Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 82

PENENTUAN KEMAMPUGALIAN GIPSUM

DENGAN DRAG PI CK


TUGAS AKHIR
Disusun sebagai syarat untuk meraih gelar
Sarjana Teknik Pertambangan



Oleh :
Dian Pithaloka
121 09 007




PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2013
LEMBAR PENGESAHAN

PENETUAN KEMAMPUGALIAN GIPSUM DENGAN
DRAG PICK



TUGAS AKHIR













Bandung, September 2013
Disetujui untuk
Program Studi Teknik Pertambangan
Oleh :



Pembimbing







Dian Pithaloka
NIM : 121 09 007



Dr. Ir. Ridho K. Wattimena, MT.
NIP : 196802051993021001
i

PENENTUAN KEMAMPUGALIAN GIPSUM DENGAN DRAG PICK
Abstrak
Saat ini pemberaian batuan dengan metode penggalian mekanis semakin
banyak digunakan dalam pekerjaan pertambangan maupun sipil. Peralatan alat gali
mekanis dilengkapi dengan gigi gali, salah satunya adalah drag pick. Untuk itu
dirasakan pentingnya analisis mengenai gaya potong yang bekerja pada gigi gali.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya gaya pada gigi gali drag
pick pada uji kemampugalian terhadap contoh blok gipsum berukuran 60 cm x 20 cm
x 25 cm dengan variasi posisi kedalaman gigi gali dari permukaan atas contoh gipsum
yaitu 5 cm, 10 cm, 15 cm dan 20 cm. Gaya potong diperoleh dari perhitungan teori
Evans (1962), Roxborough (1973) dan perhitungan numerik dengan Software Phase
2
.

Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa gaya
potong (Fc) yang diperoleh dengan menggunakan teori persamaan Evans (1962),
Roxborough (1973) dan model numerik Phase
2
memiliki besar yang berbeda-
beda. Hal ini disebabkan adanya perbedaan beberapa parameter pada masing-
masing perhitungan seperti lebar penggalian (w) dan rake angle ().

Kata kunci : Pemberaian batuan, gigi gali, gaya potong











ii

DETERMINATION OF GYPSUM DIG ABILITY USING DRAG PICK
Abstract
Mechanical excavation is now widely used in mining and civil engineering
projects. The mechanical excavation equipment are equipped with cutting teeth. It
is then important to analyse the forces acting on the cutting teeth..
This study aims to determine the magnitude of cutting force by using drag
pick in the cut ability test on the blocks gypsum sample which has length, width
and height each 60 cm x 20 cm x 25 cm with a depth variation of drag pick
position from the upper surface of gypsum sample is 5 cm, 10 cm, 15 cm and 20
cm. Cutting force is obtained from the calculation of Evans equation (1962),
Roxboroughs equation (1973) and numerical calculation using Software Phase
2
.
From the research can be concluded that the result of cutting force (Fc)
obtained by using calculation of Evan's equation (1962), Roxboroughs equation
(1973) and numerical model with Phase
2
has a different magnitude. This is due to
the differences in some parameters in each calculation methods such as cutting
width (w) and rake angle ().

Keywords : Rocks cutting , digging teeth , cutting force







iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis panjatkan karena berkat
dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik penelitian
Tugas Akhir yang berjudul Penentuan Kemampugalian Gipsum dengan Drag
Pick. Tugas Akhir ini disusun sebagai hasil dari penelitian yang dilakukan di
Laboratorium Geomekanika dan Peralatan Tambang, Program Studi Teknik
Pertambangan, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan ITB. Tugas
Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat penulis untuk memperoleh gelar
Sarjana di Jurusan Teknik Pertambangan Institut Teknologi Bandung.
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penulis menyadari banyak pihak yang
telah membantu, memberi dukungan dan masukan secara langsung maupun tidak
langsung sehingga mempermudah penulis dalam pengerjaan dan penyelesaian
Tugas Akhir ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ayahanda Teddy Hidayat dan Ibunda Sylvia Macawalang tercinta atas
seluruh kasih sayang, doa, kesabaran, kepercayaan, dorongan, dan nasehat-
nasehatnya dalam mendidik dan membesarkan saya (I love you and Im
very proud of being your daughter). Serta kepada kakak dan adikku
tercinta, Devy Putra Hidayat dan Amanda Amalia, yang telah memberikan
segala perhatian dan cinta kasih dalam kebersamaan dan kehangatan
keluarga.
2. Bapak Dr. Ir. Ridho Kresna Wattimena, MT., sebagai dosen pembimbing atas
kesediaan waktunya untuk memberi bimbingan, ilmu, motivasi serta
kesabaran dan memberi semangat kepada penulis selama penulis
menyelesaikan penelitian ini.
3. Bapak Dr. Ir. Suseno Kramadibrata, M.Sc. selaku Kepala Laboratorium
Geomekanika dan Peralatan Tambang, Program Studi Teknik Pertambangan
ITB yang telah memberikan bimbingan, masukan, nasehat juga semangat
kepada penulis selama penulis kuliah dan melaksanakan penelitian.
iv

4. Bapak Dr. Eng. Syafrizal, ST., MT. Sebagai Ketua Program Studi Teknik
Pertambangan ITB yang telah banyak memberi bantuan kepada penulis dalam
menyelesaikan perkuliahan di Program Studi Teknik Pertambangan ITB.
5. Bapak Dr. Eng. Ganda Marihot Simangunsong, ST. MT. sebagai dosen wali
dari penulis yang memberikan banyak ilmu, saran dan nasihat semasa penulis
melaksanakan kuliah di Teknik Pertambangan ITB.
6. Dr. Eng. Nuhindro Priagung Widodo, ST, MT dan Dr. Agus Haris Widayat
selaku dosen dan penguji sidang penulis yang telah sabar menguji dan
memberikan banyak ilmu serta masukkan kepada penulis.
7. Seluruh Dosen Program Studi Teknik Pertambangan ITB yang telah
memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis selama kuliah.
8. Bapak Sudibyo, Pak Gito, Pak Kurnia, Kang Iwan, Pak Parman, Pak
Purwanto, Kang Nurman dan Mbak Sari selaku teknisi Laboratorium
Geomekanika dan Peralatan Tambang Program Studi Pertambangan ITB yang
telah membantu dengan penuh keikhlasan, kesabaran, semangat dan canda
tawa selama penulis menyelesaikan seluruh pengujian yang berkaitan dengan
penyusunan Tugas Akhir ini.
9. Bapak Mangsud dan seluruh staf Tata Usaha Program Studi Teknik
Pertambangan yang telah membantu penulis selama kuliah di Program Studi
Teknik Pertambangan.
10. Keluarga besar tercinta Oma, Mama Ce, tante Nane beserta seluruh keluarga
besar mama (Prisca, Pricilia, Hany Margen), serta Nenek dan seluruh
keluarga besar papa yang telah memberi dukungan dan doa kepada penulis.
11. Teman-teman Laboratorium Geomekanika dan Peralatan Tambang Program
Studi Teknik Pertambangan ITB : Nazar, Fadly, Dean, Norman, Nico, Tando,
Yolanda, Adisti, Sulthon, Faris, Galang, Ibnu, Rolan, Grego, Ivan Marbun,
Sandro. Yokky, Rivan, Bang Tri, Bang Fredo, Bang Yudi, Bang Rudhi, Bang
Koko, Hasabo, yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan penelitian
di lab. ini dengan penuh rasa kasih sayang dan keikhlasan. Semua canda tawa
dan suka duka memberikan penulis kenyamanan layaknya keluarga.

v

12. Tijul, Erin, Adis, Gita, Ari, Mei dan semua teman-teman TAMBANG 2009
yang telah menjadi keluarga Penulis untuk selamanya. Solidaritas tambang
selalu kami jaga !!
13. Sahabat serta keluarga PA penulis Mega, Ribka, Friska, Tryanti, Arin, Ester,
Kak Sonti, Aprida, dan Donna yang telah memberikan penulis dalam bentuk
doa, motivasi dan semangat selama penulis menyelesaikan kuliah di ITB.
14. Teman-teman HMT ITB angkatan 2008, 2010, 2011 yang telah banyak
memberikan pengalaman dan pembelajaran bagi penulis. Majulah
Pertambangan Demi Pembangunan!!

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat Penulis
harapkan. Sekali lagi penulis haturkan terima kasih atas semuanya. Semoga Tugas
Akhir ini dapat bermanfaat bagi setiap orang yang membacanya.

Bandung, September 2013


Dian Pithaloka
vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK .......................................................................................................... i
ABSTRACT ...................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .............................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 2
1.2 Batasan Penelitian ..................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 3
1.5 Tahapan Penelitian .................................................................................... 3
1.6 Diagram Alir Penelitian ............................................................................. 4
BAB II TEORI DASAR
2.1 Pendahuluan .............................................................................................. 5
2.2 Uji Laboratorium ....................................................................................... 6
2.2.1 Uji Sifat Fisik .................................................................................... 6
2.2.2 Uji Sifat Mekanik ........................................................................ 8
2.2.2.1 Uji Kuat Tekan Uniaksial .................................................... 8
2.2.2.2 Uji Kuat Tarik Tak Langsung............................................. 10
2.2.2.3 Brittleness Index ................................................................ 11
2.2.2.4 Uji Geser Langsung ........................................................... 11
2.2.2.5 Uji Abrasivitas Batuan ....................................................... 13
2.2.3 Uji Sifat Dinamik ...................................................................... 16
2.2.3.1 Uji Kecepatam Rambat Gelombang Ultrasonik .................. 16
2.2.4 Uji Kemampugalian .................................................................. 18
BAB III METODE PENGUJIAN ................................................................... 33
3.1 Persiapan Contoh Gipsum........................................................................ 33
3,1.1 Pembuatan Contoh Gipsum .............................................................. 33
vii

3.1.2 Preparasi Contoh Gipsum ................................................................. 33
3.2 Uji Sifat Fisik .......................................................................................... 34
3.2.1 Peralatan Pengujian .......................................................................... 34
3.2.2 Prosedur Pengujian .......................................................................... 35
3.3 Uji Ultrasonik .......................................................................................... 36
3.3.1 Peralatan Pengujian .......................................................................... 36
3.3.2 Prosedur Pengujian .......................................................................... 37
3.4 Uji Kuat Tekan Batuan ............................................................................ 37
3.4.1 Peralatan Pengujian .......................................................................... 38
3.4.2 Prosedur Pengujian .......................................................................... 38
3.5 Uji Kuat Tarik Batuan ............................................................................. 39
3.5.1 Peralatan Pengujian .......................................................................... 39
3.5.2 Prosedur Pengujian .......................................................................... 40
3.6 Uji Geser Langsung ................................................................................. 40
3.6.1 Peralatan Pengujian .......................................................................... 41
3.6.2 Prosedur Pengujian .......................................................................... 41
3.7 Uji Cerchar ............................................................................................. 42
3.7.1 Peralatan Pengujian .......................................................................... 42
3.7.2 Prosedur Pengujian .......................................................................... 43
3.8 Uji Kemampugalian ................................................................................. 44
3.8.1 Alat Uji Kemampugalian .................................................................. 44
3.8.2 Prosedur Uji Kemampugalian ........................................................... 47
BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN ............................... 49
4.1 Uji Sifat Fisik .......................................................................................... 49
4.2 Uji Ultrasonik .......................................................................................... 49
4.3 Uji Kuat Tekan Uniaksial ........................................................................ 50
4.4 Uji Kuat Tarik Tak Langsung .................................................................. 52
4.5 Uji Geser Langsung ................................................................................. 53
4.6 Uji Cerchar ............................................................................................. 54
4.7 Uji Kemampugalian ................................................................................. 55
4.7.1 Pemodelan Fisik Uji Kemampugalian ............................................ 55
viii

4.7.2 Pemodelan Numerik Uji Kemampugalian ...................................... 57
4.7.3 Perbandingan Model Fisik dan Model Numerik dalam Uji
Kemampugalian ............................................................................ 58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 61
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 61
5.2 Saran ....................................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 64
LAMPIRAN ..................................................................................................... 66










ix

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi Brittleness Index .............................................................. 11
Tabel 2.2 Klasifikasi Abrasivitas Menurut CAI ................................................. 13
Tabel 2.3 Contoh Hasil Pengamatan Distribusi Ukuran Butir dari Sayatan Tipis 14
Tabel 2.4 Contoh Hasil Pengamatan Komposisi Mineral dari Sayatan Tipis Batu
Gamping ............................................................................................ 14
Tabel 2.5 Skala Kekerasan Rosival .................................................................... 15
Tabel 2.6 Klasifikasi Abrasivitas Schimazek (FAS) ........................................... 16
Tabel 2.7 Parameter Keterpotongan Batuan ( Roxborough & Philips, 1975 ) ..... 21
Tabel 4.1 Hasil Uji Sifat Fisik ............................................................................ 49
Tabel 4.2 Hasil Uji Cepat Rambat Gelombang Ultrasonik .................................. 50
Tabel 4.3 Hasil Pengujian Kuat Tekan Uniaksial ................................................ 51
Tabel 4.5 Hasil Uji Kuat Tarik Tak Langsung (Brazilian Tensile Test) ............... 52
Tabel 4.6 Hasil Uji Geser Langsung (Direct Shear Test) .................................... 53
Tabel 4.7 Hasil Uji Cerchar ............................................................................... 54
Tabel 4.8 Hasil Model Fisik Uji Kemampugalian ............................................... 56
Tabel 4.9 Hasil Gaya Potong Berdasarkan Evans dan Roxborough .................. 56
Tabel 4.10 Hasil Model Numerik Uji Kemampugalian ...................................... 58
Tabel 4.11 Perbandingan Gaya Potong Berdasarkan Evans, Roxborough dan
Model Numerik ............................................................................... 60


x

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Diagram Alir..................................................................................... 4
Gambar 2.1 Kriteria Indeks Kekuatan Batuan (Franklin dkk, 1971) ..................... 5
Gambar 2.2 Tampak Depan dan Samping dari Parameter Uji Core Cuttability
(Roxborough,1987) ....................................................................... 20
Gambar 2.3 Model Evans Untuk Keruntuhan Tarik (Evans & Pomeroy, 1966) .. 24
Gambar 2.4 Formasi Keping Pada Buket Berdasarkan Runtuhan Tarik Model
Evans (modifikasi ORegan dkk., 1986)........................................... 26
Gambar 2.5 Pengaruh Front Rake Angle Pada Beberapa Parameter Kinerja Gigi
Gali di Magnesian Limestone (Philips, 1975) ................................... 27
Gambar 2.6 Pengaruh Back Clearance Angle Pada Gaya Potong dan Gaya Normal
Untuk Rake Angle Yang Berbeda (ODogherty, 1962) .................... 28
Gambar 2.7 Pengaruh Angle of Attack Pada Gaya Potong Dengan Sudut Skew
Nol (Hurt dan Evans, 1980) ............................................................. 29
Gambar 2.8 Pengaruh Sudut Skew Pada Gaya Potong Untuk Attack Angle 45
o

