Strategi Gabungan Ceramah Dan Simulasi

You might also like

Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 73

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Di dalam belajar-mengajar guru harus memiliki strategi, agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah harus menguasai teknik-teknik penyajian, atau biasanya disebut metode pengajaran. Teknik penyajian pelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara pengajaran yang dipergunakan oleh guru atau instruktur. Pengertian lain ialah sebagai teknik penyajian yang dikuasai oleh guru untuk mengajar atau

penyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas , agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami dan digunakan oleh siswa dengan baik. Di dalam kenyataan cara atau metode mengajar atau teknik penyajian yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan informasi atau massage lisan kepada siswa berbeda degnan cara yang ditempuh untuk memantapkan siswa dalam menguasai pengetahuan, ketrampilan serta sikap. Metode yang digunakan untuk memotivasi siswa agar mampu menggunakan pengetahuannya untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi ataupun untuk menjawab suatu pertanyaan akan berbeda dengan metode yang digunakan untuk tujuan agar siswa mampu berpikir dan mengemukakan pendapatnya sendiri di dalam menghadapi segala persoalan.

Kita mengenal bermacam-macam teknik penyajian dari yang tradisional, yang diguakan dahulu kala, tetapi juga yang modern, yang digunakan baru akhirakhir ini. Perkembangan selanjutnya para ahli masih perlu mengadakan penelitian dan eksperimen agar dapat menemukan teknik penyajian yang dipandang paling efektif untuk pelajaran tertentu, apakah hal itu akan terjawab, kita serahkan pada hasil penelitian para ahli tersebut. Dari bermacam-macam teknik mengajar itu, ada yang menekankan peranan guru yang utama dalam pelaksanakaan penyajian, tetapi ada pula yang menekankan pada media hasil teknologi modern seperti televise, radio, kasset, video-tape, film, head projector, mesin belajar dan lain-lain, bahkan telah menggunakan bantuan satelit. Ada pula teknik penyajian yang hanya digunakan untuk sejumlah siswa yang terbatas, tetapi ada pula yang digunakan untuk sejumlah siswa yang tidak terbatas. Metode mengajar yang guru gunakan dalam setiap kali pertemuan bukanlah asal pakai, tetapi setelah melalui seleksi yang berkesesuaian dengan perumusan tujuan intruksional khusus, sebab dalam kegiatan belajar mengajar bukan semata persoalan menceritakan. Belajar bukanlah konsekuensi otomatis dari perenungan informasi ke dalam benak siswa. Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri. Penjelasan dna pemeragaan semata tidak akan membuahkan hasil belajar yang langgeng. Yang bias membuahkan hasil belajar yang langgeng hanyalah kegiatan belajar aktif.

Agar belajar menjadi aktif siswa harus mengerjakan banyak sekali tugas. Mereka harus menggunakan otak, mengkaji gagasan, memecahkan masalah dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif harus gesit, menyenangkan, bersemangat dan penuh gairah. Siswa bahkan sering meninggalkan tempat duduk mereka, bergerak leluasa dan berfikir keras (movong about dan thinking alound) Untuk bias mempelajari sesuatu dengan baik, kita perlu mendengar, melihat, mengajukan pertanyaan tentangnya dan membahasnya dengan orang lain. Bukan Cuma itu, siswa perlu mengerjakannya, yakni menggambarkan sesuatu dengan cara mereka sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba mempraktekkan keterampilan dan mengerjakan tugas yang menuntut

pengetahuan yang telah atau harus mereka dapatkan. Dengan menyadari gejala-gejala atau kenyataan tersebut diatas, maka dalam penelitian ini penuliis mengambuil judul Meningkatkan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Kewarganegaraan Dengan Menerapkan Strategi Pembelajaran Kontekstual Model Pengajaran Gabungan Ceramah dan Simulasi Pada Siswa kelastahun pelajaran.

B. Rumusan Masalah Bertitik tolak dari latar belakang diats maka penulis merumuskan permasalahannya sebagai berikut:

1. Apakah penerapan pembelajaran kontekstual model pengajaran Gabungan Ceramah dan Simulasi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa terhadap materi pelajaran Kewarganegaraan pada siswa kelas .? 2. Bagaimanakah pengaruh pembelajaran kontekstual model pengajaran Gabungan Ceramah dan Simulasi dalam meningkatkan motivasi, minat, perhatian dan partisipasi belajar kewarganegaraan pada siswa kelas.?

C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk : 1. Ingin mengetahui bagaimanakah peningkatan prestasi belajar

kewarganegaraan setelah diterapkan pembelajaran kontekstuial model pengajaran Gabungan Ceramah dan Simulasi ..? 2. Ingin mengetahui pengaruh pembelajaran kontekstual model pengajaran Gabungan Ceramah dan Simulasi dalam meningkatkan prestasi dan motivasi belajar terhadap materi pelajaran. Kewarganegaraan setelah diterapkan pembelajaran kontekstual model pengajaran Gabungan Ceramah dan Simulasi pada siswa kelas .. pada siswa kelas

D.

Kegunaan Penelitian Adapun maksud penulis mengadakan penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi: 1. Memberikan informasi tentang model pembelajaran yang sesuai dengan proses belajar mengajar kewarganegaraan. 2. Meningkatkan prestasi dan motivasi pada pelajaran kewarganegaraan 3. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang peranan guru

dalam meningkatkan pemahaman siswa belajar Kewarganegaraan 4. Sebagai penentu kebijakan dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran kewarganegaraan. 5. Menerapkan metode yang tepat sesuai dengan materi pelajaran Kewarganegaraan.

E.

Definisi Operasional Variabel Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini maka perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut: 1. Metode Ceramah adalah: Adalah suatu cara penyampain bahan pelajaran dengan

komunikasi lisan. 2. Metode simulasi adalah: Tingkah laku seseorang untuk berlaku seperti orang yang dimaksudkan, dengan tujuan agar orang itu dapat

mempelajari lebih mendalam tentang bagaimana orang itu

merasa dan berbuat sesuatu. Jadi siswa itu berlatih memegang perenan sebagai orang lain 3. Motivasi belajar adalah: Dorongan dan kemauan belajar yang dinyatakan dalam nilai atau skor yang setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar. 4. Prestasi belajar adalah: Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor, setelah siswa mengikuti pelajaran. F. Batasan Masalah 1. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa kelas

..tahun pelajaran. 2. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Sepetember semester ganjil tahun pelajaran 3. Materi yang disampaikan adalah ppokok bahasan..

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar 1. Pengertian Belajar Pengertian belajar sudah banyak dikemukakan dalam kepustakaan. Yang dimaksud belajar yaitu perbuatan murid dalam bidang material, formal serta fungsional pada umumnya dan bidang intelektual pada khususnya. Jadi belajar merupakan hal yang pokok. Belajar merupakan suatu perbuatan pada sikap dan tingkah laku yang lebih baik, tetapi kemungkinan mengarah pada tingkah laku yang lebih buruk. Untuk dapat disebut belajarm maka perubahan harus merupakan akhir dari pada periode yang cukup panjang. Berapa lama waktu itu berlangsung sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaklah merupakan akhir dari suatu periode yang mungkin berlangsung berhasi-hari , bermingguminggu, berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Belajar merupakan suatu proses yanbg tidak dapat dilihat dengan nyata prose situ terjadi dalam diri seseorang yang sedang mengalami belajar. Jadi yang dimaksud dengan belajar bukan tingkah laku yang nampak, tetapi prosesnya terjadi secara internal di dalam diri indivdu dalam penguasaan memperoleh hubungan-hubungan baru.

2. Pengertian Prestasi Belajar

Sebelum dijelaskan pengertian mengenai prestasi belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan tentang pengertian prestasi. Prestasi adalah hasil ynag telah dicapai. Dengan demikian bahwa prestasi merupakan hasul yang telah dicapai oleh seseorang setelah melakukan sesuatu pekerjaan/aktivitas tertentu. Jadi prestasi adalah hasil yang telah dicapai oleh karena itu semua individu dengan adanya belajar hasilnya dapat dicapai. Setiap individu belajar menginginkan hasil yang baik mungkin. Oleh karena itu setiap individu harus belajar dengan sebaik-baiknya supaya prestasinya berhasil degna baik. Sedan pengertian prestasi juga ada yang mengatakan prestasi adalah kemampuan. Kemampuan di sini berarti yang dimampui individu dalam mengerjakan sesuatu. 3. Pedoman Cara Belajar Untuk memperoleh prestasi/hasl belajar yang baik dilakukan dengan baik dan pedoman cara yang tepat. Setiap orang mempunyai cara atau pedoman sendiri-sendiri dalam belajar. Pedoman/cara yang satu cocok digunakan oleh seorang siswa, tetapi mungkin kurang sesuai untuk anak/siswa yang lain. Hal ini disebabkan karena mempunyai perbedaan

individu dalam hal kemampuan, kecepatan dan kepekaan dalam menerima materi pelajaran. Oleh Karen itu tidaklah ada suatu petunjuk yang pasti yang harus dikerjakan oleh seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Tetapi factor yang paling menentukan keberhasilan belajar adalah para siswa itu

sendiri. Untuk dapat mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya harus mempunyai kebiasaan belajar yang baik.

