Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 6

Efektivitas pemberian IgGl Streptococcus mutans 1 O 67 kDa sebelum Aplikasi Light Curing Fissure Sealant terhadap Jumlah Streptococcus

mutans pada Permukaan Oklusal Gigi (The Effectiveness of Monoclonal Antibody Streptococcus mutans 1 O 67 kDa before the Application Light Curing Fissuere Sealant Toward the Number of Streptococcus mutans in the Surface of Teeth Occlusal)
Muhammad LulhG*

ABSTRACT Till now caries still becomes a proble~nin all the word especially in developing countries such as bldonesia keep going slowly.At the time the caries prevention was irnprovedby giving monoclonal antibody IgG, S . mutans 1 0 67 kDa(nronoc1onnlantibody IgGl) improved to cover the lack of fissure sealant agent as the prevention ngenr of teeth caries. The aim of this srudy was lo now the effectiveness of monoclonal antibody IgGl before the application light curing fissure sealant

(sealant)forward the number of S . mutans I in the surface of teeth occlusal.


The laboratory experimentalstudy was done the IOSpieces of~nandible premolar crown tlmt were divided into 5groups, each consisted , antibody IgGl. each was Sil, 1031, 1Sil before the of 7pieces of crown. n ~ e f i r s lsecond and third group each was given n~onoclo~fal applicolion of sealant each was for 24 hours, 48 hours, and 72 hours. The fourth group was given monoclorral antibody IgG, I Oil as rhe positive control group, while thefijih group was done rhe applicatior~of sealant as the negative control group for 24 hours, 48 hours, and 72 hours. The available data was analyzed for hypothesis test by using one way anava test. The result of this study showed that there was a signiJicad difference in the group which was giver1 monoclonal nnribody IgGI volume toward rhe number of S. mutans in the surjace of occlusalteerh among the contact rime 24 hours, 48 hours, and 72 hours it also happened among all groups whether in the CONtact rime 24 hours, 48 hours, and 72 hours, there was a significant difference.Frorn this result, it that IgG, could be co~~cluded rhe s@ ojmonoclonal antibody volui~~e S . mutans 1 0 67kDa wasmore andihe itumber of S. mutans was less in the surface of teerh occlusal, and the contact time was longer among rhe teeth crown which were given monoclonal antibody volutne IgGl with S . mutans bacteria, so the number of S . mutans was less i the surface of teerh occlusal. n Key words: Streptococcus mutans, Monoclonal antibodies, light caringfissure sealanl

PENDAHULUAN
Karies adalah infeksi pada jaringan keras gigi pada enamel, dentin dan sementum oleh karena aktivitas jasad renik dalam suatu karbohidrat yangdiragikan (Kidd, 1987). Sedangkan Rosen menyatakan karies terjadi karena interaksijasadrenik(agent),inang (host),lingknngan (diet), dan sampai terjadinya lesi karies membutuhkan adanya waktu. Sampai saat ini karies masih menjadi masalah di seluruh dunia, terutama di negara berkembang seperti

Indonesia yang secara perlahan terus meningkat. Di kodya Surabaya, Nurani (1993) melakukan penelitian dengan sampel 505 anak yang berumur 4-6 tahun dengan hasil 92.1 % menderita karies dengan def (d = decayed: gigi karies yang tidak ditambal, e = exfoliated: gigi karies yang sudah atau seharusnya dicabut tetapi gigi permanen penggantinya masih lama tumbuhnya, f = f i l l e d = gigi yang sudah ditambal) 7,98. Sedangkan Tuti (1997)dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa 81.03% anak usia 4-6 tahun menderita karies aktif.

