Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 21

1

ABSTRAC

EFFECT OF THE USE OF SUPPLEMENTS PSIDII FOLIUM EXTRACT (PSIDIUM GUAJAVA LINN.) AND RED FERMENTED RICE (MONASCUS PURPUREUS) IN INCREASE OF TROMBOCYTES AT DENGUE HEMORRHAGIC FEVER (DHF) SCIENCE IN THE INSTALLATION OF DISEASE IN HOSPITAL DR. M. DJAMIL PADANG

By SEPTI MUHARNI Advised by Prof. Dr. Almahdy A,MS, Apt; dr.Rose Dinda Martini,SpPD

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)is contagious disease cawsed by dengue virus and transmitted from bite of aedes aegypti mosquito. Frequently prevention method given is ordering medicine and IVFD management. Non pharmacology method such as psidii folium extract and red fermented rice still not recomended. The purpose of this research is to know the effek use psidii folium extract management and red fermented rice at increase trombocytes in patient sufferings DHF at RSUP. DR. M. Djamil Padang. The research design quasi experimental with pre and post test design. The study was carried on from Februari to April 2011 in RSUP. DR. M. Djamil Padang and willing to give informed consent were included. The subject were 20 patient sufferi DHF in intenist word. Patients with hematology abnormality, heart and lung disease, salicylic acid treatment, severe hemorrhagic condition, and descent consciousness were excluded. Thrombocytes was done once every 12 hours every day. Furthermore, the changes of thrombocytes count from start to end were analyzed using t-independent-test (to analyze the difference of changes between groups) and chisquare (to analyze the response rate between groups). In this trial of 20 subjects, the thrombocytes count of the test group was significantly increased compared with the control group p0.05 (p=0,0120) and the increasing of thrombocytes response rate in the test group was significantly different from that in the control group p 0.01 (p=0,0034). In conclusion, the results of this trial have proven that Psidii folium extract could treat thrombocytopenia.

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang biasa disebut Dengue

Haemorrahagic Fever (DHF) merupakan satu dari beberapa penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan di dunia terutama negara berkembang (Supharta, 2008; Rahayuningsih, 2005; Siregar, 2006). Angka morbiditas dan mortalitas DBD dari tahun ke tahun terus menunjukkan peningkatan dan terjadi di semua propinsi di Indonesia. Pada tahun 2004 terjadi kenaikan kejadian DBD yang cukup signifikan dan terjadi pada 30 propinsi dari 32 propinsi di Indonesia (Yasin, 2009). Di Sumatera Barat, kasus DBD tahun 2000 sampai dengan tahun 2004 rata-rata 476 kasus pertahun, 90% terdapat di kota Padang. Di Rumah Sakit DR. M. Djamil Padang selama tahun 2008 penderita DBD yang di rawat di bangsal penyakit dalam rata-rata 45 orang perbulan. Semua pasien yang di rawat, diagnosis yang ditegakkan berdasarkan kriteria WHO (Doarest, 2010). Gambaran klinis yang menonjol pada DBD adalah terdapatnya kebocoran plasma dan perdarahan. Perdarahan yang terjadi merupakan kombinasi dari trombositopenia dan koagulapati (Lei HY, 2001). Virus dengue setelah menginfeksi manusia akan berkembang di dalam peredaran darah dan akan mengaktifkan makrofag. Segera terjadi viremia selama dua hari sebelum timbul gejala dan berakhir setelah lima hari gejala panas mulai. Tubuh akan melepas antibodi yang spesifik terhadap protein dari VD. Reaksi silang terhadap serotip VD oleh antibodi antiVD non neutralizing akan memudahkan infeksi dengue pada monosit. Awalnya akan terbentuk kompleks partikel VD-antibodi anti-protein non struktural tipe 1 VD (anti-NS1 VD). Kemudian dengan perantaran reseptor Fc, VD lebih mudah masuk kedalam monosit dan akan merangsang pengeluaran mediator pro-inflamasi yang memperberat gejala klinis.

