Liken Simpleks Kronik Adoro

You might also like

Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 22

REFERAT

LIKEN SIMPLEKS KRONIS

Disusun Oleh: Riduan Adoro Lumban Gaol 0861050033 Pembimbing : Dr. Retno Sawitri, SpKK

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN RSUD BEKASI PERIODE 22 JULI 2013 - 24 AGUSTUS 2013 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA JAKARTA 2013
1

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas referat mengenai topik Liken Simpleks Kronis sebagai salah satu tugas kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada dr.Retno Sawitri, SpKK yang telah membimbing penulis dalam kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, serta kepada semua pihak yang telah membantu khususnya dalam penyelesaian referat ini. Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu, saya mohon maaf atas segala kesalahan dan kekurangan yang ada dan penulis juga menerima adanya kritik dan saran yang membangun atas isi daripada referat ini. Akhir kata, semoga referat ini dapat berguna bagi para pembaca. Sekian dan terima kasih. Penulis.

DAFTAR ISI Kata Pengantar......................................................................................................................i Daftar Isi..............................................................................................................................ii Bab I Pendahuluan...............................................................................................................1 Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 Epidemiologi................................................................................................2 Etiologi.........................................................................................................2 Patogenesis...................................................................................................3 Gejala Klinis................................................................................................4 Pemeriksaan Penunjang...............................................................................7 Diagnosis......................................................................................................9 Diagnosis Banding.......................................................................................9 Penatalaksanaan.........................................................................................14 Prognosis....................................................................................................17

Bab III Kesimpulan............................................................................................................18 Daftar Isi............................................................................................................................19

ii

BAB I PENDAHULUAN Liken simpleks kronis atau juga dikenal dengan Neurodermatitis sirkumskripta adalah penyakit peradangan kronis pada kulit, gatal, sirkumskripta, dan khas ditandai dengan likenifikasi. Likenifikasi timbul sebagai respon dari kulit akibat gosokan dan garukan yang berulang-ulang dalam waktu yang cukup lama, atau kebiasaan menggaruk pada satu area tertentu pada kulit sehingga garis kulit tampak lebih menonjol menyerupai kulit batang kayu. Secara histologis, karakteristik likenifikasinya adalah akantosis dan hyperkeratosis dan secara klinis muncul penebalan dari kulit, utamanya pada permukaan kulit.1-6 Gejala dan tanda yang khas seperti gatal, terlikenifikasi, dan sirkumskripta yang dapat muncul di berbagai tempat dari tubuh merupakan karakteristik dari liken simpleks kronik yang juga dikenal sebagai neuroderamtitis sirkumskripta. Penyakit ini memiliki predileksi di punggung, leher, dan ekstremitas terutama pergelangan tangan,kaki, dan lutut. 1-3,7 Neurodermatitis sirkumskripta merupakan proses yang sekunder ketika seseorang mengalami sensasi gatal pada daerah kulit yang spesifik dengan atau tanpa kelainan kulit yang mendasar yang dapat mengakibatkan trauma mekanis pada kulit yang berakhir dengan likenifikasi. Penyakit ini biasanya timbul pada pasien dengan kepribadian yang obsessif, dimana selalu ingin menggaruk bagian tertentu dari tubuhnya.2,3,5,7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 EPIDEMIOLOGI Liken simpleks kronis jarang ditemukan pada anak-anak. Biasanya terjadi pada orang dewasa. Puncaknya ditemukan antara umur 30 sampai 50 tahun. Lebih banyak ditemukan pada wanita dibandingkan pria. Insidens tertinggi didapatkan pada bangsa ras Asia. 1,3,6 Likenifikasi terutama mudah diinduksi dalam Mongoloid dan hitam kulit Afrika.2 2.2 ETIOLOGI Penyebab penyakit ini belum diketahui secara pasti. Namun ada berbagai faktor yang mendorong terjadinya rasa gatal pada penyakit ini, faktor penyebab dari liken simpleks kronis dapat dibagi menjadi dua, yaitu : 6,7 2.2.1 Faktor eksterna 2.2.1.1 Lingkungan Faktor lingkungan seperti panas dan udara yang kering dapat berimplikasi dalam menyebabkan iritasi yang dapat menginduksi gatal. Suhu yang tinggi memudahkan seseorang berkeringat sehingga dapat mencetuskan gatal, hal ini biasanya menyebabkan liken simpleks kronis pada daerah anogenital.3,6 2.2.1.2 Gigitan Serangga Gigitan seranga dapat menyebabkan reaksi radang dalam tubuh yang mengakibatkan rasa gatal.1,4 2.2.2 Faktor Interna