+Fvkullas kcdoktcran Gigi Unwersms Airlaogga

JBP Vo1. 6, No. 2, Mei 2004

apabiladengan agardarah menunjukkan hemolisis alfa atau gama, sedangkan pada pemeriksaan biokimia menunjukkan adanya fermentasi terhadap manitol, sorbitol, maltosa, sukrosa, laktosa, dan tidak menghidrolisis arginin (Slot dan Taubman, 1992). Setelah S.mutans teridentifikasi, kemudian dilakukan penanaman kembali pada media TYC sebagai stok bakteri Penipisan dilakukan dengan cara Bacterial Broth Dilution Methode, yaitu bakteri pada TYC (stok kuman) diambil dengan ose dan diulaskan pada BHIB lalu dimasukkanpada inkubator pada subu 37" C selama 24jam. Kemudian suspensi bakteri dibuat dengan kekeruhan menurut standar Mc Farland I (3 x 108 CFWml) untukmendapatkan konsentrasi standar pengujian (1 x 106 CFUIml) dengan cara dari suspensi standar Mc Farland I diambil 1 ml ditambab 2 ml BHIB, sebingga didapatkan konsentrasi 1 x 108 CFUIml. Kemudian dari suspensi ini ditipiskan 11100 sebingga didapatkan konsentrasi akhir 1 x 106 CFUIml. Gigi premolar pertama rabang bawah dengan kriteria gigi permanen, tidak karies, tidak berubah warna, dan tidak terjadi dekalsifikasi lalu dipotong servikalnya dengan menggunakan safeside sparating disk, selanjutnya direndam dalam NaCl0,15 M dengan pH 7,5 (Evans et al., 1977). Pengumpulan saliva yang dikeluarkan tanpa rangsangan, saliva yang terkumpul dilakukan sentrifus selama 20 menit pada 2000 rpm untuk mendapatkan supernatan (Evans et al., 1977). Dilakukan sterilisasi pada supernatan saliva dengan cara dimasukkan pada syringe injeksi 5 ml, kemudian disaring denganfilter unit millipore 0,2pm yang dipasang pada tempat jarum syringe tersebut (Darwazeh et al., 1991). Saliva steril dimasukkan ke dalam tabung reaksi steril, untuk persiapan pembentukan pelikel pada permukaan gigi. Mahkota gigi premolar pertama rahang bawah dicuci dan direndam padaNaCl0,15M, dilakukan sterilisasi dnlam PBS dengan autoclave 121C selama 15 menit. Permukaan enamel yang akan ditutup dibersihkan dengan rubber, lalu dietsa selama 20 detik lalu disiram air, dikeringkin lalu diulas dengan supernatan antibodi monoklonal IgG, masing-masing gigi sebanyak 5 p l , 1 0 ~ 115 pl. Setelah 2 , menit masing-masing gigi ditutup dengan light curing fissure sealant. Sebagai kontrol positif diulas light curing

fissure sealant dan kontrol negatifnya diulas supernatan antibodi monoklonal IgG,. Lalu direndam dalam saliva steril selama 1 jam, kemudian dibilas dengan PBS 2 kali. Dimasukkan dalam tabung reaksi yang berisi suspensi S. mutans, kemudian diinkubasi selama 24, 48, dan 72 jam pada suhu 37' C. Gigi diambil lalu dimasukkan dalam media BHIB 5 ml dan dilakukan vibrasi dengan vortex selama 30 detik, selanjutnya dilakuktin perhitungan jumlah S. mutans dari nilai absorbsi yang diperoleh dari spektrofotometer dengan cara sebagai berikut (Stainer et al, 1987): Membuat standar kekeruhan Mc Farland I dari 0.1 ml barium clorida 1,175% dengan 0,9 ml sulfuric acid 1%. Standar Mc Farland I dimasukkan dala cuvette dan dicari panjang gelombangnya sebagai standar panjang gelombang. Mengukur absorbsi dari Mc Farland I, akuades, media BHIB dan media BHIB dengan S. mutans dengan panjang gelombang yang sama dengan cara masingmasing bahan dimasukkan dalam cuvette. Didapatkan hasil akhir dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan: Konsentrasi bakteri Mc Farland I sama dengan 3 x lo8 per milliliter Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji Anava satu arah pada tingkat kepercayaan 95% dan diuji LSD untuk melihat pengaruh waktu kontak terhadap jumlah S mutans pada permukaan oklusal gigi dan uji Dunnett . untuk melihat pengaruh pemberian volume antibodi monoklonal IgG, terhadap jumlah S. mutans pada permukaan oklusal gigi. HASIL DAN DISKUSI Hasil penghitungan rata-rata jumlah S. mutans pada permukaan oklusal gigi setelah pemberian antibodi monoklonal IgG, sebanyak 5 pl, 10 p l , 15 p l sebelum aplikasi light criringfissure sealant (AbMo 5p1 +sealant), (AbMo 10/11+ sealant). (AbMo 15 p l +sealant), kontrol negatif (sealant), kontrol positif (AbMo 10p1), dengan berbagai waktu kontak yaitu 24,48, dan 72 jam.