Keadaan tersebut di kenal sebagai mekanisme Antibody Dependent Enhancement (ADE) (Doarest, 2010). Pada tahun 1973 Halstead mengeluarkan suatu hipotesis Secondary Heterologous Infection yang mengatakan bila reaksi DBD muncul setelah proses re-infeksi sehingga akan ditemukan konsentrasi kompleks imun yang tinggi. Hipotesis tersebut kemudian disempurnakan oleh Kurane dan Ennis (tahun 1994) yang menyatakan bahwa infeksi virus dengue menyebabkan aktivasi makrofag yang akan mengaktivasi limfosit T helper dan sitotoksik sehingga diproduksi limfokin dan interferon-. Sekresi interferon- tersebut yang akan menimbulkan aktivasi monosit sehingga disekresi berbagai mediator inflamasi lainnya seperti TNF-, IL-1, PAF (Platelet Activating Factor), IL-6 dan histamin maupun peningkatan C3a dan C5a sehingga terjadi suatu disfungsi endotel dan kebocoran plasma. Melihat teori ini maka infeksi dengue sekunder tentu akan menghasilkan manifestasi klinis yang lebih berat (Doarest, 2010). Banyak jenis tanaman yang tumbuh di Indonesia yang sebagian besar dapat digunakan sebagai sumber bahan obat alam dan telah banyak digunakan oleh masyarakat secara turun temurun untuk keperluan pengobatan guna mengatasi masalah kesehatan. Obat tradisional tersebut perlu diteliti dan dikembangkan sehingga dapat bermanfaat secara optimal untuk peningkatan kesehatan masyarakat salah satunya adalah daun jambu biji (Anggraini, 2008). Daun jambu biji (Psidium Guajava Linn.) ternyata mengandung berbagai macam komponen yang berkhasiat mengatasi DBD. Kelompok senyawa tanin dan flavonoid yang dinyatakan sebagai quersetin dalam ekstrak daun jambu biji dapat menghambat aktivitas enzim reverse trancriptase sehingga dapat menghambat pertumbuhan VD. Ekstrak daun jambu biji juga dapat meningkatkan jumlah megakariosit dalam sum-sum tulang sehingga dapat meningkatkan jumlah trombosit dalam darah (Soegijanto, 2008; Achmad, 2001).

Red Fermented Rice (RFR) di kenal juga dengan nama angkak merupakan salah satu obat herbal yang banyak digunakan oleh masyarakat untuk meningkatkan jumlah trombosit terutama pada kasus demam berdarah. Angkak merupakan hasil fermentasi beras yang menggunakan kapang Monascus Purpureus (Rindiastuti, 2008; Danuri, 2008). Hal yang penting yang harus diperhatikan dalam DBD adalah disfungsi endotel dan trombositopenia, yang terjadi melalui mekanisme inflamasi atau apoptosis. Salah satu alternatif untuk mencegahnya adalah dengan pemanfaatan angkak. Angkak ini mengandung isoflavon dan lovastatin yang berperan sebagai agen anti inflamasi (Rindiastuti, 2008). Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik melakukan uji klinis untuk melihat efek penggunaan suplemen kombinasi ekstrak daun jambu biji dan angkak dalam meningkatkan kadar trombosit pada penderita DBD di bagian rawat inap Penyakit Dalam RSUP. DR. M. Djamil Padang yang diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih optimal dan penelitian ini belum pernah dilakukan di RSUP. DR. M. Djamil Padang.

1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas maka dirumuskan permasalahan penelitian ini adalah apakah pemberian kombinasi ekstrak daun jambu biji dan angkak efektif untuk meningkatkan jumlah trombosit pada pasien DBD.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum Melihat efek pemberian kombinasi ekstrak daun jambu biji dan angkak dalam meningkatkan trombosit pada pasien DBD di bagian rawat inap Ilmu Penyakit Dalam RS. DR. M. Djamil Padang.

1.3.2 Tujuan khusus 1. Untuk melihat karakteristik dari pasien DBD. 2. Untuk melihat efek peningkatan trombosit. 3. Untuk melihat efek samping penggunaan kombinasi ekstrak daun jambu biji dan angkak.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Demam Berdarah Dengue (DBD) 2.1.1 Definisi Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang termasuk dalam kelompok infeksi Virus Dengue, yang terjadi akibat interaksi penyebab penyakit dengan hospes (penderita) dan lingkungannya. Banyak populasi aedes aegypti sebagai vektor penyakit terkait dengan perubahan cuaca yaitu musim hujan yang terjadi pada saat musim panas (Wongso, 2008; Roose, 2008). 2.1.2 Trombositopenia pada DBD Pada pasien DBD, kejadian trombositopenia dijumpai lebih dari 80% penderita. Sumarmo menemukan trombositopenia sebanyak 81% kasus di RSCM Jakarta (Doarest, 2010; ). Selama stadium demam, jumlah trombosit mulai menurun dan mencapai nilai terendah selama stadium renjatan, kemudian meningkatkan dengan cepat pada stadium konvalesen. Trombositopenia di mulai pada hari ketiga demam dan yang paling rendah pada hari kelima demam dan kembali normal pada hari ke 7-10 (Dian, 2006) Trombositopenia pada infeksi dengue merupakan hal yang kompleks, melibatkan trombosit yang teraktivasi, faktor koagulan, antikoagulan serta aktivasi komplemen, sitokin dan sel endotel. Salah satu penyebab trombositopenia adalah produksi trombosit turun oleh karena penekanan megakariosit sum-sum tulang. Gambaran sum-sum tulang pada fase awal infeksi (< 5 hari) terjadi peningkatan proses hematopoesis termasuk megakariopoesis (Doarest, 2010). Pada pasien DBD terdapat kemiripan sekuens antara peptida VD dan protein endogen tubuh yang menyebabkan aktivasi silang sel T dan B. keadaan ini yang menjadi salah satu mekanisme untuk reaksi autoimun selama infeksi dengue. Kemiripan molekul tersebut