2.2.2.1 Dermatitis Atopik Asosiasi antara liken simpleks kronis dan gangguan atopik telah banyak dilaporkan, sekitar 26% sampai 75% pasien dengan dermatitis atopik terkena liken simpleks kronis. 1,3

2.2.2.2 Psikologis 2

Anxietas telah dilaporkan memiliki prevalensi tertinggi yang mengakibatkan liken simpleks kronis. Anxietas sebagai bagian dari proses patologis dari lesi yang berkembang. Telah dirumuskan bahwa neurotransmitter yang mempengaruhi perasaan, seperti : dopamine, serotonin, atau peptide opioid, memodulasikan persepsi gatal melalui penurunan jalur spinal. Tekanan emosi juga dapat mempengaruhi timbulnya pruritus yang mendasari liken simpleks kronis. 1,3 2.3 PATOGENESIS Stimulus untuk perkembangan liken simpleks kronis adalah pruritus. Pruritus sebagai dasar dari gangguan kesehatan dapat berhubungan dengan gangguan kulit, proliferasi dari nervus, dan tekanan emosional. Pruritus yang memegang peranan penting dapat dibagi dalam dua kategori besar, yaitu pruritus tanpa lesi dan pruritus dengan lesi. Pasien dengan liken simpleks kronis mempunyai gangguan metabolik atau gangguan hematologik. Pruritus tanpa kelainan kulit dapat ditemukan pada penyakit sistemik, misalnya gagal ginjal kronik, obstruksi kelenjar biliaris, Limfoma Hodgkins, polisitemia rubra vera, hipertiroidisme, gluten-sensitive enteropathy, dan infeksi imunodefisiensi. Pruritus yang disebabkan oleh kelainan kulit yang terpenting adalah dermatitis atopik, dermatitis kontak alergi, dermatitis statis, dan gigitan serangga. 1,2,3 Pada pasien yang memiliki faktor predisposisi, garukan kronik dapat menimbulkan penebalan dan likenifikasi. Jika tidak diketahui penyebab yang nyata dari garukan, maka disebut neurodermatitis sirkumskripta. Adanya garukan yang terus-menerus diduga karena adanya pelepasan mediator dan aktivitas enzim proteolitik. Walaupun sejumlah peneliti melaporkan bahwa garukan dan gosokan timbul karena respon dari adanya stress. Adanya sejumlah saraf mengandung immunoreaktif CGRP (Calsitonin Gene-Related Peptida) dan SP (Substance Peptida) meningkat pada dermis. Hal ini ditemukan pada prurigo nodularis, tetapi tidak pada neurodermatitis sirkumskripta. Sejumlah saraf menunjukkan imunoreaktif somatostatin, peptide histidine, isoleucin, galanin, dan neuropeptida Y, dimana sama pada neurodermatitis sirkumskripta, prurigo nodularis dan kulit normal. Hal tersebut menimbulkan pemikiran bahwa proliferasi nervus akibat dari trauma mekanik, seperti garukan dan goresan. SP dan CGRP melepaskan histamin dari 3

