Jurnal Auditing

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 36

1

HUBUNGAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR,


SITUASI AUDIT, INDEPENDENSI, ETIKA, KEAHLIAN, DAN
PENGALAMAN DENGAN KEPUTUSAN PEMBERIAN OPINI
AUDIT OLEH AUDITOR
( Studi Empiris pada KAP di Jakarta )

Aldiansyah Utama Prihandono
Indira Januarti, S.E, M.Si, Akt.

Abstract
The focus of this study analyzed the relationship of professional
skepticism, auditors, audit situation, the independence, expertise, and experience
with the decision to give an audit opinion by the auditor. The purpose of this study
was to analyze and obtain empirical evidence on the relationship of professional
skepticism in auditing, audit situation, independence, ethics, expertise, and
experience with the decision to give an audit opinion by the auditor.
The population in this study is the auditor who worked on the Firm in
Jakarta, while the sample is 60 auditors. Sampling techniques in the study were
covenience sampling. The type of data is primary data by the method of data
collection questionnaire. Analysis tool used is multiple regression.
The results of this study are: professional skepticism auditors, audit
situations, and experience has a significant influence on the decision to give an
audit opinion by the auditor. The independence, ethics, and expertise has no
significant influence on the decision to give an audit opinion by the auditor, the
auditor in this study are mostly junior auditor, the audit related to the
implementation of the audit team leader.

Keywords: Auditor Professional Scepticsm, Situation Audit, Independence, Ethics,
Expertise, Experience and Decision granting Audit Opinion Audit by
Auditor.
2
I. PENDAHULUAN
Profesi auditor telah menjadi sorotan masyarakat dalam beberapa tahun
terakhir. Hal tersebut bisa saja terkait dengan kompetensi dan independensi yang
dimiliki oleh auditor masih diragukan, kompetensi dan independensi merupakan
dua karakteristik sekaligus yang harus dimiliki oleh auditor (Alim, dkk 2007).
Auditing merupakan suatu proses dimana pemeriksa independen memeriksa
laporan keuangan suatu organisasi untuk memberikan suatu pendapat atau opini
yang masuk akal tetapi tidak dijamin sepenuhnya mengenai kewajaran dan
kesesuaiannya dengan prinsip akuntansi yang berterima umum. Tujuan akhir dari
proses auditing ini adalah menghasilkan laporan audit. Laporan audit inilah yang
digunakan oleh auditor untuk menyampaikan pernyataan atau pendapatnya kepada
para pemakai laporan keuangan sehingga bisa dijadikan acuan bagi pemakai
laporan keuangan dalam membaca sebuah laporan keuangan (Gusti dan Ali,
2008).
Begitu pentingnya opini yang diberikan oleh auditor bagi sebuah
perusahaan, maka seorang auditor harus mempunyai keahlian dan kompetensi
yang baik untuk mengumpulkan dan menganalisa bukti-bukti audit sehingga bisa
memberikan suatu keputusan opini audit. Penelitian ini mengacu dari penelitian
Gusti dan Ali (2008), yang menganalisis hubungan skeptisisme profesional
auditor, situasi audit, etika, pengalaman, dan keahlian audit dengan ketepatan
pemberian opini audit oleh akuntan publik. Fokus pada penelitian ini menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pemberian opini audit oleh auditor.
Sesuai dengan saran yang diberikan pada penelitian sebelumnya, penelitian ini
melakukan penambahan variabel bebas, yaitu independensi auditor (Sukriah, dkk
2008). Oleh sebab itu, dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu:
apakah skeptisisme profesional auditor, situasi audit, independensi, etika, keahlian
audit, dan pengalaman berpengaruh terhadap keputusan pemberian opini audit
oleh auditor. Obyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah KAP yang ada di
Jakarta.

3
II. TELAAH PUSTAKA
2.1. Teori Identitas Sosial
Teori identitas sosial menyatakan bahwa identitas sosial dari seorang
individu berasal dari proses kategorisasi pribadi melalui individu yang secara
kognitif akan membentuk kelompoknya sendiri dengan pihak lainnya (Yuvisa,
dkk 2008). Kategorisasi pribadi ini berperan sebagai titik awal untuk berpikir dan
melakukan hubungan sosial. Teori Identitas Sosial memunculkan kemungkinan
bahwa seseorang yang bekerja dalam sebuah perusahaan jasa yang memiliki
identifikasi langsung dengan klien yang menjadi bagian utama dalam pekerjaan
mereka. Auditor mungkin akan bekerja dengan klien untuk periode waktu yang
sangat lama dan dilakukan secara berulang-ulang, ini akan memunculkan
identifikasi klien. Untuk melakukan proses auditing yang efektif dan efisien, maka
auditor harus memahami bisnis klien, oleh karena itu auditor akan cenderung
melakukan identifikasi terhadap klien (Yuvisa, dkk 2008).
Berkaitan dengan penelitian ini, peneliti menghubungkan variabel
independensi dan pengalaman auditor dengan Teori Identitas Sosial. Teori
Identitas Sosial memunculkan identifikasi klien yang memungkinkan auditor
melakukan interaksi sosial kepada klien dalam jangka waktu periode yang cukup
lama, sehingga diduga akan memiliki pengaruh terhadap sikap independensi
seorang auditor. Selain itu, adanya identifikasi klien juga akan berdampak pada
pengalaman seorang auditor, ini dapat dipahami karena pada saat proses
identifikasi klien, auditor cenderung melakukan interaksi sosial yang intens dalam
kurun waktu yang relatif lama agar dapat lebih memahami bagaimana bisnis klien
berjalan, sehingga pengalaman bekerja auditor akan meningkat.
2.2 Skeptisisme Profesional Auditor
SPAP (Standar Profesi Akuntan Publik, 2001:230.2), menyatakan
skeptisisme profesional auditor sebagai suatu sikap yang mencakup pikiran yang
selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit.
Para teoritis dan praktisi auditing sepakat bahwa skeptisisme profesional
merupakan sikap mutlak yang harus dimiliki auditor (Tuanakota, 2011).