Tabel 1 Hasil rata-rata jumlah S. mutans pada kelompok . perlakuan, kontrol negatif (sealant), kontrnl positif (AbMo lo@), pada waktu kontak 24,48, dan 72 jam Waktu kontak Jumlah Sireptacoccus mutans (dalam x 10' Volume Antibody Monoclonal IgGl S mutans 67 kDA 5P1 10P1 15P1 Rontrol
(+)

Kontrol

(-1
Sealant

24jam 0,410 48jam 0,258 72 jam 0,216

0,240 0,181 0,074

0,146 0,106 0,058

AbMo IgGi 10P1 0,064 0,041 0,034

0,711 0,806 0,906

Berdasarkanpadatabel I di atas, dapat diketahui bahwa semakin tinggi volume antibodi monoklonal IgG, yang diberikan pada permukaan oklusal gigi sebelum aplikasi light curingfissure sealant maka semakin sedikit jumlah S. mutans pada permukaan oklusal gigi, begitu juga dengan bertambahnya waktu kontak maka seamakin sedikit pula jumlah S. mutans pada permukaan oklusal gigi. Dari ketiga kelompok perlakuan paling efektif menurunkan jumlah S. mutans pada permukaan oklusal gigi adalah pada kelompok pemberian 15 p l antibodi monoklonal IgG,. Hasil yang sama juga didapatkan pada kelompok kontrol positif (AbMo 10 p1) di mana terdapat kecenderungan semakin lama waktu kontak yang dipergunakan maka semakin sedikit jumlah S. mutans pada permukaan oklnsal gigi. Sebaliknya pada kelompok kontrol negatif (sealant) terdapat kecenderungan jumlah S. muians pada permukaan oklusal gigi relatif meningkat dengan bertambahnya waktu kontak.

. Gambar 1 Grafik perbedaan rerata jumlah S. rmtrans (x 108) pada permukaan oklusal gigi setelah 1 pemberian AbMo 5 pl + sealant, AbMo 1 0 ~ + sealam, AbMo IS pl + sealani, kontrol negauf (sealanr), kontrol positif (AhMo 10 p1) dengan berbagai waktu kontak yaitu 24,48, dan 72 jam

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata jumlah S. mutans pada permukaan oklusal gigi pada kelompok perlakuan, yaitu pemberian antibodi monoklonal IgG, sehanyak 5 PI, 10 PI, 1 5 ~ 1sebelum aplikasi light curingfissure sealant, dengan , bertambahnya waktu kontak jumlah S. mutans pada permukaan oklusal gigi semakin sedikit. Selanjutnya yang terjadi pada kelompok kontrol positif (AbMo IOpI), tetapi sebaliknya pada kelompok kontrol negatif (sealant) justru dengan bertambahnya waktu kontak terjadi peningkatan jumlah S. mutans. Hal ini disebabkan karena antibodi monoklonal IgG, yang diberikan sebelum aplikari light curingfissure sealant tidak mengalami kerusaknn setelah proses polimerisasi dari bahan fissure sealant, walaupun proses polimerisasi dari hahan fissure sealant adalah terbentuknya radikal behas oleh karena adanya paparan sinar tampak dengan panjang gelombang kira-kira 468 nm menghasilkan keadaan eksitasi dari photoionomer dan berinteraksi dengan amin (Annusavice, 1996). Kestabilan antibodi monoklonal IgG, dalam bahanfissure sealant ini disebabkan pada saat produksi pembuatan dan pemurnian antibodi monoklonal IgG, tersebut dilakukan dengan pemberian polyethylene glycol (PEG) (Devianti, 2003). Selain itu, karena koefisien muai panas resin BisGMA sebagai bahansealant 13,3 x 1@60C,sedangkan temperatur maksimal yang masih dapat diterima oleh permukaan sealant adalah 44-49" C dengan rata-rata suhu 45" C. (Simmons, Barghi dan Moscott, 1976). Sedangkan antibodi monoklonal IgG, masih tahan atau tidak rusak apabila dipanaskan atau terkena panas sampai pada suhu 56" C (Soerodjo, 2001). Dalam proses menurunkan jumlah S. mutans pada permukaan oklusal gigi antibodi monoklonal IgG, release atau keluar melalui kebocoran dari tepi bahanfissuresealant yang telah diaplikasikan oleh karena suhu lingkungan akibat perbedaan koefisien muai panas antara bahansealant dan gigi (Wahluyo dkk., 1993). Adanya kebocoran bahan fissure sealant tersehut menyebabkan antibodi monoklonal IgG, keluar dan melekat pada pelikel saliva di permukaan gigi. Setelah itu S. mutans terikat pada antibodi monoklonal IgG, selama interaksi awal yang irreversible antara hak!eri dan aqcuired pellicle. Selanjutnya antibodi monoklonal IgG, tersehut bereaksi secara spesifik dengan antigenik determinan (SAU 11) yang diekspersikan pada permukaan sel bakteri yang bersifat hidrofobik dan sebagai adhesin. Baru setelah itu S. mutans diopsonisasi oleh antibodi monoklonal IgG, tesebut sehingga jumlah S. mutans pada permukaan oklusal gigi tersebut berkurang (Lehner, Caldwell dan Smith, 1985).