B. Faktot-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar 1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Adapun factor-faktor itu dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu a. Factor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang kita sebut factor individu. Yang termasuk ke dalam factor individu antara lain faktor kematangan atau pertumbuhan, kecerdasaran, latihan, motivasi dan faktor pribadi. b. Faktor yang ada pada luar individu yang kita sebut dengan faktor social Sedangkan yang faktor social antara lain faktor keluarga, keadaan rumah tangga, guru dan cara dalam mengajarkannya, lingkungan dan kesempatan yang ada atau tersedia dan motivasi social. Berdasarkan faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar di atas menunjukkan bahwa belajar itu merupakan proses yang cukup kompleks. Artinya pelaksanaan dan hasilnya sangat ditentukan oleh faktor-faktor di atas, bagi siswa yang berada dalam faktor yang mendukung kegiatan belajar akan dapat dilalui dengan lancer dan pada gilirannya akan memperoleh prestasi atau hasil belajar yang baik. Sebaliknya bagi siswa yang berada dalam kondisi belajar yang tidak menguntungkan dalam arti tidak ditunjang atau di dukung oleh faktorfaktor diatas, maka kegiatan atau proses belajarnya akan terhambat atau menemui kesulitan.

2. Pengertian, Tujuan dan Fungsi Kewarganegaraan a. Pengertian Pendidikan Pancasia dan Kewarganegaraan Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan ditetapkan atas dasar ketentuan yang tersirat dalam Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 pasal 39 ayat (1) Penjelasan pasal tersebut menyatakan Pendidikan Pancasila megarahkan perhatian pada model yang diharapkan dapat diwujudkannya dalam kehidupan sehari-hari, yaitu perilaku yang memancarkan nilainilai Pancasila Dirjen Dikdasmen, 1989:5). Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan pada dasarnya merupakan usaha untuk membekali dan

peserta didk dengan kemampuan dan sikap serta pengetahuan ketrampilan dasar agar dapat tumbuh menjadi

pribadi, anggota

masyarakat, dan warga Negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan Negara dengan didasari nilai dan norma Pancasila. Sejalan dengan pengertian itu, pendekatan kemampuan tanpa mengabaikan adanya pemahaman terhadap konsep-konsep pengetahuannya. Dalam Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 pasal 39 ayat (3), dalam penjelasannya menyatakan sebagai berikut, sebutan-sebutan pada ayat (3) bukan nama mata pelajaran, melainkan sebuatan yang mengacu pada pembentukan kepribadian dan unsure-unsur kemampuan yang diajarkan dan dikembangkan melalui pendidikan dasar. Lebih dari satu unsure tersebut dapat digabungkan dalam satu mata pelajaran atau

sebaliknya satu unsur dapat dibagi menjadi lebih dari satu mata pelajaran.

10

Berdasarkan penjelasan di atas dan prinsip penyederhanaan yang digunakan dalam pengembangan kurikulum, Pendidikan Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan disatukan menjadi satu mata pelajaran dengan sebutan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

(Kewarganegaraan) b. Tujuan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Sebagaimana fungsi pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraaan, maka tujuan Pendidikan nasional, tujuan setiap jenjang pendidikan, serta tahap perkembangan peserta didik yang didasarkan pada nilai morall Pancasila dalam kehidupan seharu-hari merupakan bekal untuk mengikuti pendidikan pada jenjang selanjutnya. c. Fungsi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Penentuan fungsi Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan didasarkan pada tahap perkembangan peserta didik. Makin tinggi taraf perkembangan peserta didik makin meluas fungsi pendidikan pancasila dan kewarganegaraan. Dalam bagian pendahuluan pengajaran

Kewarganegaraan dirumuskan dalam 3 jenjang sesuai dengan satuan pendidikan dengan rincian sebagai berikut: 1. Mengambangkan dan melestarikan nilai luhur Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. 2. Mengambangkan dan membina siswa agar sadar akan hak dan kewajiban taat pada peraturan yang berlaku serta berbudi pekerti luhur.

11

3. Membina siswa agar memahami dan menyadari hubungan antara sesame anggota keluarga, sekolah dan masyarakat serta dalam kehidupan berbangsa dan bernegara (Depdikbud, 1994:1)

C. Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi Istilah motivasi menunjuk kepada semua gejala yang terkandung dalam stimulus tindakan kea rah tujuan tertentu di mana sebelumnya tidak ada gerakan menuju kea rah tujuan tersebut. Motivasi dapat berupa dorongandorongan dasar atau internal dan insentif di di luar diri individu atau hadiah. Sebagai suatu masalah di dalam kelas, motivasi adalah proses

membangkitkan, mempertahankan dan mengontrol minat-minat. Suatu prinsip yang mendasari tingkah laku ialah bahwa individu selalu mengambil jalan pendek menuju suatu tujuan. Orang dewasa mungkin

berpandangan bawah di dalam kelas para siswa harus mengabdikan dirinya kepada penguasaan kurikulum. Akan tetapi para siswa tidak selalu melihat tugas-tugas sekolah sebagai jalan terbaik yang menujui kearah kebebasan , produktivitas , kedewasaan atau apa saja yang dipandang mereka sebagai perkembangan yang disukai. Dalam hubungan ini tugas guru adalah menolong mereka untuk memilihj topic, kegiatan atau tujuan yang

bermanfaat baimk untuk jangka panjang maupun jangka pendek.

D. Motivasi Belajar Remaja

12

1. Harapan untuk sukses dalam memecahkan masalah tingkah laku Untuk memecahkan masalah tingkah laku a. Kesulitan tugas yang dipelajari dan banyaknya pengalaman yang telah dimiliki individu untuk mengerjakan tugas yang sama. (Sulit mempelajari sejumlah pengalaman dalam waktu yang sama) b. Penggunaan situasi yang tepat untuk memecahkan masalah yang khusus.Ada dua kemungkinan memecahkan masalah itu, yaitu gagal

dalam arti tidak tercapai tujuan atau sukses dalam arti berhasil apa yang diharapkan. Untuk membuktikan kelompok mana yang berhasil baik ada empat kelompok percobaan yaitu: a. Kelompok yang diberi dorongan b. Kelompok yang diberi rintangan (tak diberi dorongan) c. Kombinasi kelompok a dan b d. Kelompok pengontrol yang tidak diberi penguatan verbal. 2. Tinjauan masa Depan yang Optimistis dan Prestasi Akademis Tujuan memberikan arah bagi perilaku sekaligus memberi motivasi untuk bekerja pada saat itu. Individu yang berprestas akademi tinggi

tampaknya ditandai oleh sikap-sikap yang lebih optimis dan pemusatan perhatiannya lebih tinggi terhadap tujuan-tujuan masa mendatang. Menurut teori Eston yang sejalan teori Lewi, bila dalam diskusi para pengelola selalu membicarakan masa akan yang akan dating, berarti mereka mempunyai harapan positif dan optimis. Sebaliknya , mereka yang kurang

13

perhatian, tanpa konsentrasi, berarti harapanny6a pendek dan prestasinya rendah. 3. Motivasi siswa dalam Hubungan degnan Aktivitas Dorongan Sosial Menurut teori Boyle M.Bortner ( dalam Halamik, Oemar, 2000:179), guru tidak selalu dapat menciptakan motivasi, sedangkan motivasi adalah dasar untuk setiap usaha dan berpengaruh terhadap pihak lain. Contohnya pembuat iklan, penerbit, mandor, dan hakim, selalu memikirkan motivasi. Begitu pula guru harus disukai oleh ynag lain. Motivasi itu sangat penting dan menentukan kegiatan dalam belajar. Bila remaja tidak punya motivasi maka guru tidak menjamin penepatan siswa di kelas tertentu, baik kegiatan belajarnya maupun keberhasilannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi ialah umur, kondisi fusuk dan kekuatan intelegensi yang juga harus dipertimbangkan dalam hal ini. Motivasi sangat penging karena suatu kelompok yang tidak punya motvasi (belajarnya kurang atau tidak berhasil). Dengan demikan, motivasi harus dikembangkan berdasarkan pertimbangan perbedaan individual. Secara umum semua manusia membutuhkan motivasi untuk giat bekerja kecuali (mungkin0 orang yang sudah tua dan orang yang sedang sakit. 4. Dorongan Aktivitas Hampir setiap orang menyukai situasi yang menyediakan pekerjaan. hal ini dapat kita lihat misalnya anak kecil biasanya suka berlari, meloncat, berteriak, bermain membangun remaja biasanya belajar berorganisasi, hobi dan membuat rencana. Ini

