap dipertahankan (Arsyad, 1989). Erosi tanah ditempat (onsite) yang terjadi pada lahan kering di DAS bagian hulu dapat menyebabkan

Prosiding Ekspose BP2TPDAS-IBB Surakarta Wonogiri, 1 Oktober 2002

dampak negatif di hilir (offsite) DAS, a.l., :pendangkalan saluran dan waduk, sehingga umur fungsinya berkurang (Asdak, 1995). Dalam perkembangannya, USLE disempurnakan oleh Renard dkk. (1993) untuk meningkatkan akurasinya, yaitu dengan model RUSLE (Revised Universal Soil Loss Equation). Revisi dilakukan terutama pada cara perhitungan nilai faktor LS yang mana pada metode USLE hasilnya cenderung over-estimate. Dalam pemodelan hidrologi, metode USLE dan RUSLE termasuk model empiris yang bersifat 'lumped' dimana parameter dan variabel masukan dan keluarannya serta besaran yang mewakilinya tidak mempunyai variabilitas keruangan (spatial) (Sri Harto, 1993). Selanjutnya dikenalkan model ANSWERS singakatan dari Areal Nonpoint Source Watershed Environment Response Simulation oleh Beasley dan Huggins (1991) dimana telah memenuhi besaran parameter yang mewakili variabilitas keruangan dan waktu (space and time) atau disebut juga model 'terdistribusi'. Contoh model sejenis a.l.: MUSLE atau Modefied Universal Soil Loss Equation (Williams, 1975) dan AGNPS atau Agricultural Nonpoint Source Pollution Model (Young dkk., 1989). Struktur model ANSWERS didasarkan pada hipotesis bahwa setiap titik didalam DAS memiliki hubungan fungsional antara laju aliran air dan parameter-parameter hidrologi yang mengendalikannya, seperti intensitas hujan, topografi, jenis tanah dan penggunaan lahan. Oleh sebab itu dalam pemodelan ANSWERS untuk suatu DAS diekspresikan sebagai kumpulan dari setiap elemen bujur sangkar (grid) yang diasumsikan homogen, sehingga pengaruh variabilitas ruang didalam DAS dapat diperhitungkan (Beasley dan Huggins, 1991). Selanjutnya setiap elemen pada DAS diartikan sebagai suatu areal yang mempunyai parameter hidrologi dan erosi yang sama. Oleh karena itu DAS dalam model ANSWERS diasumsikan sebagai gabungan dari banyak elemen. Penggunaan model ANSWERS untuk pendugaan erosi-sedimentasi DAS telah banyak dicobakan dan diuji akurasinya oleh para pakar hidrologi seperti Beasley et al. (1982), Dilaha et al. (1982), dan Ginting dan Ilyas (1997) yang masing-masing dilakukan pada DAS pertanian (714 ha), DAS konstruksi (43 ha), dan DAS berhutan (77.242,8 ha). Namun demikian, model ANSWERS ini masih mempunyai keterbatasan untuk diterapkan, seperti ukuran DAS tidak lebih besar dari 10.000 ha dan ukuran normal setiap gridnya berkisar antara 1 - 4 ha (Beasley dan Huggins, 1991). Pada USLE atau RUSLE, untuk menduga hasil sedimen dari suatu DAS nilai erosi yang diduga

Prosiding Ekspose BP2TPDAS-IBB Surakarta Wonogiri, 1 Oktober 2002

harus dikalikan dengan nilai nisbah erosi-sedimen (Sediment Delivery Ratio/SDR) yang nilainya ditentukan dari ukuran DAS (Wischmeier dan Smith, 1978).

B. Tujuan Tujuan studi adalah menerapkan model ANSWERS untuk menduga erosisedimentasi dan runoff di Sub DAS Keduang, Kabupaten Wonogiri.