4
Salah satu penyebab dari suatu kegagalan audit adalah rendahnya
skeptisisme profesional. Auditor yang dengan disiplin menerapkan skeptisisme
profesional tidak akan terpaku pada prosedur yang tertera dalam program audit.
Skeptisisme profesional akan membantu auditor dalam menilai dengan kritis
resiko yang dihadapi dan memperhitungkan resiko tersebut dalam bermacam-
macam keputusan untuk menerima atau menolak klien, memilih metode dan
teknik audit yang tepat, menilai bukti-bukti audit yang dikumpulkan dan
seterusnya. Kee dan Knoxs (1970) menyatakan bahwa skeptisisme profesional
auditor dipengaruhi oleh faktor kecondongan etika, situasi, dan pengalaman.
Peneliti menghubungkan Konsep Skeptisisme Profesional Auditor ini
dengan etika, situasi, pengalaman, dan keahlian seorang auditor terhadap
keputusan pemberian opini audit oleh auditor. Ini dimungkinkan karena dengan
meningkatnya sikap skeptisime profesional auditor, diharapkan etika, penguasaan
situasi, pengalaman, dan keahlian auditor juga akan meningkat sehingga akan
memberikan pengaruh terhadap keputusan pemberian opini audit oleh auditor.
2.3 Independensi
Kode Etik Akuntan Indonesia tahun 2010 menyebutkan bahwa independensi
adalah sikap yang diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai
kepentingan pribadi dalam pelaksanaan tugasnya, yang bertentangan dengan
prinsip integritas dan obyektivitas.
Arens dan Lobbecke (2002) mengartikan independensi sebagai pandangan
yang tidak memihak dalam proses pemeriksaan.
Bahwa yang disebut independen dalam pemeriksaan adalah :
1. Kepercayaan masyarakat terhadap integritas, obyektifitas dan kebebasan
auditor yang tidak terpengaruh.
2. Kepercayaan auditor terhadap integritas profesionalnya.
3. Kemampuan auditor meningkatkan kredibilitas pernyataan terhadap laporan
keuangan yang diperiksa. suatu sikap mental auditor yang jujur dan ahli serta
tindakan bebas dari bujukan, pengaruh dan pengendalian pihak lain dalam
pelaksanaan perencanaan penilaian, hasil pemeriksaannya.
5
2.4 Hubungan Skeptisisme Profesional Auditor, Situasi Audit, Independensi,
Etika, Keahlian Audit, dan Pengalaman terhadap Keputusan Pemberian
Opini Audit oleh Auditor.
2.4.1 Skeptisisme Profesional Auditor
Skeptisisme profesional auditor adalah sikap yang mencakup pikiran yang
selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit
(SPAP, 2001:230.2). Auditor yang dengan disiplin menerapkan skeptisisme
profesional tidak akan terpaku pada prosedur yang tertera dalam program audit,
sehingga menghasilkan hasil kualitas audit yang lebih baik (Tuanakota, 2011).
Skeptisisme profesional menjadi salah satu faktor dalam menentukan
kemahiran profesional seorang auditor. Kemahiran profesional akan sangat
mempengaruhi keputusan pemberian opini oleh seorang auditor. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa sikap skeptisisime seorang auditor dalam melakukan audit,
diduga akan berpengaruh pada keputusan pemberian opini auditor tersebut.
Berdasarkan penjelasan diatas maka hipotesis yang diajukan adalah :
H1: Skeptisisme profesional auditor berpengaruh positif terhadap
keputusan pemberian opini audit oleh auditor.
2.4.2 Situasi Audit
Kee dan Knoxs (1970), menyatakan bahwa situasi audit adalah kondisi
resiko yang dihadapi oleh klien. Kondisi ini dimungkinkan karena situasi audit
yang semakin beresiko akan membuat auditor lebih berhati-hati dalam
memberikan hasil auditnya, sehingga akan memberikan ketepatan pemberian
opini audit yang lebih baik. Berdasarkan penjelasan diatas maka hipotesis yang
diajukan adalah :
H2: Faktor situasi audit berpengaruh positif terhadap keputusan
pemberian opini audit oleh auditor.