berpartisipasi, menari, mengembangkan

14

berarti bahwa guru harus melihat dan memperhatikan siswa mana yang aktif dan kreatif sehigga perlu diberi kesempatan untuk aktif. Guru membantu siswa yang mendapat kesulitan atau suatu masalah. Ia memberikan petunjuk dan demonstrasi, melaksanakan karyawisata, survey, wawancara dengan warga masyarakat dan sebagainya. 5. Dorongan untuk merasa aman Remaja mempunyai motif yang kuat untuk mengembangkan minat dan memperoleh pekerjaan, berdiri sendiri, mengubah status social, dan mengembangkan emosi yang normal. Motivasi dapat digunakan sebaai alat dalam prosedur belajar-mengajar dengan demikian , guru harus membantu mereka dalam memenui kebutuhan akan keamanannya antara lain dengan cara sebagai berikut: a. Memberikan kesempata yang cukup untuk berpartisipasi aktif, memberi semangat, memberi ide dan menyediakan situasi belajar yang baik. b. Melaksanakan kegiatan dramatisasi melalui perencanaan bersama guru dan para siswa. c. Mengadakan survaim wawancara dan mendorong keberanian mereka dalam forum pertemuan dengan orang dewasa. d. Memecahkan masalah bersama siswa. Guru jangan memecahkan masalah secara samara-samar karena tidak akan berhasil baik. 6. Dorongan untuk Masteri (The Mastery)

15

Remaja memiliki keinginan untuk berdiri sendiri. Untuk memuaskan dorongan ini guru harus memberi semangat kepada mereka, antara lain dengan cara : a. Membantu setiap siswa sampai dia sukses. b. Membebaskan siswa dar keterbelakangan c. Mengembangkan kemampuan mereka secara optimal. d. Memberikan bimbingan dan latihan 7. Dorongan untuk Dihargai (the Drive for Recognition) Setiap orang ingin dihargai oleh orang lain. Misalnya a. Anak kecil ingin dikenal oleh anggota keluarga lainnya. b. Pada masa sekolah anak mempunyai kondisi yang kuat untuk dikenal oleh teman-temannya. Beberapa orang siswa merasa tidak beruntung karena mereka tidak mendapat pengakuan social sebagaimana mestinya. Mungkin siswa yang bersangkutan kurang kemampuannya. Guru akan berusaha meningkatkan hasil belajarnya, bukan membeda-bedakan dari yang lainnya. Guru perlu memberikan pujian untuk menghargai kemajuan seseorang. Ia hendaknya berusaha menyalurkan minat siswa melalui pengalaman dalam pekerjaan dan dalam hobinya.

8. Dorongan untuk Merasa Memiliki (The for Belonging) Keinginan untuk hidup berkelompok juta terdapat di kalangan remaja. Hal ini perlu dikembangkan sejak kecil sejak anak masuk sekolah mereka

16

menyukai setiap

orang. Hal ini dapat dijadikan modal guru dalam

memotivasi. Teknik penyajiannya ialah melalui aktivitas kelompok, panitia kerja, percobaan, pembentukan klub-klub, khusus, misalnya klub percakapan bahasa inggris.

E. Prinsip Motivasi Prinsip ini di susun atas dasar penelitian yang seksama dalam rangka mendorong motivasi belajar siswa di sekolah berdasarkan pandangan demokrasi. Ada 17 prinsp motivasi yang dapat dilaksanakan: 1. Pujian lebih efektif dari pada hukuman . hukuman bersifat menghentikan suatu perbuatan, sedangkan pujian bersifat menghargai apa yang telah

dilakukan. Oleh karena itu pujial lebih besar nilainya bagi motifasi belajar. 2. Semua siswa mempunyai kebutuhan psikologis (yang bersifat dasar) yang harus mendapat pemusatan. Kebutuhan-kebutuhan itu menyatakan diri dalam berbagai bentuk yang berbeda. Para siswa yang dapat memenuhi kebutuhannya secara efektif melalui kegiatan belajar hanya memerlukan

sedikit bantuan dalam motivasi dan disiplin. 3. Motivasi yang berasal dari dalam individu lebih efektif dari pada motivasi yang dipaksakan dari luar. Kepuasan yang didapat oleh individu itu sesuai dengan ukuran yang ada di dalam dirinya sendiri. 4. Jawaban ( perbuatan) yang serasi (sesuai dengan keinginan) memerlukan usaha penguatan (reinformancement) apabila suatu perbuatan belajar

mencapai tujuan maka perbuatan itu perlu segera diulang kembali beberapa

17

menit kemudian sehingga hasilnya lebih mantap. Penguatan ini perlu dilakukan dalam setiap tingkat pengalaman belajar. 5 Motivasi mudah menjalar luar terhadap orang lain. Guru yang berminat tinggi dan antusias akan mempengaruhi para siswa sehingga mereka juga berminat tinggi dan antusias. Siswa yang antusias akan mendorong motivasi para siswa lainnya. 6. Pemaham yang jelas tentang tujuan belajar akan merangsang motivasi apabila seseorang telah menyadari tujuan yang hendak dicapainya, perbuatannya kearah itu akan lebih besar daya dorongnya. 7. Tugas-tugas yang bersumber dari diri sendir akan menimbulkan minat yang lebih besar untuk mengerjakannya ketimbang bila tugas-tugas itu dipaksanakan oleh guru. Apabila siswa diberi kesempatan untuk menemukan masalah sendiri dan memecahkannya sendiri ia akan mengembangkan motivasi dan disiplin yang lebih baik. 8. Pujian-pujian yang datannya dari luar (external rewards) kadang-kadang diperlukan dan cukup efektif untuk merangsang minat yang sebenarnya. Berkat dorongan orang lain misalnya untuk memperoleh angka yang lebih tinggi, siswa akan berusaha lebih giat karena minatnya menjadi lebih besar. 9. Teknik dan prosedur mengajar yang bermacam-macam itu efektif untuk mendorong minat siswa. Cara mengajar yang bersifat ini akan menimbulkan situasi belajar yang menantang dan menyenangkan. 10.Minat khusus yang dimiliki oleh siswa berdaya guna untuk mempelajari halhal lainnya. Minat khusus yang telah dimiliki oleh siswa, misalnya minat

18

bermain bola basket, akan mudah ditransferkan kepada minat dalam bidang studi atau dihubungkan dengan masalah tertentu dalam bidang studi. 11.Kegiatan-kegiatan yang dapat merangsang minat para siswa yang tergolong kurang tidak ada artinya bagi para siswa ynag tergolong pandai. Hal ini disebabkan oleh perbedaanb tingkat abilitas pada siswa tersebut. Oleh karena itu guru yang hendak membangkitkan minat para siswanya hendaknya menyesuaikan usahanya dengan kondisi yang ada pada mereka. 12.Tekanan dari kelompok siswa umumnya lebih efektif dalam memotivasi dibandingkan dengan tekanan atau paksaan dari orang dewasa. 13. Motivasi erat hubungannya dengan kreativitas siswa. Dengan teknik

mengajar tertentu, motivasi dapat diarahkan kepada kegiatan-kegiatan kreatif. Motivasi yang telah dimiliki oleh siswa apabila diberi semacam hambatan misalnya adanya ujian yang mendadak, peraturan sekolah, kreativitasnya akan meningkat sehingga dia lolos dari hambatan itu. 14. Kecemasan akan menimbulkanm kesulitan belajar. Kecemasan ini akan mengganggu perbuatan belajar sebab akan mengakibatkan pindahnya perhatiannya kepada hal laan sehingga kegiatan belajarnya menjadi tidak efektif. 15. Kecemasan dan frustasi dapat membantu siswa berbuat lebih baik. Emosi yang lemah dapat menimbulkan perbuatan yang lebih energetic, kelakuan yang lebih bergairah. 16. Tugas yang terlalu sukar dapat mengakibatkan frustasi sehingga dapat menuju kepada demoralisasi. Karena terlalu sulitnya tugas itu, para siswa

19

cenderung

melakukan hal-hal yang tidak wajar sebaga manifestasi dari

frustasi yang terkandun di dalam dirinya. 17. Tiap siswa mempunyai tingkat frustasi dan toleransi yang berlain-lainan. Ada siswa yang kegagalannya justru menimbulkan insentif, tetapi ada anak yang selalu berhasil malahan menjadi cemas terhadap kemungkinan timbulnya kegagalan. Hal ini tergantung pada stabilitas emosi masing-masing.