II. MODEL ANSWERS A. Hierarchi Model Pemodelan system hidrologi mutakhir yang mampu menduga dampak perubahan-perubahan tata guna lahan yang terjadi, baik alami maupun buatan manusia, terhadap tanggapan hidrologi DAS, termasuk erosi dan sedimentasi, sejak beberapa waktu yang lalu kebutuhannya terus meningkat (Pawitan, 1995). Sementara dari banyak model hidrologi yang telah dikembangkan untuk mensimulasi proses aliran, erosi dan sedimentasi tersebut, dalam pengembangannya perlu memasukkan komponen-komponen dasar hidrologi dan erosi yang berintikan pada parameterparameter yang dominan, yang dapat terukur (Ibrahim, 1995). Dari tinjauan yang dilakukan oleh De Roo (1993) terhadap beberapa model matematis-deterministik untuk pendugaan erosi dan runoff, diperlihatkan bahwa model USLE, MUSLE, dan RUSLE bersifat empiris, lumped, dan cocok digunakan untuk hamparan lahan. Model berkembang dari 'lumped' ke 'distributed' parameter, dari model empiris ke fisik, dari hanya memprediksi erosi ke erosi-sedimentasi dan runoff, dan dari unit lahan ke unit DAS. Pada model yang kompleks, input parameter-parameter fisik DAS dan prosesproses hidrologinya diformulasikan dengan persamaan-persamaan yang lebih kompleks yang dapat menterjemahkan kondisi hidrologi dan karakteristik DAS yang sebenarnya (Ibrahim, 1995). Untuk memperoleh model yang akurat, maka parameterparameter model perlu diukur, dihitung dan ditentukan melalui suatu proses kalibrasi atau optimasi. Pemilihan model ANSWERS pada studi ini didasarkan pada kemampuannya dalam melakukan simulasi untuk berbagai perubahan kondisi lahan di dalam DAS, serta kemampuannya menampilkan kondisi DAS dalam bentuk spatial, dan merupakan alat bantu untuk pengelolaan DAS (Beasly dan Huggins, 1991).

Prosiding Ekspose BP2TPDAS-IBB Surakarta Wonogiri, 1 Oktober 2002

B. Konsepsi Model Model ANSWERS adalah termasuk kategori model deterministik dengan pendekatan parameter terdistribusi (distributed parameter). Kebalikan dari model yang mengasumsikan parameter-parameternya sama untuk semua tempat, ruang dan waktu, adalah model lumped parameter (Beasley dan Huggins, 1991). Pada model terdistribusi, parameter DAS dipengaruhi oleh variabel keruangan (spatial), sedang parameter-parameter pengendalinya, yaitu topografi, tanah dan penggunaan lahan. Konsep model ANSWERS didefinisikan sebagai hubungan matematik untuk semua proses simulasi. Perhitungan matematis dari komponen-komponen proses hidrologi yang digunakan dari model ANSWERS, yaitu: 1) Karakteristik Aliran Debit aliran berupa aliran permukaan (runoff) pada setiap elemen dihitung sebagai fungsi dari waktu, secara eksplisit dengan menggunakan persamaan differensial: I - Q = dS/dT dimana: I= berikutnya : Q = laju outflow S= T= volume air yang tertahan pada elemen waktu laju inflow suatu elemen kejadian hujan dan aliran dari elemen

Volume aliran permukaan dari suatu elemen ke elemen berikutnya ditentukan dengan rumus: RFL = 0.4 tan (ANG), ANG<45o RFL = 1-(0.5 tan(90-ANG), jika 45o<ANG<90o RFL = fraksi aliran ANG = sudut yang dibentuk oleh arah aliran 2) Infiltrasi Kapasitas infiltrasi pada permukaan tergenang (infiltration capacity with surface inundated, FMAX) dihitung dengan persamaan Holtan dan Overton (Beasley dan Huggins, 1991): FMAX = FC + A * (PIV/TP)p dimana: 4

Prosiding Ekspose BP2TPDAS-IBB Surakarta Wonogiri, 1 Oktober 2002

FMAX = FC A PIV = = =

kapasitas infiltrasi pada permukaan tergenang kapasitas infiltrasi konstan selisih laju infiltrasi konstan dan laju infiltrasi maksimum volume air maksimum yang tertahan untuk mencapai titik jenuh pada zone pengamatan

koefisien hubungan antara laju penurunan kapasitas infiltrasi dengan pertambahan kelembaban.

TP

Porositas total

Volume air tertahan (volume of storage water, DEP) pada daerah depresi, ditentukan dengan persamaan Huggins dan Mongke (Beasley dan Huggins, 1991): DEP = HU * ROUGH * (H/HU)1/ROUGH dimana: DEP HU H = = = volume air tersimpan di setiap unit kedalaman ketinggian maksimum dari mikro relief ketinggian tempat pada setiap elemen parameter kekasaran permukaan (RC).

ROUGH =

3) Pelepasan dan Pengangkutan Sedimen - Pelepasan butir tanah oleh hujan (rainfall detachment rate, DETR) ditentukan dari rumus Meyer dan Weischmeier (Beasley dan Huggins, 1991): DETR = 0.108 * CDR * SKDR * Ai * R2 dimana: DETR = CDR = butir tanah yang terlepas faktor tanaman (nilai C dari USLE) faktor erodibilitas tanah (nilai K dari USLE) luas daerah pengamatan ke i (m2) intensitas curah hujan (mm/menit).

