Urnal Kuntansi Emerintah: Advance Pricing Agreement Dalam Kaitannya

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

JURNAL AKUNTANSI PEMERINTAH

Vol. 3, No. 1, Oktober 2008


Hal 1 – 12

ADVANCE PRICING AGREEMENT DALAM KAITANNYA


DENGAN UPAYA MEMINIMALISASI POTENTIAL TAX RISK

Mardiasmo*

Abstract

Transfer pricing has been discussed as a serious problem in multinational company


business. It is not only related with the price determination among members of groups,
but also includes the obligation on taxation. Transactions commited within members of
multinational corporation involve cross border transaction. Thus, these transactions
might create an opportunity to shift the tax burden from one country to another.

In such way, potential losses on national revenues from corporate tax might be existed.
To overcome the problem, the government has attempted to minimize the potential tax
risk by introducing an Advance Pricing Agreement (APA). The APA gives authority to
tax officials to redetermine arm’s length prices over the transactions made among
related parties. Therefore, there is certainty in assessing tax liability for each transaction
made by groups of multinational company.

To what extent that the APA will be effective to minimize potential losses on revenue
collection, and what kind of risks that might be faced by the companies if they do not
make any contract arrangement with the tax authority? To answer these questions, this
paper tries to develop a tax planning with the study case on PT XYZ.

Keywords: transfer pricing, potential tax risk, tax planning, Advance Pricing Agreement,

*Prof. Dr. Mardiasmo, Ak., MBA saat ini menjabat sebagai Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan,
Departemen Keuangan

1
JAP Vol. 3, No. 1, Oktober 2008

PENDAHULUAN Transfer pricing merupakan isu


klasik di bidang perpajakan, khususnya
Pesatnya pertumbuhan kegiatan menyangkut transaksi internasional yang
ekonomi internasional turut merangsang dilakukan oleh korporasi multinasional.
berkembangnya korporasi multinasional John Neighbour (2002) menyatakan bah-
(multinational company). Kegiatan kor- wa transfer pricing pada awalnya hanya
porasi multinasional sebagai group-group merupakan isu utama bagi administrasi
perusahaan telah menembus batas-batas perpajakan dan ahli perpajakan saja,
negara berkembang sehingga menjadi akan tetapi pada masa sekarang ini
unit-unit bisnis yang besar dan berkuasa, transfer pricing telah menjadi pembica-
dengan konsep dan strategi yang lebih raan para politisi, ahli ekonomi dan juga
meluas. lembaga-lembaga swadaya masyarakat
menyangkut kewajiban pembayaran
Ada beberapa alasan utama yang pajak atas aktivitas bisnis korporasi
mendorong munculnya korporasi multi- multinasional.
nasional. Brigham dan Houston (2003)
mengidentifikasi alasan utama pertum- Survey yang dilakukan oleh Ernst
buhan korporasi multinasional yaitu untuk and Young International pada tahun
memperluas pasar, mencari sumber bahan 1995 menunjukkan bahwa lebih dari
baku, mencari teknologi baru, mencapai 80% responden mengindikasikan trans-
efisiensi, menghindari peraturan atau fer pricing sebagai masalah utama dalam
kebijakan pemerintah, dan diversifikasi. perpajakan yang dihadapi oleh korporasi
multinasional (Ernst and Young, 1996).
Namun demikian, terdapat tiga Responden tersebut terdiri dari korporasi
permasalahan khusus yang dihadapi multinasional di delapan negara termasuk
korporasi multinasional (Anthony dan Kanada, Amerika Serikat, Jepang dan
Govindarajan, 2004), yaitu : Inggris.
1. perbedaan budaya (cultural differences) Sementara itu, berdasarkan peneliti-
2. transfer pricing an tim UNTC PBB yang diketuai Silvain
3. nilai tukar mata uang (exchange rate) Plasschaert sebagaimana dinyatakan
Sebagian besar transaksi yang terjadi kembali oleh Gunadi (1999) disebutkan
antar anggota group korporasi multi- bahwa motivasi transfer pricing di
nasional dapat dikategorikan dalam Indonesia terkait dengan beberapa hal
beberapa transaksi, seperti penjualan antara lain: (i) Pengurangan objek pajak,
barang dan jasa, lisensi, royalti, paten terutama pajak penghasilan; (ii) Pelong-
dan know-how, penjaminan hutang, garan pengaruh pembatasan kepemilikan
penjualan komponen untuk kegiatan luar negeri; (iii) Penurunan pengaruh
produksi, dan seterusnya. depresiasi rupiah; (iv) Menguatkan tun-
tutan kenaikan harga atau proteksi ter-
Penentuan harga atas berbagai hadap saingan impor; (v) Memper-
transaksi antar anggota group korporasi tahankan sikap low profile tanpa mem-
multinasional tersebut dikenal dengan pedulikan tingkat keuntungan usaha; (vi)
sebutan transfer pricing (harga transfer). Mengamankan perusahaan dari tuntutan
Transfer pricing dapat ditentukan ber- atas imbalan atau kesejahteraan karya-
beda dengan harga wajar atau harga wan dan kepedulian lingkungan; dan
yang berlaku di pasaran bebas, serta (vii) Memperkecil akibat pembatasan
dapat pula ditetapkan lebih tinggi atau dan risiko bisnis di luar negeri.
lebih rendah.