F. Teknik Memotifasi Berdasarkan Teori Kebutuhan 1. Pemberian Penghargaan atau Ganjaran Teknik ini dianggap berhasil bila menumbuh kembangkan minat anak untuk mempelajari atau mengajarkan sesuatu. Tujuan pemberian penghargaan adalah membangkitkan atau mengembangkan minat. Jadi penghargaan ni menjadi tujuan. Tujuan pemberian penghargaan Karena telah melakukan kegiatan belajar dengan baik, ia akan terus melakukan kegiatan belajarnya sendiri di luar kelas. 2. Pemberian Angka atau Grade Apabila pemberian angka atau grade didasarkan atas perbandingan interpersonal dalam prestasi akademis, hal ini akan menimbulkan dua hal : anak yang mendapat angka baik dan anak yang mendapat angka jelek. Pada anak yang mendapat angka jelek mungkin akan berkembang rasa rendah diri dan tidak ada semangat ter hadap pekerjaan-pekerjaan sekolah. Dalam hubungan ini, William Glasser dalam Schools without Failure (1969) (dalam Hamalik Umat, 2000:184) menyatakan karena grade a tau

20

angka itu lebih banyak menekankan kegagalan daripada keberhasilan dan karena kegagalan itu merupakan dasar bagi timbulnya masalah-masalah, maka saya menyarankan system pelaporan kemajuan siswa yang

keseluruhannya menghilangkan kegagalan. Saya menyarankan jangan ada siswa yang tergolomng gagal atau hal-hal yang menyebabkan a merasa gagal dengan adanya system angka.

3. Keberhasilan dan tingkat Aspirasi Istilah tingkat aspirasi menunjuk kepada tingkat pekerjaan yang diharapkan pada masa depan berdasarkan keberhasilan atau kegagalan dalam tugas-tugas yang mendahuluinya. Konsep ini berkaitan erat dengan konsep seseorang tentang dirinya dan kekuatan-kekuatannya. Menurur Smith apa yang dicita-citakan seseorang untuk dikerjakan pada masa datang tergantung pada pengamatannya tentang apaapa yang mungkin baginya. Menurut Borow, tingkat aspirai banyak tergantung pada inteligensi, status social ekonomi, hubungan dan harapan orang tua. Akan tetapi faktor yang paling kuat adalah perbandingan besar-kecilnya (proporsi) pengalaman tentang keberhasilan dan kegagalan (Hamalik, Oemar, 2000:185) Dalam hubungan ini guru dapat menggunakan prinsip bahwa tujuantujuna harus dapat dicapai dan para siswa merasa bahwa mereka akan mampu mencapainya. 4. Pemberian Pujian

21

Teknik lain untuk memberikan motivasi adalah pujian. Namun harus diingat bahwa efek pujian itu tergantung pada siapa yang memberi pujian dan siapa yang menerima pujian itu. Para siswa yang sangat membutuhkan keselamatan dan harga diri, mengalami kecemasan dan merasa tergantung para orang lain akan responsive terhadap pujian. Pujian dapat ditunjukkan baik secara verbal maupun secara non verbal. Dalam bentuk nonverbal misalnya anggukan kepala, senyuman atau tepukan bahu . 5. Kompetisi dan Kooperasi Persaingan merupakan insentif pada kondisi-kondisi tertentu, tetapi dapat merusak pada kondisi yang lain. Dalam kompetisi harus terdapat kesepakatan uyan sama untuk menang. Kompetisi harus mengandung suatu tingkat kesamaan dalam sifat-sifat para peserta. Ada tiga jenis persaingan yang efektif: a. Kompetisi interpersonal antara teman-teman sebaya sering menimbulkan semangat persaingan. b. Kompetisi kelompok di mana setiap anggota dapat memberikan

sumbangan dan terlibat di dalam keberhasilan kelompok merupakan motivasi yang sangat kuat. c. Kompetisi dengan diri sendiri, yaitu dengan catatan tentang prestasi terdahulu, dapat merupakan motivasi yang efektif. Adapun kebutuhan akan realisasi diri, diterima oleh kelompok dan kebutuhan akan rasa aman dan keselamatan dapat lebih banyak dipenuhi dengan cara kerja sama. Menurut lowry dan Rankin (1969) kerja sama adalah

22

fungsi utama dan merupakan bentuk yang paling dasar dari hubunganhubungan antar kelompok (dalam Hamalik, Umar, 2000: 186) 6. Pemberian Harapan Harapan selalu mengacu ke depan Artinya, jika seseorang berhasil melaksanakan tugasnya atau berhasil dalam kegiatan belajarnya dia dapat memperole dan mencapai harapan-harapan yang telah diberikan kepadanya sebelumnya. Itu sebabnya pemberian harapan kepada siswa dapat menggugah minat dan motivasi belajar asalkan siswa yakin bahwa harapannya bakal terpenuhi kelak. Harapan itu dapat merupakan hadiah, kedudukan, nama baik, atau sejenisnya. Sebaliknya cara ini tidak menghasilkan apa-apa jika tidak memenuhi harapan yang diberikan kepada para siswa.

23

G. Simulasi Dalam pengajaran modern teknik ini telah banyak dilaksanakan, sehingga siswa bisa berperan seperti orangorang atau dalam keadaan yang dikehendaki. Simulasi adalah tingkah laku seseorang untuk berlaku seperti orang yang dimaksudkan, dengan tujuan agar orang itu dapat mempelajari lebih mendalam tentang bagaimana orang itu merasa dan berbuat sesuatu. Jadi siswa itu berlatih memegang peranan sebagai orang lain. Simulasi mempunyai bermacam-macam bentuk pelaksanaan ialah: peer-teancing, sosiodrama, psikodrama, simulasi game dan role prlaying. Contohnya: siswa melatih mengajar di depan kelas, berperan sebagai buru. Dalam pengajaran konpeksi, siswa berperan sebagai manager, penggunting bahan, penjahit, mereka sedang memerankan sekelompok orang yang

mengelola konpeksi pakaian. Teknik simulasi baik sekali kita gunakan karena: Menyenangkan siswa. Menggalakkan guru untuk

mengembangkan kreativitas siswa. Memungkinkan eksperimen berlangsung

tanpa memerlukan lingkungan yang sebenarnya.

24

abstrak. -

Mengurangi hal-hal yang verbalistis atau

Tidak

memerlukan

pengarahan

yang

pelik dan mendalam. Menimbulkan semacam interaksi antar

siswa, yang memberi kemungkinan timbulnya keutuhan dan kegotong-royongan serta kekeluargaan yang sehat. Menimbulkan respon yang positif dari

siswa yang lamban/ kurang cakap. Menumbuhkan cara berpikir yang kritis. Memungkinkan guru bekerja dengan

tingkat abilitas yang berbeda-beda. Walaupun teknik ini baik dan memiliki keunggulan, tetapi masih juga mempunyai kelemahan ialah: Efektivitas dalam memajukan belajar

siswa belum dapat dilaporkan oleh riset. Terlalu mahal biayanya. Banyak orang meragukan hasilnya

karena sering tidak diikutsertakannya elemen-elemen yang penting. Menghendaki pengelompokan yang

fleksibel, perlu ruang dan gedung.

25

maupun siswa. -

Menghendaki banyak imajinasi dari guru

Menumbuhkan

hubungan

informasi

antara guru dan siswa yang melebihi batas. Sering mendapat kritik dari orang tua

karena dianggap permainan saja. Bila guru mampu mengurangi kelemahan-kelemahan itu, maka pelaksanaan teknik simulasi akan berhasil sekali.

26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research) Karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian dskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai. Menurut Sukidin dkk, (2002L54) ada 4 macam bentuk penelitian tindakan, yaitu (1) penelitian tindakan guru sebagai peneliti, (2) penelitian tindakan kolaboratif, (3) penelitian tindakan simulatif terinteratif dan (4) penelitian

tindakana social eksperimental. Keempat bentuk penelitian tindakan diatas ada persamaan dan perbedaannya. Menurut Oja dan Smulyan sebagaiman dikutip oleh Kasbolah, (2000) (dalam Sukidin, dkk 2002:55), ciri-ciri dari setiap penelitian tergantung pada (1) tujuaan utamanya atau pada tekanannya (2) tingkat kolaborasi antara pelaku peneliti dan penelitia dari luar (3) proses yang digunakan dalam melakukan penelitian dan (4) hubungan antara proyek dengan sekolah. Dalam penelitian ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, dimana guru angat berperan sekali dalam proses penelitian tindakan kelas. Dalam bentuk in, tujuan utama penelitian tindakan kelas ialah untuk meningkatkan praktik-praktif pembelajaran di kelas. Dalam kegiatan ini, guru terlibat langsung secara penuh dalam proses perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Kehadiran pihak lain dalam penelitian ini peranannya tidak dominant dan sangat kecil.