SKDR = Ai R2 = =

- Pelepasan butir tanah oleh aliran permukaan (overland flow detachment rate, DETF) ditentukan dengan persamaan Meyer dan Wieschmeier serta modifikasi persamaan Foster (Beasley dan Huggins, 1991):

DETF = 0.9 * CDR * SKDR * Ai * SL * Q dimana: 5

Prosiding Ekspose BP2TPDAS-IBB Surakarta Wonogiri, 1 Oktober 2002

SL Q

= =

derajat kemiringan lereng laju aliran setiap unit luas (m2/jam)

- Laju pengangkutan sedimen potensial (potential transport sediment rate, TF) ditentukan dengan persamaan berikut: TF = 161 * SL * Q0.5, jika Q<0.046 m2/menit TF = 16320 * SL * Q2, jika Q>0.046 m2/menit Kelebihan dari model adalah kemampuannya dalam melakukan simulasi untuk berbagai kondisi di dalam DAS dengan hasil berupa aliran permukaan (runoff), erosi dan sedimentasi. Sedang kekurangan dari model ini adalah keluaran yang kurang akurat bila diterapkan pada DAS yang berukuran besar (> 10.000 ha) dengan variasi curah hujan tinggi (Beasley dan Huggins, 1991).

C. Struktur Model ANSWERS ANSWERS adalah model deterministik yang didasarkan pada hipotesis: "Setiap titik dalam DAS memiliki hubungan fungsional antara laju aliran air dan parameter parameter hidrologi yang mengendalikannya, seperti intensitas hujan, topografi, jenis tanah dan sebagainya. Selanjutnya laju aliran ini dapat digunakan dengan komponen lainnya sebagai suatu basis pemodelan yang berhubungan dengan fenomena gerakangerakan erosi tanah, sedimentasi dan partikel-partikel kimiawi di dalam ruang lingkup DAS". Ciri uatama dari hipotesis diatas adalah pemakaiannya yang berbasiskan 'titik'. Untuk penerapannya dalam praktek, konsep titik mengacu pada elemen-elemen (grid) DAS. Suatu elemen didefinisikan sebagai suatu parameter-parameter hidrologi yang uniform. Ukuran geometris elemen adalah aktual tidak bersifat kritis sebab tidak ada area berukuran terbatas dimana satu atau lebih dari variasi parameter tidak ada. Konsep yang penting adalah suatu elemen harus cukup kecil sehingga perubahan sembarang dari nilainilai parameter untuk suatu elemen tunggal mempunyai pengaruh yang bisa diabaikan terhadap respon DAS keseluruhan. Gambar 1 contoh dari struktur DAS dengan elemenelemennya yang berbentuk bujursangkar untuk sub DAS Keduang yang dipilih untuk memudahkan pekerjaan dalam mempersiapkan file data dan perhitungan.

Parameter input ke model ANSWERS dikelompokkan menjadi lima bagian, yaitu: 6

Prosiding Ekspose BP2TPDAS-IBB Surakarta Wonogiri, 1 Oktober 2002

1) 2)

Data hujan, meliputi: jumlah hujan dan lama hujan. Data tanah, meliputi: porositas total, kadar air kapasitas lapang (pF 2.54), kedalaman infiltrasi horison A, persentase kejenuhan, selisih laju infiltrasi konstan dan laju infiltrasi maksimum, koefisien infiltrasi dan erodibilitas tanah.

3)

Data penggunaan lahan dan penutupan, meliputi: jenis penggunaan dan pengelolaan lahan, volume intersepsi potensial, persentase penutupan lahan oleh tanaman, nilai koefisien Manning dan indeks pengelolaan tanaman.

4) 5)

Data sungai, meliputi: lebar saluran dan koefisien Manning untuk saluran. Data individu elemen, meliputi: kemiringan dan arah lereng, tipe sungai/saluran, jenis tanah, liputan penakar hujan, tipe dan kemiringan saluran, pengelolaan lahan dan konservasi tanah, dan elevasi elemen rata-rata. Parameter keluaran (output) model ANSWERS yang merupakan hasil prediksi

(pendugaan), yaitu: 1) 2) 3) Runoff (aliran permukaan) yang keluar dari DAS Puncak hidrograp Erosi rata-rata DAS

Gambar 1. Sub DAS Keduang dengan elemen-elemennya.