terdapat pada epitop protein di permukaan trombosit dan pembuluh darah. Keadaan ini yang memicu terjadinya trombositopenia dan plasma leakage melalui reaksi autoimun (Thanh, 2008). Trombositopenia pada infeksi dengue dapat terjadi melalui beberapa mekanisme. Pertama, VD melekat pada permukaan trombosit dan menyebabkan aktivasi trombosit sehingga terjadinya trombositopenia akibat pemakaian berlebih. Kedua, terbentuk antibodi yang mempunyai spesifisitas terhadap permukaan trombosit. Ikatan antibodi pada permukaan trombosit, dapat mengaktivasi trombosit tersebut, sehingga terjadi trombositopenia seperti pada mekanisme pertama. Selain itu, ikatan antibodi trombosit akan mengaktivasi komplemen sehingga terjadi lisis trombosit. Mekanisme ketiga juga melibatkan antibodi, dimana trombosit yang telah berikatan dengan antibodi lebih mudah dihancurkan oleh makrofag (Subawa, 2007). Faktor lain yang menjadi penyebab terjadinya perdarahan adalah adanya gangguan dalam jumlah dan fungsi trombosit serta peningkatan aktivitas fibrinolisis. Selain itu studi pada 107 balita dengan DBD dan SRD menyimpulkan adanya peran sitokin. Didapatkan ada peranan IL-6 dalam peningkatan titer antibodi anti-trombosit dan anti-endotel (Doarest, 2010). Salah satu mekanisme lain yang berkaitan dengan trombositopenia pada pasien DBD/SRD adalah terjadinya peningkatan Platelet Associated IgG (PAIg). Mekanisme ini terutama akibat terbentuknya formasi Platelet Associated IgG (PAIg) yang terjadi pada infeksi dengue sekunder. Pada saat keadaan akut viremia, terjadi pembentukan kompleks imun antara antibodi IgG dengue dengan virus dengue yang terdapat trombosit dan dimediasi oleh perlekatan virus dengue dengan trombosit. Akibat Platelet Associated IgG (PAIg) ini dapat mengakibatkan trombositopenia akibat dari klirens trombosit baik lewat makrofag atau terjadi lisis trombosit yang dimediasi oleh komplemen (Doarest, 2010).

2.2 Jambu Biji (Psidium Guajava L.) Psidium guajava merupakan salah satu tanaman tropis, tanaman ini dikenal dengan sebutan jambu biji. Tanaman ini sudah digunakan sejak lama untuk pengobatan tradisional terutama daun, kulit, dan buahnya. Daun jambu biji mengandung berbagai macam komponen yang berkhasiat mengatasi DBD. Kelompok senyawa tanin dan flavonoid yang dinyatakan sebagai quersetin dalam ekstrak daun jambu biji dapat menghambat aktivitas enzim reverse transcriptase sehingga dapat menghambat pertumbuhan virus dengue (Achmad,2001; Soegijanto, 2008). Uji preklinik yang dilakukan oleh kusumawati (1999) tentang uji aktivitas produk ekstrak etanol terstandar daun jambu biji sebagai obat demam berdarah (aspek imunologis), pada penelitian ini menggunakan mencit sebagai subjek penelitian didapatkan bahwa ekstrak daun jambu biji dapat meningkatkan jumlah megakariosit dalam sum-sum tulang sehingga dapat meningkatkan jumlah trombosit dalam darah. Peningkatan jumlah megakariosit terjadi melalui mekanisme peningkatan GM-CSF (Granulocyte Macrophage Colony Stimulating Factor) yang akan menyebabkan rangsangan proliferasi dan diferensiasi megakariosit (kutip dari Soegijanto, 2008). Uji klinik yang dilakukan oleh Nassiruddin (2005) tentang pengaruh pemberian ekstrak daun jambu biji dalam meningkatkan jumlah trombosit pada kasus demam berdarah dengue anak didapatkan hasil terdapat perbedaan yang bermakna dalam peningkatan kadar GM-CSF pada kelompok uji dengan nilai p=0,044. Ekstrak daun jambu biji dapat

meningkatkan jumlah megakariosit dalam sum-sum tulang sehingga dapat meningkatkan jumlah trombosit dalam darah. (dikutip dari Soegijanto, 2008).