2
Advance Pricing Agreement dalam Kaitannya
dengan Upaya Meminimalisasi Potential Risk

Dari uraian di atas nampak bahwa Dengan demikian, output dari


pada prinsipnya praktik transfer pricing penulisan paper ini adalah sebuah ide
dapat didorong oleh alasan pajak (tax tentang tax planning (perencanaan pajak)
motive) maupun alasan bukan pajak dalam upaya meminimalisasi potential
(non-tax motive). tax risk perusahaan. Sebagai gambaran
atas implementasi dan implikasi APA,
Transaksi-transaksi yang terjadi antar
paper ini akan mendeskripsikannya
unit bisnis group korporasi multinasional
dengan menggunakan studi kasus terhadap
kebanyakan merupakan cross border
PT XYZ.
transaction yang menyebabkan otoritas
pajak menduganya sebagai salah satu Transaksi-transaksi hubungan isti-
bentuk pengalihan (shifting) beban pajak mewa PT XYZ dengan related party-nya
dari suatu negara yang mempunyai tarif yang berkaitan dengan penjualan, pem-
tinggi (high tax countries) ke negara belian bahan baku dan transaksi-
lainnya yang mempunyai tarif pajak transaksi yang terkait seperti pembayaran
lebih rendah (low tax countries). Dengan royalti, paten, dan sales commission
demikian, perlu kiranya untuk menentu- menjadi objek permasalahan yang
kan berapa besar penghasilan kena pajak dianalisis dalam paper ini dengan
yang wajar dari unit bisnis atau cabang- mempergunakan data time series laporan
cabang perusahaan dari satu group yang keuangan dan kontrak perjanjian
beroperasi di wilayah yurisdiksinya. (contract agreement) dalam kaitannya
dengan tax planning sebagai upaya
Untuk mengurangi terjadinya prak-
meminimalisasi potential tax risk yang
tik penyalahgunaan transfer pricing oleh
berkaitan dengan transaksi hubungan
korporasi multinasional, Undang-undang
istimewa.
Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1983
tentang Pajak Penghasilan memberikan
kewenangan otoritas pajak untuk
menentukan kembali harga wajar tran- TAHAPAN-TAHAPAN DALAM TAX
saksi antar pihak-pihak yang mempunyai PLANNING
hubungan istimewa (associated enterprise/
related parties) dan mewajibkan Wajib Tax planning (perencanaan pajak)
Pajak yang mempunyai transaksi dengan merupakan bagian dari perencanaan
pihak-pihak yang mempunyai hubungan strategis (strategic planning) yang apabila
istimewa agar membuat perjanjian dengan dikelola dengan baik akan menambah
Direktur Jenderal Pajak dalam bentuk nilai positif suatu perusahaan, begitu
Advance Pricing Agreement/APA (kese- pula sebaliknya, apabila tidak dikelola
pakatan harga transfer) mengenai harga dengan baik dapat menurunkan nilai
wajar produk dalam transaksi mereka. suatu perusahaan.
Terkait dengan pengaturan tersebut, Dalam memformulasi tax planning,
paper ini akan membahas mengenai tahapan-tahapan yang dilakukan adalah
implikasi APA terhadap perencanaan sebagai berikut:
pajak, khususnya untuk meminimalkan
1. Analisis profil/topografi bisnis perusahaan.
potensi risiko naiknya pajak terhutang.
Tahapan ini menggambarkan karak-
Selain itu, paper ini juga akan mem-
teristik bisnis perusahaan dengan
bahas mengenai risiko yang mungkin
menggali sumber data internal yang
dihadapi perusahaan bila tidak meng-
berupa laporan keuangan dan dokumen-
adakan kesepakatan tersebut dengan
dokumen pendukungnya, serta kontrak-
Direktorat Jenderal Pajak.
kontrak perjanjian.

