Professional Documents
Culture Documents
D15 North Sumatra
D15 North Sumatra
Karo
EXECUTIVE SUMMARY
PRESENT SITUATION 1. In 1958, an irrigation channel which exploits the Borus river was built in Tanjung Merawa village, Tiganderket sub-district, Karo district, North Sumatra province. But, since 1961 the irrigation channel was broken and is not used anymore since then. The medium voltage PLN grid is located in the center of Tanjung Merawa village which is approximately 2,200 m far from the proposed power house. The Tanjung Merawa village has been electrified by the PLN grid by now, but due to the energy crisis in Indonesia, the blackout in this area almost occurs everyday (at least 8 to 12 hours).
2. 3.
THE PROJECT 4. The projects objective is to demonstrate the feasibility small scale hydropower projects and to support private investors and municipalities for grid connected schemes under the PSK Tersebar legislation. The MHP plant will exploit the former irrigation channel which is from the Borus river. The minimum discharge in the dry season at Borus river is approximately 160 l/s. The salient features of the scheme are summarised as follows: 7. Gross Head Net Head Design Flow Capacity : Hgross : Hnet : Qd : Pel = = = = 25.05 m 24.40 m 1,130 l/s 184 kW
5.
6.
The project comprises of the following components: Civil works, namely : rehabilition of water intake, & forebay, penstock, tailrace canal and powerhouse Generating equipment, comprising of a cross flow turbine and synchronous generator, Electrical turbine control system, ELC and load control Transmission facilities, including transformer The implementation of the project will require approximately 10 to 12 months including the finalisation of the preparatory work (detailed design, tendering, contract awarding), actual implementation of the project, testing, commissioning and training of operators. Four people will be assigned and trained as operators for the operation and maintenance of the plant and three people as the plant management.
8.
9.
FS Proyek PLTMH Borus, di Desa Tanjung Merawa, Kec. Tiganderket, Kab. Karo
10. The total project cost is estimated to be IDR 3,482,183,600 or US$ 378,498. The specific project cost is US$ 2,058 per kW installed (18.9 Million IDR per kW installed). 11. The economic and financial analyses of the proposed investment in this hydropower scheme revealed the high financial and economic viability of the project. The key economic and financial figures are (calculation over 20 years): Average Energy Production Cost: Investment Payback Period: Internal Rate of Return: 369.48 IDR/kWh 9 years 8.35 %
CONCLUSION AND RECOMMENDATIONS 12. The report on hand proves that development of the proposed mini hydropower plant at former irrigation channel in Tanjung Merawa village, Tiganderket subdistrict, Karo district, DIY province is technically feasible but needs further analysis for economic aspect . 13. Based on the results of this study it is highly recommended to proceed with the project to the detailed design stage. As next steps it is suggested to the CAREPI that: a decision be taken on whether to implement the project, options for funding should be investigated, options for possible joint-ventures with potential investors should be investigated, an agreement/contract for the preparation of the detailed design should be negotiated, and a proposal for the grid connection in accordance with the PSK Tersebar legislation should be prepared and submitted.
FS Proyek PLTMH Borus, di Desa Tanjung Merawa, Kec. Tiganderket, Kab. Karo
DAFTAR ISI
A.
1. 2.
2.1 2.2
PENDAHULUAN ..................................................................................5
Latar Belakang............................................................................................5 Deskripsi Lokasi PLTMH ............................................................................6
Letak Lokasi ..................................................................................................................6 Aksesibilitas ..................................................................................................................7
3.
Metodologi Penulisan.................................................................................7
B.
1
1.1 1.2
C.
1 2
2.1 2.2 2.3 2.4
3 4 5 6
6.1 6.2
Ruang Lingkup Proyek.............................................................................13 Pelaksanaan Proyek .................................................................................13 Pengoperasian dan Manajemen PLTMH .................................................14 Biaya Proyek .............................................................................................14
Rencana Anggaran Biaya............................................................................................14 Biaya Operasi dan Perawatan .....................................................................................15
7
7.1 7.2 7.3 7.4
8
8.1 8.2
D.