(Hurt dan Evans, 1980) .................................................................... 30
Gambar 2.9 Pengaruh Kedalaman Pemotongan Pada Beberapa Parameter Kinerja
Pemotongan di Magnesian Limestone (Philips, 1975) ...................... 31
Gambar 3.1 Contoh Gipsum Uji Ukuran 60 cm x 20 cm x 25 cm ....................... 34
Gambar 3.2 Peralatan Pengujian Sifat Fisik ........................................................ 35
Gambar 3.3 Peralatan Pengujian Ultrasonik (PUNDIT) ...................................... 37
Gambar 3.4 Uniaxial Test .................................................................................. 38
Gambar 3.5 Contoh Gipsum Uji pada Sampel UCS ............................................ 39
xi

Gambar 3.6 Pengujian Kuat Tarik Tak Langsung ............................................... 40
Gambar 3.7 Contoh Gipsum Uji pada Uji Geser Langsung ................................. 41
Gambar 3.8 Peralatan pengujian Direct shear box apparatur test ....................... 41
Gambar 3.9 Uji Cerchar .................................................................................... 43
Gambar 3.10 Contoh Gipsum dan Batang Besi Baja........................................... 43
Gambar 3.11 Lebar Ujung Batang Besi Baja yang Sudah Digoreskan ................ 44
Gambar 3.12 Rancangan Alat Uji Kemampugalian ............................................ 45
Gambar 3.13 Peralatan Uji Kemampugalian ....................................................... 47
Gambar 3.14 Pengujian Kemampugalian ........................................................... 47
Gambar 4.1 Hasil Pengujian Kuat Tekan Uniaksial Contoh Gipsum .................. 51
Gambar 4.2 Hasil Pengujian Kuat Tarik Tak Langsung Contoh Gipsum ............ 52
Gambar 4.3 Hasil Pengujian Kuat Geser Langsung Contoh Gipsum ................... 53
Gambar 4.4 Kurva Uji Geser Langsung.............................................................. 54
Gambar 4.5 Sketsa Pengujian Fisik Uji Kemampugalian .................................... 55
Gambar 4.6 Perbandingan Pemodelan Fisik dan Numerik Uji Kemampugalian .. 58
Gambar 4.7 Grafik Perbandingan Gaya Potong Evans, Roxborough dan
Pemodelan Numerik ........................................................................ 60

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perencanaan sebuah tambang harus mempertimbangkan beberapa faktor dan
salah satu faktor yang penting adalah pemberaian batuan. Pemberaian batuan dapat
dilakukan dengan dua metode yaitu pemberaian batuan dengan metode peledakan dan
pemberaian batuan dengan metode penggalian mekanis.
Saat ini kegiatan penambangan terbuka maupun bawah tanah sudah sering
di jumpai di daerah dekat pemukiman masyarakat. Hal ini tentu saja
mempengaruhi metode pemberaian batuan pada tahapan penambangan. Tidak
dapat dipungkiri pada saat ini, metode pemberaian batuan yang biasa digunakan
pada tambang terbuka maupun bawah tanah adalah dengan metode peledakan
karena pertimbangan efisiensi dari pengangkutan. Namun, pemberaian batuan
dengan metode ini menjadi tidak mudah untuk dilakukan karena adanya batasan
dalam hal getaran tanah (ground vibration) akibat peledakan sebagaimana yang
diatur dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 49/MENLH/11/1996
tentang Baku Tingkat Getaran.
Dengan adanya berbagai peraturan mengenai baku tingkat getaran tersebut
maka hal ini tentu menyebabkan pemberaian batuan dengan metode peledakan
tidak dapat dilakukan secara maksimal. Oleh sebab itu, metode pemberaian batuan
secara mekanis kedepannya menjadi sangat perlu untuk dilakukan karena selain
pada kegiatan penambangan, metode pemberaian batuan secara mekanis juga
sering digunakan dalam proyek pekerjaan sipil seperti pembuatan jalan, sub way,
terowongan, dan lain-lain.
Metode pemberaian batuan secara mekanis tentunya memerlukan suatu alat
gali. Contoh dari alat gali mekanis yang seringkali digunakan diantaranya
Backhoe, Shovel, Roadheader, Bucket Wheel Excavator, Tunnel Boring Machine
dan lain-lain. Alat gali mekanis tersebut menggunakan berbagai jenis gigi gali
seperti roller button cutter, disc cutter dan drag pick,. Pada prinsipnya, apapun jenis

2

gigi gali yang digunakan merupakan pengaplikasian dari prinsip cutting tools yaitu
gigi gali ditekan ke dalam batuan sehingga terjadi hancuran pada batuan yang keluar
ke permukaan. Penggunaan gigi gali akan bergantung pada jenis alat gali mekanis
yang digunakan dan karakteristik batuan yang akan digali. Pada penelitian kali ini
akan dibahas mengenai gigi gali yang berjenis drag pick.
Penelitian ini akan membahas penggunaan drag pick pada penggalian
terhadap contoh batuan dengan berbagai variasi posisi gigi gali dari permukaan atas
contoh batuan. Adapun variasi posisi gigi gali yang digunakan yaitu 5 cm, 10 cm, 15
cm dan 20 cm. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui besarnya gaya potong
dalam pengujian dengan berbagai variasiasi kedalaman yang kemudian akan
dibandingkan dengan gaya potong yang diperoleh dari perhitungan teori Evans
(1962), Roxborough (1973) dan pemodelan numerik dengan Software Phase
2
.
Perbedaan kedalaman tentunya akan mempengaruhi besar gaya potong.

1.2 Batasan Penelitian

Batasan-batasan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Penelitian menggunakan blok gipsum dengan ukuran 60cm x 25 cm x 20 cm
yang diletakkan diatas blok beton berukuran 60 cm x 15 cm x 20 cm.
2. Pengujian kemampugalian menggunakan empat buah sampel gipsum uji
dengan perbandingan berat gipsum : air = 1:1.
3. Diasumsikan tidak terjadi pergerakan pada antarmuka blok gipsum-blok beton
selama blok gipsum diberi gaya.
4. Pada percobaan perubahan temperatur dan kelembaban selama pengujian tidak
diperhitungkan.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu :
1. Menentukan serta membandingkan gaya potong yang dihasilkan dari uji
kemampugalian blok gipsum pada variasi posisi gigi gali 5 cm, 10 cm, 15
cm dan 20 cm dari permukaan bagian atas blok gipsum dari perhitungan

3

gaya potong dengan teori Evans (1962), Roxborough (1973) maupun model
numerik Phase
2
.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui prinsip kerja pengujian alat kemampugalian dan gaya-gaya yang
yang terlibat serta pengaruh dari gaya-gaya tersebut.
2. Mengetahui efisiensi penggunaan gaya dalam aplikasi persamaan-
persamaan gaya gali.

1.5 Tahapan Penilitian

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini dimaksudkan untuk
mengetahui besar gaya potong dari proses penggalian batuan dengan gigi gali drag
pick pada berbagai variasi kedalaman.
Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan dalam metode pemodelan fisik ini
adalah:
1. Studi literatur
Studi literatur yang dilakukan pada penelitian ini meliputi kajian pustaka
mengenai laporan-laporan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya
mengenai konsep penggalian dengan menggunakan cutting tools, prinsip
dasar rock cutting menggunakan drag pick dan parameter-parameter terkait
dengan penelitian ini.
2. Pembuatan peralatan uji
Pada tahap ini awalnya dilakukan perancangan alat uji dengan gigi gali drag
pick. Selanjutnya dari hasil rancangan tersebut akan dilakukan pembuatan alat
uji untuk penggalian contoh gipsum.
3. Pembuatan blok gipsum
Pembuatan blok gipsum dengan perbandingan berat gipsum : air = 1 : 1. Blok
gipsum berbentuk balok dengan ukuran 60 cm x 25 cm x 20 cm.


4

4. Pengujian laboratorium
Pengujian yang dilakukan meliputi: uji sifat fisik, sifat mekanik dan sifat
dinamik untuk mendapatkan karakteristik gipsum serta uji kemampugalian
menggunakan alat uji dari butir 2.
5. Pengambilan data
Pengambilan data dilakukan dengan variasi posisi gigi gali 5 cm, 10 cm, 15
cm dan 20 cm dari permukaan bagian atas blok gipsum.
6. Pengolahan data, analisis dan pembahasan.
Mengemukakan tentang hasil percobaan yang telah dilakukan,
membandingkan gaya potong gigi gali yang diperoleh dari uji
kemampugalian blok gipsum dari hasil perhitungan dengan teori gaya potong
Evans (1962), Roxborough (1977) dan model numerik dengan software
Phase
2
.

1.6 Diagram Alir Penelitian


Gambar 1.1 Diagram Alir
Kesimpulan dan saran
Pembuatan blok gipsum uji Perancangan sistem alat uji
kemampugalian
Uji kemampugalian batuan
dengan gigi gali drag pick
Pengujian Sifat Fisik, Sifat
Mekanik dan Sifat Dinamik
Pengolahan dan analisis data
Pembahasan
Studi Literatur

5


BAB II
TEORI DASAR

2.1 Pendahuluan
Penentuan metode untuk pemberaian batuan dapat dilakukan dengan
menggunakan klasifikasi-klasifikasi penggalian yang telah ada. Sebagai contoh
klasifikasi yang umum digunakan untuk menentukan pemberaian batuan adalah
klasifikasi Franklin (Gambar 2.1). Pada klasifikasi ini pemberaian batuan terbagi
atas penggalian bebas, penggaruan, peledakan pembongkaran dan peledakan
peremukan. Pemberaian batuan dari klasifikasi Franklin didasarkan pada
parameter penting pada sifat batuan utuh dan contoh batuan yaitu Point Load
Index dan Fracture Index yang dapat dilihat pada gambar berikut.















Gambar 2.1
Kriteria Indeks Kekuatan Batuan (Franklin dkk, 1971)


6

Point Load Index (PLI) adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui
kekuatan (strength) contoh batuan secara tidak langsung di lapangan. Sedangkan
Fracture Index dipakai sebagai ukuran karakteristik diskontinuitas dan didefinisikan
sebagai jarak rata-rata fraktur dalam sepanjang bor inti atau massa batuan. Kedua
parameter ini digunakan untuk menentukan jenis pemberaian batuan yang digunakan.
Pemberaian batuan dengan peledakan maupun penggalian mekanis
memiliki prinsip yang sama yaitu akan selalu melibatkan operasi penggalian,
pemuatan dan pengangkutan. Perbedaan kedua metode ini ialah pada metode
peledakan sistem pemberaian batuan dilakukan secara diskontinu sehingga selalu
memerlukan persiapan permukaan sebelum peledakan dilakukan. Sedangkan
metode pemberaian batuan dengan penggalian mekanis dapat dilakukan dengan
kontinu dan diskontinu. Pada penggalian mekanis kontinu dan diskontinu tidak
memerlukan persiapan permukaan penggalian. Peralatan yang umum digunakan
pada penggalian mekanis kontinu adalah Roadheader, Bucket Wheel Excavator,
Surface Miner maupun Tunnel Boring Machine sedangkan peralatan yang umum
digunakan pada penggalian mekanis diskontinu adalah Backhoe dan Shovel. Alat-
alat gali mekanis tersebut tentu menggunakan berbagai jenis gigi gali.
Penggunaan gigi gali tersebut merupakan pengaplikasian dari prinsip rock cutting.
Salah satu gigi gali yang akan dibahas pada penelitian kali ini yaitu drag pick.

2.2 Uji Laboratorium
Sebelum dilakukan uji kemampugalian, contoh batuan terlebih dahulu
diuji untuk penentuan sifat dan karakteristik batuan uji. Jenis uji yang dilakukan
adalah uji sifat fisik, uji sifak mekanik dan uji sifat dinamik.