3
JAP Vol. 3, No. 1, Oktober 2008

2. Analisis transaksi hubungan istimewa. dan merupakan anak perusahaan dari


Tahapan ini dilakukan untuk men- MNE Co yang berkedudukan di Jepang.
dapatkan gambaran mengenai transaksi-
PT XYZ merupakan unit bisnis
transaksi hubungan istimewa dan
manufaktur yang sangat bergantung pada
perilaku transaksi-transaksi tersebut.
mitra bisnis utamanya yaitu:
3. Analisis mengenai potential tax risk.
Tahapan ini dilakukan untuk men- 1. MNE Sales & Marketing Co, adalah
dapatkan gambaran mengenai potential unit bisnis pemasaran MNE Co yang
tax risk atas transaksi-transaksi hubungan berkedudukan di Jepang, berperan
istimewa, baik pengaruh internal sebagai pemesan/pembeli (buyer)
maupun eksternal. produk PT XYZ sekaligus sebagai
4. Penyusunan tax planning untuk mere- pemasok utama bahan baku.
duksi atau mengeliminasi potential tax 2. HKG Co, merupakan unit bisnis MNE
risk. Co Ltd yang berkedudukan di Hong-
Pada tahapan ini akan mencari kong. Perusahaan ini sebagai pema-
alternatif solusi untuk meminimalisasi sok bahan baku kedua terbesar
potential tax risk. setelah MNE Sales & Marketing Co.
3. MNE Co berkedudukan di Jepang dan
merupakan pemilik hak paten,
ANALISIS TOPOGRAFI BISNIS DAN informasi teknologi, know-how atau
hak intelektual lainnya dalam kegi-
TRANSAKSI HUBUNGAN ISTIMEWA
atan manufakturing yang dilaksana-
PT XYZ kan oleh PT XYZ.

PT XYZ adalah perusahaan PMA Laporan keuangan PT XYZ dapat dilihat


yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh pada tabel berikut:
SG Co yang berkedudukan di Singapura

Tabel 1 : Transaksi-Transaksi Hubungan Istimewa


2004 2003 2002
(unit: US$)
Purchase of Material 397,851,796 428,162,194 202,947,429
Third parties 11,587,916 2.9% 18,072,951 4.2% 3,979,361 2.0%
Related parties 386,263,880 97.1% 410,089,243 95.8% 198,968,068 98.0%

Net Sales 542,994,892 519,857,898 295,648,222


Third parties 30,358,870 5.6% 40,489,955 7.8% 44,197,620 14.9%
Related parties 512,636,022 94.4% 479,367,943 92.2% 251,450,602 85.1%

Royalty and Patent 17,612,267 16,581,997 9,863,274


Third parties 36,986 0.2% 34,822 0.2% 20,713 0.2%
Related parties 17,575,281 99.8% 16,547,175 99.8% 9,842,561 99.8%

Sales Commission 110,062 187,512 295,156


Third parties 7,869 7.2% 15,207 8.1% 32,880 11.1%
Related parties 102,193 92.9% 172,305 91.9% 262,276 88.9%

4
Advance Pricing Agreement dalam Kaitannya
dengan Upaya Meminimalisasi Potential Risk

Tabel 2 : Laporan Rugi Laba PT XYZ

Income Statements
(Unit: US$) 2004 2003 2002
Net sales 542,994,892 519,857,898 295,648,222
Operating costs 526,153,692 509,031,028 280,021,033
EBITDA 16,841,200 10,826,870 15,627,189
Depreciation and amortization 11,897,040 12,306,877 13,161,741
EBIT 4,944,160 (1,480,007) 2,465,448
Less interest 876,227 945,140 1,423,198
EBT 4,067,933 (2,425,147) 1,042,250
Income tax credit/(expense) (949,173) 2,740,240 (3,030,018)
Net Profit / (Loss) 3,118,760 315,093 (1,987,768)
Estimated income tax 1,469,764 340,434 1,675,247

Dalam Tabel 2 tersebut di atas, Dari Tabel 1 dan Tabel 2 di atas


estimated income tax dikalkulasi ber- dapat diturunkan suatu grafik yang
dasarkan angka-angka laporan keuangan menggambarkan tren antara variabel-
komersial yang telah disesuaikan dengan variabel analisis terhadap pajak peng-
Undang-undang Pajak Penghasilan. hasilan sebagai berikut:

Grafik 1 : Tren Variabel-variabel Analisis Terhadap PPh

600,000,000

500,000,000

400,000,000

2004
300,000,000 2003
2002

200,000,000

100,000,000

-
Net sales Op cost s HAKI Inc t ax

Angka penjualan tahun 2003 US$295,648,222. Operating cost tahun


mencapai US$519,857,898 atau naik 2003 naik 1.82 kali dibandingkan tahun
1.76 kali dibandingkan dengan angka sebelumnya yaitu dari US$280,021,033
penjualan tahun 2002 yang berjumlah menjadi US$509,031,028. Jumlah pem-