sel mast, dimana akan lebih menambah rasa gatal. Membran sel schwann dan sel perineurium menunjukkan peningkatan dan p75 nervus growth factor, yang kemungkinan terjadi akibat dari hyperplasia neural. Pada papilla dermis dan dibawah dermis alphaMSH (Melanosit Stimulating Hormon) ditemukan dalam sel endotel kapiler. 1-3,8 2.4 GEJALA KLINIS Gatal yang berat merupakan gejala dari liken simpleks kronik. Gatal bisa paroksismal, terus-menerus, atau sporadik. Menggosok dan menggaruk mungkin di sengaja dengan tujuan menggantikan sensasi gatal dan nyeri, atau dapat secara tidak sengaja yang terjadi pada waktu tidur. Keparahan gatal dapat di perburuk dengan berkeringat, suhu atau iritasi dari pakaian. Gatal juga dapat bertambah parah pada saat terjadi stress psikologis.3 Pada liken simpleks kronik, penggosokan dan penggarukan yang berulang menyebabkan terjadinya likenifikasi (penebalan kulit dengan garis-garis kulit semakin terlihat) plak yang berbatas tegas dengan ekskoriasis, sedikit edematosa, lambat laun edema dan eritema menghilang. Bagian tengah berskuama dan menebal, sekitarnya hiperpigmentasi, batas dengan kulit normal tidak jelas. Biasanya, hanya satu plak yang tampak, namun dapat melibatkan lebih dari satu tempat.3 Tempat yang biasa terjadi liken simpleks kronik adalah kulit kepala, tengkuk leher (terutama pada wanita) pergelangan kaki, eksremitas ekstensor, dan region anogenital. Daerah genital yang sering terkena adalah labia mayora pada wanita dan skrotum pada laki-laki. Pada pasien dengan eczema atopi, intervensi kulit lebih berlikenifikasi dan serotik. Pada pasien non atopi, tanda kutaneus dari penyakit sistemik atau limfadenopati dapat terjadi.1,2,6,9

Gambar : Liken simpleks kronis ( dikutip dari kepustakaan 7 )

Gambar : likenifikasi,hipopigmen & hiperpigmentasi pada scrotum (dikutip dari kepustakaan 3)

Gambar : Hiperpigmentasi pada daerah tengkuk. ( dikutip dari kepustakaan 2)

Gambar : hyperkeratotic fissured eczema (dikutip dari kepustakaan 6)

Gambar : Lichen simplex chronicus Excoriated, lichenified plaque with accentuated skin lines caused by repeated scratching of the area. (dikutip dari kepustakaan
10)

Gambar : Plak liken simpleks kronis dengan memperlihatkan lesi yang berbatas tegas
(dikutip dari kepustakaan 8)

2.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG 2.5.1 Tes Laboratorium

Pada pemeriksaan laboratorium tidak ada tes yang spesifik untuk liken simpleks kronis. Tetapi walaupun begitu, satu studi mengemukakan bahwa 25 pasien dengan liken simpleks kronis positif terhadap patch test. Pada dermatitis atopik dan mikosis fungiodes bisa terjadi likenefikasi generalisata oleh sebab itu merupakan indikasi untuk melakukan patch test. Pada pasien dengan pruritus generalisata yang kronik yang diduga disebabkan oleh gangguan metabolik dan gangguan hematologi, maka pemeriksaan hitung darah harus dilakukan, juga dilakukan tes fungsi ginjal dan hati, tes fungsi tiroid, elektroforesis serum, tes zat besi serum, tes kemampuan pengikatan zat besi ( iron binding capacity), dan foto dada. Kadar immunoglobulin E dapat meningkat pada neurodermatitis yang atopik, tetapi normal pada neurodermatitis nonatopik. Bisa juga dilakukan pemeriksaan potassium hydroksida pada pasien liken simpleks genital untuk mengeleminasi tinea cruris.8,9 2.5.2 Histopatologi

Pemeriksaan histopatologi untuk menegakkan diagnosis liken simpleks kronis adalah menunjukkan proliferasi dari sel schwann dimana dapat membuat infiltrasi selular yang 7

cukup besar. Juga ditemukan neural hyperplasia.