FS Proyek PLTMH Borus, di Desa Tanjung Merawa, Kec. Tiganderket, Kab. Karo
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Karakteristik desain PLTMH Borus......................................................... 13 Tabel 2 : Estimasi biaya proyek PLTMH Borus ..................................................... 15 Tabel 3 : Biaya operasi dan perawatan PLTMH Borus.......................................... 15
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Peta lokasi PLTMH Borus di Desa Tanjung Merawa............................ 6 Gambar 2 : Grafik curah hujan bulanan dalam 5 tahun terakhir .............................. 8 Gambar 3 : Grafik curah hujan Tahunan dalam 5 tahun terakhir............................. 9 Gambar 4 : Grafik Flow Duration Curve (FDC) untuk sungai Borus ........................ 9 Gambar 5: Kurva Durasi Pembangkitan (Power Duration Curve) PLTMH Borus .. 12 Gambar 6 : Analisa keuangan dari PLTMH Borus ................................................ 16 Gambar 7 : Grafik proyeksi pendapatan selama 20 tahun ke depan..................... 17 Gambar 8: FIRR terhadap berbagai parameter .................................................... 19
LAMPIRAN
1. Komponen-komponen Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro (PLTMH) Borus 2. 3. 4. 5. 6. 7. Layout umum dari PLTMH Borus di Desa Tanjung Merawa Rencana Anggaran Biaya (RAB) Analisa Ekonomi Analisa Keuangan Daftar Harga Bahan-bahan Bangunan dan Upah Peta Topografi
FS Proyek PLTMH Borus, di Desa Tanjung Merawa, Kec. Tiganderket, Kab. Karo
A.
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Melihat potensi yang dapat dikembangkan pada saluran irigasi yang memanfaatkan air dari sungai Borus yang melintas di Desa Tanjung Merawa, maka tim CAREPI membuat pra-studi kelayakan untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro (PLTMH). Studi ini bertujuan untuk menjajaki kemungkinan membangun sebuah PLTMH dan diinterkoneksikan ke jaringan PLN dalam kerangka PSK Tersebar. Pada tanggal 12 Juni 2002, pemerintah melalui Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) menerbitkan Kepmen No. 1122 K/30/MEM/2002 tentang Pedoman Pengusahaan Pembangkit Tenaga Listrik Skala Kecil Tersebar atau dikenal sebagai PSK Tersebar. Pokok-pokok dari PSK Tersebar dapat dirangkum sebagai berikut: Pembangkit skala kecil dimaksud adalah pembangkit listrik milik usaha kecil yang menggunakan sumber energi terbarukan dengan daya terpasang pada pusat pembangkit maksimum 1 MW. Energi terbarukan adalah energi yang berasal dari dan meliputi tetapi tidak terbatas pada energi angin, matahari, mini/mikro hidro, sampah atau buangan dari hasil pertanian atau industri, sampah kota, sumber panas dari tumbuhtumbuhan (dendro-thermal sources), atau panas bumi. Diwilayah yang telah dijangkau jaringan PLN, tenaga listrik yang dihasilkan dari PSK Tersebar wajib dibeli oleh PLN sepanjang memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Harga jual tenaga listrik didalam kerangka PSK Tersebar ditetapkan sebesar 0,8 x HPP Tegangan Menengah atau 0,6 x HPP Tegangan Rendah, apabila pembangkit skala kecil tersebut berturut-turut terinterkoneksi pada Jaringan Tegangan Menengah (JTM) dan Jaringan Tegangan Rendah (JTR). Dengan potensi sumber daya alam yang ada, dukungan pemerintah dan kondisi krisis energi yang sedang kita alami, maka tim CAREPI membuat pra-studi kelayakan ini.
FS Proyek PLTMH Borus, di Desa Tanjung Merawa, Kec. Tiganderket, Kab. Karo
MHP Borus
FS Proyek PLTMH Borus, di Desa Tanjung Merawa, Kec. Tiganderket, Kab. Karo
2.2 Aksesibilitas
Desa Tanjung Merawa, Kec. Tiganderket, Kab. Karo berjarak 136 km ke arah Barat Daya dari kota Medan yang merupakan ibukota propinsi. Perjalanan dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda empat (mobil) dengan waktu tempuh sekitar 2 jam perjalanan dari Medan. Secara umum kondisi jalan yang dilalui dari Medan hingga ke Desa Tanjung Merawa dapat dikatakan cukup bagus. Bahkan kendaraan dapat mencapai hingga dekat dengan lokasi rencana rumah pembangkit (Power House). Kemudian untuk mencapai lokasi saluran irigasi yang sudah ada, kita harus menempuh kurang lebih 10 menit dengan berjalan kaki.