5
JAP Vol. 3, No. 1, Oktober 2008

bayaran HAKI -termasuk dalam operating formal (lex generalis), kontrak atau per-
cost- tahun 2003 meningkat 1.68 kali janjian antar pihak yang mendasari suatu
dibandingkan tahun 2002 yaitu dari transaksi sangat diperlukan. Terlebih lagi
US$9,865,274 menjadi US$16,581,997. apabila transaksi tersebut melibatkan
Sebaliknya pajak penghasilan tahun pihak-pihak yang mempunyai hubungan
2003 hanya US$340,434 atau 0.2 kali istimewa yang besarannya amat signifikan
dibandingkan tahun 2002 yang ber- sehingga akan menarik perhatian (eye
jumlah US$1,675,247. catching) fiskus.
Penjualan tahun 2004 adalah Dari studi kasus pada PT XYZ, hasil
sebesar US$542,994,892 atau 1.04 kali analisis terhadap potential tax risk dapat
angka penjualan tahun 2003. Operating dijabarkan berikut ini.
cost 2004 sebesar US$526,153,692 atau
§ Tidak Ada Kontrak Perjanjian
mengalami kenaikan 1.03 kali di-
bandingkan tahun 2003 termasuk di - Perolehan Bahan Baku Free of Charge
dalamnya pembayaran HAKI 2004 se-
Dalam penentuan harga jual assembled
besar US$17,612,267 yang meningkat
product harga negosiasi yang di buat
1.06 kali dibandingkan tahun sebe-
antara PT XYZ dengan MNE Sales &
lumnya. Sementara pajak penghasilan
Marketing Co tidak mengikutsertakan
tahun 2004 mencapai US$1,469,764
unsur bahan baku free of charge yang
atau meningkat 4.32 kali lebih besar
dipergunakan dalam proses produksi
dibandingkan tahun 2003.
yang merupakan bagian yang tidak ter-
Dari Grafik 1 tersebut dapat ditarik pisahkan dari finished goods sehingga
suatu kesimpulan terkait dengan harga jual dalam purchase contract
variabel-variabel analisis yaitu bahwa menjadi lebih rendah daripada yang se-
naiknya jumlah penjualan selalu diikuti harusnya (under valued) dan bila diban-
dengan naiknya operating cost termasuk dingkan dengan produk sejenis yang
di dalamnya pembayaran HAKI akan dijual di Indonesia dapat menimbulkan
tetapi tidak selalu diikuti dengan dengan dugaan adanya transfer pricing sehingga
kenaikan pajak penghasilan. tidak tertutup kemungkinan fiskus akan
melakukan koreksi positif yang dapat
berakibat pada naiknya jumlah pajak
ANALISIS POTENTIAL TAX RISK terhutang yaitu dengan menentukan
kembali harga jual produk tersebut.
Banyak korporasi multinasional - Revaluasi Nilai Persediaan
mengabaikan ketentuan-ketentuan formal
Terkait dengan sifat assembled product
dalam transaksi cross border, seperti
pembuatan kontrak atau perjanjian yang yang cepat mengalami perubahan baik
model, features maupun teknologinya
melandasi transaksi antar mereka sehingga
banyak biaya, tenaga dan waktu di- sehingga mengakibatkan harga jualnya
keluarkan jika terjadi audit pajak hanya mempunyai kecenderungan semakin
menurun. Dampak dari menurunnya
untuk menjelaskan formalitas dari suatu
transaksi (Enrique Macgregor, 2004). harga jual adalah nilai persediaan menjadi
over valued dan oleh karenanya harus
Walaupun Undang-undang PPh direvaluasi. Selisih nilai revaluasi per-
yang mengatur hal-hal yang bersifat sediaan yang over valued setara dengan
materiil mempunyai kedudukan lebih aliran kas masuk ke PT XYZ dari MNE
tinggi (lex specialis) daripada Undang- Co.
undang KUP yang mengatur ketentuan