2.2.1 Uji Sifat Fisik
Pada dasarnya tingkat kehomogenan, kekontinuan dan istropi serta
komposisi tiap batuan berbeda. Perbedaan tersebut menyebabkan terjadinya
perbedaan fisik suatu batuan. Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat fisik suatu
batuan antara lain.
a. komposisi material

7

b. struktur batuan
c. tekstur batuan
d. Bobot isi
Bobot isi batuan yang terletak diatas permukaan air tanah dinyatakan
sebagai perbandingan antara berat total batuan dengan volume total
batuan.
- Bobot isi alamiah (natural density)
Bobot isi alamiah merupakan perbandingan antara massa batuan
asli dengan volume total batuan termasuk rongga.
- Bobot isi kering (dry density)
Bobot isi kering merupakan perbandingan antara massa batuan
kering dengan volume total batuan.
- Bobot isi jenuh (saturated density)
Bobot isi jenuh merupakan perbandingan antara massa batuan
jenuh dengan volume total batuan.
e. Berat jenis (spesific gravity)
Berat jenis material merupakan perbandingan antara bobot isi material
tersebut dengan bobot isi air. Atau dengan kata lain merupakan nilai yang
menyatakan berapa kali suatu material lebih berat atau lebih ringan
dibandingkan dengan air pada volume yang sama.
- Berat jenis sebenarnya (true spesific gravity)
Merupakan berat jenis yang sebenarnya dari butiran batuan, yaitu
merupakan perbandingan bobot isi butir batuan dengan bobot isi
air.
- Berat jenis semu (apparent spesific gravity)
Merupakan perbandindigan antara berat kering batuan dengan
berat air dimana volume air sama dengan volume batuan.
f. Porositas
Porositas batuan merupakan perbandingan antara volume rongga dalam
batuan dengan volume total batuan dan dinyatakan dalam persen (%).


8

g. Kadar air
- Kadar air alamiah (natural water content)
Kadar air alamiah merupakan perbandingan antara berat air dalam
batuan alamiah dengan berat butiran batuan dan dinyatakan dengan
persen (%).
- Kadar air jenuh (saturated water content)
Kadar air jenuh merupakan perbandingan antara berat air dalam
batuan jenuh dengan berat butiran batuan dan dinyatakan dalam
persen (%).
h. Derajat kejenuhan (degree of saturation)
Derajat kejenuhan merupakan perbandingan antara kadar air alamiah
dengan kadar air jenuh dan dinyatakan dalam persen (%).
i. Void ratio
Void ratio merupakan perbandingan antara volome rongga dalam batuan
dengan volume butiran batuan.

2.2.2 Uji Sifat Mekanik
2.2.2.1 Uji Kuat Tekan Uniaksial (UCS)
Uji kuat tekan uniaksial dilakukan pada contoh batuan berbentuk silinder.
Contoh batuan diberi tekanan tertentu hingga runtuh. Uji ini dilakukan untuk
menentukan kuat tekan batuan (c), Modulus Young (E), Nisbah Poisson (v), dan
kurva tegangan-regangan. Perbandingan antara tinggi dan diameter contoh
silinder yang umum digunakan adalah 2 sampai 2,5 dengan luas permukaan
pembebanan yang datar, halus dan paralel tegak lurus terhadap sumbu contoh
batuan.
- Kuat Tekan Uniaksial Batuan (c)
Nilai kuat tekan batuan (c) diperoleh dari hasil uji uniaksial. Harga
tegangan pada saat contoh batuan didefinisikan sebagai kuat tekan
uniaksial batuan dan diberikan oleh persamaan (2.1):
A
F
c = o ............................................................................................. (2.1)

9

Keterangan :

c
= Kuat tekan uniaksial batuan (MPa)
F = Gaya yang bekerja pada saat contoh batuan hancur (MN)
A = Luas penampang awal contoh batuan yang tegak lurus arah
gaya (m)

Jenis keruntuhan batuan terbagi menjadi dua yaitu getas dan liat. Getas
adalah ketika contoh batuan akan mengalami keruntuhan secara tiba-tiba
dan liat adalah ketika contoh batuan akan mengalami deformasi yang
cukup besar sebelum mengalami kerutnuhan.

- Modulus Young
Modulus Young atau modulus elastisitas merupakan faktor penting
dalam mengevaluasi deformasi batuan pada kondisi pembebanan yang
bervariasi. Modulus elastisitas dihitung dari perbandingan antara
tegangan aksial dan regangan aksial. Persamaanya dapat ditulis sebagai
berikut (lihat persamaan 2.2) :
a
E
c
o
A
A
=
.......................................................................................... (2.2)
Keterangan:
E = Modulus elastisitas (MPa)
o A = Perubahan tegangan (MPa)
a c A = Perbuahan regangan aksial (%)

Perbedaan formasi, genesa dan mineral pembentuk dari contoh batuan
akan memperngaruhi nilai modulus elastisitasnya. Modulus
elastisitas dipengaruhi oleh tipe batuan, porositas, ukuran partikel dan
kandungan air.




10

- Nisbah Poisson
Nisbah Poisson ialah perbandingan negatif antara regangan lateral dan
reganan aksial. Nisbah Poisson merupakan konstanta suatu material yang
dipengaruhi oleh tekanan pemampatan (confining pressure). Nisbah
Poisson menunjukan adanya pemanjangan kearah lateral akibat adanya
tegangan dalam arah aksial. Persamaanya dapat ditulis sebagai berikut
lihat persamaan 2.3) :
a
l
A
A
= u
.......................................................................................... (2.3)
Keterangan:
u = Nisbah Poisson
l A = Regangan lateral
a A = Regangan aksial

2.2.2.2 Uji Tarik Tak Langsung (Brazilian Test)
Selain uji tekan uniaksial, untuk memperoleh sifat mekanik batuan juga
dapat diperoleh dari uji kuat tarik batuan (t). Ada dua metode yang dapat
digunakan untuk mengetahui kuat tarik contoh batuan di laboratorium, yaitu
metode kuat tarik langsung dan metode kuat tarik tak langsung. Metode kuat tarik
tak langsung merupakan uji yang paling sering digunakan. Hal ini disebabkan uji
ini lebih mudah dan murah daripada uji kuat tarik langsung. Salah satu uji kuat
tarik tak langsung adalah Brazilian Test. Pada uji Brazilian, kuat tarik batuan
dapat ditentukan berdassarkan persamaan :
DL
F
t
t
o
2
=
.................................................................................................... (2.4)
Keterangan :
t o = Kuat tarik Batuan (MPa)
F = Gaya maksimum yang dapat ditahan batuan (MN)
D = Diameter contoh batuan (m)
L = Tebal batuan (m)

11

2.2.2.3 Brittleness Index
Brittleness Index (BI) merupakan suatu nilai perbandingan antara UCS
terhadap Uji Kuat Tarik. Nilai kuat tarik selalu jauh lebih kecil daripada nilai
UCS. Brittleness Index bermanfaat untuk memperkirakan kinerja suatu alat gali
dengan memberikan nilai indeks "brittle" suatu batuan utuh. Brittleness Index
dapat menyatakan kinerja alat potong yang dapat ditentukan dari nilai besaran
nisbah Brittleness Index, Hagan (1990) dan Gehring (1992)). Selain itu,
Brittleness Index sering digunakan juga dalam menghitung produksi suatu alat
gali. Nilai dari Brittleness Index dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut.
t
c
BI
o
o
=
..................................................................................................... (2.5)
Keterangan :
BI = Brittleness Index
c o = Kuat Tekan Uniaksial Batuan (MPa)
t o = Kuat Tarik Batuan (Braziliant Test) (MPa)

Tabel 2.1 Klasifikasi Brittleness Index
Brittleness Index Keterangan
6 7 Sangat tangguh & plastik
7 8 Tangguh & plastik
8 12 Rata-rata jenis batuan
12 15 Sangat getas tak plastik
15 20 Sangat getas

2.2.2.4 Uji Geser Langsung
Kuat geser batuan merupakan tahanan atau perlawanan yang bersifat
internal dari suatu batuan terhadap tegangan yang bekerja sepanjang bidang geser
dalam batuan tersebut. Kuat geser dipengaruhi oleh karakteristik intrisik dan

12

faktor eksternal. Suatu gaya normal tertentu diberikan secara tegak lurus terhadap
permukaan bidang diskontinu. Dengan uji geser langsung ini akan didapat :
- Garis Coulombs shear strength
- Kuat geser (shear strength)
- Sudut gesek dalam (|)
- Kohesi (C)
Dari data-data yang telah diperoleh dari uji geser langsung (direct shear
test), kita dapat menghitung besarnya kuat gesek batuan, harga kohesi, dan sudut
geser dalam baik puncak (peak) maupun residual. Langkah-langkah dalam
perhitungan, antara lain :
1. Luas penampang contoh gipsum uji
A = t R
2
(mm
2
) ...................................................... (2.6)
2. Tegangan normal
o
n
=
A
Fn
................................................................ (2.7)
3. Tegangan geser baik puncak maupun residual
=
s
geser
A
F
max
.......................................................... (2.8)
Setelah melakukan pengujian selanjutnya membuat grafik antara
tegangan normal (sebagai absis) dan tegangan geser (sebagai ordinat). Dari
titik-titik dalam grafik tersebut kemudian dibuat regresi linear sehingga
didapatkan persamaan y= mx+c. Persamaan garis diatas menurut kriteria
yang digunakan dalam kuat geser batuan adalah kriteria Mohr Coulomb
Linear :
| o t tan n C+ = ....................................................................................... (2.9)
Keterangan :
t = tegangan geser (MPa)
C = kohesi ()
n o = tegangan normal (MPa)
| = sudut gesek dalam ()

13

2.2.2.5 Uji Abrasivitas Batuan
Abrasivitas batuan adalah sifat batuan untuk mengikis material lain jika
terjadi proses gesekan, goresan, dan gosokan dengan material tersebut. Peningkatan
nilai abrasivitas suatu batuan akan menurunkan kenerja alat gali yang digunakan.
Pada uji laboratorium terdapat dua macam uji untuk mencari nilai abrasivitas batuan
yaitu, uji Cerchar dan uji Shimazek F.

A. Uji Cerchar
Uji Cerchar dilakukan untuk penentuan abrasivitas batuan beku dengan
ukuran butiran halus sampai sedang (Skala Wentworth) yang akan menghasilkan
Cerchar Abrasivitas Indeks (CAI). Tabel 2.2 yang menunjukkan klasifikasi
abrasivitas batuan menurut CAI didapat dari lebar ujung batang besi baja (W)
yang sudah digoreskan dengan contoh batuan (lihat Gambar 3.10).
Tabel 2.2
Klasifikasi Abrasivitas Menurut CAI
CAI (0.1 mm) DESKRIPSI
0.3 - 0.5 Abrasif kecil
0.5 - 1.0 Agak abrasif
1.0 - 2.0 Medium abrasif-abrasif
2.0 - 4.0 Sangat abrasif
> 4.0 Paling abrasif

B. Uji Schimazek F
Uji Schimazek F digunakan untuk penentuan abrasivitas batuan sedimen
dan batuan utuh yang tidak homogen, dengan distribusi butiran kasar, dapat
ditentukan dengan menggunakan sayatan tipis dan uji tarik tak langsung, yang
akan menghasilkan Faktor Abrasivitas Schimazek (FAS). Penentuan nilai dari
Faktor Abrasivitas Schimazek (FAS) dapa dihitung dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut.
100
tdV
FAS
o
=
........................................................................................... (2.10)


14

Keterangan :
t o = kuat tarik tak langsung (MPa)
d= ukuran butir rata-rata mineral keras (mm)
V= kandungan volume mineral keras relatif terhadap kuarsa menurut skala
kekerasan Rosival (% )
Nilai kuat tarik tak langsung didapatkan dari Uji Kuat Tarik tak langsung
(Brazilian Test). Sedangkan untuk mendapatkan ukuran butir rata-rata mineral keras
dan kandungan volume mineral keras relatif terhadap kuarsa diperlukan analisis
sayatan tipis seperti pada contoh Tabel 2.3 dan Tabel 2.4 dengan mengacu pada skala
kekerasan Rosival (Tabel 2.5).
Tabel 2.3
Contoh Hasil Pengamatan Distribusi Ukuran Butir dari Sayatan Tipis
Fraksi % volume % Kumulatif
Kerakal 1 1
Kerikil 3 4
Sangat kasar 18 22
Kasar 37 59
Sedang 35 93
Halus 6 99
Sangat halus 1 100

Tabel 2.4
Contoh Hasil Pengamatan Komposisi Mineral dari Sayatan Tipis Batu Gamping

Mineral
Pengamatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Rata rata Skala Rosival
Volume
% % % % % % % % % % %
a
b c d e f g h i j k l m n
Kuarsa 65 75 60 60 70 60 75 65 75 55 66 1.0 66
Felspar 5 10 5 15 5 10 5 5 10 15 8.5 0.3 2.7
Silika keras 5 - 10 - 5 10 5 5 - - 4 0.3 1.2

15

Lempung 10 10 20 10 15 10 5 10 - 20 11 0.04 0.44
Karbonat 10 - - 5 - 5 5 - 5 - 3 0.03 0.09
Mat.Organik 5 - 5 5 - 5 - 5 5 10 4 0 0
Mat.Vulkanik - 5 - 5 5 - 5 10 5 - 3 0.5 1.5
TOTAL 71.9

Tabel 2.5
Skala Kekerasan Rosival
Mineral Skala
Talk 0,000
Gipsum 0,002
Kalsit 0,018
Kaolin 0,030
Karbonat 0,030
Kalsit 0,038
Apatit 0,040
Fluorit 0,042
Apatit 0,054
Limonite 0,190
Ortoklas 0,190
Silika keras 0,300
Orthoklas/Felspar 0,308
Material volkanik 0,500
Hematit 0,800
Kuarsa 1,000
Topaz 1,458
Korundum 8,333
Intan 1166

Dari hasil perhitungan di atas akan didapatkan nilai FAS yang memberikan
klasifikasi abrasivitas batuan. Tabel 2.6 menunjukkan klasifikasi abrasivitas batuan
berdasarkan FAS.