6
2.4.3 Independensi
Teori Identitas Sosial memunculkan kemungkinan bahwa seseorang yang
bekerja dalam sebuah perusahaan jasa yang memiliki identifikasi langsung dengan
klien yang menjadi bagian utama dalam pekerjaan mereka. Ini sangat erat
kaitannya dengan pekerjaan seorang auditor, karena auditor mungkin akan bekerja
dengan klien untuk periode waktu yang sangat lama dan dilakukan secara
berulang-ulang yang pada akhirnya akan memunculkan identifikasi klien. Dengan
kondisi tersebut, maka independensi seorang auditor harus tetap terjaga agar
menghasilkan hasil audit yang baik. Standar umum kedua (SA seksi 220 dalam
SPAP, 2001) menyebutkan bahwa Dalam semua hal yang berhubungan dengan
perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti mencoba menguji pengaruh
independensi tersebut terhadap keputusan pemberian opini audit oleh auditor,
dengan hipotesis sebagai berikut :
H3: Faktor Independensi berpengaruh positif terhadap keputusan
pemberian opini audit oleh auditor.
2.4.4 Etika
Arens dan Loebbecke (1996) menyatakan bahwa etika secara umum sebagai
perangkat moral dan nilai. Dapat dikatakan bahwa etika berkaitan erat dengan
moral dan nilai-nilai yang berlaku. Termasuk para auditor didalamnya,
diharapkan oleh masyarakat untuk bertindak dengan prinsip moral yang ada, jujur,
adil dan tidak memihak serta mengungkapkan laporan keuangan sesuai dengan
kondisi sebenarnya. Hasil penelitian Suraida (2005), membuktikan secara empiris
bahwa faktor etika berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Semakin tinggi
etika seorang auditor, maka semakin baik pula ketepatan pemberian opini audit
yang dihasilkan. Hasil penelitian tersebut menjadi acuan bagi penulis bahwa etika
juga berpengaruh terhadap keputusan pemberian opini audit oleh auditor.
Berdasarkan penjelasan diatas maka hipotesis yang diajukan adalah :
H4: Etika berpengaruh positif terhadap keputusan pemberian opini audit
oleh auditor.
7
2.4.5 Keahlian Audit
Keahlian auditor menurut Meinhard et al (1987) dalam Harhinto (2004) di
ukur dengan prinsip akuntansi, standar auditing, jenis industri, pendidikan
strata, pelatihan, kursus dan keahlian khusus. Konsep Skeptisisme Kee dan Knox
(1970) mampu menjelaskan bagaimana keahlian audit dapat mempengaruhi
skeptisisme profesional auditor, yang juga akan mempengaruhi keputusan
pemberian opini audit yang diberikan. Berdasarkan penjelasan diatas maka
hipotesis yang diajukan adalah :
H5: Keahlian audit berpengaruh positif terhadap keputusan pemberian
opini audit oleh auditor.
2.4.6 Pengalaman
Pengalaman yang dimaksud adalah pengalaman auditor dalam melakukan
pemeriksaan laporan keuangan baik dari segi lamanya waktu, maupun banyaknya
penugasan yang pernah dilakukan. Teori Identitas Sosial yang memunculkan
identifikasi klien juga dapat menjelaskan mengenai pengalaman seorang yang
bekerja dengan klien dalam periode waktu yang lama akan mampu meningkatkan
pengalamannya, sehingga diharapkan dapat menghasilkan kualitas audit yang
baik. Hasil penelitian Suraida (2005), memberikan bukti empiris bahwa
pengalaman berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Dari hasil penelitian
tersebut, peneliti mengambil kesimpulan bahwa pengalaman berpengaruh
terhadap keputusan pemberian opini audit oleh auditor. Berdasarkan penjelasan
diatas maka hipotesis yang diajukan adalah :
H6: Pengalaman auditor berpengaruh positif terhadap keputusan
pemberian opini audit oleh auditor.
2.5 Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian terdahulu tentang keputusan pemberian opini audit adalah
sebagai berikut :

8
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No. Peneliti Variabel Hasil Penelitian
1. Gusti dan Ali, 2008 Skeptisisme
profesional auditor,
situasi audit, etika,
pengalaman,
keahlian audit dan
ketepatan pemberian
opini auditor oleh
akuntan publik
Skeptisisme profesional auditor,
situasi audit, berpengaruh
signifikan terhadap ketepatann
pemberian opini auditor oleh
akuntan publik, sedangkan etika,
pengalaman dan keahlian auditor
berpengaruh tidak signifikan
terhadap ketepatan pemberian
opini auditor oleh akuntan publik
2. Sukriah, Akram,
Inapty, 2008
Pengalaman kerja,
independensi,
obyektivitas,
integritas,
kompetensi dan
kualitas audit
Pengalaman kerja, obyektivitas
dan kompetensi berpengaruh
signifikan terhadap kualitas
audit, sedangkan independensi,
dan intergitas tidak berpengaruh
signifikan terhadap kualitas
audit.
3. Alim, Hapsari dan
Purwanti, 2007
Kompetensi,
independensi, etika
auditor dan kualitas
audit
Kompetensi, independensi dan
etika auditor berpengaruh
signifikan terhadap kualitas audit
4. Ida Suraida, 2005 Etika, kompetensi,
pengalaman, risiko,
skeptisisme
profesional auditor
dan ketepatan
pemberian opini
audit
Etika, kompetensi, pengalaman,
risiko, dan skeptisisme
profesional auditor berpengaruh
positif terhadap ketepatan
pemberian opini audit oleh
akuntan publik.