6
Advance Pricing Agreement dalam Kaitannya
dengan Upaya Meminimalisasi Potential Risk

Revaluasi nilai persediaan yang dilaku- § Kewajiban Pengungkapan


kan secara rutin tiap akhir triwulan secara
Pengungkapan transaksi hubungan isti-
potensial dapat menimbulkan dugaan
mewa dalam SPT sedikitnya memuat
adanya praktik transfer pricing yang
informasi mengenai jenis dan besaran
tercermin dari adanya aliran kas ke PT
transaksi serta pihak-pihak yang mem-
XYZ dari MNE Co sementara transaksi
punyai hubungan istimewa tesebut. Jika
pembelian bahan baku dilakukan dengan
informasi tersebut tidak diungkapkan
MNE Sales & Marketing Co dan HKG Co.
dalam SPT dapat berakibat SPT tersebut
Oleh karenanya ada kemungkinan harga
dianggap tidak lengkap dan perusahaan
perolehan bahan baku akan dikoreksi
dapat dikira menyampaikan informasi
negatif oleh fiskus sesuai dengan arm’s
yang tidak benar.
length price yang akan berdampak pada
menurunnya operating cost yang pada § Penetapan Kembali Jumlah Pajak
akhirnya jumlah pajak terhutang akan Terhutang
naik.
Direktur Jenderal Pajak diberikan ke-
§ Variasi Tarif HAKI wenangan oleh undang-undang untuk
menentukan kembali besarnya penghasilan
Transaksi cross border dengan related
dan/atau biaya sesuai dengan keadaan
party seperti pembayaran royalti dan
seandainya di antara para Wajib Pajak
management fee adalah salah satu target
tersebut tidak terdapat hubungan istimewa.
pemeriksaan pajak. Untuk itu, kondisi
Kewenangan ini dirumuskan di Pasal 18
demikian harus menjadi salah satu
ayat (3) Undang-undang PPh Tahun
prioritas yang harus dipertimbangkan
2000, yang berbunyi sebagai berikut:
dalam menyusun suatu tax planning
“Direktur Jenderal Pajak berwenang
(Enrique Macgregor, 2004). Hal yang
menentukan kembali besarnya penghasilan
sering menjadi sumber konflik antara
dan pengurangan serta menentukan utang
wajib pajak dengan fiskus dalam peng-
sebagai modal untuk menghitung besarnya
gunaan intangible assets tersebut adalah
penghasilan kena pajak bagi Wajib Pajak
besaran tarifnya (Glenn Desouza, 1997).
yang mempunyai hubungan istimewa
Banyaknya beban yang harus ditanggung dengan Wajib Pajak lainnya sesuai
oleh PT XYZ berkaitan dengan peng- dengan kewajaran dan kelaziman usaha
gunaan HAKI termasuk juga perbedaan yang tidak dipengaruhi oleh hubungan
tarif royalti yang ditetapkan dalam royalty istimewa”.
agreement. Terlebih untuk assembled
Dalam menentukan kembali jumlah
product, secara potensial dapat menim-
penghasilan dan/atau biaya tersebut
bulkan dugaan adanya excessed burden
dapat dipakai beberapa pendekatan,
dan upaya pengalihan keuntungan dari
misalnya data pembanding, alokasi laba
PT XYZ kepada MNE Co Ltd atau unit
berdasar fungsi atau peran serta Wajib
bisnisnya sehingga fiskus dapat saja
Pajak yang mempunyai hubungan isti-
melakukan koreksi negatif terhadap
mewa dan indikasi serta data lainnya.
pembayaran HAKI tersebut. Fiskus juga
akan memiliki pembenaran yang cukup Sampai dengan saat ini belum ada per-
mendasar untuk melakukan koreksi aturan pelaksanaan tentang ketentuan di
fiskal karena menduga adanya praktik atas sehingga berpotensi besar adanya
transfer pricing yang tercermin dari perbedaan penafsiran terhadap pasal
meningkatnya angka penjualan secara tersebut.
signifikan akan tetapi tidak diikuti oleh
meningkatnya jumlah pajak penghasilan.