16

Tabel 2.6
Klasifikasi Abrasivitas Schimazek (FAS)
FAS (N/mm) Keterangan FAS (N/mm) Keterangan
< 0,01
Tidak abrasif 0,5 - 1,0 Abrasif
0,01 - 0,05 Sedikit abrasif 1,0 - 2,5 Sangat abrasif
0,05 - 0,1 Agak abrasif 2,5 - 4,0 Super abrasif
0,1 - 0,5 Cukup abrasif > 4,0 Ultra abrasif

2.2.3 Uji Sifat Dinamik
2.2.3.1 Uji Kecepatan Rambat Gelombang Ultrasonik
Uji kecepatan rambat gelombang ultrasonik bermaksud mengukur cepat
rambat gelombang ultrasonik pada contoh batu yang biasanya dilakukan sebelum uji
UCS. Dari hasil pengujian ini akan didapat cepat rambat gelombang primer (VLp)
dan cepat rambat gelombang sekunder (VLs). Pengujian ini mengikuti prosedur
Standar ISRM (1981). Prinsip pengukuran uji ultrasonik adalah mengukur waktu
tempuh yang dibutuhkan oleh gelombang untuk merambat di dalam benda uji. Pada
uji ini, waktu tempuh gelombang yang merambat melalui contoh batuan diukur
dengan menggunakan Portable Unit Non-destructive Digital Indicated Tester
(PUNDIT).
Dari data ini akan diperoleh juga sifat-sifat lainnya, seperti Modulus Elastik
dinamik. Keberhasilan suatu penggalian batuan banyak ditentukan juga oleh sifat-
sifat dinamiknya, karena perjalanan gelombang akibat benturan mata bor dan gigi-
gigi alat gali terhadap batuan merupakan gerakan dinamik.
Setiap batuan selalu memiliki rekahan awal. Tergantung dari proses
pematangannya di dalam, rekahan awal ini dapat saja bertambah. Menaiknya rekahan
awal (pre-existing cracks) akan menurunkan kecepatan ultrasonik
Kecepatan rambat gelombang ultrasonik dapat ditentukan dengan persamaan
berikut.

17

Tp
L
Vp =
.................................................................................................... (2.11)
Keterangan:
Vp = cepat rambat gelombang primer (m/detik)
L = panjang contoh (m)
Tp = waktu rambat gelombang (detik)

Cepat rambat gelombang ultrasonik yang merambat di dalam batuan
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a. Ukuran Butir dan Bobot Isi
Ukuran butir berpengaruh dalam kecepatan perambatan gelombang di
dalam batuan. Semakin halus butiran batuan tersebut, maka semakin cepat
perambatan gelombang di dalamnya. Demikian sebaliknya, semakin kasar
butiran batuan maka semakin lambat perambatan gelombang di dalamnya.
Hal ini disebabkan oleh batuan yang berbutir kasar memiliki ruang kosang
yang lebih banyak dibandingkan batuan berbutir halus. Ruang kosong inilah
yang menyebabkan cepat rambat gelombang menurun karena tidak ada
media perambatannya.
Sama halnya dengan ukuran butir, batuan berbutir halus memiliki
bobot isi yang lebih padat (karena kepadatan antar butir yang tinggi dan
sedikitnya ruang kosong yang dimiliki batuan) dibandingkan dengan berbutir
kasar. Oleh karena itu, batuan yang memiliki bobot isi tinggi memiliki cepat
rambat gelombang yang tinggi.

b. Kandungan Air dan Porositas
Kandungan air dalam batuan yang cenderung berpori akan
merubah kecepatan rambat gelombang di dalam batuan tersebut, kecepatan
rambat gelombang akan bertambah besar karena terjadi peningkatan
derajat kejenuhan air. Hal ini terjadi karena kecepatan rambat gelombang
di dalam air jauh lebih besar dari di udara. Porositas merupakan hal yang
bertentangan dengan kandungan air. Batuan yang berporositas tinggi

18

memiliki kandungan air yang rendah, sehingga akan menurunkan cepat
rambat gelombang yang melaluinya, begitu pula sebaliknya.

c. Tingkat Tekanan
Kecepatan gelombang akan meningkat dengan meningkatnya tekanan.
Terjadi peningkatan yang cepat pada awal pemberian tekanan pada batuan
yang disebabkan oleh penurunan porositas, penutupan rekahan dan
peningkatan kontak mekanik diantara butiran.

d. Temperatur dan Kehadiran Bidang Lemah
Keberadaan bidang lemah pada batuan sebaliknya memperlambat
kecepatan rambat gelombang. Hal ini terjadi karena adanya celah (ruang
berisi udara) pada bidang lemah sehingga gelombang sulit merambat.
Temperatur juga mempengaruhi cepat rambat gelombang ultrasonik. Suhu
tinggi pada saat pengujian akan menurunkan cepat rambat gelombang yang
merambat melalui contoh batuan.

2.2.4 Uji Kemampugalian
Alat uji kemampugalian pada laboratorium yang telah dibuat didasarkan
pada percobaan yang telah dilakukan oleh Roxborough (1987) dan telah
mengalami berbagai modifikasi. Penelitian yang telah dilakukan Roxborough
(1987) didasarkan pada prinsip dasar penggalian batuan dengan menggunakan
salah satu bentuk gigi gali yang sama untuk semua jenis tipe batuan. Namun yang
membedakan adalah besarnya gaya dan energi dari gigi gali berbentuk pick yang
tergantung pada sifat dari batuan yang akan digali.

Pada prinsipnya pemberaian batuan dengan pick menimbulkan konsentrasi
tegangan pada batuan yang diakibatkan oleh translasi pick pada suatu kedalaman
tertentu. Tegangan ini akan menimbulkan penggerusan & deformasi elastik yang
akan melebihi kekuatan batuan, sehingga akan terjadi keruntuhan batuan.
Keruntuhan batuan akan menghasilkan pecahan (chip) & juga pelepasan gaya

19

pada gigi alat gali (Cook, 1968). Proses ini akan berulang dimulai dengan
peningkatan gaya saat gigi alat gali bergerak maju di sepanjang permukaan
batuan.

Selanjutnya Fowell (1988) telah melakukan penelitian mengenai rock
cutting dan membagi 4 (empat) tahapan proses rock cutting yaitu.
1. Pengeluaran pecahan awal
Rekahan utama menimbulkan fragmen pecahan besar dan terbentuk pada
sudut rendah di depan dan di samping gigi gali yang bergerak secara
curvilinear. Pada titik tersebut tahanan gerak gigi gali minimum sehingga
gayanya juga minimum.
2. Penggerusan batuan dan pembentukan pecahan kedua
Seketika pick maju, kedalaman penggalian efektif juga meningkat dan
seringnya pada kedalaman dangkal hanya terbentuk pecahan halus sebagai
hasil kompaksi dan penggerusan gigi gali. Pembentukan rekahan minor
atau pecahan kedua terjadi jika material tertekan.
3. Pembentukan alur akibat pecahan kedua
Seketika pick maju, pecahan material meningkat dan berlanjut ke
pembentukan pecahan berikutnya. Kecenderungan ini menghasilkan
permukaan batuan dan sisi luar pick yang relatif tajam terhadap muka gigi
gali. Proses akhir ini disebut profiling.
4. Pembentukan pecahan utama
Adanya tahanan akibat terbentuknya fragment halus didepan pick,
sebagian besar energi akan diteruskan ke batuan melalui fragment halus
tersebut. Ketika batas kritis gaya terlampaui, tegangan pada batuan
menyebabkan rekahan utama terpropagasi searah gaya hingga terbentuk
pecahan utama yang besar. Batas kritis gaya ini berhubungan dengan
fracture thoughness batuan.

Dalam prinsip rock cutting didefinisikan bahwa gaya potong adalah suatu
gaya-gaya ortogonal yang bekerja pada gigi gali saat memotong batuan. Selain

20

gaya potong juga terdapat parameter-parameter keterpotongan batuan lainnya
untuk memperkirakan efisiensi pemotongan dari gigi gali dan menyelidiki unjuk kerja
alat gali mekanis sehingga perlu didefinisikan parameter-parameter penting lainnya
yang dapat dilihat pada Gambar 2.2 dan Tabel 2.7. Parameter-parameter ini diperoleh
dari pengukuran baik secara langsung maupun tidak langsung selama proses
pemotongan.

Gambar 2.2
Tampak Depan dan Samping dari Parameter Uji Core Cuttability (Roxborough,1987)

Breakout angle adalah rata-rata kemiringan paritan yang diukur dari
normal ke sisi paritan yang terbentuk pada batuan. Sebagaimana variasi lebar
chip, maka begitu juga debris yang dihasilkan, oleh karenanya breakout angle
dapat memberikan indikasi yield pada pemotongan batuan. Sudut ini dapat dijaga
konstan pada batuan tertentu pada semua kedalaman penggalian (Roxborough &
Philips, 1975).
Berikut ini adalah koefisien pemotongan drag pick:
Koefisien pemotongan =

.................................................................. (2.12)

21

Mengacu pada Roxborough & Rispin (1973), gaya potong drag pick
biasanya lebih besar daripada gaya normal, oleh karenanya perbandingannya
kurang dari satu dan konstan pada semua kedalaman untuk batuan yang sama
Tabel 2.7
Parameter Keterpotongan Batuan ( Roxborough & Philips, 1975 )
Parameter Satuan Simbol Definisi
Gaya potong utama kN
Fc
Rata-rata gaya yang bekerja pada
gigi gali searah dengan
pemotongan
Gaya potong puncak kN
Fcp
Rata-rata gaya puncak yang
bekerja pada gigi gali searah
dengan pemotongan
Gaya normal utama kN
FN
Rata-rata gaya yang bekerja pada
gigi gali tegak lurus dengan
pemotongan
Gaya normal puncak kN FNp
Rata-rata gaya puncak yang
bekerja pada gigi gali tegak lurus
dengan pemotongan
Gaya lateral utama kN FL
Rata-rata gaya yang bekerja disisi
gigi gali pada saat pemotongan
Gaya lateral puncak kN FLp
Rata-rata gaya yang bekerja disisi
gigi gali pada saat pemotongan
Yield m
3
km-1 Q
Volume batuan yang dapat
dihasilkan per satuan panjang.
Break out angle derajat teta
Sudut rata-rata yang diukur antara
normal dan sisi paritan pada saat
pemotongan
Energi spesifik MJ m
-3
SE
Mengukur usaha yang bekerja
pada saat pemotongan per satuan
volume

22

Coarseness Index
(kekasaran butiran)
-
CI
Mengukur distribusi ukuran pada
saat batuan terpotong.

Komponen gaya utama adalah gaya rata-rata yang bekerja saat proses
pemotongan dan diperoleh dari integral gaya dibagi terhadap total jarak. Salah
satu komponen dari gaya utama adalah gaya puncak utama yang sangat penting
dalam hal pemilihan gigi gali. Bila gaya puncak teralu tinggi dapat menyebabkan
kerusakan besar terhadap ujung gali yang terbuat dari tungsten carbride atau merusak
komponen mesin.

Selain komponen gaya utama, energi spesifik merupakan parameter penting
untuk mengukur efisiensi mekanis. Rendahnya energi spesifik mengindikasikan
rendahnya energi yang dibutuhkan untuk memotong batuan sehingga akan
meningkatkan efisiensi. Parameter ini cukup luas digunakan dalam penggalian
termasuk pengeboran. Dalam penjelasan Kramadibrata (2000) dikatakan bahwa
energi spesifik yang didapat dari pengujian diperoleh dengan cara menghitung
gaya potong rata-rata dan gaya normal rata-rata yang diperlukan oleh sebuah gigi
gali untuk memotong atau membuat parit sepanjang tertentu pada sebuah
percontoh batu berbentuk silinder. Gaya potong rata-rata memberikan petunjuk
tegangan transient gigi gali saat memotong. Sedangkan gaya normal rata-rata
menunjukan ukuran gaya yang harus dibangkitkan oleh sebuah mesin saat
mempertahankan kedalaman pemotongan.

Pada pemotongan linear (kedalaman konstan), kerja yang dilakukan oleh
gaya (F
C
) sepanjang (l) oleh drag pick adalah:
l F W =
........................................................................................................ (2.13)
Sehingga energi spesifiknya adalah:
V
l Fc
SE

=
..................................................................................................... (2.14)
Dimana V adalah volume batuan yang terbongkar.

23

A. Karakteristik Drag Pick
Gigi gali yang digunakan dalam uji kemampugalian ini adalah drag pick.
Drag pick digunakan untuk mengali batuan lunak hingga sangat lunak. Dalam hal
ini adalah batuan yang memiliki UCS 1-50 MPa (Bieniawski, 1973) ataupun 1-30
MPa (Tamrock, 1988). Hal yang mempengaruhi besar gaya potong antara lain :
- Mineralogi, yang terdiri dari aspek abrasivitas batuan dan fracture
toughness.
- Struktur batuan, meliputi jarak antar kekar, bedding system dan arah serta
besarnya tegangan insitu.
- Konstruksi drag pick, meliputi geometri gigi gali serta kekerasan
permukaan yang kontak dengan batuan (tungsten carbide atau
polycrystalline diamond compacts).

Drag pick adalah alat potong batuan yang paling ekonomis, namun
demikian keuntungan ini akan turun secara signifikan dengan semakin
meningkatnya kekerasan atau abrasivitas batuan (Handewith & Dahmen, 1982).
Selain itu, drag pick adalah alat gali pada batuan yang paling efisien (Evans,
1974) karena memeliki dua bidang bebas untuk memecah dan menyebabkan
batuan pecah karena tarikan (Evans, 1962). Karena batuan lemah dalam tarikan,
energi yang dibutuhkan rendah. Drag pick juga memerlukan thrust force yang
rendah sehingga dapat mereduksi harga alat karena akan menyederhanakan desain
cutting boom dan akan mengurangi komponen tambahan seperti side-wall thrust
support grippers.