Prosiding Ekspose BP2TPDAS-IBB Surakarta Wonogiri, 1 Oktober 2002

III. METODOLOGI

A. Lokasi Lokasi studi dilakukan di DAS dengan formasi vulkanik muda (G. Lawu), yaitu SubDAS Keduang dengan luas 35000 ha dan terletak di kabupaten Wonogiri. Kegiatan dilakukan pada SubDAS yang memiliki stasiun hidrologi berupa stasiun hujan otomatis (ARR) dan stasiun pengamat arus sungai (SPAS) beserta perlengkapan peralatannya.

B. Bahan dan Alat Jenis bahan dan peralatan yang diperlukan adalah: Data hujan (automatic rainfall recorder/ARR). Data hidrologi (automatic water level recorder/AWLR) beserta data rating curve debitnya. Data erosi-sedimentasi. Peta tanah Peta penggunaan lahan Kertas gambar dan alat gambar. Peralatan komputer, plot-kolektor erosi-runoff, infiltrometer, ring sample, planimeter, meteran, dan penggaris.

C. Parameter yang Diamati Parameter-parameter yang diamati yaitu: Hujan, berupa intensitas hujan dan kumulatif waktu hujan per kejadian. Tanah, meliputi parameter porositas tanah (TP), kapasitas lapang (FP), selisih laju infiltrasi maksimum vs laju infiltrasi konstan (A), kelembaban tanah awal (ASM), koefisien infiltrasi (P), kedalaman zone pengamatan infiltrasi tanah pada horizon A (DF) dan erodibilitas tanah (K). Penggunaan lahan, meliputi parameter kondisi permukaan tanah yang meliputi jenis penggunaan lahan dan pengelolaannya (P), volume intersepsi potensial (PIT), persentase penutupan permukaan untuk setiap jenis penggunaan (PER), koefisien Manning (n), karakteristik tampungan permukaan dan luas genangan permukaan, koefisie kekasaran (RC) dan tinggi kekasaran maksimum (HU).

Prosiding Ekspose BP2TPDAS-IBB Surakarta Wonogiri, 1 Oktober 2002

Data saluran atau sungai yang meliputi parameter lebar saluran (CW) dan kekasaran saluran (koefisien Manning). Data kondisi fisik DAS lainnya yang merupakan parameter topografi, berupa elevasi rata-rata, arah lereng dan slope lereng lahan per elemen (grid). Output model ANSWERS yang berupa: Runoff (Q, mm)

- Erosi tanah rata-rata (A, t/ha) - Hasil sedimen (A-sed) = A x SDR (t/ha)

D. Analisis Data Pengujian tingkat akurasi antara runoff prediksi dari penerapan model ANSWERS dengan runoff aktual dari pengamatan (SPAS) dilakukan dengan menggunakan metode uji-t. Kalibrasi model diperlukan jika antara runoff prediksi dengan runoff aktual nilainya berbeda nyata setelah dilalukan uji-t. Selanjutnya dengan cara coba-coba (trial and error) pada nilai-nilai dari parameter-parameter inputnya diperbesar atau diperkecil yang disesuaikan dengan nilai-nilai parameter tersebut sebelumnya lebih tinggi atau lebih rendah. Pengujian terhadap output runoff antara hasil prediksi (Qp) dengan hasil pengamatan aktual (Qo) dilakukan dengan ujit sampai memberikan hasil yang tidak berbeda nyata.

IV. HASIL

A. Output Runoff (Q) Output runoff (Qp) dari model ANSWERS untuk 5 event hujan di sub DAS Keduang yang digunakan untuk uji simulasi model diperbandingkan dengan nilai runoff aktualnya (Qa) dari SPAS untuk sub DAS Keduang pada Gambar 2.

Prosiding Ekspose BP2TPDAS-IBB Surakarta Wonogiri, 1 Oktober 2002

40 35
Qa = 0.0324P
2 1.3685

Debit (Q, mm)

30 25 20 15 10 5 0 0 50
Qp = 0.0253P 2 R = 0.9006

R = 0.9512
1.4219

Qa Qp

100

150

Hujan (P, mm)

Gambar 2. Hubungan Qa vs Qp-ANSWERS di sub DAS Keduang. Dari Gambar 2 diperlihatkan bahwa antara runoff hasil prediksi dengan model ANSWERS dan runoff aktualnya garis hubungan terlihat berhimpitan, hal ini memperlihatkan antara Qp (prediksi) dengan Qa (aktual) untuk SubDAS Keduang tidak menunjukkan adanya perbedaan.