2.3 Angkak (Monascus Purpureus) Red Fermented Rice (RFR) di kenal juga dengan nama angkak merupakan hasil fermentasi beras yang menggunakan kapang Monascus Purpureus (Rindiastuti, 2008; Danuri, 2008). Angkak berasal dari Cina yang di kenal pula dengan nama angquac, red rice, Chinese red rice, beni koji dan aga koji (Chairote, 2007). Monascus purpureus adalah spesies kapang merah yang dapat diolah pada substrat pati. Kapang ini hingga sekarang masih digunakan untuk pengolahan hasil pangan seperti peternakan unggas, perikanan dan produk daging. Kapang merah tersebut juga digunakan sebagai manufaktur arak beras karena memiliki kandungan alfa amylase yang tinggi yang dapat merubah pati menjadi glukosa. Monascus purpureus berasal dari famili Monascacese dan klas Ascomyceta yang mempunyai kelebihan untuk memproduksi metabolit dengan pigmentasi kuning, jingga atau merah (Farhana, 2010). Angkak dapat digunakan untuk pewarna yogurt, daging, sosis, dan untuk pengawet buah, sayur serta produk ikan. Pigmen monascus juga digunakan untuk pewarna lipstik, pemutih atau pelindung kulit, dan pewarna kain sutra. Selain untuk pewarna pangan, angkak dapat digunakan sebagai bahan obat, misalnya untuk penyakit infeksi, sakit perut, diare, demam berdarah (DBD), menurunkan kadar kolesterol, HDL-kolesterol, trigliserida dalam darah karena kandungan monokolin K (Timotius, 2004). Monokolin K sejenis lovastatin mempunyai efek anti lipidemia. Sebagai makanan sehat dan makanan tambahan untuk penderita hiperkolesterolemia. Di Cina, Taiwan, dan Filipina angkak telah digunakan sebagai pewarna makanan maupun minuman seperti chinese cheese dan bagoong makanan khas Filipina dan anggur merah. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa angkak juga dapat menurunkan glukosa darah pada diabetes tipe II (Permana dkk, 2003). Uji preklinik yang telah dilakukan Nur (2010) tentang hubungan pemberian beras angkak merah (Monascus Purpureus) terhadap limfosit pada mencit model sepsis,

10

menunjukkan hasil bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol dengan perlakuan. Dimana statin yang terkandung dalam beras angkak merah terbukti berperan sebagai faktor anti inflamasi dengan jalan menghambat produksi sitokin proinflamasi (Farhana, 2010). Diketahui bahwa produksi molekul proinflamasi sebagian besar melalui jalan aktivasi Nf-kB. Nf-kB merupakan modulator inflamasi yang terdapat di dalam makrofag, aktivasi NfkB ini akan mengaktifkan jalur inflamasi melalui ekspresi sitokin proinflamasi. Berdasarkan penelitian juga menunjukkan bahwa statin dapat menurunkan Nf-kB. TNF-, IL-, IL-6, IL-8 (Farhana, 2010). Uji preklinik yang dilakukan oleh Lestari tentang aplikasi angkak untuk peningkatan keping darah pada mencit trombositopenia yang diinduksi linezolid menunjukkan bahwa angkak mampu meningkatkan jumlah trombosit dan tidak memberikan efek buruk terhadap jumlah trombosit (Lestari, 2010).

11

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUP. DR. M. Djamil Padang. Penelitian dimulai bulan Februari sampai April 2011.

3.2 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian prospektif dengan jenis quasi eksperimen nonrandomized pretest posttest control group design, menggunakan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah penderita rawat inap di bangsal Ilmu Penyakit Dalam RSUP. DR. M. Djamil Padang dengan diagnosa DBD yang ditegakkan berdasarkan kriteria WHO terdiri dari kriteria klinis dan laboratoris. Kriteria klinis: 1. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus menerus selama 2 7 hari. 2. Terdapat manifestasi pendarahan, termasuk uji tourniquet positif, ptekiae, ekimosis, epistaksis, pendarahan gusi, hematemesi dan atau melena. 3. Pembesaran hati. 4. Perembesan plasma, yang ditandai secar klinis adanya ascites dan efusi pleura sampai terjadinya renjatan (ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi, hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab dan pasien tampak gelisah).