B. Pemodelan Pick Cutting Force dengan Evans Model Tipe Chisel Pick
Teori alternatif dalam rock cutting, didasarkan pada pengamatan keruntuhan
akibat baji pada batubara telah diajukan oleh Evans (1962) yang digambarkan
pada Gambar 2.3. Teori Evans telah dikembangkan untuk mempelajari coal
cutting dan telah diterapkan pada batubara yang mempunyai kuat tekan 4 80
MPa. Roxborough (1973) melakukan percobaan rock cutting di Universitas
Newcastle dan membuktikan bahwa teori Evans dapat juga diaplikasikan pada

24

chisel pick dan menganggap telah terjadi rekahan tarik pada material brittle seperti
batu gamping dan batu pasir seperti yang terjadi pada batubara.
Awalnya Evans dan Murrel (1957) menemukan bahwa selama penetrasi
pada batuan menggunakan baji yang berada pada posisi normal terhadap
permukaan, rekahan tarik akan berkembang dari ujung baji. Rekahan ini secara
umum berbentuk busur dan menuju bidang bebas. Berdasarkan pengamatan
tersebut dan menganggap tidak terjadi gesekan, maka gaya yang bekerja pada saat
deformasi adalah : (lihat Gambar 5.3)
- Gaya yang bekerja normal terhadap sudut lancip baji, R.
- Gaya resultan yang menyebabkan tearing sepanjang bidang lengkung, T.
- Gaya kesetimbangan yang bekerja melalui titik puncak pada akhir rekahan, S.








Gambar 2.3
Model Evans Untuk Keruntuhan Tarik. (Evans & Pomeroy, 1966)
Berdasarkan pada analisis gaya-gaya tersebut, Evans (1962) menyatakan
bahwa gaya potong per satuan lebar adalah :
u
u o
sin 1
sin 2


=
d t
Fc
.......................................................................... (2.15)

o
C
B
A
o
o
R
S
d
r
Fc

PI CK
T

25

Keterangan :
Fc = gaya potong pada baji pada saat terjadi keruntuhan
o
t
= kuat tarik uniaksial batuan
d = kedalaman pemotongan
u = ( = sudut baji)
Roxborough menunjukkan bahwa persamaan diatas dapat digunakan
dengan memasukkan hitungan lebar cut (w) dan menganggap jarak penetrasi oleh
baji pada saat terjadinya keruntuhan adalah kecil dibandingkan dengan kedalaman
pemotongan :
)
2
(
2
1
sin 1
)
2
(
2
1
sin 2
o
t
o
t
o


=
d w t
Fc
................................................... (2.16)
Keterangan :
Fc = gaya potong pada baji pada saat terjadi keruntuhan
o
t
= kuat tarik uniaksial batuan
w = lebar hasil pemotongan
d = kedalaman pemotongan
= rake angle
Jenis proses pemotongan yang dilakukan oleh bucket wheel excavator
(BWE) dapat bervariasi mulai dari pemotongan material plastik sampai material
brittle. Untuk formasi batuan lunak seperti lempung dan lignite, gigi gali pada
bucket berguna untuk memperdalam penembusan secara bertahap oleh tarikan dan
geseran. Gambar 2.4 menunjukan formasi keping untuk material dengan kekuatan
menengah sampai tinggi ketika dipotong oleh pick bucket yang terjadi karena
pengaruh tegangan tarik tak langsung pada material.

26

Persamaan 2.15 menunjukkan bahwa untuk gigi potong tunggal, gaya
potong akan sama dengan tegangan tarik material bersangkutan. Pemotongan
material oleh sudut gigi bucket lebih komplek seperti terlihat pada Gambar 2.4
karena bucket memotong permukaan batuan membentuk paritan, sebagai hasil
dari gerak putaran buket.








Gambar 2.4
Formasi Keping Pada Buket Berdasarkan Runtuhan Tarik Model Evans
(modifikasi ORegan dkk., 1986)
C. Variabel Pick Cutter
Dalam rock cutting kinerja pick tergantung pada ukuran, bentuk, dan
kondisi operasi. Variabel utama penggalian batuan dengan drag pick adalah:
a. Variabel pick : front rake angle (), back clearance angle () dan lebar
gigi gali (w).
b. Variabel operasi: kedalaman pemotongan (d), dan kecepatan pemotongan
(n).
Variabel tambahan meliputi skew angle (yaitu sudut perpotongan antara
sumbu gigi gali dan arah pemotongan yang diproyeksikan pada bidang batuan),

27

material pick, spasi pick dan kedalaman pemotongan. Beberapa variabel ini cukup
aplikatif dalam pemotongan batuan dengan chisel pick daripada point pick.
(i). Pengaruh front rakeangle
Penelitian yang dilakukan oleh Philips (1975) terhadap pengaruh front
rake angle dalam kinerja pemotongan di Magnesian Limestone
menunjukkan bahwa gaya potong dan gaya normal serta energi spesifik
akan meningkat jika rake angle meningkat (lihat Gambar 2.5). Hasil yang
sama juga diperoleh ODoghherty (19620, Gray dan Gatlin (1961), Evans
dan Pomeroy (1966) dan juga Mellor (1977) yang menggunakan back
clearance angle lebih dari 5
0
.
Penelitian-penelitian tersebut secara umum menyimpulkan bahwa
rake angle yang optimum adalah 20
o
, walaupun untuk pemotongan yang
efisien rake angle harus sebesar mungkin (Philips, 1975). Rake angle
optimum merupakan sudut yang disesuaikan antara keuntungan marginal
dengan akibat yang ditimbulkan oleh peningkatan sudut pada kekuatan fisik
gigi gali. Yield tidak tergantung pada rake angle sedangkan indeks
kekasaran akan meningkat sejalan dengan rake angle.









28






Gambar 2.5
Pengaruh Front Rake Angle pada Beberapa Parameter Kinerja Gigi Gali di
Magnesian Limestone (Philips, 1975)
(ii). Pengaruh back clearance angle
ODogherty (1962) dan Evans dan Pomeroy (1966) menemukan bahwa
gaya potong dan gaya normal akan menurun dengan naiknya clearance angle
dari nol menuju 5
o
(lihat Gambar 2.6).
Clearance angle yang optimum adalah 5
o
6
o
. Sudut yang lebih kecil
akan cenderung meningkatkan gesekan antara gigi gali dan batuan yang
mengakibatkan keausan karena timbulnya panas. Peningkatan clearance
diatas batas tersebut tidak bermanfaat dan akan melemahkan gigi gali.









29






Gambar 2.6
Back Clearance Angle Pada Gaya Potong dan Gaya Normal Untuk Rake
Angle Yang Berbeda (ODogherty, 1962)

(iii). Pengaruh angle of attack
Penelitian telah dilakukan oleh Hurt dan Evans (1980) dan
disimpulkan bahwa kenaikan attack angle akan cenderung meningkatkan
gaya potong (lihat Gambar 2.7). Attack angle yang optimum adalah
merupakan fungsi dari front rake angle, back clearance angle dan
kekuatan gigi gali.







Gambar 2.7
Pengaruh Angle of Attack Pada Gaya Potong Dengan Sudut Skew Nol
(Hurt dan Evans, 1980)

30

(iv). Pengaruh sudut skew
Penelitian telah dilakukan oleh Hurt dan Evans (1980) dan
disimpulkan bahwa untuk sudut skew kurang dari 30
o
, tidak ada pengaruh
yang berarti terhadap gaya potong walaupun kenaikan terjadi untuk sudut
skew sekitar 18
o
(lihat Gambar 2.8). Demikian juga hasil penelitian
Roxborough dan Philips (1982) yang menunjukkan bahwa kenaikan sudut
tidak mempengaruhi parameter kinerja pemotongan kecuali untuk gaya
lateral yang semakin meningkat dengan semakin menigkatnya sudut skew,
dimana efek ini terjadi sesuai dengan peningkatan kedalaman pemotongan.







Gambar 2.8
Pengaruh Sudut Skew Pada Gaya Potong Untuk Attack Angle 45
o
(Hurt dan
Evans, 1980)
(v). Pengaruh kedalaman pemotongan
Sebagian besar hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan
antara gaya (mean forces dan mean peak forces) dengan kedalaman adalah
linear (Davies, 1958; Burney, 1958; Evans & Pomeroy, 1966; Roxborough
& Rispin, 1973; Philips, 1975).



31












Gambar 2.9
Pengaruh Kedalaman Pemotongan pada Beberapa Parameter Kinerja
Pemotongan di Magnesian Limestone (Philips, 1975)

(vi). Pengaruh kecepatan pemotongan
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa perubahan kecepatan
pemotongan tidak mempengaruhi gaya potong maupun energi spesifik
(Davies, 1958; ODogherty & Burney, 1963; Barker, 1964; Evans &
Pomeroy, 1966). Pada penelitian mengenai kemampupotongan pada drag
pick (Sufrie, 2009) dikatakan bahwa perubahan kecepatan pemotongan
sampai 5 m/s merupakan batas atas kecepatan pemotongan konvensional
sehingga tidak mempengaruhi gaya potong maupun energi spesifik.


32

(vii). Pengaruh spasi
Penelitian yang dilakukan oleh Roxborough dan Rispin (1973)
menghubungkan pengaruh rasio spasi atau kedalaman pemotongan terhadap
energi spesifik. Hasilnya menunjukkan adanya relief U pada grafik yang
dibentuk, yang menunjukkan adanya penurunan energi spesifik ketika spasi
meningkat, yang kemudian pada saat rasio optimum akan terjadi kenaikan
kembali energi spesifik. Rasio optimum yang digunakan adalah ketika
energi spesifik relatif konstan, untuk pick pada umumnya antara 2 2,5
(tergantung pada kekuatan batuan).

















33

BAB III
METODE PENGUJIAN

Pengujian pada penelitian ini seluruhnya dilakukan di Laboratorium
Geomekanika Departemen Teknik Pertambangan ITB. Pengujian yang dilakukan
meliputi pembuatan dan preparasi contoh gipsum uji, uji sifat fisik, uji sifat
mekanik dan dinamik yang meliputi : uji kuat tekan uniaksial (UCS), uji kuat tarik
tak langsung (Brazilian Test), uji geser langsung (Direct Shear Test), uji
ultrasonik, uji abrasivitas batuan dan uji kemampugalian yang menggunakan
contoh gipsum dengan perbandingan 1:1.
3.1 Persiapan Contoh Gipsum

3.1.1 Pembuatan Contoh Gipsum
Pada penelitian ini contoh material yang digunakan untuk uji
kemampugalian adalah gipsum dengan perbandingan berat gipsum terhadap berat
air 1:1. Pembuatan dan pencetakan contoh gipsum dilakukan di Laboratorium
Geomekanika Departemen Teknik Pertambangan-ITB. Contoh gipsum yang
dibuat sebanyak 4 buah dengan ukuran masing-masing contoh 60 cm x 20 cm x
25 cm. Contoh gipsum uji dibuat pada tanggal 2 Juli 2013.
Contoh gipsum uji dibuat dengan cara memasukkan gipsum dengan
campuran air ke dalam cetakan kayu, lalu dibiarkan mengering dalam waktu
sekitar 20 menit. Selain contoh gipsum untuk pengujian kemampugalian juga
dibuat contoh gipsum uji yang berbentuk silinder dengan ukuran tertentu untuk
pengujian sifat fisik, mekanik dan dinamik.

3.1.2 Preparasi Contoh Gipsum
Sebelum melakukan pengujian, baik uji sifat mekanik, uji sifat dinamik
dan uji kemampugalian, terlebih dahulu contoh gipsum uji dilakukan preparasi.
Preparasi untuk pengujian sifat mekanik dan dinamik pada contoh gipsum uji
berbentuk silinder yaitu permukaan contoh gipsum uji harus dipastikan halus dan
rata, hal ini dilakukan agar tegangan yang diberikan pada pengujian kuat tekan

34

misalnya, penekanan dapat tersebar merata pada contoh gipsum uji. Cara
penghalusan dan pemerataan yang dilakukan adalah secara manual yaitu
menggunakan amplas. Untuk memeriksa apakah contoh gipsum uji sudah rata
adalah dengan alat uji squareness yang memiliki ketelitian 0,01 mm.
Sama hal nya dengan pengujian-pengujian lain, pada pengujian
kemampugalian pun perlu dilakukan preparasi. Contoh gipsum uji berbentuk
balok harus diratakan pada bagian bidang kontak contoh dengan alat uji.







Gambar 3.1 Contoh Gipsum Uji Ukuran 60 cm x 20 cm x 25 cm

3.2 Uji Sifat Fisik
Pengujian sifat fisik bertujuan untuk mendapatkan sifat-sifat fisik batuan
seperti bobot isi asli (natural density), bobot isi kering (dry density), bobot isi
jenuh (saturated density), kandungan air asli (natural water content), derajat
kejenuhan (degree of saturation), porositas (porosity) dan angka pori (void ratio).

3.2.1 Peralatan Pengujian Sifat Fisik
Berikut ini adalah peralatan-peralatan yang digunakan dalam pengujian
sifat fisik contoh batu gipsum uji ini diantaranya pada gambar berikut:

60 cm
25 cm
cm0c
mcm
20 cm

35


(1) (2) (3)
Gambar 3.2 Peralatan Pengujian Sifat Fisik
(1) Neraca, (2) Desikator dengan pompa hisap, (3) Oven

3.2.2 Prosedur pengujian
Untuk melakukan pengujian sifat fisik contoh gipsum uji, berikut adalah
prosedur yang dilakukan, yaitu :
1. Menimbang contoh gipsum natural (Wn).
2. Menjenuhkan contoh gipsum menggunakan desikator dengan pompa
hisap selama 24 jam.
3. Menimbang contoh gipsum jenuh (Ww) setelah di jenuhkan.
4. Menimbang contoh gipsum jenuh tergantung dalam air (Ws) setelah di
jenuhkan.
5. Mengeringkan contoh gipsum di dalam oven selama 24 jam pada suhu
90C.
6. Menimbang contoh gipsum kering (Wo).