JBP Vd. 6, No. 2, Mei 2004: 63-68

Menurut Lehner et 01. (1980) dalam melakukan imunisasi pasif lokal dengan pemakaian berulang antibodi monoklonal IgG, terhadap SA VJI pada gigi awal dari kera rhesus dapat mencegah kolonisasi S. mutans yang signifikan pada permukaan halus dan kasar gigi. Begitujuga Ma dan L e h n e r (1980) melakukan penelitian tentang pencegahan kolonisasi S. mutans dengan aplikasi secara topikal dari antibodi monoklonal pada manusia yang hasilnya menunjukkan bahwa pemberian antibodi monoklonal IgG, terhadap antigen permukaan sel (SA U 11) sebanyak 10 pl. yang diaplikasikan pada permukaan bukal, lingual, dan fissure gigi mampu menurunkan kolonisasi S. nnitans pada permukaan gigi. Adanya perbedaan yang bermakna (p = 0,000) dan (p = 0,001) dari jumlah S. mutans pada permukaan oklusal gigi pada kelompok perlakuan yaitu pemberian antibodi monoklonal IgG, sebanyak 5 p l dan lop1 sebelum aplikasi helioseal light curingfissure sealant berdasarkan lamanya waktu kontak yaitu 24 jam, 48 jam dan 7 2 jam. Hal ini disebabkan karena antibodi monoklonal IgG, yang lepas dari bahanfissure sealant masih berlangsung sampai pada waktu kontak 72 jam sehingga jumlah S. mutans yang menempel pada permukaanoklusal gigi menjadi berkurang. Begitu juga pada kelompok pemberian antibodi monoklonal IgG, sebanyak 15 p l sebelum aplikasi light curing fissure sealant, tetapi pada kelompok ini tidak menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna (p = 0,113). Pada kelompok kontrol positif yaitu pemberian antibodi monoklonal IgG, sebanyakl0 p l juga terjadi penurunan jumlah S. mutans pada permukaan oklusal gigi dengan bertambahnya waktu kontak, tetapi tidak menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna (p = 0,600). Sedangkan pada kelompok kontrol negatif yaitu aplikasi light curingfissure sealant justru sebaliknya, dengan bertambahnya waktu kontak makajumlah S. mutans pada permukaan oklusal gigi semakin meningkat tetapi tidak menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna, ha1 ini disebabkan karena bahanfssure sealant yang digunakan tidak mengandung fluoride sehingga efek bakteri bahan tersebut tidak ada karena fluoride dapat merusak dinding sel bakteri S. nnitans, sehingga terjadi perubahan peptidoglikan yang dapat melisiskan sel bakteri S. mutans, selain itu fluoride juga menghambat aktivitas enolase di mana penghambatan enzim ini akan menurunkan fosfoenolpinrvat (PEP) yang dibutuhkan untuk transportasi gula ke &lam sel, akibatnya glikolisis dan sintesis glukan intrasellular terhambat (Hamilton, 1990). Sedangkan