7
JAP Vol. 3, No. 1, Oktober 2008

§ Potensi Denda Pajak dan Pajak terima dalam laporan pajak mereka dan
Berganda withholding tax pasal 26 dijadikan uang
muka pajak (tax credit). Jika penetapan
Dalam Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor
pajak dimaksud merupakan hasil dari
SE-01/PJ.7/2003 tentang Kebijakan
koreksi terhadap transfer pricing, maka
Pemeriksaan Pajak disebutkan bahwa
negara lainnya, dalam hal ini Jepang,
untuk kasus-kasus transfer pricing jangka
wajib melakukan correlative adjustment.
waktu pemeriksaan ditetapkan selama 8
Apabila Jepang menolak melakukannya
bulan dan dapat diperpanjang menjadi 2
maka yang akan terjadi adalah pengena-
tahun. Selain itu, disebutkan pula ada-
an pajak berganda yang harus ditang-
nya pemeriksaan yang didasarkan per-
gung oleh MNE Co dan MNE Sales &
mintaan khusus Direktur P4 yang waktu-
Marketing Co.
nya penyelesaiannya tidak disebutkan.
Secara umum semua jenis pemeriksaan Pada tahap ini, sesuai dengan ketentuan
pajak akan daluwarsa selama 10 tahun. pasal 9 dari OECD Model, kedua
competent authorities akan membahas-
Memang tidak mudah untuk mendefi-
nya. Bila pembahasan antara competent
nisikan dan menjabarkan angka-angka
authorities tersebut tidak mencapai titik
koreksi fiskal yang menyangkut hubungan
temu maka tidak ada upaya hukum lain
istimewa sebagaimana juga halnya yang
untuk menyelesaikan masalah tersebut
terjadi di dalam transaksi-transaksi antara
kecuali mengajukan keberatan dan ban-
PT XYZ dengan mitra bisnisnya. Akan
ding atas putusan tersebut kepada Badan
tetapi dengan mengacu kepada surat
Penyelesaian Sengketa Pajak (BPSP). Jika
edaran tersebut di atas diperkirakan
ada pajak yang masih kurang dibayar
denda pajak yang harus ditanggung oleh
sebelum banding diajukan ke BPSP maka
PT XYZ akan mencapai maksimum 48%
50% dari kekurangannya tersebut harus
dari pajak yang kurang dibayar sebagai
dilunasi terlebih dulu. Paling sedikit di-
akibat dilakukannya koreksi oleh fiskus
butuhkan waktu selama 2 tahun untuk
terhadap transaksi-transaksi hubungan
mengajukan perkara ini, dimana satu
istimewa.
tahun diperlukan untuk pemeriksaan pajak
Disamping untuk menghindari pengenaan dan satu tahun lagi untuk proses keberatan.
pajak berganda, ketentuan tersebut juga Keputusan BPSP bersifat final dan semen-
memberikan kewenangan apabila terjadi tara itu kapan putusan harus dibuat dan
masalah transfer pricing yang menurut dikeluarkan oleh BPSP tidak ada peraturan
salah satu negara tidak mencerminkan yang mengaturnya, sehingga kepastian
transaksi yang arm’s length, maka harga hukumnya menjadi tidak menentu
transaksi dimaksud dapat dikoreksi oleh (uncertainty).
otoritas pajak negara tersebut.
Pajak berganda dapat terjadi apabila atas
objek yang sama dikenakan pajak lebih ADVANCE PRICING AGREEMENT
dari satu kali. Dalam hal ini sebagai (APA) SEBAGAI SOLUSI TRANSFER
contoh adalah pembayaran HAKI PRICING
kepada MNE Co dan MNE Sales &
Marketing Co telah dipotong pajak Undang-undang PPh Tahun 2000
penghasilan (withholding tax) pasal 26 Pasal 18 ayat (3a) menyatakan, “Direktur
tapi kemudian biaya-biaya tersebut di- Jenderal Pajak berwenang melakukan
koreksi oleh fiskus. Di lain pihak MNE perjanjian dengan Wajib Pajak dan
Co dan MNE Sales & Marketing Co bekerja sama dengan otoritas pajak
melaporkan pembayaran HAKI yang di- negara lain untuk menentukan harga

8
Advance Pricing Agreement dalam Kaitannya
dengan Upaya Meminimalisasi Potential Risk

transaksi antar pihak-pihak yang mem- 1. Potential tax risk dapat diakibatkan
punyai hubungan istimewa sebagaimana karena faktor-faktor internal, antara
dimaksud dalam ayat (4), yang berlaku lain:
selama suatu periode tertentu dan meng-
- Metode transfer pricing yang diper-
awasi pelaksanaannya serta melakukan
gunakan mengakibatkan harga jual
renegosiasi setelah periode tertentu ter-
produk, terutama produk OEM, lebih
sebut berakhir”.
rendah dari yang seharusnya karena
Dalam penjelasan pasal tersebut tidak menambahkan unsur bahan
disebutkan “kesepakatan harga transfer baku free of charge sebagai kom-
(Advance Pricing Agreement / APA) ponen produksi. Penetapan harga
adalah kesepakatan antara Wajib Pajak jual yang lebih rendah tersebut dapat
dengan Direktur Jenderal Pajak mengenai mengakibatkan timbulnya koreksi
harga jual wajar produk yang dihasilkan- pajak pada sisi penjualan.
nya kepada pihak-pihak yang mempunyai
- Aliran kas masuk yang diterima
hubungan istimewa (related parties)
dari MNE Co Ltd atau sebaliknya
dengannya. Tujuan diadakannya APA
aliran kas keluar kepada MNE Co
adalah untuk mengurangi terjadinya
Ltd sebagai konsekuensi dari reva-
praktik penyalahgunaan transfer pricing
luasi persediaan yang disebabkan
oleh perusahaan multinasional.
oleh fluktuasi harga, dapat menim-
Persetujuan antara wajib pajak bulkan adanya koreksi pajak ter-
dengan Direktur Jenderal Pajak dapat utama pada sisi pembelian.
mencakup beberapa hal antara lain
- Transaksi hubungan istimewa yang
harga jual produk yang dihasilkan,
tidak dilengkapi dengan dokumen-
jumlah royalti, dan lain-lain, tergantung
dokumen perjanjian akan menim-
pada kesepakatan. Keuntungan dari APA
bulkan beban pembuktian yang
selain memberikan kepastian hukum
sangat berat apabila terjadi peme-
dan kemudahan penghitungan pajak,
riksaan pajak karena bagaimanapun
fiskus tidak perlu melakukan koreksi
suatu transaksi yang terjadi yang
atas harga jual dan keuntungan produk
melibatkan pihak-pihak yang mem-
yang dijual wajib pajak kepada per-
punyai hubungan istimewa terlebih
usahaan dalam group yang sama. APA
lagi yang bersifat cross border
dapat bersifat unilateral, yaitu merupakan
kelengkapan dokumen sangatlah
kesepakatan antara Direktur Jenderal
penting untuk dipersiapkan sebelum
Pajak dengan wajib pajak atau bilateral,
transaksi tersebut dilaksanakan.
yaitu kesepakatan antara Direktur Jenderal
Pajak dengan otoritas perpajakan negara 2. Sementara faktor-faktor eksternal yang
lain yang menyangkut wajib pajak yang dapat menimbulkan potential tax risk,
berada di wilyah yurisdiksinya”. antara lain:
- Penetapan kembali transaksi-
transaksi PT XYZ berkaitan dengan
PENUTUP related party yang dapat meng-
akibatkan naiknya jumlah pajak
a. Kesimpulan terhutang.
Berdasarkan hasil analisis dan - Denda kenaikan beban pajak
pembahasan data sebagaimana telah maksimum 48% dari pajak terhutang
diuraikan di atas, dapat dibuat beberapa sebagai akibat koreksi pajak oleh
kesimpulan sebagai berikut: fiskus.