12

Kriteria laboratoris: 1. Trombositopenia (kurang dari 100.000/l). 2. Hemokonsentrasi, dapat dilihat dari peningkatan hematokrit 20% atau lebih. 3.3.2. Sampel penelitian Sampel dalam penelitian ini adalah penderita rawat inap di bangsal Ilmu Penyakit Dalam RSUP. DR. M. Djamil Padang dengan diagnosa DBD yang ditegakkan berdasarkan kriteria WHO yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria Inklusi: 1. Penderita DBD grade I dan grade II. 2. Bersedia dilibatkan dalam uji klinik. Kriteria Eksklusi: 1. Penderita kelainan hematologis. 2. Penderita penyakit jantung dan paru.

3. Penderita yang sedang mendapatkan terapi asam salisilat atau aspirin. Kriteria Putus Uji: 1. Menarik diri dari keikut-sertaan dalam penelitian. 2. Data tidak lengkap Variabel Penelitian: 1. Variabel tergantung 2. Varibel bebas : Trombosit : Sediaan angkak dan jambu biji

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara non randomisasi yaitu dengan cara consecutive sampling yaitu setiap pasien yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu.

13

3.4 Protokol Penelitian 1. Sampel penelitian adalah pasien dengan diagnosa DBD grade I dan grade II. 2. Gejala klinis, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya di catat sejak pasien masuk rumah sakit dan follow up dilakukan setiap hari. 3. Kelompok I adalah pasien dengan penatalaksanaan berdasarkan WHO. 4. Kelompok II adalah pasien dengan penatalaksanaan berdasarkan WHO dan pemberian sediaan ekstrak daun jambu biji dan angkak dengan dosis tiga kali sehari satu sachet (3x1) 5. Perlakuan dilakukan selama 3 hari

3.5 Rencana Pengolahan dan Analisis Data 3.5.1 Analisis statistik Pengolahan data dilakukan dengan bantuan program komputer menggunakan program SPSS. Analisis data dilakukan dengan cara statistik t-test dan chi-square untuk melihat perbandingan antar kelompok. 3.5.2 Penyajian data Data hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabulasi, grafik dan diagram.

14

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini digunakan zat uji sediaan suplemen ekstrak daun jambu biji (Psidium Guajava Linn.) dan angkak (Monascus Purpureus) dengan dosis tiga kali sehari satu bungkus. Sediaan ini dilarutkan dalam air sebanyak 200 ml. Penelitian ini dilakukan pada 20 orang penderita DBD yang dirawat inap dan memenuhi persyaratan inklusi dan eksklusi. Kemudian dicatat lama demam, lakukan anamnesis pasien dan dilakukan pencatatan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium saat awal masuk. Pengukuran trombosit dilakukan setiap 12 jam, pengambilan data dilakukan selama tiga hari. Dari 20 orang penderita, didapatkan sebagian besar berjenis kelamin laki-laki (70%) dan diikuti dengan wanita (30%). Pada penelitian yang dilakukan oleh Junaira (2007) didapatkan penderita DBD sebagian besar laki-laki. Lai dkk (2002) menyebutkan rasio lakilaki menderita dengue lebih besar dibandingkan perempuan. Sedangkan pada penelitian Doarest (2010) didapatkan penderita DBD sebagian besar perempuan (Doarest, 2010). Sehingga dapat dikatakan bahwa kejadian DBD tidak berpengaruh pada jenis kelamin. Dari penelitian ini didapatkan manifestasi perdarahan terbanyak yang dialami oleh pasien adalah tourniquet dan ptechie yang masing-massing sebanyak 13 orang (65%), selanjutnya perdarahan gusi 6 orang (30%) dan epistaksis sebanyak 4 orang (20%). Manifestasi perdarahan terjadi pada 42,1% kasus, yang terbanyak adalah perdarahan kulit yang merupakan manifestasi paling ringan pada infeksi dengue (Andika, 2009). Manifestasi perdarahan yang terjadi disebabkan oleh vaskulopati, trombositopenia, disfungsi trombosit dan koagulopati. Tourniqut positif menandakan meningkatnya fragilitas pembuluh darah. Perdarahan juga terjadi sebagai akibat konsumsi trombosit dan faktor