3. Metodologi Penulisan
Dalam membuat laporan studi kelayakan ini, analisa dan desain dilakukan berdasarkan: pengukuran debit air menggunakan current meter dan conductivity meter survei topograpi di lapangan
Peta topograpi, baik digital maupun hardcopy digunakan sebagai data pendukung. Data yang tersedia adalah sebagai berikut: data debit pada saluran irigasi Borus dari dinas Pengairan daftar harga bahan bangunan dan upah dari pemerintah Kab. Karo tahun anggaran 2006 dari dinas Pekerjaan Umum Dalam perhitungan Rencana Anggaran Biaya proyek PLTMH ini, tingkat kesalahannya diperkirakan berkisar antara 20% - 25%.
FS Proyek PLTMH Borus, di Desa Tanjung Merawa, Kec. Tiganderket, Kab. Karo
B.
237.0
217.6
226.8
199.2
206.0
117.2 106.2
104.8
58.2
83.6
O ct
M ai
ov N
Ap
Ja
Ju
Ju
Au
Fe
Se
D
bulan
Pada gambar 2 di atas dapat dilihat grafik curah hujan di kota Berastagi antara tahun 2002 sampai dengan 2006. Dimana curah hujan terkecil terjadi pada bulan Juli (musim Kemarau) sebesar 52.2 mm, sedangkan curah hujan terbesar terjadi pada bulan November (musim Hujan) sebesar 237 mm.
ec
FS Proyek PLTMH Borus, di Desa Tanjung Merawa, Kec. Tiganderket, Kab. Karo
sta. Berastagi selama 5 tahun terakhir, besarnya rata-rata curah curah hujan terjadi 2002 yang hujan yang pada dengan tertinggi m adalah 1858 mm. Data
2262.0 2000
1000
0
20 02 03
dengan
20 05 06
2,759
(gambar 3).
Av er ag e
20
20
04
tahun
Dari data curah hujan dan analisa perkiraan penguapan, maka kurva durasi debit dapat dikembangkan. FDC (Flow Duration Curve), Kurva durasi debit ini dapat dilihat dari gambar 4 di bawah ini.
FDC, PLTMH Borus Catchment Area 89.5 km
5,000
2
Debit [l/s]
4,000
20
sungai Borus
Menggunakan teori TURC yang dikembangkan untuk menganalisa FDC di daerah tropis. Lokasi-lokasi yang diamati sebagian besar berada di negara Malaysia dan Papua Nugini.
FS Proyek PLTMH Borus, di Desa Tanjung Merawa, Kec. Tiganderket, Kab. Karo
Berdasarkan gambar 4 FDC sintetis di atas, ketersediaan air untuk debit desain sebesar 1,130 l/dtk di sungai Borus dapat terlampaui sebesar 54% dalam setahun.
2 Tinggi Potensial
Tinggi kotor (gross-head) antara elevasi muka air di bak penenang dan as turbin adalah sekitar 25.05 m. Tinggi bersih (net-head) setelah dikurangi besarnya kehilangan tekanan (head loss) yang terjadi akibat gesekan pipa, termasuk belokan adalah sekitar 24.40 m.
10
FS Proyek PLTMH Borus, di Desa Tanjung Merawa, Kec. Tiganderket, Kab. Karo
C.
1 Tujuan Proyek
Tujuan proyek adalah menyediakan sumber energi listrik yang ramah lingkungan dan murah serta dapat diperbarui untuk disuplai ke jaringan PLN (grid connection).