Sumber : Berbagai Jurnal
9
2.6 Kerangka Pikir
Berdasarkan telaah pustaka serta penelitian terdahulu, maka penelitian ini
menjelaskan keputusan pemberian opini audit oleh auditor yang dipengaruhi oleh
skeptisisme profesional auditor, situasi, independensi, etika, keahlian, dan
pengalaman. Untuk membantu dalam memahami penelitian ini, diperlukan adanya
suatu kerangka pemikiran sebagai berikut :

Gambar 2.1
Kerangka Pikir














III. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan untuk menentukan hubungan antara
variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y) adalah penelian survey.
Penelitian survey merupakan penelitian lapangan yang dilakukan terhadap
beberapa sampel dari suatu populasi tertentu yang pengumpulan datanya
dilakukan dengan menggunakan kuesioner.
Situasi audit
H2(+)
Independensi
H3 (+)
Etika
H4(+)
Keahlian audit
H5(+)
Keputusan
pemberian opini
audit oleh auditor
Pengalaman
H6(+)

Skeptisisme Profesional
Auditor
H1(+)

10
3.2 Variabel Penelitian dan Pengukuran
Dalam operasionalisasi variabel, diperlihatkan indikator yang digunakan
untuk mengukur variabel penelitian baik variabel dependen maupun variabel
independen. Sementara skala yang digunakan untuk mengukur instrumen adalah
tipe skala likert.
Variabel independennya adalah:
1. Skeptisisme Profesional Auditor (X)
Untuk mengukurnya digunakan skenario yang dipakai Shaub dan Lawrence
(1996) yang telah diadopsi dalam penelitian Gusti dan Ali (2008), namun
disesuaikan dengan situasi dan kondisi Indonesia. Variabel ini digambarkan
dalam suatu skenario atau kasus, indikatornya adalah tingkat keraguan
auditor terhadap bukti audit, banyaknya pemeriksaan tambahan dan
konfirmasi langsung. Skala pengukurannya adalah skala likert 1-5.
2. Situasi Audit (X
1
)
Variabel ini digambarkan dalam suatu skenario atau kasus yang dipakai
Shaub dan Lawrence (1996) yang telah diadopsi dalam penelitian Gusti dan
Ali (2008). dimana pengukuran untuk masing-masing situasi dilakukan
bersamaan dengan pengukuran skeptisisme profesional auditor dan skala
pengukurannya adalah skala likert 1-5
3. Independensi (X
2
)
Variabel ini digambarkan dalam suatu skenario atau kasus, dimana
pengukuran untuk masing-masing situasi dilakukan bersamaan dengan
pengukuran skeptisisme profesional auditor dan skala pengukurannya adalah
skala likert 1-5.
4. Etika (X
3
)
Untuk mengukur variabel ini digunakan instrumen yang digunakan oleh
Cohen, et al (1995) yang dikembangkan oleh Loeb (1971), dan telah
digunakan pada penelitian Gusti dan Ali (2008). Skala pengukurannya yaitu
dengan menggunakan skala likert 1-5.


11
5. Keahlian Audit (X
4
)
Variabel ini diukur dengan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki dan
skala pengukurannya adalah skala likert 1-5.
6. Pengalaman (X
5
)
Variabel ini diukur dengan lamanya waktu masa kerja auditor bersangkutan.
Pada variabel ini digunakan pertanyaan terbuka.

Variabel dependen adalah keputusan pemberian opini audit oleh akuntan
publik. Variabel ini diukur melalui pemberian opini yang sesuai dengan kriteria-
kriteria yang ditetapkan dalam macam-macam opini. Semua item pertanyaan
diukur pada skala likert 1-5,

3.3 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah Auditor yang bekerja pada KAP di
Jakarta. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode convenience sampling.
Menurut Jogiyanto (2007:73) convenience sampling dilakukan dengan memilih
sampel bebas berdasarkan faktor kemudahan yang ditentukan sendiri oleh peneliti.
3.4 Jenis Dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang
bersumber dari jawaban responden atas beberapa item pertanyaan tentang variabel
dalam penelitian ini. Responden penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada
kantor akuntan publik (KAP) yang berada di wilayah Jakarta.
3.5 Metode Pengumpulan Data
Data penelitian ini dikumpulkan dengan cara mendistribusikan kuesioner
secara langsung ke kantor akuntan publik, untuk selanjutnya kuesioner tersebut
distribusikan kepada auditor, dan melalui e-mail kepada auditor.