15

koagulasi yang berlebihan. Faktor lain yang menjadi penyebab terjadinya perdarahan adalah adanya gangguan dalam jumlah dan fungsi trombosit serta peningkatan aktivitas fibrinolisis. Selain itu penelitian pada 107 balita dengan DBD menyimpulkan adanya peran sitokin. Didapatkannya ada peran IL-6 dalam peningkatan titer antibodi antitrombosit dan antiendotel (Doarest,2010). Pasien DBD yang di rawat inap di RSUP DR. M. Djamil dengan lama demam yang terbanyak adalah dengan lama demam 3 hari yaitu sebanyak 15 orang, dengan lama demam 2 hari sebanyak 3 orang dan dengan lama demam 4 hari sebanyak 2 orang, keadaan ini tergantung pada gejala klinis dari masing-masing pasien yang memperberat kondisi pasien tersebut. Dari hasil penelitian didapatkan kadar trombosit yang cukup beragam, variasi data ini disebabkan oleh perbedaan kondisi fisiologis pada masing-masing penderita, gejala klinis dan lama demam penderita DBD. Pada penelitian ini setelah di analisis secara statistik didapatkan perbedaan yang signifikan dalam peningkatan jumlah trombosit antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan pada penderita DBD, sehingga dapat diketahui bahwa pemberian suplemen ekstrak daun jambu biji (Psidium Guajava Linn .) dan angkak (Monascus Purpureus) dapat meningkatkan jumlah trombosit pada penderita DBD dengan nilai p<0,05 (p=0,0120). Pada kelompok kontrol terjadi penurunan kadar trombosit dimulai dari hari pertama pengukuran dan nilai terendah terjadi pada hari kedua pengukuran, kemudian mulai meningkat pada hari ketiga pengukuran. Pada kelompok perlakuan pemantauan waktu 12 jam pertama didapatkan perbedaan yang tidak signifikan antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan dengan nilai p>0,05 (p=1,000). Pada waktu 24 jam juga terdapat perbedaan yang tidak signifikan antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan dengan nilai p>0,05 (p=0,3503). Pada waktu

16

36 jam terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan dengan nilai p<0,05 (p=0,0325). Pada waktu 48 jam terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan dengan nilai p<0,05 (p=0,0188). Pada waktu 60 jam terdapat perbedaan yang tidak signifikan antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan dengan nilai p>0,05 (p=0,5835). Sedangkan pada waktu 72 jam terdapat perbedaan yang juga tidak signifikan antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan dengan nilai p>0,05 (p=0,1268) lihat pada gambar 5. Dari hasil data ini didapatkan bahwa sediaan suplemen ekstrak daun jambu biji (Psidium Guajava Linn.) dan angkak ( Monascus Purpureus) dapat meningkatkan ttrombosit secara signifikan pada hari kedua pengukuran. Hal ini sesuai dengan yang ditemukan oleh Solomon (2007) dimana nilai trombosit terendah terutama pada hari ke-4,5,6 demam dengan angka kejadian tertinggi pada hari ke-5 demam. Sun (2007) mengatakan bahwa setelah 2-3 hari VD masuk kedalam tubuh, maka akan terjadi respon yang akan menyebabkan terbentuknya antibodi. Antibodi inilah yang menyebabkan timbulnya trombositopenia yang mencapai puncak di hari ke-5 demam (dikutip dari Doarest, 2010). Trombositopenia merupakan manifestasi yang biasa pada pasien DBD, sampai saat sekarang masih belum dimengerti sepenuhnya. La Russa (1995) mengatakan bahwa virus dengue akan menyebabkan supresi sum-sum tulang sehingga menyebabkan berkurangnya produksi trombosit yang akan menyebabkan terjadinya trombositopenia. Sedangkan Huang (2000) mengatakan bahwa terdapatnya antibodi antitrombosit sehingga menyebabkan terjadinya trombositopenia (dikutip dari Sutaryo, 2004). Oshi (2005) juga mendapatkan puncak tertinggi dari kadar antibodi antitrombosit yang akan bereaksi silang dengan trombosit terdapat pada hari ke-5 demam. Peningkatan kadar antibodi antitrombosit disebabkan mulai terbentuknya IL-6 yang menyebabkan sel B