Gibbsons dan Van Houte, (1998) dalam penelitiannya menyatakan bahwa ion fluoride mampu mengganggu enzim sel bakteri sehingga terjadi gangguan fungsi fisiologis yang mengakibatkan terjadinya gangguan metabolisme. Jadi oleh karena bahanfissure sealant yang digunakan pada penelitian ini tidak mengandung fluoride maka efek bakteri bahan tersebut tidak ada sehinggajumlah S. rmrtans padaoermukaan oklusal gigi semakin meningkat dengan bertambahnya waktu kontak. Adanya perbedaan yang bermakna (p = 0.00). (p = 0,OO) dail'(p = 0,OO) dari jumlah S. mutans pada permukaan oklusal gigi pada waktu kontak 24, 48, dan 72 jam akibat penambahan volume antibodi monoklonal IgG, yang diberikan sebelum aplikasi light crrringfissure sealant. Hal ini disebabkan karena semakin banyak volume antibodi monoklonal IgG, yang diberikan maka semakin banyak antibodi monoklonal IgG, yang lepas dari tepi bahanfissure sealnnf yang mengalami kebocoran akibat perbedaan koefisien muai panas dari bahan sealant dan gigi (Wahluyo dkk., 1993). Sehingga proses opsonisasi oleh antibodi monoklonal IgG, semakin besar, dengan demikian jumlah S. mutans pada permukaan oklusal gigi semakin kecil dengan penambahan volume antibodi monoklonal IgG, tersebut. Pada kelompok kontrol negatif yaitu aplikasi light curingjissure sealant dan keiompok kontrol positif yaitu pemberian antibodi monoklonal IgG, sebanyak 10 p1. terdapat perbedaan jumlah S. mutans pada permukaan oklusal gigi di mana pada kelompok kontrol positif (AbMo IgG, IOpl) pada waktu kontak 24,48, dan 72 jam jumlah S. mutans pada permukaan oklusal gigi jauh lebih sedikit dibanding kelompok kontrol negatif (sealant). Hal ini dikarenakan pada kelompok kontrol positif antibodi monoklonal IgG, dalam melakukan proses opsonisasi terhadap S. mutans pada permukaan oklusal gigi tidak terhambat oleh bahanfissure sealant sehingga efek yang ditimbulkan semakin besar. Hal sebaliknya terjadi pada kelompok kontrol negatif (sealant) di mana bahan ini tidak mengandung antibakteri karena bahan yang dipakai tidak. mengandung fluoride sehingga jumlah S. nlritans yang menempel pada permukaan oklusal gigi relatif besar.

SIMPULAN DAN SARAN


Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa pemberian antibodi monoklonal IgG, sebanyak 151~1 sebelum aplikasi light curingfissure sealant efektif menurunkan jumlah S. mutans pada permukaan oklnsal gigi.dan jumlah S. nlutnns paling sedikit pada waktu kontak 72 jam.

D A F T A R PUSTAKA Annusavice JK. 1996. Phillips Science of Dental Materials, IO'h ed. WB SAunders Co., Philadelpia, London, Toronto, Montreal, Sydney, Tokyo, pp: 69-298. Bodecker CF, 1924. Microscopic Study of Enamel Fissure wilh Refeence to Their Operative Treatment, Dental Cosmos, 64:1054-67. Bounocore MG, 1955. A Simple Methode of Increasing The Adhesive of Acrylic Filling Materials to Enamel Surface, J. Dent. Rest., 34: 849-53. Darwazeh AMG, Mc Farland TW, Mc Culsti A, Larney PJ, 1991. Mixed Salivary Glucose Levels and Candidal Cariage in Palie~t Diabetes Mellitus, J Oral Path. Med, 20: 280-83. Devianti R. 2003. Antibodi Monoklonal Slreprococcus mutans 1 0 67 kDa dalam Pasta Gigi untuk Menghambat Pertumbuhan Srreprococcusrnurans, Program Pascasajana Universitas Airlangga, Surabaya, pp: 69: Evans RT, Baker PJ, Genco RJ, Coburn RA, 1977. Comparation of Antiplaque Agents Using an in vitro Assay Reflecting Oral Condition, J. Dent. Res, 56: 559-66. Gibbsons RJ, Van IIoute J, 1998. Bacterial Adherence and Formalionsof Dental Plaque, EH Beachey ChapmannHall, London. pp: 1-104. llamilton LR, 1990. Biocheical Effect of Fluoride on Oral Bacteria. J. Dent. Rest.. 69: 660-67. IIicks MJ, 1994. The Acid EtchTechnique in Caries Prevention, Pit and Fissure Sealant and Preventi ve Resin Restoration. Dahm Pediatric Dentistly Trough infancy Adolescent 2nd Ed.Philadclphia Sounders Co., pp: 451-80. Hyatt TP, 1993. Prophylactic Odontomy: The Cutting of the Toolh for The Prevention of Desease, Dent Cosmos, 65: 234-41. Kidd EAM, 1987. Essential of Dental Caries, 10P. Publshing Ltd., pp. 9-13. Lehner T, Caldwell J, Russel MW, 1980. Immunisation with a Purifed Protein from Slrepfococcusrnurans Againts Dental Caries in Rhesus Monkey, pp: 995-96. Lehner T, Caldwell J, Smith R, 1985. Local Passive Immunization by Monoclonal Antibodies Againts SVetococcal Antigen MI in The Preventive ofDental Caries Infection and Immunity. 50: pp: 796-99. Lehner T, 1993. Immunology of Dental Caries. In Lehner T. Immunology of Oral Desease, 3'* London Blackwel Scientific Publications, pp. 68-79. Mandel I, 1989. Current Cqnsept of Caries Etiology, In: Newbum E, Cariology, 3rd Ed. Chicago. Quintensence Publishing Co., Inc., 29-30.