Didapatkan adanya hiperkeratosis

dengan area yang parakeratosis, akantosis dengan pemanjangan rete ridges yang irregular, hipergranulosis dan perluasan dari papillo dermis. Spongiosis bisa ditemukan, tetapi vesikulasi tidak ditemukan. Papilomatosis kadang-kadang ditemukan. Ekskoriasi, dimana ditemukan garis ulserasi punctata karena adanya jaringan nekrotik bagian superficial papillary dermis. Fibrin dan neutrofil bisa ditemukan, walaupun keduanya biasanya ditemukan pada penyakit dermatosis yang lain. Pada papillary dermis ditemukan peningkatan jumlah fibroblas.1,9

Gambar : Histopatologi (dikutip dari kepustakaan 6)

2.6

DIAGNOSIS

Diagnosis untuk liken simpleks kronis dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang. Pasien dengan neurodermatitis 8

sirkumskripta mengeluh merasa gatal pada satu daerah atau lebih. Sehingga timbul plak yang tebal karena mengalami proses likenifikasi. Biasanya rasa gatal tersebut muncul pada tengkuk, leher, ekstensor kaki, siku, lutut, pergelangan kaki. Eritema biasanya muncul pada awal lesi. Rasa gatal muncul pada saat pasien sedang beristirahat dan hilang saat melakukan aktivitas dan biasanya gatal timbul intermiten.1,3 Pemeriksaan fisis menunjukkan plak yang eritematous, berbatas tegas, dan terjadi likenifikasi. Terjadi perubahan pigmentasi, yaitu hiperpigmentasi.2,3 Pada pemeriksaan penunjang histopatologi didapatkan adanya hiperkeratosis dengan area yang parakeratosis, akantosis dengan pemanjangan rete ridges yang irregular, hipergranulosis dan perluasan dari papil dermis.1,9

2.7 a.

DIAGNOSIS BANDING Dermatitis kontak alergi Dermatitis kontak alergi adalah inflamasi dari kulit yang diinduksi oleh bahan kimia

Kasus-kasus primer yang umumnya menyebabkan likenifikasi adalah :

yang secara langsung merusak kulit dan oleh sensitifitas spesifik pada kasus penderita umumnya mengeluh gatal. Kelainan kulit tergantung pada keparahan dermatitis dan lokalisasinya. Pada yang akut dimulai dengan bercak eritematous yang berbatas jelas kemudian diikuti dengan edema, papulovesikel, vesikel atau bulla. Vesikel atau bulla dapat pecah menimbulkan erosi dan eksudasi.5,8

Gambar : dermatitis kontak alergi disebabkan alergi pada kancing dari celana jeans (dikutip dari kepustakaan 6) b. Plak psoriasis Psoriasis merupakan gangguan peradangan kulit yang kronik, dengan karakteristik plak eritematous, berbatas tegas, berwarna putih keperakan, skuama yang kasar, berlapislapis, transparan, disertai fenomena tetesan lilin, auspitz dan kobner. Lokasi terbanyak ditemukan di daerah ekstensor. Penyebabnya belum diketahui secara pasti, tetapi beberapa hipotesa telah mendapatkan bahwa penyakit ini bersifat autoimun, dan residif. 6

Gambar : Psoriasis : plak ekstensif (dikutip dari kepustakaan 6) c. Dermatitis seboroik Dermatitis seboroik merupakan gangguan papuloskuamosa yang terdapat pada daerah kaya sebum seperti kulit kepala, wajah dan punggung. Dermatitis ini berhubungan dengan malassezi, abnormalitas imunologis, dan aktivasi dari komplemen. Berhubungan 10

erat dengan keaktifan glandula sebasea. Biasa terjadi pada bayi umur bulan pertama dan mencapai puncak pada umur 18-40 tahun. Kelainan kulit terdiri atas eritema dam skuama yang berminyak dan agak kekuningan, batasnya agak kurang tegas.6

Gambar : Dermatitis seboroik aktiv pada wajah (dikutip dari kepustakaan 6)

Gambar seboroik
(d

Dermatitis pada bayi

ikutip dari kepustakaan 6)

11

d.