12
3.6 Metode Analisis Data
3.6.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran mengenai
tanggapan responden terhadap variabel-variabel penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini, yaitu skeptisisme profesional auditor, situasi audit, etika,
pengalaman, keahlian, serta independensi.
3.6.2 Uji Kualitas Data
Uji kualitas data yang dihasilkan dari penggunaan instrumen penelitian
dapat dievaluasi melalui uji reliabilitas dan uji validitas (Ghozali, 2005).
1) Uji Validitas menunjukan kepada keputusan dan kecermatan alat ukur dalam
melaksanakan fungsi pengukurannya. Indikator dari uji validitas adalah
pearson korelasi. Suatu instrumen dikatakan valid apabila r hitung > r tabel.
2) Uji konsistensi internal (reliabilitas) ditentukan dengan koefisien Cronbach
Alpha. Pengujian ini menentukan konsistensi jawaban responden atas suatu
instrumen penelitian. Menurut Hair et.al (1996) mensyaratkan suatu instrumen
yang reliabel jika memiliki koefisien Cronbach Alpha di atas 0,6.
3.6.3 Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
variabel terikat dan variabel bebas mempunyai distribusi normal atau tidak,
nilai residualnya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang
baik adalah memiliki nilai residual normal atau mendekati normal. Uji
normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kolmogorov Smirnov.
b. Uji Multikolinearitas
Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah didalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Untuk mendeteksi
ada atau tidaknya Multikolinearitas didalam regresi dapat dilihat dari (1) nilai
tolerance dan lawannya (2) jika nilai tolerance value > 0,10 dan VIF < 10
maka tidak terjadi Multikolinearitas. Cara lain untuk mendeteksi
13
multikolinearitas adalah dengan melihat koefisien antar variabel independen.
Model regresi dikatakan tidak mengalami multikolinearitas bila korelasi antar
variabel independen lemah.
c. Uji heteroskedastisitas
Pengujian ini bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan varian residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Uji
heteroskedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan uji Glejser, yaitu
untuk meregresi niai absolut residual terhadap variabel bebas (Imam Ghozali,
2005:72) dengan persamaan regresi sebagai berikut :
Ut = a + Xt + vi
Jika variabel bebas signifikan secara statistik, maka ada indikasi adanya
heteroskedastisitas. Demikian juga sebaliknya jika variabel bebas tidak
signifikan maka ada indikasi tidak terjadi heteroskedastisitas.
3.6.4 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data menggunakan regresi berganda, yaitu menguji pengaruh
skeptisisme profesional auditor, situasi audit, independensi, etika, keahlian audit,
pengalaman dan keputusan pemberian opini audit.
Model persamaan regresi tersebut sebagai berikut :
Y= + 1 X1 + 2 X2 + 3X3 + 4X4 + 5 X5 + 6 X6 + e
Keterangan :
Y = Keputusan pemberian opini audit
X1 = Skeptisisme professional auditor
X2 = situasi audit
X3 = independensi
X4 = etika
X5 = keahlian audit
X6 = pengalaman
= Konstanta
- 5 = Koefisien Regresi
e = Error
14

Analisis regresi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar hubungan
antara variabel independen dengan variabel dependen. Pengujian statistik yang
dilakukan adalah:
a. Uji Model
1. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R
2
) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai
koefisien determinasi adalah di antara nol dan satu. Nilai R
2
yang kecil
berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan
variasi variabel dependen amat terbatas. Kelemahan mendasar penggunaan
koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah independen yang
dimasukkan ke dalam model. Setiap tambahan satu variabel tersebut
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu
banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan Adjusted R
2
.
2. Uji F
Uji F merupakan pengujian terhadap koefisien regresi secara bersama-
sama yaitu pengaruh dari seluruh variabel indpenden (X) terhadap variabel
dependen (Y).
Langkah-langkah pengujiannya.
1) Merumuskan hipotesis
Ho :
1
=
2
=
3
=
4
=
5
=
6
= 0, tidak terdapat pengaruh yang
signifikan dari seluruh variabel indpenden (X
1
, X
2
, X
3
, X
4
, X
5
, X
6
)
terhadap variabel dependen (Y)
2) Ho :
1

2

3

4

5

6
0, artinya bahwa terdapat pengaruh
yang signifikan dari seluruh variabel indpenden (X
1
, X
2
, X
3
, X
4
, X
5,
,
X
6
) terhadap variabel dependen (Y) jika signifikan F < (0,05), maka
Ho ditolak, artinya ada pengaruh yang signifikan secara bersama-sama
dari variabel independen terhadap variabel dependen.