27

Penelitian

ini

mengacu

pada

perbaikan

pembelajaran

yang

berkesinambungan. Kemmis dan Taggart (1988:14) menyatakan bahwa model penelitian tindakan adalah berbentuk spiral. Tahapan penelitian tindakan pada suatu siklus meliputi perencanaan atau pelaksanaan observasi dan refreksi. Siklus ini berlanjut dan akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan dirasa sudah cukup. A. Tempat, waktu dan Subjek Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di tahun pelajaran.. 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnuya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September semester ganjila 2004/2005 3. Subyek penelitian Subyek penelitian adalah siswa-siswa kelas 1-

2.tahun pelajaran pada pokok bahasan nilai, macam-macam norma dan sanksinya.

28

B. Rancangan Penelitian Menurut pengertiannya penelitian tindakan adalah penelitian tentang halhal yang terjadi di masyarakat yang bersangkutan (Arikunto, Suharsimi 2002:82). Cirri atau karakteristik utama dalam penelitian tindakan adalah adanya partisipasi dan kolaborasi antara peneliti dengan anggota kelompok sasaran. Penelitian tindakana adalah satu strategi pemecahana masalah yang

memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif yang dicoba sambil jalan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Dalam prosesnya pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan tersebut mendukung satu sama lain. Sedangkan tujuan penelitian tindakan harus memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut: 1. Permasalahan atau topic yang dipilih harus memenuhi criteria yitu benarbenar nyata dan penting, menarik perhatian dan mampu ditangani serta dalam jangkauan kewenangan peneliti untuk melakukan perubahan. 2. Kegiatan penelitian, baik interensi maupun pengamatan yang dilakukan tidak boleh sampai mengganggu atau menghambat kegiatan utama. 3. Jenis intervensi yang dicobakan harus efektif dan efisien artinya terpilih dengan tepat sasaran dan tidakj memboroskan waktu dana dan tenaga. 4. Metodologi yang digunalkan harus jelas, rinci dan terbuka, setiap langkah dari tindakana dirumuskan dengan terhadap penelitian tersebut tegas sehingga orang yang berminat mengecek setiap hipotesis dan dapat saling

dapat

pembuktiannya.

29

5. Kegiatan penelitian diharapkan dapat merupakan proses kegiatan yang berkelanjutan (on-going) mengingat bahwa pengembangan dan perbaikan terhadap kualitas tindakan memang tidak dapta berhenti tetapi tantangan sepanjang waktu (Arikunto, Suharsimi, 2002:82:82) Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih yaitu penelitian tindkaan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Arikunto, Suharsimi, 2002:83), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observasi (pengamatan) dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus I dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahaptahap penelitian tindakan kelas dapat di lihat pada gambar berikut: menjadi

30

Putar an 1

Refleksi

Rencana Rencana awal/rancangan awal/rancangan

Putar an 2

Tindakan/ Observasi Refleksi Tindakan/ Observasi Refleksi Tindakan/ Observasi Gambar 3.1 Alur PTK Penjelasan alur diatas adalah: Rencana yang Rencana yang direvisi direvisi Rencana yang Rencana yang direvisi direvisi

1. Rancangan/rencana awalk, sebelum mengadakan penelitian menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan termasuk di dalamnya instrument penelitian dan perangkat pembelajaran. 2. Kegiatan dan pengamatan meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsepo siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterampkannya pembelajaran kontekstual model pengajaran Gabungan Ceramah dan Simulasi .

Putar an 3

31

3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat. 4. rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya: Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1,2, dan 3 dimana masing-masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing-masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk m emperbaiki system pengajaran yang telah dilaksanakan.

C. Alat Pengumpul Data Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah tes buatan guru yang fungsinya adalah (1) untuk menentukan seberapa baik siswa telah menguasai bahan pelajaran yang diberikan dalam waktu tertentu : (2) untuk menentukan apakah suatu tujuan telah tercapai dan (3) untuk memperoleh suatu nilai (Arikunto, Suharsimi, 2002:149). Sedangkan tujuan dari tes adalah untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa secara individu maupun secara klasikal. Disamping itu untujk mengetahui letak kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa sehingga dapat dilihat dimana kelemahan, khususnya pada bagian mana TPK yang belum tercapai. Untuk memperkuat data yang di kumpulkan maka juga digunakan metode observasi (pengamatan ) yang dilakukan oleh teman

32

sejawat untuk mengetahui dan merekam aktivitas guru dan siswa dalam proses belajar mengajar.

D. Analisis Data Dalam rangka menyusun dan mengelola data yang terkumpul sehingga dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat dipertanggung jawabkan maka digunakan analisis data kuantitatif dan pada metode observasi digunakan data kuantitatif. Cara perhitungan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa dalam proses belajar mengajar sebagai berikut: 1. Merekapitulasi hasil tes 2. Menghitung jumlah skor yang tercapai dan prosentasenya untuk masingmasiong siswa dengan menggunakan rumus ketuntasan belajar seperti yang terdapat dalam buku petunjuk teknis penilaian yaitu siswa dikatakan tuntas secara individual jika mendapatkan nilai minimal 65, sedangkan secara individual mencapai 85% yang telah memcapai daya serap lebih dari sama dengan 65%. 3. Menganalisis hasil observasi yang dilakukan oleh teman sejawat pada aktivitas guru dan siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.

33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Suatu pokok bahasan atau sub pokok bahasan dianggap tuntas secara klasikal jika siswa yang mendapat nilai 65 lebih dari atau sama dengan 85% sedangkan seorang siswa dinyatakan tuntas belajar pada pokok bahasan atau sub pokok bahasan tertentu jika mendapat nilai minimal 65. A. Analisis data Penelitian Persklus 1. Siklus I a. Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolahan pembelajaran kontekstual model Gabungan Ceramah dan Simulasi dan lembar observasi aktivitas siswa. b. Tahap kegiatan dan Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 4 September 2004 di kelas 1-2 dengan jumlah siswa 40 siswa. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui keberhasln siswa dalam proses belajar mengajar

34

yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut: Table 4.1 Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklud I No 1 2 3 Uraian Nilai rata-rata tes formatif Jumlah siswa yang tuntas belajar Persentase ketuntasan belajar Hasil Siklus I 70,25 28 70.00

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan

menerapkan

pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasdis proyek/tugas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 70,25 dan ketuntasan belajar mencapai 70,00% atau ada 28 siswa dari 40 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ter sebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klalsik siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai 65 hanya sebesar 70,00% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan pembelajaran kontekstual model pengajaran Gabungan Ceramah dan Simulasi . c. Refleksi Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut: 1. Perlu lebih intensif dalam pemotivasian dan penyampaan tujuan poembelajaran. 2. Perlu lebih efektif dalam pengelolaan waktu

35

3. Siswa kurang aktif selama pembelajaran berlangsung d. Analisis Data Minat, Perhatian, Partisipasi 1. Minat Dari analisis data diperoleh hasil sebanyak 25 anak (62,50%) memiliki minat baik, 5 anak (12,50%) memiliki perhatian cukup, dan 10 anak (25,00% memiliki minat kurang. 2. Perhatian Dari analisis data diperoleh hasil sebanyak 20 anak (50,00%) memiliki perhatian baik, 10 anak (25,00%) memiliki perhatian cukup, dan 10 anak (40,00) memiliki perhatian kurang. 3. Partisipasi Dari analisis data diperoleh hasil sebanyak 17 anak (42,50%) memiliki partisipasi baik, 13 anak (35m50%) memiliki partisipasi cukup, dan 10 anak (25,00% memilik pastisipasi kurang. e. Refisi Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya. 1. Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa an lebih jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Dimana siswa diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan. 2. Guru perlui mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan.

36

3. Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa sehingga siswa bias lebih antusias.

2. Siklus II a. Tahap perencanaan Pada tahap in peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, soal tes formatif 2 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolaan pembelajaran kontekstual model pengajaran Gabungan Ceramah dan Simulasi dan lembar observasi siswa. b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal II September 2004 di kelas 1-2 dengan jumlah siswa 40 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekuarangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang dilakukan. Instrument yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut:

37

Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Sisw pada Siklus II No 1 2 3 Uraian Nilai rata-rata tes formatif Jumlah siswa yang tuntas belajar Persentase ketuntasan belajar Hasil Siklus I 75,50 33 82,50

Dari tabel di ata diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 75,50 dan ketuntasan belajar mencapai 82,50% atau ada 33 siswa dari 40 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasik telah mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. adanya peningkatan hasil belajar sisw ini karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga sudah mengerti apa yang dimaksud dan diinginkan guru dengan menerapkan pembelajaran kontekstual moel pengajaran berbasis proyek//tugas. c. Analisis Data Minat, Perhatian, Partisipasi. 1. Minat Dari analisis data diperoleh hasil sebanyak 27 anak (67,50%) memiliki minat baik, 6 anak (15,00%) memiliki minat cukup, dan 7 anak (17,05%) memiliki minat kurang.