Liken Planus Lesi yang pruritis, erupsi popular dikarakteristikkan polygonal, berbatas fleksor genitalia dan tegas. dari dan yang dengan kadang Sering

warna kemerahan berbentuk

ditemukan pada permukaan ekstremital, membrane

mukus. Mirip dengan reaksi mediasi imunologis. Liken planus ditandai dengan papulpapul yang mempunyai warna dan konfigurasi yang khas. Papul-papul berwarna merah biru, berskuama, dan berbentuk siku-siku.9

Gambar : Liken planus : stiking kobner pada lengan. (dikutip dari kepustakaan 6)

12

e.

Dermatitis atopi Peradangan kulit kronis yang residif disertai gatal, yang umumnya sering terjadi

selama masa bayi dan anak-anak. Sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita. Kelainan kulit berupa papul gatal, yang kemudian mengalami ekskoriasi dan likenifikasi, distribusinya di lipatan. Gambaran lesi kulit pada remaja dan dewasa dapat berupa plak papuler, eritematosa, dan berskuama atau plak likenifikasi yang gatal.9

Gambar :Dermatitis atopi pada anak terdapat pada sekitar mata akibat garukan.(dikutip
dari kepustakaan 6)

2.8

PENATALAKSANAAN dari neurodermatitis sirkumskripta secara primer adalah

Penatalaksanaan

menghindarkan pasien dari kebiasaan menggaruk dan menggosok secara terus-menerus. Ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti memotong kuku pasien, memberikan antipruritus, glukokortikoid topikal atau intralesional, atau produk-produk ter, konsultasi

13

psikiatrik, dan mengobati pasien dengan cryoterapi, cyproheptadine, atau capsaicin yang hampir sama penatalaksaan pada chronic eczematous inflammation.1,5,7,8 a. Steroid topikal Merupakan pengobatan pilihan karena dapat mengurangi peradangan dan gatal serta perlahan-lahan menghaluskan hiperkeratosisnya. Karena lesinya kronik. Pentalaksanaannya biasanya lama. Pada lesi yang besar dan aktif, steroid potensi sedang dapat digunakan untuk mengobati inflamasi akut. Tidak direkomendasikan untuk kulit yang tipis (vulva, skrotum, axilla dan wajah). Steroid potensi kuat digunakan selama 3 minggu pada area kulit yang lebih tebal.1,8 1. Clobetasol Topical steroid super poten kelas 1: menekan mitosis dan menambah sintesis protein yang mengurangi peradangan dan menyebabakan vasokonstriksi.8 2. Betamethasone dipropionate cream 0,05%.8 Untuk peradangan kulit yang berespon baik terhadap steroid. Bekerja mengurangi peradangan dengan menekan migrasi leukosit polimorfonuklear dan memeperbaiki permeabilitas kapiler.8 3. Triamcinolone 0,025 %, 0.1%, 0.5 % atau ointment Untuk peradangan kulit yang berespon baik terhadap steroid. Bekerja mengurangi peradangan dengan menekan migrasi leukosit polimorfonuklear dan memeperbaiki permeabilitas kapiler.8 4. Fluocinolone cream 0.1 % atau 0.05% Topical kortikosteroid potensi tinggi yang menghambat proliferasi sel. Mempuyai sifat imonusupresif dan sifat anti peradangan.8 b. Obat oral anti anxietas dan sedasi Obat oral dan anti anxietas dapat dipertimbangkan pada beberapa pasien. Menurut kebuthan individual, penatalaksanaan dapat dijadwalkan setiap hari, pada saat pasien tidur, atau keduanya. Antihistamin seperti dipenhydramine dan hidroxyzine biasa digunakan. Doxepin dan clonazepam dapat dipertimbangkan pada beberapa kasus.8 c. Agen anti pruritus