17

bertambah aktif membentuk antibodi dan menemukan salah satu penyebab trombositopenia pada pasien DBD adalah terdapatnya autoantibodi antitrombosit yang menyebabkan penghancuran trombosit sehingga jumlahnya berkurang. Sun (2008) melaporkan bahwa trombositopenia pada infeksi dengue dapat terjadi melalui beberapa mekanisme. Pertama, VD melekat pada permukaan trombosit dan menyebabkan aktivasi trombosit sehingga terjadi trombositopenia akibat pemakaian yang berlebih. Kedua, terbentuk antibodi yang mempunyai spesifisitas terhadap permukaan trombosit dan dapat mengaktivasi trombosit tersebut, sehingga terjadi trombositopenia seperti mekanisme pertama. Selain itu, ikatan antibodi trombosit akan mengaktivasi komplemen sehingga terjadi lisis trombosit. Mekanisme ketiga juga melibatkan antibodi, dimana trombosit yang telah berikatan dengan antibodi lebih mudah dihancurkan oleh makrofag. (dikutip dari Doarest, 2010). Adanya efek peningkatan trombosit dapat diketahui dengan membandingkan kadar trombosit kontrol dengan kadar trombosit perlakuan yang diberikan sediaan uji. Mekanisme efek peningkatan trombosit dari sediaan suplemen ekstrak daun jambu biji dan angkak ini karena senyawa tanin dan flavonoid dalam bentuk quersetin yang merupakan kandungan dari ekstrak daun jambu biji dapat menghambat kerja dari enzim reverse transcriptase yang merupakan katalisator terjadinyanya replikasi virus di RES. Kandungan senyawa tanin dan flavonoid ekstrak daun jambu biji di duga juga dapat meningkatkan jumlah megakariosit dalam sum-sum tulang sehingga dapat meningkatkan jumlah trombosit dalam darah dengan mekanisme peningkatan GM-CSF yang akan menyebabkan rangsangan proliferasi dan diferensiasi megakariosit (Soegijanto, 2010). Sedangkan kandungan senyawa isoflavon dan lovastatin yang terdapat di dalam angkak dapat mencegah terjadinya inflamasi dengan jalan menghambat produksi sitokin proinflamasi (Farhana, 2010; Rindiastuti, 2008). Peningkatan kadar antibodi antitrombosit disebabkan mulai terbentuknya IL-6 yang menyebabkan sel B bertambah aktif membentuk antibodi. Antibodi yang mempunyai spesifisitas terhadap

18

permukaan

trombosit

dapat

mengaktivasi

trombosit

tersebut,

sehingga

terjadi

trombositopenia. Selain itu, ikatan antibodi trombosit akan mengaktivasi komplemen sehingga terjadi lisis trombosit. Trombosit yang telah berikatan dengan antibodi lebih mudah dihancurkan oleh makrofag (Doarest, 2010). Dari 20 orang subjek yang digunakan dalam penelitian dan 10 orang yang digunakan sebagai perlakuan dengan pemberian sediaan suplemen ekstrak daun jambu biji dan angkak tidak ada efek samping konstipasi dari penggunaan sediaan suplemen tersebut. Efek konstipasi suplemen disebabkan karena kandungan ekstrak daun jambu biji (Psidium Guajava Linn) yang memberikan efek anti spasmodik. Uji klinis yang dilakukan oleh Achmad dkk (2001) didapatkan bahwa ekstrak daun jambu biji 500 mg dengan dosis 3 kali sehari 2 kapsul selama 5 hari memilki efek samping konstipasi yang minimal (5,2%) (Achmad, 2001). Pada uji klinis yang dilakukan Nasiruddin dengan 44 orang pasien terbagi atas kelompok kontrol dan perlakuan dengan pemberian ekstrak daun jambu biji dalam bentuk sirup 500 mg/sendok teh dengan dosis 3 kali sehari 1 sendok teh di dapatkan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok terhadap kejadian konstipasi (Soegijanto, 2008). Pada penelitian ini perlakuan diberikan selama 3 hari dan pada suplemen dosis ekstrak daun jambu biji 250 mg 3 kali sehari 1 bungkus. Lamanya perlakuan dan dosis yang diberikan dalam penelitian ini lebih rendah dari penelitian-penelitian sebelumnya.

19

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian efek penggunaan suplemen ekstrak daun jambu biji (Psidium Guajava Linn.) dan angkak (Monascus Purpureus) dalam meningkatkan trombosit pada pasien DBD di instalasi rawat inap penyakit dalam RSUP. DR. M. Djamil Padang didapatkan hasil bahwa pemberian suplemen ekstrak daun jambu biji (Psidium Guajava Linn.) dan angkak (Monascus Purpureus) lebih cepat meningkatkan jumlah trombosit pada pasien DBD > 100.000/L dibandingkan kelompok kontrol di instalasi rawat inap penyakit dalam RSUP. DR. M. Djamil Padang.

5.2 Saran 1. Farmasi harus menjalankan pelayanan farmasi klinik secara optimal. 2. Penelitian ini digunakan sebagai tahap awal untuk melakukan penelitian-penelitian selanjutnya. 3. Suplemen ekstrak daun jambu biji (Psidium Guajava L.) dan angkak ( Monascus Purpureus) ini digunakan untuk meningkatkan trombosit pada pasien DBD grade I dan II.