Dari pengujian sifat fisik di laboratorium maka diperoleh hasil sebagai berikut:
- Bobot isi asli (natural density) =


- Bobot isi kering (dry density) =



36

- Bobot isi jenuh (saturated density) =


- Kadar air asli (natural water content) =

x 100%
- Kadar air jenuh (saturated water content) =

x 100%
- Derajat kejenuhan =

x 100%
- Porositas (n) =

x 100%
- Angka pori (e) =

1

3.3 Uji Ultrasonik
Uji rambat gelombang atau ultrasonik dilakukan untuk mendapatkan cepat
rambat gelombang ultrasonik primer (v
p
) dan sekunder (v
s
) contoh gipsum.
Pengujian ini dilakukan sebelum pengujian kuat tekan uniaksial ataupun triaksial.
Cepat rambat gelombang ultrasonik menunjukkan kerapatan pori dan kehadiran
bidang lemah. Pengujian ini menggunakan alat uji bernama Portable Unit Non-
destructive Digital Indicated Tester (PUNDIT) (Gambar 3.3) dengan satuan
mikrodetik (s).

3.3.1 Peralatan Pengujian
Berikut ini adalah peralatan-peralatan yang digunakan dalam pengujian
ultrasonik pada batu gipsum uji ini diantaranya.
1. Satu set PUNDIT Controls 58-E0046 (Gambar 3.3)
2.Gemuk (grease)


37


Gambar 3.3 Peralatan Pengujian Ultrasonik
(PUNDIT)
3.3.2 Prosedur Pengujian
Untuk melakukan pengujian ultrasonik contoh gipsum uji, berikut adalah
prosedur yang dilakukan, yaitu :
1. Mempersiapkan alat PUNDIT dengan memasang sumber arus, pelat
transmitter, pelat receiver, serta kabel penghantar masing-masing pelat.
2. Melakukan kalibrasi alat dengan menggunakan silinder standar yang telah
diketahui waktu perambatannya. Kedua ujung bidang kontak silinder
maupun pada bidang kontak pelat dilumasi dengan gemuk.
3. Menghidupkan PUNDIT dan melakukan penyesuaian waktu perambatan
yang tertera pada layar, dengan cepat rambat silinder pengkalibrasi.
4. Melumasi gemuk pada kedua ujung bidang kontak contoh gipsum,
kemudian diletakan diantara transduser.
5. Menghidupkan PUNDIT dan mencatat waktu perambatan gelombang
primer pada layar. Pengujian dilakukan sebanyak tiga kali.
3.4 Uji Kuat Tekan Batuan
Uji kuat tekan batuan atau Unconfined Compressive Strength (UCS)
dilakukan untuk menentukan nilai Kuat Tekan Uniaksial (c) dari gipsum contoh.
Selain nilai kuat tekan uniaksial, pengujian ini juga akan menghasilkan nilai

38

Modulus Young (E) dan Nisbah Poisson (). Ketiga nilai tersebut berasal dari data
yang diperoleh dari uji ini yaitu gaya tekan, deformasi aksial dan deformasi lateral
contoh gipsum sampai contoh gipsum tersebut failure.
3.4.1 Peralatan Pengujian
Berikut ini adalah peralatan-peralatan yang digunakan dalam pengujian
kuat tekan batuan pada contoh gipsum uji ini diantaranya.
1. Uniaxial Test (Gambar 3.4)
2. Dial gauge manual untuk perhitungan displacement axial dan lateral
3. Pompa hidrolik

Gambar 3.4 Uniaxial Test

3.4.2 Prosedur Pengujian
Untuk melakukan pengujian kuat tekan uniaksial contoh gipsum uji,
berikut adalah prosedur yang dilakukan, yaitu :
1. Melakukan preparasi contoh gipsum uji. Syarat wajib yang harus dipenuhi
yaitu contoh gipsum harus berbentuk silinder dengan ukuran L/D = 2.

39


Gambar 3.5 Contoh Gipsum Uji pada sampel UCS
2. Melakukan persiapan alat uji kuat tekan uniaksial dan meletakkan contoh
gipsum uji di pusat antara plat atas dan plat bawah alat uji.
3. Memasang 3 (tiga) buah dial gauge pada alat uji yaitu untuk pengukuran
deformasi axial, lateral 1 dan 2. Atur jarum penunjuk pada ketiga dial
gauge pada posisi nol.
4. Menghidupkan pompa dan mulai lakukan pembacaan gaya setiap interval
1 kN hingga terjadi failure dan catat proses pembebanan deformasi aksial
dan lateralnya.
3.5 Uji Kuat Tarik Batuan
Uji kuat tarik batuan pada percobaan ini dilakukan dengan metode uji tarik
tak langsung atau Brazilian Test. Uji ini dilakukan untuk mengetahui kuat tarik
(tensile strength) dari contoh gipsum uji.
3.5.1 Peralatan Pengujian
Peralatan uji yang digunakan pada pengujian kuat tarik tak langsung ini
sama dengan uji yang digunakan pada pengujian kuat tekan uniaksial (Gambar
3.4). Perbedaan pengujian ini dengan pengujian kuat tekan batuan adalah pada
ukuran contoh batuan dan bidang kontak antara plat besi alat uji tersebut. Dapat
dilihat pada gambar berikut.


40


Gambar 3.6 Pengujian Kuat Tarik Tak Langsung

3.5.2 Prosedur Pengujian
Untuk melakukan pengujian kuat tarik tak langsung dari contoh gipsum
uji, berikut adalah prosedur yang dilakukan, yaitu :
1. Melakukan preparasi contoh gipsum uji. Syarat wajib yang harus dipenuhi
yaitu contoh gipsum harus berbentuk silinder dengan ukuran L/D = 0,5
2. Meletakkan contoh gipsum uji secara diametrikal pada plat alat uji
3. Memasang 1 (satu) buah dial gauge pada alat uji yaitu untuk pengukuran
deformasi axial. Atur jarum penunjuk pada dial gauge pada posisi nol.
4. Menghidupkan pompa dan mulai lakukan pembacaan gaya setiap interval
0,25 kN hingga terjadi failure dan catat proses pembebanan deformasi
aksial.
3.6 Uji Geser Langsung
Uji geser langsung pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui kuat
geser batuan, harga kohesi dan sudut geser dalam baik pada keadaan puncak
maupun residual dari contoh gipsum uji pada tegangan normal tertentu.



41

3.6.1 Peralatan Pengujian
Berikut ini adalah peralatan-peralatan yang digunakan dalam pengujian uji
geser langsung batuan pada contoh gipsum uji ini diantaranya.
1. Satu set contoh gipsum uji yang terdiri dari 3 (tiga) buah contoh gipsum
yang dicetak pada semen sehingga menjadi satu kesatuan.

Gambar 3.7
Contoh Gipsum Uji pada Uji Geser Langsung
2. Direct shear box apparatur test

Gambar 3.8
Peralatan Pengujian Direct Shear Box Apparatur Test
3. Dial gauge (lateral)

3.6.2 Prosedur Pengujian
Untuk melakukan uji geser langsung dari contoh gipsum uji, berikut
adalah prosedur yang dilakukan, yaitu :

42

1. Contoh batuan diletakkan dalam cetakan beton sehingga menjadi satu
kesatuan dengan beton tersebut
2. Letakkan contoh batuan dalam cetakan beton ke alat shear box
3. Pasang dial gauge untuk ukur perpindahan arah pergeseran
4. Amati pergeseran per 0,5 mm 1 mm. Lakukan tegangan geser mencapai
puncak (kondisi peak)
5. Gaya normal diberikan pada pompa hidrolik , gaya geser diberikan pada
pompa hidrolik hingga bergeser, dan jaga kestabilan gaya normal
6. Setelah contoh patah, berikan gaya berlawanan arah sampai tegangan
gesernya mencapai puncak (kondisi residual)
7. Amati pergeseran per 0,5 mm 1 mm sampai pergeseran mencapai harga
nol

3.7 Uji Cerchar
Uji Cerchar dilakukan untuk mengetahui abrasivitas suatu batuan dengan
ukuran butiran halus sampai sedang (skala Wentworth) yang akan menghasilkan
Cerchar Abrazivitas Indeks (CAI) yang dapat dilihat pada Tabel 2.2.

3.7.1 Peralatan Pengujian
Berikut ini adalah peralatan-peralatan yang digunakan dalam uji Cerchar
pada contoh gipsum uji, yaitu.
1. Batang besi-baja berdiameter 1 cm, dengan panjang 10 cm, mempunyai
kuat tarik kurang lebih 200 kg/mm, salah satu ujungnya dibentuk runcing
dengan sudut 90 kemudian diperkeras (case hardening) hingga memiliki
kekerasan Rockwell 54 sampai 56 (Gambar 3.10).
2. Ragum penjepit contoh batuan dengan beban 7 kg (Gambar 3.9). Ragum
ini dilengkapi dengan tuas penarik untuk menggoreskan batang besi baja
di atas contoh batuan sepanjang 10 mm.
3. Mikroskop atau kaca pembesar yang dilengkapi garis skala dengan
ketelitian minimum 0,01 mm.

43


Gambar 3.9 Uji Chercar
3.7.2 Prosedur Percobaan
Untuk melakukan uji cerchar dari contoh gipsum uji, berikut adalah
prosedur yang dilakukan, yaitu :
1. Siapkan contoh batuan dengan permukaan rata yang hendak digores
dengan diameter minimum 5 cm dan tebal setengah diameter. Untuk
batuan lunak, kandungan air alamiah harus dipertahankan sampai
pengujian dilakukan.









Gambar 3.10
Contoh Gipsum dan Batang Besi Baja
2. Jepit contoh batuan pada ragum dengan baik.


44

3. Masukkan batang besi baja ke lubang penjepit, kencangkan baut penjepit,
kemudian sentuhkan ujung batang besi baja pada permukaan contoh
batuan.
4. Tarik tuas penarik agar batang besi baja menggores permukaan contoh
batuan sepanjang 10 mm.
5. Angkat batang besi baja setelah melakukan penggoresan dan letakkan
pada suatu posisi agar tidak tergoreskan kembali.
6. Keluarkan batang besi baja dari lubang penjepit kemudian amati dengan
mikroskop atau kaca pembesar dan ukur lebar batang besi baja yang
tergores W, (Gambar 3.11).
7. Hitung lebar rata-rata ujung batang besi baja yang tergores (W) dengan
satuan 0,1 mm yang merupakan CAI (Tabel 2.2).



Gambar 3.11
Lebar Ujung Batang Besi Baja yang Sudah Digoreskan

3.8 Uji Kemampugalian

3.8.1 Alat Uji Kemampugalian
Sebelum melakukan uji kemampugalian, terlebih dahulu dilakukan
perancangan alat kemampugalian. Alat kemampugalian yang dibuat di
laboratorium dirancang oleh Kramadibrata (2013) sebagai modifikasi dari alat uji
kemampupotongan yang sebelumnya sudah terdapat di laboratorium yang juga
mengacu pada alat uji keterpotongan Roxborough (1987).

45


Gambar 3.12 Rancangan Alat Uji Kemampugalian
Alat uji kemampugalian pada penelitian ini pada dasarnya memiliki
beberapa komponen yaitu komponen utama dan komponen tambahan. Berikut
akan di jelaskan mengenai kedua komponen tersebut.

1. Komponen utama
Komponen utama yang digunakan dalam uji kemampugalian yaitu
gigi gali dengan jenis drag pick dan rangka besi.
- Drag pick digunakan untuk melakukan uji kemampugalian suatu material
dengan komposisi tertentu yang nantinya akan menghasilkan gaya potong
yang merupakan salah satu parameter penting dalam penentuan
penggunaan peralatan penggalian. Peralatan penggalian yang
menggunakan jenis drag pick sebagai gigi gali diantaranya adalah
roadheader, bucket wheel excavator, surface miner maupun excavator
yang umumnya digunakan pada sistem mekanis.

Drag pick pada penelitian ini terbuat dari campuran besi baja dengan
bentuk hampir menyerupai prisma segitiga. Ukuran panjang dan lebar
drag pick masing-masing adalah 13,5 cm dan 5,5 cm dengan besar sudut
baji ( ) yaitu 35.

46

- Rangka besi pada penelitian ini digunakan sebagai tempat diletakannya
drag pick serta menjadi tempat pengujian contoh material. Rangka besi
yang dibuat berbentuk balok dengan ukuran panjang, lebar dan tinggi
masing-masing adalah 60 cm, 30 cm dan 60 cm. Rangka besi yang di buat
telah disesuaikan untuk uji kemampugalian pada penelitian ini dengan
variasi kedalaman penggalian 5 cm, 10 cm, 15 cm dan 20 cm. Pada rangka
besi juga di pasang komponen alat tambahan yaitu satu buah piston
hidrolik.

2. Komponen tambahan
Selain komponen utama, alat uji kemampugalian juga memiliki
komponen-komponen tambahan seperti pompa elektrik dan piston
hidrolik.
- Pompa elektrik digunakan sebagai penghasil gaya yang selanjutnya
digunakan untuk menggerakan sebuah piston hidrolik. Pompa
elektrik terlebih dahulu dihubungkan melalui dua buah selang.
Pompa ini juga memiliki 2 (dua) tungkai yang selanjutnya akan
mempengaruhi cara kerja pompa ini yaitu jika salah satu tungkai
ini di dorong makan akan pompa ini akan memompa udara beserta
oli hingga tekanan tertentu yang nantinya akan menggerakan
piston. Dalam alat ini juga terdapat display indicator untuk melihat
tekanan puncak saat gigi gali menggali contoh gipsum.

