Download as pdf
Download as pdf
You are on page 1of 706
Buku Saku PATOFISIOLOGI Elizabeth J. Corwin PENERBIT BUKU KEDOKTERAN ¢ EGC BUKU ASL| BERSTIKER HOLOGRAM 3 DIMENSI EGC 1795 This is a translation of HANDBOOK OF PATHOPHYSIOLOGY, 3 Ed. by Elizabeth J. Corwin Published by arrangement with Lippincott Williams & Wilkins, USA Copyright © 2008 by Lippincott Williams & Wilkins, a Wolters Kluwer business. BUKU SAKU PATOFISIOLOGI, Ed. 3 Alih bahasa: Nike Budhi Subekti Editor edisi bahasa Indonesia: Egi Komara Yudha, Esty Wahyuningsih, Devi Yulianti, & Pamilih Eko Karyuni Hak cipta terjemahan Indonesia © 2007 Penerbit Buku Kedokteran EGC P.O. Box 4276/Jakarta 10042 Telepon: 6530 6283 Anggota IKAPI Desain kulit muka: Isanto Penata letak: Rio Nugroho Hak cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit. Cetakan I: 2009 Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) Corwin, Elizabeth J. Patofisiologi : buku saku / Elizabeth J. Corwin ; alih bahasa, Nike Budhi Subekti ; editor edisi bahasa Indonesia, Egi Komara Yudha... [et al.]. — Ed. 3. — Jakarta : EGC, 2009. xiv, 842 him. ; 15,5 x 24cm. Judul asli: Handbook of pathophysiology. ISBN 978-979-448-988-8 1. Fisiologi patologis. 1. Judul. I. Nike Budhi Subekti. III. Egi Komara Yudha. 616.07 Indikasi akurat, reaksi merugikan, dan jadwal dosis untuk obat disajikan pada buku ini, tetapi hal ini dapat soja berubah Pembaca disarankan mengacu data informasi dari pabrik tentang obat yang ditulis pada kemasannya. isidi war tanggung jawab percetakan UNIT IV KESEIMBANGAN DAN DEFISIENSI OKSIGEN 3005 Bab 12 Sistem Hematologi 397 Bab 13 Si : Bab 14 Sistem Pernapasan 521 NUTRISI, ELIMINASI, FUNGSI DAN DISFUNGSI REPRODUKS}) 0B b 15 Sistem Pe ni Bab 16 P Di : 6 Bab 17 Hati 646 Bab 18 Sistem Genitourini Bab 19 Keseimbangan Cairan, Elektrolit, dan Asam-Basa 735 Bab 20 Sistem Reproduksi 764 Indeks 809 MEKANISME DASAR KESEHATAN DAN PENYAKIT Struktur dan Fungsi Sel St adalah unit pembentuk semua makhluk hidup. Setiap sel adalah suatu sistem lengkap (self contained) yang melaksanakan berbagai fungsi yaitu membentuk dan menggunakan energi, melaku- kan respirasi, reproduksi, dan ekskresi. Sel-sel bergabung untuk membentuk jaringan, jaringan-jaringan bersatu untuk membentuk organ, dan organ-organ membentuk sistem tubuh. Untuk memahami bagaimana berbagai organ dan sistem tubuh bekerja, maka ter- lebih dahulu kita harus memahami apa yang dimaksud dengan sel. Pemahaman ini memerlukan investigasi tentang struktur individual yang menyusun sel dan fungsi tersendiri dari setiap struktur yang dilaksanakan untuk memberikan fungsi secara menyeluruh. KONSEP FISIOLOGIS STRUKTUR SEL Sel terdiri dari struktur-struktur internal yang masing-masing di- pisahkan oleh membran semipermeabel. Berbagai struktur internal tersebut dibungkus bersama sama menjadi satu oleh sebuah mem- bran sel sehingga membentuk sebuah unit tunggal. Meskipun fungsi setiap sel berbeda-beda dalam tubuh, semua sel memiliki struktur internal yang sama (Gambar 1.1). Bagian dalam sctiap sel dapat dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu sitoplasma dan nukleus. Semua struktur internal didalam sitoplasma atau nekleus. Sitoplasma Sitoplasma meliputi semua yang terletak di dalam sel tetapi di luar inti sel. Mitokondria adalah sumber energi sel, sedangkan retikulum 3 4 UNIT 1 MEKANISME DASAR KESEHATAN DAN PENYAKIT endoplasma dan ribosom adalah struktur sitoplasmik (organel) yang penting untuk mensintesis protein. Aparatus Golgi adalah suatu kompleks membran dan vesikel yang berperan dalam sekresi berbagai protein yang disintesis di ribosom. Lisosom intrasel adalah vesike! yang mengandung enzim pencernaan yang kuat. Kerangka internal sel, yang disebut sitoskeleton, terdiri dari berbagai mikrotubulus dan mikrofilamen. Sitoskeleton menyokong sel dari bagian dalam dan memungkinkan terjadinya pergerakan berbagai bahan di dalam sel. Sitoskeleton ini juga memungkinkan terjadinya gerakan tonjolan tonjolan ke bagian luar sel, misalnya tonjolan mirip rambut yang disebut silia. Mikrotubulus berperan penting dalam pemisahan kromosom selama pembelahan sel dan membantu mempertahankan integritas struktual. Nekleus Nekleus adalah suatu organel besar terbungkus membran yang me- ngandung asam deoksiribonukleat (DNA, deoxyribonucleic acid), yaitu bahan genetik sel. DNA mengalami pelipatan pelipatan di dalam nekleus yang bertujuan untuk melindunginya dari kerusakan. Jenis protein yang berperan dalam pelipatan dan proteksi DNA tersebut Silia dengan mikrotubulus Mikrotubulus Perioksom Lisosom Membran sal Retikulum Nukleolus: figcplasme Retikulum endoplasma halus Kompleks golgi Poliribosom Sentriol Mitokondria GAMBAR 1.1. Struktur umum sel dengan organelnya. (Dari Bullock, BA., & Henze, R.L [2000]. Focus on pathopkysiology. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.) BAB 1 STRUKTUR DAN FUNGS! SEL 5 disebut histon. Histon dan DNA ditemukan di bagian nekleus yang disebut nukleolus. Di dalam nukleolus inilah terjadi replikasi DNA, pembelahan sel, dan transkripsi DNA. Membran Sel Setiap sel dibungkus oleh sebuah membran sel. Membran sel adalah suatu sawar semipermeabel dan tersusun dari sebuah lapisan ganda (bilayer) fosfolipid yang mengambang dan di dalamnya mengandung molekul-molekul protein yang berpencar dan dapat bergerak bebas. Molekul-molekul protein tersebut memanjang menembus membran secara total atau parsial. Lapisan Ganda Fosfolipid Molekul fosfolipid terdiri dari sebuah molekul fosfolipid polar (ber- muatan) yang digabungkan dengan sebuah rantai lemak atau lipid yang nonpolar. Ujung polar, yang mengandung fosfat, mengarah ke dalam atau ke luar sel, tempat ujung polar tersebut berinteraksi de- ngan molekul polar yang lain, termasuk air. Sedangkan rantai non- polarnya membentuk badan lapisan membran sel itu sendiri (Gambar 1.2). Karena terdapat dua lapis lipid dalam membran, maka disebut lapis ganda lipid. Difusi melalui lapis ganda lipid terbatas pada sub- stansi larut lipid. Agar dapat memasuki sel, substansi nonlipid harus memanfaatkan situasi dari protein integral yang berpencar. Protein Integral Protein yang menembus membran secara total disebut protein integral. Protein integral biasanya mengalami glikosilasi (terikat ke glukosa) ruangan ekstraseluler org Lipps ujung polar Yon a ruangan intraseluler GAMBAR 1.2. Diagram skematik membran sel yang menunjukkan lapis gandg lipid dan protein integral. 6 UNIT 1 MEKANISME DASAR KESEHATAN DAN PENYAKIT atau terikat oleh lemak di sisi ekstraselnya (Gambar 1.3). Kompleks protein karbohidrat atau protein lemak ini sering berfungsi sebagai molekul reseptor untuk hormon-hormon protein, atau berfungsi un- tuk memungkinkan sel berkomunikasi antara satu sama lain. Protein integral juga dapat berfungsi sebagai saluran di membran, mem- bentuk pori-pori untuk pergerakan ion-ion kecil ke dalam sel, atau sebagai pengangkut (karier) zat-zat polar yang ukurannya terlalu be- sar untuk melewati pori-pori sel. Beberapa protein integral adalah enzim-enzim yang berikatan dengan membran yang diperlukan untuk mengkatalisis reaksi kimia. Misfolding atau mutasi dalam protein in- tegral dapat menimbulkan penyakit. Sebagai contoh, sebuah penyakit neurodegeneratif yang dapat disebabkan oleh misfolding protein mem- bran integral adalah penyakit Alzheimer. Pada penyakit ini, protein integral yang dikenal sebagai presenilin dapat mengalami mutasi yang memengaruhi fungsinya. Presenilin secara langsung atau tidak lang- sung mengendalikan pemrosesan protein lain, amiloid beta. Pem- rosesan amiloid beta secara abnormal diyakini berperan terhadap terjadinya penyakit Alzheimer. PERGERAKAN MELINTAS!I MEMBRAN Zat-zat larut lemak seperti oksigen, karbon dioksida, alkohol, dan urea bergerak melintasi lapisan ganda lipid melalui proses difusi Molekul protein Permukaan dalam Kolesterol Ujung yang tidak larut air Ujung yang larut air Gambar 1.3. Membran sel. Ujung sebelah kanan masih utuh, tetapi ujung sebelah kiri telah dibelah di sepanjang bidang ujung leak (bagian yang tidak larut air). BAB 1 STRUKTUR DAN FUNGSI SEL 7 sederhana. Zat lain yang tidak larut lemak, misalnya sebagian besar ion kecil, glukosa, asam amino, dan protein, bergerak di antara cairan ekstrasel dan ruangan intrasel melalui pori-pori yang dibentuk oleh protein integral atau melalui sistem transpor yang diperantarai oleh karier. Transpor yang diperantarai oleh karier tersebut juga berawal dari dalam protein integral. Cairan ekstraselular terdiri dari darah dan cairan yang terdapat di antara sel, yaitu cairan interstisial. Cairan di dalam sel disebut cairan intraselular. Difusi Sederhana Melintasi Membran Sel Difusi sederhana melintasi membran sel terjadi melalui gerakan molekul secara acak. Proses ini tidak memerlukan energi, tetapi pada akhirnya dapat menghasilkan gerakan menembus membran. Sub- stansi yang bersifat permeabel terhadap membran sel akan berdifusi baik itu ke dalam maupun keluar sel sampai terjadi keseimbangan konsentrasi di antara kedua ruangan tersebut. Oleh karena itu tidak akan terjadi peningkatan konsentrasi suatu zat pada salah satu sisi membran sel dibandingkan dengan sisi lain. (Gambar 1.4). GAMBAR 1.4. Difusi sederhana melintasi membran. Substansi permeabel secara acak berdifusi dari area berkonsentrasi tinggi ke area berkonsentrasi rendah (A) sampai konsentrasi seimbang (B). 8 UNIT 1 MEKANISME DASAR KESEHATAN DAN PENYAKIT Osmosis Difusi air ke dalam sel disebut osmosis. Osmosis terjadi secara terus- menerus diantara ruang intrasel dan ekstrasel, seiring dengan pergerakan air ke gradien konsentrasi yang lebih rendah (yaitu dari konsentrasi tinggi ke rendah). Dorongan yang menggerakan air ke satu arah atau ke arah lain disebut Tekanan osmotik. Tekanan os- motik suatu larutan bergantung pada jumlah partikel atau ion yang terdapat di dalam larutan air tersebut. Semakin banyak ion dalam larutan semakin sedikit konsentrasi airnya dan semakin besar tekan- an osmotiknya (yaitu, tekanan yang mendorong air untuk berdifusi ke dalam larutan). Sebuah sel juga memiliki tekanan osmotik. Sebuah sel yang meng- alami dehidrasi memiliki tekanan osmotik yang tinggi, yaitu konsen- trasi air rendah dan konsentrasi partikel tinggi. Pada kondisi demiki- an maka air akan berdifusi ke dalam sel tersebut jika memungkinkan. Sel yang mengalami hidrasi berlebihan (overhydrated) memiliki tekan- an osmotik yang rendah yaitu konsentrasi air tinggi dan konsentrasi partikel rendah. Air akan berdifusi keluar dari sel ini, jika me- mungkinkan. Difusi Sederhana Melalui Pori-pori Protein lon-ion kecil, seperti hidrogen, natrium, kalium, dan kalsium memiliki muatan listrik yang terlalu besar untuk dapat berdifusi menembus membran lipid sel. Sebagai gantinya, ion-ion tersebut akan berdifusi melalui pori-pori yang disediakan oleh protein integral. Saluran pro- tein ini biasanya selektif terhadap ion-ion yang akan melaluinya. Selektivitas tersebut didasarkan pada bentuk dan ukuran saluran serta sifat muatan listrik ion yang bersangkutan. Banyak saluran protein yang memiliki pintu/gerbang; saluran- saluran tersebut dapat terbuka atau tertutup terhadap suatu ion. Terbuka atau tertutupnya pintu tersebut biasanya bergantung pada potensial listrik yang melintasinya (yaitu, voltase di pintu saluran natrium), atau pada pengikatan pintu oleh suatu ligan. Salah satu contoh pengikatan ligan ke pintu saluran protein adalah saat asetilko- lin berikatan dengan protein-protein di pertautan neuromuskular, se- hingga membuka pintu bagi banyak molekul kecil, terutama ion natrium dan dalam jumlah yang lebih sedikit, ion kalsium. Seperti semua jenis difusi sederhana, difusi melalui suatu pintu akan terus berlangsung sampai konsentrasi di kedua sisi membran setara atau pintunya tertutup. Beberapa penyakit pada manusia berhubungan dengan disfungsi saluran protein transmembran. Fibrosis kistik adalah contoh penyakit yang disebabkan oleh protein transmembran yang defektif yang paling terkenal yang menghasilkan abnormalitas pergerakan ion melalui pori-pori sel. BAB 1 STRUKTUR DAN FUNGSI SEL 9 Transpor dengan Perantara Bagi banyak zat misalnya glukosa dan berbagai asam amino, difusi sederhana tidak mungkin terjadi. Molekul-molekul ini terlalu besar untuk melewati bagian lipid membran dan/atau terlalu besar untuk melintasi pori-pori sel. Sebagai gantinya zat-zat ini, yang disebut substrat, dibawa menembus membran dengan bantuan sebuah peng- angkut karier. Jenis pergerakan ini disebut transpor dengan perantara (mediated transport), dan mungkin memerlukan energi yang berasal dari pemecahan adenosin trifosfat (ATP) (lihat Pembentukan Energi di halaman selanjutnya). Transpor aktif adalah transpor dengan perantara yang memerlu- kan energi (Gambar 1.5A). Pada transpor aktif, energi digunakan oleh sel untuk mempertahankan konsentrasi suatu zat agar lebih tinggi di salah satu sisi membran dibandingkan konsentrasi di sisi lain. Contoh-contoh zat yang dipindahkan dengan transpor aktif ini adalah natrium, kalium, kalsium, dan asam amino. Masing-masing zat ter- sebut ditransportasikan secara aktif, dengan bantuan sebuah karier, dalam sebuah arah yang melawan gradien konsentrasi. Zat-zat terse- but kemudian menurunkan gradien konsentrasinya melalui proses difusi sederhana dalam arah yang berlawanan. Difusi terfasilitasi adalah transpor dengan perantara yang tidak memerlukan energi (Gambar 1.5B). Difusi terfasilitasi (facilitated diffusion) serupa dengan difusi sederhana dalam hal bahwa tidak ada energi yang digunakan oleh sel untuk mentransportasikan suatu zat; dengan demikian, zat tidak dapat ditransportasikan melawan gradien konsentrasinya. Difusi terfasilitasi berbeda dengan difusi sederhana, dalam hal bahwa suatu molekul yang kemampuannya terbatas untuk melintasi membran scl dibantu (difasilitasi) oleh sebuah karier sehingga kemudian dapat melintasi membran. Glukosa berpindah masuk ke sebagian besar sel melalui difusi terfasilitasi. Karakteristik Karier Transpor aktif dan difusi terfasilitasi memerlukan karier (zat peng- angkut). Semua karier dipengaruhi oleh sifat spesifisitas, saturasi, dan kompetisi. Spesifisitas karier berarti bahwa hanya subtrat tertentu yang dapat dipindahkan oleh sebuah karier tertentu. Tampaknya karier dan sub- stratnya memiliki konfigurasi yang cocok satu sama lain seperti gem- bok dan anak kuncinya. Saturasi karier berarti bahwa pada substrat dengan konsentrasi tertentu, semua karier akan berpasangan dengan subtrat tersebut dan transpor akan stabil. Penambahan substrat tidak akan meningkat- kan transpor melintasi membran. 10 UNIT 1 MEKANISME DASAR KESEHATAN DAN PENYAKIT ‘Transpor aktif Difusi terfasilitasi GAMBAR L5. Transpor suatu substrat dengan menggunakan sebuah pengangkut (karier). Transpor aktif (A) memerlukan energi untuk menciptakan konsentrasi yang berbeda; difusi terfasilitasi (B) Transpor substrat tanpa energi, namun tidak dapat mengonsentrasikan suatu zat. Difusi sederhana berlangsung pada beberapa tingkat dalam semua sistem yang diperantarai oleh kari Kompetisi karier terjadi ketika terdapat lebih dari satu subtrat yang dipindahkan oleh karier yang sama. Substrat tersebut bersaing satu sama lain untuk menempati karier yang terbatas jumlahnya. Banyak obat, baik yang alamiah atau sintetik, berkompetisi dengan hormon endogen dan neurotransmiter untuk menempati berbagai molekul karier. Endositosis Apabila terdapat suatu zat yang sangat besar sehingga tidak dapat masuk ke dalam sel melalui difusi atau transpor dengan perantara, maka akan terjadi endositosis (pencaplokan, engulfment) oleh membran sel. Pinositosis adalah endositosis suatu makromolekul, misalnya protein, oleh vesikel. Fagositosis adalah endositosis bakteri atau sel mati. Kedua proses tersebut memerlukan energi. Hanya sel- sel dari sistem imun (yi., makrofag dan neutrofil) yang melakukan fagositosis. BAB 1 STRUKTUR DAN FUNGSI SEL 1 PEMBENTUKAN ENERGI Sel dituntut untuk menghasilkan energi untuk mereka gunakan sendi- ri. Energi tersebut didapat dari hasil ekstraksi energi yang terkandung di dalam ikatan-ikatan kimia pada molekul makanan dengan cara mengombinasikan molekul makanan dengan oksigen di dalam mito- kondria sel. Molekul-molekul makanan yang digunakan adalah glu- kosa dari metabolisme karbohidrat, asam amino dari metabolisme protein, dan asam lemak dan gliserol dari metabolisme lemak. Proses ketika molekul makanan dikombinasikan dengan oksigen, yang kemudian menghasilkan energi, disebut fosforilasi oksidatif. Proses ini memerlukan beberapa enzim, yang bekerja secara berurut- an di dalam mitokondria. Hasil akhirnya adalah pembentukan molekul adenosin trifosfat (ATP) yang kaya energi. ATP tersusun atas basa nitrogen adenosin, gula ribosa, dan tiga molekul fosfat yang terikat menjadi satu. Dua fosfat terakhir diikat oleh suatu ikatan berenergi tinggi, yang apabila diputus akan membebaskan sekitar 7 kkal per mol energi yang dapat digunakan oleh sel. Fosforilasi Oksidatif Glukosa Walaupun fosforilasi oksidatif glukosa terjadi di mitokondria, namun harus ada langkah awal dalam penanganan glukosa sebelum fosfori- lasi oksidatif terjadi. Langkah ini disebut glikolisis dan berlangsung di sitoplasma di luar mitokondria. Proses ini bersifat anaerob, yang berarti bahwa glikolisis terjadi tampa memerlukan oksigen. Selama glikolisis enzim-enzim sitoplasma mengubah glukosa menjadi asam piruvat. Proses ini memerlukan dua molekul ATP dan menghasilkan empat molekul ATP: hasil dari dua molekul. Pada saat terjadi kekurang- an oksigen, glikolisis berperan penting tctapi terbatas dalam menyu- plai ATP ke sel. (Lihat bagian Glikolisis Anaerob). Apabila tersedia oksigen (aerob), maka molekul asam piruvat akan bergerak ke dalam mitokondria, memasuki siklus asam sitrat atau siklus Krebs dan diubah oleh enzim-enzim yang terdapat di sana men- jadi suatu senyawa yang disebut asetil koenzim A (asetil KoA). Proses ini menghasilkan tambahan dua molekul ATP. Asetil KoA kemudian secara enzimatis diubah menjadi karbon dioksida dan hidrogen. Karbon dioksida berdifusi keluar dari mitokondria dan dari sel, yang kemudian diserap oleh darah yang menyuplai sel tersebut, dibawa ke paru paru dan dikeluarkan dari tubuh. Atom hidrogen yang tertinggal di mitokondria memulai proses fosforilasi oksidatif dan selama proses itu, mereka berikatan dengan molekul-molekul oksigen melalui suatu rantai transpor elektron yang terdapat di membran mitokondria. Hasil dari proses ini adalah pembentukan energi dalam jumlah yang sangat besar, dalam bentuk 36 molekul ATP. Oleh karena itu dari metabo- lisme satu buah molekul glukosa, total dibentuk 38 molekul ATP (36 dari fosforilasi oksidatif dan 2 dari glikolisis}. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. BAB 1 STRUKTUR DAN FUNGSI SEL 15 natrium, atau dengan transpor aktif primer melalui pompa kalsium. Terdapat dua pompa kalsium. Salah satunya adalah bagian dari pro- tein integral yang terdapat di membran sel, yang memindahkan kal- sium keluar sel. Pompa lain adalah pompa intrasel, yang memompa kalsium keluar dari sitoplasma, masuk ke dalam ruangan intrasel misalnya retikulum sarkoplasma, yang menyebabkan kalsium ter- isolasi di dalam sel. Kedua pompa ini menyebabkan konsentrasi kalsium bebas di intraselular tetap rendah. Pompa kalsium berperan sebagai ATPase, yang memperoleh energi dari pemecahan ATP, untuk memompa kalsium melawan gradien konsentrasinya. GENETIK SEL Materi genetik pada setiap manusia terkandung dalam 46 kromosom atau 23 pasang kromosom, dan pada setiap pasang salah satunya berasal dari Masing-masing orang tua. Setiap sel di dalam tubuh memiliki 46 kromosom yang sama jenisnya. Duapuluhdua pasang di antaranya mempunyai jenis yang sama baik pada laki laki maupun perempuan. Pasangan kromosom ke-23 adalah kromosom seks, X atau Y. Wanita mempunyai 2 kromosom X, sedangkan laki laki memiliki satu kromosom X dan satu kromosom Y. DNA Setiap kromosom terdiri atas ratusan ribu molekul DNA. DNA terbentuk dari asam fosforat, sebuah molekul gula yang disebut deoksiribosa, dan salah satu dari empat basa nitrogen: adenin, guanin, timin, atau sitosin. Molekul DNA berjajar di dalam sel dalam bentuk heliks ganda (Gambar 1.7), dengan asam fosforat dan gula deoksiri- bosa yang membentuk rangka utama heliks. Pasangan basa dari dua molekul DNA terletak di antara dua untai heliks, berhadapan satu sama lain. Adenin selalu berikatan dengan timin, dan sitosin selalu berikatan dengan guanin. Ikatan tersebut longgar, sehingga heliks dapat memisah sewaktu terjadi pembelahan sel atau sewaktu sintesis protein dimulai. REPRODUKSI SEL Banyak sel tubuh bereproduksi dan menggandakan diri di sepanjang kehidupan makhluk hidup. Untuk bereproduksi, sel harus melaku- kan replikasi bahan genetiknya dan kemudian membelah menjadi dua. Replikasi dan pembelahan sel terjadi selama siklus sel (lihat Bab 2). aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. BAB 1 STRUKTUR DAN FUNGS! SEL 19 dengan menghubungkan basa basa sesuai bayangan cermin (disebut antikodon) untuk setiap triplet basa mRNA. Di bagian ujung antikodon terletak asam amino yang telah diberi kode oleh ketiga basa tersebut. Terdapat paling sedikit 20 jenis tRNA, masing-masing membawa satu asam amino di salah satu ujungnya dan antikodon untuk asam amino tersebut di ujung yang lain. Translasi RNA Messenger Menjadi Protein Setelah mRNA menemukan tRNA pasangannya, kedua molekul ter- sebut berikatan menuju ribosom, yang menyusun setengah bagian dari jenis RNA ketiga yaitu, RNA ribosom. Asam amino yang diangkut oleh tRNA ditambahkan ke rantai asam amino yang sedang tumbuh di ribosom, sampai ribosom diberi sinyal agar asam amino berhenti ditambahkan ke rantai, oleh suatu kodon khusus yang disebut kodon stop. Protein kemudian selesai dibentuk dan dibebaskan dari ribo- som. Proses ini disebut translasi. Proses transkripsi dan translasi ditunjukkan dalam Gambar 1.8. Kontrol Atas Sintesis Protein Protein pengatur (regulatory proteins) menghambat atau mengaktifkan bagian promotor dari Masing-masing gen di dalam sel, menentukan gen-gen mana yang akan diaktifkan, ditranskripsikan menjadi mRNA, dan dibuat menjadi sebuah protein. Apabila protein pengatur meng- hambat bagian promotor dari suatu gen, maka dari gen tersebut tidak akan mensitesis protein, Apabila suatu protein pengatur berikatan atau dekat dengan daerah promotor, sehingga dapat dicapai oleh RNA polimerase, maka terjadi pengaktifan transkripsi gen tersebut men- jadi mRNA. Jenis protein ini dipertimbangkan sebagai suatu faktor transkripsi atau pemacu; sebaliknya, jika protein pengatur mengham- bat area promotor suatu gen sehingga tidak terjadi transkripsi gen menjadi mRNA, protein pengatur akan bertindak sebagai represor. Pembentukan dan pengaktifan protein pengatur tampaknya berkait- an dengan gen-gen yang berespons terhadap sinyal umpan balik, isyarat kimiawi, dan berbagai hormon misalnya hormon tiroid dan hormon pertumbuhan. Sinyal-sinyal ini menyebabkan pembentukan protein dengan fungsi represi atau aktivator. Faktor lain yang meng- ubah fungsi histon yang merupakan penentu pelipatan dan pem- bukaan bagian berbeda dalam DNA juga dapat memengaruhi tran- skripsi DNA. Metilasi (menambahkan kompleks CH,) atau asetilasi histon yang berhubungan dengan suatu gen, atau metilasi area pro- motor gen tertentu; dapat menghambat transkripsi gen tersebut. Penghambatan transkripsi tersebut “menonaktifkan” gen dan merupa- kan suatu contoh “epigenetik”, istilah yang digunakan untuk men- deskripsikan perubahan reversibel dalam material genetik yang me- micu perubahan ekspresi gen. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. BAB 1STRUKTUR DAN FUNGSISEL | 23 bagai contoh, aplikasi terapi sel stem yang baru-baru ini sedang diteliti adalah untuk mengatasi infark jantung. Terapi ini dilakukan dengan menanam (transplant) sel stem ke dalam area jantung yang mengalami infark. Tujuannya adalah meningkatkan atau memelihara jumiah sel otot jantung, memperbaiki suplai darah, dan memperbaiki fungsi kontraktil miokardium yang mengalami cedera. Hambatan dalam penggunaan terapi sel stem meliputi potensi berkembangnya tumor (tumorigenicity), rejeksi imunologis terhadap sel yang ditanam, dan risiko penularan infeksi. Pengambilan sel stem embrionik masih menjadi masalah etis bagi beberapa orang dan be- lum bisa diterapkan di AS pada saat ini. KONSEP PATOFISIOLOGIS — Sel selalu terpajan terhadap kondisi yang terus-menerus berubah dan terhadap rangsangan yang berpotensi merusak. Apabila perubahan dan rangsangan bersifat ringan atau singkat, maka sel akan mudah beradaptasi. Rangsangan yang lebih lama atau lebih kuat dapat menyebabkan cedera pada sel atau bahkan kematian. ATROFI Atrofi adalah berkurangnya ukuran suatu sel atau jaringan. Atrofi dapat menjadi suatu respons adaptif yang timbul sewaktu terjadi penurunan beban kerja sel atau jaringan. Dengan menurunnya beban kerja, maka kebutuhan akan oksigen dan gizi juga berkurang. Hal ini menyebabkan sebagian besar struktur intrasel, termasuk mitokondria, retikulum endoplasma, vesikel intrasel, dan protein kontraktil, menyusut. Atrofi dapat terjadi akibat sel/jaringan tidak digunakan misalnya, otot individu yang mengalami imobilisasi atau pada keadaan tanpa berat (gravitasi nol). Atrofi juga dapat timbul sebagai akibat penurunan rangsang hormon atau saraf terhadap sel atau jaringan. Hal ini tampak pada payudara wanita pascamenopause atau atrofi pada otot rangka setelah pemotongan korda spinalis. Atrofi lemak dan otot terjadi sebagai respons terhadap defisiensi nutrisi dan dijumpai pada orang yang mengalami malnutrisi atau kelaparan. Atrofi dapat juga terjadi akibat insufisiensi suplai darah ke sel, sehingga pemberian zat gizi vital dan oksigen terhambat. HIPERTROFI Hipertrofi adalah bertambahnya ukuran suatu sel atau jaringan. Hipertrofi adalah suatu respons adaptif yang terjadi apabila terdapat peningkatan beban kerja suatu sel. Kebutuhan sel akan oksigen dan aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. BAB 1 STRUKTUR DAN FUNGSI SEL 27 dan sel pejamu (host). Hal ini merupakan satu cara yang dikembang- kan oleh organisme hidup untuk melawan infeksi virus. Virus ter- tentu (mis., virus EpsteinBarr yang bertanggung jawab terhadap mononukleosis) pada gilirannya menghasilkan protein khusus yang menginaktifkan respons apoptosis. Defisiensi apoptosis telah ber- pengaruh pada perkembangan kanker dan penyakit neuro degeneratif dengan penyebab yang tidak diketahui, termasuk penyakit Alzheimer dan sklerosis lateral amiotrofik (penyakit Lou Gehrig). Apoptosis yang dirangsang-antigen dari sel imun (sel T dan B) sangat penting dalam meriimbulkan dan mempertahankan toleransi-diri imun. Akibat Kematian Sel Sel-sel yang mati akan mengalami pencairan atau koagulasi kemudian dibuang atau diisolasi dari jaringan yang masih baik oleh sel imun dalam proses fagositosis. Apabila mitosis memungkinkan dan daerah nekrosis tidak terlalu luas, maka sel-sel baru dengan jenis yang sama akan mengisi kekosongan ruang yang ditinggalkan oleh sel mati. Pada ruang yang kosong tersebut akan timbul jaringan parut apabila pem- belahan sel tidak terjadi atau apabila daerah nekrosis terlalu luas. Gangren dapat diartikan sebagai kematian sel dalam jumlah besar. Gangren dapat diklasifikasikan sebagai kering atau basah. Gangren kering meluas secara lambat dengan hanya sedikit gejala. Gangren kering sering dijumpai di ekstremitas, umumnya terjadi akibat hipoksia berkepanjangan. Gangren basah adalah suatu area kemati- an jaringan yang cepat perluasannya, sering ditemukan di organ-or- gan dalam, dan berkaitan dengan invasi bakteri ke dalam jaringan yang mati tersebut. Gangren ini menimbulkan bau yang kuat dan biasanya disertai oleh manifestasi sistemik. Gangren basah dapat timbul dari gangren kering. Gangren gas adalah jenis gangren khusus yang terjadi sebagai respons terhadap infeksi jaringan oleh suatu jenis bakteri anaerob yang disebut klostridium. Gangren jenis ini paling sering terjadi setelah trauma hebat. Gangren gas cepat meluas ke ja- ringan di sekitarnya sebagai akibat dikeluarkannya toksin yang me- matikan oleh bakteri yang membunuh sel-sel di sekitarnya. Sel-sel otot sangat rentan terhadap toksin ini dan apabila terkena akan mengeluarkan gas hidrogen sulfida yang khas. Gangren jenis ini dapat mematikan. PENYEMBUHAN LUKA Jaringan yang rusak atau cedera harus diperbaiki baik melalui re- generasi sel atau pembentukan jaringan parut. Tujuan dari kedua jenis perbaikan tersebut adalah untuk mengisi daerah kerusakan agar integritas struktural jaringan pulih kembali. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. BAB 1 STRUKTUR DAN FUNGSI SEL. 31 * Untuk keracunan sianida, digunakan terapi nitrat dan natrium tiosulfat. * Untuk keracunan karbon monoksida, digunakan terapi oksigen hiperbarik (tekanan tinggi). * Untuk keracunan timah, emetik digunakan untuk merangsang muntah pada keracunan akut. ¢ Untuk keracunan kronis, digunakan chelating agents (untuk me- nyingkirkan timah dari sirkulasi). PeRTimeA NGAN PEDIATRIK Anak-anak berisiko tinggi mengalami keracunan timah -karena timah lebih cepat diserap melalui usus mereka dan mereka cenderung tertarik dengan fasa manis timah dalam cat. Anak-anak juga sering duduk di tanah tempat timah yang cenderung terkonsentrasi di tanah dan debu. Anak yang terpajan timah dapat mengalami kesulitan belajar dan masalah perilaku. SUHU YANG BERLEBIHAN Suhu yang terlalu panas atau dingin dapat menyebabkan cedera atau kematian sel. Pajanan terhadap suhu yang sangat tinggi dapat me- nyebabkan luka bakar, yang secara langsung mematikan sel, atau secara tidak langsung mencederai atau mematikan sel melalui koagulasi pembuluh darah atau penguraian membran sel (lihat Bab 4), Pajanan terhadap suhu yang sangat dingin mencederai sel melalui dua cara. Pertama, terjadi konstriksi pembuluh darah yang me- nyalurkan makanan dan oksigen ke ekstremitas. Hal ini terjadi karena tubuh berusaha untuk mempertahankan suhu_ sentral (core temperature), yang diawali dengan konstriksi pembuluh darah pada jari tangan, kaki, telinga, dan hidung. Penurunan aliran darah me- nyebabkan iskemia sel dan jaringan. Aliran darah yang lambat juga meningkatkan risiko pembentukan bekuan darah, yang semakin menghambat oksigenasi jaringan. Efek kedua dari pajanan terhadap suhu yang sangat dingin adalah pembentukan kristal-kristal es di dalam sel. Kristal ini secara langsung menghancurkan sel dan dapat menyebabkan lisis sel (pecah). Pajanan yang lama terhadap dingin dapat menyebabkan hipotermia. Gambaran Klinis Pajanan Dingin dan Hipotermia * Rasa baal atau kesemutan di kulit atau ekstremitas. + Kulit pucat dan kebiruan serta dingin apabila diraba. + Menggigil pada awalnya; kemudian kaku pada kondisi yang memburuk. + Penurunan tingkat kesadaran, mengantuk, dan konfusi. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. BAB 1 STRUKTUR DAN FUNGSI SEL 35 atau secara tidak langsung akibat reaksi imun dan peradangan yang muncul sebagai respons terhadap mikroorganisme (lihat Bab 4). Se- lain itu, seperti telah dibahas sebelumnya, infeksi sel oleh mikro- organisme dapat menurunkan kestabilan sel sehingga terjadi apopto- sis. Bakteri Bakteri adalah organisme bersel tunggal yang hidup bebas dan mampu bereproduksi sendiri tetapi menggunakan hewan sebagai pejamu untuk mendapatkan makanan. Bakteri tidak memiliki inti sel. Bakteri terdiri atas sitoplasma yang dikelilingi oleh sebuah dinding sel yang kaku yang terbuat dari suatu zat khusus yang disebut peptidoglikan. Di dalam sitoplasma terdapat materi genetik, baik DNA maupun RNA, dan struktur intrasel yang diperlukan untuk metabolisme energi. Bakteri bereproduksi secara aseksual melalui replikasi DNA dan pem- belahan sel sederhana. Sebagian bakteri membentuk kapsul yang. mengelilingi dinding sel sehingga bakteri tersebut lebih tahan terhadap serangan sistem imun pejamu. Bakteri lain mensekresi protein yang menurunkan kerentanan terhadap antibiotik standar. Bakteri dapat bersifat aerob atau anaerob. Seringkali bakteri mengeluarkan toksin yang secara spesifik merusak pejamu. Laboratorium sering mengklasifikasikan bakteri sebagai gram negatif atau positif. Bakteri positif-gram mengeluarkan toksin (eksotoksin) yang merusak sel-sel pejamu. Bakteri gram negatif me- ngandung protein di dinding selnya yang merangsang respons peradangan (endotoksin). Bakteri gram negatif juga mensekresi eksotoksin. Bakteri gram positif memberikan warna ungu pada pewarnaan standar laboratorium. Bakteri gram negatif berwarna merah pada pewarnaan laboratorium yang kedua. Contoh penyakit pada manusia yang disebabkan oleh bakteri adalah infeksi stafilokokus atau streptokokus, gonore, sifilis, kolera, sampar, salmonelosis, sigelosis, demam tifoid, penyakit Legionnaire, difteri, Haemophilus influenzae, pertusis, tetanus, dan penyakit Lyme. Suatu subset bakteri yang sulit diterapi adalah mikobakteri. Mikro- organisme golongan ini merupakan penyebab penyakit tuberkulosis dan lepra. Menurut hasil penelitian, individu yang rentan terhadap infeksi beberapa bakteri, termasuk yang disebabkan oleh Mycobacte- rium dan Salmonella, dikendalikan secara genetik. Variabel lain yang memengaruhi kemampuan infeksius bakteri meliputi status nutrisi pejamu, ko-infeksi, terpajan pada lingkungan yang terinfeksi mikro- ba, dan riwayat vaksinasi. Virus Virus, tidak seperti bakteri, memerlukan pejamu untuk bereproduksi. Virus terdiri atas satu untai DNA atau RNA, yang terkandung dalam aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. BAB 1 STRUKTUR DAN FUNGSI SEL 39 * Demam pada malaria. * Gatal dan ruam pada infeksi kulit. Penatalaksanaan * Bakteri dan mikoplasma diobati dengan pemberian antibiotik, se- baiknya setelah dilakukan pembiakan kuman untuk menentukan mikroorganisme apa yang menyebabkan infeksi dan terhadap antibiotik mana kuman tersebut rentan. + Infeksi virus tertentu dapat diterapi dengan obat antivirus. Infeksi virus lainnya biasanya dibiarkan sembuh sendiri, dengan pe- rawatan untuk mencegah agar bakteri sekunder tidak menginfeksi daerah infeksi awal atau daerah lain. + Riketsia biasanya diterapi dengan pemberian antibiotik tetrasik- lin. + Jamur diobati dengan antijamur topikal, seperti nistatin untuk in- feksi kulit superfisial, amfoterisin B untuk infeksi sistemik. Obat antijamur oral diberikan untuk mengatasi infeksi kuku, yang sebe- lumnya resisten terhadap obat. Obat baru ini, termasuk terbinafin dan itrakonazol memiliki tingkat penyembuhan yang tinggi bahkan bila diberikan dengan dosis sporadik. Pentamidin digunakan un- tuk Pneumocystis carinii. * Infeksi parasit pada saluran cerna (GI) diobati dengan obat spesi- fik, antara lain metronidazol (Flagyl) untuk giardiasis. Malaria diterapi dengan berbagai obat antimalaria. Terapi profilaktik (pen- cegahan) dianjurkan untuk orang yang bepergian ke daerah yang sering dijangkiti malaria. Pes diterapi dengan berbagai antibiotik, termasuk tetrasiklin. Infeksi kulit diterapi dengan berbagai obat topikal. KEPUSTAKAAN PILIHAN Akerstrom, T., Steensberg, A., Keller, P., Keller, C., Penkowa, M., & Pedersen, B.K. (2005). Exercise induces interleukin-8-expression in human skeletal muscle. Journal of Physiology 563, 507.516 Bradley, J.A., Bolton, E.M., & Pedersen, R.A. (2002). Stem cell medicine encounters the immune system. Nature Reviews Immunology 2, 859-87 1. Brain, J.D., Kavet, R., McCormick, D.L., Poole, C., Silverman, L., et al. (2003). Childhood leukemia: Electrical and magnetic fields as possible risk factors. En- vironment Health Perspectives 111, 962-970. Corwin, E.J. (2004). The concept of epigenetics and its role in the development of cardiovascular disease. Biological Research for Nursing 6, 11-16 : Davani, S., Deschaseaux, F., Chalmers, D., Tiberghien, P., & Kantelip, J.P. (2005). Can stem cells mend a broken heart? Cardiovascular Research 65, 305-316. De Wardener, H.E., He, F.J., Macgregor, G.A. (2004). Plasma sodium and hypertension. Kidney International 66, 2454-2466. Guyton, A.C., & Hall, J.B. (2005). Textbook of medical physiology (11th ed). Philadelphia: W.B. Saunders. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. BAB 2 GENETIKA 43 dewasa, banyak sel yang terus bereproduksi. Sel-sel yang bereproduksi seumur hidup adalah sel-sel di sumsum tulang, kulit, dan saluran cerna. Sel-sel hati dan ginjal akan bereproduksi apabila diperlukan untuk mengganti sel yang hilang atau rusak. Sel-sel khusus, yang disebut sel stem, memiliki kemampuan untuk bereproduksi tanpa batas. Sel lain, misalnya sel saraf, otot rangka, dan otot jantung, tidak reproduksi secara bermakna beberapa bulan pertama setelah lahir. Dengan demikian, kerusakan pada jaringan jaringan tersebut umum- nya tidak dapat diperbaiki oleh pertumbuhan sel baru (meskipun sel stem terdekatnya dapat berdiferensiasi menjadi sel pengganti). Siklus Sel Siklus sel merupakan serangkaian tahap perkembangan sel sepanjang hidup sel tersebut (Gambar 2.1). Selama embriogenesis, semua sel melewati semua tahapan siklus sel, seperti halnya sel dewasa yang terus bereproduksi. Kecepatan sel melalui siklus sel bergantung pada sel itu sendiri dan faktor pertumbuhan, hormonal, dan kimiawi yang terpajan pada sel tersebut. Sel-sel yang tidak lagi bereproduksi setelah embriogenesis tetap berada pada tahap istirahat (resting stage) dan tidak menjalani tahap berikutnya. Siklus sel terdiri atas dua fase ya- itu interfase dan mitosis. Interfase Dalam keadaan tidak aktif membelah, sel dikatakan berada pada tahap interfase. Terdapat 3 tahap standar interfase: G1, S, dan G2. Tahap keempat, Go, adalah tahap istirahat khusus. Pada tahap ini, G berfungsi sebagai gap, yaitu mengacu pada waktu yang dihabiskan sel untuk memeriksa dan meninjau kembali langkah sebelumnya. Go telofase al inafase-metafase GAMBAR 2.1. Siklus sel. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. BAB 2 GENETIKA 47 GENOTIPE DAN FENOTIPE Informasi genetik' yang dibawa dalam kromosom sel anak disebut genotipe. Gambaran fisik dari informasi genetik tersebut, tinggi atau pendek, gelap atau terang, disebut fenotipe. Pewarisan Gen-Tunggal Sebagian sifat fenotipe, misalnya warna mata, ditentukan oleh sebuah gen. Sebuah gen yang menentukan sebuah sifat spesifik disebut alel. Untuk setiap sifat pada gen tunggal memiliki dua alel pengontrol: satu pada kromosom yang berasal dari ibu dan satu pada kromosom yang berasal dari ayah. Alel Heterozigot dan Homozigot Apabila seseorang memiliki dua alel identik, misalnya dua alel yang mengkode warna mata cokelat, maka orang tersebut dikatakan memi- liki sifat homozigot untuk sifat tersebut. Apabila seseorang memiliki alel yang berlainan yang mengkode satu sifat, misalnya satu alel untuk mata cokelat dan satu untuk mata biru, maka orang tersebut dikatakan memiliki sifat heterozigot untuk sifat tersebut. Satu alel biasanya dominan terhadap alel yang lain, misalnya mata cokelat ter- hadap mata biru, tetapi alel kadang-kadang bersifat kodominan (sama-sama dimunculkan). Fenotipe seseorang yang heterozigot un- tuk suatu sifat gen tunggal akan bergantung pada alel mana yang dominan. Apabila alel-aleInya kodominan, misalnya alel yang meng- kode antigen A dan B pada sel darah merah, maka orang tersebut akan mengekspresikan kedua alel (yi., golongan darah AB). Pewarisan Multifaktor Sebagian besar karakteristik fenotipe dipengaruhi oleh beberapa gen. Tinggi, inteligensi, dan karakteristik kepribadian adalah contoh sifat sifat yang disebut multifaktor. Sifat-sifat tersebut diwariskan dengan cara yang lebih rumit dan biasanya melibatkan banyak gen yang terdapat di kromosom yang sama atau berlainan. Ekspresi gen-gen ini dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor nongenetik, misalnya gizi, dukungan keluarga, dan pajanan terhadap berbagai tokein atau mikro- organisme. Bagaimanapun pada akhirnya semua karakteristik manu- sia, seperti kerentanan terhadap penyakit, dalam beberapa hal dipe- ngaruhi oleh gen, bahkan karakteristik yang jelas dipengaruhi oleh lingkungan. UJI GENETIK Uji (pemeriksaan) genetik, yang disebut sitogenetik, meliputi pe- meriksaan terhadap struktur keseluruhan dan jumlah kromosom. Uji aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. BAB 2 GENETIKA 51 kit di masa mendatang. Hal yang sangat mengganggu adalah apabila penyakit yang teridentifikasi tersebut ternyata adalah penyakit yang belum ada penyembuhannya atau jika uji melibatkan anak-anak. Pada orang dewasa dan anak-anak yang mengalami mutasi gen yang mengakibatkan penyakit, keputusan kehamilan di masa depan, ke- mampuan mendapatkan asuransi kesehatan atau asuransi jiwa, dan kemampuan mendapatkan pekerjaan dimasa depan merupakan hal- hal yang perlu dipertimbangkan. Human Genome Project telah me- nyumbangkan dana dan waktu untuk menelaah faktor-faktor etis yang terlibat dalam pemetaan genetik. Pada akhir tahun 2005, the National Human Genome Research Institute mengadakan studi yang melibatkan sampel orang dewasa sehat pada sekuens 100 sampai 300 gen yang telah dihubungkan dengan berbagai fenotipe penyakit. Tujuannya adalah memberi informasi kepada individu mengenai po- tensial faktor risiko genetik dan mengevaluasi bagaimana pasien dan keluarge dapat menampung informasi yang banyak ini. KONSEP PATOFISIOLOGIS MUTASI Mutasi adalah kesalahan dalam sekuens DNA. Mutasi dapat terjadi secara spontan, atau setelah suatu sel terpajan radiasi, bahan kimia tertentu, atau berbagai virus. Sebagian besar mutasi akan teridentifikasi dan diperbaiki oleh enzim-enzim yang bekerja di dalam sel. Terkadang mutasi dapat me- nyebabkan apoptosis. Apabila tidak terdeteksi atau diperbaiki, atau jika sel tidak mengalami kematian, maka mutasi akan diteruskan ke semua pembekahan sel-selanjutnya. Mutasi dapat menyebabkan sel normal menjadi sel kanker. Mutasi pada gamet (sel telur atau sperma) dapat menyebabkan cacat kongenital pada keturunan. CACAT KONGENITAL Cacat atau defek kongenital, yang juga disebut defek/cacat lahir, mencakup kesalahan genotipe dan fenotipe selama embriogenesis dan pertumbuhan janin. Cacat kongenital tertentu seperti bibir sumbing dan kelainan ekstremitas, dapat dengan jelas diketahui ketika lahir, sedangkan defek kongenital lain seperti abnormalitas atau ketiadaan ginjal dan beberapa penyakit jantung, tidak dapat dikenali segera. Cacat kongenital dapat disebabkan oleh kesalahan genctik yang terjadi selama meiosis sel sperma atau sel telur, atau dari gangguan lingkungan yang dialami janin selama dalam kandungan. Contoh ke- salahan genetik adalah pemutusan kromosom, ketidakstabilan DNA, dan kesalahan jumlah kromosom. Gangguan lingkungan selama ke- aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. BAB 2 GENETIKA 55 Apakah sebuah embrio atau janin akan terpengaruh oleh suatu bahan teratogenik bergantung pada beberapa faktor, yang mencakup waktu dan dosis pajanan, status kesehatan dan nutrisi ayah dan ibu. WAKTU PEMAJANAN TERHADAP TERATOGEN Karena sebagian besar organ dan jaringan terbentuk selama trimester pertama, bahan-bahan teratogenik lebih cenderung menyebabkan de- fek/kelainan struktual pada masa ini. Infeksi rubela dan terpajan obat benar-benar mengganggu perkembangan. Walaupun demikian, susunan saraf akan selalu rentan terhadap teratogen karena sistem ini terus berkembang bahkan setelah lahir. Bila bayi terpajan suatu agens infeksi pada trimester ketiga atau sewaktu kelahiran maka risiko timbulnya penyakit yang bersangkutan akan meningkat. Hal ini terutama berlaku untuk infeksi neonatus oleh virus hepatitis B dan virus imunodefisiensi manusia (HIV) yang menyebabkan AIDS. Infeksi primer yang diderita ibu yang disebabkan oleh virus herpes simpleks di saat mendekati persalinan dikaitkan dengan kejadian herpes neonatus dan meningkatkan morbiditas dan mortalitas neo- natus. DOSIS TERATOGEN Dosis pajanan penting dalam menentukan kemungkinan bahwa suatu bahan teratogen akan menyebabkan defek kongenital. Tingkat radiasi yang digunakan pada sebagian besar teknik diagnostik atau konsen- trasi suatu obat yang rendah kemungkinan tidak menimbulkan efek yang jelas pada janin. Dosis radiasi atau obat yang tinggi dapat mem- beri pengaruh buruk pada janin. STATUS KESEHATAN DAN GIZI IBU Status kesehatan dan gizi ibu juga berperan dalam menentukan efek teratogen. Bayi yang lahir dari ibu diabetes atau gangguan kejang berisiko tinggi mengalami cacat janin. Hal ini mungkin disebabkan oleh efek kejang sendiri terhadap pertumbuhan janin dan efek obat yang digunakan untuk mengobati penyakit. Makanan ibu yang rendah asam folat diketahui berkaitan dengan terjadinya defek tuba neural tube seperti spina bifida. Karena sebagian besar orang dewasa tidak mendapat asupan asam folat yang adekuat, maka untuk semua wanita dianjurkan untuk diberikan suplemen asam folat (biasanya terdapat pada vitamin pranatal atau One A Day) setidaknya 3 bulan sebelum konsepsi. Asam folat diperlukan oleh enzim-enzim pengoreksi DNA agar enzim tersebut dapat bekerja dengan sempurna untuk memeriksa dan memeriksa ulang replikasi DNA. Hal ini dapat menjelaskan efek protektif asam folat terhadap malformasi kongenital tertentu. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. BAB 2 GENETIKA 9 Gambar 2.5 (kromosom X yang membawa gen defektif dicetak dalam huruf tebal). Walaupun jarang, wanita dapat mewarisi sebuah kromo- som X defektif dari ibu dan ayahnya. Dengan demikian, ia akan men- jadi homozigot untuk gen defektif tersebut dan mengekspresikan pe- nyakit. Gambaran Klinis * Gambaran klinis bergantung pada gen spesifik yang berubah atau hilang. Perangkat Diagnostik + Amniosentesis atau pengambilan sampel vilus korion di masa pra- natal dapat mengidentifikasi defek gen tunggal. * Karyotyping sel dari seorang dewasa atau anak dapat memastikan diagnosis klinis suatu defek gen tunggal. Penatalaksanaan * Pengobatan untuk Masing-masing penyakit mungkin bersifat su- portif/ penunjang apabila sudah tidak ada lagi upaya penyembuh- an, seperti pada kasus penyakit Huntington, fenilketonuria, sin- drom X rapuh, atau penyakit sel sabit. + Apabila mungkin, pengobatan dapat berupa penggantian protein atau enzim yang hilang. Hal ini telah dicoba pada orang yang mengidap hemofilia A. + Penggabungan gen memungkinkan insersi salinan yang benar dari suatu gen defektif ke dalam genom pejamu. Penggabungan gen telah dicoba pada para pengidap fibrosis kistik dan distrofi otot. GANGGUAN MULTIFAKTOR Gangguan multifaktor bersifat poligenik; gangguan tersebut disebab- kan oleh banyak gen, yang Masing-masing memiliki efek tambahan yang kecil. Apabila efek tambahan mencapai batas ambang, gangguan akan diekspresikan. Keparahan dari setiap kombinasi kesalahan ge- netik pada setiap orang tidak dapat diperkirakan. Sebagian gangguan multifaktor mungkin tampak sejak lahir; se- dangkan sebagian lain timbul selama masa dewasa. Contoh penyakit multifaktor yang muncul sejak lahir adalah sumbing langit langit (palatoskisis), penyakit jantung kongenital, anensefali, dan talipes equnovarus. Gangguan multifaktor yang terekspresikan pada masa kanak-kanak akhir atau dewasa adalah hipertensi, hiperlipidemia, diabetes melitus, sebagian besar penyakit otoimun, banyak kanker, dan skizofrenia. Gangguan multifaktor yang muncul selama masa de- wasa muda biasanya sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. BAB 2 GENETIKA 63 Komplikasi * Defek kongenital jantung atau organ lain sering terjadi berkaitan dengan sindrom Down. * Risiko leukemia di masa kanak-kanak dapat meningkat pada anak pengidap sindrom Down. Hal ini berkaitan dengan pengamatan bahwa sebagian bentuk leukemia dapat berhubungan dengan de- fek pada kromosom 21. Pengidap sindrom Down juga biasanya menderita penyakit Alzheimer selama empat atau lima dekade kehidupannya. Hal ini berkaitan dengan hasil pengamatan bahwa penyakit Alzheimer dapat muncul sebagian karena defek pada kro- mosom 21. * Sekitar 20% janin sindrom Down mengalami abortus spontan ‘antara masa kehamilan 10 dan 16 minggu. Banyak janin tidak berimplantasi pada endometrium atau ibu mengalami keguguran sebelum masa kehamilan 6 sampai 8 minggu. Penatalaksanaan * Mungkin diperlukan pembedahan apabila terdapat defek kongeni- tal lain. + Program intervensi dini dapat membatasi derajat retardasi men- tal. SINDROM TURNER Sindrom Turner adalah suatu monosomi kromosom seks. Bayi yang lahir dengan sindrom Turner memiliki 45 kromosom: 22 pasang kromosom somatik dan satu kromosom seks, biasanya X (45, X/O). Penyakit ini sering dijumpai pada janin yang mengalami abortus spontan, dan terdapat pada sekitar 1 dari 2500 kelahiran hidup. Wanita pengidap sindrom Turner tidak memiliki ovarium. Gambaran Klinis Gambaran klinis mungkin tidak ada, ringan, atau sedang, dan meliputi: * Tubuh pendek dan leher berselaput. * Tidak adanya karakteristik seks sekunder dan amenorea (tanpa daur haid) disertai sterilitas. Perangkat Diagnostik + Pemeriksaan genetik pranatal dapat mengidentifikasi janin yang terjangkit sindrom Turner. + Karyotyping genctik setelah lahir dapat memastikan diagnosis klinis. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. BAB 3 KANKER 67 gastrointestinal, menduplikasi secara persis DNA mereka dan kemu- dian membelah menjadi dua sel anak. Sel bereproduksi melalui se- buah proses, yang disebut siklus sel, dijelaskan secara lengkap di Bab 2. Sel-sel yang tidak bereproduksi setelah lahir, misalnya sel otot skeletelal, tidak menjalani siklus sel ini. Perjalanan siklus sel ini se- cara ketat dikontrol dan dapat dihentikan atau dimulai bergantung pada kondisi sel dan sinyal yang diterimanya, yang sebagian bahasan- nya diuraikan berikut ini. Kecepatan Reproduksi Sel Sel-sel yang bereproduksi biasanya melalui siklus sel dengan kecepat- an yang sudah semestinya kecepatannya dapat ditambah atau di- kurangi. Sel yang bereproduksi secara lambat, atau tidak sama sekali, menghabiskan sebagian besar waktu mereka pada stadium interfase tahap gap (G1 atau G0). Sel-sel yang membelah secara kontinu tidak menghabiskan banyak waktu di tahap gap ini, dan seringkali bergerak ke menjalani siklus sel. Pengontrolan Reproduksi Sel Siklus sel dikontrol oleh kontribusi berbagai gen yang berespons ter- hadap tanda pemadatan sel, cedera jaringan, dan kebutuhan untuk tumbuh, Secara umum, sel menjalani siklusnya jika distimulasi oleh faktor hormon dan pertumbuhan yang diekskresi oleh sel-sel yang jauh, oleh faktor pertumbuhan yang diproduksi secara lokal, dan oleh isyarat kimia yang dilepaskan dari sel sekitarnya, termasuk sitokinin yang dihasilkan oleh sel imun dan sel radang. Isyarat eksternal ini bertindak mengikat reseptor spesifik yang ada di membran plasma sel target. Setelah terikat, kompleks’ reseptor mengaktifkan sistem penghantar kedua (second messenger system), yang mengirimkan sinyal pertumbuhan ke inti sel. Ketika sinyal mencapai inti sel, protein tertentu yang ada di inti sel, yang disebut faktor transkripsi, meng- aktifkan atau menginaktifkan gen khusus yang pada akhirnya meng- hasilkan protein yang mengontrol proliferasi sel. Gen yang diaktifkan juga menghasilkan protein yang memberi umpan balik terhadap se- tiap tahap sinyal dan stimulasi penghantar untuk memperkuat atau meminimaikan efek stimulus awal. Berikutnya akan diuraikan isyarat eksternal yang mengontrol per- tumbuhan seldan menyajikan contoh sistem penghantar kedua yang penting. Akhirnya, akan disajikan dua kategori besar gen yang produk akhirnya mengontrol siklus sel, yaitu gen supresor/penekan tumor dan proto-onkogen. Hormon dan Faktor Pertumbuhan yang Mengontrol Reproduksi Sel Berbagai hormon dan faktor pertumbuhan dapat menstimulasi sel untuk meningkatkan atau menurunkan kecepatan reproduksi aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. BAB 3 KANKER 71 PENGENALAN DAN ADHESI SEL PADA SEL YANG SERUPA Sel normal melekat dan menyatu dengan sel lain dari jenis dan kelompok sel yang sama. Meskipun mekanisme pengenalan antar-sel belum sepenuhnya dimengerti, diketahui bahwa mekanisme ini melibatkan isyarat kimia yang disekresi hanya oleh sel tertentu dan diikat oleh reseptor yang hanya terdapat pada sel yang serupa. Protein permukaan yang ditemukan pada sebuah jenis sel yang sesuai dengan protein pada sel serupa, juga terbukti membantu sel untuk mengenali sel yang serupa. Protein permukaan ini digambarkan sebagai molekul adhesi, dan tampak menahan sel secara bersama-sama. Pengenalan sel-ke-sel (antar-sel) ditujukan dengan menempatkan banyak sel dari jenis berbeda ke dalam satu tempat yang disebut Petri dish; setelah satu periode tertentu, sel-sel akan bergerak ke dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok hanya terdiri dari sel dengan jenis yang sama. Molekul adhesi lain terdapat di antara sel dan matriks jaringan yang mendasarinya. Sambungan ini memfiksasi sel pada satu tempat. Ketika sel normal terlepas dari sel normal lain atau jika ikatan sel dengan jaringan yang mendasarinya longgar, sel tersebut berespons dengan mengalami apoptosis, yang mencegah sel, agar tidak meng- apung secara bebas dan terlepas dari jaringan asalnya. PENGHITUNG WAKTU SEL Frekuensi reproduksi sel normal manusia dapat diprediksi, setelah itu sel berhenti bereproduksi dan menua. Prediktabilitas ini menyirat- kan bahwa sel memiliki beberapa sistem penghitung yang memberi- tahu kapan sel harus berhenti membelah. Sistem ini penting karena jika sel membelah secara tidak terbatas, kita akan memiliki lebih ba- nyak sel dari yang seharusnya sesuai dalam kehidupan. Mekanisme pembelahan sel melibatkan sistem penghitungan berbasis telomer. Telomer, yang telah diulas dalam Bab 2, adalah bagian ujung kro- mosom yang memendek pada setiap pembelahan. Ketika panjang telomer telah cukup pendek (yang menunjukkan sel telah membelah beberap kali), sel berhenti membelah. Penghentian pembelahan sel akibat pemendekan telomer menunjukkan bahwa protein RB dan p53 bekerja. Kadang-kadang, sel terus membelah setelah panjang telomer mencapai ambang; biasanya sel ini segera hancur dengan sendirinya ketika fusi kromosom menjadi tidak teratur dan membelah secara acak. Pemadatan sel juga menghasilkan sel-sel disekitarnya untuk me- lepaskan sinyal yang menghambat replikasi sel lebih lanjut. Proses ini dinamakan inhibisi kontak. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. BAB 3 KANKER 75 selain kanker ovarium. Tidak terdeteksinya penanda sel tumor tidak berarti bahwa individu yang bersangkutan terbebas dari kanker. KECEPATAN PERTUMBUHAN TUMOR Setiap tumor tumbuh pada kecepatan tertentu bergantung pada karakteristik pejamu dan tumor itu sendiri. Karakteristik sifat pen- ting yang memengaruhi kecepatan pertumbuhan tumor adalah usia, jenis kelamin, dan status keschatan dan gizi pejamu. Status sistem imun pejamu juga penting. Orang yang mengalami imunosupresi mungkin tidak mampu mengenali tumor sebagai suatu benda asing, atau tidak mampu berespons terhadap tumor yang telah dikenalinya. Status hormonal tertentu (mis., kehamilan) dapat merangsang ke- cepatan pertumbuhan tumor tertentu, sedangkan stres dapat me- mengaruhi kemampuan pejamu untuk membatasi perkembangan atau pertumbuhan sebuah tumor. Karakteristik penting sebuah tumor yang memengaruhi kecepatan pertumbuhannya adalah letaknya di dalam tubuh dan suplai darah- nya. Derajat anaplasia sel dan ada tidaknya faktor pertumbuhan tumor juga merupakan karakteristik penting. Untuk pertumbuhan- nya, banyak tumor yang bergantung pada faktor-faktor pertumbuhan yang bersirkulasi atau yang dihasilkannya sendiri. Dengan demikian, tumor yang paling cepat tumbuh sering memiliki banyak reseptor di membran permukaannya untuk faktor pertumbuhan ini. Selain itu, sebagian sel tumor mensekresikan bahan kimia yang menyebabkan lingkungan lokal lebih kondusif bagi pertumbuhannya. Salah satu contohnya adalah sekresi faktor angiogenesis tumor, yang dijclaskan di bawah ini. FAKTOR ANGIOGENESIS TUMOR Faktor angiogenesis tumor adalah bahan yang disekresikan oleh sel tumor yang merangsang pembentukan pembuluh-pembuluh darah baru. Untuk hidup, semua sel memerlukan suplai darah yang ade- kuat untuk memberi mereka oksigen dan makanan, dan untuk mem- buang zat-zat sisa. Sekali sekelompok sel tumor mencapai ukuran tertentu (berdiameter sekitar 1 sampai 2 mm), maka suplai darah semula akan tidak mencukupi sehingga pembuluh-pembuluh darah baru harus dirangsang pertumbuhannya agar tumor tersebut dapat tumbuh lebih lanjut. Pengukuran faktor angiogenesis tumor di darah atau urine me- mungkinkan diagnosis dini beberapa kanker. Hal yang lebih menarik adalah pengobatan baru yang menghambat produksi faktor angio- genesis tumor. Eksperimen terakhir telah memperlihatkan bahwa aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. BAB 3 KANKER 79 pat primer. Oleh karena itu, paru, yang menerima darah vena sistemik secara langsung dari sebagian besar organ, sering menjadi tempat metastasis. Darah vena dari saluran gastrointestinal (GI) dan pan- kreas terlebih dahulu mengalir ke hati melalui sistem aliran darah portal hepatika sehingga hati menjadi organ yang paling sering ter- kena kanker. Metastasis dievaluasi dengan mengamati adanya tem- pat sekunder di kelenjar limfe terdekat, dan kemudian secara pro- gresif semakin jauh dari tempat ini. Bila hasil eksplorasi kelenjar terdekat dengan tempat primer, disebut juga kelenjar sentinel, negatif terhadap sel tumor, kemungkinan besar sel tumor tidak akan menyemai ke kelenjar yang lebih jauh. Akan tetapi, hal ini tidak ber- Jaku pada sel tumor yang menunjukan kecenderungan pilihan untuk menempati jaringan tertentu, yang tidak selalu berada di bagian bawah tempat tumor primer. Contohnya, kecenderungan kanker prostat bermetastasis ke tulang. Hasil penelitian mengenai kasus ini telah menunjukkan bahwa molekul.adhesi komplementer menarik sel tumor ke jaringan yang jauh. Ditemukan pula bahwa penanganan suatu tumor secara kasar selama evaluasi atau pembedahan dapat menyebabkan lepasnya sel-sel kanker dari tempat primer sehingga meningkatkan kemungkinan metastasis. Gambar 3.2 mengidentifi- kasi pola metastasis tipikal tumor dari berbagai lokasi SISTEM IMUN DAN SEL KANKER Antibodi, sel T, dan sel pembunuh alami (natural killer, NK) yang ber- edar dalam darah yang dihasilkan untuk melawan antigen tumor telah ditemukan pada pengidap kanker. Selain itu, individu yang mengalami gangguan daya imun, termasuk penderita AIDS atau indi- vidu yang mengonsumsi obat penekan daya imun (immunosuppresant drugs), berisiko tinggi mengalami kanker. Sitokinin antikanker yang poten, termasuk faktor nekrosis tumor alfa (tumor necrosis factor alpha, TNFa) telah diketahui membantu sistem imun dalam menge- nali dan menghancurkan sel kanker. Semua temuan ini menunjuk- kan dengan jelas bahwa sistem imun dan inflamasi berperan penting dalam melawan dan mencegah kanker. Lolosnya Sel Kanker dari Respons Imun Walaupun respons imun terhadap tumor tampak dengan jelas, sel kanker sering mampu menghindari sistem imun. Sel yang sangat ana- plastik yang secara primer mengekspresikan antigen onkofetal memiliki kemungkinan besar menghindari deteksi imun dan dengan demikian sangat ganas. Sel kanker lain dapat memperlihatkan per- ubahan dalam ekspresi antigen MHC (major histocompability) yang se- cara normal merangsang respons imun selular. Hal ini juga memung- kinkan sel kanker menghindari sistem imun. Sel kanker juga dapat aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. BAB 3 KANKER 83 Mutasi sel 1. Tidak dikoreksi | 2. Sel membelah 41. Beberepe 2. Mutas! muttipel dokade tefadinya yang baru, torjadt peristwa promesi | pada kromiosom ang same ala . GAMBAR 3.3. Mutasi tak-terkoreksi diteruskan ke sel anak yang baru. Sel dapat terbebas dari kendali pertumbuhan normal untuk berproliferasi secara tak-terkontrol jika terjadi peristiwa promosi dan mutasi baru. reproduksi dan membelah berisiko lebih tinggi unuk menjadi sel kanker. Perkembangan Tumor Monoklonal Ketika suatu tumor terbentuk, tampaknya hal itu terjadi akibat ke- salahan yang diwariskan dari sel tunggal. Hal ini menyebabkan ter- bentuknya sebuah tumor monoklonal dari sebuah sel ancenstral (ke- turunan). Teori ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa sebuah sel yang bermutasi pada akhirnya berkembang mejadi kanker. Promotor Kesalahan Replikasi DNA Walaupun sebagian kesalahan dalam replikasi DNA terjadi secara acak, bahan fisik, kimia, dan mikroorganisme tertentu diketahui me- nyebabkan kesalahan DNA. Bahan tersebut antara lain adalah radiasi ionisasi, radiasi ultraviolet, komponen asap rokok, hidrokarbon aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. BAB 3 KANKER 87 proliferasi sel masih belum jelas. Kesalahan dari satu atau kedua gen tersebut lebih sering terjadi pada wanita pengidap kanker payudara dibandingkan dengan wanita tanpa kanker payudara, dan berkontri- busi sekitar setengah dari kasus kanker payudara yang diwariskan. Mutasi yang terjadi pada kedua gen tersebut belum tentu menyebab- kan tumbuhnya kanker payudara; bagaimanapun, wanita pembawa mutasi gen BRCA1 56% berpeluang mengidap kanker payudara sebe- lum usia 70 tahun dan 16,5% berpeluang mengidap kanker ovarium. Seperti kanker lain yang dipredisposisi oleh faktor genetik, kasus kanker payudara yang diwariskan cenderung terjadi pada individu berusia lebih muda. Kanker pada anak (pediatrik) cenderung memiliki komponen genetik. Pada anak, perkembangan kanker dipercepat dari beberapa dasawarsa menjadi hanya satu atau dua dasawarsa. Percepatan ka- sus kanker ini terjadi bila anak mewarisi satu gen defektif pada linea germinal (ovum atau sperma) yang mengendalikan faktor penekan tu- mor atau proto-onkogen atau mengalami mutasi dini selama embrio- genesis. Pada akhirnya, kesalahan gen kedua menyebabkan pertum- buhan kanker dini. Demikian pula dengan pewarisan gen defektif terhadap enzim pengoreksi dapat meningkatkan risiko timbulnya kanker. Semua orang memiliki kecenderungan genetik tertentu ke arah pembentukan kanker. Dengan demikian, sebagian kecil orang ter- jangkit kanker tanpa diketahui adanya pajanan ke mutagen atau pro- motor, sementara orang lain yang terpajan zat-zat tersebut dalam jangka panjang tetap bebas dari kanker. Secara umum kecenderung- an genetik kita terhadap kanker disamarkan oleh faktor risiko yang kita hadapi di lingkungan dan yang terpenting, oleh risiko kita tang- gung dari gaya hidup dan perilaku kita. Faktor Protektif Terhadap Pembentukan Kanker Penelitian menunjukan bahwa wanita yang menyusui selama paling kurang 6 bulan berturut turut mengalami penurunan risiko terkena kanker payudara. Selain itu, wanita yang hamil beberapa kali juga mengalami penurunan risiko terkena kanker payudara. Temuan ini mungkin berkaitan dengan jumlah daur haid yang dialami wanita tersebut. Progesteron tampaknya bersifat protektif terhadap kanker payudara dengan menghambat efek stimulasi estrogen. Progesteron meningkat selama kehamilan yang menjelaskan mengapa wanita yang pernah hamil beberapa kali berisiko rendah mengidap kanker payu- dara. Baru-baru ini dilaporkan bahwa terdapat penurunan risiko kanker payudara pada wanita yang berolahraga secara moderat. Temuan ini mungkin berkaitan dengan penurunan kadar estrogen atau penu- runan konsumsi lemak dan kegemukan. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. BAB 3 KANKER 91 dapat diterapi dengan pembedahan untuk menghilangkan rasa nyeri pasien akibat tumor yang menekan saraf di sekitarnya. Pem- bedahan juga ‘digunakan untuk mengeksis bagian mayor dari tu- mor, yang mengurangi beban tumor dan meningkatkan respons terhadap kemoterapi atau radioterapi. * Terapi Radiasi menggunakan radiasi ionisasi untuk membunuh sel tumor. Radiasi bekerja berdasarkan prinsip bahwa sel yang paling rentan terhadap efek perusak dari radiasi adalah sel-sel yang berada pada stadium S atau M siklus sel. Sel tumor paling cenderung ditemukan dalam setiap stadium tersebut. Sayangnya, setiap saat banyak sel normal juga berada pada stadium tersebut dan dapat terbunuh akibat terapi radiasi. Dahulu, radiasi diang- gap dapat membunuh hanya sel kanker dengan secara langsung merusak DNA. Akan tetapi, pemahaman lebih baik mengenai gen penekan tumor telah merevisi konsensus tentang bagaimana radiasi membunuh sel. Tampak bahwa radiasi membunuh sel de- ngan mengubah DNA yang cukup mengerem siklus sel, terutama dengan mengaktifkan protein p53 dan protein ras yang menyebab- kan sel bunuh diri sel. Sayangnya, sel kanker sering kali telah menginaktifkan gen pengerem normal sehingga sel tersebut tidak mengalami apoptosis ketika terjadi kerusakan DNA. Hal ini mem- batasi kegunaan terapi radiasi. Keterbatasan lain dari terapi ini adalah terbentuknya jaringan parut yang mengarah pada fibrosis dan penurunan fungsi organ. Bagi beberapa kanker, sebagai con- toh, limfoma Hodgkin, radiasi dapat digunakan secara tunggal un- tuk tujuan paliatif. Radiasi seringkali digunakan sebagai tindakan tambahan pada pembedahan, atau untuk memperkecil ukuran tu- mor sehingga mengurangi beban tumor. « Kemoterapi menggunakan obat-obatan dari berbagai kelas berbeda untuk menghancurkan sel-sel yang berada di stadium S, M, atau G awal siklus sel. Tumor tumbuh secara cepat sehingga banyak memiliki sel yang sedang bereplikasi dan membelah dan karena- nya paling rentan terhadap kemoterapi. Akan tetapi, sel sehat juga rentan terhadap efek merusak dari kemoterapi. Kemoterapi sering digunakan sebagai tambahan untuk pembedahan atau terapi ra- diasi, namun dapat pula digunakan secara tersendiri. Kemoterapi juga digunakan untuk tujuan paliatif. Kemoterapi biasanya me- nyebabkan penekanan/supresi sumsum tulang, yang akhirnya menyebabkan keletihan, anemia, kecenderungan perdarahan, dan peningkatan risiko infeksi. Jenis kemoterapi ajuvan yang ada meliputi penggunaan antagonis hormon reproduksi untuk melawan kanker reproduksi. Contoh agens terbaik dari obat jenis ini adalah tamoksifen, yang digunakan secara klinis untuk melawan kanker payudara yang bergantung-estrogen Tamoksifen juga digunakan untuk mencegah perkembangan kanker aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. BAB 3 KANKER 95 * Makanan yang kaya buah, sayuran, dan serabut serta rendah Jemak telah terbukti berkaitan dengan penurunan kanker pada be- berapa studi/penelitian. * Menghindari penyakit menular seksual menurunkan risiko terjangkit kanker tertentu yang terkait dengan proses infeksi, misal- nya kanker serviks dan hati. Deteksi Kanker Deteksi dini kanker, walaupun bukan tindakan pencegahan, dapat berfungsi menahan atau menghancurkan kanker sebelum bermeta- stasis ke seluruh tubuh. Deteksi dini bergantung pada identifikasi faktor risiko untuk pasien tertentu dan penggunaan teknik pemeriksa- an fisik yang tepat. Uji deteksi kanker dini meliputi pemeriksaan payudara sendiri dan mamografi, pemeriksaan prostat, pemeriksaan testikular sendiri, pemeriksaan kulit secara regular. Beberapa uji pe- napisan, misalnya Pap smear, pemeriksaan polip usus, dan biopsi dari lesi kulit abnormal memungkinkan intervensi dini sebelum sel- sel displastik (sel yang memperlihatkan tanda awal ketidaknormalan) berubah menjadi kanker. KEPUSTAKAAN PILIHAN Dowell, J. E. & Minna, J. D. (2004). The impact of epidermal-growth-factor-receptor mutations in response to lung-cancer therapy. Nature Clinical Practice, Oncology 1, 2-3. Hirsch FP. R., & Lippman, S. M. (2005). Advances in the biology of lung cancer chemopreventor. Journal of Clinical Oncology 23, 3186.3197. Knols, R., Aaronson, N. K., Uebelhart, D., Fransen, J., & Aufdemkampe, G. (2005). Physical exercise in cancer patients during and after medical treatment: A systematic review of randomized and controlled clinical trials. Journal of Clinical Oncology 23, 3830-3842. Lyko, F., & Brown, R. (2005). DNA methyltransferase inhibitors and the development of epigenetic cancer therapies, Journal of the National Cancer Institute 97, 1498.1506. Mark, J. (2005). Inflammation and cancer: The link grows stronger. Science 306, 966-968. Min, Y., & Finn, O.J. (2006). DNA vaccines for cancer too. Cancer Immunology and Immunotherapy 55, 119.130. National Cancer Institute (2005). NCI Challenge Goal 2015. Eliminating the suffering and death due to cancer. Downloaded on October 29, 2005 from http: //www.cancer.gov/. Patel, J.D. (2005). Lung cancer in women. Journal of Clinical Oncology 23, 3212- 3218. Quigley, C. (2005). The role of opioids in cancer pain. British Medical Journal 331, 825-829. Romond, E. H. Perez E. A., Bryant, J., Suman, V. J., Geyer, C.E., Davidson, N-E., et al. (2005). Trastuzumab plus adjuvant chemotherapy for operable HER2- positive breast cancer, New England Journal of Medicine 353, 1673-1684. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 100 UNIT 2 PERLINDUNGAN KESEHATAN EFEKTIF DAN TIDAK EFEKTIF Epidermis diangkat untuk memperlihatkan papila dermis \ 4 AN Dermis —_f Otot arektor pili Pembuluh darah Kelenjar sebasea Jaringan subkutis Saraf ke folikel ——Y rambut Kelenjar keringat GAMBAR 4.1. Gambaran tiga dimensi kulit. (Dari Porth, C. [2005]. Pathophysiology: Concepts of altered health states [7th ed.]. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.). Melanosit (sel pigmen) terdapat di bagian dasar epidermis. Melanosit mensintesis dan mengeluarkan melanin sebagai respons terhadap rangsangan hormon hipofisis anterior. Melanin adalah pig- men hitam yang menyebar ke seluruh epidermis untuk melindungi sel dari radiasi ultraviolet. Sel-sel imun, yang disebut sel Langerhans, terdapat di seluruh epidermis. Sel Langerhans mengenali partikel asing atau mikro- organisme yang masuk ke kulit, dan memberi sinyal pada limfosit T atas keberadaan partikel atau mikroorganisme tersebut untuk memulai suatu serangan imun, Sel Langerhans mungkin bertanggung jawab mengenal dan menyingkirkan sel-sel kulit displastik atau neo- plastik. Sel Langerhans secara fisik berhubungan dengan saraf-saraf simpatis, yang mengisyaratkan adanya hubungan antara sistem saraf dan kemampuan kulit melawan infeksi atau mencegah kanker kulit. Stres dapat memengaruhi fungsi sel Langerhans dengan meningkat- kan rangsang simpatis. Radiasi ultraviolet dapat merusak sel Langer- hans, mengurangi kemampuannya mencegah kanker. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 104 UNIT 2 PERLINDUNGAN KESEHATAN EFEKTIF DAN TIDAK EFEKTIF EKSKORIASI Ekskoriasi adalah goresan/garukan di kulit, misalnya lutut yang ter- kelupas dan kemungkinan dapat mengeluarkan darah terang. FISURA Fisura adalah retak linier di kulit, misalnya pada kutu air (athlete’s foot). Fisura dapat berwarna pink atau merah, namun biasanya tidak berdarah. KELOID Keloid adalah pembentukan jaringan parut di kulit yang melebihi cedera awalnya akibat trauma, cedera atau luka tusuk. Keloid tampak menjadi gembung, merah, dan padat. Keloid mungkin timbul akibat genetik dan jenis jaringan parut ini sering dijumpai pada orang Amerika keturunan Afrika. Orang yang mudah membentuk keloid harus memberi tahu petugas kesehatan apabila mengalami cedera kulit. Keloid dapat dicegah dengan melakukan teknik pembedahan yang cermat, memberi balutan penekan, menerapkan asuhan luka yang baik, dan memberi nutrisi yang adekuat. Tidak ada yang terbaik yang dapat mengatasi keloid, meski segala terapi telah dilakukan seperti pemberian balutan topikal, injeksi steroid, dan terapi laser dan memberi hasil memuaskan. Imunoterapi masih diteliti keefektifannya. Pembuangan keloid dapat memperburuk jaringan parut pada beberapa kasus. LIKENIFIKASI Likenifikasi adalah kulit yang kasar dan menebal yang dapat terjadi akibat terus-menerus mendapat iritasi, misalnya kulit pada dermati- tis atopik. MAKULA Makula adalah daerah datar di kulit, yang ditandai oleh perubahan warna. Makula biasanya bergaris tengah kurang dari 1 cm, misalnya freckle atau mole datar, disebut juga nevus. NODUS Nodus adalah suatu massa padat yang menjadi gembung yang beru- kuran antara 1 cm sampai 2 cm. Nodus lebih padat konsistensinya aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 108 UNIT 2 PERLINDUNGAN KESEHATAN EFEKTIF DAN TIDAK EFEKTIF adangan saat cuci piring. Riwayat yang baik yang menyertai pola fisik adalah kunci diagnosis. « Uji alergi kulit dapat diindikasikan. Komplikasi ¢ Kondisi kronis dapat menyebabkan likenifikasi, fisura, dan skuama. + Infeksi kulit dapat disebabkan oleh garukan berulang dan kerusak- an kulit. « Respons buruk terhadap poison ivy atau alergen poten lain dapat menyebabkan kemerahan signifikan dan pembengkakan pada wajah. Mata bisa tertutup karena edema. Penatalaksanaan * Identifikasi penyebab dermatitis dan menghindari pajanan mencegah rekuren. + Kompres dingin untuk mengurangi peradangan. Rendaman atau mandi bubur gandum dengan bahan kimia yang menyejukkan dapat meredakan penyakit. Antihistamin dapat digunakan untuk mengurangi gatal. * Terapi anti-inflamasi topikal (kadang-kadang sistemik) jangka pendek misalnya steroid dapat digunakan untuk menghentikan peradangan. Bila serangannya berat, meliputi mata dan wajah, kortikosteroid sistemik dengan dosis besar sering kali diberikan. DERMATITIS ATOPIK Dermatitis atopik adalah peradangan kulit yang melibatkan pe- rangsangan berlebihan limfosit T dan sel mast. Histamin dari sel mast menyebabkan rasa gatal dan eritema. Penggarukan menyebabkan rusaknya kulit. Dermatitis atopik sering dijumpai pada bayi dan anak anak, tetapi dapat juga menetap sampai dewasa. Tampaknya terdapat kecenderungan genetik ke arah penyakit. Selain itu, penyakit ini sering ditemukan pada keluarga dengan gangguan peradangan lain misalnya asma dan alergi. Gambaran Klinis + Eritema disertai lesi berkrusta dan basah. Pada bayi, lesi sering muncul di wajah dan bokong. Pada anak yang lebih tua dan rema- ja, lesi lebih sering muncul di tangan dan kaki, di belakang lutut, dan di lipat siku. * Pruritus hebat dan menyebabkan berulangnya siklus peradangan dan pembentukan lesi. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 112 UNIT 2 PERLINDUNGAN KESEHATAN EFEKTIF DAN TIDAK EFEKTIF Penyebab Psoriasis Walaupun digambarkan sebagai penyakit proliferasi epitel jinak, pada kenyataannya psoriasis disebabkan oleh gangguan otoimun. Limfosit T diaktifkan dalam berespons terhadap rangsangan tak-dikenal ter- kait dengan sel Langerhans kulit. Pengaktifan sel T menyebabkan pembentukan sitokinin pro-inflamatori termasuk faktor nekrosis tumor alfa, dan faktor pertumbuhan yang merangsang proliferasi sel abnormal dan pergantiannya. Waktu pertukaran normal sel epidermis adalah sekitar 28-30 hari. Pada psoriasis, epidermis di bagian yang terkena diganti setiap 3-4 hari. Pertukaran sel yang cepat ini menye- babkan peningkatan derajat metabolisme dan peningkatan aliran darah ke sel untuk menunjang metabolisme tersebut. Peningkatan aliran darah menimbulkan eritema. Pertukaran dan proliferasi yang cepat tersebut menyebabkan terbentuknya sel-sel yang kurang matang. Trauma ringan pada kulit dapat menimbulkan peradangan berlebihan schingga epidermis menebal dan terbentuklah plak. Faktor Risiko Psoriasis Tampaknya terdapat kecenderungan genetik untuk pembentukan psoriasis disertai peningkatan insidensi pada anggota keluarga. Lebih dari ribuan gen, terutama gen respons imun dan proliferasi diketahui berperan dalam patogenesis dan terbentuknya psoriasis. Faktor lingkungan termasuk trauma pada kulit, infeksi virus atau bakteri, rokok, dan stres dapat memperparah penyakit. Obat tertentu seperti penghambat ACE (angiotensin-converting enzym) dan litium dapat menjadi faktor presipitasi atau memperburuk perjangkitan. Gambaran Klinis * Plak eritematosa berbatas tegas ditutupi oleh skuama putih kepe- rakan, terutama di lutut, siku, kulit kepala, dan lipatan kulit. + Lesi dapat timbul secara perlahan tanpa diketahui, awalnya satu atau dua lesi, lalu bergabung menjadi banyak lesi. + Sering dijumpai pemisahan kuku atau nail pit * Gejala meningkat pada musim panas dan memburuk pada musim dingin. Diagnosis * Diagnosis dibuat berdasarkan riwayat dan hasil pemeriksaan fisik. Riwayat keluarga mungkin menjadi petunjuk. Komplikasi * Infeksi kulit yang parah dapat terjadi + Artritis deformans yang mirip dengan artritis rematoid, disebut artritis psoriatika, timbul pada sekitar 30-40% pasien psoriasis. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 116 UNIT 2 PERLINDUNGAN KESEHATAN EFEKTIF DAN TIDAK EFEKTIF sangat menular selama stadium prodromal, tetapi mungkin tidak lagi setelah ruam muncul. Gambaran Klinis ¢ Stadium prodromal ditandai oleh demam ringan, malese, pembesaran kelenjar getah bening (terutama pasca-aurikular), nyeri tenggorokan, nyeri kepala. * Infeksi aktif ditandai oleh ruam makulopapular difus, berawal di wajah dan menyebar ke badan dan ekstremitas. Ruam bertahan sekitar 2 sampai 3 hari. Diagnosis Diagnosis dibuat berdasarkan riwayat dan hasil pemeriksaan fisik. Komplikasi + Infeksi rubela pada wanita hamil, terutama pada trimester pertama, dapat menyebabkan cacat lahir yang parah pada janin. Penatalaksanaan * Penatalaksanaan primer adalah pencegahan, melalui vaksinasi dengan virus hidup yang telah dilemahkan pada usia 15 bulan, 4 sampai 5 tahun, dan masa remaja. Vaksin tersebut adalah vaksin kombinasi untuk rubeola, gondongan, dan rubela. + Semua wanita berusia subur harus diperiksa untuk mengetahui ada tidaknya antibodi terhadap rubela (uji titer rubela). Wanita yang tidak memiliki antibodi (belum pernah terjangkit rubela atau belum mendapat vaksinasi yang adekuat) harus divaksinasi terha- dap virus tersebut. * Terapi infeksi rubela bersifat suportif, dan berfokus pada usaha mempertahankan hidrasi dan tirah baring. PERTIMBANGAN PEDIATRIK Rubela adalah suatu agens teratogenik (penyebab cacat lahir) kuat dan sangat menular sebelum individu memperlihatkan tanda-tanda infeksi yang jelas. Untuk melindungi wanita hamil dari infeksi dan cedera lebih lanjut terhadap janinnya, dianjurkan semua anak divaksinasi terhadap virus di awal masa kanak-kanak. Hal ini melindungi wanita hamil yang mungkin berkontak dengan mereka. ROSEOLA JANIN Roseola adalah infeksi yang sering dialami anak usia antara 6 bulan dan 2 tahun, meskipun dapat pula dialami oleh anak usia 4 tahun Roseola awalnya muncul sebagai virus dan ditandai oleh awitan /onset aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 120 UNIT 2 PERLINDUNGAN KESEHATAN EFEKTIF DAN TIDAK EFEKTIF Penatalaksanaan * Varisela dapat dicegah dengan vaksin varisela. Vaksin ini dapat diberikan pada anak atau orang dewasa, dan efektivitasnya sangat tinggi dalam mencegah infeksi. Bebcrapa vesikel dapat muncul pada sekitar 10% pasien 10 sampai 20 hari setelah imunisasi dan sangat menular. Pencegahan varisela ini diharapkan dapat menekan insidensi herpes zoster meskipun hal ini belum terbukti. + Penatalaksanaan varisela aktif terutama bersifat suportif dan di tujukan untuk mencegah terjadinya infeksi kulit sekunder. Mandi gandum, losion kalamin, dan antihistamin dapat digunakan untuk mengurangi gatal. Anak perlu dipotong kukunya atau mengguna- kan sarung tangan untuk menghindari garukan * Obat antivirus (asiklovir, vidarabin, sorivudin) dapat diberikan setelah pajanan atau saat terjadi tanda-tanda paling awal infeksi varisela pada orang dewasa atau anak dengan gangguan kekebal- an untuk membatasi infeksi. Penggunaan antivirus pada anak se- hat yang mengidap cacar air juga dapat dipertimbangkan untuk mengurangi banyaknya lesi dan lama infeksi. + Penanganan herpes zoster meliputi analgesik untuk nyeri dan obat antivirus untuk membatasi replikasi virus. Kortikosteroid sistemik dapat diberikan untuk menurunkan risiko neuralgia pascaherpes. Pasien penderita neuralgia pascaherpes dapat ditangani dengan agens anestetik topikal, obat penstabil neural, atau antidepresan trisiklik untuk meredakan nyeri. KUTIL Pada manusia, kutil discbabkan oleh infeksi virus papiloma manusia (HPV, human papillomavirus). Kutil (veruka) adalah papul jinak yang dapat timbul di bagian mana saja di kulit. Terdapat banyak turunan HPV. Sebagian cenderung menginfeksi daerah alat kelamin atau anus, menimbulkan kutil genital, sedangkan yang lain mengkolonisasi jari dan tangan, menimbulkan kutil biasa. Kutil plantar adalah kutil yang tumbuh di bagian bawah kaki yang meluas ke dalam dan bukan keluar. Kutil ditularkan melalui kontak kulit ke kulit. Kutil genital dianggap sebagai penyakit menular seksual. Sebagian penelitian mengisyaratkan bahwa lebih dari 40% wanita muda yang menggunakan pusat kesehatan universitas untuk perawatan ginekologis mereka, mengidap kutil genital. Turunan ter- tentu kutil genital diketahui berkaitan dengan kanker serviks; turunan lain tidak cenderung menjadi kanker. Risiko terbentuknya kanker serviks adalah tinggi pada wanita pengidap kutil genital yang merokok. Hal ini kemungkinan besar berkaitan dengan kenyataan bahwa mukus serviks mengandung banyak toksin tembakau, yang mungkin bekerja secara sinergistis dengan HPV untuk menimbulkan kanker. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 124 UNIT 2 PERLINDUNGAN KESEHATAN EFEKTIF DAN TIDAK EFEKTIF Diagnosis * Diagnosis dibuat berdasarkan riwayat dan hasil pemeriksaan fisik Penatalaksanaan * Kompres hangat dan antibiotik topikal atau sistemik. * Abses mungkin memerlukan insisi dan drainase. DEMAM SCARLET Meskipun bukan infeksi bakteri, demam scarlet adalah ruam kulit yan disebabkan oleh toksin yang dihasilkan selama infeksi disertai streptokokus beta hemolitik-A. Demam scarlet, dikenal juga sebagai scarletina, biasanya berhubungan dengan infeksi streptokokus faringeal. Gambaran Klinis * Ruam demam scarlet biasanya berwarna pink, teraba seperti ampelas halus dan terutama ditemukan pada leher, badan, dan bokong. + Ruam biasanya ditandai dengan tanda lain infeksi streptokokus faringeal antara lain nyeri tenggorokan, demam, sakit kepala, dan mual. Perangkat Diagnostik * Biakan tenggorokan biasanya positif untuk streptokokus beta hemolitik-A yang diperkuat dengan riwayat dan hasil pemeriksaan fisik, Komplikasi * Glomerulonefritis pascastreptokokus, demam rematik, dan abses peritonsilar dapat menyertai infeksi streptokokus. Penatalaksanaan * Penisilin; eritromisin atau makrolid lain bila pasien alergi terhadap penisilin. INFEKSI JAMUR PADA KULIT Infeksi jamur di kulit dianggap sebagai infeksi superfisial dan biasa- nya digambarkan berdasarkan tempat infeksi. Infeksi di kulit disebut tinea (yang dahulu secara salah dianggap sebagai cacing). Tinea pedis adalah infeksi di kaki, misalnya kutu air (athlete’s foot). Tinea korporis (ringworm) adalah infeksi di badan, tinea barbe adalah infeksi di aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 128 UNIT 2 PERLINDUNGAN KESEHATAN EFEKTIF DAN TIDAK EFEKTIF. jaringan parut, biasanya tidak timbul komplikasi, misalnya luka bakar akibat sinar matahari. Luka bakar derajat kedua ketebalan parsial dalam meluas ke epidermis dan ke dalam lapisan dermis. Luka bakar ini sangat nyeri dan menimbulkan lepuh dalam beberapa menit. Luka bakar ini biasanya sembuh tanpa meninggalkan jaringan parut, walaupun orang-orang tertentu terutama orang Amerika keturunan Afrika, dapat mengalami jaringan parut akibat luka ini. Penyembuhan biasa- nya memerlukan waktu sebulan. Komplikasi jarang terjadi, walaupun mungkin timbul infeksi sekunder pada luka. Luka bakar derajat kedua ketebalan parsial dalam meluas ke seluruh dermis. Folikel rambut mungkin utuh dan akan tumbuh kembali. Luka bakar jenis ini hanya sensitif parsial terhadap nyeri karena luasnya destruksi saraf-saraf sensorik. Namun, daerah di sekitarnya biasanya mengalami luka bakar derajat kedua superfisial yang nyeri. Pada luka bakar jenis ini penyembuhannya memerlukan waktu beberapa minggu dan pembersihan (debridement) secara bedah untuk membuang jaringan mati. Biasanya diperlukan tandur kulit. Pada luka bakar ini selalu terjadi pembentukan jaringan parut Luka bakar derajat ketiga ketebalan penuh meluas ke epidermis, dermis dan jaringan subkutis. Kapiler dan vena mungkin hangus dan aliran darah ke daerah tersebut berkurang. Sarafrusak sehingga luka tidak terasa nyeri. Namun, daerah sekitar biasanya memperlihatkan nyeri seperti pada luka bakar derajat kedua. Luka bakar jenis ini mungkin memerlukan waktu berbulan-bulan untuk sembuh dan di- perlukan pembersihan secara bedah dan penanduran. Luka bakar derajat ketiga membentuk jaringan parut dan jaringan tampak seperti kulit yang keras. Luka bakar derajat keempat meluas ke otot, tulang, dan jaringan dalam. Luas Luka Bakar Luas luka bakar mengacu pada persentase luas luka bakar derajat kedua atau lebih (tidak termasuk derajat pertama) dibanding dengan luas permukaan tubuh. Untuk menertukan luas luka bakar, tubuh dibagi menjadi persentase relatif luas permukaan. Sebagai contoh, lengan (atas dan bawah) dianggap memiliki luas 9% dari luas permu- kaan tubuh, tungkai depan dan belakang 18%, torso depan dan be- lakang 18%, kepala 9%, dan daerah genital 1%. Persentase luas tu- buh yang terbakar dijumlahkan sehingga didapat persentase total Penentuan persentase luka bakar dengan metode ini disebut “Rumus Sembilan” (rules of nine). Metode ini tidak akurat mencerminkan dae- rah permukaan tubuh, terutama menentukan luas daerah yang ter- kena pada kepala yang di bawah rata-rata dan pada tungkai yang di atas rata-rata. Diagram Lund dan Browder lebih sesuai untuk anak. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 132 UNIT 2 PERLINDUNGAN KESEHATAN EFEKTIF DAN TIDAK EFEKTIF bakar di rumah sakit. Infeksi adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada pasien yang awalnya bertahan terhadap luka bakar luas. + Lambatnya aliran darah dapat menyebabkan pembentukan bekuan darah sehingga timbul (cerebrovascular accident), infark mio- kardium, atau emboli paru. + Kerusakan paru akibat inhalasi asap atau pembentukan embolus. Dapat terjadi kongesti paru akibat gagal jantung kiri atau infark miokardium, serta sindrom distres pernapasan pada orang dewa- sa. Gabungan inhalasi asap dan luka bakar luas dapat meningkat- kan mortalitas. + Gangguan elektrolit dapat menyebabkan disritmia jantung dan henti jantung. + Syok luka bakar dapat secara ireversibel merusak ginjal sehingga timbul gagal ginjal dalam satu atau dua minggu pertama setelah luka bakar. Dapat terjadi gagal ginjal akibat hipoksia ginjal atau rabdomiolisis (obstruksi mioglobin pada tubulus ginjal akibat nekrosis otot yang luas). * Penurunan aliran darah ke saluran cerna dapat menyebabkan hipoksia sel-sel penghasil mukus dan terjadi ulkus peptikum. * Dapat terjadi koagulasi intravaskular diseminata (DIC) karena destruksi jaringan yang luas. Pada luka bakar yang luas atau menimbulkan kecacatan, trauma psikologis dapat menyebabkan depresi, perpecahan keluarga, dan keinginan untuk bunuh diri. Gejala-gejala psikologis dapat timbul setiap saat setelah luka bakar. Gejala-gejala dapat muncul dan hilang berulang ulang kapan saja seumur hidup yang menyebab- kan pasien terus-menerus mengalami duka cita. * Beban biaya pada keluarga pasien pengidap luka bakar yang luas sangatlah besar. Apabila pasiennya orang dewasa, yang hilang ti- dak saja penghasilan tetapi perawatan pasien tersebut juga harus terus-menerus dan mahal. Penatalaksanaan + Penderita luka bakar harus segera dijauhkan dari agens yang dapat membakar, dan daerah kulit yang terkena harus segera direndam dalam air dingin untuk menghentikan kerusakan lebih lanjut. Pemberian es harus dihindari karena dapat menurunkan aliran darah ke daerah yang terkena dan memperburuk derajat luka bakar. Pakaian yang dikenakan tidak boleh dilepas pada luka bakar serius, karena melepas luka bakar berarti melepas kulit. + Edema yang berhubungan dengan luka bakar ketebalan parsial atau superfisial dapat dikendalikan dengan perendaman air dingin. Pemberian cairan intravena molekul-makro dengan volume besar seperti albumin, dekstran, dan glukosa, dapat meningkatkan ede- aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 136 UNIT 2 PERLINDUNGAN KESEHATAN EFEKTIF DAN TIDAK EFEKTIF cara geografis, dan mencapai angka tertinggi di daerah-daerah tinggi dan terik. Kanker kulit lebih sering timbul pada orang berkulit terang dibandingkan yang berkulit gelap, meskipun penyakit ini tidak me- ngenal ras. Terdapat tiga jenis kanker kulit: sel basal, sel skuamosa, dan melanoma maligna (Tabel 4-2). Insidens semua kanker kulit meng- alami peningkatan dan dapat dialami oleh orang berusia lebih muda. Peningkatan ini cenderung terjadi karena adanya penyalahgunaan pajanan terhadap sinar matahari beberapa dekade terakhir ini. Karsinoma Sel Basal Karsinoma sel basal adalah kanker superfisial sel-sel epitel imatur. Tumor ini biasanya tumbuh lambat dan jarang bermetastasis walau- pun dapat menyebabkan kerusakan jaringan lokal. Jenis kanker kulit yang paling sering terjadi ini disebabkan oleh pajanan kumulatif tadiasi UV dari sinar matahari. Faktor genetik mungkin ikut ber- peran. Karsinoma Sel Skuamosa Karsinoma sel skuamosa adalah kanker sel-sel epidermis, yang dapat menyebar secara horizontal di kulit atau secara vertikal ke dalam dermis. Penyebaran dapat agresif atau lambat. Karsinoma sel skua- mosa dapat bermetastasis ke bagian lain tubuh. Karsinoma sel skua- mosa paling sering timbul pada lansia dan terjadi akibat pajanan sinar matahari yang berkepanjangan. Tumor ini sering timbul di dae- rah-daerah kulit yang memperlihatkan lesi lesi prakanker, misalnya keratosis (pertumbuhan bersisik), dermatitis aktinik, atau di daerah kulit yang pernah berubah warnanya, dan di bekas jaringan parut misalnya jaringan parut luka bakar. Penggunaan obat penekan imun (imunosupresif) memicu timbulnya tumor ini pada pasien transplan karena sensitivitas akibat obat terhadap radiasi UVA dan UVB. Orang yang tinggal di daerah dengan iklim tropis, seperti Australia (negara dengan insidens kasus terbesar) berisiko tinggi menderita karsinoma sel skuamosa. Melanoma Maligna Melanoma maligna adalah suatu tumor agresif sel-sel penghasil melanin di dasar epidermis. Melanoma maligna dapat timbul dari bekas tahi lalat (nevus) atau timbul secara spontan dari kulit sehat. Kanker kulit jenis ini sering dijumpai pada usia pertengahan atau usia senja dan timbul akibat luka bakar hebat disertai lepuh yang didapat sepanjang waktu. Kulit terang, pecah-pecah, dan rambut ber- warna kuning terang merupakan faktor risiko lain. Kanker kulit meliputi 4% melanoma maligna tetapi 79% merupakan kanker yang mematikan. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. Sistem Imun istem imun bekerja untuk melindungi tubuh dari infeksi oleh mikroorganisme, membantu proses penyembuhan dalam tubuh, dan membuang atau memperbaiki sel yang rusak apabila terjadi infeksi atau cedera. Sistem ini juga dapat mengidentifikasi sendiri faktor-faktor yang bukan berasal dari dirinya (non-selfj: scl, jaringan, dan organ pejamu vs. sel dan jaringan asing. Selain itu, sistem imun mengenali dan mengeliminasi sel pejamu yang telah dipengaruhi oleh virus intrasel atau sel kanker. Perubahan pada respons imun dapat menyebabkan timbulnya serangan terhadap sel-sel tubuh sendiri, perkembangan kanker, atau ketidakmampuan berespons dan me- nyembuhkan tubuh dari infeksi. KONSEP FISIOLOGIS RESPONS IMUN SEL Sistem imun dikontrol oleh sel khusus yang disebut sel darah putih. Sel darah putih melindungi tubuh dari infeksi dan kanker serta mem- bantu proses penyembuhan. Sel darah putih meliputi neutrofil, eosinofil, basofil, monosit, dan makrofag serta limfosit B dan T. Trombosit adalah fragmen sel yang juga berperan dalam proses penyembuhan. Sel darah putih dan trombosit diproduksi oleh sel stem (originator) yang disebut sel stem pluripoten, dalam sumsum tulang. Selyangdihasilkan kemudian berdiferensiasidan menghasilkan satu jenis sel darah. Sel-sel darah dan diferensiasinya dibahas dalam Bab 12. 140 aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 144 UNIT 2 PERLINDUNGAN KESEHATAN EFEKTIF DAN TIDAK EFEKTIF ANTIGEN Antigen adalah molekul yang dapat merangsang respons imun spesifik untuk melawan antigen itu sendiri atau sel yang membawanya. Miliaran sel B dan T dihasilkan selama perkembangan janin dengan kemungkinan berikatan dengan sekurang-kurangnya 100 juta anti- gen berbeda. Antigen yang dapat berikatan dengan sel T atau B ter- masuk antigen yang melekat pada dinding sel bakteri atau miko- plasma, selubung virus, atau serbuk, debu, atau makanan. Setiap sel tubuh individu memiliki protein permukaan yang dapat dikenali sebagai antigen asing oleh sel B atau T dari tubuh individu lain. Bila antigen dapat menginaktifkan dan kemudian memperbanyak diri atau berdiferensiasi, hal ini disebut dengan antigen imunogenik. RESPONS SEL B TERHADAP ANTIGEN Ketika menghadapi antigen spesifik, sel B berikatan dengan antigen tersebut seperti “kunci dengan gemboknya”. Hal ini menyebabkan sel B berdiferensiasi menjadi sel plasma. Sel plasma pada gilirannya mu- Jai mensekresi jutaan molekul antibodi yang dibentuk secara spesifik untuk melawan antigen. Setelah dibentuk, antibodi yang disebut imunoglobulin, beredar melalui aliran darah menemukan antigen yang merangsang pembentukannya danakhirnya menghancurkannya. Respons yang diperantarai antibodi diperlukan sebagai mekanisme pertahanan terhadap bakteri dan virus yang bersirkulasi serta terhadap toksin yang dihasilkan bakteri. Imunoglobulin/Antibodi Terdapat lima imunoglobulin spesifik yang dibentuk dalam berespons terhadap antigen: IgG, IgM, IgA, IgE, dan IgD. IgG adalah antibodi yang paling banyak ditemukan dan mencakup sekitar 80% dari semua imunoglobulin dalam darah. IgG adalah anti- bodi utama yang melintasi plasenta dari ibu kepada janinnya selama kehamilan. Kadar IgG meningkat secara lambat selama respons primer terhadap suatu antigen, tetapi meningkat secara cepat dan dengan kekuatan yang lebih besar pada pajanan kedua (Gambar 5.1). IgM adalah jenis yang pertama kali dibentuk dan paling tinggi konsentrasinya sewaktu pajanan primer kepada suatu antigen. IgM adalah antibodi berukuran terbesar. IgA paling banyak terdapat dalam sekresi misalnya air liur, mukus vagina, air susu, sekresi saluran cerna dan paru, dan semen. IgA lebih bekerja secara lokal daripada sistemik. IgA ibu disalurkan kepada bayinya sewaktu menyusui (seperti juga IgG dan IgM dalam jumlah yang lebih sedikit) aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. BAB 5 SISTEM IMUN 149 PERTIMBANGAN PEDIATRIK Seiring dengan bertambahnya usia seseorang, jumlah dan fungsi sel imun berkurang. Hal ini menyebabkan peningkatan prevalensi infeksidan keganasan pada lansia. Olahraga dengan beban sedang dapat meningkatkan imuno- kompeten pada lansia dengan meningkatkan jumlah sel NK dan sel T sito- toksik. PENGENALAN ANTIGEN SENDIRIVERSUS ANTIGEN ASING Sangat penting bagi sistem imun untuk mengenali antigen sendiri dan hanya menyerang sel yang bukan berasal dari dirinya atau sel yang rusak. Untuk memastikan hanya muncul respons imun yang tepat, antigen potensial selalu ditampilkan pada sistem imun, dan pada sel T serta antigen sendiri (self-antigen) yang disebut protein kompleks histokompatibilitas mayor (major histocompatibility complex, MHC). Antigen Sendiri Setiap orang memiliki antigen permukaan sel yang unik. Antigen yang disebut protein MHC ini sejenis sidik jari sel. (Pada manusia, ter- kadang protein ini disebut juga antigen histokompatibilitas.) Terdapat dua kelompok protein MHC: MHC I dan MHC Il. Protein MHC I ber- ada dekat dengan semua sel tubuh kecuali sel darah merah. Protein MHC II ditemukan hanya pada permukaan makrofag dan sel B. Pro- tein MHC memiliki dua fungsi: (1) menampakkan antigen sendiri pada sel T, dan (2) mengikat antigen asing dan menampakkannya pada sel T. Molekul MHC I mengikat dan menampakkan antigen hanya pada sel T sitotoksik, sedangkan molekul MHC II melakukan keduanya hanya pada sel T helper (baik Thl maupun Th2} Gen MHC Protein MHC diwariskan dalam bentuk loci berangkai dekat empat (kelompok gen) pada kromosom 6. Gen ini, yang disebut kompleks histokompatibilitas mayor, biasanya diwariskan bersama-sama, disertai sepasang loci yang diterima dari setiap sel induk. Alel dari setiap loci kemungkinan banyak yang berbeda-beda yang dapat meng- hasilkan lebih dari satu miliar kombinasi antigen. Oleh karena itu, tidaklah mungkin protein MHC dua individu yang tidak sedarah cocok satu sama lain. Kembar identik dapat memiliki kesamaan protein, dan saudara kandung serta keturunan dari kedua anak tersebut akan lebih cenderung mengalami kecocokan protein MHC dibandingkan dengan kedua individu yang tidak sedarah. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. BAB 5 SISTEM IMUN 153 positif Rh. Antigen-antigen Rh, apabila tidak memiliki kecocokan antara ibu dengan janinnya, dapat merupakan penyebab timbulnya reaksi hebat pada janin yang bersangkutan. Reaksi ini ditandai oleh lisis sel darah merah dan anemia (penyakit hemolitik pada bayi baru lahir dan eritroblastosis fetalis), Hal ini terjadi apabila ibu negatif Rh membentuk antibodi terhadap sel-sel darah merah positif Rh janin- nya. Antibodi dapat melewati plasenta dan menyebabkan kerusakan sel-sel darah merah janin sebelum atau sewaktu kelahiran Reaksi Imun Terhadap Ketidakcocokan Golongan Darah Seseorang dengan golongan darah A yang diberikan darah golongan B dapat mengalami reaksi imun hebat terhadap darah B, suatu reaksi transfusi. Pada suatu reaksi transfusi, terjadi lisis dan aglutinasi (penggumpalan) sel-sel darah merah donor. Dapat terjadi peradang- an, pembekuan darah, dan kematian. Reaksi serupa akan terjadi apa- bila seseorang dengan golongan darah B mendapat darah golongan A. Seseorang dengan darah negatif Rh yang mendapat transfusi darah positif Rh dapat mengalami reaksi imunologik, walaupun respons tersebut biasanya lebih ringan. Orang dengan jenis golongan darah A atau B dapat dengan aman menerima darah golongan O, karena darah golongan O tidak akan merangsang suatu reaksi antibodi. Orang-orang dengan golongan darah negatif O disebut donor universal karena mereka dapat mem- berikan darah kepada siapapun. Orang dengan golongan darah positif AB dianggap sebagai resipien (penerima) universal, karena mereka tidak akan bereaksi terhadap golongan darah apapun. Darah negatif O adalah darah pilihan untuk pasien trauma darurat yang belum dicocokkan golongan darahnya. IMUNITAS Imunitas adalah keadaan seseorang yang terlindung dari pembentukan penyakit. Imunitas dapat bersifat inheren/bawaan (innate), pasif, atau didapat setelah pajanan terhadap suatu mikroorganisme. Imunitas Inheren Imunitas inheren/bawaan adalah imunitas yang terjadi karena resistensi alami organisme. Imunitas inheren mencakup sawar terhadap infeksi yang dihasilkan oleh kulit, asam lambung atau usus, air mata serta oleh mediator-mediator peradangan yang nonspesifik. Imunitas Pasif Imunitas pasif mengacu kepada imunitas yang diberikan kepada seseorang melalui transfer antibodi dari orang lain atau pemberian suatu antitoksin yang telah dipersiapkan. Antitoksin adalah antibodi aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. BAB 5 SISTEM IMUN 157 kandungan sel mast disebut degranulasi sel mast. Pada proses ini, histamin, serotonin, dan bahan lain yang disintesis oleh sel mast, merupakan penyebab vasodilatasi, peningkatan permeabilitas kapiler, dan penarikan sel-sel darah putih dan trombosit ke daerah yang ber- sangkutan. Perantara Kimia Peradangan Perantara (mediator) kimia peradangan adalah histamin, yang dilepaskan oleh basofil, trombosit, dan sel mast. Histamin ikut ber- kontribusi terhadap tahapan respons vaskular terhadap peradangan: relaksasi pembuluh darah sehingga terjadi peningkatan aliran darah dan peningkatan permeabilitas kapiler. Histamin juga aktif dalam jaringan nonvaskular. Histamin di saluran napas menyebabkan konstriksi otot-otot polos bronkiolus. Histamin juga merangsang sekresi asam lambung selain menyebabkan gatal. Zat ini bekerja de- ngan mengikat reseptor H, di saluran napas dan sistem vaskular, dan reseptor H, di saluran cerna. Pengikatan ke reseptor H, menyebabkan penurunan pengeluaran histamin lebih lanjut dari sel mast, suatu contoh respons umpan balik negatif. Faktor kemotaksis neutrofil dan eosinofil adalah bahan kimia yang dilepaskan dari sel darah putih (neutrofil atau eosinofil) yang menarik sel-sel darah putih ke dacrah peradangan. Prostaglandin, terutama seri E, merupakan perantara penting peradangan. Prostaglandin dihasilkan ketika membran sel mengalami kerusakan atau pecah dan asam arakidonat, suatu konstituen utama dari membran sel, dimetabolisme oleh enzim I dan II sikloksigenase (cycloxygenase, COX). Prostaglandin (PGE, dan PGE,) meningkatkan aliran darah ke tempat peradangan dan meningkatkan permeabilitas kapiler. Prostaglandin juga meningkatkan efek histamin yang menye- babkan demam ketika terjadi infeksi, dan merangsang reseptor nyeri. Zat lain hasil metabolisme asam arakidonat meliputi prostaglandin vasokonstriktif dan tromboksan A,, suatu promotor agregasi trombosit dan vasokonstriksi. Sintesis prostaglandin dihambat oleh obat-obat anti-inflamasi nonsteroid misalnya aspirin dan ibuprofen yang bekerja dengan memblok enzim COX | dan COX Il. Leukotrien merupakan produk hasil metabolisme asam arakidonat. Zat ini meningkatkan permeabilitas vaskular dan meningkatkan adhesi sel darah putih ke kapiler selama cedera atau infeksi. Leukotrien juga bertindak sebagai bahan kimia kemoatraktan. Satu jenis leukotrien, bahan anafilaktik reaksi lambat, berperan penting dalam konstriksi bronkiolus pada asma dan reaksi alergi. Produksi leuko- trien tidak diblok oleh inhibitor enzim COX. Sitokin adalah golongan peptida yang dihasilkan oleh berbagai sel imun dan inflamatori, termasuk makrofag, monosit, neutrofil, sel T dan sel B. Zat ini juga dihasilkan oleh sel non-inflamatori, termasuk aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. BAB 5 SISTEM IMUN 161 menyingkirkan infeksi dan dengan demikian bermanfaat bagi pejamu. Akan tetapi, demam tinggi dapat merusak sel, terutama sel-sel di SSP. LEUKOSITOSIS Leukositosis adalah peningkatan sel darah putih (leukosit) dalam sirkulasi. Peningkatan neutrofil merupakan penyebab awalleukositosis yang menyertai suatu infeksi atau peradangan. Pada infeksi, jumlah sel-sel imatur (sel mieloid) dalam darah meningkat, karena neutrofil yang matang dan granulosit lain habis terpakai. Pergeseran menuju sel-sel imatur ini disebut pergeseran ke kiri. Apabila infeksi atau peradangan mereda, terjadi pergeseran ke kanan sewaktu sel-sel matang dibebaskan dari sumsum tulang dan kembali mendominasi dalam sirkulasi. PERADANGAN KRONIK Peradangan kronik adalah suatu reaksi peradangan yang berlangsung lebih dari 2 minggu. Peradangan kronik dapat timbul setclah pe- radangan akut, misalnya infeksi yang tidak sembuh atau luka yang kurang baik penyembuhannya. Peradangan kronik juga dapat terjadi tanpa didahului oleh peradangan akut, misalnya apabila tubuh men- jumpai mikroorganisme yang tidak dapat dibunuh yang kemudian mikroorganisme tersebut dibungkus oleh suatu dinding agar terisolasi. Contoh-contoh mikroorganisme yang dapat menyebabkan peradangan kronik adalah golongan mikobakteri yang merupakan penyebab tuberkulosis dan lepra. Bakteri-bakteri ini dapat bertahan hidup di dalam makrofag, yang menyatu untuk membentuk suatu kapsul protektif sel-sel yang disebut granuloma. REAKSI HIPERSENSITIVITAS Reaksi hipersensitivitas adalah respons peradangan dan imun yang abnormal. Terdapat empat jenis reaksi hipersensitivitas. Reaksi Hipersensitivitas Tipe | Ini merupakan reaksi alergi yang diperantarai oleh antibodi IgE. Pada reaksi tipe 1, antigen (disebut juga alergen) yang membuat pejamu peka terhadapnya dikenali olch sel B. Sel ini kemudian dirangsang untuk membuat antibodi IgE. IgE mengikat antigen yang berdekatan dengan basofil atau sel mast oleh reseptor IgE afinitas tinggi yang ter- dapat pada sel-sel tersebut. Alergen yang menyerang biasanya memiliki valensi ganda (banyak tempat pengikatan IgE), sehingga alergen tersebut benar-benar berikatan dengan beberapa antibodi IgE aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. BAB 5 SISTEM IMUN 165 agar berhasil melawan infeksi, maka defisiensi selT juga menyebabkan disfungsi sistem imun humoral. . PPERTIMBANGAN PEDIATRIK Lansia sering mengalami imunodefisiensi, sebagian karena penurunan progresif fungsi timus seiring dengan penuaan, tetapi juga karena buruknya aliran darah dan penurunan penyaluran perantara imunitas dan peradangan yang dialami oleh banyak lansia akibat aterosklerosis. Penyakit sistemik lain misalnya diabetes melitus, yang meningkat insidensinya seiring dengan usia, ikut berperan dalam menekan respons imun. Gizi yang buruk, akibat kemiskinan, isolasi, atau gigi yang buruk, juga memperparah penurunan fungsi imun pada lansia Akibat Imunodefisiensi Orang yang imunodefisien akan berulang kali menderita penyakit infeksi yang parah dan tidak lazim dan sering tidak dapat melawannya. Orang dengan defisiensi sel T sering menderita infeksi ragi dan virus, sementara pengidap defisiensi sel B terutama rentan terhadap infeksi oleh bakteri yang secara normal memerlukan opsonisasi. Virus HIV menghancurkan sel-sel T helper (CD4) dan menginfeksi sel darah putih lainnya. KEADAAN PENYAKIT ATAU CEDERA Sebagian besar penyakit yang berhubungan dengan perubahan fungsi imun dibahas di bagian lain buku ini, Hanya alergi, lupuseritematosus sistemik (LES), dan AIDS akan dibicarakan dalam bab ini. ALERGI Alergi adalah rangsangan berlebihan terhadap reaksi peradangan yang terjadi sebagai respons terhadap antigen lingkungan spesifik. Suatu antigen yang menyebabkan alergi disebut alergen. Reaksi alergi dapat diperantarai antibodi atau sel T. Reaksi hipersensitivitas tipe I adalah contoh alergi diperantarai antibodi, sedangkan reaksi hiper- sensitivitas tipe IV adalah alergi diperantarai sel T. Orang dengan respons alergi hipersensitivitas tipe | membentuk banyak antibodi IgE yang sensitif terhadap alergen. Apabila antigen dijumpai oleh antibodi tersebut, antibodi akan berespons berlebihan sehingga terjadi degranulasi sel mast yang luas disertai pelepasan histamin dan berbagai perantara peradangan lainnya (leukotrien, kemokin, dan sitokin). Reaksi hipersensitivitas tipe IV terjadi setelah aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. BAB 5 SISTEM IMUN 169 yang menyebabkan cedera sel, suatu contoh reaksi hipersensitivi- tas tipe Il. + Dapat terjadi perikarditis (peradangan kantong perikardium yang mengelilingi jantung). + Peradangan membran pleura yang mengelilingi paru dapat mem- batasi pernapasan. Sering terjadi bronkitis. + Dapat terjadi vaskulitis di semua pembuluh serebrum dan perifer. + Komplikasi susunan saraf pusat termasuk stroke dan kejang. Per- ubahan kepribadian, termasuk psikosis dan depresi, dapat terjadi. Perubahan kepribadian mungkin berkaitan dengan terapi obat atau penyakitnya Penatalaksanaan * Obat anti-inflamasi termasuk aspirin atau obat anti-inflamasi non- steroid lainnya digunakan untuk mengobati demam dan artritis. * Kortikosteroid sistemik digunakan untuk mengobati atau men- cegah patologi ginjal dan susunan saraf pusat. + Obat anti-inflamasi, seperti metotreksat, dan obat sitotoksik (azatioprin) digunakan jika steroid tidak efektif atau gejala berat. + Obat antimalaria digunakan untuk mengobati ruam kulit, artritis, dan gejala lain. SINDROM IMUNODEFISIENS! DIDAPAT Sindrom imunodefisiensi didapat (acquired immunodeficiency syn- drome, AIDS) adalah suatu penyakit virus yang menyebabkan kolapsnya sistem imun dan, bagi kebanyakan penderita, kematian dalam 10 tahun setelah diagnosis. Bagaimanapun, kemajuan peng- obatan pada pasien AIDS memungkinkan pasien bertahan hidup lebih lama. Ketika AIDS pertama kali dikenali pada awal 1980an, sebagian besar telah mengerti cara kerja virus ini dan virus lain serta penting- nya peran sel darah putih pada pertahanan pejamu. AIDS disebabkan oleh infeksi virus imunodefisiensi manusia (human immunodeficiency virus, HIV). Diketahui terdapat dua jenis virus HIV, HIV 1 dan HIV 2. HIV 1 sering ditemukan di Amerika Serikat, sedangkan HIV 2 ditemukan terutama di Afrika Barat. HIV 1 pertama kali diidentifikasi pada awal 1980an. Virus ini adalah suatu retrovirus, yang berarti terdiri atas untai tunggal RNA virus yang masuk ke dalam inti sel pejamu dan ditranskripsikan ke dalam DNA pejamu ketika menginfeksi pejamu. Transkripsi virus ke dalam DNA pejamu berlangsung melalui kerja suatu enzim spesifik yang disebut reverse transcriptase yang dibawa oleh virus ke dalam inti sel pe- jamu. Setelah menjadi bagian dari DNA pejamu, virus bereplikasi dan bermutasi selama beberapa tahun dan secara perlahan tetapi tetap menghancurkan sistem imun. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. BAB 5 SISTEM IMUN 177 hamil. Apabila wanita hamil positif HIV, obat-obat atau antibodi antiHIV dapat diberikan selama kehamilan dan kepada bayinya setelah lahir. Terapi in utero (di dalam rahim) juga efektif dalam mencegah penularan virus ke bayi atau bayi baru lahir. Ibu yang terinfeksi jangan menyusui bayinya. Pompa payudara jangan ditukarpakaikan. * Pengobatan profilaktik pascapajanan dengan penghambat reverse transcriptase setelah pajanan ke jarum suntik yang tidak disengaja atau berhubungan kelamin menurunkan keganjilan infeksi HIV primer yang didapat. Apabila terinfeksi oleh HIV, pengobatan yang tersedia untuk secara dramatis mengubah perjalanan infeksi adalah: + HIVatau AIDS diobati dengan mengikuti program pengobatan yang dikenal dengan terapi retrovirus sangat aktif (highly active retroviral therapy, HAART). HAART meliputi kombinasi obat-obat yang ter- masuk satu atau lebih obat berikut ini: » Nucleoside reverse transcription inhibitor (NRTI). Obat ini (misal- nya, azidotimidin atau AZT) mengganggu transkripsi virus ke dalam DNA pejamu dengan menghambat kerja enzim reverse tran- scriptase dengan mengganggu ketersediaan nukleosida (timidin). Non-nucleoside reverse transcription inhibitor (NRTI). Obat ini bekerja melalui pengikatan non-kompetitif untuk menghambat tempat aktif pada enzim reverse transcriptase. Obat ini bekerja efektif bila dikombinasikan dengan obat lain seperti NRTI. - Inhibitor protease, yang menghambat kerja protease yang diperlukan untuk pembentukan partikel virus matang. Selain efektif, terapi inhibitor protease berhubungan dengan kondisi yang disebut lipodistrofi terkait HIV. Hal ini ditandai oleh hiper- lipidemia, resistensi insulin, dan re-distribusi lemak tubuh pada abdomen, payudara, dan punggung. Etiologi sindrom ini multi- faktor, dan meliputi efek inhibitor protease terhadap penurunan lemak dari jaringan adiposa dan terhadap diferensiasi pra-adi- posit. Terapi HAART tidak menyembuhkan AIDS, tetapi dapat secara dramatis memperpanjang usia dan meningkatkan kualitas hidup penderita AIDS. Pertanyaan muncul seputar kapan terapi dimulai, dengan pertimbangan efek samping dan potensial resistensi virus terhadap obat. Hasil riset menunjukkan bahwa terapi yang dimulai lebih dini selama perjalanan infeksi dapat mencegah efek samping yang sangat parah dan meningkatkan kelangsungan hidup. + HAART aman dan efektif bila diberikan pada wanita hamil, meski efek teratogenesis masih dipertanyakan. Rekomendasi terkini adalah terapi dihentikan selama trimester pertama dan kemudian kembali dilakukan bila perlu. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. BAB 5 HOMEOSTASIS DAN RESPONS STRES 181 Cannon juga memerhatikan peran homeostasis dalam kelangsung- an hidup spesies. Respons fight-or-flight, yang diajukan pada awal tahun 1900-an, adalah respons stres mamalia prototipikal ketika or- ganisme (seperti manusia) melawan atau melarikan diri saat meng- hadapi ancaman (seperti macan) untuk bertahan hidup. Dengan demikian, stresor memicu kaskade terkoordinasi dari respons biologis dan perilaku yang dirancang untuk menjamin keselamatan dan ke- sejahteraan organisme. Pada kondisi akut, kaskade bioperilaku ini dapat luar biasa adaptif dalam mencegah bahaya. Sebaliknya, pajan- an yang berkelanjutan terhadap stresor dan produk akhir fisiologis akibatnya dapat menimbulkan kerusakan pada tubuh. Kaskade bio- perilaku ini dibahas pada bagian berikutnya. RESPONS HORMONAL DAN SISTEM SARAF TERHADAP STRES Respons terhadap stres mencakup aktivasi sistem saraf simpatis dan pelepasan berbagai hormon dan peptida, yang meliputi hormon dan peptida pada aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal (hypothalamic- pituitary-adrenal, HPA), sistem opioid endogen, vasopresin arginin, dan oksitosin. Respons stres juga memengaruhi pelepasan hormon pertumbuhan dan hormon reproduksi. Respons ini mempersiapkan tubuh untuk menangani atau mengatasi stresor dan penting untuk kelangsungan hidup dan kesejahteraan organisme. Sistem Saraf Simpatis Respons fight-or-flight dimulai dengan aktivasi sistem saraf simpatis (SSS), suatu cabang sistem saraf otonom (SSO) (Gambar. 6.2). Segera setelah pajanan stresor, SSS berespons dengan pelepasan katekolamin epinefrin dan norepinefrin dari neuron simpatis dan medula adrenal, yang terletak di pusat kelenjar adrenal. Respons terhadap katekolamin sama, baik katekolamin dilepaskan dari saraf ataupun dari medula adrenal. Akan tetapi, katekolamin yang dilepaskan dari kelenjar adrenal cepat dimetabolisme sehingga menunjukkan efek yang lebih terbatas. Efek katekolamin adalah sebagai berikut: * Norepinefrin yang bersirkulasi dan dilepaskan oleh saraf berikatan dengan reseptor yang disebut reseptor alfa, yang diidentifikasi se- bagai reseptor alfal dan alfa2. Pengikatan ke reseptor alfal yang terdapat di sebagian besar sel otot polos vaskular menyebabkan otot berkontraksi sehingga terjadi penurunan aliran darah ke organ yang disuplai oleh lapisan vaskular tersebut. Dengan cara ini, ak- tivasi simpatis menyebabkan penurunan aliran darah ke organ saluran gastrointestinal (GI), kulit, dan ginjal. Penurunan aliran aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. BAB 6 HOMEOSTASIS DAN RESPONS STRES 185 * Memengaruhi pelepasan hormon dan faktor pelepas hipotalamus lainnya. Kortisol menghambat gonadotropin-releasing factor yang mengontrol ovulasi pada wanita dan produksi sperma dan sintesis testosteron pada pria. * Tampaknya juga menstimulasi pelepasan hormon hipotalamus somatostatin, suatu inhibitor pelepasan hormon pertumbuhan. Kemungkinan bahwa efek kortisol ini menyebabkan disfungsi reproduktif dan defisiensi pertumbuhan yang dijumpai pada be- berapa individu yang mengalami stres jangka panjang. + Kortisol dalam kadar yang tinggi memiliki banyak efek pada reaksi imun dan inflamasi, yang semuanya dipersiapkan untuk mengurangi fungsi imun dan inflamasi. Sebagai contoh, kortisol menghambat produksi dan pelepasan semua sel darah putih, menghambat fungsi sel B dan sel T, dan menghambat produksi interleukin, yang memungkinkan untuk komunikasi antar-sel da- rah putih. Kortisol mengurangi akumulasi sel darah putih di tem- pat cedera atau infeksi sehingga menyebabkan penurunan reaksi inflamasi yang biasa. Akibat efeknya pada sistem imun, peningkat- an kadar kortisol dapat menyebabkan peningkatan kerentanan terhadap infeksi dan dapat menunda atau menghambat penyem- buhan. Karena efek negatif ini, sering muncul pertanyaan mengapa pelepasan kortiso! distimulasi selama keadaan infeksi atau cedera jaringan. Mungkin bahwa pelepasan jangka pendek kortisol mem- bantu membatasi kerusakan jaringan yang disebabkan oleh inflamasi, dan hanya stres kronis yang menyebabkan efek membahayakan dari imunosupresi jangka panjang menjadi jelas. * Peningkatan kronis kadar kortisol dikaitkan dengan destruksi neuron hipokampus sehingga menyebabkan masalah dalam bela- jar, memori, dan perhatian, serta perkembangan gangguan psiki- atri seperti episode depresi berulang dan berat. Peptida Opioid Endogen Peptida opioid endogen (endogenous opioid peptide, EOP; yang juga disebut B-endorfin) berasal dari proopiomelanokortin (proopiomelano- cortin, POMC), yang juga merupakan prekursor untuk ACTH. ACTH dan EOP dilepaskan dari hipofisis anterior. EOP dapat dilepaskan secara langsung sebagai respons terhadap stres atau setelah stimulasi oleh CRH dari hipotalamus. EOP memiliki beberapa fungsi fisiologis, yang mencakup efek pada nyeri, pengaturan nafsu makan, dan modulasi respons stres melalui aksis HPA. Fungsi EOP diyakini mencakup hal berikut: * Mengurangi persepsi dan pengalaman nyeri (EOP sering disebut sebagai “morfin alami”’ tubuh). Akan tetapi, pajanan yang ber- kepanjangan terhadap nyeri atau stresor lain dapat mengurangi aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. BAB 6 HOMEOSTASIS DAN RESPONS STRES 189 SINDROM ADAPTAS!I UMUM Penelitian tentang stres oleh ahli endokrinologi Hans Selye, yang ber- langsung dalam periode 40 tahun, telah melakukan banyak hal untuk memopulerkan gagasan stres dan membawanya menjadi perhatian ilmuwan pada banyak bidang ilmu. Dalam melakukan hal itu, ia men- stimulasi sejumlah besar penelitian tentang konsekuensi kesehatan negatif pada stres. Pada tahun 1940-an, Selye mengembangkan konsep sindrom adaptasi umum (general adaptation syndrome, GAS), suatu triad respons stres yang tidak spesifik, yang ia usulkan karena respons tersebut tampak disebabkan oleh berbagai kejadian yang berbahaya atau aversif. Dengan kata lain, Selye meyakini bahwa semua stresor, tanpa memerhatikan jenis, pada dasarnya menghasil- kan pola respons patofisiologis yang sama. Teori Selye menekankan respons adrenokortikal terhadap stres, sedangkan teori stres fight-or- flight Cannon menekankan sekresi katekolamin. Tiga stadium GAS adalah stadium alarm, stadium resistensi, dan stadium kelelahan. Stadium alarm dimulai dengan aktivasi sistem aktivasi retikular, suatu bagian otak yang menyebar secara difus di sepanjang hemisfer serebral yang mengontrol keadaan terjaga. Selama stadium ini, tubuh menjadi siaga terhadap adanya stresor, dan pertahanan tubuh dimobilisasi untuk melawan atau lari dari stresor (respons fight-or- Slight, Gambar. 6.2). Respons fight-or-flight bergantung pada pelepas- an hormon dan aktivasi sistem saraf simpatis. Stadium resistensi mencakup pertahanan fisik dan psikologis yang difokuskan pada penanggulangan stresor. Dari pertahanan hormonal dan saraf yang dimobilisasi selama stadium alarm, respons tertentu dipilih yang dapat mengatasi stresor tertentu tersebut dengan lebih baik. Stadium kelelahan adalah stadium akhir GAS. Stadium ini terjadi hanya apabila stresor tidak dapat dikalahkan atau dihindari secara adekuat selama stadium resistensi. Pada stadium 3, pertahanan tubuh gagal dan homeostasis tidak dapat dipertahankan. Selama stadium 3, individu dapat memperlihatkan awitan keadaan penyakit tertentu. Model GAS Selye mendapatkan banyak kritik untuk beberapa alasan, yang mencakup fakta bahwa model ini tidak mempertimbang- kan bahwa penilaian psikologis individu pada kejadian adalah moderator penting reaktivitas stres (mis., bahwa kejadian menantang, bukan mengancam) dan bahwa perbedaan individu ada pada ke- mampuannya untuk mengatasi stres, yang mencakup kepribadian, persepsi, dan kesehatan biologis. Walaupun ada kritik ini, model Selye adalah teori penting dalam bidang stres. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. BAB 6 HOMEOSTASIS DAN RESPONS STRES 193 KEPUSTAKAAN PILIHAN Baum, A., Gatchel, R. J., & Krantz, D. 8. (1997). Stress. In An introduction to health psychology (3 ed., pp. 60-107). New York: McGraw-Hill. Baum, A., & Grunberg, N. E. (1997). Measurement of stress hormones. In S.Cohen, R. C. Kessler, & L. U. Gordon (eds.), Measuring stress: A guide for health and social scientists (pp. 175-192). New York: Oxford University Press. Cannon, W. B. (1914). The interrelations of emotions as suggested by recent physiologic researchers. American Journal of Psychology 25, 256-282. Cannon, W. B. (1932). The wisdom of the body. New York; Norton. Cannon, W. B., Britton, S. W., Lewis, J. T., & Groeneveld, A. (1927). The influence of motion and emotion in medulloadrenal secretion. American Journal of Physiology 79, 433-465. Goleman, D., & Gurin, J. (1996). Mind/body medicine: How to use your mind for better health. New York: Consumer Reports Books. Guyton, A. C., & Hall, J. A. (2006). Textbook of medical physiology (11% ed.) Philadelphia: W.B. Saunders. Klein, L. C., & Corwin, E. J. (2002). Seeing the unexpected: How sex differences in stress responses may provide a new perspective on the manifestation of psychiatric disorders. Current Psychiatry Reports 4, 441-448, Mason, .J. W. (1975). Emotion as reflected in patterns of endocrine integration. In L. Levi (Ed.), Emotions: Their parameters and measurement (pp. 143-181). New York: Raven Press. Porth, C. M. (2005). Pathophysiology: Concepts of altered health states (7 ed.). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. Sapolsky, R. M. (2004). Why zebras don't get ulcers: A guide to stress, stress-related disease, and coping (3" ed.). New York: Freeman and Company. Selye, H. (1946). The general adaptation syndrome and the diseases of adaptation. Journal of Clinical Endocrinology 6,117-230. Selye, H. (1955). Stress and disease. Science 122, 625-631. Selye, H. (1976). The stress of life. New York: McGraw-Hill. Shattock, P., & Whitely, P. (2002). Biochemical aspects in autism spectrum disorders: Updating the opioid-excess theory and presenting new opportunities for biomedical intervention. Expert Opinion on Therapeutic Targets 6, 175-183. Taylor, S. E. (2005). Health psychology (6 ed.). New York: McGraw-Hill. Taylor, 8. E., Klein, L. C., Lewis, B. P., Gruenewald, T. L., Gurung, R. A. R,, & Updegraff, J. A. (2000). Female responses to stress: Tend-and-befriend, not fight-or-flight. Psychological Review 107, 411-429. Tsigos, C., & Chrousos, G. P. (2002). Hypothalamic-pituitary-adrenal axis, neuro- endocrine factors and stress. Journal of Psychosomatic Research 53, 865-871. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. BAB 7 INTERAKSI NEUROENDOKRIN-IMUN 197 AKSIS HIPOTALAMUS-HIPOFISIS-ADRENAL Mekanisme efektor yang melawan infeksi (enzim proteolitik, jenis oksigen reaktif, faktor yang mengganggu membran) sangat destruktif, dan jika mekanisme ini tidak dikontrol, mekanisme tersebut menyebabkan kerusakan pada sel hospes itu sendiri. Kortisol, suatu hormon yang dilepaskan dari kelenjar adrenal, memiliki pengaruh imunomodulatori pervasif yang memberikan kontrol esensial ini pada banyak tingkat. Kortisol dilepaskan pada saat stres dan sebagai bagian dari kontrol umpan balik normal proses imunologis dan inflamasi. Konsentrasi kortisol fisiologis dan farmakologis yang tinggi mempertahankan sistem imun tetap terkendali dengan: + Menghambat secara langsung fagositosis makrofag, pembentukan jenis oksigen reaktif, dan pelepasan enzim proteolitik; + Menghambat secara tidak langsung produksi jenis oksigen reaktif, pelepasan enzim proteolitik, dan mekanisme sitotoksik lain dengan menekan produksi interleukin-1 sitokin proinflamasi dan faktor nekrosis tumor; + Menghambat sintesis antibodi dan proliferasi limfosit; * Mengatur ke bawah ekspresi reseptor substansi P; * Menstimulasi ekspresi enzim yang menghentikan substansi P dan neuropeptida lain; * Menstimulasi ekspresi reseptor beta-adrenergik. Karena kemampuannya untuk mengontrol banyak aspek inflamasi, sediaan kortisol sintetik sering diberikan secara klinis untuk mengu- rangi inflamasi. Hubungan antara infeksi dan stres serta pelepasan kortisol men- cakup putaran umpan balik antara hipotalamus, kelenjar hipofisis, dan kelenjar adrenal. Siklus ini ditunjukkan pada Gambar 7.1. Mikro- organisme infeksi atau antigen menstimulasi sekresi interleukin-1 dan sitokin lain dari makrofag. Sitokin ini berjalan ke hipotalamus dan menstimulasi pelepasan corticotropin-releasing hormone (CRH). Dari sini, sirkuit endokrin normal dimulai dengan pelepasan adreno- corticotropic hormone (ACTH) secara berturut-turut dari sekresi hipofisis dan kortisol oleh korteks adrenal. Kortisol kemudian mem- beri umpan balik pada makrofag dan menghambat pelepasan sitokin lebih lanjut schingga melengkapi putaran. Seperti halnya, kortisol adalah bagian integral sistem imun yang berfungsi normal. Jika putaran kortisol-sitokin ini terganggu oleh insufisiensi kortikal adrenal atau kerja obat, respons inflamasi yang berlebihan dan merusak dapat terjadi. Putaran endokrin ini sangat penting, namun relatif lambat (memerlukan waktu berjam-jam untuk berkembang). Sebaliknya, putaran kontrol saraf juga ada yang bekerja dalam beberapa detik atau beberapa menit. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. BAB 7 INTERAKS! NEUROENDOKRIN-IMUN 201 peran suportif dalam proliferasi limfosit dan dapat menetralkan inhibisi yang dimediasi kortisol. Stres dapat mengurangi konsentrasi prolaktin yang bersirkulasi. Follicle-stimulating hormone juga dapat menstimulasi produksi interleukin-1. KONSEP PATOFISIOLOGIS REAKTIVITAS IMUN HIPERESPONSIF DAN HIPORESPONSIF Sistem imun hiporesponsif dapat menyebabkan keadaan patologis karena hospes tidak dilindungi dari mikroorganisme infeksi atau tumor. Sistem imun hiperesponsif dapat menjadi patologis karena kerusakan nonspesifik pada jaringan hospes yang disebabkan oleh overproduksi enzim proteolitik dan jenis oksigen reaktif, atau karena kerusakan spesifik pada sel hospes yang dipicu oleh autoantibodi. IMUNOSUPRESI YANG BERHUBUNGAN DENGAN STRES Situasi stres secara fisiologis dan emosional menstimulasi input otonom, limbik, dan mungkin kortikal serebral ke hipotalamus yang menyebabkan pelepasan CRH dan selanjutnya pelepasan kortisol, Selama stres yang berkepanjangan atau sangat berat, peningkatan kortisol kronis dicurigai memediasi disfungsi imun atau, pada beberapa kasus, imunosupresi. Akan tetapi, ini sama sekali bukan hubungan yang langsung. Misalnya, konsentrasi kortisol plasma meningkat selama olahraga, namun olahraga juga mengurangi sensi- tivitas leukosit terhadap kortisol. Dengan demikian, inhibisi leukosit bukan merupakan konsekuensi otomatis peningkatan konsentrasi kortisol. Imunosupresi yang berhubungan dengan stres lebih cende- rung disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor (yang meliputi, misal- nya, penurunan konsentrasi prolaktin) daripada yang secara ketat disebabkan oleh peningkatan konsentrasi kortisol. IMUNOSUPRESI YANG BERHUBUNGAN DENGAN USIA Penuaan berkaitan dengan peningkatan risiko kanker dan penurunan resistensi terhadap penyakit infeksi. Organ limfoid yang sangat penting untuk perkembangan sel T—timus—mengalami involusi (menyusut) dengan bertambahnya usia. Involusi ini ditandai dengan reduksi ukuran keseluruhan timus dan, yang lebih penting, ditandai dengan kehilangan sel fungsional yang lebih besar secara proporsional, disertai massa yang diganti dengan jaringan lemak yang tidak aktif. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. | UNIT | poe Uy KONTROL TERINTEGRASI DAN DISFUNGSI aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 218 UNIT 3 KONTROL TERINTEGRASI DAN DISFUNGS! korteks serebril. Hemisfer serebril dihubungkan melalui fisura longitu- dinalis oleh berkas akson, yang salah satunya adalah korpus kalo- sum. Diensefalon mencakup epitalamus, talamus, subtalamus, dan hipotalamus. Korteks Serebri Korteks serebri diatur secara horizontal berdasarkan fungsi dan se- cara vertikal menjadi lapisan-lapisan. Lapisan vertikal secara jelas digambarkan dan diulang di seluruh korteks. Korteks serebri adalah bagian otak yang paling maju dan bertanggung jawab untuk me- mahami lingkungan dan memulai pikiran dan perilaku yang berorien- tasi tujuan. Korteks disebut substansia grisea (gray matter) karena lebih banyaknya badan sel saraf dibandingkan dengan akson neuron, «»Serebrum Otak depan Sees ‘ tak tengah [Lorex tengah 3} CSR pons QO OR .-Serebelum Otak belakang { Serge G] Servikal Toraks Medula spinalis — Lumbal _— Sakral [~ Koksigeal GAMBAR 8.6. Sistem saraf pusat. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 222 UNIT 3 KONTROL TERINTEGRASI DAN DISFUNGSI Batang Otak Batang otak tersusun dari pons, medula oblongata, dan mesensefalon (otak tengah). Di batang otak terdapat sel yang mengontrol fungsi sistem kardiovaskular dan pernapasan. Neuron berjalan melalui batang otak dan membawa informasi motorik ke dan dari korteks serebri sehingga mengontrol keseimbangan. Sepuluh dari dua belas saraf kranial, yang mengontrol fungsi motorik dan sensorik mata, wajah, lidah, dan leher, keluar dari batang otak. Fungsi sekresi dan motorik saluran gastrointestinal dan fungsi sensorik pendengaran dan pengecapan juga dikontrol oleh saraf kranial. Formasio Retikularis Berjalan melalui batang otak adalah jaringan yang terdiri atas banyak neuron kecil bercabang, yang disebut formasio retikularis. Neuron ini mencakup jaras asenden dan desenden, yang beberapa di antaranya berkumpul membentuk pusat yang mengontrol refleks menelan, muntah, serta reficks pernapasan dan kardiovaskular. Formasio reti- kularis juga sangat penting untuk keadaan terjaga dan diperlukan untuk memfokuskan perhatian. Fungsi formasio retikularis sangat penting untuk kehidupan. Keadaan Terjaga Berbagai neuron di formasio retikularis mengirim informasi ke area otak yang lebih tinggi untuk mempertahankan keadaan terjaga dan siaga. Neuron ini serta proyeksinya adalah bagian dari kelompok fungsional sel, bukan kelompok anatomis sel, yang disebut sistem aktivasi retikular (reticular activating system, RAS). RAS memper- tahankan keadaan terjaga, perhatian, dan konsentrasi. RAS distimu- lasi oleh semua input sensorik, termasuk stimulus nyeri. Tidur Proses tidur juga berada di bawah kontrol formasio retikularis. Seperti keadaan terjaga, tidur adalah proses aktif. Proses tidur terjadi apabila pusat tertentu di batang otak mengirim sinyal inhibisi ke neuron di sepanjang RAS. Sinyal inhibisi ini tampak disebabkan oleh pelepasan neurotransmiter serotonin oleh sel formasio retikularis. Serotonin menghambat stimulasi RAS, yang secara temporer mengakhiri perilaku yang disadari. Kadar serotonin di otak akhirnya turun, dan individu tersebut bangun. Tidur dan terjaga biasanya mengikuti pola siklik kecuali pola tersebut dihambat, diubah, atau diinterupsi. Serebelum Serebelum berada di otak belakang sebelah posterior batang otak. Serebelum membantu mempertahankan keseimbangan dan ber- aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 226 UNIT 3 KONTROL TERINTEGRAS! DAN DISFUNGSI arah yang berlawanan di semua saraf spinal dan sebagian besar saraf kranial. Beberapa saraf kranial hanya membawa informasi aferen. Neuron aferen menyampaikan informasi ke sistem saraf pusat dari semua organ sensorik, reseptor tekanan dan volume, reseptor suhu, reseptor regangan, dan reseptor nyeri. Neuron eferen menyampaikan stimulasi saraf ke otot dan kelenjar. Neuron eferen termasuk dalam sistem saraf otonom atau sistem saraf somatik. Sistem Saraf Otonom Serabut sarafotonom meninggalkan medula spinalis dan mempersarafi otot polos dan otot jantung serta kelenjar endokrin dan kelenjar eksokrin. Serabut saraf otonom dianggap involunter karena ada sedikit kontrol yang disadari terhadap fungsinya. Dua bagian sistem saraf otonom, bagian simpatis dan parasimpatis, diperlihatkan dalam Gambar 8.8. Saraf simpatis dan parasimpatis mempersarafi banyak organ yang sama, tetapi biasanya menimbulkan respons yang ber- lawanan. Badan sel neuron tersebut terdapat di otak atau medula spinalis. Pada kedua bagian sistem otonom, dua serabut saraf berperan pada jaras eferen. impatis pascagangion tak sistem 2 sARAF | 3 “Akson PARASIMPATIS, parasinpatis pragangiion Servikal_ batan: Norepinefrin SISTEM ‘SARAF ‘SIMPATIS SISTEM ‘SARAF PARASIMPATIS, Sistem Sistem sarat sara pusat perifer GAMBAR 8.8. Sistem simpatis dan parasimpatis. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 230 UNIT 3 KONTROL TERINTEGRAS! DAN DISFUNGSI pada hormon yang dilepaskan selama kejadian stres, termasuk hormon adrenokortikotropik (ACTH), vasopresin, dan epinefrin. Transmiter inhibisi, termasuk GABA, dapat mengurangi kemungkin- an mengonsolidasikan memori dari simpanan jangka pendek ke jangka panjang. Ketika memori jangka pendek dikonsolidasikan menjadi memori jangka panjang, ini dilakukan dengan memecahkan informasi untuk diingat menjadi unit terpisah yang kemudian diproses di area spesifik otak. Misalnya, pengalaman visual dipecah menjadi atribut warna, bentuk, dan ukuran yang berbeda, dan atribut ini disimpan secara terpisah. Ada juga dua tipe umum memori jangka panjang. Memori deklaratif adalah memori yang disadari untuk fakta dan kejadian. Tipe memori ini memerlukan lobus temporalis medial yang berfungsi dengan baik, yang mencakup hipokampus, dan struktur didiensefalon. Cara berbagai bagian otak ini berinteraksi selama coding memori dan pencarian tidak diketahui. Memori deklaratif disimpan dalam korteks serebri, namun kembali, cara hal ini terjadi tidak dipahami. Memori nondeklaratif terlibat dalam belajar keterampilan, repetisi, dan clas- sical conditioning. Memori nondeklaratif mencakup ingatan yang tidak disadari dan membutuhkan korteks serebri yang utuh, ganglia basa- lis, dan serebelum. Pada sebagian besar tipe demensia, memori deklaratif hilang sebelum memori nondeklaratif. Stroke (serangan otak) dapat mengganggu memori i nondeklaratif dan deklaratif. KONSEP PATOFISIOLOGIS PERUBAHAN KESADARAN Kesadaran adalah pengetahuan penuh atas diri, lokasi, dan waktu di setiap lingkungan. Agar sadar penuh, diperlukan sistem aktivasi retikular yang utuh, dalam keadaan berfungsinya pusat otak yang lebih tinggi di korteks serebri. Hubungan melalui talamus juga harus utuh. Perubahan kesadaran biasanya dimulai dengan gangguan fungsi diensefalon, yang ditandai dengan kebuntuan, kebingungan, letargi, dan akhirnya stupor ketika individu menjadi sulit terjaga. Penurunan kesadaran yang berkelanjutan terjadi pada disfungsi otak tengah dan ditandai dengan semakin dalamnya keadaan stupor. Akhirnya, dapat terjadi disfungsi medula dan pons yang menyebabkan koma. Penurun- an progresif kesadaran ini digambarkan sebagai perkembangan ros- tral-kaudal. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 234 UNIT 3 KONTROL TERINTEGRASI DAN DISFUNGSI legal dan etik bagi keluarga individu yang mengalami keadaan ini dan masyarakat. KEMATIAN OTAK Kematian otak adalah gangguan fungsi hemisfer serebril, batang otak, dan serebelum secara ireversibel. Kesadaran menurun, pemeliharaan fungsi pernapasan, kardiovaskular, dan kontrol suhu. Tidak ada sik- lus tidur~terjaga, tidak ada respons nyeri, dan tidak ada refleks. Pada individu yang mengalami kematian otak, elektroensefalogram (EEG) datar. Menctapkan kematian otak memiliki beberapa implikasi legal. Pasien tidak dapat secara legal diputuskan dari alat penunjang hidupnya tanpa instruksi living will sebelumnya kecuali apabila ter- jadi kematian otak, Donasi organ diperbolehkan hanya apabila terjadi kematian otak. Sayangnya, organ yang didonorkan lebih dalam ke- adaan baik/sehat apabila diambil dari individu sebelum terjadi kemati- an otak. DEMENSIA Demensia adalah gangguan fungsi intelektual tanpa gangguan fungsi vegetatif atau keadaan terjaga. Memori, pengetahuan umum, pikiran abstrak, penilaian, dan interpretasi atas komunikasi tertulis dan lisan dapat terganggu. Demensia dapat disebabkan oleh infeksi, obat, trauma, atau tumor. Gangguan biokimia dan ketidakseimbangan me- tabolik juga dapat menyebabkan demensia. Sebagian demensia bersi- fat reversibel apabila serangan pencetus dapat dihilangkan. Demensia jenis lainnya, misalnya yang disebabkan oleh penyakit Alzheimer, bersifat progresif dan ireversibel. PENINGKATAN TEKANAN INTRAKRANIAL Tekanan intrakranial dapat meningkat apabila terjadi peningkatan jaringan, CSS, atau darah kranial. Peningkatan tekanan intrakranial yang signifikan disebut hipertensiintrakranial. Hipertensi intrakranial menyebabkan neuron dan kapiler yang halus di otak tertekan sehingga terjadi hipoksia, cedera dan kematian neuron, inflamasi dan pem- bengkakan, dan akhirnya deteriorasi progresif fungsi otak. Apabila tekanan intrakranial mencapai tekanan arteri rerata sistemik, aliran darah ke otak berhenti dan individu meninggal. Penyebab Peningkatan Tekanan Intrakranial Perubahan tekanan intrakranial sering terjadi dengan stimulus seperti mengedan, batuk, dan bersin. Peningkatan tekanan intrakranial yang aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 238 UNIT 3 KONTROL TERINTEGRAS! DAN DISFUNGSI mendiagnosis, menggambarkan, dan memantau patologi neuro- muskular pada pasien yang dicurigai mengalami gangguan transmisi saraf atau fungsi sel otot. Elektroensefalografi Elektroensefalografi (EEG) mengukur aktivitas listrik yang terjadi di otak melalui elektrode yang diletakkan di kulit kepala. Teknik ini memberikan gambaran cepat dan langsung dari aktivitas otak. EEG mampu menerima sinyal gelombang otak yang tidak lazim yang menunjukkan kerusakan otak atau aktivitas kejang. Teknik ini dibatasi oleh ketidakmampuannya untuk secara akurat meng- identifikasi area otak yang menghasilkan sinyal listrik, terutama ketika area yang ingin dievaluasi terletak di bagian dalam otak. Pencitraan Resonansi Magnetik Pencitraan resonansi magnetik (magnetic resonance imaging, MRI) menangkap apa yang terjadi di otak secara fisiologis sebelum, selama, dan setelah individu melakukan tugas. MRI mengandalkan prinsip bahwa setiap atom di tubuh bekerja seperti jarum kompas yang kecil dan berbaris dalam arah yang dapat diperkirakan apabila terpajan dengan medan magnetik. Sinyal yang khas pada setiap atom dipan- carkan dan citra dapat dibentuk dari informasi ini dengan menggu- nakan program komputer spesifik. Organ direproduksi dalam detail yang lebih anatomis yang lebih baik dibandingkan dengan yang di- hasilkan oleh pemeriksaan radiograf saja. Pencitraan resonansi magnetik memberikan dampak dramatis pada penelitian mengenai fungsi otak dan patofisiologi. Teknik ini me- mungkinkan peneliti untuk secara noninvasif menyelidiki konsentrasi oksigen di otak saat individu melakukan tugas. Karena otak secara cepat berpindah ke glikolisis anaerob pada lonjakan aktivitas, kadar oksigen meningkat dalam darah vena yang keluar dari area yang melakukan tugas. Dengan memeriksa area yang memiliki kadar oksi- gen tinggi, peneliti dapat mengidentifikasi pola aliran darah dan area otak yang aktif. Dengan MRI, struktur dan integritas jaringan dapat digambarkan dengan jelas. Ada program perangkat lunak otomatis yang memungkinkan klinisi dan peneliti untuk menghubungkan data MRI dengan regio anatomis spesifik, dan membandingkan data yang berasal dari satu regio otak dengan data dari regio lain, termasuk re- gio yang berpartisipasi maupun yang tidak berpartisipasi dalam akti- vitas, Keuntungan MRI adalah tidak adanya radiasi ion dan adanya sensitivitas yang tinggi pada teknik. MRI adalah teknik pencitraan pilihan untuk sebagian besar kondisi neurologis. Kekurangan MRI adalah lamanya waktu yang dibutuhkan untuk memindai otak. Walaupun MRI ultrafast tersedia, teknik ultrafast tidak sensitif. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 242 UNIT 3 KONTROL TERINTEGRASI DAN DISFUNGSI gangguan metabolik bersifat reversibel apabila stimulus pencetusnya dihilangkan. Sinkope (pingsan) sering kali salah didiagnosis sebagai kejang karena beberapa gerakan otot mungkin sama. Keadaan tidak sadar dan kedutan otot yang berhubungan dengan pingsan jarang berlangsung lebih dari S sampai 10 detik, dan pingsan tidak berkaitan dengan gejala postictal seperti keletihan. Epilepsi Epilepsi adalah kejang yang terjadi tanpa penyebab metabolik yang reversibel. Epilepsi dapat berupa kondisi primer atau sekunder. Epilepsi primer terjadi secara spontan, biasanya pada masa kanak- kanak, dan memiliki predisposisi genetik. Saat ini sedang dilakukan pemetaan beberapa gen yang berhubungan dengan epilepsi primer. Epilepsi sekunder terjadi akibat hipoksemia, cedera kepala, infeksi, stroke, atau tumor sistem saraf pusat. Epilepsi awitan dewasa biasanya disebabkan oleh salah satu insiden tersebut. Gambaran Klinis Kejang parsial dapat berkaitan dengan: * Gerakan wajah atau menyeringai. * Sentakan yang dimulai di salah satu bagian tubuh, yang dapat menyebar. * Pengalaman sensorik berupa penglihatan, bau, atau suara. * Kesemutan. * Perubahan tingkat kesadaran. Kejang umum dapat berkaitan dengan: * Ketidaksadaran, biasanya disertai dengan jatuh, kecuali pada masa kanak-kanak tidak ada kejang. Refieks pada lengan dan tungkai yang tidak terkontrol. Periode apnea yang singkat (henti napas). Salivasi dan mulut berbusa. Menggigit lidah. Inkontinensia. Stadium postictal berupa stupor atau koma, diikuti oleh kebingungan, sakit kepala, dan keletihan. * Prodroma dapat terjadi pada setiap jenis kejang. Prodroma adalah perasaan atau gejala tertentu yang dapat mendahului kejang se- lama beberapa jam atau beberapa hari. * Aura dapat terjadi pada setiap jenis kejang. Aura adalah sensasi sensorik tertentu yang sering atau selalu timbul sesaat menjelang kejang. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 246 UNIT 3 KONTROL TERINTEGRASI DAN DISFUNGSI Gambaran Klinis « Pada gegar otak, kesaddran sering kali menurun. * Pola napas dapat menjadi abnormal secara progresif. + Respons pupil mungkin tidak ada atau secara progresif mengalami deteriorasi. + Sakit kepala dapat terjadi dengan segera atau terjadi bersama peningkatan tekanan intrakranial. + Muntah dapat terjadi akibat peningkatan tekanan intrakranial. * Perubahan perilaku, kognitif, dan fisik pada gerakan motorik dan berbicara dapat terjadi dengan segera atau secara lambat. Amnesia yang berhubungan dengan kejadian ini biasa terjadi. Perangkat Diagnostik * Radiograf tengkorak dapat mengidentifikasi lokasi fraktur atau perdarahan atau bekuan darah yang terjadi. CT scan atau MRI dapat dengan tepat menentukan letak dan luas cedera. CT scan biasanya merupakan perangkat diagnostik pilihan di ruang ke- daruratan walapun hasil CT mungkin normal yang menyesatkan. MRI adalah perangkat yang lebih sensitif dan akurat, dapat mendi- agnosis cedera akson difus, namun mahal dan kurang dapat di- akses di sebagian besar fasilitas. Komplikasi ¢ Perdarahan di dalam otak, yang disebut hematoma intraserebral, dapat menyertai cedera kepala tertutup yang berat, atau lebih sering, cedera kepala terbuka. Pada perdarahan di otak, tekanan intrakranial meningkat, dan sel neuron dan vaskular tertekan. Ini adalah jenis cedera otak sekunder. Pada hematoma, kesadaran dapat menurun dengan segera, atau dapat menurun setelahnya ketika hematoma meluas dan edema interstisial memburuk. * Perubahan perilaku yang tidak kentara dan defisit kognitif dapat terjadi dan tetap ada. Penatalaksanaan * Gegar otak ringan dan sedang biasanya diterapi dengan observasi dan tirah baring. * Mungkin diperlukan ligasi pembuluh darah yang pecah melalui pembedahan dan evakuasi hematoma. * Mungkin diperlukan debridementmelalui pembedahan (pengeluaran benda asing dan sel yang mati), terutama pada cedera kepala terbuka. + Dekompresi melalui pengeboran lubang di dalam otak, yang di- sebut burr hole, mungkin diperlukan. * Mungkin dibutuhkan ventilasi mekanis. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 250 UNIT 3 KONTROL TERINTEGRASI DAN DISFUNGSI Penatalaksanaan * Imobilisasi untuk mencegah semakin beratnya cedera medula spi- nalis atau kerusakan tambahan setelah cedera kepala atau leher sangat penting dilakukan walaupun cedera medula spinalis tidak jelas. + Intervensi bedah secara dini untuk menghilangkan tekanan pada medula spinalis akibat patahnya vertebra atau kolaps diskus dapat mengurangi disabilitas jangka panjang. + Pemberian steroid dosis tinggi secara cepat (dalam satu jam per- tama) terbukti mengurangi pembengkakan dan inflamasi medula spinalis serta membatasi luas kerusakan permanen. Strategi untuk menstimulasi regenerasi akson, atau mengembalikan konduksi impuls di ‘sepanjang akson yang terlindungi namun mengalami demielinasi, cenderung menyebabkan perbaikan hasil pada pasien yang mengalami cedera medula spinalis. * Fiksasi kolumna vertebralis melalui pembedahan mempercepat dan mendukung penyembuhan. + Terapi fisik, termasuk terapi bicara apabila lesi mengganggu bicara dan gerakan pernapasan, dimulai segera setelah kondisi pasien stabil. * Penyuluhan tentang menghindari dan mengenali hiperrefieksia otonom dapat mengurangi risiko stroke atau infark miokardium. * Terapi hiperrefleksia otonom adalah obat antihipertensi dan penghentian stimulus penyebab. * Untuk pasien yang mengalami kerusakan permanen, penyuluhan dan konseling mengenai harapan jangka panjang dan komplikasi pada kulit, sistem reproduksi, dan sistem perkemihan sangat penting. Melibatkan anggota keluarga dalam sesi penyuluhan dan konseling sangat penting. PPERTIMBANGAN GERIATRIK Studi longitudinal selama 25 tahun mengenai efek penuaan pada pasien yang mengalami cedera spinal menemukan bahwa kualitas hidup setelah cedera medula spinalis tidak selalu terganggu, temuan yang secara jelas membuktikan resiliensi pada jiwa manusia. CEDERA VASKULAR SEREBRAL Cedera vaskular serebral (CVS), yang sering disebut stroke atau se- rangan otak, adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi alir- an darah otak. Individu yang terutama berisiko mengalami CVS adalah lansia dengan hipertensi, diabetes, hiperkolesterolemia, atau penyakit jantung. Pada CVS, hipoksia serebral yang menyebabkan cedera dan aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 254 UNIT 3 KONTROL TERINTEGRAS! DAN DISFUNGS! Dahulu, kebanyakan kasus meningitis terjadi pada anak yang berusia kurang dari 5 tahun, dan agen kausatif yang paling sering adalah Haemophilus influenzae. Sejak tahun 1990, vaksin terhadap H. influenzae tersedia dan diberikan kepada sebagian besar anak di Amerika Serikat dan negara lain sebagai satu seri injeksi, yang dimulai pada bulan kedua kehidupan. Akibat intervensi yang penting ini, insiden meningitis pada anak yang berusia 1 bulan sampai 2 tahun menurun 87%. Karena penurunan dramatis meningitis tipe H.influenzae pada populasi ini, kasus meningitis bakterial secara keseluruhan di Amerika Serikat menurun 55%. Meningitis kini terjadi paling sering pada individu dewasa yang berusia 19 sampai 59 tahun. Pada kelompok usia ini, penyebab meningitis bakterial yang paling sering adalah Streptococcus pneumoniae (meningitis pneumokokus). Insiden terbesar berikutnya adalah pada anak yang berusia 2 sampai 18 tahun, dan penyebab yang paling sering adalah Neisseria meningitides (meningitis meningo- kokus). Pada neonatus, penyebab yang paling sering adalah strepto- kokus grup B; pada bayi yang berusia 1 sampai 23 bulan, penyebabnya terbagi hampir sama antara S. pneumoniae dan N. meningitidis. Ketika mahasiswa umumnya tidak cenderung mengalami meningitis dibandingkan dewasa muda lainnya pada kelompok usia tersebut, subkelompok mahasiswa mengalami peningkatan risiko. Secara khusus, mahasiswa tingkat pertama yang tinggal di asrama mengalami tisiko 6 kali lipat lebih besar untuk mengalami meningitis meningo- kokus dibandingkan mahasiswa yang tidak tinggal di asrama. Ketika kini kebanyakan perguruan tinggi memerlukan vaksinasi terhadap meningitis meningokokus, vaksinasi tidak efektif melawan semua strain. Gambaran Klinis * Gejala peningkatan tekanan intrakranial dapat terjadi pada meningitis dan ensefalitis, berupa sakit kepala, penurunan kesadaran, dan muntah. Papiledema (pembengkakan pada area di sekitar saraf optikus) dapat terjadi pada kasus yang berat. Biasanya, gejala lebih parah pada ensefalitis. + Demam akibat infeksi biasa terjadi pada meningitis dan ensefali- tis. + Fotofobia (respons nyeri terhadap cahaya) akibat iritasi saraf kra- nial sering menyertai meningitis dan ensefalitis. * Ketidakmampuan menekukkan dagu ke dada tanpa nyeri (kaku kuduk) terjadi pada meningitis dan ensefalitis akibat iritasi saraf spinal. « Ensefalitis biasanya memperlihatkan tanda dramatis delirium dan penurunan kesadaran yang progresif. Kejang dan gerakan abnor- mal dapat terjadi. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 258 UNIT 3 KONTROL TERINTEGRASI DAN DISFUNGSI sensitif dapat memberi dukungan klinis untuk diagnosis. Teknik terbaru mungkin tersedia untuk identifikasi kekusutan neuron dan plak senil dengan lebih akurat. + Walaupun penyakit Alzheimer adalah penyebab demensia yang paling umum, sekitar sepertiga kasus demensia yang dicurigai, disebabkan oleh gangguan reversibel, termasuk ketidakseimbang- an metabolik, efek obat, CVS, defisiensi vitamin, dan depresi. Pe- nyebab ini harus disingkirkan dengan menggunakan CT atau MRI, hitung darah lengkap, dan studi metabolik. Penatalaksanaan * Penyuluhan pasien dan keluarga mengenai alat bantu memori, diet, dan masalah keamanan dapat memperlambat perkembangan gejala. + Tersedia obat (Cognex) untuk memperlambat atau mengatasi ge- jala awal penyakit Alzheimer dan dapat memperlambat perkem- bangan gejala pada beberapa pasien. * Inhibitor kolinesterase (donepezil, .rivastigmin, dan galantamin) yang memperlama waktu paruh asetilkolin yang efektif adalah te- rapi obat yang direkomendasikan untuk demensia ringan sampai sedang. * Memantin, suatu antagonis reseptor-N-metil-D-aspartat (NMDA), disetujui untuk terapi penyakit Alzheimer yang sedang sampai berat. Memantin bekerja dengan menyekat reseptor glutamin den- gan cukup di otak, yang memungkinkan beberapa, namun bukan stimulasi glutamat yang berlebihan. « Beberapa penelitian menunjukkan bahwa suplementasi vitamin E dapat memperlambat perkembangan kematian, institusionalisasi, dan demensia berat pada beberapa pasien. « Manfaat jangka panjang semua obat tidak dapat ditentukan. PENYAKIT PARKINSON Penyakit Parkinson adalah gangguan otak progresif yang ditandai dengan kehilangan neuron di area otak tengah yang dikenal sebagai substansia nigra. Neuron ini menggunakan dopamin sebagai neuro- transmiter dan menonjolkan aksonnya ke talamus dan area kaudatus dan putamen ganglia basalis. Penyakit Parkinson terjadi ketika sekitar 80% sel yang membentuk substansia nigra hilang; ada juga penurunan reseptor dopamin di ganglia basalis. Awitan penyakit biasanya terjadi pada dekade keenam atau ketujuh kehidupan. Penyakit ini adalah penyakit neurodegeneratif yang paling sering kedua pada individu dewasa. Walaupun ada sedikit pengaruh genetik pada perkembangan penyakit Parkinson, tampak sangat terbatas pada penyakit awitan dini (sebelum usia 50 tahun). aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 262 UNIT 3 KONTROL TERINTEGRASI DAN DISFUNGS! Penyebab Sklerosis Multipel Penyebab sklerosis multipel tidak diketahui, tetapi tampak terdapat kecenderungan genetik pada perkembangan penyakit ini dan penyakit otoimun lainnya. Beberapa bukti menunjukkan bahwa infeksi virus pada masa kanak kanak, mungkin campak atau jenis infeksi herpes, dapat mencetuskan respons imun. Diperkirakan bahwa rusaknya sawar darah-otak selama infeksi virus memungkinkan limfosit sel B, yang dibentuk untuk melawan virus, masuk dan berkolonisasi di otak. Klon IgG (IgG dari satu turunan sel B) sering ditemukan pada CSS individu yang mengalami sklerosis multipel. Jumlah klon ini me- ningkat sejalan dengan peningkatan eksaserbasi penyakit. Hal yang menunjang teori ini adalah observasi bahwa infeksi virus dan sklerosis multipel terjadi lebih sering pada individu yang tinggal di garis lintang utara. Risiko individu mengalami sklerosis multipel tampak berkaitan dengan garis lintang tempat mereka tinggal selama sekitar 15 tahun pertama kehidupan, dengan mereka yang berasal dari garis lintang utara paling berisiko. Gambaran Klinis + Episode gangguan motorik, visual, atau sensorik yang sembuh parsial dan kemudian kambuh. * Disfungsi kandung kemih Gapat terjadi pada beberapa jenis sklerosis multipel. + Beberapa individu dapat mengalami gangguan kognitif atau emosional. * Gejala sering dicetuskan oleh stres. Stresor dapat mencakup kelahiran bayi, penyakit, demam, keletihan, atau suhu tinggi. Perangkat Diagnostik * Pita IgG klonal dalam CSS ditemukan dengan menggunakan teknik elektroforesis pada sekitar 90% pasien. + Peningkatan jenis lain IgG plasma dan CSS sering ditemukan. + MRI, dan CT scan derajat yang lebih rendah, dapat memungkinkan visualisasi plak sistem saraf pusat. MRI dapat mengidentifikasi aktivitas penyakit bahkan tanpa temuan klinis akut, dan dapat membedakan antara lesi lama dan baru. * Teknik untuk mengukur muatan sel otot memperlihatkan per- lambatan eksitasi otot pada beberapa jenis penyakit. Komplikasi * Defisit neurologis berat yang mencakup hilangnya penglihatan, peningkatan keletihan, dan deteriorasi intelektual dapat terjadi pada proses penyakit. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 266 UNIT 3 KONTROL TERINTEGRASI DAN DISFUNGS! * Plasmaferesis (dialisis darah dengan pengeluaran antibodi IgG) dan timektomi (pengangkatan timus melalui pembedahan) kadang- kadang dilakukan, dengan hasil jangka panjang yang bervariasi. SINDROM GUILLAIN-BARRE Sindrom Guillain-Barré adalah penyakit sistem saraf perifer yang di- tandai dengan awitan mendadak paralisis atau paresis otot. Sindrom Guillain-Barré terjadi akibat serangan otoimun pada mielin yang membungkus saraf perifer. Dengan rusaknya mielin, akson dapat rusak. Gejala sindrom Guillain-Barré menghilang saat serangan otoimun berhenti dan akson mengalami regenerasi. Apabila kerusakan badan sel terjadi selama serangan, beberapa derajat disabilitas dapat tetap terjadi. Walaupun penyebab sindrom Guillain Barré tidak dike- tahui, penyakit ini biasanya terjadi 1-4 minggu setelah infeksi virus atau imunisasi. Otot ekstremitas bawah biasanya terkena pertama kali, dengan paralisis yang berkembang ke atas tubuh. Otot pernapasan dapat terkena, yang menyebabkan kolaps pernapasan. Fungsi kardiovaskular dapat terganggu karena gangguan fungsi saraf otonom. Gambaran Klinis * Kelemahan atau paralisis otot yang bersifat asenden. Perangkat Diagnostik ¢ Pemeriksaan konduksi saraf memperlihatkan disfungsi neuron. * Peningkatan protein dalam CSS biasa terjadi. Komplikasi * Kolaps pernapasan atau kardiovaskular dapat menyebabkan kematian. * Kelemahan beberapa otot dapat menetap. Penatalaksanaan * Bantuan ventilator dapat diperlukan apabila otot pernapasan terkena. * Obat anti-inflamasi dapat membatasi serangan otoimun. SPINA BIFIDA Spina bifida adalah defek tuba neural kongenital yang ditandai dengan kegagalan arkus vertebra untuk menutup. Hal ini menyebabkan ter- bentuknya tonjolan mirip kista pada meninges saja (meningokel) atau pada meninges dan medula spinalis (mielomeningokel) keluar kolumna vertebralis. Pada kasus meningokel, jaringan saraf tidak terpajan se- aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 270 UNIT 3 KONTROL TERINTEGRAS! DAN DISFUNGSI Perangkat Diagnostik + Biasanya bayi didiagnosis berdasarkan tanda klinis pada saat lahir atau pada masa bayi awal. Komplikasi * Keterlambatan perkembangan dan sosial biasa terjadi dan dapat menyebabkan stres keluarga dan stres perkawinan. Penatalaksanaan + Pengobatan bergantung pada luas gangguan fisik, status mental, dan terjadinya kejang. Pembedahan dapat diperlukan untuk me- ngurangi kontraksi. « Semua program pengobatan harus mencakup terapi fisik. * Konseling penting bagi keluarga dan anak. KEPUSTAKAAN PILIHAN Amato, M. P. (2005). Donepezil for memory impairment in multiple sclerosis. Lancet Neurology 4, 72-73. Benveniste, M., & Dingledine, R, (2005). Limiting stroke-induced damage by targeting an acid channel. New England Journal of Medicine 352, 85-86. Bertram, L., & Tanzi, R. E. (2005). The genetic epidemiology of neurodegenerative disease. Journal of Clinical Investigation 115, 1449-57. Boechxstaens, G. E., & Pelckmans, P. A. (1997). Nitric oxide and the non-adrenergic noncholinergic neurotransmission. Comparative Biochemistry and Physiology, Part A, Physiology 118, 925-932. Chen, Y. Y., DeVivo, M. J., & Jackson, A. B. (2005). Pressure ulcer prevalence in people with spinal cord injury: Age-period-duration effects. Archives of Physical Medicine and Rehabilitation 86, 1208-1213. Craig, M. C., Maki, P. M., & Murphy, D. G. M, (2005). The Women’s Health Initiative Memory 35, Study: findings and implications for treatment. Lancet Neurology 4(Suppl.), 190-194. Duhaime, A., Christian, C. W., Rorke, L. B., & Zimmerman, R. A. (1998). Non- accidental head injury in infants—the shaken-baby syndrome. New England Journal of Medicine 338, 1822-1829. Estep, M. (2005). Meningococcal meningitis in critical care: an overview, new treatments/preventions, and a case study. Critical Care Nursing Quarterly 28, 111-121. Fields, R. D. (2004). The other half of the brain. Scientifie American 290, 55-61. Gabrieli, J. D. (1998). Cognitive neuroscience of human memory. Annual Review of Psychology 49, 87-115. Gilman, S. (1998). Imaging the brain: First of two parts, New England Journal of Medicine 3.38, 812-820. Gilman, S. (1998). Imaging the brain: Second of two parts. New England Journal of Medicine 338, 889-896. Gruen, P., & Liv, C. (1998). Current trends in the management of head injury. Emergency Medicine Clinics of North America 16, 63-83. Klein, A., & Hirsch, J. (2005). Mindboggle: A scatterbrained approach to automate brain labeling. Neuroimage 24, 261-280 aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 274 UNIT 3 KONTROL TERINTEGRASI DAN DISFUNGSI kembali ke vena kava, sistem ini disebut sistem vena portal. Dengan demikian, hipotalamus dan hipofisis anterior dihubungkan oleh sistem aliran darah portal hipotalamus-hipofisis anterior. Karena telah digunakan oleh hipotalamus, darah dalam sistem ini kurang mengandung oksigen, tetapi kaya akan pesan hormonal yang diberi- kan oleh hipotalamus ke dalam eminensia mediana (lihat bagian se- lanjutnya). Dengan demikian, hipofisis anterior adalah organ target utama bagi hormon hipotalamus dan berespons terhadap hormon hipotalamus dengan melepaskan hormonnya sendiri. Hipofisis Posterior Hipofisis posterior, yang juga disebut neurohipofisis, adalah jaringan saraf sejati yang secara embriologis berasal dari hipotalamus. Pada hipofisis posterior terdapat tiga bagian: eminensia mediana (kadang- kadang dianggap sebagai jaringan hipotalamus), tempat hipotalamus menyekresi anterior pituitary-releasing hormone; batang infundibular yang menghubungkan hipotalamus dengan hipofisis posterior; dan prosesus infundibular, yang merupakan ujung terminal hipofisis posterior. Badan sel saraf di nukleus supraoptik dan paraventrikel hipo- talamus menyintesis dua hormon: hormon antidiuretik, yang juga disebut vasopresin, dan oksitosin. Hipotalamus mengirim kedua hormon ini di tonjolan akson melalui batang infundibular ke prosesus infundibular. Hormon tersebut disimpan di sana sampai hipotalamus menstimulasinya untuk dilepaskan ke sirkulasi umum. Dengan demikian, hormon yang dilepaskan oleh hipofisis posterior berasal dari hipotalamus dan pelepasannya bergantung pada hipotalamus. Kelenjar Target Kelompok ketiga kelenjar endokrin yang dibahas dalam bab ini terdiri atas kelenjar di luar otak yang berespons terhadap hormon hipofisis anterior dan posterior dengan pelepasan hormonnya sendiri. Kelenjar tersebut adalah organ target hormon hipofisis dan mencakup kelenjar tiroid, kelenjar adrenal, dan testis serta ovarium. Pankreas, yang me- nyekresi insulin, juga merupakan kelenjar endokrin dan dibahas pada Bab 16. HORMON Hormon adalah pembawa pesan kimia yang dilepaskan oleh kelenjar endokrin ke dalam sirkulasi. Setelah dilepaskan, hormon mengalir dalam darah dan hanya memengaruhi sel tubuh yang memiliki reseptor (tempat pengikatan) spesifik untuk hormon tersebut. Sel yang berespons terhadap hormon tertentu disebut sel target untuk hormon tersebut. Biasanya, hormon dilepaskan dalam jumlah banyak aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 278 UNIT 3 KONTROL TERINTEGRAS! DAN DISFUNGSI FAKTORYANG MENGONTROL SEKRESI HORMON Faktor yang Mengontrol Sekresi Hormon Hipofisis Anterior Stimulus yang mengontrol sekresi hormon hipofisis (kecuali melanocyte-stimulating hormone) adalah hormon yang disekresi oleh hipotalamus yang mengalir dalam darah portal ke hipofisis anterior. Hormon ini adalah hypothalamic releasing hormone atau hypothalamic inhibiting hormone, yang bergantung pada apakah hormon tersebut meningkatkan atau menurunkan pelepasan hormon hipofisis yang dikontrolnya. Ketika hypothalamic releasing hormone disekresikan, hormon hipofisis anterior yang berhubungan dengannya dilepaskan. Ketika hypothalamic inhibiting hormone disekresikan, hormon ini menghambat sintesis dan pelepasan hormon hipofisis anterior yang dikontrolnya. Setelah disekresi, hormon hipofisis bekerja untuk men- stimulasi organ atau sel target lain untuk melakukan fungsi atau me- lepaskan hormonnya sendiri. Hormon hipofisis dan respons selanjutnya terhadap hormon tersebut oleh organ targetnya dapat memberi umpan balik pada hipotalamus untuk menurunkan pelepasan hormon hipotalamus lebih lanjut. Respons organ target juga dapat menghambat pelepasan hormon hipofisis lebih lanjut. GAMBAR 9.2. Siklus umpan balik negatif tipikal ketika kelenjar endokrin melepas- kan hormon, yang kemudian menstimulasi organ targetnya (+) untuk berespons dengan cara sedemikian rupa sehingga sekresi hormon lebih lanjut oleh kelenjar endokrin berkurang (-). aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 282 UNIT 3 KONTROL TERINTEGRAS! DAN DISFUNGSI Faktor yang Mengontrol Pelepasan Glukokortikoid Glukokortikoid dilepaskan dari kelenjar adrenal sebagai respons ter- hadap hormon adrenokortikotropik (ACTH) yang bersirkulasi dari hipofisis anterior. ACTH dilepaskan sebagai respons terhadap corticotropin-releasing hormone (CRH) yang dibawa dalam darah portal dari hipotalamus. CRH juga menstimulasi pelepasan endorfin oleh hipofisis anterior dan mungkin di tempat lain. Setelah dilepaskan, glukokortikoid memberi umpan balik pada hipotalamus dan hipofisis anterior untuk menurunkan pelepasan CRH dan ACTH lebih lanjut, secara berurutan. Faktor yang Mengontrol Corticotropin-Releasing Hormone Corticotropin-releasing hormone disekresi dari hipotalamus dalam pola diurnal yang menentukan pola pelepasan ACTH dan kortisol selanjutnya. Stimulus untuk peningkatan CRH adalah sstres, hipoglikemia (glukosa darah yang rendah), dan penurunan kadar glukokortikoid yang bersirkulasi. Siklus umpan balik pelepasan CRH sebagai respons terhadap hipoglikemia diperlihatkan dalam Gambar 9.4. Boole Lebih Lanjut Pree] @ Pelopasan Glukokortod | Peringkatan Produksi Giukosa Menurunkan Pelepasan CRH GAMBAR 9.4. Umpan balik: glukokortikoid, aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 286 UNIT 3 KONTROL TERINTEGRASI DAN DISFUNGS! LH juga dilepaskan dari hipofisis anterior pada pria. LH menyebab- kan sel interstisial testis menghasilkan dan menyekresi testosteron. Estrogen dan testosteron juga disintesis oleh kelenjar adrenal, pada pria dan wanita, sebagai respons terhadap stimulasi ACTH. Faktor yang Mengontrol Pelepasan Gonadotropin Gonadotropin dilepaskan dari hipofisis sebagai respons terhadap gonadotropin-releasing hormone (GnRH) dari hipotalamus. Tampak bahwa satu hormon hipotalamus mengontrol pelepasan kedua gonadotropin hipofisis. GnRH kadang-kadang disebut sebagai luteinizing hormone-releasing hormone (LHRH). Peningkatan sintesis dan pelepasan GnRH menyebabkan awitan pubertas. Faktor yang Mengontrol Gonadotropin-Releasing Hormone Sebelum pubertas, kadar GnRH yang bersirkulasi sangat rendah. Pada maturasi hipotalamus dan mungkin pencapaian massa tubuh tertentu, GnRH meningkatkan dan mencetuskan pubertas. Setelah maturasi seksual terbentuk, kadar GnRH yang bersirkulasi dikontrol dengan cara umpan balik negatif oleh estrogen dan testosteron. Stres, kelaparan, dan rasa takut dapat memengaruhi pelepasan GnRH setiap saat sehingga memengaruhi pelepasan estrogen dan progesteron pada wanita dan testosteron pada pria serta mengubah fungsi reproduksi. Estrogen Estrogen adalah hormon steroid yang memengaruhi jaringan target- nya dengan mengubah kecepatan replikasi DNA, transkripsi DNA, atau translasi RNA. Walaupun efek estrogen paling jelas terlihat pada wanita, pria juga menghasilkan dan dipengaruhi oleh estrogen. Ter- dapat tiga jenis utama estrogen pada manusia: estron, estradiol, dan estriol. Efek estrogen adalah sebagai berikut: + Perkembangan in utero organ seks internal dan eksternal wanita. * Distribusi lemak tubuh wanita. » Pigmentasi puting. * Stimulasi perkembangan payudara selama kehamilan. + Stimulasi pertumbuhan lapisan endometrium uterus setiap bulan untuk mempersiapkan implantasi embrio. + Pemeliharaan kehamilan. * Stimulasi laktasi. * Stimulasi pembentukan tulang seumur hidup pada pria dan wanita. * Membatasi resorpsi (penguraian) tulang melalui kerja langsung pada tulang atau dengan membatasi respons tulang terhadap hor- mon paratiroid pada pria dan wanita. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 290 UNIT 3 KONTROL TERINTEGRAS! DAN DISFUNGSI Pada wanita yang tidak hamil, kadar prolaktin yang tinggi menghambat pelepasan dua hormon hipofisis anterior lainnya: FSH dan LH. Karena FSH dan LH sangat penting untuk ovulasi dan ke- hamilan, kadar prolaktin yang tinggi pada wanita yang menyusui bayinya secara penuh dapat memberi proteksi terhadap terjadinya kehamilan berikutnya. Peran prolaktin pada pria belum diketahui walaupun bukti terbaru menunjukkan bahwa, pada pria dan wanita, prolaktin dapat me- mengaruhi sistem imun, kemungkinan dengan memodulasi pelepasan sitokin tertentu. Faktor yang Mengontrol Pelepasan Prolaktin Sekresi prolaktin dari hipofisis anterior dikontrol oleh pelepasan prolactin-inhibitory hormone (PIH) dari hipotalamus, yang baru-baru ini diidentifikasi sebagai dopamin katekolamin. Penurunan pelepasan dopamin menstimulasi pelepasan prolaktin. Ada juga prolactin stimulating hormone yang dilepaskan dari hipotalamus walaupun belum diketahui. Stimulasi untuk peningkatan prolaktin selama kehamilan tampak menjadi penurunan pelepasan PIH oleh hipotalamus yang dependen estrogen. Pengisapan puting ibu oleh bayi selama menyusui, men- stimulasi pelepasan prolaktin setelah kehamilan—stimulasi puting oleh pengisapan tersebut tampak menyebabkan peningkatan prolak- tin dengan menurunkan pelepasan PIH oleh hipotalamus. Hormon hipotalamus dan hipofisis anterior utama dan efek organ targetnya terdapat pada Gambar 9.6. Hormon antidiuretik (ADH) adalah hormon protein yang dibentuk di nukleus supraoptik hipotalamus dan disimpan di dalam dan dilepas- [Hipotatamus] sees cRH TRH GnRH PIH + oF ’ ’ 4 GH ACTH TSH LWFSH Prolaktin ay oet ot 4 RY [Eom le Ble ue y 4 + , ‘Semua sel + Pertum- is t + Pertumbuhs cater itentt Pi co et nel + Sintasis. 4Metabotisme * Testosteron GAMBAR 9.6. Hormon hipotalamus dan hipofisis anterior utama. Perhatikan bahwa penurunan PIH meningkatkan pelepasan prolaktin. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 294 UNIT 3 KONTROL TERINTEGRASI DAN DISFUNGS! * Tidak adanya umpan balik dari kelenjar target; misalnya, peningkatan TSH dapat terjadi sebagai respons terhadap sekresi TH oleh kelenjar tiroid yang menurun atau tidak ada. KEADAAN PENYAKIT ATAU CEDERA HIPOTIROIDISME Hipotiroidisme terjadi akibat penurunan kadar hormon tiroid yang bersirkulasi. Hipotiroidisme ditandai dengan miksedema, edema non- pitting dan boggy yang terjadi di sekitar mata, kaki, dan tangan, dan juga menginfiltrasi jaringan lain. Hipotiroidisme dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. Apabila hipotiroidisme disebabkan oleh malfungsi kelenjar tiroid, kadar TH yang rendah disertai oleh kadar TSH dan TRH yang tinggi karena tidak adanya umpan balik negatif oleh TH pada hipofisis dan hipota- lamus. Apabila hipotiroidisme terjadi akibat malfungsi hipofisis, kadar TH yang rendah disebabkan oleh kadar TSH yang rendah. TRH dari hipotalamus tinggi karena tidak adanya umpan balik negatif pada pelepasannya oleh TSH atau TH. Hipotiroidisme yang disebabkan oleh malfungsi hipotalamus menyebabkan kadar TH, TSH, dan TRH yang rendah. Hipotiroidisme akibat pengobatan dapat terjadi setelah terapi atau pembedahan tiroid sebelumnya, terapi radioiodin, atau obat- obatan seperti sitokin, amiodaron, dan litium. Lihat halaman C5 untuk ilustrasi yang berhubungan dengan hipotiroidisme. Penyakit Hipotiroidisme * Penyakit Hashimoto, yang juga disebut tiroiditis otoimun, terjadi akibat destruksi autoantibodi jaringan kelenjar tiroid. Hal ini me- nyebabkan penurunan TH, disertai peningkatan kadar TSH dan TRH akibat umpan balik negatif yang minimal. Penyebab tiroiditis otoimun tidak diketahui, namun tampak terdapat kecenderungan genetik untuk terjadinya penyakit ini. * Goiter endemik adalah hipotiroidisme akibat defisiensi iodida dalam makanan. Goiter adalah pembesaran kelenjar tiroid. Goiter terjadi pada defisiensi iodida karena sel tiroid menjadi over aktif berlebihan dan hipertrofik (membesar) dalam usaha untuk me- misahkan semua iodida yang mungkin ada dari aliran darah. Kadar TH yang rendah disertai kadar TSH dan TRH yang tinggi karena umpan balik negatif minimal. * Karsinoma tiroid dapat menyebabkan hipotiroidisme atau hiper- tiroidisme. Terapi untuk kanker yang jarang dijumpai ini adalah tiroidektomi, obat supresi TSH, atau terapi iodin radioaktif untuk menghancurkan jaringan tiroid. Semua terapi ini dapat menyebab- aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 298 UNIT 3 KONTROL TERINTEGRAS! DAN DISFUNGSI + Perubahan kulit dan kondisi rambut dapat terjadi. * Gangguan reproduksi. Perangkat Diagnostik * Riwayat dan pemeriksaan fisik yang baik akan membantu mendiagnosis hipertiroidisme. « Pemeriksaan darah yang mengukur kadar TH (T, dan T,), TSH, dan TRH akan memungkinkan diagnosis kondisi dan lokalisasi ma- salah di tingkat SSP atau kelenjar tiroid. * Penurunan lipid serum dapat menyertai hipertiroidisme. + Penurunan sensitivitas terhadap insulin, yang dapat menyebab- kan hiperglikemia. Komplikasi * Aritmia biasa terjadi pada pasien yang mengalami hipertiroidisme dan merupakan gejala yang terjadi pada gangguan tersebut. Setiap individu yang mengeluhkan aritmia harus dievaluasi untuk mengetahui terjadinya gangguan tiroid. * Komplikasi hipertiroidisme yang mengancam jiwa adalah krisis tirotoksik (badai tiroid), yang dapat terjadi secara spontan pada pasien hipertiroidisme yang menjalani terapi atau selama pembedahan kelenjar tiroid, atau dapat terjadi pada pasien yang tidak terdiagnosis hipertiroidisme. Akibatnya adalah pelepasan TH dalam jumlah yang sangat besar yang menyebabkan takikardia, agitasi, tremor, hipertermia (sampai 106°F) dan apabila tidak diobati, terjadi kematian. Penatalaksanaan Penatalaksanaan bergantung pada tempat dan penyebab hiper- tiroidisme. * Apabila masalahnya berada di tingkat kelenjar tiroid, terapi yang biasanya diberikan adalah obat-obatan antitiroid yang mengham- bat produksi TH atau obat-obatan penyekat beta untuk menu- runkan hiperresponsivitas simpatis. Obat-obatan yang merusak jaringan tiroid juga dapat digunakan. Misalnya, iodin radioaktif (I) yang diberikan dalam sediaan oral, diserap secara aktif oleh sel tiroid yang hiperaktif. Setelah masuk, I'*! merusak sel tersebut. Terapi ini adalah terapi permanen untuk hipertiroidisme dan sering menyebabkan individu menjadi hipotiroid dan memerlukan penggantian TH seumur hidup. * Tiroidektomi parsial atau total dapat menjadi pilihan terapi. Tiroidektomi total menyebabkan hipotiroidisme, begitu pula tiroidektomi parsial. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 302 UNIT 3 KONTROL TERINTEGRAS! DAN DISFUNGSI Kelebihan ACTH juga dapat terjadi akibat produksi ACTH oleh tumor di luar hipofisis atau hipotalamus. Hal ini disebut sebagai sumber ektopik (abnormal) ACTH. Banyak tumor memperlihatkan produksi ektopik ACTH, terutama tumor paru. Kelebihan androgen adrenal dan perubahan warna kulit menjadi gelap akan menyertai tumor penyekresi ACTH. Kadar glukokortikoid yang tinggi juga dapat terjadi karena pemberian kronis kortikosteroid dosis tinggi, terutama kortisol, untuk terapi kondisi inflamasi. Keadaan penyakit ketika pemberian kortikosteroid jangka panjang dilakukan mencakup asma dan beberapa penyakit otoimun yang berbeda. Penyakit Kelebihan Glukokortikoid * Sindrom Cushing adalah keadaan glukokortikoid yang tinggi dan mencakup kelebihan glukokortikoid yang disebabkan oleh pemberian terapeutik kortikosteroid. * Penyakit Cushing yaitu glukokortikoid yang tinggi yang secara spesifik disebabkan oleh malfungsi hipofisis anterior sehingga menimbulkan kelebihan ACTH. Gambaran Klinis « Perubahan metabolisme lemak yang menyebabkan lapisan lemak di punggung (punuk kerbau subklavia), wajah bulan (moon face), abdomen menonjol dengan ekstremitas yang kurus, dan garis regangan (stretch mark) di permukaan payudara, paha, dan abdo- men. Kelemahan otot akibat pemecahan protein. ¢ Hipertensi akibat peningkatan keresponsitan katekolamin. * Kenaikan berat badan yang terjadi akibat stimulasi nafsu makan yang kuat. Karena efek pada glukoneogenesis hepatik, bentuk reversibel diabetes melitus dapat terjadi. * Inhibisi reaksi imun dan inflamasi, yang menyebabkan penyem- buhan luka yang buruk. * Perubahan emosi yang ekstrem (labilitas), kadang-kadang menye- babkan psikosis dan kadang kala menyebabkan bunuh diri. * Maskulinisasi pada wanita dan anak akibat stimulasi androgen adrenal apabila kadar ACTH tinggi. * Perubahan warna kulit menjadi gelap apabila kadar ACTH tinggi. Perangkat Diagnostik « Riwayat dan pemeriksaan fisik yang baik akan membantu mendiagnosis kelebihan glukokortikoid. * Pemeriksaan darah yang mengukur kadar CRH, ACTH, dan glukokortikoid yang berbeda akan memungkinkan diagnosis kon- disi dan lokalisasi masalah di tingkat SSP atau kelenjar adrenal. * Hilangnya pola pelepasan kortisol diurnal normal (pagi hari). aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 306 UNIT 3 KONTROL TERINTEGRAS! DAN DISFUNGSI + Pemeriksaan pencitraan saraf untuk mengidentifikasi tumor hipofisis dapat memperbaiki diagnosis. + Kurang responsif terhadap provokasi GH akan membantu memasti- kan defisiensi GH. Penatalaksanaan * Terapi defisiensi GH pada anak adalah injeksi subkutan GH rekombinan beberapa kali tiap minggu selama usia pubertas atau sebelumnya. Keberhasilan lebih besar pada anak yang diobati secara dini. * Defisiensi GH pada individu dewasa juga dapat diobati dengan injeksi GH. PPERTIMBANGAN PEDIATRIK Kebanyakan anak dengan tubuh yang pendek tidak mengalami abnormalitas endokrin atau genetik, melainkan mengalami predisposisi genetik normal untuk menjadi pendek (mis., orang tua yang pendek). Akan tetapi, anak yang tubuhnya pendek harus dikaji secara cermat untuk menyingkirkan penyakit yang mendasari, termasuk penyakit ginjal, jantung, atau gastrointestinal, dan abnormalitas genetik tertentu seperti sindrom Turner. Obat harus dikaji, misainya, sejak steroid oral yang digunakan untuk mengobati asma kronis dan obat yang digunakan untuk mengatasi gangguan defisit perhatian dilaporkan mengurangi pertumbuhan. Istilah tubuh pendek konstitusional digunakan untuk menggambarkan anak yang lebih pendek daripada orang lain seusianya, dan mereka yang tumbuh dengan kecepatan yang kurang tanpa penyebab yang diketahui. Pada lingkungan tertentu, terapi dengan GH eksogen juga dapat digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan akhir pada populasi ini. Secara umum, terapi GH tampak aman untuk sebagian besar anak tanpa kontraindikasi lain. Pasien yang mengalami sindrom insensitivitas hormon pertumbuhan (mis., defek reseptor) tidak berespons terhadap terapi hormon pertumbuhan eksogen. KELEBIHAN HORMON PERTUMBUHAN Kelebihan hormon pertumbuhan adalah peningkatan kadar GH yang bersirkulasi. Peningkatan kadar GH menyebabkan peningkatan kadar somatomedin dan peningkatan pertumbuhan tulang, kartilago, dan jaringan lain. Efek langsung GH pada pemecahan karbohidrat dan sintesis protein juga terjadi. Kelebihan hormon pertumbuhan biasa- nya disebabkan oleh tumor penyekresi GH di hipofisis anterior. Penyakit Kelebihan GH * Gigantisme, suatu penyakit kelebihan pertumbuhan longitudinal tulang skelet, dijumpai akibat kelebihan GH sebelum pubertas. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 310 UNIT 3 KONTROL TERINTEGRASI DAN DISFUNGSI HIPERPROLAKTEMIA Hiperprolaktemia adalah peningkatan kadar prolaktin bersirkulasi. Hiperprolaktemia dapat disebabkan oleh penurunan sekresi prolactin— inhibiting hormone oleh hipotalamus, atau akibat tumor penyekresi prolaktin di hipofisis (prolaktinoma). Obat fenotiazin tertentu, yang digunakan untuk mengatasi psikosis, kadang menyebabkan hiper- prolaktemia, mungkin dengan memengaruhi hipotalamus. Hiperpro- laktemia juga dapat terjadi pada kehamilan dan selama hipotiroid- isme. Gambaran Klinis + Infertilitas, hipogonadisme, anovulasi, dan amenore pada wanita akibat penurunan sekresi LH atau FSH oleh hipofisis yang diperantarai oleh prolaktin. Hal ini dapat menyebabkan osteope- nia. * Galaktorea (laktasi yang tidak berkaitan dengan melahirkan atau menyusui) dapat terjadi. * Tidak ada tanda klinis yang tampak pada pria. Perangkat Diagnostik « Pemeriksaan darah yang mengukur peningkatan kadar prolaktin akan memungkinkan diagnosis kondisi tersebut. + Pencitraan sela tursika dapat memberikan bukti adanya tumor. Penatalaksanaan * Tumor penyekresi prolaktin dapat direseksi dengan pembedahan. * Apabila kondisi ini berkaitan dengan obat dan pasien khawatir dengan status reproduksinya, pemakaian obat tersebut lebih lanjut harus dievaluasi. + Agonis dopamin (kabergolin dan bromokriptin) untuk menghambat sekresi prolaktin dapat diresepkan. SINDROM KETIDAKTEPATAN HORMON ANTIDIURETIK (ADH) Sindrom ketidaktepatan ADH (syndrome of inappropriate ADH, SIADH) ditandai dengan peningkatan pelepasan ADH dari hipofisis posterior tanpa adanya stimulus normal untuk pelepasan ADH. Peningkatan pelepasan ADH biasanya terjadi sebagai respons terhadap peningkat- an osmolalitas plasma (penurunan konsentrasi air plasma) atau, penurunan tekanan darah dalam tingkat yang lebih ringan. Pada SIADH, ADH tinggi walaupun osmolalitas plasma rendah. Osmolalitas plasma terus berkurang karena ADH menstimulasi reabsorpsi air oleh ginjal. Pelepasan ADH berlanjut tanpa kontrol umpan balik walaupun osmolalitas piasma rendah dan volume darah meningkat. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. Sistem Muskuloskeletal tot rangka dan tulang menunjang dan menggerakkan tubuh. ‘Tulang melindungi organ internal dan digerakkan oleh otot. Otot bertanggung jawab menimbulkan tonus vaskular, kontraksi usus, fungsi genitourinari, dan denyut jantung. Sebagian fungsi otot secara relatif tidak bergantung pada stimulasi saraf atau hormon, sedangkan otot lainnya hanya aktif sebagai respons terhadap stimulasi saraf. Pe- nyakit atau cedera otot dan tulang menyebabkan pergerakan menjadi sulit atau menimbulkan nyeri. Kehidupan menjadi mustahil apabila otot jantung atau pernapasan rusak. KONSEP FISIOLOGIS Terdapat tiga jenis otot: rangka, jantung, dan polos. Proses dasar kontraksi pada ketiga jenis otot tersebut serupa, namun terdapat per- bedaan yang penting. Meskipun fokus bab ini adalah sistem skeletal- muskular, karakteristik unik otot jantung dan otot polos akan dibahas secara singkat. OTOT RANGKA Otot rangka dihubungkan ke tulang melalui tendon. Tendon meng- gerakkan tulang dengan kontraksi otot rangka, yang dikontrol oleh neuron motorik bawah dari medula spinalis. Satu neuron motorik dapat mempersarafi beberapa serabut otot. Neuron motorik dan seluruh serabut otot yang dipersarafinya disebut unit motorik. Se- cara umum, otot yang memiliki kontrol halus hanya memiliki sedikit serabut otot yang dipersarafi oleh neuron motorik tunggal. Otot yang tidak memerlukan kontrol halus (yaitu otot yang menunjang pung- gung) terdiri atas banyak serabut otot per neuron motorik. 314 aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 318 UNIT 3 KONTROL TERINTEGRASI DAN DISFUNGS! natrium yang terdapat di sel otot. Dengan membukanya saluran ini, ion natrium menyerbu masuk ke dalam sel sehingga terjadi depolari- sasi se] (menyebabkan bagian dalam sel bermuatan positif) dan mencetuskan potensial aksi. Potensial aksi disalurkan ke seluruh se- rabut otot sehingga terjadi depolarisasi serabut. Depolarisasi menye- bar ke serabut melalui tubulus kecil, yang disebut tubulus transver- sus (T), yang berjalan di sepanjang taut antara pita A dan I. Apabila bagian dalam sel menjadi positif, ion kalsium dilepaskan dari kantong intrasel kalsium (yang disebut kantung lateral) yang terletak berdekatan dengan tubulus T. Kantong lateral adalah evaginasi kompartemen penyimpanan kalsium intrasel yang besar: retikulum sarkoplasma (sarcoplasmic reticulum, SR). Kadar kalsium intrasel yang tinggi yang dilepaskan dari SR mencetuskan kontraksi otot. Peran Kalsium Intrasel dalam Mencetuskan Kontraksi Otot Ketika serabut otot rangka berada dalam keadaan istirahat, kepala miosin dihambat untuk berikatan dengan molekul aktin karena adanya dua protein lain pada filamen tipis: tropomiosin dan troponin. Tanpa adanya miosin yang berikatan dengan aktin, energi dari ATP tidak dapat dilepaskan, jembatan silang tidak dapat berayun, dan otot tidak dapat berkontraksi. Peningkatan kalsium intrasel mengubah interaksi protein ini dan menyebabkan kontraksi. Pada keadaan istirahat, tropomiosin melekat pada molekul aktin dengan cara sedemikian rupa sehingga menghambat pengikatan jem- batan silang miosin di suatu tempat di aktin. Troponin melekat pada molekul aktin dan tropomiosin. Troponin juga memiliki tempat peng- ikatan untuk kalsium. Ketika konsentrasi kalsium di bagian dalam sel meningkat, kalsium berikatan dengan troponin sehingga menyebab- kan posisi troponin pada molekul tropomiosin bergeser. Hal ini me- nyebabkan posisi tropomiosin pada aktin bergeser sehingga membuka tempat pengikatan untuk miosin. Saat tempat pengikatan pada aktin terbuka, kepala miosin segera berikatan dengan aktin dan melepas- kan energi yang disimpannya, dan jembatan silang berayun. Filamen bergeser satu sama lain dan otot berkontraksi. Semakin banyak jumlah jembatan silang yang berhubungan dan terayun pada satu waktu, semakin besar tegangan yang dihasilkan oleh otot. Peng- gabungan cksitasi-kontraksi dan peran kalsium dijelaskan pada Gambar 10.3. Setelah sctiap ayunan jembatan silang, molekul ATP yang baru berikatan dengan molekul miosin (ADP dan P lama telah dilepaskan). Hal ini menyebabkan jembatan silang miosin terpisah dari aktin dan serabut mengalami relaksasi. Saat mengalami relaksasi, molekul ATP baru terpecah, dan energinya kembali disimpan dalam kepala miosin. Apabila kalsium intrasel tetap tinggi, jembatan silang miosin akan kembali mengikat aktin, dan energi ini akan dilepaskan sehingga me- aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 322 UNIT 3 KONTROL TERINTEGRASI DAN DISFUNGSI Kontraksi lsometrik Kontraksi isometrik adalah kontraksi ketika terjadi ayunan jembatan silang dan terbentuk tegangan tanpa pemendekan otot. Kontraksi isometrik terjadi ketika individu mencoba mengangkat beban yang memerlukan tegangan yang lebih besar daripada tegangan yang dapat dihasilkan oleh otot. Tidak ada kerja mekanis yang dilakukan. Tegang- an terbentuk, tetapi otot tidak memendek. Kontraksi Isotonik Kontraksi isotonik terjadi saat otot memendek karena mengangkat beban yang konstan. Kerja terjadi untuk mengangkat beban tersebut. Salah satu contoh kontraksi isotonik adalah ketika seorang atlet ang- kat berat mengangkat barbel. Sebagian besar kontraksi otot men- cakup periode isotonik dan isometrik. Elemen Elastik Serial Biasanya terdapat penundaan antara eksitasi otot dan kontraksi iso- tonik. Penundaan tersebut terjadi karena komponen elastik otot, ter- masuk tendon dan pelekatan sarkomer, harus memendek sebelum otot itu sendiri memendek. Komponen elastik otot disebut elemen elastik serial. Apabila terjadi kontraksi otot kedua sebelum elemen elastik serial mengalami relaksasi, tidak terjadi penundaan, dan tegangan otot dapat ditingkatkan segera. Konsep elemen elastik serial ini dapat lebih mudah dipahami dengan membayangkan per yang di- lah makaimum [pommel] Sibinotn tin 100 50 Jgmbatan silang tidak C amg | SE Pembentukan Tegangan (% maksimum) Panjang Sarkomer (mikrometer) GAMBAR 10.5. Kurva panjang-tegangan. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 326 UNIT 3 KONTROL TERINTEGRASI DAN DISFUNGSI polos di end plate spesifik, namun bercabang melingkupi sel otot dan secara difus melepaskan zat transmiter di atas serabut. « Sebagian otot polos berfungsi sebagai suatu unit yang terdiri atas jutaan serabut. Serabut ini berkontraksi sebagai respons terhadap potensial aksi yang dihasilkan dari regangan mekanis, pelepasan mediator kimia lokal, atau stimulasi sarafatau hormonal. Pencetus- an potensial aksi secara spontan dapat juga terjadi. Pada otot polos jenis ini, potensial aksi yang terbentuk dari berbagai sumber, disalurkan dari satu sel ke sel lain melalui gap junction. Otot polos jenis ini disebut otot polos unit-tunggal. Otot polos jenis ini dijumpai di usus, di seluruh saluran genitourinari, dan di banyak pembuluh darah. * Sebagian serabut otot polos berkontraksi secara individual dan hanya sebagai respons terhadap stimulasi saraf. Serabut ini biasa- nya dipersarafi oleh satu neuron yang melepaskan ACh atau nor- epinefrin. Serabut ini mengalami depolarisasi dan berkontraksi, namun biasanya tidak mencetuskan potensial aksi. Otot polos je- nis ini disebut otot polos multi-unit. Otot polos jenis ini dijumpai pada otot mata dan otot yang mengelilingi folikel rambut. Ketika berkontraksi, otot ini menyebabkan rambut berdiri pada kulit. + Walaupun otot polos memiliki aktin dan miosin, dan memecahkan ATP untuk menghasilkan tegangan, filamen tipis pada serabut otot polos tidak memiliki troponin. Ketixa kadar kalsium intrasel me- ningkat pada serabut otot polos, kalsium berikatan dengan suatu protein yang disebut kalmodulin, yang menyebabkan fosforilasi salah satu rantai ringan kepala miosin. Fosforilasi rantai ringan memungkinkan kepala miosin berikatan dengan aktin dan me- mecahkan ATP. « Sarkomer otot polos tidak memperlihatkan gambaran serabut lin- tang di bawah mikroskop, namun polanya lebih difus dan kurang teratur sehingga memungkinkan otot berkontraksi dalam rentang panjang yang berbeda-beda. Pada serabut otot polos terdapat lebih banyak molekul aktin daripada molekul miosin walaupun pemben- tukan tegangan maksimainya sama. * Pada otot polos, sebagian besar kalsium masuk dari cairan ekstra- sel melalui saluran kalsium peka-voltase. Sebagian kalsium dilepaskan dari retikulum sarkoplasma. Pada sebagian otot polos, kadar kalsium intrasel-selalu cukup untuk mempertahankan tingkat rendah hubungan jembatan silang. Hal ini menimbulkan tonus otot istirahat pada otot ini. + Kecepatan siklus jembatan silang dan kontraksi otot lebih lambat pada otot polos dibandingkan dengan otot rangka, kemungkinan besar karena kepala miosin memiliki lebih sedikit ATPase. Dengan demikian, diperlukan waktu lebih lama untuk memecahkan ATP sehingga memperlama waktu miosin untuk berlekatan dengan aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 330 UNIT 3 KONTROL TERINTEGRAS! DAN DISFUNGSI hipotesis bahwa estrogen mengurangi resorpsi tulang dengan meng- hambat efek hormon paratiroid pada osteoklas; mekanisme ini tidak diketahui. Efek Lain Hormon Paratiroid Hormon paratiroid meningkatkan kalsium serum dengan menurunkan ekskresi kalsium oleh ginjal. Hormon paratiroid juga meningkatkan ekskresi ion fosfat oleh ginjal sehingga menurunkan kadar fosfat darah. Aktivasi vitamin D di ginjal bergantung pada hormon para- tiroid. Kalsitonin dan Aktivitas Osteoklas Kalsitonin adalah hormon yang disekresi oleh kelenjar tiroid sebagai respons terhadap kalsium serum yang tinggi. Kalsitonin memiliki efek yang lemah dalam menghambat aktivitas dan pembentukan osteoklas. Efek ini meningkatkan kalsifikasi tulang sehingga menurunkan kadar kalsium serum. Remodeling Keseimbangan antara aktivitas osteoblas dan osteoklas menyebabkan tulang terus-menerus diperbarui atau mengalami remodeling. Pada anak dan remaja, aktivitas osteoblas melebihi aktivitas osteoklas se- hingga menyebabkan penebalan dan pemanjangan skelet. Aktivitas osteoblas juga melebihi aktivitas osteoklas pada tulang yang pulih dari fraktur. Pada dewasa muda, aktivitas osteoblas dan aktivitas osteoklas biasanya seimbang sehingga jumlah total massa tulang konstan. Pada usia pertengahan, aktivitas osteoklas melebihi aktivitas osteoblas dan densitas tulang mulai berkurang. Aktivitas osteoklas juga meningkat pada tulang yang mengalami imobilisasi. Pada usia dekade ketujuh atau kedelapan, dominasi aktivitas osteoklas dapat menyebabkan tulang menjadi rapuh sehingga mudah patah. Aktivitas osteoklas dikontrol oleh beberapa faktor fisik dan hormon. Jenis Tulang Tulang diklasifikasikan sebagai panjang, pendek, pipih, atau tidak beraturan. Tulang panjang ditemukan di ekstremitas, sedangkan tu- lang pendek dijumpai di pergelangan kaki dan pergelangan tangan. Tulang pipih ditemukan di tengkorak dan selubung iga. Tulang tidak beraturan mencakup vertebra, tulang wajah, dan rahang. Tulang panjang terdiri atas batang tebal panjang, yang disebut diafisis, dan dua ujung, yang disebut epifisis. Di sebelah proksimal dari setiap epifisis terdapat metafisis. Di antara epifisis dan metafisis terdapat daerah kartilago yang tumbuh, yang disebut lempeng epifisis atau lempeng pertumbuhan. Tulang panjang tumbuh dengan cara mengakumulasi kartilago di lempeng epifisis. Kartilago digantikan aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 334 UNIT 3 KONTROL TERINTEGRASI DAN DISFUNGSI hampir hanya terdapat pada pria. Pada sekitar 50% kasus, penyakit ini memperlihatkan riwayat keluarga yang jelas dan diturunkan dari ibu kepada anak laki-lakinya. Lima puluh persen lainnya terjadi sebagai mutasi spontan pada kromosom X sebelum atau selama konsepsi. Karena pria hanya memiliki satu kromosom X, gen defektif yang menyebabkan penyakit tidak dikompensasi oleh gen sehat pada kromosom X yang lain. Distrofi otot Duchenne terjadi akibat defek pada gen yang meng- hasilkan protein distrofin. Distrofin tampak bekerja sebagai tempat untuk filamen aktin; tanpa distrofin, serabut otot benar-benar ter- putus dengan kontraksi yang berulang. Tanpa distrofin, sel otot mati dan kemudian difagositosis dan digantikan oleh jaringan lemak. Kelemahan sel otot dimulai di daerah panggul pada saat anak yang terkena berusia sekitar 2 atau 3 tahun. Kelemahan tersebut menyebar ke tungkai dan tubuh bagian atas dalam 3 sampai 5 tahun. Ketika sel otot mati, jaringan parut dan sel lemak menggantikan sel yang mati sehingga otot (terutama otot betis) tampak kuat dan berisi (disebut pseudohipertrofi) walaupun pada kenyataannya otot tersebut lemah dan berfungsi dengan buruk. Akhirnya, skelet mulai mengalami deformitas dan anak semakin tidak dapat bergerak dan akhirnya terbatas gerakannya pada kursi roda. Otot jantung sering terkena dan sekitar 50% anak yang terkena mengalami gagal jantung. Upaya pernapasan secara progresif terganggu, berkaitan dengan disfungsi diafragma dan otot pernapasan lain serta ketidakmampuan mengem- bangkan dada karena adanya kifosis berat. Disfungsi otot polos dapat menyebabkan gangguan GI. Retardasi mental juga dapat terjadi. Ke- matian biasanya terjadi akibat komplikasi pernapasan atau jantung pada usia 20-an atau lebih muda. Gambaran Klinis Distrofi Otot Duchenne * Canggung, gaya berjalan terguncang-guncang, dan sering jatuh pada todler. * Berjalan dengan jari kaki karena kelemahan tibia anterior. + Penurunan refleks tendon dalam. + Pseudohipertrofi otot betis. + Manuver Gowers, dengan cara itu anak menggunakan lengannya untuk mengangkat tungkainya ke atas ketika berdiri dari lantai, dijumpai selama usia todler. + Imobilitas dan keterbatasan pada kursi roda pada usia remaja awal. + Kurvatura spina (kifoskoliosis) yang disebabkan oleh kelemahan otot postural. « Infeksi pernapasan berulang akibat kegagalan mengembangkan paru secara maksimal. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 338 UNIT 3 KONTROL TERINTEGRASI DAN DISFUNGSI * Gangguan sensasi atau kesemutan dapat terjadi, yang menanda- kan kerusakan saraf. Denyut nadi di bagian distal fraktur harus utuh dan sama dengan bagian nonfraktur. Hilangnya denyut nadi di sebelah distal dapat menandakan sindrom kompartemen (lihat bagian selanjutnya) walaupun adanya denyut nadi tidak me- nyingkirkan gangguan ini. + Krepitus (suara gemeretak] dapat terdengar saat tulang digerakkan karena ujung ujung patahan tulang bergeser satu sama lain. Perangkat Diagnostik * Radiograf dapat menunjukkan fraktur tulang. * Scan tulang dapat menunjukkan fraktur stres. Komplikasi * Non-union, delayed union, atau mal-union tulang dapat terjadi, yang menimbulkan deformitas atau hilangnya fungsi. * Sindrom kompartemien dapat terjadi. Sindrom kompartemen ditandai oleh kerusakan atau destruksi saraf dan pembuluh darah yang disebabkan oleh pembengkakan dan edema di dacrah frak- tur. Dengan pembengkakan interstisial yang intens, tekanan pada pembuluh darah yang menyuplai daerah tersebut dapat menyebab- kan pembuluh darah tersebut kolaps. Hal ini menimbulkan hipok- sia jaringan dan dapat menyebabkan kematian saraf yang mem- persarafi daerah tersebut. Biasanya timbul nyeri hebat. Individu mungkin tidak dapat menggerakkan jari tangan atau jari kakinya. Sindrom kompartemen biasanya terjadi pada ekstremitas yang me- miliki restriksi volume yang ketat, seperti lengan. Risiko terjadinya sindrom kompartemen paling besar apabila terjadi trauma otot dengan patah tulang karena pembengkakan yang terjadi akan hebat. Pemasangan gips pada ekstremitas yang fraktur yang ter- lalu dini atau terlalu ketat dapat menyebabkan peningkatan tekan- an di kompartemen ekstremitas, dan hilangnya fungsi secara per- manen atau hilangnya ekstremitas dapat terjadi. Gips harus segera dilepas dan kadang-kadang kulit ekstremitas harus dirobek. Un- tuk memeriksa sindrom kompartemen, hal berikut ini dievaluasi dengan sering pada tulang yang cedera atau digips: nyeri, pucat, parestesia, dan paralisis. Denyut madi mungkin teraba atau mungkin tidak. + Embolus lemak-dapat timbul setelah patah tulang, terutama tu- lang panjang. Embolus lemak dapat timbul akibat pajanan sum- sum tulang, atau dapat terjadi akibat aktivasi sistem saraf simpa- tis yang menimbulkan stimulasi mobilisasi asam lemak bebas setelah trauma. Embolus lemak yang timbul setelah patah tulang panjang sering tersangkut di sirkulasi paru dan dapat menimbul- kan gawat napas dan gagal napas aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 342 UNIT 3 KONTROL TERINTEGRASI DAN DISFUNGSI Minuman ini tidak hanya sering menggantikan susu dalam diet, tetapi minum- an ini dapat menyebabkan resorpsi tulang secara tidak langsung dengan me- mengaruhi penanganan kalsium. Gambaran Klinis * Walaupun berlanjut secara membahayakan, osteoporosis mungkin tidak berhubungan dengan berbagai gambaran Klinis kecuali jika patah tulang terjadi. Nyeri dan deformitas biasanya menyertai patah tulang. + Dengan melemah dan kolapsnya korpus vertebra, tinggi individu dapat berkurang atau terjadi kifosis (kadang-kadang discbut dowager’s hump). * Pada tahun 2004, U. S. Surgeon General mengidentifikasi fraktur trauma rendah sebagai kejadian sentinel yang menunjukkan kesehatan tulang yang buruk yang harus dianggap sebagai indi- kasi untuk skrining densitas tulang, bahkan pada individu berusia muda atau orang lain yang tidak dianggap berisiko tinggi meng- alami osteoporosis. Perangkat Diagnostik ¢ Riwayat keluarga dan personal yang cermat akan mengidentifikasi pasien yang berisiko mengalami osteoporosis. Pemeriksaan fisik yang mengidentifikasi kifosis dan penurunan tinggi yang dapat terlihat akan membantu diagnosis. ¢ Isi mineral-tulang pada seluruh tubuh, dan densitas mineral- tulang pada tulang spesifik seperti spina lumbalis, leher femoral, dan batang femur, tibia, fibula, dan radius distal, sering dikaji de- ngan menggunakan absorpsiometri radiograf energi-dual. Peng- ukuran ini memberikan gambaran yang akurat mengenai massa tulang dan memungkinkan klinisi untuk mencatat kecepatan keru- sakan tulang, Pemeriksaan densitas tulang yang menunjukkan densitas tulang kurang dari dua deviasi standar di bawah normal (berdasarkan rerata wanita muda) dianggap abnormal. Komplikasi « Fraktur pangkal paha, pergelangan tangan, kolumna vertebralis, dan panggul. * Hospitalisasi, penempatan di nursing home, dan penurunan ke- mampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari dapat terjadi setelah fraktur osteoporosis. Penatalaksanaan ¢ Pencegahan osteoporosis dimulai sejak masa kanak-kanak dan: remaja dengan pembentukan kebiasaan berolahraga dan nutrisi yang baik sepanjang hidup untuk memperkuat tulang. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 346 UNIT 3 KONTROL TERINTEGRAS! DAN DISFUNGS! * Rakitis ditandai oleh deformitas skelet permanen, termasuk tung- kai yang melengkung, lordosis lumbal (kecembungan spina), serta deformitas tengkorak dan iga. Anak mungkin tidak dapat berjalan tanpa alat bantu. Anak tersebut juga dapat menunjukkan per- tumbuhan gigi yang buruk. Perangkat Diagnostik + Evaluasi radiograf dapat memperlihatkan penurunan osifikasi tulang. + Pengukuran kalsium dan fosfat serum akan memperlihatkan kadar yang rendah pada kasus yang berat. Penatalaksanaan + Terapi vitamin D disertai suplementasi kalsium diperlukan. * Apabila osteomalasia atau rakitis disebabkan oleh penyakit lain, penyakit tersebut akan memerlukan terapi. OSTEOARTRITIS Osteoartritis adalah penyakit tulang degeneratif yang ditandai oleh pengeroposan kartilago artikular (sendi). Tanpa adanya kartilago se- bagai penyangga, tulang di bawahnya mengalami iritasi, yang me- nyebabkan degenerasi sendi. Osteoartritis dapat terjadi secara idiopa- tik (tanpa diketahui sebabnya) atau dapat terjadi setelah trauma, dengan stres berulang seperti yang dialami oleh pelari jarak jauh atau balerina, atau berkaitan dengan deformitas kongenital. Individu yang mengalami hemofilia atau kondisi lain yang ditandai oleh pembeng- kakan sendi kronis dan edema, dapat mengalami osteoartritis. Osteo- artritis sering dijumpai pada lansia, yang mengenai lebih dari 70% pria dan wanita yang berusia di atas 65 tahun. Obesitas dapat mem- perburuk kondisi ini. Gambaran Klinis * Nyeri dan kekakuan pada satu atau lebih sendi, biasanya pada tangan, pergelangan tangan, kaki, lutut, spina bagian atas dan bawah, panggul, dan bahu. Nyeri dapat berkaitan dengan rasa ke- semutan atau kebas, terutama pada malam hari * Pembengkakan sendi yang terkena, disertai penurunan rentang gerak. Sendi mungkin tampak mengalami deformitas. « Nodus Heberden, pertumbuhan tulang di sendi interfalangeal dis- tal pada jari tangan, dapat terbentuk. Perangkat Diagnostik * Artroskopi (visualisasi sendi melalui instrumen serabut-optik), MRI, dan CT scan dapat mendukung diagnosis klinis. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 350 UNIT 3 KONTROL TERINTEGRASI DAN DISFUNGSI Perangkat Diagnostik + Peningkatan kadar fosfatase alkali serum. Fosfatase alkali dilepas- kan pada cedera sel dan memperlihatkan kadar tinggi selama perio- de pembentukan tulang cepat. + Analisis fibroblas pada kultur kulit akan memperlihatkan pe- nurunan kuantitas sel penghasil jaringan penyambung. * Diagnosis prenatal OI dapat dilakukan. Komplikasi * Bayi yang bersifat homozigot untuk kondisi resesif-autosom sering meninggal saat lahir atau meninggal dalam tahun pertama ke- hidupan. Penatalaksanaan * Terapi ditujukan untuk mengurangi kejadian fraktur dengan meng- ajarkan tindakan keamanan. ¢ Stabilisasi fraktur secara aman dengan fiksasi internal sering dilakukan. + Suplementasi hormon pertumbuhan tingkat sedang dapat memperbaiki hasil pertumbuhan dan mengurangi kejadian frak- tur. SKOLIOSIS Skoliosis adalah kurvatura tulang belakang (spina). Skoliosis dapat terjadi akibat deformitas struktural aktual kolumna vertebra yang ada pada saat lahir (kongenital) atau dapat terjadi akibat penyakit neuromuskular seperti atau distrofi otot. Sebagian skoliosis struk- tural dapat terjadi tanpa diketahui sebabnya (idiopatik) atau karena postur yang buruk. Skoliosis menyekabkan deformitas dan kadang- kadang nyeri. Apabila keadaan ini tidak diatasi, fungsi pernapasan dan paru dapat terganggu. Gambaran Klinis * Abnormalitas penampilan vertebra yang biasa yaitu cekung-cem- bung-cekung yang terlihat menurun dari bahu sampai bokong. + Penonjolan iga di sisi cembung. ¢ Tinggi krista iliaka yang tidak sama, yang dapat menyebabkan satu tungkai lebih pendek daripada tungkai lainnya. ¢ Asimetri selubung toraks dan ketidaksejajaran vertebra spinalis akan tampak apabila individu membungkuk. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 354 UNIT 3 KONTROL TERINTEGRAS! DAN DISFUNGS! PENYAKIT OSGOOD-SCHLATTER Penyakit Osgood-Schlatter adalah kondisi ketika terdapat pemisahan parsial epifisis tibia dari tuberositas tibia (daerah sendi lutut). Hal ini terjadi akibat stres fisik yang ada pada lutut selama periode pertumbuhan cepat pada awal pubertas. Stres biasanya berkaitan dengan olahraga seperti berlari, bersepeda, mendaki, atau hiking. Kondisi ini terutama sering terjadi pada remaja laki-laki yang berusia dari 11 sampai 15 tahun, dan remaja perempuan dari 8 sampai 13 tahun. Inflamasi tendon patela (tendonitis) terjadi, seperti pada perkembangan kartilago yang mengalami osifikasi di tuberositas tibia. Kondisi ini biasanya memiliki rentang waktu tertentu dan gejala sembuh saat terjadi penutupan lempeng pertumbuhan tibia di akhir pubertas. Kadang-kadang gejala minor dapat berlanjut pada masa dewasa. Gambaran Klinis + Nyeri di depan hutut, terutama selama aktivitas fisik atau ber- lutut. Perangkat Diagnostik * Riwayat dan pemeriksaan fisik yang cermat digunakan untuk men- diagnosis penyakit Osgood-Schlatter. MRI atau radiografi dapat di- gunakan untuk menyingkirkan penyebab nyeri lainnya. Komplikasi ¢ Kondisi ini biasanya memiliki rentang waktu tertentu. Nyeri kadang-kadang dapat berlanjut hingga pubertas akhir. Penatalaksanaan * Terapi biasanya terbatas pada penggunaan obat anti-inflamasi dan kompres es setelah olahraga. Istirahat dan menahan diri dari olahraga mungkin diperlukan sclama rekuensi penyakit (flare-up). Penahan atau penopang lutut dapat menjadi salah satu dari be- berapa penggunaannya. + Kadang-kadang, pembedahan dapat dilakukan apabila kondisi parah atau tampak dipersulit oleh perkembangan fragmen tulang pada tendon patela. TUMOR TULANG Tumor tulang dapat bersifat kanker atau benigna. Kanker tulang dapat terjadi sebagai penyakit primer (yang berasal dari tulang) atau lebih sering terjadi akibat metastasis dari tumor lain. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 358 UNIT 3 KONTROL TERINTEGRAS! DAN DISFUNGS! Pupil Ruang anterior Iris Konjungtiva Komea. | Kanal Schiemm Korpus siliare, Prosesus Ruang posterior Korpus vitraum Pembuluh. ic darah retina Koreid Sklera Otot rektus —Hl) \S Otor rektus medial : lateral Saraf optikus. GAMBAR I1.1. Potongan transversal bola mata. (Dari Porth, C. [2005]. Patho- physiology: Concepts of altered health states [7th ed.]. Philadelphia: Lippincott Williams & ilkins.), sklera menjadi membran transparan, kornea, Berkas cahaya masuk ke mata melalui kornea. Melalui kelengkungan alaminya, kornea membiaskan berkas cahaya sehingga menyebabkan cahaya menjadi kurang berpencar dan lebih terfokus pada jaringan di bawahnya. Bayangan yang diproyeksikan melalui kornea menjadi terbalik atas bawah dan kiri kanan saat jatuh ke bagian belakang mata. Koroid, suatu membran berpigmen yang berada di bawah sklera, membantu mengurangi hamburan cahaya. Tepat di bawah kornea, koroid menjadi iris. Iris adalah membran berwarna yang menyebab- kan mata memiliki warna. Di bagian tengah iris terdapat daerah tanpa pigmen: pupil. Kornea memfokuskan berkas cahaya pada pupil. Diameter pupil dikontrol oleh otot polos yang menginervasi iris. Otot ini menyebabkan pupil berkontraksi pada keadaan terang dan berdilatasi pada keadaan gelap. Otot yang mengontrol diameter pupil dipersarafi oleh saraf parasimpatis dan simpatis. Stimulasi para- simpatis menyebabkan pupil berkonstriksi, dan stimulasi simpatis menyebabkan pupil berdilatasi. Diameter pupil yang bervariasi me- nentukan jumlah cahaya yang masuk lebih dalam ke mata. Di sebelah posterior iris dan pupil terdapat lensa. Lensa adalah struktur transparan melengkung yang membiaskan berkas cahaya lebih lanjut. Dengan melewati lensa, berkas cahaya difokuskan tepat di bagian paling posterior dan bagian sensitif pada mata, retina. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 362 UNIT 3 KONTROL TERINTEGRAS! DAN DISFUNGSI dan memproyeksikan diri ke sisi kiri otak, Penyeberangan ini me- mungkinkan kedua hemisfer serebril mengakses informasi dari setiap mata. Serabut lain tidak menyeberang ke sisi. Saraf optikus berakhir di talamus, di daerah yang disebut nukleus genikulatus lateral dorsal, dan di daerah tersebut mengaktivasi neuron lain yang kemudian memproyeksikan diri ke lobus oksipitalis. Korteks penglihatan di otak terletak di lobus oksipitalis—daerah otak yang menginterpretasikan sinyal listrik sebagai bayangan visual yang bermakna (Gambar. 11.2). Integritas bayangan dari nukleus genikulatus lateral dorsal ke lobus oksipitalis dipastikan karena setiap sel di nukleus genikulatus lateral dorsal menyalurkan informasi dalam susunan spasial yang persis sama ke korteks penglihatan. Jaras penglihatan diperlihatkan pada Gambar 11.3. Inhibi: Scrabut desenden dari pusat otak yang lebih tinggi dapat memenga- ruhi transmisi sinyal dari nukleus genikulatus lateral dorsal ke korteks penglihatan. Serabut inhibisi dan eksitasi ini datang dari korteks penglihatan itu sendiri dan dari daerah batang otak. Stimu- lasi desenden dapat membatasi atau menonjolkan informasi peng- lihatan yang dapat disalurkan ke kesadaran. Desenden ke Nukleus Genikulatus Lateral Dorsal Korteks somatosensori Lobus Korteks parietalis pendengaran Korteks Lobus. fronialis. Lobus oksipitalis GAMBAR 11.2. Area sensorik primer korteks serebri. (Digunakan atas izin dari Vander, A. J., Sherman, J., & Luciano, D. [1998]. Human physiology [7th ed.]. Boston: McGraw-Hill.) aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 366 UNIT 3 KONTROL TERINTEGRASI DAN DISFUNGS! gendang bergetar. Frekuensi getaran gendang telinga bergantung pada frekuensi gelombang suara. Telinga tengah memiliki tiga prosesus (tonjolan) tulang, yang ter- hubung dalam rangkaian ke gendang telinga: maleus, inkus, dan stapes. Getaran gendang telinga disalurkan dari satu tulang kecil ke tulang lainnya, yang akhirnya mengenai jendela oval. Jendela oval adalah membran kecil di pintu masuk telinga dalam. Karena jendela oval lebih kecil daripada membran timpani, kekuatan gelombang su- ara pada jendela oval per unit area meningkat secara signifikan. Telinga tengah dihubungkan ke hidung dan tenggorokan melalui tuba eustachius. Walaupun secara normal tertutup, tuba eustachius terbuka pada saat menguap atau menelan. Pembukaan ini memung- kinkan tekanan di telinga tengah tetap sama dengan tekanan atmos- fer. Telinga Dalam Telinga dalam adalah organ kompleks yang terdiri atas dua struktur rumit: labirin tulang di bagian luar dan labirin membranosa di bagian dalam. Labirin tulang dipisahkan dari labirin membranosa oleh cairan kental yang disebut perilimfe. Labirin membranosa ‘diisi dengan cairan yang sedikit berbeda yang disebut endolimfe. Di labirin tulang terdapat koklea, vestibulum, dan saluran semisirkular. Koklea adalah organ yang bertanggung jawab mengubah gelombang suara menjadi potensial aksi. Vestibulum dan saluran semisirkular mempertahankan ekuilibrium dan keseimbangan. Koklea Koklea adalah organ berbentuk seperti rumah siput, yang diisi dengan perilimfe. Koklea dipisahkan di bagian tengah oleh struktur yang di- sebut membran basilar. Di membran basilar terdapat selimut sel rambut yang bersama membran basilar, membentuk organ Corti Sel-sel rambut di membran basilar mengalami depolarisasi saat bentuknya berubah atau tertekuk. Setiap sel rambut bersinaps pada neuron aferen, yang aksonnya membentuk saraf akustik. Depolari- sasi sel rambut mencetuskan potensial reseptor, yang apabila cukup besar, menstimulasi potensial aksi di neuron aferen. Sel rambut di- tutupi oleh membran yang menggantung, yang disebut membran tektorial. Ketika gelombang suara melewati telinga dalam, gelombang ini melawan membran tektorial sehingga sel-sel rambut tertekuk. Transmisi Gelombang Suara Ketika gelombang suara mengenai jendela oval, tercipta gelombang tekanan di telinga dalam yang berisi cairan. Gelombang tekanan me- nyebabkan perpindahan mirip gelombang pada membran basilar ter- hadap membran tektorial yang menggantung. Ketika sel-sel rambut aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 370 UNIT 3 KONTROL TERINTEGRASI DAN DISFUNGSI bau spesifik. Depolarisasi yang signifikan atau hiperpolarisasi silia menyebabkan pencetusan potensial aksi di neuron saraf olfaktorius (saraf kranial I) yang berakhir di bulbus olfaktorius lobus frontalis. Dari sana, sinyal bergerak ke korteks penciuman di sistem limbik otak (lihat Gambar 11.2). Sel reseptor olfaktorius cepat beradaptasi terhadap bau yang kontinu. Jaras penciuman diperlihatkan dalam Gambar 11.7. PeRTIMBANGAN GERIATRIK Penurunan ketajaman pengecapan dan penciuman terjadi sejalan dengan penuaan yang normal. Penyakit penyerta, termasuk penyakit Alzheimer, dan obat-obatan tertentu yang diminum oleh lansia dapat memperburuk penurunan pengecapan dan penciuman yang normal. Penurunan pengecapan dan penciuman dapat menyebabkan kurangnya nafsu makan yang terlihat pada beberapa individu lansia dan dapat menjelaskan sebagian mengapa lansia sering memberi garam terlalu banyak ke dalam makanan mereka. Yang menarik, persepsi rasa manis tidak hilang sejalan dengan usia, yang dapat menyebabkan kenaikan berat badan yang terlihat pada beberapa individu. SENTUHAN Sensasi taktil mencakup pengenalan sentuhan, tekanan, dan getaran oleh tubuh. Masing-masing sensasi tersebut tampak diperantarai oleh reseptor yang hanya berbeda lokasinya; reseptor sentuhan terletak pada atau di dekat kulit, sedangkan reseptor tekanan terletak lebih dalam di jaringan. Getaran dirasakan sebagai stimulus yang berulang secara cepat yang mengaktifkan baik reseptor sentuhan maupun reseptor tekanan. Reseptor Taktil Terdapat beberapa jenis reseptor taktil yang tersebar di seluruh tubuh. Reseptor taktil adalah mekanoreseptor, sel yang berespons terhadap deformasi fisik dan kompresi dengan depolarisasi, yang menyebabkan potensial reseptor. Apabila depolarisasinya cukup besar, serabut saraf yang melekat ke reseptor mencetuskan potensial aksi dan menyalur- kan informasi ke medula spinalis dan otak. Reseptor taktil yang ber- beda memiliki sensitivitas dan kecepatan mengirim impuls yang ber- beda pula. Reseptor taktil juga bervariasi dalam hal jenis serabut saraf yang menyalurkan sinyalnya ke medula spinalis dan otak. Serabut Saraf Perifer yang Menyalurkan Informasi Taktil Sensasi taktil dibawa ke medula spinalis oleh salah satu dari tiga jenis neuron sensorik: serabut tipe A beta (f) yang besar, serabut tipe aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 374 UNIT 3 KONTROL TERINTEGRASI DAN DISFUNGSI Tekanan-Getaran-Sentuhan Suhu Mekanoreseptor Ujung Saraf Bebas Medula Spinalis Medula Spinalis Sistem Aktivasi Talamus Retikular Korteks Somatosensorik Talamus LOBUS PARIETALIS: Korteks Somatosensorik GAMBAR 1 1.8.Jaras sentuhan. JERTIMBANGAN GERIATRIK Sensasi suhu menurun pada lansia. Penurunan sensasi dapat mengakibat- kan timbulnya luka bakar secara tidak sengaja karena bantalan pemanas atau mandi air panas. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 378 UNIT 3 KONTROL TERINTEGRASI DAN DISFUNGSI dapat menjadi rusak akibat terpajan dengan suara bising tingkat tinggi dalam waktu lama atau setelah penggunaan obat ototoksik (merusak telinga). Obat ototoksik adalah antibiotik aminoglikosida (gentamisin, neomisin, dan streptomisin), analgesik (aspirin), tem- bakau, dan alkohol. Penyakit sistemik, termasuk diabetes melitus dan sifilis, juga dapat menyebabkan gangguan pendengaran senso- rineural PERTIMBANGAN PEDIATRIK Gangguan pendengaran sensorineural kongenital dapat terjadi setelah janin terpajan dengan rubela atau obat yang dikonsumsi ibu (termasuk golongan aminoglikosida). Gangguan pendengaran sensorineural kongenital juga dapat diwariskan. PPERTIMBANGAN GERIATRIK Membran basilar koklea mengeras sejalan dengan pertambahan usia sehingga terjadi gangguan pendengaran sensorineural yang disebut presbikusis. Sel. rambut reseptor mati dan tidak diganti. Hilangnya reseptor di rentang frekuen- si tinggi sangat sering terjadi. Karena perubahan tersebut, lansia lebih mampu mendengar suara bernada berat dibandingkan dengan suara yang melengking. TINITUS Tinitus adalah suara berdenging di satu atau kedua telinga. Tinitus dapat menyertai penimbunan kotoran telinga atau presbikusis. Over- dosis aspirin atau obat lain dapat mencetuskan tinitus. Infeksi telinga tengah, penyakit Méniére, atau otosklerosis (osifikasi ireguler tulang telinga tengah) juga dapat menyebabkan tinitus. VERTIGO Sensasi gerakan atau berputar, yang sering dijelaskan sebagai perasaan kehilangan keseimbangan, disebut vertigo. Vertigo kadang- kadang disertai oleh mual, kelemahan, dan kebingungan mental. Inflamasi telinga dalam, terutama saluran semisirkular, adalah penyebab tersering vertigo. Gangguan saraf kranial juga dapat menyebabkan vertigo. Obat-obatan seperti aminoglikosida, aspirin, dan loop diuretic dapat menyebabkan pusing dan ketidakseimbangan, yang juga berhubungan dengan efek merusak pada telinga dalam. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 382 UNIT 3 KONTROL TERINTEGRAS! DAN DISFUNGSI Komplikasi * Gangguan penglihatan dapat terjadi jika tidak diobati. Penatalaksanaan * Terapi dapat berupa eksisi seluruh lensa dan penggantian dengan lensa buatan, atau fragmentasi lensa dengan ultrasound atau laser, yang diikuti oleh aspirasi fragmen dan penggantian lensa. GLAUKOMA Glaukoma adalah kondisi mata yang biasanya disebabkan oleh peningkatan abnormal tekanan intraokular (sampai lebih dari 20 mm Hg). Tekanan yang tinggi, kadang-kadang mencapai 60-70 mm Hg, menyebabkan kompresi saraf optikus ketika saraf tersebut keluar dari bola mata sehingga terjadi kematian serabut saraf. Pada beberapa kasus, glaukoma dapat terjadi walaupun tekanan intraokular normal. Jenis glaukoma ini berkaitan dengan penyebab lain kerusakan saraf optikus. Glaukoma adalah penyebab utama kebutaan di Amerika Serikat dan penyebab tersering kedua kebutaan di seluruh dunia. Kebutaan akibat glaukoma biasanya terjadi secara bertahap apa- bila tekanan intraokular secara perlahan meningkat, namun dapat terjadi dalam beberapa hari apabila tekanan intraokular mendadak menjadi tinggi. Mula-mula biasanya terjadi gangguan penglihatan perifer, yang diikuti oleh gangguan penglihatan sentral. Kebutaan yang disebabkan oleh glaukoma bersifat ireversibel. Dua jenis utama glaukoma adalah glaukoma penutupan sudut akut dan glaukoma sudut terbuka primer. Penyebab Glaukoma Glaukoma biasanya disebabkan oleh obstruksi aliran aqueous humor keluar dari ruang mata. Glaukoma penutupan sudut akut disebabkan oleh obstruksi aliran secara mendadak melalui sudut antara kornea dan iris, yang dapat terjadi pada infeksi atau cedera atau bahkan tanpa alasan yang jelas. Sebaliknya, glaukoma sudut terbuka primer terjadi lebih bertahap, biasanya akibat fibrosis yang berhubungan dengan usia di sudut tersebut atau obstruksi bertahap saluran lain yang berperan dalam aliran aqueous humor. Pada kasus tersebut, ter- dapat peningkatan progresif tekanan intraokular. Kadang-kadang, peningkatan produksi aqueous humor dapat menyebabkan peningkat- an tekanan intraokular. Faktor risiko glaukoma adalah usia (10% pada usia >80), riwayat keluarga positif, berasal dari Karibia-Afrika, kornea tipis, miopia, dan mutasi genetik. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 386 UNIT 3 KONTROL TERINTEGRASI DAN DISFUNGSI PERTIMBANGAN PEDIATRIK Bayi dan anak-anak sangat rentan mengalami infeksi telinga tengah karena tuba eustachius mereka lebih pendek dan lebih lurus dibandingkan dengan anak yang lebih besar dan individu dewasa. Pencegahan otitis media akut pada bayi adalah tidak membiarkan bayi tidur di tempat tidur sambil minum dari boto! dan memberi makan bayi dengan kepala diangkat. Anak yang mengalami infeksi telinga berulang dapat mengalami penurunan ketajaman pendengaran atau mengalami keterlambatan perkembangan bahasa. Untuk mencegah hal ini, slang dapat dipasang di telinga untuk membantu drainase. PENYAKIT MENIERE Gangguan kronis saluran semisirkular dan labirin telinga dalam disebut penyakit Méniére. Penyakit Méniére diidentifikasi setelah Dr. Prosper Méniére, yang pertama kali melaporkan bahwa sindrom ter- sebut terjadi pada anak perempuan pada tahun 1861. Penyakit ini berkaitan dengan serangan vertigo yang berat (rasa berputar atau disekuilibrium), yang sering disertai oleh mual. Penyebab penyakit Méniére tidak diketahui, tetapi tampak berhubungan dengan over- produksi endolimfe di telinga dalam. Peningkatan hormon antidiure- tik dapat berperan pada beberapa kasus. Kejadian penyakit Méniére dapat terjadi setelah infeksi telinga tengah atau trauma kepala atau mungkin berkaitan dengan penyakit sistemik seperti penyakit tiroid. Kondisi ini juga dapat menunjukkan predisposisi genctik. Biasanya, gangguan ini bersifat unilateral (hanya satu telinga yang terkena). Gambaran Klinis « Penyakit Méniére ditandai oleh vertigo berat, yang berlangsung be- berapa menit sampai beberapa jam. Episode vertigo berfluktuasi, sering kali dengan interval beberapa bulan antara serangan. + Tinitus yang berfluktuasi dan gangguan pendengaran menyertai serangan. * Mual, muntah, hipotensi, dan berkeringat sering terjadi pada serangan, Diagnosis * Penyakit Méniére biasanya didiagnosis daririwayat dam pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fungsi vestibular, termasuk pemeriksaan keseimbangan, dan pemeriksaan gerakan mata nistagmus dapat membantu menegaskan diagnosis. * Diagnosis harus menyingkirkan penyebab lain vertigo dan tinitus, yang meliputi penyakit otoimun, kerusakan saraf auditori, atau tumor. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 390 UNIT 3 KONTROL TERINTEGRASI DAN DISFUNGS! Toleransi Nyeri Toleransi nyeri adalah kemampuan individu untuk menahan stimu- lus nyeri tanpa memperlihatkan tanda fisik nyeri. Toleransi nyeri bersifat unik untuk masing-masing individu. Toleransi nyeri bergan- tung pada pengalaman sebelumnya; harapan budaya, keluarga, dan peran; dan keadaan emosi serta fisik individu saat ini. Pada sebagian budaya, memperlihatkan rasa nyeri dianggap lemah sehingga tole- ransi nyeri tinggi. Individu yang mengalami depresi atau cemas dapat memperlihatkan penurunan toleransi terhadap nyeri. Individu yang mengalami distraksi, atau individu yang berada di tengah-tengah suatu kedaruratan atau tantangan atletik, dapat memperlihatkan toleransi tinggi terhadap nyeri. Jaras Sistem Saraf Pusat untuk Nyeri Setelah berada di medula spinalis, sebagian besar serabut nyeri bersinaps di neuron pada kornu dorsal dari segmen tempat serabut nyeri masuk. Akan tetapi, sebagian serabut berjalan ke atas atau ke bawah beberapa segmen di medula spinalis sebelum bersinaps. Setelah mengaktivasi sel di medula spinalis, informasi mengenai sti- mulus nyeri dikirim oleh salah satu dari dua jaras asenden ke otak— traktus neospinotalamus atau traktus paleospinotalamus. Traktus Neospinotalamus Informasi yang dibawa ke spina dalam serabut A 6 yang mencetuskan potensial aksi dengan cepat, disalurkan naik dari medula spinalis ke otak melalui serabut traktus neospinotalamus. Sebagian dari serabut tersebut berakhir di sistem aktivasi retikular sehingga mewaspada- kan individu terhadap terjadinya nyeri, tetapi sebagian besar serabut berjalan ke talamus. Dari talamus, sinyal-sinyal dikirim ke korteks somatosensorik tempat lokasi nyeri terlokalisasi dengan baik. Stimulasi korteks diperlukan untuk interpretasi sinyal nyeri secara sadar, Traktus Paleospinotalamus Informasi yang dibawa ke spina dalam serabut C yang disalurkan se- cara lambat, dan yang dibawa dalam beberapa serabut A 6, disalur- kan naik ke otak melalui serabut traktus paleospinotalamikus. Se- rabut ini berjalan ke daerah retikular batang otak dan ke daerah mesensefalon yang disebut area grisea periakueduktus. Serabut paleospinotalamus yang berjalan melalui area retikular berlanjut un- tuk mengaktivasi hipotalamus dan sistem limbik sehingga me- mengaruhi fungsi area yang mengontrol emosi ini. Area grisea periaku- eduktus adalah pusat integrasi yang penting untuk nyeri; persepsi aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 394 UNIT 3 KONTROL TERINTEGRAS! DAN DISFUNGSI American Academy of Pediatrics, American Academy of Family Physicians, American Academy of Otolaryngology—Head and Neck Surgery, American Academy of Pediatrics Subcommittee on Otitis Media With Effusion. (2004). Clinical practice guideline: Otitis media with effusion. Pediatrics 113, 1412- 1429. Aoki M., Ando, K., Kuze, B., Mizuta, K., Hayashi, T., & Ito, Y. (2005). The association of antidiuretic hormone levels with an attack of Meniere's disease. Clinical Otolaryngology 30, 521-525. Bickley, L. S., & Szilagyi, P. G. (2007). Bate’s guide to physical examination and history taking (9" ed.}. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. Carlson, L. H. (2005). Otitis media. New information on an old disease. Nurse Practitioner 30, 31-41. De Oliveira Penido, N., Borin, A., tha, L. C. N., Suguri, V. M., Onishi, E., Fukuda, Y., et al. (2005). Intracranial complications of otitis media. 15 years of experience in 33 patients. Otolaryngology Head and Neck Surgery 132, 37-42. Guyton, A. C., & Hall, J. (2006). Textbook of medical physiology (11' ed.) Philadelphia: W. B. Saunders. Hensch, T. K. (2005). Critical period plasticity in local cortical circuits. Nature Reviews Neuroscience 6, 877-888. Khaw, P. T., Shah, P., & Elkington, A. R. (2004). .ABC of eyes. Glaucoma-1: diagnosis. British Medical Journal 328, 97-99. Khaw, P. T., Shah, P., & Elkington, A. R. (2005). Glaucoma-2: Treatment. British Medical Journal 328, 156-158. Lee, C. A., Mistry, D., Uppal, S., & Coatesworth, A. P. (2005). Otologic side effects of drugs. Journal of Laryngology and Otology 119, 267-271. Levi, D. M. (2005). Perceptual learning in adults with amblyopia: A reevaluation of critical periods in human vision. Developmental Psychobiology 46, 222-232. Liu, L., Zhu, W., Zhang, Z.-S., Yang, T., Grant, A., Oxford, G., et al. (2004). Nicotine inhibits voltage-dependent sodium channels and sensitizes vanilloid receptors. Journal of Neurophysiology 91, 1482-1491. Megale, S., Scanavini, A., Andrade, E. C., Machado Fernandes, M., & Anselmo- Lima, W. T. (2006). Gastroesophageal reflux disease: Its importance in ear, nose and throat practice. international Journal of Pediatric Otorhinolaryngology 70, 81-88. Porth C. M. (2005). Pathophysiology: Concepts of altered health states (7th ed.). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. Randazzo, A., Nizzola, F., Rosetti, L., Orzalezi, N., & Vinciguerra, P. (2005). Pharmacological management of night vision disturbances after refractive surgery. Results of a randomized clinical trial. Journal of Cataract and Refractive Surgery 31, 1764-1772. Richardson, B. (2006). Practice guidelines for pediatric nurse practitioners. St. Louis: Elsevier Mosby. Riente, L., Bongiorni, F., Nacci, A., Migliorini, P., Segnini, G., Delle Sedie, A., et al. (2004). Antibodies to inner ear antigens in Meniere’s discase. Clinical Experimental Immunology 135, 159-163. Schiffman, S. S., & Graham, B. G. (2000). Taste and smell perception affect appetite and immunity in the elderly. European Journal of Clinical Nutrition 54, Supplement 3, 854-863. Watson, S. L., Bunce, C., & Allan, B. D. 8. (2005). Improved safety in contemporary LASIK. Ophthalmology 112, 1375-1380. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 398 UNIT 4 KESEIMBANGAN DAN DEFISIENSI OKSIGEN globulin lainnya, imunoglobulin, adalah antibodi yang ada di dalam darah untuk melawan infeksi. Fibrinogen merupakan komponen penting dalam proses pembekuan darah. HEMATOPOIESIS Sel darah merah, sel darah putih, dan platelet dibentuk di hati dan limpa pada janin, dan di dalam sumsum tulang setelah lahir. Proses_ pembentukan sel darah disebut hematopoiesis. Hematopoiesis mulai terjadi di sumsum tulang dengan se] induk pluripotensial (bermakna “banyak kemungkinan/potensi”). Sel induk adalah sumber semua sel darah. Sel-sel ini secara kontinu memper- barui dirinya dan berdiferensiasi sepanjang hidup; merupakan cada- ngan yang tidak ada habisnya dan disebut abadi. Setelah beberapa tahap diferensiasi, sel induk mulai bekerja membentuk hanya satu jenis sel darah. Sel ini, yang disebut sel progenitor, tetap berada di dalam sumsum tulang dan, kemudian dipengaruhi faktor pertumbuh- an spesifik, berdiferensiasi menjadi sel darah merah, sel darah putih, atau platelet. Perkembangan sel darah yang berasal dari sel induk pluripotensial menjadi sel-sel diferensiasi dapat dilihat pada Gambar 12.1. Pengendalian Perkembangan Sel Progenitor Sel progenitor distimulasi untuk berploriferasi dan berdiferensiasi oleh berbagai hormon dan agen produk lokal yang secara kolektif disebut faktor pertumbuhan hematopoietik. Masing-masing sel progenitor berespons hanya pada beberapa faktor pertumbuhan ini, tetapi banyak faktor pertumbuhan mungkin bekerja secara tidak spesifik pada beberapa sel progenitor. Berbagai faktor pertumbuhan hematopoietik adalah sitokin. Sitokin dilepaskan dari sel-sel imun dan inflamasi, mengirimkan pesan kepada sel progenitor perlunya Eritroblas —————= Eritrosit (sel darah’ merah) Eosinofil Mieloblas —————_- Granulosit fpesccti sa Mast Neutrofil Monoblas —————=- Monosit ——> Makrofag Sel Induk pluripotensial Megalokarioblas ——f> Trombosit Limfosit B Prolimfoblas ———p» Sel Induk _ Limfoid Limfosit T Gambar 12.1. Proses maturasi sel darah aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 402 UNIT 4 KESEIMBANGAN DAN DEFISIENS! OKSIGEN SEL DARAH PUTIH Sel darah putih dibentuk di sumsum tulang dari sel-sel progenitor. Pada proses diferensiasi selanjutnya, sel-sel progenitor menjadi golong- an yang tidak bergranula yaitu, limfosit T dan B, monosit, dan makro- fag, atau golongan yang bergranula yaitu, neutrofil, basofil, dan cosinofil. Peran sel darah putih adalah untuk mengenali dan melawan mikroorganisme pada reaksi imun, dan untuk membantu proses pe- radangan dan penyembuhan. Trombosit, yang merupakan fragmen sel sumsum tulang, berperan penting dalam proses pengendalian per- darahan, Selain itu, sel-sel ini sering bekerja sama dengan sel darah putih dalam proses peradangan dan penyembuhan. Jenis Sel Darah Putih Limfosit B dibentuk di dalam sumsum tulang kemudian bersirkulasi dalam darah sampai menjumpai antigen yang telah diprogram untuk mengenali antigen tersebut. Pada tahap ini, limfosit B mengalami pe- matangan lebih lanjut dan menjadi sel plasma serta menghasilkan antibodi (akan dibahas lebih lanjut). Limfosit T meninggalkan sumsum tulang dan berkembang selama migrasi menuju ke timus. Setelah meninggalkan timus, sel-sel ini ber- sirkulasi dalam darah atau disimpan dalam jaringan limfatik sampai bertemu dengan antigen-antigen yang mereka telah diprogram untuk mengenalinya. Setelah dirangsang oleh antigen, sel-sel ini menghasil- kan zat kimia yang menghancurkan mikroorganisme dan memberi informasi ke sel darah putih lainnya bahwa telah terjadi infeksi (akan dibahas lebih lanjut). Monosit dibentuk di sumsum tulang, dan masuk ke dalam sirku- lasi dalam bentuk imatur. Di area terjadinya cedera atau infeksi, monosit meninggalkan darah dan mengalami proses pematangan menjadi makrofag sctelah masuk ke jaringan. Makrofag dapat tetap tersimpan di dalam jaringan, atau digunakan dalam reaksi peradangan segera setelah sel ini matang. Neutrofil, basofil, dan eosinofil adalah sel-sel darah putih bergranu- lar yang membantu respons peradangan. Makrofag, neutrofil, basofil, dan eosinofil berfungsi sebagai fagosit, yaitu sel yang mencerna dan menghancurkan mikroorganisme dan sel debris yang berakumulasi. Meskipun fungsi basofil belum jelas, basofil bekerja seperti sel mast (Bab 5) yang mengeluarkan peptida vasoaktif, yang menstimulasi respons inflamasi. LIMPA Limpa adalah organ kecil yang terletak di rongga abdomen kiri atas. Organ ini dianggap sebagai organ limfoid sekunder, berlawanan de- aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 406 UNIT 4 KESEIMBANGAN DAN DEFISIENS! OKSIGEN Keseluruhan bekuan distabilkan dan diperkuat jaringan serabut fibrin, yang dihasilkan dari serabut fibrinogen yang telah disebutkan sebelumnya. Produksi fibrin yang stabil merupakan langkah akhir pada komponen lain yang penting dalam hemostasis, disebut kaskade koagulasi. Reaksi Koagulasi Reaksi koagulasi melibatkan serangkaian faktor atau protein koagu- lasi yang diaktifkan dengan cara seperti domino yang mengakibatkan koagualasi (pembekuan) darah. Terdapat total 13 protein yang terlibat dalam jalur koagulasi; sebagian diaktifkan di jalur intrinsik dan seba- gian diaktivasi di jalur ekstrinsik. Pada kebanyakan kondisi fisiologis; proses koagulasi terjadi pertama kali melalui jalur ekstrinsik; dengan aktifnya jalur ekstrinsik kemudian memperkuat jalur intrinsik. Kedua jalur tersebut pada akhirnya bekerja sama dan berfungsi dengan peng- aktifan salah satu protein, yaitu faktor x; penggabungan jalur intrin- sik dan ekstrinsik pada faktor X ini disebut jalur akhir. Faktor X ber- tanggung jawab untuk mengubah protrombin protein plasma menjadi trombin. Trombin adalah katalis kunci yang mengatur perubahan fibrinogen menjadi fibrin dan menyebabkan koagulasi. Trombin juga bekerja sebagai umpan balik positif untuk menstimulasi protein yang terlibat dalam produksinya sendiri, yang selanjutnya membentuk kaskade koagulasi. Kedua proses jalur tersebut dapat dilihat pada Gambar 12.3. Jalur intrinsik dimulai dengan aktivasi faktor koagulasi dalam darah, faktor XII yang juga disebut faktor Hageman. Faktor XII di- aktifkan apabila faktor ini kontak dengan jaringan vaskular yang rusak. Pada akhirnya, aktivasi faktor XII memicu terjadinya perubah- an protrombin menjadi trombin. Faktor XI dan IX merupakan langkah intermediet yang penting dalam kaskade, dan faktor V dan VIII me- rupakan kofaktor yang penting. Jika terjadi kekurangan salah satu faktor ini dapat mengganggu proses koagulasi. Jalur ekstrinsik, merupakan proses yang menstimulasi koagulasi, dimulai dengan pelepasan faktor III ke sirkulasi, yang juga disebut faktor jaringan atau tromboplastin, dari sel endotelial vaskular yang cedera. Ketika faktor jaringan bertemu dengan faktor koagulasi lain- nya yang bersirkulasi di dalam plasma, faktor VII (disebut juga faktor pengonversi protrombin serum), kaskade ekstrinsik distimulasi, yang akhirnya menghasilkan faktor X. Jalur ekstrinsik juga dapat meng- aktivasi jalur intrinsik melalui aktivasi faktor IX. Darah tidak secara terus-menerus dan berlebihan membeku walaupun faktor XII dan VII selalu ada di dalam sirkulasi karena sel endotel yang schat bersifat halus dan utuh. Dengan demikian, sel-sel tersebut tidak secara langsung mengaktifkan faktor XII atau meng- hasilkan faktor jaringan dan mengaktifkan faktor VII. Endotel vasku- aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 414 UNIT 4 KESEIMBANGAN DAN DEFISIENSI OKSIGEN singkat. Akan tetapi, trombositemia sekunder dapat terjadi setelah pengangkatan limpa, karena organ ini secara normal menyimpan se- bagian trombosit sampai diperlukan dalam sirkulasi. Penyakit peradangan seperti artritis rematoid juga dapat dikaitkan dengan trombositemia yang lama. LIMFADENOPATI Limfadenopati atau hiperplasia limfoid adalah pembesaran kelenjar limfe sebagai respons terhadap proliferasi limfosit T atau limfosit B. Limfadenopati biasanya terjadi setelah infeksi suatu mikroorganis- me. Limfadenopati regional merupakan indikasi adanya infeksi lokal. Sedangkan limfadenopati generalisata biasanya merupakan indikasi adanya infeksi sistemik seperti AIDS, atau gangguan otoimun seperti artritis rematoid atau lupus critematosus sistemik. Biasanya, limfade- nopati dapat mengindikasikan adanya keganasan. SPLENOMEGALI Splenomegali adalah pembesaran limpa. Keadaan ini biasanya terjadi akibat proliferasi limfosit dalam limpa karena infeksi di tempat lain di tubuh, Splenomegali akibat proliferasi makrofag terjadi jika terdapat sel-sel mati (terutama sel darah merah) dalam jumlah yang berlebih- an dan perlu dibersihkan dari sirkulasi. Splenomegali juga dapat terjadi akibat penimbunan darah dalam limpa. Hal ini biasanya merupakan komplikasi hipertensi portal. Tumoratau kista limpa juga dapat menyebabkan splenomegali. Spleno- megali sebagai respons terhadap infeksi biasanya disertai oleh limfade- nopati; penyebab lain splenomegali tidak disertai limfadenopati. KEADAAN PENYAKIT ATAU CEDERA ANEMIA APLASTIK Anemia aplastik adalah anemia normokromik-normositik yang dise- babkan disfungsi sumsum tulang schingga sel-sel darah yang mati tidak diganti. Anemia aplastik biasanya dihubungkan dengan de- fisiensi sel darah merah, sel darah putih; dan trombosit, meskipun jarang, mungkin hanya mengenai sel-sel darah merah. Anemia aplastik disebabkan banyak hal termasuk kanker sumsum tulang, perusakan sumsum tulang oleh proses otoimun, defisiensi vitamin, ingesti berbagai obat atau zat kimia, dan radiasi atau kemoterapi. Anemia aplastik juga dapat disebabkan berbagai infeksi virus, termasuk mononukleosis, hepatitis, dan AIDS. Akan tetapi, aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 418 UNIT 4 KESEIMBANGAN DAN DEFISIENS! OKSIGEN Gambaran Klinis + Terdapat tanda anemia sistemik. + Nyeri hebat yang intens akibat sumbatan vaskular pada serangan penyakit. + Infeksi bakteri serius disebabkan kemampuan limpa untuk menyaring mikroorganisme yang tidak adekuat. + Splenomegali karena limpa membersihkan sel-sel yang mati, kadang menyebabkan krisis akut. Perangkat Diagnostik + Pada tahun 1949, Linus Pauling mengatakan bahwa anemia sel sabit merupakan penyakit molekuler, anggapan ini didasarkan pada perbedaan mobilitas elektroforetik hemoglobin di dalam sel darah pada pasien sel sabit homozigot (HbSS) dibandingkan de- ngan individu yang memiliki hemoglobin A normal dan heterozigot AS. Saat ini, hemoglobin elektroforesis digunakan untuk meng- identifikasi adanya hemoglobin sel sabit:dan mengonfirmasi pe- nyakit. Penapisan elektroforetik untuk hemoglobin normal pada bayi baru lahir merupakan perawatan standar di Amerika Serikat dan beberapa negara lainnya untuk memantau kelahiran bayi berisiko tinggi. + Pemeriksaan darah serial menunjukkan penurunan hematokrit, hemoglobin, dan hitung sel darah merah. + Pemeriksaan pranatal mengidentifikasi adanya status homozigot pada janin. Komplikasi * Insiden vaso-oklusif mengakibatkan infark jaringan yang dapat menyebabkan rasa nyeri yang intens dan disabilitas. * Terperangkapnya darah secara tiba-tiba di dalam limpa, yang disebut sekuestrasi limpa, dapat mengakibatkan hipovolemia, syok, dan potensi kematian. Penyebab sekuestrasi limpa belum diketahui dengan pasti, tetapi dapat terjadi bersama demam dan nyeri. Limpa sering kali diangkat setelah kejadian sekuestrasi tersebut. Tidak adanya limpa berakibat menurunkan kemampuan individu berespons terhadap proses infeksi. * Stroke yang menyebabkan kelemahan, kejang, atau ketidak- mampuan berbicara dapat terjadi akibat penyumbatan pembuluh darah otak. + Krisis aplastik, dapat terjadi selama sumsum tulang menghenti- kan sementara proses eritropoiesis. * Nekrosis avaskular dari tulang panjang kaki atau lengan dapat ter- jadi karena oklusi atau penyumbatan. Dislokasipanggul merupakan sekuela yang umum terjadi akibat gangguan yang berat. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 422 UNIT 4 KESEIMBANGAN DAN DEFISIENSI OKSIGEN dramatis dapat mengakibatkan gangguan neurologis, yang disebut dengan kernikterus, karena bilirubin yang tidak terkonjugasi dilepas- kan ke dalam aliran darah bayi, menyebabkan kerusakan otak. Penyakit hemolitik pada bayi baru lahir sebagai respons terhadap inkompatibilitas Rh jarang dijumpai dan lebih jarang terjadi karena pengalaman kehamilan yang lebih jarang pada wanita dan intervensi profilaksis yang penting (lihat pembahasan selanjutnya). Sebagai akibat dari faktor ini, insiden penyakit hemolitik pada bayi baru lahir mengalami penurunan setidaknya 80% dalam beberapa dekade ter- akhir. Inkompatibilitas ABO lebih sering terjadi dibandingkan dengan inkompatibilitas Rh. Pada kondisi ini, antibodi maternal dihasilkan akibat inkompatibilitas ABO, bahkan selama kehamilan pertama. Adanya antibodi yang melawan antigen A atau B jarang mengakibat- kan janin cukup bulan mengalami penyakit hemolitik. Penyakit hemo- litik pada bayi baru lahir akan dibahas lebih lanjut dalam Bab 17. Gambaran Klinis ‘ + Penyakit hemolitik yang ringan mungkin relatif asimtomatik di- sertai hepatomegali ringan dan peningkatan bilirubin yang mini- mal. + Penyakit sedang dan parah bermanifestasi sebagai tanda anemia berat + Hiperbilirubinemia, akibat lisis sel darah merah yang berlebihan, dapat terjadi, sehingga terjadi ikterus. Komplikasi * Kernikterus. + Anemia berat dapat menyebabkan gagal jantung. + Hidrops fetalis. Janin yang cacat sering dikeluarkan secara spon- tan kira-kira pada usia kehamilan 17 minggu. + Dalam suatu penelitian, 10% anak-anak usia sekolah yang menerima transfusi di dalam uterus untuk inkompatibilitas Rh yang parah memperlihatkan abnormalitas neurologis, kebanyakan berhubungan dengan asfiksia dan anemia saat lahir. Penatalaksanaan + Pencegahan penyakit hemolitik yang diinduksi Rh dilakukan sejak kunjungan pranatal dan pendokumentasian status wanita dengan Rh-negatif dan ada atau tidaknya antibodi Rh. Wanita yang di- konfirmasi rH negatif dan tidak memperlihatkan adanya antibodi terhadap Rh-positif diberikan preparat antibodi anti-Rh yang di- sebut RhoGAM pada usia kehamilan sekitar 28 minggu, atau pada saat mengalami keguguran atau abortus, atau amniosentesis. Jika, setelah lahir, bayi dianggap Rh positif dan wanita masih Rh negatif, wanita diberikan RhoGAM kembali dalam 72 jam. Injeksi RhoGAM aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 426 UNIT 4 KESEIMBANGAN DAN DEFISIENS! OKSIGEN Komplikasi » Anemia berat dapat menyebabkan gagal jantung, terutama pada lanjut usia. Penatalaksanaan * Penyuntikan vitamin B,, intramuskular seumur hidup. PERTIMBANGAN GERIATRIK Individu lanjut usia sangat rentan menderita defisiensi gizi vitamin B,,, akibat diet yang tidak sehat. Setiap individu lanjut usia yang memperlihatkan tanda- tanda kelelahan, percepatan denyut jantung, dan perlambanan aktivitas mental serta fisik harus diperiksa terhadap kemungkinan defisiensi vitamin B 12 ANEMIA DEFISIENSI FOLAT Anemia defisiensi folat (asam folat) merupakan anemia megaloblastik dengan karakteristik pembesaran sel darah merah yang memiliki nuklei atau inti sel imatur. Defisiensi asam folat disebabkan kekurang- an vitamin asam folat. Asam folat penting untuk sintesis DNA dan RNA dan untuk fungsi beberapa enzim pengkoreksi DNA (Bab 2). Asam folat berasal dari makanan, tetapi defisiensi relatif sering ter- jadi, terutama pada wanita muda, individu yang mengalami malnutrisi, dan penyalahgunaan alkohol. Penyerapan asam folat terjadi di usus halus dan tidak memerlukan faktor intrinsik. Karena meluasnya de- fisiensi asam folat dan telah diketahui manfaatnya dalam menjaga kesehatan, suplementasi asam folat ke dalam sereal dan jenis padi- padian akan segera dimulai di Amerika Serikat. Suplemen asam folat terutama penting untuk wanita hamil, dan akan dibahas lebih lanjut nanti. Gambaran Klinis * Tanda anemia sistemik. Perangkat Diagnostik * Analisis darah akan memperlihatkan anemia dengan sel-sel makro- sitik dan hemoglobin normal (peningkatan MCV>98, MCHC normal). Umumnya, peningkatan MCHC tidak lebih besar dari anemia pernisiosa, dan tidak terjadi defisiensi vitamin B. Komplikasi + Wanita hamil yang mengalami defisiensi dikaitkan dengan peningkatan risiko malformasi janin, terutama defek tuba neural. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 430 UNIT 4 KESEIMBANGAN DAN DEFISIENS! OKSIGEN + Temuan laboratorium memperlihatkan leukopenia singkat yang di- ikuti proliferasi awal sel B kemudian sel T. Banyak sel T tampak atipikal. + Pemeriksaan darah, terutama pemeriksaan aglutinasi Monospot, memperlihatkan antibodi terhadap virus Epstein Barr. Komplikasi + Komplikasi jarang terjadi, tetapi dapat terjadi hepatitis, meningitis, ensefalitis, dan sindrom Guillain Barré. Limfoma Burkitt atau lim- foma sel B dapat terjadi, tetapi sangat jarang sekali. Penatalaksanaan * Mononukleosis biasanya sembuh dengan sendirinya. Terapi ber- sifat suportif dan dianjurkan istirahat serta hidrasi yang adekuat. * Menghindari aktivitas olahraga sangat penting agar tidak meng- alami cedera atau ruptur limpa. * Ibuprofen dan asetaminofen dapat diberikan. Aspirin tidak di- rekomendasikan karena berkaitan dengan sindrom Reye. LEUKEMIA Leukemia adalah kanker dari salah satu jenis sel darah putih di sum- sum tulang, yang menyebabkan proliferasi salah satu jenis sel darah putih dengan menyingkirkan jenis sel lain. Leukemia tampak merupakan penyakit klonal, yang berarti satu sel kanker abnormal berproliferasi tanpa terkendali, menghasilkan sekelompok sel anak yang abnormal. Sel-sel ini menghambat semua sel darah lain di sumsum tulang untuk berkembang secara normal, sehingga mereka tertimbun di sumsum tulang. Karena faktor-faktor ini, leukemia disebut gangguan akumulasi sekaligus gangguan klonal. Pada akhirnya, sel-sel leukemik mengambil alih sumsum tulang. Se- hingga menurunkan kadar sel-sel nonleukemik di dalam darah yang merupakan penyebab berbagai gejala umum leukemia. Jenis Leukemia Leukemia digambarkan sebagai akut atau kronis, bergantung pada cepat tidaknya kemunculan dan bagaimana diferensiasi sel-sel kan- ker yang bersangkutan. Sel-sel leukemia akut berdiferensiasi dengan buruk, sedangkan sel-sel leukemia kronis biasanya berdiferensiasi dengan baik. Leukemia juga digambarkan berdasarkan jenis sel yang berproliferasi. Sebagai contoh, leukemia limfoblastik akut, merupa- kan leukemia yang paling sering dijumpai pada anak, menggambar- kan kanker dari turunan sel limfosit primitif. Leukemia granulositik adalah leukemia eosinofil, neutrofil, atau basofil. Leukemia pada aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. ULKUS DEKUBITUS Ulkus dekubitus, yang juga disebut ulkus tekan atau luka baring, adalah lesi pada kulit yang terjadi setelah kerusakan epidermis, dermis, dan kadang-kadang, jaringan subkutan dan tulang di bawahnya. Keparahan ulkus bergantung pada kedalaman erosi pada jaringan. Derajat | ‘Area kemerahan Epidermis / Dermis x } Tulang Jaringan subkutan Otot Derajat I! Area kemerahan a Lepuh Epidermis L Dermis Jaringan subkutan Otot Derajat Itt Epidermis + Dermis Jaringan subkutan Otot ir Tulang Epidermis } Dermis Jaringan subkutan Otot Derajat | Ulkus tekan dapat dilihat berupa perubahan kulit akibat tekanan. Ulkus ditandai dengan adanya area berbatas Y " tegas dengan kemerahan persisten pada kulit berpigmen terang. Pada kulit gelap, ulkus terlinat berwarna merah, biru atau keunguan Derajat I! Ulkus tekan ditandai dengan hilangnya kullt ketebaian sebagian : termasuk epidermis atau dermis. Ulkus. % tampak superfisial be dan tampek abrasi, lepuh, atau kawah dangkal. Luka ini bisa sembuh dalam beberapa minggu. Derajat Il! Ulkus tekan dicirikan dengan hilangnya kulitketebalan penuh termasuk kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan, yang dapat menembus ke dalam sampai ke fasia. Ulkus tampak seperti kawah dalam dengan atau tanpa merusak jaringan terdekatnya. Derajet IV Ulkus tekan dicirikan dengan hilangnya kul ketebalan penuh disertai destruksi luas, nekrosi — jaringan, atau kerusakan otot, tulang, atau struktur penunjang (mis., tendon atau kapsul sendi), ‘Sumber : Anatomical Chart Company. (2008), Atlas of Pathophysiology (2”ed,). Philadelphia: Lippincott Wiliams & Wikis. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. OTITIS MEDIA Ba Klasifikasi Otitis media—inflamasi telinga tengah—dibagi menjadi dua kelas: otitis media akut dan otitis media dengan éfusi. Otitis media akut ditandai oleh awitan mendadak baru-baru ini, cairan di ruang telinga tengah, infeksi akut dengan demam, dan nyeri telinga. Otitis media dengan efusi ditandai oleh cairan di dalam ruang telinga tengah tanpa tanda atau gejala infeksi akut. ‘Tampak pada otoskopi Fa Otitis media akut Cairan terinfeksi pads telinga tengah « Awitan cepat dan durasi singkat Komplikasi Otitis media dengan efusi © Cairan relatif asimtomatik pada telinga tengah Dapat bersifat akut, subakut, atau kronis Komplikasi otitis media termasuk atelektasis dan perforasi. ee Atelektasis + Penitipisan dan kolaps potensial membran timpani Perforasi * Lubang pada membran timpani yan 140 mmHg pada sistolik; > 90 mmHg pada diastolic) terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu pada wanita nonhipertensi sebelumnya, dan membaik dalam 12 minggu pascapartum. Hipertensi gestasional tampaknya terjadi akibat kombi- nasi dari peningkatan curah jantung dan peningkatan TPR. Jika hiper- tensi terjadi setelah 12 minggu pascapartum, atau telah ada sebelum kehamilan 20 minggu, masuk ke dalam kategori hipertensi kronis. Pada preeklamsi, tekanan darah tinggi disertai dengan proteinuria (pengeluaran urine sedikitnya 0,3 protein dalam 24 jam). Preeklamsi biasanya terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu dan dihubungkan dengan penurunan aliran darah plasenta dan pelepasan mediator kimiawi yang dapat menyebabkan disfungsi sel endotel vaskular di seluruh tubuh. Kondisi ini merupakan gangguan yang sangat serius, seperti halnya preeclapmsia superimposed pada hipertensi kronis. Gambaran Klinis Hipertensi Sebagian besar manifestasi klinis terjadi setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun, dan berupa: * Sakit kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranium. * Penglihatan kabur akibat kerusakan hipertensif pada retina. * Cara berjalan yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat. + Nokturia yang disebabkan peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus. + Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler. Perangkat Diagnostik * Pengukuran diagnostik pada tekanan darah menggunakan sfigmo- manometer akan memperlihatkan peningkatan tekanan sistolik dan diastolik jauh sebelum adanya gejala penyakit. + Dijumpai proteinuria pada wanita preeklamsi. Komplikasi Lihat halaman C9 untuk ilustrasi komplikasi umum. * Stroke dapat terjadi akibat hemoragi tekanan tinggi di otak, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh’ selain otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kro- nis apabila arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan, sehingga aliran darah ke area otak yang diper- aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 492 UNIT 4 KESEIMBANGAN DAN DEFISIENS! OKSIGEN ANGINA PEKTORIS Angina pektoris adalah nyeri hebat yang berasal dari jantung dan ter- jadi sebagai respons terhadap suplai oksigen yang tidak adekuat ke sel-sel miokardum. Nyeri angina dapat menyebar ke lengan kiri, ke punggung, ke rahang, atau ke daerah abdomen. Pada saat beban kerja suatu jaringan meningkat, kebutuhan oksigennya juga meningkat. Apabila kebutuhan oksigen meningkat pada jantung yang sehat, arteri-arteri koroner akan berdilatasi dan mengalirkan lebih banyak darah dan oksigen ke otot jantung. Akan tetapi, apabila arteri koroner mengalami kekakuan atau menyempit akibat aterosklerosis dan tidak dapat berdilatasi sebagai respons terhadap peningkatan kebutuhan oksigen, dan kemudian terjadi iskemia (kekurangan suplai darah) miokardum dan sel-sel miokardum mulai menggunakan glikolisis anaerob untuk memenuhi kebutuhan energinya. Proses pembentukan energi ini sangat tidak efisien dan menyebabkan terbentuknya asam laktat. Asam laktat menurunkan pH miokardum dan menyebabkan nyeri yang berkaitan dengan angina pektoris. Apabila kebutuhan energi sel-sel jantung berkurang, suplai oksigen menjadi adekuat dan sel-sel otot kembali ke proses fosforilasi oksidatif untuk membentuk energi. Proses ini tidak menghasilkan asam laktat. Dengan menghilangnya penimbunan asam laktat, nyeri angina pektoris mereda. Dengan demikian, angina pektoris adalah suatu keadaan yang berlangsung singkat. Jenis Angina Terdapat tiga jenis angina: stabil, Prinzmetal (varian), dan tidak stabil. Angina Stabil, juga disebut angina klasik, terjadi sewaktu arteri koroner yang aterosklerotik tidak dapat berdilatasi untuk meningkat- kan aliran darah saat terjadi peningkatan kebutuhan oksigen Peningkatan kerja jantung dapat menyertai aktivitas fisik seperti berolahraga atau naik tangga. Pajanan dingin, terutama apabila disertai dengan kerja seperti menyekop salju, dapat meningkatkan kebutuhan metabolik jantung dan merupakan stimulan kuat untuk terjadinya angina klasik. Stres mental, termasuk stres yang terjadi akibat rasa marah serta tugas mental seperti berhitung, dapat mence- tuskan angina klasik. Nyeri pada angina jenis ini biasanya menghilang apabila individu yang bersangkutan menghentikan aktivitasnya. Angina Prinzmetal terjadi tanpa peningkatan jelas beban kerja jantung dan, pada kenyataannya, sering terjadi pada saat istirahat atau tidur. Pada angina Prinzmetal (varian), suatu arteri koroner mengalami spasme yang menyebabkan iskemia jantung di bagian hilir. Kadang-kadang tempat spasme berkaitan dengan aterosklero- sis. Pada lain waktu, arteri koroner tidak tampak mengalami sklero- aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 500 UNIT 4 KESEIMBANGAN DAN DEFISIENS! OKSIGEN « Infus intravena atau intrakoroner segera dengan obat trombolitik (penghancur bekuan) akan menghancurkan embolus penyebab. Penggunaan obat ini secara dini (sebaiknya dalam 1 jam setelah infark) menyebabkan peningkatan dramatis angka bertahan hidup dan pembatasan luas cedera miokardum lebih lanjut. Obat-obat yang mencegah pembentukan bekuan baru, misalnya heparin, juga diperlukan. Di samping menggunakan obat-obat penghancur bekuan, angioplasti koroner mungkin digunakan untuk membuka arteri koroner. . + Diberikan oksigen untuk meningkatkan oksigenasi darah sehingga beban atas jantung berkurang dan perfusi sistemik meningkat. + Obat untuk menghilangkan nyeri (biasanya morfin dan meperidin [Demerol]) digunakan untuk menenangkan pasien dan karena nyeri akut menstimulasi saraf simpatis yang menyebabkan pe- ningkatan kecepatan denyut jantung dan resistensi vaskular. Se- lain itu, nyeri meningkatkan stres mental dan rasa cemas. Morfin juga bersifat vasodilator yang bekerja menurunkan preload dan afterload. « Diberikan nitrat untuk mengurangi aliran balik vena dan melemas- kan arteri arteri sehingga preload dan afterload berkurang dan aliran darah koroner meningkat. « Diberikan diuretik untuk meningkatkan aliran darah ginjal. Hal ini mempertahankan fungsi ginjal dan mencegah kelebihan volume serta terjadi gagal jantung kongestif. Peningkatan aliran darah gin- jal juga menurunkan pelepasan renin. * Obat inotropik positif (digitalis) digunakan untuk meningkatkan kontraktilitas jantung. * Bypass arteri koroner mungkin dipertimbangkan jika infark yang terjadi akibat sumbatan trombotik. Setelah infark miokard, pertimbangan tambahan antara lain: * Rehabilitasi jantung, termasuk keseimbangan antara istirahat dan aktivitas serta modifikasi gaya hidup untuk menurunkan risiko aterosklerosis dan hipertensi. Tindakan ABCDE untuk sindrom koroner akut adalah penting. Kebutuhan keluarga harus dipertim- bangkan dan dilibatkan. * Penelitian terakhir memperlihatkan bahwa jantung mengandung sel benih (stem cell) yang dapat meregenerasi sel otot jantung, se- hingga mampu memperbaiki dirinya sendiri. Temuan ini ini mem- beri harapan untuk pasien infark miokard. PERIKARDITIS Perikarditis adalah inflamasi kantong perikardium yang berisi cairan dan mengelilingi jantung. Perikarditis dapat terjadi akibat berbagai aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 506 UNIT 4 KESEIMBANGAN DAN DEFISIENS! OKSIGEN preload dan afterload menyebabkan peningkatan beban kerja dan ke- butuhan oksigen jantung. Apabila kebutuhan oksigen yang mening- kat tersebut tidak dapat dipenuhi, serabut otot menjadi semakin hipoksik sehingga kontraktilitas berkurang. Siklus perburukan gagal jantung akan terus berulang. Karena refieks tersebut terus menyebabkan peningkatan pengisian dan peregangan jantung dan/atau afterload, tekanan darah terus ber- ada di bawah normal, menyebabkan refleks tersebut tetap dipertahan- kan dan ditingkatkan. Seperti yang dijelaskan di atas, respons simpa- tis yang diaktifkan secara kronis menyebabkan tidak ada kalsium intraselular yang dilepaskan dari retikulum sarkoplasmik, dan akhir- nya terjadi disfungsi kontraktil. Gagal jantung akan berlanjut kecuali apabila siklus pengisian berlebihan, penurunan volume sekuncup, dan penurunan tekanan darah diputus atau dapat ditangani. Satu respons refleks yang menguntungkan selama gagal jantung adalah yang terjadi dari pengisian berlebihan atrium. Karena pemompaan darah keluar dari ventrikel yang buruk, darah akan berakumulasi di dalam atrium. Pelebaran atrium menyebabkan peregangan baroreseptor atrium dan pelepasan hormon ANP (atrial natriuretic peptide]. ANP bekerja di ginjal untuk meningkatkan ekskre- si ion natrium (natriuresis). Karena, pada kebanyakan kondisi, ekskresi air diikuti pengeluaran natrium, produksi ANP merupakan satu mekanisme tubuh yang mampu mengeluarkan sendiri volume air yang berlebihan. ANP juga merelaksasi otot polos vaskular, me- nyebabkan vasodilatasi. Peptida natriuretik kedua, disebut BNP (B- type natriuretic peptide), dilepaskan dalam bentuk peptida prekusor, pro-BNP, dari ventrikel yang meregang berlebihan. Pada saat di dalam sirkulasi, pro-BNP diubah menjadi BNP. Seperti ANP, BNP adalah natriuretik dan vasodilatori. Kadar serum kedua hormon ini, terutama BNP, secara bermakna memiliki korelasi dengan keparahan gagal jantung dan penanda yang sangat baik untuk perkembangan penyakit. Penyebab Gagal Jantung Gagal jantung dapat disebabkan dari penyebab selain jantung seperti hipertensi sistemik atau paru kronis atau, yang lebih jarang terjadi, gangguan seperti gagal ginjal atau intoksikasi air, yang meningkatkan volume plasma sampai pada derajat tertentu sehingga volume diasto- lik-akhir meregangkan serabut ventrikel melebihi panjang optimum- nya. Penyebab gagal jantung antara lain infark miokard, miopati jan- tung, defek katupjantung, dan malformasi kongenital. Proses perjalan- an penyakit gagal jantung setelah infark miokard dan hipertensi kro- nis dapat dilihat pada Gambar 13.10. Seperti yang diperlihatkan pada gambar, jika kebutuhan oksigen ventrikel hipertrofik yang me- aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 512 UNIT 4 KESEIMBANGAN DAN DEFISIENSI OKSIGEN tekanan darah yang normal. Apabila hal ini terjadi, refleks baroresep- tor yang mencetuskan respons simpatis dan hormonal akan terang- sang sehingga terjadi peningkatan volume plasma dan TPR dalam usaha untuk menaikkan tekanan darah. Jika volume plasma mening- kat, pengisian kembali atrium kiri akan meningkat dan akan mem- perburuk keadaan. Gambaran Klinis * Gambaran klinis mungkin tidak ada atau sebaliknya parah, bergantung pada tingkat stenosis. * Dapat terjadi kongesti paru, disertai tanda tanda dispnea (sesak napas) dan hipertensi paru. + Dapat terjadi pusing (seperti bergoyang) dan kelelahan akibat penurunan pengeluaran ventrikel kiri, Kecepatan denyut jantung mungkin meningkat akibat rangsangan simpatis. Perangkat Diagnostik * Dapat terdengar murmur jantung sistolik sewaktu darah masuk melewati orifisium yang menyempit. + Ekokardiografi dapat digunakan untuk mendiagnosis struktur dan gerakan katup yang abnormal. Komplikasi * Hipertrofi atrium kiri dapat menyebabkan disritmia atrium atau gagal jantung kanan. Penatalaksanaan * Mungkin diperlukan terapi untuk gagal jantung kanan. * Dapat diupayakan penggantian katup atau koreksi bedah terha- dap stenosis. STENOSIS KATUP AORTA Stenosis katup aorta adalah penyempitan lumen katup di antara ventrikel kiri dan aorta. Sama seperti stenosis katup mitral, stenosis aortik biasanya terjadi setelah demam reumatik atau merupakan kondisi malformasi kongenital. Akibat stenosis aorta, ventrikel kiri harus memompa dengan lebih kuat untuk mendorong darah melewati lumen yang sempit. Hal ini menyebabkan hipertrofi ventrikular dan pada akhirnya menurunkan daya regang jantung. Jika darah meng- alir kembali ke ventrikel, tekanan atrium akan meningkat dan darah mengalir kembali ke sistem paru dan sisi kanan jantung. Jika steno- sis sangat parah, tekanan darah sistemik dapat menurun, yang mencetuskan refleks baroreseptor yang menyesuaikan dengan pe- ningkatan volume plasma dan TPR. Gagal jantung dapat terjadi aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 522 UNIT 4 KESEIMBANGAN DAN DEFISIENS! OKSIGEN VENTILASI Ventilasi adalah pergerakan udara dari atmosfir masuk dan keluar paru. Ventilasi berlangsung secara bulk flow. Bulk flow adalah per- pindahan atau pergerakan gas atau cairan dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. Faktor yang Memengaruhi Ventilasi Ventilasi ditentukan oleh variabel variabel dalam Persamaan 14.1: F=P/R (14.1) Dengan F adalah bulk flow udara, Padalah perbedaan tekanan antara atmosfir dan alveoli, dan R adalah resistensi atau tahanan dari sa- luran napas. Tekanan Tekanan alveolus bervariasi pada setiap inspirasi dan mendorong aliran udara. Pada awitan inspirasi, rongga toraks mengembang. Pada saat rongga toraks mengembang, dada juga mengembang. Menurut prinsip Boyle, jika volume udara yang mengisi ruang meningkat, tekanan di dalam ruang tersebut menurun. Oleh karena itu, paru mengembang, tekanan di dalam alveoli menurun di bawah tekanan atmosfir, dan udara dari atmosfir menyerbu masuk ke paru (dari tekanan tinggi ke tekanan rendah). Pada akhir inspirasi, rongga toraks relaksasi, menyebabkan tekanan di dalam alveolus, yang terisi udara inspirasi, memiliki tekanan yang lebih tinggi daripada atmosfir. Udara kemudian mengalir keluar paru sesuai penurunan gradien tekanan. Resistensi Bronkus Resistensi jalan napas biasanya rendah. Resistensi dapat meningkat pada keadaan otot polos bronkus berkonstriksi. Konstriksi bronkus menyebabkan penurunan aliran udara ke dalam paru. Resistensi ber- banding terbalik dengan jari-jari (radius) pembuluh bronkus pangkat empat. Sebagai contoh, jika jari-jari pembuluh bronkus menurun setengahnya, tahanan terhadap aliran udara di bronkus meningkat 16 kali (yi., 2*). Dengan demikian, jika jalan napas mengalami kons- triksi, walaupun ringan, resistensi terhadap aliran udara meningkat secara bermakna. Resistensi bronkus ditentukan sistem saraf parasimpatik dan simpatik yang mempersarafi otot polos bronkus dan mediator kimia sekitarnya (lokal) Saraf parasimpatik sampai ke otot polos bronkus melalui jalur saraf vagus dan menyebabkan konstriksi atau penyempitan jalan napas, meningkatkan tahanan dan menurunkan aliran udara. Saraf parasimpatik melepas neurotransmiter asetilkolin (ACh). ACh bekerja dengan mengikat reseptor kolinergik yang ada di otot polos bronkus. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 526 UNIT 4 KESEIMBANGAN DAN DEFISIENSI OKSIGEN nnn } d= jarak normal untuk difusi Kapiler GAMBAR 14.1. Jarak alveolus—kapiler normal memungkinkan difusi efisien oksi- gen dan karbon dioksida antara kapiler dan alveolus. Suhu Penurunan suhu (7) akan menurunkan kecepatan difusi oksigen dan karbon dioksida. Peningkatan Takan meningkatkan kecepatan difusi kedua gas. Hal ini mungkin berperan dalam memenuhi kebutuhan metabolik yang meningkat selama demam. OO) = oe d = peningkatan jarak difusi Kapiler GAMBAR 14.2. Adanya edema interstisial, jarak alveolus—kapiler yang meningkat, mengakibatkan difusi oksigen dan karbon dioksida antara kapiler dan alveolus me- nurun, aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. BAB 14 SISTEM PERNAPASAN 531° PEMERIKSAAN FUNGSI PARU: VOLUME PARU Spirometri adalah alat untuk mengukur volume udara yang bergerak masuk kedalam dan keluar dari paru serta pengukuran kemampuan individu menginhalasi dan mengekhalasi di dalam ruang tertutup. Spirometri digunakan untuk mengukur volume paru, antara lain volu- me tidal, volume cadangan inspirasi (inspiratory reserve volume), volu- me cadangan ekspirasi (expiratory reserve volume), dan volume resi- dual, serta, perhitungan volume-volume tersebut untuk mendapatkan kapasitas vital (Gambar 14.4). Nilai rata-rata yang dicantumkan un- tuk masing-masing volume adalah untuk individu pria dewasa. Nilai untuk wanita dewasa lebih kecil sekitar 20-25%. Volume Tidal Jumlah udara yang masuk dan keluar dari paru selama satu kali napas adalah volume tical. Jumlah udara yang diinspirasi (volume inspiratori) pada saat istirahat biasanya sama dengan jumlah yang dikeluarkan (volume ekspiratori). Rata-rata volume tidal adalah kira- kira 500 mL pada saat istirahat. Kapasitas Vital (4500 mL) Sede elt) BT arte Cee 8) (1000 mL) GAMBAR 14.4,Volume paru rata-rata setiap kali napas untuk individu pria dengan berat 70 kg. Volume paru rata-rata yang proporsional untuk indeks massa tubuh. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 536 UNIT 4 KESEIMBANGAN DAN DEFISIENS! OKSIGEN nasi ke dalam sirkulasi sistemik. Akan tetapi, penurunan rasio venti- lasi:perfusi, tidak akan terjadi dalam waktu lama di paru karena arteri paru akan berespons terhadap penurunan oksigen. Arteriola paru bervasokontriksi sebagai respons terhadap kon- sentrasi oksigen yang rendah pada alveoli yang kurang terventilasi. Kondisi ini menyebabkan penurunan aliran darah ke alveoli tersebut, schingga rasio ventilasi:perfusi kembali ke 1,0. Respons ini disebut vasokonstriksi hipoksik. Vasokonstriksi hipoksik hanya efektif jika pengembangan alveoli yang kurang terventilasi terbatas. Pada kondisi seperti bronkitis kronis, obstruksi alveolar meluas schingga rasio ven- tilasi:perfusi yang normal tidak dapat dipertahankan. Vasokonstriksi hipoksik pada arteriola paru dapat menyebabkan hipertensi paru yang akan dibahas di bawah. Dalam beberapa kondisi, ada kemungkinan ventilasi pada alveolus cukup adekuat tetapi perfusi kapiler terganggu. Kondisi ini meng- akibatkan penurunan nilai Q dan peningkatan rasio ventilasi:perfusi. Pada situasi seperti ini dapat terjadi embolus paru. Infark miokard juga dapat menyebabkan penurunan perfusi alveoli. HIPERTENS! PARU Hipertensi paru adalah peningkatan tekanan darah pada sistem yaskular paru. Keadaan ini sering dijumpai pada penyakit kardio- vaskular atau pernapasan yang serius. Penyebab Hipertensi Paru Sirkulasi paru biasanya adalah sirkulasi bertekanan dengan resistensi rendah. Segala sesuatu yang menyebabkan (1) peningkatan aliran darah paru berkepanjangan, (2) peningkatan resistensi paru terhadap aliran darah, atau (3) hambatan aliran keluar vaskular paru dapat menyebabkan hipertensi paru. Peningkatan Aliran Darah Paru Jika volume darah yang dialirkan ke paru terlalu banyak akan terjadi peningkatan aliran darah paru. Sebagai contoh, pada pirau kiri ke- kanan, darah dari sisi kiri jantung kembali ke paru dan bukan ke sirkulasi sistemik sehingga paru kelebihan beban. Peningkatan Resistensi Paru Terhadap Aliran Darah Segala sesuatu yang menyumbat aliran darah ke dalam atau melewati paru menyebabkan peningkatan resistensi paru terhadap aliran darah. Keadaan yang menimbulkan resistensi tinggi antara lain adalah fibrosis (jaringan parut) paru dan perubahan struktur paru yang menyertai penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). Vasokons- triksi hipoksik paru kronis yang lama juga merupakan penyebab uta- aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 542 UNIT 4 KESEIMBANGAN DAN DEFISIENS! OKSIGEN si yang paling mencolok, yang perjalanannya tergambar jelas pada pneumonia pneumokokus, Stadium Pneumonia Bakteri Untuk pneumonia pneumokokus, ada empat stadium penyakit. Apa yang terjadi pada keempat stadium ini serupa dengan jenis pneumonia lain yang diterangkan di atas. Stadium 1, disebut hiperemia, adalah respons inflamasi awal yang berlangsung di daerah paru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator inflamasi dari sel-sel mast setelah mengaktifkan sel imun dan cedera jaringan. Mediator- mediator tersebut antara lain histamin dan prostaglandin. Degranu- lasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen. Komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk memvasodilatasi otot polos vaskular paru, meningkatkan peningkatan aliran darah ke area cedera, dan meningkatkan permeabilitas kapiler. Hal ini menye- babkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstisial se- hingga terjadi pembengkakan dan edema antara kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan di antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan karbon dioksida untuk berdifusi, sehingga terjadi penurunan kecepatan difusi gas. Karena oksigen kurang larut dibandingkan dengan karbon dioksida, perpin- dahan oksigen ke dalam darah paling terpengaruh, yang sering me- nyebabkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin. Dalam stadium pertama pneumonia ini, infeksi menyebar ke jaringan sekitarnya aki- bat peningkatan aliran darah dan rusaknya alveolus terdekat serta membran kapiler di sekitar tempat infeksi seiring dengan berlanjut- nya proses inflamasi. Stadium 2, disebut hepatisasi merah. Stadium ini terjadi sewaktu alveolus terisi sel darah merah, eksudat, dan fibrin, yang dihasilkan pejamu sebagai bagian dari reaksi inflamasi. Stadium 3, disebut hepatisasi kelabu, terjadi sewaktu sel-sel darah putih membuat kolonisasi di bagian paru yang terinfeksi. Pada saat ini, endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sel debris. Stadium 4, disebut stadium resolusi, terjadi sewaktu respons imun dan inflamasi mereda; sel debris, fibrin, dan bakteri telah dicerna; dan makrofag, sel pembersih pada reaksi inflamasi, mendominasi. PeRTIMBANGAN PEDIATRIK Pada periode baru lahir, pneumonia paling sering disebabkan oleh infeksi pe- nyakit streptokokus grup B yang ditularkan in utero (di dalam kandungan) aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. BAB 14 SISTEM PERNAPASAN 549 * Individu yang memperlihatkan uji kulit tuberkulin positif setelah sebelumnya negatif, bahkan jika individu tidak memperlihatkan adanya gejala aktif, biasanya mendapat antibiotik selama 6-9 bulan untuk membantu respons imunnya dan meningkatkan kemungkinan eradikasi basil total. + Jika tuberkulosis resisten obat muncul, obat yang lebih toksik akan diprogramkan. Pasien mungkin tetap menginap di rumah sakit atau di bawah pengawasan sejenis karantina jika tingkat kepatuhan terhadap terapi medis cenderung rendah. PNEUMOKONIOSIS Pneumokoniosis adalah penyakit paru restriktif akibat inhalasi okupasional debu, biasanya dari batu, batubara, tumbuhan, atau serat buatan. Pneumokoniosis biasanya hanya terjadi setelah pajanan debu bertahun-tahun. Debu yang mencapai saluran napas bawah merangsang reaksi imun dan inflamasi yang menyebabkan akumulasi makrofag berisi debu sehingga akhirnya terjadi fibrosis paru yang difus. Fibrosis paru meningkatkan jarak yang harus ditempuh gas untuk berdifusi, se- hingga terjadi penurunan pertukaran gas. Fibrosis juga membatasi daya regang dada dan mengurangi ventilasi. Pengaruh lain misalnya asap rokok, yang memengaruhi sistem eskalator mukosiliaris, mem- permudah sampainya debu ke saluran napas bawah dan meningkatkan kerusakan paru. Contoh penyakit akibat inhalasi debu adalah penyakit paru hitam (black lung disease) yang dijumpai pada para penambang batu bara; silikosis, terjadi pada pekerja yang berhubungan dengan batu terma- suk tukang batu dan perajin tembikar; dan penyakit paru coklat (brown-lung disease) yang dijumpai pada mereka yang terpajan debu kapas. Pajanan asbes juga menyebabkan fibrosis dan dapat menyebabkan kanker paru. Gambaran Klinis + Dispnea * Batuk yang umumnya nonproduktif kecuali apabila terjadi bronkitis kronis. ¢ Restriksi hebat volume inspirasi. * Dapat terjadi sianosis akibat penurunan ventilasi disertai penurun- an kecepatan difusi. Perangkat Diagnostik + Pemeriksaan riwayat kesehatan dan fisik yang lengkap. + Pemeriksaan sinar-X dada. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. BAB 14 SISTEM PERNAPASAN 555 navirus (SARS-CoV) adalah agens penyebab dan diyakini sebagai vi- rus hewan yang mampu menembus batasan spesies ke manusia. Re- servoir alami SARS-CoV belum ditemukan, tetapi sejumlah spesies liar, termasuk musang Himalayan (masked palm civet] dengan nama latin Paguma larvata, musang Cina (Melogale moschata), dan rakun (Nyctereutes procyonoides), diduga menjadi reservoir virus SARS. Ke- mungkinan terbesar sumber infeksi SARS-CoV pada manusia adalah dari reservoir hewan di atas atau hewan lain atau dari pajanan di laboratorium tempat virus digunakan atau disimpan untuk tujuan diagnostik dan penelitian. Manifestasi Klinis * Selama satu minggu pertama, pasien akan mengalami gejala prodromal mirip influenza seperti demam, malaise, mialgia, sakit kepala, dan limfopenia. + Batuk kering, dispnea, dan diare dalam volume besar dapat terjadi selama dua minggu pertama. + Penyebaran terjadi sclama minggu kedua. + Pada kasus yang berat, gawat napas berkembang dengan cepat dan terjadi desaturasi oksigen, sekitar 20% memerlukan perawat- an intensif. PeRTIMBANGAN GERIATRIK Penyakit tanpa demam atau bersamaan dengan sepsis/pneumonia bakteri terjadi di antara penderita infeksi SARS yang berusia lanjut (mereka yang berusia di atas 60 tahun). Di antara kelompok lansia tersebut dengan gang- guan atau penyakit yang sudah ada sebaiknya dikeluarkan dari perawatan untuk pasien SARS dan penanganan khusus SARS-CoV. PeRTIMBANGAN PEDIATRIK SARS-CoV jarang terjadi pada anak-anak dan memiliki presentasi yang lebih ringan. Penyebab hal ini belum diketahui. Perangkat Diagnostik Pemeriksaan Laboratorium * Diagnosis memerlukan RT-PCR (reserve transcription-polymerase chain) dengan hasil positif untuk SARS-CoV, menggunakan metode validasi dari setidaknya dua spesimen klinis yang berbeda (mis., nasofaring dan feses) atau dari spesimen klinis yang sama yang aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. BAB 14 SISTEM PERNAPASAN 563 merusak bronkus. Daya regang paru menurun dan ventilasi tergang- gu. Efek Fibrosis Kistik pada Saluran Cerna Disaluran cerna, terjadiakumulasimukuskental sehinggapencernaan dan penyerapan zat gizi terhambat. Duktus pankreatikus tersumbat, sehingga enzim-enzim pencernaan pankreas tidak dapat mencapai usus halus akibatnya pencernaan dan penyerapan makanan semakin terhambat. Gagal tumbuh (failure to thrive) didefinisikan sebagai de- viasi berat tubuh ke arah bawah pada bayi atau anak yang pada catatan sebelumnya mencapai garis maksimum, melewati satu atau dua garis persentil, dan menetap selama lebih dari satu bulan, me- rupakan komplikasi yang umum terjadi pada penyakit ini. Status gizi yang buruk ikut berperan menyebabkan frekuensi dan keparahan in- feksi paru. Pankreas scring kali rusak, akibatnya mengakibatkan penurunan sekresi insulin dan diabetes. Gambaran Klinis * Abdomen menonjol yang tampak segera setelah lahir, akibat dari ketidakmampuan mengeluarkan mekonium pada defekasi yang pertama kali. « Terasa asin sewaktu dicium akibat penimbunan garam di kulit. * Serangan infeksi saluran napas yang berulang selama masa bayi dan masa kanak-kanak. « Rinitis kronis (atau drainase hidung), dan batuk kronis serta produksi sputum. * Gagal tumbuh karena buruknya penyerapan zat gizi. Perangkat Diagnostik * Di Amerika Serikat, 50% pasien penderita fibrosis kistik didiagno- sis pada usia 6 bulan, dan 90% didiagnosis pada usia 8 tahun. Diagnosis dini dapat memperbaiki pertambahan berat badan dan pertumbuhan awal bayi melalui penatalaksanaan perbaikan nu- trisi, tetapi apakah diagnosis dini memengaruhi dampak jangka panjang masih belum jelas. * Pengujian untuk kelebihan kadar klorida dalam sampel keringat; jika hasilnya positif mengindikasikan penyakit. Konsentrasi klori- da keringat yang lebih dari 60 mmol/L pada pemeriksaan ulang, merupakan indikasi diagnostik. * Pemeriksaan genetik dapat digunakan untuk mengonfirmasi diagnosis. + Enzim pankreatik abnormal mendukung diagnostik. * Fibrosis kistik dapat didiagnosis sebelum kelahiran dengan amniosentesis pada pasangan yang diketahui heterozigot untuk penyakit ini. Bahkan sel telur yang dibuahi in vitro dapat diketahui aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. BAB 14 SISTEM PERNAPASAN 569 cepat. Apabila kondisi menetap dan memburuk, dapat terjadi asi- dosis respiratorik akibat status asmatikus, seperti yang dijelaskan di bawah ini. Komplikasi * Status asmatikus adalah keadaan spasme bronkiolus berke- panjangan yang mengancam jiwa yang tidak dapat dipulihkan de- ngan pengobatan dapat terjadi pada beberapa individu. Pada ka- sus ini, kerja pernapasan sangat meningkat. Apabila kerja pernapasan meningkat, kebutuhan oksigen juga meningkat. Kare- na individu yang mengalami serangan asma tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen normalnya, individu semakin tidak sanggup memenuhi kebutuhan oksigen yang sangat tinggi yang dibutuhkan untuk berinspirasi dan berekspirasi melawan spasme bronkiolus, pembengkakan bronkiolus, dan mukus yang kental. Situasi ini dapat menyebabkan pneumotoraks akibat besarnya tekanan un- tuk melakukan ventilasi. Apabila individu kelelahan, dapat terjadi asidosis respiratorik, gagal napas, dan kematian. Penatalaksanaan * Langkah pertama dalam pengobatan adalah mengevaluasi derajat asma yang diderita individu. Asma dibagi dalam empat stadium, bergantung pada frekuensi gejala dan frekuensi penggunaan obat yang dibutuhkan untuk meredakan gejala. Stadium asma, yaitu (1) ringan dan intermiten, (2) ringan dan persisten, (3) moderat atau sedang, dan (4) berat. Terapi yang diberikan berdasarkan sta- dium asma yang diderita pasien. « Untuk keempat stadium asma, pencegahan terpajan alergen yang telah diketahui adalah tindakan yang penting. Tindakan ini termasuk barang-barang di rumah yang diketahui memicu alergi— seperti mengeluarkan binatang peliharaan jika perlu—menghindari asap rokok dan asap kayu yang terbakar, dan penggunaan air conditioner untuk meminimalkan membuka jendela, terutama se- lama musim saat udara mengandung banyak serbuk sari. * Pemantauan laju peak flow yang sering, terutama selama insiden asma meningkat, seperti musim dingin atau musim semi (banyak serbuk sari yang terbawa angin) merupakan kunci untuk pengenalan dini perburukan penyakit, menurunkan gejala, dan pencegahan perawatan di rumah sakit. Hal ini terbukti diperlukan bahkan untuk asma ringan yang sewaktu-waktu. Jika terpantau penurunan laju peak flow yang signifikan, penambahan intervensi farmakologis harus diberikan sesegara mungkin bukan ditunda sampai serangan terjadi sehingga dapat menghambat kemajuan penyakit. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. BAB 14 SISTEM PERNAPASAN 573 « Pemeriksaan sinar X toraks dapat membuktikan adanya bronkitis kronis dan fibrosis jaringan paru. Komplikasi * Hipertensi paru dapat terjadi akibat vasokonstriksi hipoksik paru yang kronis, yang akhirnya menyebabkan kor pulmonalise. * Dapat terjadi jari tabuh di segmen ujung jari, mengindikasikan stres hipoksik yang kronis. * Polisitemia (peningkatan konsentrasi sel darah merah) terjadi aki- bat hipoksia kronis dan stimulasi sekresi eritropoietin, disertai sianosis, yang memberi warna kebiruan pada kulit. + Kanker paru. Penatalaksanaan + Penyuluhan kesehatan agar pasien menghindari pajanan iritan lebih lanjut, terutama asap rokok. + Terapi antibiotik profilaktik, terutama pada musim dingin, untuk mengurangi insiden infeksi saluran napas bawah, karena setiap infeksi akan semakin meningkatkan pembentukan mukus dan pembengkakan. + Karena banyak pasien yang mengalami spasme saluran napas akibat bronkitis kronis yang mirip dengan spasme pada asma kro- nis, individu sering diberikan bronkodilator. * Obatanti-inflamasi menurunkan produksi mukus dan mengurangi sumbatan. * Ekspektoran dan peningkatan asupan cairan untuk mengencer- kan mukus. * Mungkin diperlukan terapi oksigen. * Vaksinasi terhadap pneumonia pneumokokus sangat dianjurkan. EMFISEMA Emfisema adalah penyakit obstruktif kronis dengan karakteristik penurunan elastisitas paru dan luas permukaan alveolus yang berkurang akibat destruksi dinding alveolus dan pelebaran ruang distal udara ke bronkiolus terminal. Kerusakan dapat terbatas hanya di bagian sentral lobus, dalam hal ini yang paling terpengaruh adalah integritas dinding bronkioulus, atau dapat mengenai paru secara ke- seluruhan, yang menyebabkan kerusakan bronkus dan alveolus. Hilangnya elastisitas paru dapat memengaruhi alveolus dan bronkus. Elastisitas berkurang akibat destruksi serabut elastik dan kolagen yang terdapat di seluruh paru dari produk yang dihasilkan dengan mengaktivasi makrofag alveolus. Penyebab pasti emfisema masih belum jelas, tetapi lebih dari 80% kasus, penyakit biasanya muncul setelah bertahun-tahun merokok. Komponen dalam asap aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. BAB 14 SISTEM PERNAPASAN 579 Penatalaksanaan * Dapat menggunakan kombinasi pembedahan, radiasi, dan kemoterapi. KEPUSTAKAAN PILIHAN Currie, G.P., Devereux, G.S., Lee, D-K.C., & Ayres, J.G. (2005). Recent development in asthma management. British Medical Journal 330, 585-589. Currie, G.P., Srivastava, P., Dempsey, Ou., & Lee, D.K.C (2205). Therapeutic modulation of allergic airways disease with leukotriene receptors antagonists. Quarterly Journal of Medicine 98, 171-182 Ergan,, M.E., Pearson, M. Weiner, S.A., Rajendran, V., Rubin, D., et al. (2004). Cucumin, a major constituent of turmeric, corrects cystic fibrosis defects. Science 304, 600-602. File, T.M. (2003). Community-acquired pneumonia. Lancet 362, 1991-2001. Fine, M.J., Auble, T.E. Yealy, D.M., et al. (1997). A prediction rule to identify low- risk patients with community acquired pneumonia. New England Journal of Medicine 336, 243-250. Guntheroth, W.G., & Spiers, P.S. (1992). Sleeping prone and the risk of sudden infant death syndrome. Journal of the American Medical Association 267, 2359- 2362. Grey, V., Mohammed, S.R., Smountas, A.A., Bahlool, R., & Land, L.C. (2003). Improved glutathione status in young adult patients with cystic fibrosis supplemented eith whey protein. Journal of Cystic Fibrosis 2, 195-198. Guan, Y., Zheng, BJ., He, ¥.Q., Liu, X.L., Zhuang, Z.X., Cheung, C.L., et al. (2003). Isolation and characterization of viruses related to SARS coronavirus from ani- mals in Southern China. Science 302, 276-278. Guyton, A.C., &Halll, J. (2006). Textbook of medical physiology (ed. 1 1). Philadelphia: W.B. Saunders. Hallman, M. (2004). Lung surfactant, respiratory failure, and genes. New England Journal of Medicine 350, 1278-1280. Homer, C.J. (1997). Asthma disease management. New England Journal of Medicine 337, 1461-1463. Horsburgh, C.R. (2004). Priorities for the treatment of latent tuberculosis infection in the United States. New England Journal of Medicine 350, 2060-2067. Huang, K.-J., Su, L-J., Theron, M., Wu, Y.-C., Lai, S.-K, Liu, C.-C, et al (2005). An interferon-gamma-related cytokin storm in SARS patients. Journal of Medical Virology 75, 185-194. Jeffery, P. (2005). Phosphodiesterase 4-sclective inhibition: novel therapy for the inflammation of COPD. Pulmonary Pharmacology and Therapeutics 18, 9-17. Klass, P. (2004). Croup-the bark is worse than the bite. New England Journal of Medicine 351, 1283-1284, Ksiazek, T.G., Erdman, D., Goldsmith, C.S., Zaki, S.R., Peret, T., Emery. S, et al. (2003). A novel coronavirus associated with severe acute respiratory syndrome. New Englad Journal of Medicine 348, 1953-1966. Kuken, T., Fouchier, R.A.M., Schutten, M., Rimmelzwaan, G.F., van Amerongen, V., van Riel, D., et al. (2003). Newly discovered coronavirus as the primary cause of severe acute respiratory syndrome. Lancet 362, 263-270. McShane, H. (2005). Co-infection with HIV and TB: double trouble. International Journal of STD and AIDS 16, 95-101. MMWR (2005). Trends in tuberculosis-United States, 2004. MMWR 54(10), 245- 249 . aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. BAB 15 SISTEM PENCERNAAN 587 kekuatannya bervariasi, variasi kontraksi usus jarang terjadi. Kon- traksi usus lambat, kontraksi bergantung kalsium terjadi meluas disepanjang otot. Kontraksi otot di setiap segmen usus menentukan motilitas segmen tersebut (mis., pendorongan makanan dan sekret dari satu area ke area berikutnya) MOTILITAS USUS Motilitas Esofagus Gerakan makanan di dalam esofagus terjadi melalui proses yang dikenal dengan peristalsis. Ketika makanan masuk ke dalam esofagus, otot polos meregang; hal ini memicu gelombang peristaltik yang diteruskan di sepanjang esofagus dan mendorong makanan di dalam- nya. Ketika gelombang peristaltik mencapai ujung esofagus, otot polos pada bukaan menuju lambung berelaksasi dan makanan masuk ke dalam lambung. Ujung esofagus yang disebut sfingter esofagus bawah, terletak di rongga perut, di bawah diafragma. (Meskipun disebut sfingter, area ini secara anatomi tidak berbeda dengan semua bagian esofagus sehingga bukan termasuk sfingter sejati). Jika gelombang peristaltik tidak diteruskan di bawah esofagus, sfingter esofagus relaksasi dan dalam posisi tertutup, mencegah refluks isi lambung ke dalam esofagus. Refluks juga dapat dicegah dengan kenyataan bahwa sfingter esofagus bawah berada di daerah abdomen bukan di rongga dada; jika tidak demikian, mudah terjadi aliran balik makanan dari zona bertekanan tinggi di abdomen ke area toraks yang bertekanan lebih rendah. Dengan menjadi bagian dari esofagus didalam abdomen, perbedaan tekanan dapat diminimalisasi. Motilitas Lambung Ketika makanan masuk ke dalam lambung, lambung juga berespons terhadap gelombang peristaltik. Pada saat gelombang kontraksi men- capai ujung bawah lambung, yang disebut antrum, kontraksi semakin cepat yang efektif untuk mencampur makanan. Gelombang kontraksi ini juga menyebabkan penutupan taut antara ujung distal dilambung dan bagian atas duodenum, yang disebut sfingter pilorik. Sfingter pilorik adalah sfingter sejati dan normalnya berelaksasi saat makanan tidak masuk ke lambung. Gelombang peristaltik terjadi sebagai akibat dari depolarisasi sel otot polos lambung. Sel pemacu di otot polos lambung berdepolarisasi secara berkesinambungan pada laju yang inheren; yang disebut dengan irama elektrik dasar lambung. Secara normal, depolarisasi dikaitkan dengan irama elektrik dasar yang terlalu rendah untuk me- nyebabkan otot lambung mencapai ambang dan oleh karenanya tidak menyebabkan kontraksi. Dengan meningkatnya peregangan lambung aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 602 UNIT 5 NUTRISI, ELIMINASI, FUNGS! DAN DISFUNGSI REPRODUKS! * Nyeri biasanya timbul dalam 30 sampai 60 menit setelah makan, atau sewaktu tidur saat berbaring. Perangkat Diagnostik * Riwayat kesehatan sangat baik untuk mengindikasi individu pada risiko reluks gastroesofagus. * Alat pengukur pH yang dimasukkan ke area esofagus bawah dapat memperlihatkan pH rendah yang abnormal (di bawah 4) pada indi- vidu penderita refluks gastroesofagus. Positif palsu dan negatif palsu dapat terjadi. + Barium telan tidak efektif untuk mengindentifikasi refluks gastro- esogus. Komplikasi + Esofagitis Barrett adalah iritasi lapisan esofagus yang ditandai dengan perubahan sel yang dapat mengakibatkan refluks kronis. Esofagitis Barrett merupakan kondisi pramalignan yang dapat berkembang menjadi kanker esofagus. * Tritasi kronis esofagus dapat menyebabkan inflamasi kronis, spasme otot, dan jaringan parut di esofagus, yang semuanya ini dapat menyebabkan tumbuhnya striktur, sehingga mengganggu atau menyumbat jalur pergerakan makanan. * Muntah dan disfagia (sulit menelan) pada saat makan dapat ter- jadi. Penatalaksanaan *« Tekanan abdomen dapat diturunkan dengan makan porsi kecil tetapi sering. Pada masalah obesitas, konseling nutrisi dan olah- raga dianjurkan. * Posisi duduk selama dan sesudah makan, dan tidur dengan kepala ditinggikan, akan menurunkan tekanan abdomen pada sfingter esofagus. * Minum lebih banyak cairan untuk membilas isi lambung yang kembali ke esofagus. + Reseptor antagonis histamin tipe-2 (H2) dan penghambat pompa proton digunakan untuk menurunkan sekresi asam lambung, dikombinasi dengan perubahan perilaku di atas. * Terapi penghambat pompa proton merupakan terapi pilihan untuk kasus refluks yang akut dan terapi rumatan untuk pasien yang di- laporkan mengalami erosi esofagus. + Pembedahan anti-refluks mungkin dipertimbangkan jika gejala tetap ada setelah diterapi atau refluks yang disebabkan hernia hiatus. * Dapat digunakan antasid untuk menetralkan isi lambung yang asam. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 606 UNIT 5 NUTRISI, ELIMINASI, FUNGSI DAN DISFUNGSI REPRODUKS! Penatalaksanaan ¢ Identifikasi dan anjurkan pasien menghindari makanan yang me- nyebabkan sekresi HCI berlebihan; pada beberapa individu cara ini dapat meredakan gejala. + Pendidikan kesehatan tentang menghindari alkohol dan kafein meredakan gejala dan meningkatkan proses penyembuhan ulkus yang sudah ada. + Menghentikan atau mengurangi penggunaan obat NSAID; sering kali dapat mengurangi gejala pada kasus ringan. * Dorong individu untuk berhenti merokok yang dapat mengiritasi usus dan memperlambat penyembuhan. + Peresepan antihistamin atau penghambat pompa proton untuk menetralisir asam lambung dan untuk meredakan gejala ulkus. + Individu yang dilaporkan menderita ulkus akibat H. pylori— kebanyakan pasien—ditangani dengan penambahan antibiotik se- lain terapi antasid standar yang telah digunakan. Biasanya, pasien diberi satu atau dua antibiotik, plus antijamur, atau antibiotik dan penghambat pompa antibiotik. Penambahan antibiotik, selain strategi penurunan kadar asam yang digunakan sebelumnya pada banyak pasien benar-benar dapat menyembuhkan ulkus bukan sekedar memperbaiki gejala sementara. + Penatalaksanaan stres, teknik relaksasi, atau sedatif dapat digu- nakan untuk mengatasi pengaruh psikologis. MALABSORPSI Malabsorpsi adalah kegagalan usus halus untuk menyerap jenis makanan tertentu. Ketidakmampuan menyerap tersebut dapat berupa (1) satu jenis asam amino, lemak, gula, atau vitamin; (2) semua asam amino, lemak, gula; atau (3) semua vitamin yang larut lemak. Malabsorpsi terhadap segala sesuatu yang diserap di satu segmen usus halus juga dapat terjadi, sementara di segmen lain usus halus dapat diserap. Penyebab malabsorpsi antara lain adalah defisiensi enzim pencernaan pankreas; infeksi mikroorganisme; kerusakan lapisan mukosa usus; atau, untuk lemak dan vitamin larut lemak, gangguan fungsi limfe atau empedu. Malabsorpsi laktosa dapat terjadi akibat gangguan penguraian laktosa menjadi monosakarida yang dapat diserap. Hal ini dapat terjadi karena defisiensi kongenital enzim laktase atau penurunan produksi laktase setelah suatu penyakit usus. Penyakit Crohn dan reseksi usus merupakan penyebab umum malabsorpsi, demikian juga dengan sprue, penyakit yang ditandai dengan cedera pada vili (jonjot usus) yang disebabkan hipersensitivitas gluten, produk dari gandum, barli (barley), gandum hitam, dan oat. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. BAB 15 SISTEM PENCERNAAN 615 berasal dari kelenjar sekretorik lapisan mukosa. Sebagian besar kanker kolorektum berawal di polip yang sudah ada sebelumnya. Faktor risiko untuk kanker kolorektum adalah mencakup makan- an diet tinggi lemak dan rendah serabut. Menahan feses juga menye- babkan pelepasan toksin-toksin yang terdapat dalam feses untuk mencetuskan kanker. Terdapat faktor risiko genetik untuk kanker kolorektum, dan gen spesifik yang berkaitan dengan kanker kolon telah diidentifikasi. Adanya atau riwayat polip di kolon dan rektum mengindikasikan peningkatan risiko perkembangan kanker. Sebagai pencegahan, asupan yang tinggi buah dan sayuran dapat melindungi individu dari perkembangan kanker kolorektum dengan kandungan serabut dalam diet dan menyediakan antioksidan yang melindungi kerusakan sel dari karsinogen. Penggunaan aspirin dan NSAID lain- nya dalam jangka lama (>10 tahun) mengurangi secara bermakna risiko kanker kolorektum dengan penggunaan yang sesuai dosis. Pada akhirnya, masih dalam penelitian , apakah ada bukti yang menyatakan bahwa risiko kanker kolon lebih rendah pada individu yang menerima statin untuk mengobati hiperlipidemia, meskipun mekanismenya be- lum jelas. Gambaran Klinis * Perubahan kebiasaan buang air besar, yang menyebabkan diare atau konstipasi. * Darah yang nyata atau samar dalam feses merupakan tanda ke- waspadaan. + Keletihan. Perangkat Diagnostik * Anemia dapat terlihat dari hasil hitung sel darah lengkap, me- merlukan evaluasi lebih lanjut. + Pada pemeriksaan dengan jari mungkin teraba adanya massa. * Pemeriksaan darah samar untuk feses dapat mengindikasikan adanya kanker. + Identifikasi dini polip dengan pemeriksaan jari, sigmoidoskopi atau kolonoskopi (pemeriksaan seluruh bagian rektum dan kolon sig- moid dengan memasukkan lensa serabut-optik), serta pengangkat- an secara bedah semua polip yang dapat mencegah pembentukan kanker. * Penanda genetik untuk kanker kolon dapat memperkirakan siapa yang paling berisiko menderita penyakit tersebut, sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan yang sesuai. * Pemeriksaan darah untuk antigen spesifik yang berkaitan dengan kanker kolorektum, terutama antigen karsinoembrionik (Carcino- embryonic antigen, CEA), mungkin bermanfaat untuk identifikasi dini kekambuhan kanker kolorektum. Kadar CEA bukan merupa- aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 620 UNIT 5 NUTRISI, ELIMINAS!, FUNGSI DAN DISFUNGSI REPRODUKS! Peptida B GAMBAR 16.1. molekul proinsulin tubuh. Setelah berikatan, insulin bekerja melalui sistem perantara protein kinase perantara kedua untuk menyebabkan peningkatan transportasi molekul glukosatransporter-glukosa yang berada di luar membran sel. Molekul transporter-glukosa, yang disebut transporter- glukosa glut-4, berperan penting untuk memfasilitasi pelarutan glukosa ke sebagian besar sel. Pada saat ditransportasikan masuk ke dalam sel, glukosa dapat digunakan segera untuk menghasilkan energi melalui siklus Krebs atau dapat disimpan di dalam sel sebagai glikogen, polimer glukosa, yang merupakan bentuk penyimpanan glukosa. Ketika glukosa masuk ke dalam sel, kadar glukosa dalam darah menurun, sehingga menurunkan stimulasi pelepasan insulin lebih lanjut. Siklus ini adalah contoh dari umpan-balik negatif, sepertis yang diilustrasikan pada Gambar 16.2. Pelepasan insulin juga dirangsang oleh beberapa asam amino dan hormon pencernaan (mis., CCK, sekretin, dan GIP [glucose-dependent insulinotropic polypeptide]; lihat Bab 15). Sistem saraf otonom juga menstimulasi pelepasan insulin melalui saraf parasimpatis ke pankreas. Pelepasan GIP dan pengaktifan sistem saraf otonom, ke- duanya terjadi saat mulai makan, bahkan sebelum glukosa diserap. Stimulasi simpatis ke pankreas menurunkan pelesapan insulin. Insulin adalah hormon anabolik (pembentuk) utama tubuh dan memiliki berbagai efek lain selain menstimulasi transpor glukosa. Insulin juga meningkatkan transpor asam amino ke dalam sel, men- stimulasi sintesis protein, dan menghambat pemecahan cadangan lemak, protein, dan glukosa. Insulin juga menghambat glukoneo- genesis, sintesis glukosa baru oleh hati. Secara ringkas, insulin me- nyediakan glukosa ke tubuh kita, membangun protein, dan mem- pertahankan kadar glukosa plasma rendah. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 634 UNIT 5 NUTRISI, ELIMINAS!, FUNGSI DAN DISFUNGSI REPRODUKSI defisit kalium yang parah, dan, pada sekitar 15 sampai 20% pasien, terjadi koma dan kematian. Terapi ditujukan untuk meng- ganti cairan dan elektrolit. Koma nonketotik hiperglikemik hiper- osmotik biasanya dijumpai pada lansia pengidap diabetes setelah mengonsumsi makanan tinggi karbohidrat. * Efek Somogyi: Efek Somogyi merupakan komplikasi akut yang ditandai penurunan unik kadar glukosa darah di malam hari, ke- mudian di pagi hari kadar glukosa kembali meningkat diikuti pe- ningkatan rebound pada paginya. Penyebab hipoglikemia malam hari kemungkinan besar berkaitan dengan penyuntikan insulin di sore harinya. Hipoglikemia itu sendiri kemudian menyebabkan peningkatan glukagon, katekolamin, kortisol, dan hormon pertum- buhan. Hormon ini menstimulasi glukoneogenesis sehingga pada pagi harinya terjadi hiperglikemia. Pengobatan untuk efek Somogyi ditujukan untuk memanipulasi penyuntikan insulin sore hari sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan hipoglikemia. Inter- vensi diet juga dapat mengurangi efek Somogyi. Efek Somogyi ba- nyak dijumpai pada anak-anak. * Fenomena Fajar (dawn phenomenon) adalah hiperglikemia pada pagi hari (antara jam 5 dan 9 pagi) yang tampaknya disebabkan oleh peningkatan sirkadian kadar glukosa di pada pagi hari. Fenomena ini dapat dijumpai pada pengidap diabetes tipe 1 atau tipe 2. Hormon-hormon yang memperlihatkan variasi sirkadian pada pagi hari adalah kortisol dan hormon pertumbuhan, di mana dan keduanya merangsang glukoneogenesis. Pada pengidap diabe- tes tipe 2, juga dapat terjadi penurunan sensitivitas terhadap insu- lin juga terjadi di pada pagi hari, baik sebagai variasi sirkadian normal maupun atau sebagai respons terhadap hormon pertum- buhan atau kortisol. * Hipoglikemia: Pengidap diabetes tipe 1 dapat mengalami komplikasi akibat hipoglikemia setelah injeksi insulin. Gejala yang mungkin terjadi adalah hilang kesadaran. Koma dapat terjadi pada hipoglikemia berat. Pasien diabetes tipe 1 yang terkontrol ketat, yaitu, pasien yang melakukan injeksi insulin multipel sepanjang hari dan mempertahankan kadar HbAlc sama atau kurang dari 7%, meningkatkan risiko untuk mengalami hipoglikemia. Manfaat kadar HbAIc yang baik harus diseimbangkan dengan risiko hipo- glikeminya. Komplikasi Jangka Panjang Terdapat banyak komplikasi jangka panjang pada diabetes melitus. Sebagian besar tampaknya disebabkan langsung oleh tingginya konsentrasi glukosa darah. Semuanya berperan menyebabkan morbiditas dan mortalitas penyakit. Komplikasi-diabetes tersebut mengenai hampir semua organ tubuh aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. BAB 16 PANKREAS DAN DIABETES MELITUS. 643 PANKREATITIS AKUT Pankreatitis akut adalah inflamasi pankreas yang ditandai autodiges- ti pankreas oleh enzim pankreas. Sel-sel pankreas mengalami cedera atau kematian sehingga terbentuk daerah nekrosis dan perdarahan. Stimulasi sistem imun dan inflamasi menyebabkan pankreas meng- alami edema dan pembengkakan. Penyebab Pankreatitis Pankreatitis dapat terjadi akibat penyumbatan duktus pankreatikus, biasanya disebabkan batu empedu di duktus biliaris komunis. Hiperlipidemia adalah faktor risiko untuk perkembangan pankreatitis. Hiperlipidemia dapat menstimulasi secara berlebihan pelepasan en- zim-enzim pankreas, atau berperan menyebabkan terbentuknya batu empedu. Alkoholisme kronis juga berkaitan dengan pankreatitis, mungkin akibat stimulasi pelepasan enzim pankreas atau akibat kerusakan pada sfingter Oddi di usus halus. Gambaran Kilinis + Nyeri, sering di daerah epigastrium dan menyebar ke punggung, biasanya setelah makan banyak atau minum alkohol berlebihan, Nyeri disebabkan pembengkakan dan peregangan duktus pankrea- tikus. Nyeri mungkin sangat hebat. + Mual dan muntah dapat menyertai serangan pankreatitis. Pasien tampak sangat sakit. Perangkat Diagnostik * Analisis darah biasanya memperlihatkan peningkatan kadar amilase dan lipase serum. * Selama serangan akut sering terjadi hiperglikemia dan hiperlipidemia * Hitung sel darah putih meningkat sewaktu terjadi infiamasi dan semakin tinggi apabila terjadi infeksi. Komplikasi * Dapat terjadi penurunan tekanan darah dan syok kardiovaskular pada serangan yang hebat akibat pelepasan sistemik mediator in- flamasi. * Dapat terjadi abses pankreas jika pankreas terinfeksi. Nekrosis jaringan dapat menyebar. Hal ini dapat menyebabkan perdarahan, kolaps sirkulasi, atau sepsis. Penatalaksanaan + Berpuasa makan dan minum untuk mengurangi sekresi pan- kreas. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. BAB 17 HATI 647 TABEL 17.1. Fungsi Hati Tipe Terapi Metabolik Masa absortif Mengubah glukosa menjadi glikogen dan trigliserida; menyimpan glikogen. Mengubah asam amino menjadi asam lemak atau simpanan asam amino. Membuat lipoprotein dari frigliserida dan kolesterol. Masa pasca-absortif Menghasilkan glukosa dari glikogen (glikogenolisis) dan asam lemak serta asam amino (glikonogenesis). Mengubah lemak menjadi keton (makin cepat jika puasa). Menghasilkan urea dari katabolisme protein. Imunologik Menyerap darah yang disaring Perubahan Metabolik _Detoksifikasi atau menyatukan produk sisa, hormon, obat- obatan FungsiPembekuan —_ Menghasilkan beberapa faktor pembekuan esensial. Protein Plasma Mensintesis albumin dan protein plasma lain Fungsi Eksokrin Mensintesis garam empedu. Fungsi Endokrin Terlibat dalam aktivasi vitamin D. menghasilkan angiotensin. Mensekresi faktor pertumbuhan seperti insulin (somatomedin). pan dengan cepat. Darah tersebut juga mungkin mengandung bakteri usus, racun, dan obat yang dicerna. Sumber darah hati yang lain adalah arteri hepatika yang mengalirkan darah sekitar 500 ml per menit. Darah arteri ini memiliki saturasi oksigen yang tinggi. Setelah mengaliri hati, kedua sumber darah tersebut mengalir ke dalam ka- piler hati yang disebut sinusoid. Dari sinusoid, darah mengalir ke sebuah vena sentralis di setiap lobulus dan dari semua lobulus ke vena hepatika. Vena hepatika mengosongkan isinya ke dalam vena kava inferior. Pada individu sehat, hampir tidak ada resistensi terhadap aliran darah di vena porta. Hasilnya, tekanan darah di sistem vena porta rendah, sekitar 3 mm Hg. Darah juga mengalir dengan mudah ke dalam vena kava, memiliki tekanan hampir 0 mm Hg. FUNGSI METABOLIK HATI Metabolisme adalah proses sel saat molekul-moleku] makanan dasar (gula, asam amino, dan asam lemak) dibentuk menjadi struktur sel atau simpanan energi dan kemudian diuraikan untuk digunakan menjalankan fungsi-fungsi sel. Pembentukan struktur sel dan simpanan energi disebut anabolisme; penguraiannya disebut kata- bolisme. Sel-sel hati adalah komponen penting dalam hubungan timbal balik antara anabolisme dan katabolisme. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 654 UNIT 5 NUTRISI, ELIMINASI, FUNGSI DAN DISFUNGSI REPRODUKSI zat gizi, pembentukan ATP, dan memungkinkan hati melaksanakan glukoneogenesis. Tanpa NAD, dapat terjadi hipoglikemia dan pe- nimbunan asam laktat. Hipoglikemia adalah masalah yang cukup sig- nifikan pada pecandu alkohol yang biasanya kekurangan gizi. Penimbunan asam laktat dapat menyebabkan gout karena peningkat- an asam laktat mengurangi ekskresi asam urat oleh ginjal. PENYIMPANAN DARAH DI HATI Hati adalah organ penyimpan darah. Apabila volume darah berkurang, misalnya sewaktu terjadi perdarahan, maka hati dapat membebaskan darah ke sirkulasi. Demikian juga, hati dapat meningkatkan simpan- an darahnya apabila terjadi peningkatan volume darah yang signifi- kan, atau apabila darah mengalir kembali ke sirkulasi perifer akibat gagal jantung kanan. Jumlah simpanan darah pada suatu waktu amat beragam bergantung pada susunan indeks kardiovaskular, tetapi biasanya bisa mencapai hingga 400 sampai 500 ml PEMBENTUKAN PROTEIN PLASMA Hati juga bertanggung jawab untuk mensintesis protein plasma, ter- masuk albumin. Konsentrasi albumin di dalam plasma adalah penen- tu utama tekanan osmotik koloid plasma, gaya utama yang menye- babkan reabsorpsi cairan dari ruang interstisium kembali ke kapiler (lihat Bab 13). Apabila hati tidak mampu mempertahankan jumlah protein plasma secara adekuat, maka tekanan osmotik kapiler men- jadi rendah dan plasma yang tersaring keluar di pangkal kapiler tidak dapat mengalir balik ke dalam kapiler yang membentuk sebuah vena. Dengan demikian, akan terjadi pembengkakan dan edema ruang in- terstisium. PEMBENTUKAN FAKTOR PEMBEKUAN Hati berfungsi dalam pembentukan beberapa faktor pembekuan ter- masuk faktor I (fibrinogen), II (protrombin), dan VII (prokonvertin). Bila produksi zat ini tidak adekuat, pembekuan darah akan terganggu dan dapat terjadi perdarahan hebat. Selain itu, vitamin K adalah suatu vitamin larut lemak yang dibutuhkan untuk membentuk faktor faktor ini dan faktor pembekuan lainnya. Karena garam empedu di- perlukan untuk menyerap semua vitamin larut lemak di usus, dis- fungsi hati yang menyebabkan penurunan pembentukan atau suplai empedu ke usus juga dapat menimbulkan masalah perdarahan. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. BAB 18 SISTEM GENITOURINARIUS 681 sebagian besar segmen tubulus berada. Perkembangan segmen- segmen tubulus dari glomerulus ke tubulus proksimal, kemudian sampai di tubulus distal, dan akhirnya hingga ke duktus pengumpul (collecting duct) diperlihatkan di Gambar 18.1. Setiap tubulus pengumpul di masing-masing nefron menyatu dengan tubulus- tubulus pengumpul lain untuk membentuk duktus penampung yang besarnya ratusan kali. Duktus pengumpul besar terletak di papila, yang terletak di bagian terdalam ginjal, yaitu medula ginjal. Duktus pengumpul besar mengalir menuju daerah aliran pusat, yang disebut pelvis ginjal, dan dari sini terus mengalir ke ureter. Ureter dari ma- sing-masing ginjal dihubungkan ke kandung kemih (vesika urinearia) (Gambar. 18.2). Kandung kemih menyimpan urine sampai urine dike- luarkan dari tubuh melalui proses berkemih (urineasi). Pengeluaran air kemih berlangsung melalui sebuah saluran yang disebut uretra. Kapsul Bowman Tubulus Atteriol lengkung = Glomerulus eferen proksimal Tubulus Tubulus pengumpul Kapiler-kapiler pertubuiss \}) / ae Ly A fenalis Dariarteri renalis GAMBAR 18.1. Struktur nefron. (dari Bullock, B.A., & Henze, R.L. [2000]. Focus on pathophysiology. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.) aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. BAB 18 SISTEM GENITOURINARIUS 687 dan tidak ada yang muncul di urine (yi., tidak ada yang dibersihkan). Zat-zat yang sebagian direabsorpsi masuk ke dalam plasma, misalnya natrium dan ion klorida, akan dibersihkan dengan kecepatan yang lebih rendah daripada GFR tetapi lebih besar dari nol. Zat yang disekresi dari darah untuk kemudian masuk ke dalam tubulus dibersihkan dengan kecepatan yang lebih besar dari GFR. Pengukuran klirens suatu zat dilakukan seperti teknik mengukur GFR. Dilakukan penentuan konsentrasi zat dalam plasma dan urine, demikian juga volume urine dalam periode tertentu. Persamaan yang menandakan klirens suatu zat adalah UV/P, yaitu U adalah konsen- trasi zat dalam urine (mg per ml), V adalah volume urine per waktu (mg per ml), dan Padalah konsentrasi zat dalam plasma (mg per ml). Hanya untuk zat seperti inulin, GFR setara dengan klirens. Untuk semua zat lain, klirens akan lebih besar atau kecil dibandingkan GFR. Pengukuran klirens suatu zat plasma yang 100% diekskresikan oleh ginjal memungkinkan kita memperkirakan aliran plasma ginjal dan aliran darah ginjal. PENGUKURAN ALIRAN PLASMA GINJAL DAN ALIRAN DARAH GINJAL Pengukuran aliran plasma ginjal terdiri atas pengukuran klirens suatu zat yang disebut para—-aminohipurat (PAH). PAH difiltrasi se- cara bebas di glomerulus. Zat ini tidak mengalami reabsorpsi, tetapi disekresikan secara aktif ke dalam filtrat urine. Dengan demikian, semua PAH (100%) di dalam plasma dibersihkan oleh ginjal. Klirens PAH memberi perkiraan untuk aliran plasma ginjal. Karena plasma menyusun sekitar 40-50% volume darah total, dapat diperhitungkan aliran darah ginjal. Perkiraan aliran darah ginjal hanya dapat dimungkinkan dari per- hitungan klirens PAH karena tidak semua plasma yang masuk ke ginjal mengalir ke kapiler glomerulus. Sekitar 10-15% aliran darah ginjal memperdarahi jaringan nonfiltrasi misalnya jaringan lemak dan jaringan ikat ginjal. Dengan demikian, klirens PAH dikatakan meng- hasilkan aliran plasma ginjal efektif (effective renal plasma flow, ERPF)}, 10-15% lebih kecil dibandingkan aliran plasma ginjal total, seperti diperlihatkan dalam Persamaan 18.3: C, =U, xV/P. =ERPF (18.3) PAH” PAH PAH Dari ERPF, aliran darah ginjal efektif (effective renal blood flow, ERBF) dapat ditemukan dengan menggunakan Persamaan 18.4: ERBF = ERPF/1-Ve (18.4) aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. BAB 18 SISTEM GENITOURINARIUS, 697 Cairan Tubulus Sel Tubulus Proksimal Plasma HCOs (difiltrasi) A HCO +H H OH +CO, Karbonat anhicrase HeCOy Hcoy HCO; (direabsorbsi) Karbonat anhidrase, H.0 CO; GAMBAR 18.6. Reabsorpsi bikarbonat yang difiltrasi melalui sel-sel tubulus proksimal, urine sehingga ginjal dapat membersihkan darah dari asam-asam yang tidak mudah menguap yang diproduksi secara metabolik. Seperti diperlihatkan dalam Gambar 18.7, ekskresi H* terjadi setelah sebagian besar bikarbonat yang difiltrasi mengalami reabsorpsi. Pada keadaan ini, H* yang dihasilkan di sel tubulus proksimal dari penguraian air berpindah ke lumen tubulus dan berikatan dengan ion-ion fosfat yang difiltrasi (atau, dengan tingkatan yang lebih rendah, dengan ion sulfat) dan keluar melalui urine. Efek ekskresi hidrogen yang terikat ke fosfat tidak hanya menye- babkan pengeluaran asam melalui urine, tetapi juga terjadi penambahan neto bikarbonat. Hal ini terjadi karena ion bikarbonat tetap diproduksi di tubulus proksimal sewaktu karbon dioksida berikatan dengan OH-. Bikarbonat ini dikembalikan ke plasma. Mekanisme kedua yang digunakan oleh ginjal untuk mengekskresi- kan asam adalah dengan sekresi aktif ion amonium (NH,") ke dalam cairan tubulus (Gambar. 