15
3) Kriteria pengambilan keputusan
Ho diterima jika : F hitung > F tabel
Ho ditolak jika : F hitung < F tabel
b. Pengujian Hipotesis (Uji t )
Uji t (t-test) digunakan untuk menguji hipotesis secara parsial guna
menunjukkan pengaruh tiap variabel independen secara individu terhadap
variabel dependen. Uji t digunakan untuk pengujian secara satu per satu
pengaruh dari masing-masing variabel independen terhadap variabel
dependen. Dalam hal ini variabel independennya (X) adalah skeptisisme
profesional auditor, situasi audit, etika, pengalaman, keahlian audit.
Sedangkan variabel dependennya (Y) adalah keputusan pemberian opini audit.
Langkah-langkah pengujiannya:
1. Merumuskan hipotesis:
Ho :
i
= 0 , artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari
variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y).
Ha :
i
0, artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel
independen (X) terhadap variabel dependen (Y).
2. Kriteria pengambilan keputusan
Ho diterima jika : tingkat signifikansi t >
Ho ditolak jika : tingkat signifikansi t <


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Penelitian
4.1.1 Pengiriman Dan Pengambilan Kuesioner
Penelitian ini dilaksanakan terhadap auditor KAP di Jakarta, penulis juga
mendistribusikan kuesioner dengan menghubungi auditor langsung via e-mail,
dengan jumlah kuesioner disebar sebanyak 150. Dari 150 kuesioner disebar 84
kuesioner tidak kembali dan 6 kuesioner yang kembali tidak lengkap. Penyebaran
kuesioner adalah sebagai berikut :
16
Tabel 4.1
Penyebaran Kuesioner
Keterangan Jumlah

- Kuesioner yang disebarkan
- Kuesioner tidak kembali
- Kuesioner kembali
Tetapi tidak dapat digunakan
Kuesioner yang digunakan
- Respon rate
150 kuesioner
(84 kueesioner)
(66 kuesioner)
6 kuesioner
60 kuesioner
40 %
Sumber : data primer yang diolah, 2012
Adapun gambaran umum reponden dalam penelitian ini adalah gambaran
tentang 60 responden yang dijadikan sampel. Secara rinci responden dapat
dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin, usia, jabatan, dan pendidikan.
4.1.2 Demografi Responden
Tabel 4.2
Demografi Responden

Keterangan Total Persentase
Jumlah Sampel 60 100 %
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan

29
31

48,33 %
51,67 %

Umur :
21 22 tahun
23 24 tahun
25 26 tahun
27 28 tahun
29 30 tahun

18
22
7
9
4

30,00 %
36,67 %
11,66 %
15,00 %
6,67 %
17
Jabatan
Manajer
Auditor Senior
Auditor Junior

2
13
45

3,33 %
21,67 %
75.00 %
Pendidikan
D3
S1
S2

1
58
1


1,67 %
96,66 %
1,67 %
Pengalaman
1-10 bulan
11-20 bulan
21-30 bulan
31-40 bulan
41-50 bulan
> 50 bulan


11
22
12
4
7
4

18,33 %
36,67 %
20,00 %
6,67 %
11,67 %
6,67 %
Sumber : Data primer yang diolah, 2012

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa jenis kelamin terbanyak yang
terbanyak adalah perempuan, yaitu sebanyak 31 responden atau 51,67 persen,
sedangkan responden dengan jenis kelamin laki-laki adalah sebanyak 29
responden atau 48,33 persen.
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa usia responden yang paling
banyak dijadikan sampel adalah 23-24 tahun, yaitu sebanyak 22 responden atau
36,67 persen, sedangkan usia 21-22 tahun sebanyak 18 responden atau 30,00
persen, usia 25-26 tahun sebanyak 7 responden atau 11,67 persen, usia 27-28
tahun sebanyak 9 responden atau 15 pesen, dan usia 29-30 tahun sebanyak 4
responden atau 6,67 persen.
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa jabatan responden yang paling
banyak dijadikan sampel adalah auditor junior, yaitu sebanyak 45 responden atau
75,00 persen, sedangkan auditor senior sebanyak 13 responden atau 21,67 persen,
dan manajer sebanyak 2 responden atau 3,33 persen.
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan responden
paling banyak adalah S1, yaitu sebanyak 58 responden atau 96,66 persen, lalu D3
18
sebanyak 1 responden atau 1,67 persen, dan pendidikan S2 sebanyak 1 responden
atau 1,67 persen.
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa pengalaman atau lama bekerja
responden paling banyak adalah 11-20 bulan, yaitu sebanyak 22 responden atau
36,67 persen, pengalaman selama 21-30 bulan sebanyak 12 responden atau 20
persen, pengalaman selama 1-10 bulan sebanyak 11 responden atau 18,33 persen,
pengalaman selama 41-50 bulan sebanyak 7 responden atau 11,67 persen, dan
pengalaman selama 31-40 bulan dan lebih dari 50 bulan sebanyak 4 responden
atau 6,67 persen.
4.2 Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif variabel penelitian digunakan untuk memberikan gambaran
tentang tanggapan responden mengenai variabel-variabel penelitian yang
menunjukkan angka minimum, maksimum, rata-rata serta standar deviasi.
Gambaran data dalam penelitian ini adalah gambaran data variabel penelitian,
yaitu skeptisisme profesional audit, situasi audit, independensi, etika, keahlian,
pengalaman dan opini audit. Adapun rata-rata skor pada setiap variabel adalah
seperti pada tabel berikut ini.
Tabel 4.3
Analisis Statistik Deskriptif