- Piston hidrolik pada alat uji kemampugalian ini berfungsi untuk
menggerakan lengan drag pick serta drag pick. Pergerakan piston
disebabkan oleh tekanan yang diberikan pompa yaitu piston akan
bergerak maju bila tungkai pada pompa di dorong, sebaliknya
piston beserta drag pick akan bergerak mundur jika tungkai pompa
ditarik.

47


(1) (2)
Gambar 3.13 Peralatan Uji Kemampugalian
(1) Pompa Elektrik, (2) Display Indikator Tekanan


Gambar 3.14 Pengujian Kemampugalian
3.8.2 Prosedur Uji Kemampugalian
Untuk melakukan uji kemampugalian dari contoh gipsum uji, berikut
adalah prosedur yang dilakukan, yaitu :
1. Mempersiapkan contoh gipsum dengan ukuran 60 cm x 20 cm x 40 cm
sebanyak 4 (empat) buah.
2. Mempersiapkan alat uji kemampugalian berserta komponen tambahannya.

48

3. Mengukur dan mencatat besar sudut rake angle ( ) dan sudut baji ()
setiap pengujian dengan berbagai variasi kedalaman sebelum pengujian
dilakukan.
4. Melakukan uji kemampugalian pada contoh gipsum uji dengan variasi
kedalaman penggalian 5 cm, 10 cm, 15 cm dan 20 cm.
5. Mencatat nilai tekanan pompa yang tertera pada display indicator pompa
elektrik.
6. Mengukur volume hancuran contoh gipsum yang dihasilkan dan
mengamati model rekahan yang terjadi pada saat terjadi failure.
















49

BAB IV
PENGOLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Uji Sifat Fisik
Dalam penelitian ini sifat fisik yang diuji adalah bobot isi (natural, kering,
jenuh), kadar air (asli, jenuh), derajat kejenuhan, porositas, dan void ratio. Hasil
dari pengujian sifat fisik pada contoh gipsum uji dapat dilihat Tabel 4.1 sebagai
berikut.
Tabel 4.1
Hasil Uji Sifat Fisik
No.
Kode
Sampel
n
(gr/cm3)
d
(gr/cm3)
s
(gr/cm3)
w
(%)
S
(%)
n
(%)
e
1 SF 1 1,22 0,65 1,37 86,59 79,83 71,04 2,45
2 SF 2 1,21 0,62 1,35 96,08 80,88 73,14 2,72
3 SF 3 1,19 0,63 1,35 90,18 78,60 71,90 2,56
Rata-rata
1,21 0,63 1,35 90,95 79,77 72,03 2,58

Keterangan :
n = Bobot isi alamiah
d = Bobot isi kering
s = Bobot isi jenuh
w = Kandungan air alamiah
S = Derajat kejenuhan
n = Porositas
e = Angka pori
4.2 Uji Ultrasonik
Pada pengujian kecepatan rambat gelombang ultrasonik akan dihasilkan
gambaran mengenai kondisi fisik contoh gipsum, kondisi ruang kosong, dan
rekahan yang terdapat pada contoh batuan. Hasil dari pengujian cepat rambat

50

gelombang ultrasonik pada contoh gipsum dapat dilihat pada Tabel 4.2 sebagai
berikut.
Tabel 4.2
Hasil Uji Cepat Rambat Gelombang Ultrasonik
No.
Kode
Sampel
Kecepatan rambat gelombang
(s)
Rata-
rata
(s)
L (mm) Vp (m/s)
1 2 3
1 UCS 1 65,50 65,20 65,80 65,50 108,47 1655,98
2 UCS 2 66,20 66,70 66,80 66,57 109,43 1643,97
3 UCS 3 68,30 69,00 68,10 68,47 110,23 1610,03
Rata-rata 66,84 109,38 1636,66

Keterangan :
Vp : Cepat rambat gelombang ultrasonik (m/s)

Dari Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa cepat rambat gelombang ultrasonik
gipsum memiliki nilai sebesar 1636,66 m/s. Nilai ini relatif lebih kecil bila
dibandingkan dengan beberapa jenis batuan lain seperti batupasir, batulempung
maupun batu gamping. Hal ini menunjukkan terdapatnya banyak ruang kosong
pada contoh gipsum sehingga gelombang ultrasonik tidak cepat untuk
dirambatkan. Semakin banyak ruang kosong pada contoh gipsum uji ini
menandakan bahwa proses pencampuran dan proses pengisian gipsum kurang
tersebar merata karena gelombang ultrasonik akan lebih cepat merambat pada
material padat yang homogen.
4.3 Uji Kuat Tekan Uniaksial
Pengujian tekan uniaksial dalam penelitian ini dimaksudkan untuk
mengetahui nilai kuat tekan gipsum (
c
) dan beberapa parameter lainnya seperti
Modulus Young (E) dan Poisson Ratio (). Hasil dari pengujian kuat tekan
uniaksial pada contoh gipsum uji dapat dilihat pada Gambar 4.1, sedangkan hasil
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.3.

51



Gambar 4.1 Hasil Pengujian Kuat Tekan Uniaksial Contoh Gipsum
Tabel 4.3
Hasil Pengujian Kuat Tekan Uniaksial

No
Kode
sampel
c
(MPa)
E (Mpa)
1 UCS 1 2,52 355,84 0,27
2 UCS 2 2,88 656,48 0,25
3 UCS 3 2,37 414,68 0,28
Rata-rata 2,59 475,67 0,27

Keterangan :

c
: Kuat tekan uniaksial (MPa)
E : Modulus Young (GPa)
: Nisbah Poisson
Dari Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa contoh gipsum memiliki nilai kuat
tekan uniaksial yang relatif kecil. Hal ini menunjukkan gipsum adalah material
yang bersifat ductile. Pada umumnya material yang bersifat ductile memiliki nilai
kuat tekan uniaksial yang relatif kecil. Nilai kuat tekan uniaksial ini juga
menandakan terdapatnya banyak ruang kosong pada contoh gipsum sehingga
gelombang ultrasonik tidak cepat untuk dirambatkan. Semakin banyak ruang
kosong pada contoh gipsum ini akan semakin mengurangi nilai kekuatan material.

52


4.4 Uji Kuat Tarik Tak Langsung (Brazilian Test)
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui nilai kuat tarik (tensile strength)
dari contoh gipsum yang berbentuk silinder. Pengujian kuat tarik pada percobaan
ini dilakukan dengan metode uji kuat tarik tak langsung atau Brazilian Test. Hasil
dari pengujian kuat tarik tak langsung pada contoh gipsum uji dapat dilihat pada
Gambar 4.2 sedangkan hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Gambar 4.2 Hasil Pengujian Kuat Tarik Tak Langsung Contoh Gipsum
Tabel 4.5
Hasil Uji Kuat Tarik Tak Langsung (Brazilian Tensile Test)
No
Gaya Tensile Strength, t (MPa)
F (kN)
BZ 1 BZ 2 BZ 3
1
0,25
0,09 0,08 0,08
2
0,5
0,17 0,16 0,16
3
0,75
0,26 0,23 0,25
4 1 0,34 0,31 0,33
5
1,25
0,43 0,39 0,41
Rata-rata 0,41

Keterangan :

t
: Kuat tarik tak langsung (MPa)
Dari nilai kuat tarik (
t
) yang diperoleh dari hasil pengujian kuat tarik tak
langsung contoh gipsum, selanjutnya dapat dihitung nilai Brittleness Index.
Perhitungan Brittleness Index yaitu membandingkan antara nilai kuat tekan
dengan kuat tarik. Untuk contoh gipsum pada penelitian ini memiliki nilai

53

Brittleness Index sebesar 6,31. Berdasarkan klasifikasi Brittleness Index (lihat
Tabel 2.1) contoh gipsum uji bersifat sangat tangguh dan plastik.
4.5 Uji Geser Langsung (Direct Shear Test)
Pengujian geser langsung (Direct Shear Test) pada penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui nilai sudut gesek dalam () dan kohesi (c). Nilai ini nantinya
akan digunakan untuk pemodelan dengan menggunakan Software Phase. Hasil
pengujian geser langsung contoh gipsum dapat dilihat pada Gambar 4.3,
sedangkan hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.5 dan Gambar 4.4.

Gambar 4.3 Hasil Pengujian Kuat Geser Langsung Contoh Gipsum
Tabel 4.6
Hasil Uji Geser Langsung (Direct Shear Test)

No Kode sampel
Sudut Gesek Dalam, (
0
) Kohesi, c (MPa)
Peak Residual Peak Residual
1 DS 1,2,3 38,13 37,23 0,24 0,20

54


Gambar 4.4 Kurva Uji Geser Langsung
Dari Tabel 4.3 dan Gambar 4.4 dapat dilihat bahwa contoh gipsum
memiliki nilai sudut gesek dalam dan kohesi pada 2 kondisi yaitu pada saat
gipsum mengalami gaya puncak dan gaya residual. Pada akhirnya data yang
digunakan adalah data pada saat puncak (peak).
4.6 Uji Cerchar
Pengujian Cerchar pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai
abrasivitas batuan. Abrasivitas batuan adalah sifat batuan untuk mengikis material
lain jika terjadi proses gesekan, goresan, dan gosokan dengan material tersebut.
Hasil dari pengujian Cerchar pada contoh gipsum uji dapat dilihat pada Tabel 4.6
sebagai berikut.
Tabel 4.7
Hasil Uji Cerchar
No. Sampel Nomor Pin Baja CIA Deskripsi
1 5 0,42 Abrasif Kecil
2 7 0,38 Abrasif Kecil
Rata-rata 0,40 Abrasif Kecil
= 0,241 +
n
tan 38,13
R = 0,994
= 0,202 +
n
tan 37,23
R = 0,936
0
0,05
0,1
0,15
0,2
0,25
0,3
0,35
0,4
0,45
0,5
0,00 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25 0,30
T
e
g
a
n
g
a
n

G
e
s
e
r

(
M
P
a
)
Tegangan Normal (MPa)
Peak
Residual

55

Dari hasil Uji Cerchar dapat disimpulkan bahwa contoh gipsum termasuk
material yang memiliki kriteria dengan tingkat abrasivitas yang kecil. Hal ini
menunjukkan bahwa gipsum sangat mudah dikikis oleh material lain.
4.7 Uji Kemampugalian
Pengujian kemampugalian pada material gipsum oleh gigi gali drag pick
pada penelitian ini bertujuan untuk menentukan besar gaya potong (Fc) yang
didapat dengan variasi posisi gigi gali 5 cm, 10 cm, 15 cm dan 20 cm dari
permukaan bagian atas blok gipsum. Pengukuran gaya potong ini didasarkan
kepada perhitungan teori gaya potong yang dikemukakan oleh Evans (1962) dan
Roxborough (1973) serta dari pemodelan numerik dengan perangkat lunak
Phase
2
. Hasil dari pemodelan numerik akan dibandingkan dengan perhitungan
gaya potong Evans maupun Roxborough.
4.7.1 Pemodelan Fisik Uji Kemampugalian
Untuk mengetahui gaya potong dari uji kemampugalian, terlebih dahulu
dilakukan pengujian fisik pada contoh gipsum. Model pengujian fisik
kemampugalian pada contoh gipsum ditunjukkan pada Gambar 4.5.






Gambar 4.5 Sketsa Pengujian Fisik Uji Kemampugalian
Seperti pada sketsa diatas (lihat Gambar 4.5) pengujian kemampugalian
dilakukan pada contoh gipsum yang berbentuk balok dengan ukuran panjang,
lebar dan tinggi masing-masing adalah 60 cm, 20 cm dan 25 cm. Setiap pengujian

60 cm
20 cm
25 cm
d
x
Fc

56

pada variasi posisi gigi gali (d) 5 cm, 10 cm, 15 cm dan 20 cm dari permukaan
bagian atas blok gipsum tentu memiliki nilai gaya potong yang berbeda-beda.
Pemberian gaya potong sendiri akan menimbulkan pecahnya batuan dan yang
nantinya akan terbentuk panjang pemotongan (x) yang mungkin berbeda antara
variasi tersebut. Dari hasil pengujian, dapat dilihat panjang pemotongan yang
diperoleh, yaitu sebagai berikut (Lihat Tabel 4.9).
Tabel 4.8
Hasil Model Fisik Uji Kemampugalian
Sampel
Variasi
Kedalaman (d)
Panjang
Pemotongan (x)
Rake Angle
()
Sudut Baji
()
cm cm () ()
1 0,05 10 80 35
2 0,1 9 75 35
3 0,15 12 89 35
4 0,2 15 80 35

Mengacu pada persamaan Evans dan Roxborough maka besarnya gaya
potong (Fc) yang diberikan pada uji kemampugalian dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Tabel 4.9
Hasil Gaya Potong Berdasarkan Evans dan Roxborough
No.
Sampel
Variasi
Kedalaman
(d)
Panjang
Pemotongan
(x)
Lebar
pemotongan
(w)
Rake
Angle
()
Sudut
Baji
()
Gaya Potong, Fc
(MN)
cm cm m () () Evan's Roxborough
1 5 10 0,2 80 35 0,0035 0,004
2 10 9 0,2 75 35 0,0071 0,012
3 15 12 0,2 89 35 0,0106 0,001
4 20 15 0,2 80 35 0,0141 0,016