20

DAFTAR PUSTAKA Achmad. H, Wahono. CS, Pengaruh Pemberian Ekstrak Psidium Guajava Terhadap Jumlah Trombosit Pada Penderita Demam Berdarah Dengue di Bangsal Rawat Inap penyakit Dalam RSUP. Dr. Syaiful Anwar Malang, Majalah Kedokteran Unibraw, Vol. 17 (1), 13, 2001. Andika. R, Identifikasi Salah Satu Mekanisme Trombositopenia Pada Infeksi Virus Dengue : Pada Antibodi Terhadap Protein Non Struktural Tipe 1 Virus Dengue Dan Target Epitop Gp IIb/IIIa Pada Permukaan Trombosit, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2009. Anggraini. W, Efek Anti Inflamasi Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (Psidium Guajava Linn.) Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar, Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2008. Chairote. E, Chairote. G, Wongpornchai. S, Lumyong. S, Preparation Of Red Yeast Rice Using Various Thai Glutinous Rice and Monascus Purpureus CMU001 Isolated From Commercial Chinese Red Yeast Rice Sample, KMITL Sci. Tech. Journal, Vol. 7, No. S1, November 2007. Danuri. H, Optimizing Angkak Pigments and Lovastatin Production By Monascus Purpureus, Hayati Journal of Biosciences, Vol. 15, No. 2, p 61-66, June 2008. Dian. SA, Gambaran Pasien Demam Berdarah Dengue di Bangsal Anak RSUD. Dr. Abdul Aziz Singkawang Tahun 2005, Dexa Media, Vol. 19, 66-71 April Juni 2006. Doarest. Y, Hubungan Antara Kadar Antibodi Antitrombosit Dengan Jumlah Trombosit, Umur dan Lama Demam Pada Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD), Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang, 2010. Farhana. N, Hubungan Pemberian Beras Angkak Merah (Monascus purpureus) Terhadap Hitung Limfosit Pada Mencit Balb/C Model Sepsis, Fakultas Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2010. Lei HY, Yeh TM, Liu HS Et All, Immunophatogenesis Of Dengue Virus Infection, journal Biomed Sci, Vol. 1, 2008, 1-9. Lestari. Y, Aplikasi Angkak Untuk Peningkatan Keping Darah Pada Mencit Trombositopenia Yang Diinduksi Linezolid , Fakultas Teknobiologi Unika Atmajaya, Jakarta, 2010. Permana. JR, Marzuki. S, Tisnadjaja. D, Analisis Kualitas Produk Fermentasi Beras (Red Fermented Rice) Dengan Monascus Purpureus 3090, Pusat Penelitian BioteknologiLIPI Cibinong Bogor, Biodiversitas, Vol 5 No. 1 Hal 7-12, Januari 2004. Rahayuningsih. SR, Demam Berdarah Dengue (DBD) Pencegahan Dan Pengobatannya, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Padjadjaran, September 2005. Rindiastuti. Y, Tyasari. K. D, Potensi Monascus Purpureus Rice Strain TNP-13 disfungsi endotel, Fakultas Kedokteran Sebelas Maret, Solo, 2008.

21

Roose. A, Hubungan Sosiodemografi Dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukitraya Kota Pekanbaru, Universitas Sumatera Utara, Medan, 2008. Soegijanto. S, Azhali. MS, Tumbelaka. AR, Anggraini, Rufianti. R, Sary. DD, Uji Kinik Multisenter Sirup Ekstrak Daun Jambu Biji Pada Penderita Demam Berdarah Dengue, Medicinus, Vol. 23, No. 1, Edition March May, 2010. Subawa. AA, Yasa W, Pola Jumlah Trombosit Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) Pada Anak-anak Yang Serologinya Positif, Jurnal Penyakit Dalam, Volume 8 Nomor 3, September 2007. Supharta. W, Pengendalian Terpadu Vektor Virus Demam Berdarah Dengue, Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus, Fakultas Pertanian Universitas Udayana, Denpasar, 2008. Thanh. HY, Trong. LN, Shin. LY, Lin. CF Et al, Anti Platelet And Anti Endhotelial Cell Autoantibodies in Vietnamese Infants and Children With Dengue Hemorrhagic Fever, American Journal of Infectious Diseases, Vol. 4 (1), 41-49, 2008. Yasin. NM, Sunowo. J, Supriyanti. E, Drug Related Problems (DRP) Dalam Pengobatan Dengue Hemoraggic Fever (DHF) Pada Pasien Pediatri, Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada, 2009. Wongso. A, dkk, Perbedaan Jumlah Penderita DBD Setbelum dan Sesudah Adanya Kader Jumantik di Kecamatan Krian, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Wijaya Kusuma, Surabaya, 2008.

You might also like