No
.
Variabel
Teoritis
Kisaran
Median
Teoritis
Sesungguhnya
Kisaran Mean
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Skeptisisme
Profesional
Situasi Audit

Independensi

Etika

Keahlian

Opini Audit
10 s/d 50

10 s/d 50

5 s/d 25

9 s/d 45

3 s/d 15

5 s/d 25
30

30

15

27

9

15

32 s/d 49

30 s/d 50

11 s/d 25

22 s/d 45

7 s/d 15

10 s/d 22
41,40

43,23

19,07

32,60

10,47

17,20

19
Gambaran mengenai variabel-variabel penelitian yaitu skeptisisme
profesional auditor, situasi audit, independensi, etika, keahlian, dan opini auditor
disajikan dalam tabel statistika deskriptif pada tabel 4.3 yang menunjukkan angka
kisaran teoritis dan sesungguhnya serta rata-rata teoritis dan sesungguhnya. Pada
tabel tersebut disajikan kisaran teoritis yang merupakan kisaran atas bobot
jawaban yang secara teoritis didesain dalam kuesioner, dan kisaran sesungguhnya
yaitu nilai terendah sampai nilai tertinggi atas bobot jawaban responden yang
sesungguhnya.
4.2.1 Skeptisisme Profesional Auditor
Variabel skeptisisme profesional audit mempunyai bobot jawaban antara 32
sampai dengan 49, rata-rata (mean) sebesar 41,40. Nilai rata-rata jawaban
responden terhadap item petanyaan konstruk skeptisisme (41,40) diatas nilai
median kisaran teoritis (30), sehingga dapat disimpulkan bahwa secara umum
karakteristik personal responden mengenai skeptisisme profesional audit berada
pada level yang tinggi.

4.2.2 Situasi Audit
Variabel situasi audit mempunyai bobot jawaban antara 30 sampai dengan
50, rata-rata (mean) sebesar 43,23. Nilai rata-rata jawaban responden terhadap
item petanyaan konstruk situasi audit (43,23) diatas nilai median kisaran teoritis
(30), sehingga dapat disimpulkan bahwa bahwa jawaban responden mengenai
situasi audit berada pada level yang tinggi.

4.2.3 Independensi
Variabel independensi mempunyai bobot jawaban antara 11 sampai dengan
25, rata-rata (mean) sebesar 19,07. Nilai rata-rata jawaban responden terhadap
item petanyaan konstruk independensi (19,07) diatas nilai median teoritis (15),
sehingga dapat disimpulkan bahwa bahwa jawaban responden mengenai
independensi berada pada level yang tinggi.

20
4.2.4 Etika
Variabel etika mempunyai bobot jawaban antara 22 sampai dengan 45, rata-
rata (mean) sebesar 32,60. Nilai rata-rata jawaban responden terhadap item
petanyaan konstruk etika (32,60) diatas nilai median teoritis (27), sehingga dapat
disimpulkan bahwa jawaban responden mengenai etika berada pada level yang
tinggi.

4.2.5 Keahlian
Variabel keahlian mempunyai bobot jawaban antara 7 sampai dengan 15,
rata-rata (mean) sebesar 10,47. Nilai rata-rata jawaban responden terhadap item
petanyaan konstruk skeptisisme (10,47) diatas nilai median teoritis (9), sehingga
dapat disimpulkan bahwa jawaban responden mengenai keahlian berada pada
level yang tinggi.

4.2.6 Keputusan Pemberian Opini Audit Oleh Auditor
Variabel keputusan pemberian opini audit oleh auditor mempunyai bobot
jawaban antara 10 sampai dengan 22, rata-rata (mean) sebesar 17,20. Nilai rata-
rata jawaban responden terhadap item petanyaan konstruk keputusan pemberian
opini audit oleh auditor (17,20) diatas nilai median teoritis (15), sehingga dapat
disimpulkan bahwa jawaban responden mengenai keputusan pemberian opini
audit berada pada level yang tinggi tinggi.

4.3 Pengujian Kualitas Data
4.3.1 Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk menguji valid dan tidaknya pertanyaan
yang akan diajukan dengan membandingkan nilai r hitung, dibandingkan
dengan r tabel. Berikut ini adalah uji validitas dari masing-masing kuesioner :
21
Tabel 4.4
Uji Validitas
Variabel No. Item r hitung r tabel Keterangan
Skeptisisme
profesional audit
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
0,270
0,452
0,510
0,273
0,280
0,507
0,458
0,745
0,730
0,526
0,254 Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Situasi audit 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
0,533
0,549
0,705
0,698
0,731
0,617
0,762
0,687
0,715
0,627
0,254 Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Independensi 1.
2.
3.
4.
5.
0,691
0,778
0,735
0,659
0,556
0,254 Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Etika 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
0,597
0,738
0,586
0,769
0,698
0,579
0,731
0,675
0,725
0,254 Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Keahlian 1.
2.
3.
0,788
0,727
0,736
0,254 Valid
Valid
Valid
Opini audit 1.
2.
3.
4.
5.
0,632
0,532
0,682
0,601
0,633
0,254 Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Sumber : Data primer yang diolah, tahun 2012
22

Dari hasil dapat dijelaskan bahwa semua indikator dalam variabel skeptisisme
profesional audit, situasi audit, independensi, etika, keahlian dan opini audit
adalah valid, karena nilai r hitung > r tabel (0,254).
4.3.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas antara skeptisisme profesional audit, situasi audit,
independensi, etika, keahlian dan opini audit dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.5
Uji Reliabilitas

No.