9
JAP Vol. 3, No. 1, Oktober 2008

- Waktu audit pajak untuk transaksi libatkan related party.


transfer pricing paling sedikit mem-
- Sengketa pajak yang disebabkan
butuhkan waktu 8 bulan dan dapat
oleh adanya perbedaan persepsi
diperpanjang sampai 2 tahun.
atas suatu transaksi maupun per-
- Apabila Wajib Pajak keberatan atas aturan tertentu yang dapat ber-
hasil koreksi pajak oleh fiskus, dampak pada dikoreksinya pajak
keberatan dapat diajukan dan terhutang dapat dieliminasi.
dapat diteruskan dengan banding
- Mudah dalam melakukan peng-
ke BPSP apabila keberatan Wajib
hitungan pajak, karena adanya
Pajak di tolak. Pengajuan banding
kepastian bahwa fiskus tidak akan
tidak menunda kewajiban pemba-
melakukan penghitungan atau pe-
yaran pajak yang diakibatkan oleh
netapan pajak terhutang yang di-
koreksi fiskus sementara jangka
akibatkan oleh adanya transaksi-
waktu penyelesaian sengketa dan
transaksi yang melibatkan related
keputusan hakim BPSP tidak dapat
party.
dipastikan.
- Jangka waktu pemeriksaan pajak
- Kemungkinan terjadi double taxation
lebih singkat karena transaksi-
apabila koreksi fiskal yang dilaku-
transaksi yang melibatkan related
kan oleh otoritas pajak Indonesia
party tidak termasuk objek peme-
tidak diikuti dengan correlative
riksaan sehingga waktu yang di-
adjustment dari mitra P3B lainnya.
butuhkan hanya 2 bulan.
3. Undang-undang nomor 17 Tahun
- Dimungkinkan melakukan rene-
2000 tentang Pajak Penghasilan pasal
gosiasi dengan otoritas pajak ter-
18 ayat (4) telah memuat ketentuan
hadap APA yang pernah disepakati
tentang APA, akan tetapi dari pihak
sebelumnya sesuai dengan dinamika
otoritas fiskal tidak pernah mengeluarkan
usaha perusahaan.
peraturan pelaksanaannya sehingga
membuat para Wajib Pajak tidak
mempunyai keyakinan dan kemauan b. Saran-Saran
untuk membuat APA dengan Direktur
Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan
Jenderal Pajak. Walaupun demikian
di atas, diusulkan beberapa saran untuk
para ahli dan praktisi perpajakan
dipertimbangkan oleh manajemen PT
yakin bahwa APA dapat mengeliminasi
XYZ untuk meminimalisasi potential tax
potential tax risk akibat transaksi
risk, antara lain:
hubungan istimewa.
1. Memperbaiki bentuk contract agree-
4. Secara yuridis fiskal manfaat membuat
ment yang ada terutama yang
APA dengan Direktur Jenderal Pajak
berkaitan dengan related party.
akan memberikan manfaat-manfaat
Contract agreement tersebut sebaik-
antara lain:
nya memuat secara jelas definisi dan
- Adanya kepastian hukum sehingga dasar transaksi, sehingga tidak me-
manajemen perusahaan dapat men- nimbulkan pemahaman lain selain
jalankan bisnisnya dengan lebih apa yang tertulis di dalam contract
tenang dan tidak khawatir mengenai agreement tersebut.
status transaksinya karena fiskus
2. Dokumentasi yang dapat menjelas-
tidak akan melakukan koreksi ter-
kan transaksi OEM dan hubungan-
hadap transaksi-transaksi yang me-
nya dengan pembayaran royalti. Hal