Mathewson RI, Primosch RE, Sanger RE, Robertson D, 1992. Fundamentals of Dentistry for Children Vol. 1. Complete guide to Comprehenshive Dental Care for Child and Adoloscent, Quentensence Publishing Co. Inc., Chicago. Berlin, Rio de Janeiro, Tokyo, pp: 173-95. Nurani P, 1993. Prevalensi Karies Anak Usia4-6 Tahun di Kodya Surabaya, Lemhaga Penelitian Universitas Airlangga. RosenS, Willet HP, White RR. 1991. Dental Caries in Essensial Dental Microbiology Appleton and Lange, A Publishing Division of Prentice Hall, pp: 341 55. Russel RRB,1994. The Application of 'Xolecular Genetics to the Microbiology of Dental Caries, Caries Res. 28: 69-82. Simmons EA, Barghi N, Moscott JR, 1976. Thennocycling of Pit and Fissure Sealant, 1. Dent. Rest., 155: 606-7. Slot J, Taubman MA, 1992. Contemporary Oral Microbiology and Immunology, Moshy Year Book, pp: 377-414, 524-69. Soerodjo TS, 1989. Respons Imun Humoral terhadap Slreplococcusrnulans Sehubupgan dengan Penyakit Karies Gigi, Disertasi, Universitas Airlangga. Soerodjo TS, 2001. Pembuatan dan Pemurnian Antibodi Monoklonal terhadap Protein 67kDaStreplococces murans 1 serotipe c (Dalam Penulisan). Stainer YR, Ingraham JL, Wheelis ML, Painter PR, 1987 General Microbiology, 5th Ed. London. Macmillan Education Ltd., pp: 186-87. S. Theororidou-Pahini, K. Tolidis, and Y. Papadoqiannis. 1996. Degree of Mikroleakage of Some Pit and Fissure Sealants as in Vitro Study. Departement of operative Dentistry, Aristotle University of Thessaloniki, Greece 6: 173.176. Tuti K, 1997. Huhungan antara Jumlah Srreptococcusmuransdan Lactobacilus sp. di dalam Saliva Anak TK dengan Indek Karies, Tesis Program Pascasarjana Universitas Airlangga Surabaya. Volker JF, Russel DL, 1973. The Epidemiology Dental Caries in Finn SB, Editor Clinical Pedodontics 4"'. Ed. Philadelphia, London,Toronto, WB. Sounders Co, pp: 454-74. WahluyoS. dkk., 1993. PengmhSuhu terhadap KebocoranTepi Fissure Sealanr dengan Menggunakan Bahan Resin Bis GMA, Penelitian llmiah Lembaga Penelitian Universitas Airlangga, pp: 2. Wu J, Co MU, Kuramatsu IIK, 1995. Expression, Purification, Characterization of Novel G Protein, SGP, from Slreprococcus nmlans Infect Irmnun, pp: 2516-21.

I B P Vol. 6, No. 2, Mei 2004: 63-68

You might also like