2. Perhatian

38

Dari analisis data diperoleh hasil sebanyak 25 anak (62,50%) memiliki perhatian baik, 7 anak (17,50%) memiliki perhatian cukup dan 8 anak (20,00%) memiliki perhatian kukrang . 3. Partisipasi Dari analisis data diperoleh hasil sebanyak 25 anak (62,50%) memiliki partisipasi baik, 9 ana (22,50%) memiliki partisipasi cukup, dan 6 anak (15,00%) memiliki partisipasi kurang. d. Refleksi Dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut: 1. Memotivasi siswa 2. Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep 3. Pengelolaan waktu e. Refisi Rancangan Pelaksanaan kegiatan belajar pada siklus II ini masih terdapat kekurangan-kekurangan. Maka perlu adanya revisi uintuk dilaksanakan pada siklus II antara lain: 1. Guru dalam memotivasi siswa hendaknya dapat membuat siswa lebih termotivasi selama proses belajar mengajar berlangsung. 2. Guru harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada perasaan takut dalam diri siswa baik untuk mengemukakan pendapat atau bertanya. 3. Guru harus lebih sabar dalam membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep.

39

4. Guru harus mendistribusikan waktu secara baik sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. 5. Guru sebaiknya menambah lebih banyak contoh soal dan memberi soalsoal latihan pada siswa untuk dikerjakan pada setiap kegiatan belajar mengajar.

3. Siklus III a. Tahap Perencanaan Pada tahap ini penelitian mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 3, scan tes formatif 3 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Seklain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolaan pembelajaran kontekstual model pengajaran Gabungan Ceramah dan Simulasi dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa. b. Tahap kegiatan dan pengamatan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III dilaksanakan pada tanggal 18 September 2004 di kelas 1-2 dengan jumlah siswa 40 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.

40

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif III. Adapun data hasil sebagai berikut: Berikutnya adalah rekapitulasi hasil tes formatif siswa seperti terlihat pada tabel berikut Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Sisw pada Siklus II No 1 2 3 Uraian Nilai rata-rata tes formatif Jumlah siswa yang tuntas belajar Persentase ketuntasan belajar Hasil Siklus I 80,50 37 92,50 penelitian pada siklus III adalah

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 80,50 dan dari 40 siswa yang telah tuntas sebanyak 37 siswa dan 3 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka se cara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 92,50% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapokan pembelajaran

kontekstual model pengajaran Gabungan Ceramah dan Simulasi sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan.

c. Analisis data Minat, Perhatian, Partisipasi 1. Minat

41

Dari analisis data diperoleh hasil sebanyak 31 anak (77,50%) memiliki minat baik, 5 anak (12,50%) memiliki minat cukup dan 4 anak (10,00%) memiliki minat kurang. 2. Perhatian Dari analisis data diperoleh hasil sebanyak 29 anak (72,50%) memiliki perhatian baik, 7 anak (17,50%) memiliki perhatian cukup, dan 4 anak (10,00%) memiliki perhatian kurang. 3. Partisipasi Dari analisis data diperoleh hasil sebanyak 27 anak (67,50%) memiliki partisipasi baik, 9 anak (22,50%) memiliki partispasi cukup, dan 4 anak (10,00%) memiliki partisipasi kurang. d. Refleksi Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan pembelajaran kontektual model pengajaran Gabungan Ceramah dan Simulasi . Dari data-data yang telah diperoleh dapat diurakain sebagai berikut: 1. Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua

pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar. 2. Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung.

42

3. Kekuranan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik. 4. Hasil belajar siswa pada siklus III mencapai ketuntasan. e. Refisi Pelaksanaan Pada siklus III guru telah menerapkan pembelajaran kontekstual model pengajaran Gabungan Ceramah dan Simulasi dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yuang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan pembelajaran kontekstual model pengajaran Gabungan Ceramah dan Simulasi dapat meningkatkan proses belajar mengajar

sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

B. Pembahasan 1. Ketuntasan Hasil belajar siswa Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran

kontekstual model pengajaran Gabungan Ceramah dan Simulasi memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari siklus I,II dan III) yaitu

43

masing-masing 70,00%,82,50% dan 92,50% . pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai. 2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar dengan menerapkan pembelajaran kontekstual model pengajaran Gabungan Ceramah dan Simulasi dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai ratarata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan. 3. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran Kewarganegaraan pada pokok bahasan nilai, macam norma dan sanksinya dengan pembelajarsan kontekstual model pengajaran berbasis proyek/tugas yang paling dominant adalah belajar dengan sesame anggota kelompok, mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru dan diskusi antara siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif. 4. Analisis Data Minat, Perhatian, Partisipasi a. Minat Dari analisis data siklus I diperoleh hasil sebanyak 25 siswa

(62,50%) memiliki mina baik, 5 siswa (12,50%) memiliki minat cukup dan 10 siswa (25,00%) memiliki minat kurang. Siklus II sebanyak 27 siswa (67,50%) memiliki minat baik, 6 siswa (15,00%) memiliki minat cukup

44

dan 7 siswa (17,50%) memiliki minat kurang. Dan siklus III diperoleh hasil sebanyak 31 siswa (77,50%) memiliki minat baik, 5 siswa (12,50%) memiliki minat cukup dan 4 siswa (10,00%) memiliki minat kurang. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran Kewarganegaraan dengan menerapkan pembelajaran kontekstual model pengajaran Gabungan Ceramah dan Simulasi dapat meningkatkan minat siswa terhadap pembelajaran. b. Perhatian Dari analisis data siklus I diperoleh hasil sebanyak 20 siswa (50,00%) memiliki perhatian baik, 10 siswa (25,00%) memiliki perhatian cukup, 10 siswa (25,00%) memiliki perhatian kurang. Siklus II diperoleh hasil sebanyak 25 siswa (62,50%) memiliki perhatian baik, 7 siswa

(17,50%) memiliki perhatian cukup dan 8 siswa (20,00%) memiliki perhatian kurang. Dan siklus III diperoleh hasil sebanyak 31 siswa (77,50%) memiliki minat baik, 5 siswa (12m50%) memiliki minat cukup, dan 4 siswa (10,00%) memiliki minat kurang Dari hasil ini dapat diinterpretasikan bahwa kegiatan pembelajaran kewarganegaraan dengan menerapkan pembelajaran kontektual model pengajaran Gabungan Ceramah dan Simulasi perhatian siswa terhadap pembelajaran. dapat meningkatkan

c. Partisipasi

45

Dari analisis data siklus I diperol hasil sebanyak 17 siswa (42,50%) memiliki partisipasi baik, 13 siswa 932,50%) memiliki perhatian cukup, dan 10 siswa (25,00%) memiliki perhatian kurang. Siklus II diperoleh hasil sebanyak 25 siswa (62,50%) memiliki perhatian baik, 9 siswa (22,50%) memiliki perhatian cukup dan 6 siswa (15,00%) memiliki perhatian kurang. Dan siklus III diperoleh hasil sebanyak 27 siswa (67,.50%) memiliki perhatian baik, 9 anak (22,50%) memiliki partisipasi cukup dan 4 siswa (10,00,%) memiliki perhatian kurang. Dari hasil ini dapat diinterpretasikan bahwa kegiatan pembelajaran kewarganegaraan dengan menerapkan pembelajaran kontekstual model pengajaran Gabungan Ceramah dan Simulasi partispasi siswa terhadap pembelajaran. dapat meningkatkan

46

BAB V SIMPULAN DAN SARAN


A. Simpulan Berdasarkan dari tujuan penelitian tindakan kelas (action research) untuk meningkatkan mutu pembelajaran yang terjadi di kelas, serta berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan selama tigas siklus, hasil seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebaga berikut: 1. Pembelajaran kontekstual model pengajaran Gabungan Ceramah dan Simulasi dapat meningkatkan kualitas pembelajaran Kewarganegaraan. 2. Pembelajaran kontekstual model pengajaran Gabungan Ceramah dan

Simulasi memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (70,00%), siklus II (82,50%), siklus III (92,50%) 3. Siswa dapat bekerja secara mandiri maupun kelompok, serta mampu

mempertanggung jawabkan segala tugas individu maupun kelompok. 4. Penerapan pembelajaran kontekstual model pengajaran Gabungan Ceramah dan Simulasi mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan

motivasi, minat, dan partisipasi belajar siswa.