14

Obat oral dapat mengurangi gatal dengan memblokir efek pelepasan histamine secara endogen. Gatal berkurang, pasien merasa tenang atau sedative dan merangsang untuk tidur. Obat topical menstabilisasi membrane neuron dan mencegah inisiasi dan transmisi implus saraf sehingga memberi aksi anestesi lokal.8 1. Dipenhidramin, Untuk meringankan gejala pruritus yang disebabkan oleh pelepasan histamine. 2. Cholorpheniramine Bekerja sama dengan histamine atau permukaan reseptor H1 pada sel efektor di pembuluh darah dan traktus respiratori. 3. Hidroxyzine Reseptor H1 antagonis diperifer. Dapat menekan aktifitas histamine di region subkortikal system saraf pusat. 4. Klonazepam Untuk anxietas yang disertai pruritus. Berikatan dengan reseptor- reseptor di SSP, termasuk sistem limbik dan pembentukan retikular. Efeknya bisa dimediasi melalui reseptor GABA.8 d. Agen imunosupresor Tacrolimus, Mekanisme kerjanya pada liken simpleks kronik tidak diketahui. Dapat mengurangi gatal dan peradangan dengan menekan pelepasan sitokin dari sel T. juga menghambat transkripsi gen yang mengkode IL-3, IL-4, IL5, GM-CSF, dan TNF- alfa, yang semuanya terlibat dalam aktivasi sel T derajat dini. Juga dapat menghambat pelepasan mediator sel mast dan basofil kulit dan mengurangi regulasi ekspresi FCeRI pada sel langerhans. Obat dari kelas ini lebih mahal dari kortikosteroid topical. Terdapat dalam bentuk ointment dalam konsentrasi 0.03% dan 0.1%. indikasi apabila pilihan terapi yang lain tidak berhasil.8 e. Immunodilator Berasal dari ascomycin, suatu bahan alami yang diproduksi oleh jamur streptomyces hygroscopicus var asmyeticus, bekerja menghambat produksi dan pelepasan sitokin inflamasi dari sel T teraktivasi secara selektif dan berikatan dengan reseptor imunofilin sitosolik makrofilin 12 (cytosolic immunophili receptor macrophilin-12). 15

Menghambat kompleks yang menghambat kalsineurin fofatase, yang kemudian memblokir aktivasi sel T dan pelepasan sitokin. Atropi kutaneus tidak didapati pada percobaan klinis yang merupakan kelebihan terhadap kortikosteroid topical. Indikasi apabila pilihan terapi yang lain tidak berhasil.8

2.9 PROGNOSIS Prognosis untuk penyakit liken simpleks kronis adalah : 2.9.1 2.9.2 2.9.3 2.9.4 Lesi bisa sembuh dengan sempurna.8 Rasa gatal dapat diatasi, likenifikasi yang ringan dan perubahan pigmentasi dapat diatasi setelah dilakukan pengobatan.8 Relaps dapat terjadi, apabila dalam masa stress atau tekanan emosional yang meningkat.8 Pengobatan untuk pencegahan pada stadium-stadium awal dapat membantu untuk mengurangi proses likenifikasi.8 Biasanya prognosis berbeda-beda, tergantung dari kondisi pasien, apabila ada gangguan psikologis dan apabila ada penyakit lain yang menyertai. Pengobatan yang teratur dapat meringankan kondisi pasien. Penyebab utama dari gatal dapat hilang, atau dapat muncul kembali. Pencegahan pada tahap awal dapat menghambat proses penyakit ini.2,8