2.2
Kapasitas Pembangkit
PLTMH Borus ini memiliki tinggi jatuh bersih 24.40 m dengan efisiensi pembangkit 0.68 serta debit desainnya 1,130 l/dtk akan dihasilkan daya keluaran sekitar 184 kW. Rata-rata daya keluaran yang akan dihasilkan dari PLTMH Borus adalah sebesar 105 kW, setelah dikurangi 4% untuk O&M dan 20 % untuk ketidaktersediaan jaringan (off-grid). Kapasitas pembangkitan pada dasarnya dihitung berdasarkan hubungan matematis sebagai berikut :
P = *g*H*Q
dengan: P g = = = daya listrik yang dibangkitkan (kW) efisiensi sistem (65% - 90%) percepatan grafitasi (9,81 m/dt2)
11
FS Proyek PLTMH Borus, di Desa Tanjung Merawa, Kec. Tiganderket, Kab. Karo
H Q
= =
Efisiensi sistem adalah seluruh efisiensi konversi mekanikal listrik yang meliputi efisiensi turbin cross flow (77%), transmisi mekanikal antara turbin generator (98%) dan generator (90%). Pada parameter desain di atas maka kapasitas desain dari pembangkit akan didapat sekitar 184 kW.
150
100
Potensi Produksi Tahunan
50
10 %
50 %
30 %
40 %
80 %
90 %
Berdasarkan kurva durasi daya dapat dihitung jumlah energi dan daya listrik ratarata yang dibangkitkan, sebesar:
10 0%
5%
0%
20
60
70
12
FS Proyek PLTMH Borus, di Desa Tanjung Merawa, Kec. Tiganderket, Kab. Karo
On-grid Potensi produksi tahunan Energi yang dapat dijual Daya jual rata-rata 1,196,683 919,053 105 kWh kWh kW
2.4 Kesimpulan
Desain PLTMH Borus dapat disimpulkan seperti dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 1 : Karakteristik desain PLTMH Borus Set-up Karakteristik Design Memanfaatkan aliran saluran irigasi dari Sungai Borus Desain debit: Tinggi jatuh kotor: Tinggi jatuh bersih: Desain kapasitas: Kapasitas rata-rata Potensi produksi daya pertahun: Persentase terpenuhi: Faktor pembangkit: Borus yang berasal 1,130 l/s 25.05 m 24.40 m 184 kW 105 kW 1,196,683 kW 54 % 57 %
PLTMH
4 Pelaksanaan Proyek
Pelaksanaan proyek PLTMH ini akan membutuhkan waktu lebih kurang 10-12 bulan termasuk persiapan awal sebuah proyek (detail desain, tender, penetapan pemenang tender), pekerjaan konstruksi (sipil, M & E, jaringan transmisi), uji coba termasuk pelatihan operator dan peresmian.
13
FS Proyek PLTMH Borus, di Desa Tanjung Merawa, Kec. Tiganderket, Kab. Karo
6 Biaya Proyek
6.1 Rencana Anggaran Biaya
Estimasi biaya untuk pelaksanaan dari skema PLTMH Borus ini dapat disimpulkan sebagai berikut:2)
2)
14
FS Proyek PLTMH Borus, di Desa Tanjung Merawa, Kec. Tiganderket, Kab. Karo
1 US$ =
9,200
IDR [IDR]
1-May-2008 Total [US$] 183,600 99,229 26,953 1,467 37,350 29,899 378,498
Ringkasan
A B C D E F Pekerjaan Sipil Peralatan Mekanikal Elektrikal Jaringan Transmisi Akuisisi Lahan Supervisi Konstruksi Biaya Tak Terduga Total Biaya Proyek (Rupiah)
1,689,124,000 912,903,000 247,970,000 13,500,000 343,619,600 275,067,000 3,482,183,600
IDR / tahun
36,000,000 21,600,000
3 4
109,532,568
15
FS Proyek PLTMH Borus, di Desa Tanjung Merawa, Kec. Tiganderket, Kab. Karo
9 tahun
Berdasarkan gambaran di atas maka nilai Financial Internal Rate of Return (FIRR) adalah sebesar 8.35%. Dengan demikian investasi yang ditanamkan akan kembali pada jangka waktu paling lama 9 tahun.