47

B. Saran Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar Kewarganegaraan lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut: 1. Untuk melaksanakan pembelajaran kontekstual model Gabungan Ceramah dan Simulasi memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bias diterapkan dengan pembelajaran kontektual model Gabungan Ceramah dan Simulasi dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal. 2. Dalam tahap awal pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasiws proyek/tugas sebaiknya perlakukan kontekstual model pengajaran Gabungan Ceramah dan Simulasi yang diterapkan. 3. Dalam pembelajaran sebaiknya memiliki metode pembelajaran yang dapat memberikan keuntungan lebih baik bagi siswa dari segi akademik maupun non akademik. 4. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal perlu diadakan penelitian lebih lanjut dalam waktu yang lebih lama misalnya triwulan atau satu semester karena siswa perlu waktu untuk bisa menyesuaikan diri.

48

DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad, 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung. Sinar Baru Algesindo Arikunto, Suharsimi, 1993. Manajemen Mengajar Secara Rineksa Cipta Manusiawi. Jakarta

Arikunto, suharsimi. 2001 . Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan . Jakarta. Bumi Aksara Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta; Rikena Cipata Azhar, lalu Muhammad. 1993. Proses Belajar Mengajar Pendidikan. Jakarta Usaha Nasional Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta Rineksa Cipta. Hadi, Sutrisno, 1982. Metodologi Research, Jilid I. Yogyakarta: YP Fak. Psikologi UGM Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung Sinar Baru Algesindo. Hasibuan. J.J dan moerdjiono. 1998 Proses Belajar mengajar . Bandung : Remaja Rosdakarya Margono, 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta Rineksa Cipta Masriyah. 1999 Analisis Butir Tes. Surabaya: Universitas Press Melvin. L. Siberman. 2004. Active Learning, 101 Cara Belajar Siswa Aktif . Bandung Nusamedia dan Nuansa. Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung PT. Remaja Rosdakarya. Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa Untuk Belajar. Surabaya University Press Universitas Negeri Surabaya. Nurhadi, dkk.2004. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching And Learning/CTL) dan Penerapan Dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang (UM Press) Rustiyah, N.K. 1991 Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara

49

Sardiman, A.M. 1996 Interaksi dan Motivasi Belajar mengajar. Jakarta: Bina Aksara. Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model Pembelajaran. Jakarta: PAUPPAI, universitas Terbuka. Sukidin, dkk. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Insan Cendikia Surakhmad, Winarno, 1990. Metode Pengajaran Nasional. Bandung : Jemmars Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineksa Cipta. Syah, Muhibbin, 1995. Psikologi Pendidikan , Suatu Pendekatan Baru. Bandung; Remaja Rosdakarya Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung. Remaja Rosdakarya.

50

Lampiran 1 RENCANA PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Pokok Bahasan Sub pokok Bahasan Waktu Putaran A. : : : : Kewarganegaraan Nilai, macam-macam norma dan sanksinya Pengertian nilai, macam-macam nilai. Pengertian norma dan sanksinya. : 2 x 45 menit : 1

KOMPETENSI DASAR Kemampuan menganalisis dan menerapkan nilai dan norma( agama, kesusilaan, kesopanan dan hukum) INDIKATOR PENCAPAIAN HASIL BELAJAR 1. Mendiskripsikan pengertian dan macam-macam nilai 2. Mendiskripsikan pengertian dan macam-macam norma serta sanksinya 3. Menerapkan nilai dan macam-macam norma di lingkungan sekolah dan masyarakat. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran diharapkan siswa dapat 1. Mendiskripsikan pengertian dan macam-macam nilai 2. Mendiskripsikan pengertian dan macam-macam norma 3. Menerapkan nilai dan macam-macam norma di lingkungan sekolah dan masyarakat PENGALAMAN BELAJAR Dalam kegiatan pembelajaran siswa akan dapat 1. Merumuskan pengertian nilai 2. Merumuskan macam-macam nilai 3. Merumuskan pengertian norma dan macam norma 4. Mengidentifikaskan sanksi dari masing-masing norma melalui studi pustaka 5. Kecakapan hidup: - Menggali informasi - Mengolah informasi - Komunikasi tertulis atau lisan, kerjasama - Menghubungkan variable - Merumuskan macam-macam norma - Mendiskipsikan sanksi norma yang ada di sekolah dan masyarakat melalui persepsi hasil tugas clipping. MODEL PEMBELAJARAN 1. Model : Gabungan Ceramah dan Simulasi 2 Metode : Ekspsitori

B.

C.

D.

E.

51

F.

SUMBER PEMBELAJARAN 1. Buku Teks 2. LKS 3. Koran 4. Majalah

52

Lampiran 2 RENCANA PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Pokok Bahasan Sub pokok Bahasan Waktu Putaran A. : : : : : : Kewarganegaraan Nilai, macam-macam norma dan sanksinya Hubungan nilai dan norma, nilai sebagai sumber norma 2 x 45 menit 2

KOMPETENSI DASAR Kemampuan menganalisis dan menerapkan nilai dan norma( agama, kesusilaan, kesopanan dan hukum) INDIKATOR PENCAPAIAN HASIL BELAJAR 1. Menyimpulkan hubungan nilai dengan norma 2. Merumuskan nilai sebagai sumber norma TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran diharapkan siswa dapat 1. Menghubungkan nilai dan norma 2. Menyimpulkan nilai sebagai sumber dan norma PENGALAMAN BELAJAR Dalam kegiatan pembelajaran siswa akan dapat 1. Menganalisis hubungan antara nilai, norma dan sanksinya 2. Mengkaji nilai sebagai sumber norma melalui diskusi kelompok 3. Menguraikan nilai sebagai sumber norma 4. Menunjukkan contoh nilai sebagai sumber norma 5. Kecakapan hidup: - Menggali informasi - Mengolah informasi - Komunikasi tertulis - Menghubungkan variable MODEL PEMBELAJARAN 1. Model : Gabungan Ceramah dan Simulasi 2 Metode : Ekspsitori SUMBER PEMBELAJARAN 1. Buku Teks 2. LKS 3. Koran 4. Majalah

B.

C.

D.

E.

F.

53

Lampiran 3 RENCANA PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Pokok Bahasan Sub pokok Bahasan Waktu Putaran A. : : : : : : Kewarganegaraan Pengertian hukum Pengertian dan penggolongan hukum 2 x 45 menit 3

KOMPETENSI DASAR Kemampuan menganalisis dan menerapkan nilai norma,kesopanan dan hukum INDIKATOR PENCAPAIAN PENCAPAIAN HASIL BELAJAR Siswa mampu mendiskripsikan pengertian dan penggolongan hukum TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran diharapkan siswa dapat 1. Merumuskan pengertian dan penggolonan hukum PENGALAMAN BELAJAR Dalam kegiatan pembelajaran siswa akan dapat 1. Merumuskan pengertian hukum 2. Mendiskripsikan penggolongan hukum melalui pengkajian referensi di kelas. MODEL PEMBELAJARAN 1. Model : Gabungan Ceramah dan Simulasi 2 Metode : Ekspsitori SUMBER PEMBELAJARAN 1. Buku Teks 2. LKS 3. Koran 4. Majalah

B. C.

D.

E.

F.

54

Lampiran 4 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 Hasil Ulangan Harian pada Siklus I Nama Nilai 70 60 80 60 80 80 80 60 60 70 80 70 80 80 90 70 60 60 60 70 70 80 80 70 70 60 80 60 80 80 80 60 60 70 70 70 80 50 90 70 2850 Keterangan T TT T TT T T T TT TT T T T T T T T TT TT TT T T T T T T TT T TT T T T TT TT T T T T TT T T 12

55

28 Keterangan T TT Jumlah siswa yang tuntas : Tuntas : Tidak tuntas : 28

Jumlah siswa yang tidak tuntas : 12 Skor Maksimal Ideal Skor tercepat Rata-rata skor Tercepat Prosentase Ketuntasan : 4000 : 2850 : 71,25 : 70,00%

56

Lampiran 5 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 Hasil Ulangan Harian pada Siklus II Nama Nilai 80 70 90 60 80 80 80 70 60 70 90 80 80 80 90 70 60 60 60 80 70 90 90 70 80 60 90 70 80 90 80 70 60 80 70 70 80 60 90 80 3020 Keterangan T T T TT T T T T TT T T T T T T T TT TT TT T T T T T T TT T T T T T T TT T T T T TT T T 7

57

33 Keterangan T TT Jumlah siswa yang tuntas : Tuntas : Tidak tuntas : 33

Jumlah siswa yang tidak tuntas : 7 Skor Maksimal Ideal Skor tercepat Rata-rata skor Tercepat Prosentase Ketuntasan : 4000 : 3020 : 75,50 : 82,50