18.8). Ion amonium dihasilkan oleh sel tu- bulus proksimal sebagai hasil dari metabolisme glutamin. Glutamin masuk ke dalam sel dari kapiler peritubulus dan lumen tubulus setelah difiltrasi di glomerulus. Setelah berada di dalam tubulus, ion aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 702 UNIT 5 NUTRISI, ELIMINAS!, FUNGSI DAN DISFUNGSI REPRODUKS! FUNGSI ENDOKRIN GINJAL Fungsi ginjal sebagai suatu organ endokrin tidak hanya menghasilkan dan melepaskan renin tetapi sekaligus menghasilkan dan melepaskan dua hormon yang lain, yaitu 1,25-dihidroksivitamin D,, yang penting untuk mineralisasi tulang, dan eritropoetin, yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah. 1,25 Dihydroxyvitamin D, Ginjal bekerja bersama hati untuk menghasilkan bentuk aktif vitamin D, yang disebut 1,25 dihydroxyvitamin D,, dari suatu prekursor in- aktif yang berasal dari makanan. Bentuk inaktif vitamin D juga dapat dihasilkan dari suatu reaksi prekursor yang terdapat di kulit yang NaCl -H,0 Dari Pars Desendens Duktus Pengumpul Cairan interstisium | Urine a” Difusi Sederhana ¥ON Transpor Aktif pekat GAMBAR 18.10. Pembentukan urine encer bila tidak ada ADH, Perlu ditekankan bahwa karena sebenarnya ada beberapa NaCl yang ditranspor keluar duktus pengum- pul, osmolalitas urine dapat berkurang dari 300 mOsmil. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 720 UNIT 5 NUTRISI, ELIMINASI, FUNGS! DAN DISFUNGS! REPRODUKSI Pengobatan osteodistrofi ditujukan untuk pemberian suplemen kalsium dan vitamin D. Diperlukan diet dengan kadar fosfat terba- tas. ASIDOSIS METABOLIK/ASIDOSIS GINJAL Asidosis metabolik adalah penurunan pH plasma yang bukan dise- babkan oleh gangguan pernapasan. Penyakit ginjal kronis menyebab- kan asidosis metabolik sebagai akibat ekskresi H* dan gangguan re- absorpsi bikarbonat. Hal ini menyebabkan peningkatan H’ plasma dan penurunan pH. Peningkatan konsentrasi H’ berperan pada resorpsi tulang dan menyebabkan perubahan fungsi saraf dan otot. Dengan meningkat- nya konsentrasi ion hidrogen, sistem pernapasan akan terangsang. Terjadi takipnu (peningkatan kecepatan pernapasan) sebagai usaha mengeluarkan kelebihan hidrogen sebagai karbon dioksida. Respons pernapasan terhadap asidosis ginjal disebut kompensasi respirato- rik, ENSEFALOPATI UREMIK Ensefalopati uremik mengacu kepada perubahan neurologi yang tam- pak pada penyakit ginjal yang parah. Gejala mencakup keletihan, mengantuk, letargi, kejang, kedutan otot, neuropati perifer (nyeri di tungkai dan kaki), penurunan daya ingat, dan koma. Ensefalopati uremik tampaknya disebabkan oleh penimbunan toksin-toksin, per- ubahan keseimbangan kalium, dan penurunan pH. Pengobatan be- rupa penggantian ginjal dengan dialisis atau transplantasi ginjal apa- bila kelainan ginjalnya ireversibel. DIALISIS GINJAL Dialisis ginjal adalah proses penyesuaian kadar elektrolit dan air dalam darah pada orang yang fungsi ginjalnya buruk atau rusak. Pada prosedur ini, darah dilewatkan melalui suatu medium artifisial yang mengandung air dan elektrolit dengan konsentrasi yang telah ditentukan sebelumnya. Medium artifisial adalah cairan dialisis. Di Amerika Serikat, lebih dari 300.000 orang membutuhkan dialisis agar dapat bertahan hidup. Melalui difusi sederhana melintasi sebuah membran yang permea- bel selektif, air dan elektrolit-elektrolit darah berpindah sesuai gradi- en konsentrasi masing-masing, masuk atau keluar larutan dialisis. Akibat difusi sederhana itu, kadar akhir zat tersebut dalam darah akan dimanipulasi mendekati nilai normal. Misalnya, konsentrasi natrium dalam cairan dialisis dapat disesuaikan sedemikian sehingga aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 716 UNIT 5 NUTRISI, ELIMINAS!, FUNGSI DAN DISFUNGSI REPRODUKSI * Penurunan pengeluaran urine apabila terjadi obstruksi aliran. * Pengenceran urine apabila terjadi obstruksi aliran, karena kemam- puan ginjal memekatkan urine terganggu oleh pembengkakan yang terjadi di sekitar kapiler peritubulus. Perangkat Diagnostik + Pemeriksaan darah dan urine untuk memeriksa bahan bahan pembentuk batu. + Radiografi, ultrasound, atau urografi intravena dapat menentukan lokasi batu. ' Komplikasi * Obstruksi urine dapat terjadi di sebelah hulu dari batu di bagian mana saja di saluran kemih. Obstruksi di atas kandung kemih dapat menyebabkan hidroureter, yaitu ureter membengkak oleh urine. Hidroureter yang tidak diatasi, atau obstruksi pada atau di atas tempat ureter keluar dari ginjal dapat menyebabkan hidrone- frosis yaitu pembengkakan pelvis ginjal dan sistem duktus pe- ngumpul. Hidronefrosis dapat menyebabkan ginjal tidak dapat memekatkan urine sehingga terjadi ketidakseimbangan elektrolit dan cairan. + Obstruksi menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik intersti- sium dan dapat menyebabkan penurunan GFR. Obstruksi yang tidak diatasi dapat menyebabkan kolapsnya nefron dan kapiler se- hingga terjadi iskemia nefron karena suplai darah terganggu. Akhir- nya dapat terjadi gagal ginjal jika kedua ginjal terserang. + Setiap kali terjadi obstruksi aliran urine (stasis), kemungkinan infeksi bakteri meningkat. + Dapat terbentuk kanker ginjal akibat peradangan dan cedera berulang. Penatalaksanaan + Peningkatan asupan cairan meningkatkan aliran urine dan mem- bantu mendorong batu. Asupan cairan dalam jumlah besar pada orang-orang yang rentan mengalami batu ginjal dapat mencegah pembentukan batu. * Modifikasi makanan dapat mengurangi kadar bahan pembentuk batu, bila kandungan batu teridentifikasi. * Mengubah pH urine sedemikian untuk meningkatkan pemecahan batu. * Litotripsi (terapi gelombang kejut) ekstrakorporeal (di luar tubuh) atau terapi laser dapat digunakan untuk memecahkan batu. * Mungkin diperlukan tindakan bedah untuk mengangkat batu be- sar atau untuk menempatkan slang di sekitar batu untuk meng- atasi obstruksi. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. BAB 18 SISTEM GENITOURINARIUS 725 glomerulus menyebabkan pembengkakan dan edema serta penyempit- an kapiler yang mengganggu aliran darah. Penyempitan kapiler me- nyebabkan cedera pada sel-sel darah merah yang lewat, yang kemu- dian diuraikan di limpa dan menyebabkan anemia hemolitik. Kerusakan sel-sel glomerulus merangsang reaksi peradangan terma- suk pengaktifan komplemen, pengendapan fibrin, penimbunan sel-sel darah putih, dan pengeluaran berbagai peptida vasoaktif. Terjadi pe- nimbunan trombosit yang menyebabkan terbentuknya bekuan dan penurunan kadarnya dalam sirkulasi. Aliran darah ke ginjal dapat berkurang dan dapat terbentuk jaringan parut. Gambaran Klinis Muntah dan nyeri abdomen. Diare berdarah. Memar akibat trombositopenia (penurunan jumlah trombosit). Oliguria (penurunan pengeluaran urine}. Perangkat Diagnostik + Biakan urine dapat mengidentifikasi organisme penyebab. + Obstruksi dan peradangan dapat terlihat melalui ultrasound atau radiograf, Komplikasi + Dapat terjadi gagal ginjal, baik sementara atau permanen. Penatalaksanaan « Dibutuhkan dialisis apabila timbul gagal ginjal. * Dapat diberikan transfusi darah. * Diperlukan koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit. JERTIMBANGAN PEDIATRIK Kelompok yang relatif rentan mengalami kerusakan ginjal setelah infeksi E. coli 0157 adalah anak-anak. Banyak anak yang terinfeksi bakteri ini memerlu- kan dialisis atau bahkan meninggal. GAGAL GINJAL Gagal ginjal adalah hilangnya fungsi ginjal. Karena ginjal memiliki peran vital dalam mempertahankan homeostasis, gagal ginjal menye- babkan efek sistemik multipel. Semua upaya untuk mencegah gagal ginjal amat penting. Dengan demikian, gagal ginjal harus diobati se- cara agresif. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 736 UNIT 5 NUTRISI, ELIMINASI, FUNGSI DAN DISFUNGS! REPRODUKSI dan elektrolit menjadi sangat kental dan terjadi penyusutan sel se- hingga dapat menyebabkan disfungsi susunan saraf dan kematian. Rangsangan untuk minum dapat berupa fisiologis atau sosial. Penge- luaran bisa bervariasi, terkait dengan suhu ruang, olahraga, dan pa- kaian yang dikenakan. Akhirnya, rasa haus yang didorong oleh pusat di hipotalamus dan pengeluaran urine oleh ginjal mempertahankan keselarasan antara asupan dan haluaran. Asupan dan Haluaran Cairan Orang dewasa minum antara 1,5 sampai 2,5 L cairan per hari. Tiga ratus hingga 400 ml lainnya dihasilkan lewat reaksi metabolik harian. Pengeluaran harian dengan tepat menyeimbangkan asupan ini pada orang yang sehat: 1,0 hingga 2,0 L diekskresi melalui urine, 100 ml diekskresi melalui tinja, 50 ml diekskresi melalui keringat, dan seki- tar 1000 ml diekskresi melalui pengeluaran udara dan evaporasi per- mukaan. Seperti yang ditekankan di Gambar 19.2, pencernaan cairan dan ekskresi urine adalah satu-satunya variabel yang benar-benar berada di bawah kendali rangsangan saraf dan hormon. Kontrol Cairan yang Diminum Meski jumlah cairan yang kita minum setiap harinya dipengaruhi oleh kebiasaan makan dan pengaruh sosial, kontrol utama kecukup- an jumlah cairan yang kita cerna dilakukan oleh pusat ketiga yang Cairen ekeiraeet (1/3 cairan tubuh total) Cairan interstisium (80%) GAMBAR 19.1. Persentase cairan tubuh. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 742 UNIT 5 NUTRISI, ELIMINASI, FUNGS! DAN DISFUNGSI REPRODUKSI dianggap sebagai basa. Reaksi-reaksi ini ditulis ulang di rumus ber- ikut, dengan basa dalam huruf tebal: c17+H*SHCI owe. HCO, + H"SH,CO, Laktat +H” SAsam laktat teat NH, +H SNH, Suatu basa dapat lemah atau kuat, bergantung pada derajat peneri- maan ion hidrogen. Sebagian besar asam dan basa yang terdapat di dalam tubuh bersifat lemah. Penyangga Asam dan basa lemah merupakan penyangga (buffer) yang baik. Pe- nyangga adalah suatu zat yang mampu menyerap ion hidrogen dari suatu larutan, atau membebaskan ion hidrogen ke dalam larutan, sehingga dapat mencegah fluktuasi pH yang besar. Terdapat tiga sistem penyangga yang penting dalam tubuh manusia: sistem pe- nyangga bikarbonat-asam karbonat, sistem penyangga fosfat, dan sistem penyangga hemoglobin. Sistem Penyangga Bikarbonat-Asam Karbonat Sistem penyangga utama dalam tubuh adalah sistem penyangga bi- karbonat-asam karbonat. Sistem ini bekerja dalam darah untuk me- nyangga pH plasma. Apabila ion-ion hidrogen bebas ditambahkan ke dalam darah yang mengandung bikarbonat, maka ion-ion bikarbonat akan mengikat ion hidrogen dan berubah menjadi asam karbonat (H,CO,). Hal ini menyebabkan ion hidrogen bebas sedikit dalam larut- an sehingga penurunan pH darah yang drastis dapat dicegah. Asam karbonat dianggap sebagai suatu asam lemah; ion bikarbonat diang- gap basa konjugasinya (komplementer) yang juga lemah. Seperti yang diperlihatkan di Persamaan 19.2, asam karbonat juga dapat terurai menjadi karbon dioksida dan air; maka sistem penyangga bikarbonat terutama digunakan untuk eliminasi gas yang mudah menguap, kar- bon dioksida. Penguraian asam karbonat menjadi karbon dioksida dan air memerlukan enzim karbonat anhidrase, yang terdapat di dalam sel darah merah. Reaksi ini bersifat reversibel, dan karbon di- oksida dan air dapat menyatu kembali untuk membentuk asam kar- bonat. Proses ini juga memerlukan kerja karbonat anhidrase. Reaksi reversibel ini diperlihatkan dalam Persamaan 19.2. = su = CO, +H,05H,CO,4H" +HCO, (19.2) aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. BAB 19 KESEIMBANGAN CAIRAN ELEKTROLIT, DAN ASAM-BASA 751 menimbulkan hiperkalsemia. Imobilisasi lama juga menimbulkan hiperkalsemia. Asupan vitamin D berlebihan disertai peningkatan asupan kalsium dari makanan dapat menyebabkan hiperkalsemia. Litium, yang digunakan untuk mengobati gangguan manik-depresif meningkatkan kadar kalsium serum. Akibat klinis hiperkalemia berupa gangguan fungsi ginjal, dengan peningkatan risiko batu ginjal dan poliuria yang terkait dengan ketidakmampuan ginjal untuk memekatkan urine. Berbagai mani- festasi neuromuskular terbentuk, termasuk kelemahan otot, hilang- nya tonus, dan atrofi otot. Sistem kardiovaskular terkena, sehingga terjadi peningkatan tekanan darah dan perubahan EKG. Disfungsi susunan saraf pusat muncul, berupa letargi, stupor, dan koma. Peng- obatan ditujukan untuk mengurangi pelepasan lebih lanjut kalsium dari tulang dan rehidrasi. HIPOFOSFATEMIA Konsentrasi fosfat serum kurangdari 2,5 mg/d1disebut hipofosfatemia. Hipofosfatemia dapat muncul sebagai akibat kurang gizi dan biasa diderita oleh pencandu alkohol; sebagian berhubungan dengan gizi buruk pada populasi ini. Perpindahan fosfat dari kompartemen ekstra- sel ke intrasel juga dapat menyebabkan hipofosfatemia. Karena transpor intrasel fosfat dirangsang oleh insulin, pemberian glukosa lama atau perbaikan gizi yang berlebihan dapat menyebabkan deplesi fosfat ekstrasel. Hal yang sama, pemberian insulin, bila diberikan dengan dosis sangat tinggi atau dalam upaya menangani episode ke- toasidosis diabetes dapat menimbulkan hipofosfatemia. Penurunan absorpsi fosfat di usus dapat menyertai diare lama atau pemberian alumunium atau antasid yang mengandung kalsium karena zat-zat ini mengikat fosfat dan meningkatkan ekskresinya dalam tinja. Manifestasi hipofosfatemia berupa disfungsi neuromuskular yang ditandai dengan tremor, kelemahan otot, kejang, dan terkadang koma dan kematian. Semua simpanan energi terganggu karena fosfat adalah komponen penting ATP. Sel darah merah, sel darah putih, dan fungsi trombosit juga berkurang. Pengobatannya berupa terapi sulih. HIPERFOSFATEMIA Hiperfosfatemia terjadi bila konsentrasi fosfat serum lebih dari 4,5 mg/dl. Hiperfosfatemia paling sering disebabkan oleh penurunan fungsi ginjal, selain redistribusi fosfat intrasel, yang biasanya terjadi akibat trauma besar. kehancuran sel-sel kanker pada kemoterapi dapat menimbulkan hiperfostatemia seiring dengan penghancuran sel-sel kanker tersebut. Peningkatan fosfat dapat terjadi pada pembe- rian laksatif yang mengandung fosfat atau enema. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. BAB 19 KESEIMBANGAN CAIRAN ELEKTROLIT, DAN ASAM-BASA 761 Penatalaksanaan ¢ Penatalaksanaan untuk asidosis metabolik secara spesifik didasar- kan pada pengobatan penyebab gangguan. ¢ Pada pasien yang menderita penyakit ginjal, penatalaksanaan ha- rus mencakup pemberian basa yang berlebihan dalam makanan. ¢ Mungkin diperlukan pemberian natrium bikarbonat untuk me- ningkatkan pH secara cepat apabila pasien berisiko meninggal. Prosedur ini harus dilakukan secara berhati hati karena infus natrium bikarbonat dapat menyebabkan pembengkakan otak. [PERTIMBANGAN PEDIATRIK Anak-anak penderita gagal ginjal yang menjalani dialisis memperlihatkan per- baikan pertumbuhan bila kadar bikarbonat dibuat menjadi normal. Dialisis peritoneum tampaknya dapat lebih baik menormalkan bikarbonat dibanding hemodialisis sehingga memperbaiki hasil akhir pertumbuhan pada anak- anak ALKALOSIS METABOLIK Alkalosis metabolik adalah peningkatan pH arteri akibat gangguan nonrespirasi. Terdapat beberapa penyebab alkalosis metabolik. Penyebab Alkalosis Metabolik Alkalosis metabolik dapat terjadi apabila terdapat pengeluaran asam yang berlebihan, atau apabila asupan basa meningkat. Dehidrasi dan perubahan kadar elektrolit ekstrasel, yang menyebabkan pergeseran dalam elektrolit-elektrolit plasma, dapat menyebabkan alkalosis metabolik. Hilangnya Asam Hilangnya asam dapat timbul akibat muntah yang berlebihan, karena isi lambung bersifat asam. Muntah juga menyebabkan alkalosis secara tidak langsung karena keluarnya klorida melalui muntahan. Peningkatan Kadar Bikarbonat Peningkatan kadar bikarbonat dapat terjadi pada asupan bikarbonat dalam bentuk antasid yang mengandung bikarbonat yang digunakan untuk mengobati indigesti atau nyeri ulu hati. Larutan bikarbonat mungkin digunakan selama resusitasi kardiopulmonalis dan dapat menyebabkan alkalosis metabolik. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 766 UNIT 5 NUTRISI, ELIMINAS!, FUNGSI DAN DISFUNGS! REPRODUKSI sel tunas yang terletak di dinding tubulus dan kemudian bermigrasi melalui lumen tubulus. Tubulus seminiferus terbentuk dari dua jenis sel: sel sertoli, yang melapisi bagian dalam tubulus, dan sel intersti- sium Leydig, yang mengelilingi bagian luar tubulus. Sperma yang te- ngah berkembang mendapat tunjangan penting dan makanan dari sel-sel Sertoli selama pematangannya. Sel-sel interstisium Leydig mensintesis dan mengeluarkan testosteron selama masa gestasi dan pubertas. Testosteron penting untuk pematangan sperma dan kelang- sungan hidup sel Sertoli. Epididimis, Vas Deferens, dan Uretra Dari tubulus seminiferus, sperma berjalan ke tubulus panjang lain, epididimis. Epididimis berjalan melingkar di bagian belakang testis kemudian menuju ke atas ke arah rongga peritoneum. Epididimis berjalan menuju vas deferens. Vas deferens masuk ke rongga peritoneum dan melebar untuk membentuk suatu rongga yang disebut ampula, yang memiliki struktur mirip kelenjar berkelok-kelok yang disebut vesikula seminalis di kedua sisi. Pada ampula, vas deferens membentuk duktus ejakulatorius. Duktus Ejakulatorius melewati kelenjar prostat dan bergabung dengan uretra interna di bawah kandung kemih. Uretra interna me- masuki penis membentuk uretra. Kelenjar penskresi-mukus melapisi uretra. Pematangan Sperma Sperma di tempat masuk epididimis masih belum matang dan tidak mampu membuahi sel telur. Setelah berjalan melalui vas deferens (memakan waktu sekitar 2 minggu), sperma akan menjadi matang. Sperma matang dapat disimpan dalam vas deferens dan ampula dan bertahan hidup selama sebulan lebih. Vesikula Seminalis Pada perangsangan seksual, vesikula seminalis mengeluarkan suatu zat mirip mukus yang mengandung gula, prostaglandin, dan fibrino- gen ke dalam duktus ejakulatorius. Sperma menggunakan gula untuk energinya dan prostaglandin membantu sperma menembus serviks wanita. Prostaglandin juga dapat menyebabkan kontraksi saluran genitalia wanita, yang mendorong sperma dalam perjalanannya me- nuju sel telur. Prostat Prostat adalah kelenjar berbentuk seperti buah kenari yang terletak tepat di bawah kandung kemih. Sewaktu perangsangan seksual, prostat mengeluarkan cairan encer seperti susu yang mengandung berbagai enzim dan ion ke dalam duktus ejakulatorius. Cairan ini aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 774 UNIT 5 NUTRISI, ELIMINASI, FUNGSI DAN DISFUNGS! REPRODUKS! $224 Se 7 ao 2 AT B20 24 22 70 24 25 20-77 GAMBAR 20.3. Daur haid 28 hari (tanpa pembuahan ovum). Fase Folikular Daur Haid Pembentukan folikel bergantung pada pelepasan FSH dan LH dari hipofisis anterior. FSH mulai sedikit meningkat pada hari pertama setelah haid dimulai. Kadar LH memperlihatkan peningkatan yang sedang. Di bawah pengaruh FSH, dan sedikit LH, 6-12 folikel primer mulai berkembang selama minggu pertama siklus haid. Pada permulaan mingegu kedua, pertumbuhan salah satu folikel mendominasi dan yang lain mulai menurun dalam suatu proses yang dikenal sebagai atresia. Sel-sel granulosa folikel yang dominan tersebut berespons terhadap FSH dan LH dengan mengeluarkan estrogen. Golongan kedua sel-sel folikel, yang disebut sel teka, tum- buh mengelilingi lapisan granulosa. Sekresi estrogen menumpuk di folikel sehingga terbentuk suatu antrum (rongga). Peningkatan kadar estrogen bekerja secara lokal untuk meningkatkan jumlah reseptor FSH di folikel, yang bila terikat oleh FSH semakin meningkatkan sekresi estrogen dan mencetuskan suatu siklus umpan balik positif. Menjelang akhir minggu kedua daur haid, ovum menyelesaikan pem- belahan meiotiknya yang pertama. Akibat pembelahan meiotik ini, satu sel anak menjadi ovum matang, yang berisi 46 kromosom (23 pasang). Sel anak yang lain, disebut tubuh polar, dibuang. Ovulasi . Pada sekitar hari 12 daur haid, terjadi peningkatan drastis (6-10 kali lipat) pelepasan LH dari hipofisis anterior. Hal ini disebut lonjakan LH praovulasi. FSH juga meningkat dengan derajat yang lebih rendah. Peningkatan kadar LH mencetuskan pertumbuhan akhir yang men- colok dari folikel, yang mulai membengkak karena akumulasi sekresi. Saat ini, LH mulai mengubah sel-sel teka dari sel penghasil estrogen menjadi sel penghasil progesteron. Pada hari 13, kadar estrogen turun aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 782 UNIT 5 NUTRISI, ELIMINASI, FUNGSI DAN DISFUNGS! REPRODUKSI sistemik misalnya hipotiroidisme, akromegali, dan yang tersering, di- abetes melitus. Diabetes terutama dihubungkan dengan aterosklero- sis serta neuropati (kerusakan saraf). Pada tingkat sel, gangguan pa- tofisiologis yang berperan pada ED adalah hipersensitivitas otonom, penurunan pembentukan nitrat oksida oleh prostat dan otot-otot po- los pembuluh darah penis, dan disfungsi sel-sel endotel. Di samping faktor-faktor fisik, banyak obat diketahui mengganggu kemampuan pria untuk mencapai ereksi dan/atau orgasme, termasuk sebagian obat antihipertensi dan obat psikotropik. ED juga dapat timbul setelah pembedahan di daerah genital, misalnya setelah kanker prostat. Keletihan kronis atau akut dapat menyebabk@n ED. Penyebab Psikologis Disfungsi Ereksi Disfungsi ereksi psikologis dapat terjadi akibat adanya aktivasi impuls-impuls inhibitorik desendens yang berasal dari korteks sere- brum. Keadaan psikologis yang berkaitan dengan ED adalah stres, rasa marah, rasa cemas, dan depresi. Penatalaksanaan ED Terdapat banyak penatalaksanaan yang tersedia untuk mengatasi ED, di antaranya adalah alat bantu dan pompa mekanis dan injeksi penis yang menimbulkan vasodilatasi lokal. Selain itu, kemajuan di bidang obat-obatan telah menghasilkan dan memasarkan beberapa obat-obatan ED yang diminum oral dan sangat efektif, yang pertama dari obat-obatan ED adalah sildenafil sitrat (Viagra). Jenis obat ini bekerja menginhibisi enzim fosfodiasterase yang pada keadaan normal menonaktifkan perantara kedua yang dibutuhkan untuk relaksasi arteri-arteri penis. Dengan menghambat fosfodiesterase, relaksasi arteri-arteri penis berlangsung lama, sehingga darah dapat memenuhi penis lebih banyak. Ereksi terjadi dan diperkuat. Obat-obat ED diminum sebelum melakukan hubungan intim dan meningkatkan respons seksual normal; obat-obat tersebut tidak merangsang ereksi dengan sendirinya. Efek samping obat-obat ED oral dapat mencakup sakit kepala, kemerahan pada wajah, dan kelainan penglihatan. Obat- obatan ED oral dikontraindikasikan pada pria yang menderita jenis penyakit jantung tertentu atau mereka yang memakai vasodilator seperti nitrogliserin. Untuk ED akibat efek samping obat-obat yang diminum, reevaluasi dosis obat atau pilihan obat dapat mengurangi gejala. ED yang terkait dengan penyakit sistemik atau depresi dapat diatasi secara langsung. Teknik relaksasi, konseling, atau terapi seks dapat meredakan ED yang terkait faktor-faktor psikologis lain. Beberapa studi menunjuk- kan pada sebagian pria yang mengalami ED program penurunan berat dan olahraga yang ketat dapat membantu memulihkan fungsi seks. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 790 UNIT 5 NUTRISI, ELIMINASI, FUNGSI DAN DISFUNGSI REPRODUKS! * Tindakan bedah dengan invasivitas minimal berupa insisi transuretra prostat (transurethral incision of the prostate, TUIP). Pada prosedur ini, kelenjar dibelah menjadi dua melalui tindakan bedah guna mengurangi tekanan pada uretra. Laser digunakan untuk memisahkan prostat. * Prosedur dengan invasivitas minimal lain untuk mengurangi ukuran prostat mencakup ablasi jarum transuretra, vaporisasi transuretra, dan terapi gelombang mikro transuretra. * Apabilasumbatanaliranurine parah, dapatdilakukan prostatektomi transuretra (transurethral prostatectomy, TURP) untuk mengang- kat prostat yang membesar. Komplikasi yang terjadi dapat berupa disfungsi ereksi dan inkontinensia. * Mungkin perlu dipasang kateter permanen pada orang yang tidak ingin atau tidak dapat dioperasi. * Dianjurkan pemeriksaan rektum dengan jari setiap tahun dan pemeriksaan antigen spesifik prostat (prostate specific antigen, PSA) untuk mengidentifikasi keganasan yang dapat muncul dari sel-sel hiperplastik. GANGGUAN PERADANGAN PADA SALURAN REPRODUKSI PRIA Peradangan saluran genitalia pria dapat terjadi di mana saja antara testis dan lubang uretra. Peradangan biasanya disebabkan oleh penyakit menular seksual atau infeksi saluran kemih, dan paling sering terjadi pada pria yang aktif secara seksual. Penyebab lain pe- radangan adalah penyakit sistemik misalnya parotitis atau trauma. Peradangan prostat dapat terjadi pada pria usia lanjut dengan hiper- plasia prostat jinak. Kelainan peradangan pada genitalia pria yang sering dijumpai antara lain adalah: Uretritis adalah peradangan uretra. Uretritis biasanya disebabkan oleh mikroorganisme yang ditularkan melalui hubungan kelamin, biasanya Neisseria gonorrhoeae atau Chlamydia trachomatis. Epididimitis adalah peradangan epididimis. Epididimitis biasanya disebabkan oleh mikroorganisme yang ditularkan melalui hubungan kelamin, biasanya N. gonorrhoeae dan C. trachomatis. Penyakit ini biasanya terjadi dari infeksi uretra asendens. Orkitis adalah peradangan akut testis. Orkitis biasanya terjadi setelah epididimitis atau dari penyakit sistemik misalnya parotitis. Prostatitis adalah peradangan kelenjar prostat. Prostatitis sering terjadi pada pria yang sudah lanjut usia. Penyakit ini sering disebab- kan oleh infeksi akut atau kronis, biasanya naik dari uretra. Prostatitis dapat bersifat noninfeksius atau idiopatik. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. BAB 20 SISTEM REPRODUKS! 797 * Mamografi atau ultrasound mungkin dapat membedakan kista yang berisi cairan dari suatu tumor padat. Diperlukan biopsi. Komplikasi + Lesi yang berproliferasi dan memperlihatkan sel-sel atipikal dapat berkembang menjadi kanker. Hal ini merupakan risiko, terutama bagi wanita yang memiliki riwayat kanker payudare atau keluarga- nya, Penatalaksanaan * Nyeri dapat diatasi dengan mengubah kebiasaan makan. Bagi se- bagian wanita, menghindari kafein dari diet mengurangi gejala. Kutang penunjang, terutama saat payudara sangat peka, dapat mengurangi nyeri. « Kista dapat disedot apabila menimbulkan nyeri hebat. * Pada kasus yang menimbulkan nyeri hebat, dapat diberikan androgen sintetik (mis., danazol). KANKER PADA SALURAN REPRODUKSI PRIA Kanker pada saluran reproduksi pria mencakup kanker penis, testis, atau prostat. Kanker Penis Kanker primer pada penis jarang dijumpai di Amerika Serikat. Kanker ini biasanya terjadi pada pria yang tidak disunat, mungkin berkaitan dengan penimbunan sekresi kental (smegma) di bawah prepusium yang meningkatkan risiko infeksi menular seksual. Penyakit ini timbul pada usia antara 40 dan 80 tahun dan lebih sering pada orang Amerika keturunan Afrika daripada Kaukasus. Kanker penis sekunder dapat terjadi dari metastasis kanker di kandung kemih, rektum, atau prostat. Kanker Testis Kanker testis jarang terjadi, sebagian besar timbul pada pria muda berusia antara 15 tahun dan 35 tahun. Kanker testis biasanya adalah kanker sel germinal (gamet), tetapi dapat juga berasal dari sel Leydig atau Sertoli. Penyebab kanker testis tidak diketahui, tetapi tampak- nya terdapat faktor genetik. Kanker testis lebih sering terjadi pada orang Kaukasus, dan lebih sering timbul pada pria dengan riwayat kriptorkidisme. Trauma dan pajanan estrogen sintetik, dietilstilbes- trol (DES), pada saat pranatal dapat meningkatkan risiko. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. BAB 20 SISTEM REPRODUKSI 803 cryosurgery (bedah beku) dapat digunakan untuk kanker vagina atau serviks. Perbaikan kemoterapi telah meningkatkan angka bertahan hidup pada semua kanker saluran reproduksi, termasuk kanker ovarium. * Salpingo-ooforektomi bilateral profilaktik, pengangkatan ovarium dan tuba falopii, dapat dilakukan pada wanita yang berisiko tinggi mengidap kanker ovarium yang memilih tindakan ini. KANKER PAYUDARA Kanker payudara adalah kanker yang relatif sering dijumpai pada wanita di Amerika Serikat, dan merupakan penyebab kematian utama pada wanita berusia antara 45 dan 64 tahun. Kanker payudara mungkin ditemukan sewaktu in situ (masih lokal), atau ditemukan sebagai ncoplasma maligna (telah menycbar). Kanker payudara ham- pir selalu merupakan adenokarsinoma dan biasanya timbul di duk- tus. Risiko seorang wanita di Amerika Serikat mengidap kanker pa- yudara pada suatu saat selama hidupnya adalah sekitar satu per delapan. Insidens kanker payudara meningkat seiring dengan usia dan dipengaruhi oleh faktor genetik, hormon, dan lingkungan. Pria dapat terjangkit kanker payudara walaupun kejadian tersebut rendah. Faktor Risiko pada Kanker Payudara Faktor risiko kuat pada kanker payudara adalah riwayat penyakit ini pada satu orang atau lebih keluarga dekat (saudara perempuan atau ibu). Beberapa studi genetika telah berhasil mengidentifikasi gen-gen utama, di antaranya BRCA1 ditemukan pada kromosom 17 dan BRCA2 pada kromosom 13, yang berperan pada kanker payudara fa- milial. BRCA1 dan BRCA2 yang berperan penting dalam perbaikan DNA dan bekerja sebagai penekan tumor. Wanita yang mewarisi se- buah gen untuk kanker payudara biasanya mendapat penyakit terse- but pada usia yang lebih dini daripada wanita yang keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit tersebut. Gen-gen untuk kanker payudara dapat dibawa dan diwariskan oleh kedua orang tua, tampaknya di- wariskan dengan cara dominan-otosom. Wanita yang mewarisi BRCA1 yang rusak mempunyai risiko seumur hidup sebesar 56% sampai 85% mengidap kanker ovarium; wanita yang mewarisi gen BRCA2 yang rusak mempunyai risike yang sama mengidap kanker payudara. Namun, hanya 10% dari semua wanita yang mengidap kanker payudara mempunyai satu faktor risiko penyakit akibat genetika. Untuk sebagian besar wanita, mutasi gen-gen kanker ini atau kanker umum lainnya, termasuk mutasi mye atau gen-gen p35, didapat pada saat lahir. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. INDEKS struktur, 145 Antigen, 144 ABO, 152, 400 histokompabilitas, 149 HLA, 151 Rh, 152, 400 Antikoagulan, 407 Antitoksin, 153 Aparatus golgi, 4 Aparatus jukstaglomerulus, 689 Apendisitis, 607 gambaran klinis, 608 komplikasi, 608 penatalaksanaan, 608 perangkat diagnostik, 608 pertimbangan pediatrik, 609 Apokrin, 102 Apoptosis, 17 penyebab, 26 Aqueus humor, 363 Araknoid, 224 ARDS, pada hipoksia, 30 Aritmia sinus, 475 Arteri, 452 Artritis deformans, 112 Artritis psoriatika, 112 Artritis reumatoid, 203, 347 gambaran Klinis, 348 komplikasi, 348 penatalaksanan, 348 penyebab, 347 perangkat diagnostik, 348 Artroskopi, 346 Asam deoksiribonukleat, 4 Asam, 741 Asetilasi histon, 19 Asetilkolin, 196 mia, 753 Asidosis metabolik, 710, 758 gambaren klinis, 759 kompensasi, 759 komplikasi, 760 penatalaksanaan, 761 penyebab, 758 perangkat diagnostik, 760 sii pertimbangan pediatrik, 761 Asidosis respiratorik, 755 kompensasi, 756 komplikasi, 756 penatalaksanaan, 756 penyebab, 755 perangkat diagnostik, 756 Asidosis, 753 Asites, 657 Asma, 202, 565 gambaran klinis, 567 komplikasi, 569 penatalaksanaan, 569 perangkat diagnostik, 568 pertimbangan pediatrik, 571 reaksi inflamasi, 566 stimulasi psikologis, 567 pertimbangan pediatrik, 566 Astigmatisme, 376 Ataksia, 425 Atelektasis, 533 absorpsi, 533 kompresi, 533 pertimbangan pediatrik, 533 Aterosklerosis, 471,478 gambaran klinis, 482 kolesterol serum tinggi, 479 komplikasi, 483 penatalaksanaan, 483 penyebab, 479 perangkat diagnostik, 482 pertimbangan pediatrik, 482 Athlete's foot, 124 Atrial flutier, 476 Atrofi otot, 332 pertimbangan geriatrik, 332 Atrofi testis, 308 Atrofi, 23 Aurikula, 365 Autograft, pada luka bakar, 133 “Autoregulasi aliran darah, 462 Azotemia, 708 B Badan Meissner, 372 aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 820 Hormon pertumbuhan, 188, 283 efek, 283 kelebihan, 306 kontrol-pelepasan, 283 pertimbangan pediatrik, 285 Hormon reproduksi, 188 Hormon tiroid, 279 efek, 279 kontrol sekresi, 280 Hormon, 274 amina; 277 kontrol sekresi hipofisis anterior, 278 kontrol sekresi hipotalamus, 279 organ target, 279 peptida, 275 steroid, 277 Hormone replacement therapy (HRT), 287 Hukum Laplace, 530 Hukum Starling, pada jantung, 450 Human immunodeficiency virus (HIV), 162 individu berisiko, 172 penularan, 172 perjalanan infeksi, 171 I IgA, 144. IgD, 145 IgE, 145 IgG, 144 IgM, 144 Ikterus fisiologis, 660 gambaran klinis, 661 komplikasi, 661 penatalaksanaan, 661 perangkat diagnostik, 661 Ikterus, 659 hemolitik, 659 intrahepatik, 659 obstruktif ekstrahepatik, 659 Impetigo, 121 diagnosis, 122 gambaran klinis, 122 komplikasi, 122 penatalaksanaan, 122 INDEKS. pertimbangan pediatrik, 122 vesikular dan bulosa, 121 Implantasi blastokista, 776 Imun, dan disfungsi reproduktif, 202 Imun, interaksi neuroendokrin, 194 Imun, reaktivitas hiperresponsi dan hiporesponsif, 201 Imunitas, 153 aktif, 154 inheren, L53 pasif, 153 pertimbangan pediatrik, 154 Imunodefisiensi, akibat, 165 didapat, 164 kongenital, 164 pertimbangan pediatrik, 165 Imunosupresi, 201 Imunoterapi, pada kanker, 92 Indra, 357 gangguan pendengaran konduktif, 377 gangguan pendengaran sensorineural, 377 glaukoma, 382 katarak, 381 konsep fisiologis, 357 konsep patofisiologis, 375 otitis, 384 pendengaran, 364 penglihatan, 357 penyakit atau cedera, 379 Infark miokard, 488, 495 efek pada depolarisasi jantung, 495 efek pada kontraktilitas jantung dan tekanan darah, 495 gambaran klinis, 496 komplikasi, 498 penatalaksanaan, 499 penyebab, 496 perangkat diagnostik, 497 respons refleks terhadap tekanan darah, 495 Infeksi jamur kulit, 124 diagnosis, 126 gambaran klinis, 125 aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 824 Kimus, 588 Klamidia, 37 Klirens ginjal, 686 Klitoris, 770 Koagulasi intravaskular diseminata, 438 gambaran klinis, 438 komplikasi, 439 pada luka bakar, 132 penatalaksanaan, 439 perangkat diagnostik, 439 Koarktasi aorta, 515 Koklea, 266 Kolangiokarsinoma, 677 Kolera, 35 Kolesistokinin, 589 Kolitis ulseratif, 202, 610 gambaran klinis, 610 komplikasi, 611 penatalaksanaan, 611 perangkat diagnostik, 611 Kolonoskopi, 609 Koma nonketotik hiperglikemik hiper- osmolar, 633 Koma, 230 pada hipoksia, 30 Komplemen, 146 Kondrosarkoma, 355 Konduksi saltatori, 215 Konjungtivitis, 379 diagnosis, 380 gambaran klinis, 379 komplikasi, 380 penatalaksanaan, 380 pertimbangan pediatrik, 381 Konstipasi, 599 Kontraksi atrium prematur, 473 isometrik, 322 isotonik, 322 otot, 316 ventrikel prematur, 474 Kor pulmonale, 537 . Kornea, 358 Koroid, 358 Korpus kalostomi, 243 INDEKS Korpus siliare, 363 Korteks serebri, 218 lobus frontalis, 219 lobus oksipitalis, 220 lobus parictalis, 220 lobus temporalis, 220 Kortisol, 184 Kreatinin serum, 705 Kriptokidisme, 787 gambaran klinis, 787 komplikasi, 787 penatalaksanaan, 787 perangkat diagnostik, 787 Krisis aplastik, 418 Krisis kolinergik, 265 Krisis miastenik, 265 Kromosom, 42 kesalahan jumlah, 53 pemutusan, 52 Kronotropik, 451 Krusta, 103 Kurap, 125 Kutil, 120 diagnosis, 121 gambaran Klinis, 121 komplikasi, 121 Kutu air, 37 L Labirin membranosa, 366 Labirin tulang, 366 Laju sedimentasi, 409 Laktasi, 777 Lapar, 595 Lapisan ganda fosfolipid, pada struktur sel, 5 Lapisan subkutis, 101 Lensa, 358 Lesi impetigo, 105 Leukemia, 430 faktor risiko, 431 gambaran klinis, 431 jenis, 430 komplikasi, 432 penatalaksanaan, 432 aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. penatalaksanaan, 307 perangkat diagnostik, 307 pertimbangan pediatrik, 308 Penyakit kelebihan glukokortikoid, 302 gambaran klinis, 302 komplikasi, 303 penatalaksanaan, 303 perangkat diagnostik, 302 Penyakit Legionnaire, 35 Penyakit Lou Gehrig, 27 Penyakit Lyme, 35 Penyakit membran hialin, 557 Penyakit Méniére, 378, 386 diagnosis, 386 gambaran klinis, 386 komplikasi, 387 penatalaksanaan, 387 Penyakit menular seksual, 806 gambaran Klinis, 806 komplikasi, 807 penatalaksanaan, 807 perangkat diagnostik, 807 Penyakit Osgood-Schlatter, 354 gambaran klinis, 354 komplikasi, 354 penatalaksanaan, 354 Penyakit Paget, 351 gambaran klinis, 351 komplikasi, 352 penatalaksanaan, 352 perangkat diagnostik, 351 Penyakit Parkinson, 221, 258 Penyakit paru hitam, 549 Penyakit paru obstruktif kronis, 575 gambaran klinis, 575 komplikasi, 576 penatalaksanaan, 576 perangkat diagnostik, 575 Penyakit perlemakan hati, 664 Penyakit radang panggul, 791 gambaran klinis, 792 komplikasi, 792 penatalaksanaan, 792 perangkat diagnostik, 792 INDEKS Penyakit Raynaud, 490 gambaran klinis, 490 komplikasi, 490 penatalaksanaan, 490 perangkat diagnostik, 490 Penyakit refluks gastroesofagus, 600 gambaran klinis, 601 komplikasi, 602 penatalaksanaan, 602 penyebab, 601 perangkat diagnostik, 602 Penyakit sel sabit, 57 Penyakit serum, 163 Penyakit Tay Sachs, 56 Penyakit terkait stres, 190 gambaran klinis, 190 komplikasi, 192 penatalaksanaan, 192 Penyakit von Willebrand, 57 Penyekat adrenergik beta, 494 Penyerapan makanan, 591 penyerapan asam amino, 592 Peptida opioid endogen, 185 Peradangan reproduksi pria, 790 gambaran klinis, 791 komplikasi, 791 penatalaksanaan, 791 perangkat diagnostik, 791 Peradangan, ciri lokal, 159 dan defisiensi imun, 163 kronik, 161 Percutaneous transluminal coronary anginagioplasty (PTCA), 494 Perfusi, 528 Perikarditis, 500 gambaran klinis 501 komplikasi, 501 penatalaksanaan, SOI Peritonitis, 600 oo Permeabilitas kapiler, pada luka bakar, 129 / Pernapasan Cheyhe-Stokes, 232 Pernapasan Kussmaul, 759. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 834 Sel batang, mata, 359 Sel bipolar, 359 Sel buih, 480 Sel darah merah, 399 antigen, 400 karakteristik, 399 pemecahan, 401 pemeriksaan ukuran, 409 transfusi, 419 Sel darah putih, 402 pada sistem imun, 140 Sel ganglion, 359 Sel interstisium Leydig, 766 Sel kerucut, mata, 359 Sel Kupffer, 655 ‘Sel Langerhans, 100 Sel mast, 156 degranulasi, 157 Sel olfaktorius, 369 Sel penyokong, 228 Sel plasma, 142 Sel sertoli, 766 Sel stem pluripoten, 140 Sel T, 147 \ helper, 148 pengingat, 148 regulatori, 148 sitotoksik, 148 Sel target, 274 Sel teka, 774 Sel, amakrin, 361 cedera, 25 DNA, 15 epitel, 20 genetika, 15 gradien konsentrasi antar-sisi memb 2 . gradien listrik antar-sisi membran, 212 iskemik, 29 jaringan ikat, 21 konsep patofisiologis, 23 nekrotik, 26 otot, 21 pemakaian ATP, 12 INDEKS pembelahan, 17 pembentukan energi, 11 pengontrolan replikasi dan pembelahan, 17 progenitor, 398 reproduksi, 15 retina, 359 sintesis protein, 17 stem, 22 struktur, 3 Selective estrogen receptor modulator (SERM), 343 Selulitis, 122 diagnosis, 123 gambaran klinis, 122 penatalaksanaan, 123 Sendi, 331 diartrodial, 331 dislokasi, 332 sinartrodial, 331 Sensasi suhu, 373 pertimbangan geriatrik, 374 Sentuhan, 370 jaras, 374 reseptor taktil, 370 saraf perifer informasi taktil, 370 transmisi informasi taktil, 371 Serabut kedut-cepat, 323 Serabut kedut-lambat, 323 Serebelum, 222 Serotonin, 392, 463 Severe acute repiratory syndrome, 554 komplikasi, 556 manifestasi klinis, 555 penanganan, 556 perangkat diagnostik, 555 pertimbangan geriatrik, 555 pertimbangan pediatrik, 555 Severe combined immunodeficiency syndrome, 164 Sferositosis, 57 Sfingter Oddi, 643 Shingles, 118 Sianosis, 535 Sifilis, 35, 807 aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. pencemaan makanan, 590 pengendalian motilitas usus, 585 penyakit atau cedera, 600 penyakit divertikulum, 611 penyakit hirschsprung, 612 penyakit inflamasi usus, 609 penyakit refluks gastroesofagus, 600 penyerapan makanan, 591 resirkulasi empedu, 594 sekresi mukus, 594 sistem otot usus, 586 ulkus peptikum, 603 Sistem pernapasan, 521 alveolus, 521 asma, 565 atelektasis, 533 bronkicktasis, 537 bronkitis akut, 571 bronkitis kronis, 572 depresi sistem saraf pusat, 537 elastisitas, 529 emfisema, 573 fibrosis kistik, 562 gagal napas, 551 gangguan rasio ventilasi:perfusi, 535 hipertensi paru, 536 hipoksemia, 534 infeksi saluran napas atas, 538 kanker paru, 576 konsep fisiologis, 521 konsep patofisiologi, 533 pemeriksaan fungsi paru, 531 penyakit atau cedera, 538 penyakit paru obstruktif kronis, 575 perfusi, 528 pneumokoniosis, 549 pneumotoraks, 550 tasio ventilasi:perfusi, 529 respirasi, 524 severe acute respiratory syndrome, 554 sianosis, 535 sindrom bayi mati mendadak, 560 sindrom gawat napas dewasa, 552 sindrom gawat napas idiopatik pada bayi baru lahir, 557 INDEKS sirkulasi darah paru, 528 surfaktan, 30 tegangan permukaan, 530 tekanan pleura, 529 tuberkulosis, 545 ventilasi, 522 Sistem renin angiotensin, 459 Sistem reproduksi wanita, ovarium polikistik, 794 Sistem reproduksi, 764 amenore, 785 anatomi reproduksi pria, 764 disfungsi ereksi, 781 dismenore, 784 endometriosis, 793 hidrokel, 788 hiperplasia prostat jinak, 789 infertilitas, 783 kanker payudara, 803 kanker saluran reproduksi pria, 797 kanker saluran reproduksi wanita, 800 kriptokidisme, 787 menopause, 780 penatalaksanaan, 786 penyakit fibrokistik payudara, 796 penyakit menular seksual, 806 penyakit radang panggul, 791 penyakit atau cedera, 785 pubertas dini, 786 pubertas, 780 varikokel, 788 Sistem retikuloendotel, 142 Sistem saraf otonom, 226 Sistem saraf parasimpatis, 227 Sistem saraf perifer, 225 - dan diabetes melitus, 637 Sistem saraf pusat, 217 infeksi, 253 otak depan, 217 Sistem saraf simpatis, 227 Sistem saraf somatik, 228 Sistem saraf, 207 konsep fisiologis, 207 konsep patofisiologis, 230 penyakit atau cedera, 240 aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. Bahgn dengan hak cipta PIU ey 4 PATOFISIOLOG! * si Elizabeth J. Corwin, PhD, MSN, CNP TET eae odo) eM ela oe elem member akses yang cepat dan mudah ke konsep fisiologis untuk setiap sistem tubuh, yang diikuti dengan tinjauan konsep patofisiologis penting yang berhubungan dengan perubahan dalam sistem tubuh tersebut. Konsep ini memberi informasi mengenai tanda dan gejala keadaan penyakit atau cedera pada sistem tubuh. Dengan buku saku ini, Anda akan memahami dengan baik mengenai rentang keadaan penyakit atau cedera dan efeknya di sepanjang Ci Hal yang penting dalam patofisiologi menjadi milik Anda... dalam sekejap! @ Pertimbangan Geriatrik mengingatkan Anda mengenai perbedaan penting dalam proses fisiologis dan patofisiologis pada lansia, dan menggambarkan CREE CeCe C ANC CRT eR EUS ei a cee) ess CMe Ute ua cel Lau ace ec actos cecal clue neal ele om dan patofisiologis pada anak. en men ca eae imei Enea eater ea Pea cout erect ict @ Buku ini dapat menjadi sumber referensi yang sempurna dan dapat Ce RCE om YANG BARU pada Edisi Ketiga ... ORS OR CCC Or BC Cr eT et ee ce eek Caner c ean eyes SRC Une une cuenta ease caen ent terbaru dalam bidang seperti biologi sel, kanker, genetika, neuroimunobiologi, CCT Dapatkan segera buku panduan kerja yang cepat ini! PCy

You might also like