Dari hasil perhitungan gaya potong yang diperoleh, terlihat bahwa terdapat
perbedaan yang cukup jauh antara hasil gaya potong dari persamaan Evans dan
Roxborough. Hal ini disebabkan adanya perbedaan beberapa parameter persamaan

57

diantaranya lebar pemotongan (w), sudut baji dan rake angle. Pada persamaan
yang dikemukakan oleh Evans menggunakan sudut baji sebagai salah satu
perhitungan.
Roxborough menunjukkan bahwa persamaan yang digunakan oleh Evans
dapat digunakan dengan memasukkan hitungan lebar cut (w) dan menganggap
jarak penetrasi oleh baji pada saat terjadinya keruntuhan adalah kecil
dibandingkan dengan kedalaman pemotongan, serta memasukkan parameter rake
angle sebagai pengganti parameter sudut baji pada Evans. Penambahan
parameter rake angle sangat mempengaruhi perhitungan karena sudut rake angle
yang diperoleh pada tiap variasi kedalaman berbeda-beda sedangkan untuk
parameter sudut baji pada variasi kedalaman penggalian nilainya akan selalu
sama. Selain itu pada gaya potong Roxborough yang diperoleh dengan
memasukkan parameter rake angle, hasilnya terlihat tidak konstan untuk setiap
variasi kedaman, berbeda dengan hasil gaya potong Evans yang konstan
bertambah besar gaya potong berbanding lurus dengan bertambahnya kedalaman
penggalian.
4.7.2 Pemodelan Numerik Uji Kemampugalian
Setelah melakukan pemodelan fisik uji kemampugalian kemudian
dilakukan pemodelan numerik. Pemodelan numerik yang dilakukan
menggunakan Software Phase
2
versi 2.604. Phase
2
merupakan software
pemodelan numerik dalam 2 dimensi. Pemodelan numerik dengan Phase
2

biasanya digunakan dalam perhitungan geoteknik, geomekanik dan lainnya.
Dalam penelitian ini Phase
2
digunakan untuk memodelkan hasil dari pemodelan
fisik uji kemampugalian untuk mengetahui besar gaya potong yang diperoleh
dari model numerik.
Untuk mengetahui besar gaya potong dengan Phase
2
, terlebih dahulu harus
membuat contoh blok gipsum dengan memasukkan karakteristik material yang
didapat dari uji fisik laboratorium diantaranya berat alamiah, Modulus Young,
Poissons Ratio, sudut gesek dalam dan kohesi. Dari data diatas selanjutnya

58

contoh blok gipsum diberi gaya berbentuk point load hingga didapat critical
Strength Reduction Factor (SRF) = 1 (lihat Gambar 4.6). SRF menunjukkan
batas kekuatan contoh blok gipsum sesaat sebelum contoh blok gipsum pecah
ketika diberi gaya potong. Dengan mengetahui kondisi pada saat SRF = 1 maka
kita dapat mengetahui gaya potong maksimum dari pengujian.
Tabel 4.10
Hasil Model Numerik Uji Kemampugalian
Sampel
Kedalaman
(d)
Rake Angle
()
Gaya Potong
(Fc
pemodelan)
cm () MN/m
1 5 80
0,061
2 10 75 0,024
3 15 89
0,028
4 20 80
0,114

4.7.3 Perbandingan Model Fisik dan Model Numerik dalam Uji
Kemampugalian
Dari hasil pemodelan fisik dan mumerik untuk uji kemampugalian dari
contoh gipsum menggunakan drag pick didapat perbandingan hasil seperti pada
Gambar 4.6 serta hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.10 dan grafik
perbandingan gaya potong Evan, Roxborough dan Pemodelan Numerik pada
Gambar 4.7.

Model Fisik 5 cm Model Numerik 5 cm

59


Model Fisik 10 cm Model Numerik 10 cm

Model Fisik 15 cm Model Numerik 15 cm

Model Fisik 20 cm Model Numerik 20 cm
Gambar 4.6
Perbandingan Pemodelan Fisik dan Numerik Uji Kemampugalian

Berikut tabel dan grafik hasil perbandingan perhitungan gaya potong
dengan persamaan Evans, Roxborough dan pemodelan fisik uji kemampugalian
gipsum.


60

Tabel 4.11
Perbandingan Gaya Potong Berdasarkan Evans, Roxborough dan Model
Numerik
Sampel
Kedalaman
(d)
Gaya Potong Pemodelan Fisik
(MN/m)
Gaya Potong
Pemodelan
Numerik
cm Evan's Roxborough MN/m
1 5 0,018 0,004
0,061
2 10 0,035 0,012
0,024
3 15 0,053 0,001 0,028
4 20 0,071 0,016
0,114


Gambar 4.7 Grafik Perbandingan Gaya Potong Evan, Roxborough dan Pemodelan
Numerik
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa gaya potong yang didapat dari
pemodelan fisik dan numerik masih jauh berbeda. Hal ini disebabkan adanya
perbedaan parameter-parameter yang digunakan dalam persamaan Evans dan
Roxborough. Untuk pemodelan numerik besar gaya potong berbeda karena pada
penelitian ini menggunakan pemodelan dengan 2 dimensi yang seharusnya
dilakukan pada pemodelan 3 dimensi sehingga menyebabkan keterbatasan
interpretasi data dalam pemodelan.
0,000
0,020
0,040
0,060
0,080
0,100
0,120
0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25
G
a
y
a

P
o
t
o
n
g

(
M
N
/
m
)
Kedalaman pemotongan (m)
Gaya Potong
Roxborough (Fc R)
Gaya Potong Evan's
(Fc E)
Gaya Potong
Dengan Pemodelan
Phase2

61

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian ini dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu.
- Gaya potong (Fc) yang dihasilkan dari uji kemampugalian blok gipsum pada
variasi posisi gigi gali 5 cm, 10 cm, 15 cm dan 20 cm dari permukaan bagian
atas blok gipsum dengan menggunakan persamaan Evans (1962) masing-
masing sebesar 0,018 MN/m, 0,035 MN/m, 0,053 MN/m, 0,071 MN/m,
sedangkan dengan persamaan Roxborough (1973) 0,004 MN/m, 0,012
MN/m, 0,001 MN/m, 0,016 MN/m serta dengan model numerik Phase
2

hasilnya adalah 0,061 MN/m, 0,024 MN/m, 0,028 MN/m, 0,114 MN/m.
- Pada perhitungan gaya potong dengan Evans nilai gaya potong berbanding
lurus dengan kedalaman pemotongan sehingga semakin dalam variasi posisi
gigi gali dari permukaan bagian atas blok gipsum maka gaya potong yang
dibutuhkan semakin besar.
- Pada perhitungan gaya potong dengan Roxborough nilai gaya potong tidak
berbanding lurus dengan variasi posisi gigi gali dari permukaan bagian atas
blok gipsum karena adanya pengaruh lebar penggalian (w).
- Pada perhitungan gaya potong dengan pemodelan numerik gaya potong tidak
berbanding lurus dengan variasi posisi gigi gali dari permukaan bagian atas
blok gipsum karena adanya pengaruh rake angle ().

5.2 Saran
Penelitian menggunakan alat kemampupotongan ini diperlukan beberapa
metode pengukuran yang lebih baik agar memperoleh data yang lebih baik dan
akurat, yaitu:
1. Menggunakan instrumen yang dapat merekam langsung pengukuran gaya
potong dalam satuan gaya (N).

62

2. Pemodelan numerik seharusnya dilakukan dengan menggunakan software 3
dimensi agar hasil pemodelan numerik dapat lebih akurat.

63

DAFTAR PUSTAKA

Anggun, A., 2001, Analisis Uji Keterpotongan Drag Pick Di Laboratorium.
Institut Teknologi Bandung.
Aziz, Guo, Rossi G.,Rossi R., Trois, Drag Picks-Influence of Tool Geometry and
Angle of Attack on The Stress Evolution and Cutting Efficiency, 10th Int.
Conference on Ground Control in Mining, hal 246.
Fowell, R.J., and Gilliani, T., 1992, Wear Characterization of Rock, ISRM Symp.
Eurock J.A. Hudson, Pergamon Press, Chapter 7.
Fowell, R.J., 1986, Assessing The Performnce of Cutting Tools in Rock Materials,
Int. Symp. On Geotechnical Stability in Surface Mining, Calgary, hal. 161-
168.
Jumikis, A. R. 1983. Rock Mechanics, 2nd ed. USA: Trans Tech Publications
Khair, Xu, Ahmad, 1992, Principal of Bit Wear and Dust Generation, Department
of Mining Engineering, West Virginia University Morgantown, WV,
Chapter 18, hal 179-181.
Kramadibrata, S., 1993, Beberapa Sifat Penting Batuan Untuk Analisis
Penggalian, Mining Engineering Department, ITB, hal 3-5.
Kramadibrata, S., 1996, Rock Excavation by Cutting, Post Graduate Program of
Geomechanics, Mining Engineering Department, ITB.
Kramadibrata, S., 1996, Kemampugalian Material dengan Alat Gali Mekanis,
Jurusan Teknik Pertambangan, ITB.
MacGregor, I,M., 1990, A Comparison Between The Wear of Continous Miner
Button Picks and The Wear of Pointed Picks Used in South African
Colleries, Mining Sci. and Tech., Vol. 11, hal. 213-222.
Philips, H.R., 1975, The Mechanical Cutting Characteristic and Properties of
Selected Rock Formation, Report to Transport & Road Research

64

Laboratory, Dept. of Mining Enggeers, Univ. of Newcastle upon Tyne,
December.
Rimos, P., 2010, Studi Perbandingan Karakteristik Kemampupotongan Beton
Homogen dan Berkekar dengan Menggunakan Drag Pick. Institut
Teknologi Bandung.
Roxborough, F.F., 1973, Cutting Rock with Picks, The Mining Engineer, Volume
132, Juni, hal. 445-452.
Roxborough, F.F. and Philips, H.R., 1974, Experimental Studies on The
Excavacition of Rock Using Picks, Proc.III Congress of the int. Soc. For
Rock Mech., Volume 11B. halaman 1907-1412
Roxborough, F.F. and Philips, H.R., 1981, Applied Rock and Coal cutting
Mechanics, Australian Foundation Workshop Course 156/81, Mei.
Sufrie, I.H.M., 2010, Studi Pengaruh Front Rake Angle dan Back Clearance
Angle Pada Karakteristik Keterpotongan Batupasir dan Batugamping
Dengan Menggunakan Drag Pick.
Vlasblom, W.J., 2007, Lecture WB3413/OE4626 Dredging Processes Cutting Of
Rock, January.
Yardley, E.D., 1981, The Wear of Tools Used for Cutting Coal and Rock, Int.
Conf. On Wear of Materials, The American Society of Mechanical
Engineers, Maret, hal. 472-474.

65












LAMPIRAN
HASIL PENGUJIAN KUAT TEKAN UNIAKSIAL













66

Uniaxial Compressive Strength

Kode Sampel : UCS 1
Batuan : Gipsum
Diameter, D : 55 mm
Panjang, L : 118,5 mm
Luas Sampel, A : 2378,7 mm
2

L / D : 2,2 : 2,15

force
Stress
(MPa)

axial

lateral
1

lateral
2
axial Lateral Total Volumetrik
(kN)
0 0
0 0 0
0 0 0
1 0,420395909
5 1 10
0,000421941 -0,0002 2,19409E-05
2 0,840791819
8 11 15
0,000675105 -0,000472727 -0,000270349
3 1,261187728
18 19 23
0,001518987 -0,000763636 -8,28539E-06
4 1,681583638
36 30 33
0,003037975 -0,001145455 0,000747066
5 2,101979547
41 45 40
0,003459916 -0,001545455 0,000369007
6 2,522375456 60 65 120 0,005063291 -0,003363636 -0,001663982

c

2,52 MPa
E
355,84 MPa

0,28





67

Uniaxial Compressive Strength

Kode Sampel : UCS 2
Batuan : Gipsum
Diameter, D : 51,5 mm
Panjang, L : 109,4 mm
Luas Sampel, A : 2083,07 mm
2

L / D : 2,2 : 2,12
force
Stress
(MPa)

axial

lateral 1

lateral 2
axial Lateral Total Volumetrik
(kN)
0 0
0 0 0
0 0 0
1 0,48006068
25 10 24
0,002285192 -0,000660194 0,000964804
2 0,960121359
45 25 35
0,004113346 -0,001165049 0,001783248
3 1,440182039
54 21 46
0,004936015 -0,001300971 0,002334073
4 1,920242719
61 28 51
0,005575868 -0,001533981 0,002507907
5 2,400303398
69 43 60
0,00630713 -0,002 0,00230713
6 2,880364078
89 78 98
0,008135283 -0,003417476 0,001300332

c

2,88 MPa
E
656,48 MPa

0,25




68

Uniaxial Compressive Strength

Kode Sampel : UCS 3
Batuan : Gipsum
Diameter, D : 56,8 mm
Panjang, L : 110,2 mm
Luas Sampel, A : 2530,91 mm
2

L / D : 2,2 : 1,94
force
Stress
(MPa)

axial

lateral
1

lateral
2
axial
Lateral
Total
Volumetrik
(kN)
0 0
0 0 0
0 0 0
1 0,395114801
18 10 33
0,001633394 -0,000757042 0,000119309
2 0,790229601
29 20 35
0,002631579 -0,00096831 0,000694959
3 1,185344402
39 32 44
0,00353902 -0,001338028 0,000862964
4 1,580459202
50 41 53
0,004537205 -0,00165493 0,001227346
5 1,975574003
80 65 63
0,007259528 -0,002253521 0,002752486
6 2,370688804
100 90 115
0,00907441 -0,003609155 0,0018561

c

2,37 MPa
E 414,68 MPa

0,27


69

You might also like