58

Lampiran 6 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 Hasil Ulangan Harian pada Siklus III Nama Nilai 90 70 90 80 80 90 80 70 60 70 90 90 90 80 90 70 60 90 70 80 70 90 90 90 80 90 80 90 80 90 80 90 60 80 70 90 80 60 90 80 3220 Keterangan T T T T T T T T TT T T T T T T T TT T T T T T T T T T T T T T T T TT T T T T T T T 3

59

37 Keterangan T TT Jumlah siswa yang tuntas : Tuntas : Tidak tuntas : 37

Jumlah siswa yang tidak tuntas : 3 Skor Maksimal Ideal Skor tercepat Rata-rata skor Tercepat Prosentase Ketuntasan : 4000 : 3020 : 80,50 : 92,50

60

Lampiran 7 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 Data Pengamatan Minat, Perhatian dan Partisipasi Siswa Putaran I Nama siswa Minat Perhatian Partisipasi B C K B C K B C K

61

39 40 Jumlah Keterangan B C K Minat : Baik : Cukup : Kurang

25

10 20 10 10 17 13 10

: 25 siswa (62,50%) memiliki minat baik 5 siswa (12,50%) memiliki minat cukup 10 siswa (25,00%) memiliki minat kurang

Perhatian

: 20 siswa (50,00%) memiliki perhatian baik 10 siswa (25,00%) memiliki perhatian cukup 10 siswa (25,00%) memiliki perhatian kurang

Partisipasi

: 17 siswa (42,50%) memiliki partisipasi baik 13 siswa (32,50%) memiliki partisipasi cukup 10 siswa (25,00%) memiliki partisipasi kurang

62

Lampiran 8 Data Pengamatan Minat, Perhatian dan Partisipasi Siswa Putaran II No Nama siswa Minat Perhatian Partisipasi B C K B C K B C K 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35

63

36 37 38 39 40 Jumlah Keterangan B C K Minat : Baik : Cukup : Kurang

27 25

25

: 27 siswa (67,50%) memiliki minat baik 6 siswa (15,00%) memiliki minat cukup 7 siswa (17,50%) memiliki minat kurang

Perhatian

: 25 siswa (62,50%) memiliki perhatian baik 7 siswa (17,50%) memiliki perhatian cukup 8 siswa (20,00%) memiliki perhatian kurang

Partisipasi

: 25 siswa (62,50%) memiliki partisipasi baik 9 siswa (22,50%) memiliki partisipasi cukup 6 siswa (15.00%) memiliki partisipasi kurang

64

Lampiran 9 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 Data Pengamatan Minat, Perhatian dan Partisipasi Siswa Putaran I Nama siswa Minat Perhatian Partisipasi B C K B C K B C K

65

38 39 40 Jumlah Keterangan B C K Minat : Baik : Cukup : Kurang

31 5 4

29 7 4

27 9

: 31 siswa (77,50%) memiliki minat baik 5 siswa (12,50%) memiliki minat cukup 4 siswa (10,00%) memiliki minat kurang

Perhatian

: 29 siswa (72,50%) memiliki perhatian baik 7 siswa (17,50%) memiliki perhatian cukup 4 siswa (10,00%) memiliki perhatian kurang

Partisipasi

: 27 siswa (67,50%) memiliki partisipasi baik 9 siswa (22,50%) memiliki partisipasi cukup 4 siswa (10.00%) memiliki partisipasi kurang

66

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN KEWARGANEGARAAN DENGAN MENERAPKAN STRATEGI GABUNGAN CERAMAH DAN SIMULASI PADA SISWA KELAS. TAHUN

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH

.
NIP..

DINAS PENDIDIKAN KOTA

67

HALAMAN PENGESAHAN

KARYA ILMIAH BERJUDUL


MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PELAJARAN KEWARGANEGARAAN DENGAN MENERAPKAN STRATEGI GABUNGAN CERAMAH DAN SIMULASI PADA SISWA KELAS. TAHUN

OLEH ..

Telah disetujui,

Pengelola Perpustakaan . .

Ketua PGRI Kota

NIP:

NIP

ii 68

KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan Ahlahmudlillah kehadiran Allah SWT hanya dengan limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesai8kan tugas penyuluhan karya ilmiah dengan judul Meningkatkan Prestasi Belajar Pelajaran Kewarganegaraan dengan menerapkan Strategi Gabungan Ceramah dan Simulasi Pada Siswa Kelas Tahun Penulisan karya ilmiah ini disusun untuk memenuhi persyaratan kenaikan golongan profesi guru dari Dalam penyusunan karya ilmiah ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak . Untuk itu terima kasih kami ucapkan dengan tulus dan sedalam dalamnya kepada : 1. Yth Kepala Dinas Pendidikan Kota . 2. Yth Ketua PGRI Kota 3. Yth Rekan-rekan Guru 4. Semua pihak yang telah banyak membantu sehingga penulisan ini selesai. Penulis menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini jauh dari sempurna untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat mambangun dari semua pihak selalu penulis harapkan.

iii 69

ABSTRAKSI .., 2004 Meningkatkan Prestasi Belajar Pelajaran Kewarganegaraan dengan menerapkan Strategi Gabungan Ceramah dan Simulasi Pada Siswa Kelas . Tahun Kata kunci: PKn, metode pembelajaran kooperatif Untuk bisa mempelajari sesuatu dengan baik, kita perlu mendengar, melihat, mengajukan pertanyaan tentangnya dengan membahasnya dengan orang lain. Bukan Cuma itu, perlu mengerjakannya yakni penggambarkan sesuatu dengan cara mereka sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba mempraktekkan keterampilan, dan mengerjakan tugas menuntut pengetahuan yang telah atau harus mereka daptkan. Penelitian ini berdasarkan permasalahan (a) Apakah penerapan pembelajaran kontekstual model pengajaran Gabungan Ceramah dan Simulasi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa terhadap materi pelajaran kewarganegaraan? (b) bagaimanakan pengaruh pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis tugas/proyek dalam meningkatkan motivasi , minat perhatian dna partisipasi belajar kewarganegaraan? Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah (a) ingin mengetahui bagaimanakah peningkatan prestasi belajar kewarganegaraan setelah diterapkan pembelajaran kontektual model pengajaran Gabungan Ceramah dan Simulasi . (b) ingin menetahui pengaruh penbelajaran kontekstual model pengajaran Gabungan Ceramah dan Simulasi dalam meningkatkan prestasi dan motivasi belajar terhadap materi pelajaran Kewarganegaraan Penelitian ini menggunakan tindakan (Action research) sebanyak tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu : rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas 12..tahun pelajaran. Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar. Dari hasil analis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai III yaitu, siklus I (70,00%), siklus II (82,50%), siklus III (92,50%) Simpulan dari penelitian ini adalah metode pembelajaran kooperatif dapat berpengaruh positif terhadap prestasi dan motivasi belajar Siswa ., serta model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternative pembelajaran Kewarganegaraan.

iv 70

DAFTAR ISI
Halaman Judul Halaman pengesahan Kata Pengantar Abstraksi Daftar Isi Daftar Lampiran BAB I ......................................................................... ......................................................................... ......................................................................... ......................................................................... ......................................................................... .........................................................................

PENDAHULUAN ......................................................................... .........................................................................

A. Latar Belakang Masalah.................................................................. B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian

D. Kegunaan Penelitian ......................................................................... E. Definisi Operasional Variabel.......................................................... F. Batasan Masalah BAB II .........................................................................

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar ................................................... B Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Belajar.................................... C. Motivasi Belajar E. Prinsip Motivasi ......................................................................... ......................................................................... D. Motivasi Belajar Remaja ................................................................. F. Teknik Motivasi Berdasarkan Kebutuhan........................................ G. Simulasi................................................................ BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat, waktu dan subjek penelitian............................................... B. Rancangan Penelitian........................................................................ C. Alat Pengumpulan Data.................................................................... D. Analisis Data .........................................................................

v 71

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data Penelitian Persiklus.................................................... B. Pembahasan .........................................................................

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... ......................................................................... .........................................................................

vi 72

DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran Lampiran 1 Rencana Pembelajaran 1 ............................................................. Lampiran 2 Rencana Pembelajaran 2 ............................................................. Lampiran 3 Rencana pembelajaran 3 ............................................................. Lampiran 4 Hasil Ulangan Harian Pada Siklus I ......................................... Lampiran 5 Hasil Ulangan Harian Pada Siklus I ......................................... Lampiran 6 Hasil Ulangan Harian Pada Siklus I ......................................... Lampiran 7 Data Pengamatan Minat, Perhatian dan Partisipasi Siswa Paratan I. Puratan II Paratan III ......................................................................... ......................................................................... ......................................................................... Lampiran 8 Data Pengamatan Minat, Perhatian dan Partisipasi Siswa Lampiran 9 Data Pengamatan Minat, Perhatian dan Partisipasi Siswa

vii 73

You might also like