FS Proyek PLTMH Borus, di Desa Tanjung Merawa, Kec. Tiganderket, Kab. Karo
gaji untuk pengurus adalah sebagai berikut: ketua, sekretaris dan bendahara masing-masing 1 orang @ sebesar Rp. 600.000,- serta operator sebanyak 4 orang sebesar Rp. 750.000,-
produksi listrik pertahun dikurangi dengan masa operasi dan perawatan (4%) dan tingkat ketidaktersediaan jaringan (20%)
biaya untuk operasi dan perawatan : o o o operasi dan perawatan sipil: 0.7% dari biaya pekerjaan sipil operasi dan perawatan: 2% dari total biaya elektrikal dan mekanikal operasi dan perawatan: 2% dari total biaya jaringan transmisi
Millions
FS Proyek PLTMH Borus, di Desa Tanjung Merawa, Kec. Tiganderket, Kab. Karo
Kemungkian hambatan pada saat pembangunan terutama pada saat konstruksi, antara lain: penyelesaian pekerjaan yang berlarut-larut sehingga biaya investasi membengkak, atau terjadi bencana alam yang mengakibatkan pekerjaan menjadi terhambat. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah kualitas pekerjaan, karena kualitas yang kurang baik akibat dari tidak sesuai dengan spesifikasi teknis dan kurangnya pengawasan di lapangan. Ini akan berdampak pada terganggunya operasional pembangkit di kemudian hari. Karenannya penggunaan kontraktor yang berpengalaman dan baik, serta pengenaan sangsi pada setiap kelambatan harus dilakukan. Didalam analisis, resiko telah diperhitungkan sebagai biaya contigency pada setiap komponen pekerjaan antara 5-10%.
FIRR vs. Produksi Daya
FIRR 15% 10% 5% 0% 800 900 1,000 1,100 1,200 1,300 1,400 1,500 Produksi Daya (kWh/tahun)
Hubungan antara penurunan produksi listrik terhadap FIRR ditunjukkan pada Gambar 8(a). Disini terlihat bahwa penurunan produksi listrik sebesar 25% sangat mempengaruhi penurunan FIRR yang cukup signifikan menjadi 0.1%.
penurunan tarif merupakan kemungkinan yang kecil tetapi juga harus mendapatkan perhatian akan kemungkinannnya. Berdasarkan korelasi pada Gambar 8(b) diperoleh gambaran bahwa FIRR diatas 8% masih dapat dicapai selama harga pembelian rata-rata masih berkisar di Rp. 520 per-kWh.
(b)
18
FS Proyek PLTMH Borus, di Desa Tanjung Merawa, Kec. Tiganderket, Kab. Karo
Pengaruh kenaikan biaya operasional dan pemeliharaan, sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 8(c), sangat berpengaruh terhadap tingkat prosentase PLTMH Borus.
(c)
FIRR vs. Grid Availability
FIRR 16% 12% 8% 4% 0% -4%40% -8% % Ketersediaan Jaringan 50% 60% 70% 80% 90% 100%
Pengaruh tingkat ketersediaan jaringan listrik (grid availability), sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 8(d), sangat mempengaruhi tingkat prosentase FIRR.
(d)
Gambar 8: FIRR terhadap berbagai parameter
19
FS Proyek PLTMH Borus, di Desa Tanjung Merawa, Kec. Tiganderket, Kab. Karo
Hutan mempunyai fungsi sangat penting sebagai penyangga sumber air. Jika hutan tidak konsekuen dijaga, ini akan menjadi masalah besar dikemudian hari dan pasokan air untuk ke PLTMH pasti akan berkurang.
Tanpa hutan-hutan, tanah dilereng-lereng gunung akan mudah longsor waktu hujan lebat dan membahayakan warga di sekitar.
Dengan adanya PLTMH, diharapkan masyarakat lebih peduli terhadap lingkungan terutama memelihara hutan, sehingga daerah tangkapan hujan dan sumber-sumber air akan terjaga dan terlindungi.
20
FS Proyek PLTMH Borus, di Desa Tanjung Merawa, Kec. Tiganderket, Kab. Karo
D.
Pembangunan PLTMH Borus di Desa Tanjung Merawa, Kec. Tiganderket, Kab. Karo, Prov. DIY sebagai salah satu sumber penghasil listrik adalah layak secara teknik dan perlu analisa yang lebih teliti dan mendalam untuk kelayakan ekonomi. Mengingat semakin krisisnya sumber daya energi yang mengakibatkan kemungkinan meningkatnya tarif PLN baik sekarang maupun yang akan datang, diharapkan instansi atau lembaga donor tertarik untuk membangun PLTMH yang secara ekonomi lebih menguntungkan dibanding dengan PLTD. Proyek PLTMH ini disarankan untuk ditindaklanjuti dan dilaksanakan ke tahap studi kelayakan (feasibility study).
21