10
Advance Pricing Agreement dalam Kaitannya
dengan Upaya Meminimalisasi Potential Risk

ini penting dilakukan karena konsep dangan serta manfaat yang maksimal
OEM yang diaplikasikan oleh PT dari APA. Dikarenakan transaksi
XYZ jarang terjadi. Kebanyakan antara PT XYZ dengan related party-
produk OEM bersifat parsial dan nya merupakan cross border
kontrak putus dalam arti produk transaction, penggunaan Mutual
tersebut di pesan dan dipasarkan Agreement Procedure sangat
tanpa ada kewajiban pembayaran disarankan untuk mengeliminasi
royalti. potential tax risk secara maksimal.
3. Audit pajak yang berkaitan dengan
transfer pricing sangat erat hu-
bungannya dengan dokumentasi,
kekurangan atau ketiadaan dokumen
pendukung yang berkaitan dengan
transaksi tersebut dapat menjadi
objek koreksi fiskal. Disarankan agar
perusahaan mempersiapkan dokumen-
dokumen yang berkaitan dengan:
- Gambaran umum tentang bisnis
perusahaan dan hubungan keter-
kaitan bisnis antar group korporasi.
- Jenis-jenis transaksi yang ber-
kaitan dengan related party.
- Metode transfer pricing yang di-
pergunakan.
- Informasi pendukung terkait
transaksi hubungan istimewa
berikut analisisnya termasuk
perbandingannya jika memung-
kinkan.
- Kondisi-kondisi khusus yang
mendorong terjadinya transfer
pricing seperti strategi penetrasi
pasar, dampak dari transfer pricing
terhadap perusahaan dan
related party-nya.
4. APA sebagai alternatif untuk meng-
hindari koreksi fiskal atas transaksi
hubungan istimewa layak untuk di-
pertimbangkan. Disarankan sebelum
memutuskan membuat APA dengan
Direktur Jenderal Pajak, sebaiknya
PT XYZ berkonsultasi terlebih dahulu
dengan pihak-pihak related party
agar dapat tercipta kesamaan pan-

11
JAP Vol. 3, No. 1, Oktober 2008

DAFTAR PUSTAKA

http://www.buildingpvalue.com
Anthony, Robert N. and Govindarajan,
Vijay, 2003, Management Control
System. eleventh edition, Mc.
Macgregor, Enrique, 2004, Transfer
Graw-Hill.
Pricing: A Roadmap for CEOs.
Brigham, Eugene F. and Houston, F. Joel., International Transfer Pricing
2003, Fundamentals of Financial Journal,
Management, tenth edition, http://www.findarticles.com/p/articl
Mc.Graw-Hill. es/
Desai, Nishith, 2002, Transfer Pricing Neubig, Tom, 2004, Tax Risk and Strong
Problems, Strategies and Docu- Corporate Governance.
mentation: Recent International International Transfer Pricing
Case Law on Transfer Pricing, Journal,
White paper, Nishsith Desai http://www.findarticles.com/p/articl
Associated, India, ......................... es/
http://www.nishithdesai.com
OECD, 1995, Transfer Pricing Guidelines
Gunadi, 1994, Transfer Pricing: Suatu for Multinational Enterprises and
Tinjauan Akuntansi Manajemen Tax Administrations, OECD, Paris
dan Pajak, Bina Rena Pariwara,
Santoso, Iman, 2004, Advance Pricing
Jakarta
Agreement dan Problematika
______ , 1997, Pajak Internasional, Edisi Transfer Pricing Dari Perspektif
Revisi. Lembaga Penerbit FEUI, Perpajakan Indonesia, Jurnal
Jakarta. Akuntansi dan Keuangan,
Universitas Kristen Petra,
Feinschreiber, Robert, 1992, Advance
http://puslit.petra.ac.id
Pricing Agreements: Advantageous
or Not?, CPA Journal Online, Widiyanto, Agus, 2006, "Advance
http://www.luca.com/cpajournal/ol Pricing Agreement Dan Implikasi-
d/12650269.htm nya Terhadap Perencanaan Pajak
Dalam Rangka Meminimalisasi
Hansen, Fay, 2004, Best Practices in Tax
Potensi Risiko Kerugian Akibat
Planning, International Transfer
Beban Pajak (Studi Kasus Pada PT
Pricing Journal,..............................
XYZ)" 、 Tesis Program MM,
http://www.businessfinancemag.co
m Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Henshall, John, 2006, Transfer Pricing
and Intellectual Property. Zain, Mohammad, 2003, Manajemen
International Transfer Pricing Perpajakan, Salemba Empat,
Journal, Jakarta.

12

You might also like