16

BAB III KESIMPULAN Liken simpleks kronis atau juga dikenal dengan Neurodermatitis sirkumskripta adalah penyakit peradangan kronis pada kulit, gatal, sirkumskripta, dan khas ditandai dengan likenifikasi. Likenifikasi timbul sebagai respon dari kulit akibat gosokan dan garukan yang berulang-ulang dalam waktu yang cukup lama, atau kebiasaan menggaruk pada satu area tertentu pada kulit sehingga garis kulit tampak lebih menonjol menyerupai kulit batang kayu. Secara histologis, karakteristik likenifikasinya adalah akantosis dan hyperkeratosis dan secara klinis muncul penebalan dari kulit, utamanya pada permukaan kulit. Gejala dan tanda yang khas seperti gatal, terlikenifikasi, dan sirkumskripta yang dapat muncul di berbagai tempat dari tubuh merupakan karakteristik dari liken simpleks kronik yang juga dikenal sebagai neuroderamtitis sirkumskripta. Penyakit ini memiliki predileksi di punggung, leher, dan ekstremitas terutama pergelangan tangan,kaki, dan lutut. Diagnosis untuk liken simpleks kronis dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang. Pasien dengan neurodermatitis sirkumskripta mengeluh merasa gatal pada satu daerah atau lebih. Sehingga timbul plak yang tebal karena mengalami proses likenifikasi. Biasanya rasa gatal tersebut muncul pada tengkuk, leher, ekstensor kaki, siku, lutut, pergelangan kaki. Eritema biasanya muncul pada awal lesi. Rasa gatal muncul pada saat pasien sedang beristirahat dan hilang saat melakukan aktivitas dan biasanya gatal timbul intermiten. 17

Biasanya prognosis berbeda-beda, tergantung dari kondisi pasien, apabila ada gangguan psikologis dan apabila ada penyakit lain yang menyertai. Pengobatan yang teratur dapat meringankan kondisi pasien. Penyebab utama dari gatal dapat hilang, atau dapat muncul kembali. Pencegahan pada tahap awal dapat menghambat proses penyakit ini.

DAFTAR PUSTAKA 1. Djuanda, Adhi. Neurodermatitis Sirkumskripta. Dalam :Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Editor: Adhi Djuanda, Mochtar Hamzah, dan Siti Aisah. Edisi V. cetakan V. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010. Hal 147148. 2. Holden AC,Berth-jones J. In : Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C, Editors.Rooks textbook of dermatology ; Eczema, prurigo, lichenification, and erithroderma.7th.Italy : Blackwell scienc:2004.P. 1741-1743 3. Soter NA. Numular Eczema and Lichen Simpleks Chronicus/Prurigo Nodularis In : Freedberg IM, Eizen AZ, Wollf K, Austen KF, Goldsmith LA, Katz SI, eds. Fitzpatricks Dermatology in General Medicine. 7th ed. New York : Mc. Graw Hill ; 2003. p. 160-162 4. Hogan JD. Lichen Simplex Chronicus. Cited on October 7th 2011. available at http://emedicine.medscape.com/article/1123423-overview#showall 5. Habif TP. Clinical Dermatology. 4th ed. Edinburgh : Mosby ; 2004. p. 54-65 6. Hunter John, John Savin, Marck Dahl editors. Clinical dermatology: eczema and dermatitits.3rd edition Blackwell publishing 2002.p.70 7. Anderws. Diseases of the Skin Clinical Dermatology. 9th ed.Philadelphia(USA) ; 2000.p.58 8. Hogan JD. Lichen Simplex Chronicus. Cited on October 7th 2011. Available : http://emedicine.medscape.com/article/1123423-treatment 18

9. Zaidi Zohra, Lanigan SW. Dermatology in Clinical Practice; Lichen Simpleks Chronicus. United Kingdom: Springer Wien New York; 2010.p.174-176 10. Shou-Mei K, Lio PA , Stratigos AJ, Johnson RA. Lichen Simplex Chronicus. In : Color Atlas & Synopsis of Pediatric Dermatology.ed.2 rd. New York. The McGraw-Hill Companies, Inc.. 2009. P.42-44.

19

You might also like