B. Output Erosi Output tingkat erosi rata-rata (Ap) hasil prediksi model ANSWERS untuk 5 event hujan di sub DAS Keduang yang digunakan untuk uji simulasi model diperbandingkan dengan nilai tingkat erosi aktualnya (Aa) diperlihatkan pada Gambar 3 .
Erosi rata-rara (t/ha) 12 10 8 6 4 2 0 0 50 100 150 Hujan (P, mm) Ep = 0.0009P 2 R = 0.9111
1.8623

Ep

Gambar 3. Hubungan A-prediksi ANSWERS vs A-aktual di sub DAS Keduang

10

Prosiding Ekspose BP2TPDAS-IBB Surakarta Wonogiri, 1 Oktober 2002

Output tingkat sedimentasi sub DAS tahunan rata-rata (Ep) dari model ANSWERS untuk data tahun 1998 dan 1999 di sub DAS Keduang yang diperbandingkan dengan nilai tingkat sedimentasi aktualnya (Ea) disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Tingkat sedimentasi sub DAS tahunan rata-rata (Ep) dari model dan aktual (Ea) di sub DAS Keduang
Tahun/SubDAS Keduang 1998 1999 48.4 54.1 19.4 68.7 - 29.0 + 14.6 Ea (t/ha/th) Ep-ANSWERS (t/ha/th) Selisih (t/ha/th)

Dari Table 1 terlihat rendahnya tingkat akurasi model ANSWERS untuk menduga tingkat sedimentasi sub DAS dengan formasi vulkanik (Keduang). Tingkat akurasi yang kurang kemungkinan disebabkan luas sub DAS Keduang cukup luas (> 10000 ha) yang mana model ANSWERS ini dianjurkan hanya untuk DAS yang berukuran < 10000 ha. Gambar 4 memperlihatkan contoh output peta tingkat erosi sub DAS Keduang hasil pemodelan ANSWERS.

Gambar 4. Output peta tingkat erosi sub DAS Keduang

11

Prosiding Ekspose BP2TPDAS-IBB Surakarta Wonogiri, 1 Oktober 2002

V. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Model ANSWERS yang diterapkan untuk per kejadian hujan-banjir dapat digunakan untuk menduga hasil erosi-sedimentasi dan runoff (Q) suatu DAS secara akurat, khususnya yang telah diterapkan di sub DAS Keduang. 2. Penggunaan ANSWERS untuk memprediksi tingkat erosi-sedimentasi subDAS tahunan masih memperlihatkan tingkat akurasi yang kurang, yaitu terjadi under estimate sebesar 29 t/ha untuk data pengujian tahun 1998 dan terjadi.over estimate sebesar 14.6 t/ha untuk data pengujian tahun 1999. 3. Untuk penerapan ANSWERS dengan luasan lebih dari 10.000 ha seperti di subDAS Keduang diperlukan data stasiun hujan yang lebih banyak, yaitu minimal 1 stasiun per 400 ha. DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, S. 1989. Pengawetan Tanah dan Air. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Asdak, C. 1995. Hidrologi Dan Pengelolaan DAS. Gajah Mada Univ. Press, Yogyakarta. Beasley, D. B., L. F. Huggins, dan E. J. Monke. 1982. Modeling sediment yields from agricultural watersheds. J. Soil and Water Conservation, 37(2):113-117. Beasley, D. B. dan Huggins. 1991. ANSWERS: User's manual (2nd ed.). Agricultural Engineering Dep. Pub. No. 5, USEPA, Region V, Chicago, IL-Purdue University, West Lafayette, IN., USA. Beasley, D. B. dan Huggins. 1991. ANSWERS: User's manual (2nd ed.). Agricultural Engineering Dep. Pub. No. 5, USEPA, Region V, Chicago, IL-Purdue University, West Lafayette, IN., USA. De Roo, A.P.J. 1993. Modelling Surface Runoff and Soil Erosion in Catchments Using GIS: Validity and Applicability of the ANSWERS Model in Two Catchments in the Loes Area of South Limburg (The Netherlands) and One in Devon (UK). Nederlandse Geografische Studies No. 157, Utrecht. Dilaha, T. A., III, D. B. Beasley, dan L. F. Huggins. 1982. Using the ANSWERS model to estimate sediment yields on construction sites. J. Soil and Water Conservation, 37(2):117-120. Ginting, A. N. dan M. A. Ilyas. 1997. Pendugaan Erosi Pada SubDAS Siulak Di Kab. Kerinci Dengan Menggunakan Model ANSWERS. Lokakarya Penetapan Pendugaan Erosi Tanah, Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam, Balitbang Kehutanan, Bogor.

12

Prosiding Ekspose BP2TPDAS-IBB Surakarta Wonogiri, 1 Oktober 2002

Ibrahim, A. B. Tinjauan Parameter Model Untuk Analisa Erosi Dan Sedimentasi. Forum Diskusi Penelitian Erosi dan Sedimentasi, Puslitbang Pengairan, Dep. PU., Bandung. Pawitan, H. 1995. Metode analisis sistem hidrologi dalam pendugaan erosi dan sedimentasi daerah aliran sungai. Forum Diskusi Penelitian Erosi dan Sedimentasi, Puslitbang Pengairan, Dep. PU., Bandung. Sri Harto, Br. 1993. Analisis Hidrologi. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Williams, J. R. 1975. Sediment Yield Prediction with Universal Equation Using Runoff Energy Factor. In Present and Prospective Tecnology for Predicting Sediment Yields and Sources, ARS-S-40, USDA-ARS, pp 244-252. Young, R.A., C.A. Onstad, D.D. Bosch, dan W.P. Anderson. 1989. AGNPS: A Nonpoint-Source Pollution Model for Evaluating Agricultural Watersheds. J. Soil and Water Conservation. 44(2): 168-173.

13

Prosiding Ekspose BP2TPDAS-IBB Surakarta Wonogiri, 1 Oktober 2002

Lampiran.

DAFTAR HADIR DALAM RANGKA EKSPOSE HASIL LITBANG TEKNOLOGI PENGELOLAAN DAS DI WONOGIRI, TANGGAL 1 OKTOBER 2002 NO. 1 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. NAMA 2 Sawali Widodo Teguh Suprapto Gembong MH FX Agus Sutrisno Djoko Sarmono, SP Supardjo Budi R Ludvi A Sri Hardoyo Bambang Suryono Sutarso Sardjito W Hermanto B Sularno Budi Suharyo Parmo Saibini Ig. Hendriyard S Heru Sutopo Djoko Purnomo S. Sugeng Suwarta, St Wartono Sri Sunarto Kasdi Ir. Sri Kuncoro, MM Kardoyo Tri Wahyudi, Ir Endang Agustin Sugnata, SP U Heryadi Ir. Sidik Purnomo Nur Zaidi Salim, S.AG R. Teguh Sobroto Sri Wahyu Widayati, MM Ngadino Suwandi Hadi Mulyono Husni Wibowo Setyo Susilo INSTANSI 3 Dinas Pertanian Karanganyar Bappeda Karanganyar LSM Persepsi LHKP LHKP LHKP Bappeda Bappeda BPDAS Solo Bag Sosek LHKP Wonogiri PKL Wonogiri Dinas Pertanian Karanganyar Pertanian Karanganyar LHKP Wonogiri LHKP Dinas Pertanian Kra. Wonogiri Dinas LHKP Wonogiri Wanperta Wonogiri LHKP Wonogiri KPDT BAPPEDA Sragen LHKP LHKP LHKP Pertanian Sukoharjo Pertanian Sukoharjo Pertanian Sukoharjo LHKP Hutbun Sragen Hutbun Sragen Deppag Komisi B DPRD LHKP DPU DPU PT. BSA BPN Bappeda Wonogiri KET. 4

14

Prosiding Ekspose BP2TPDAS-IBB Surakarta Wonogiri, 1 Oktober 2002

1 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50.

2 Edi Djoko Dihono Bambang AR Ir. Wakidi, MM Ir. Tugiyo Cony Suyatno, SP Eddy Kusyanto, SP Tri Wibowo Sikamto Soewarti, SE Nunung Puji Nugroho, S.Hut

3 Bappeda Wonogiri Din LHKP Dishutbun Sragen Dinas LHKP Dinas LHKP Sukoharjo Dinas LHKP Sekda BP2TPDAS IBB BP2TPDAS IBB BP2TPDAS IBB Surakarta, 1 Oktober 2002

Mengetahui Pemimpin Proyek Penelitian TPDAS KBI Tahun Anggaran 2002

Sekretaris,

Sri Marsono, S.IP NIP. 080 055 596

Nunung Puji Nugroho, S.Hut. NIP. 710 034 383

15

You might also like