Indikator
Nilai r
Alpha
tabel
Nilai r
Alpha
hitung

Keterangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Skeptisisme profesional audit
Situasi audit
Independensi
Etika
Keahlian
Opini audit
0,6
0,6
0,6
0,6
0,6
0,6
0,686
0,855
0,701
0,846
0,619
0,612
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Sumber : Data primer yang diolah, tahun 2012

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa masing-masing variabel
skeptisisme profesional audit, situasi audit, independensi, etika, keahlian dan opini
audit diperoleh nilai cronbach alpha lebih besar dari 0,6. Dengan demikian,
maka hasil uji reabilitas terhadap keseluruhan variabel adalah reliabel.
4.4 Uji Asumsi Klasik
Pengujian terhadap asumsi klasik adalah untuk menguji model analisa yang
digunakan. Metode regresi ordinary least square akan menghasilkan persamaan
yang baik apabila memenuhi pengujian sebagai berikut :
a. Normalitas
Untuk menentukan normal tidaknya data pada variabel dependen dilakukan
dengan melihat nilai signifikasi Kolmogorov-Smirnov.
23
Tabel 4.6
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N
Normal Parameters

Most Extreme
Differences

Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)

Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
60
,0000000
1,51774304
,098
,097
-,098
,760
,611
a. Test distribution in normal.
b. Calculated from data
Sumber : Data primer yang diolah, tahun 2012
Dari tabel 4.6 dapat diketahui bahwa nilai signifikasi Kolmogorov_Smirnov
adalah 0,611 > 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi secara
normal.
b. Uji Multikolinearitas
Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah didalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas. Untuk mendeteksi ada atau
tidaknya Multikolinearitas didalam regresi dapat dilihat dari (1) nilai tolerance
dan lawannya (2) jika nilai tolerance value > 0,10 dan VIF < 10 maka tidak terjadi
Multikolinearitas. Hasil pengujian multikolinearitas adalah sebagai berikut.
Tabel 4.7
Uji Multikolinearitas

No. Variabel VIF Tolerance

1. Skeptisisme profesional audit 1,605 0,623
2. Situasi audit 1,651 0,606
3. Independensi 1,409 0,710
4. Etika 1,616 0,619
5. Keahlian 1,610 0,621
6. Pengalaman 1,624 0,616
Sumber : Data primer yang diolah, tahun 2012

a,b

24

Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa nilai VIF untuk variabel
bebas skeptisisme profesional audit, situasi audit, independensi, etika, keahlian,
dan pengalaman nilai VIF < 10 dan tolerance lebih besar dari 0,1, dengan
demikian model regresi dalam penelitian ini tidak terrjadi multikolinearitas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas terjadi apabila tidak ada kesamaan deviasi standar nilai
variabel dependen pada setiap variabel independen, Uji Heteroskedastistas
digunakan uji Glejser.
Tabel 4.8
Uji Heterokedastisitas

Coefficients
a


Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant)
2.333 2.018 1.156 .253
skeptis .077 .045 .258 1.686 .098
situasi -.030 .035 -.132 -.849 .400
independensi -.037 .048 -.109 -.762 .449
etika .088 .082 .119 1.073 .286
keahlian .033 .098 .051 .334 .740
pengalaman -.009 .009 -.168 -1.094 .279


a. Dependent Variable: absut

Sumber : data sekunder yang diolah, tahun 2012

Berdasarkan tabel 4.8, hasil uji Glejser juga menunjukkan tidak satupun
variabel yang signifikan pada taraf signifikansi 5%. Hal ini berarti bahwa model
regresi pada model ini tidak mengandung adanya masalah heteroskedastisitas.
4.5 Goodness Of Fit
4.5.1 Uji F (Uji Model)
Uji F dipergunakan untuk menguji apakah model regresi dalam penelitian
ini adalah baik atau layak atau tidak. Berikut ini hasil pengujian uji F.
25
Tabel 4.9
Uji F

ANOVA
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig
1 Regression
Residual
Total
81,691
135,909
217,600
6
53
59
13,615
2,564
5,309 ,000
a.Prediction: (Constant), pengalaman, independensi, skeptis, etika, keahlian,
situasi
b.Dependent Variable: keputusan_opini
Sumber : data sekunder yang diolah, tahun 2012

Berdasarkan hasil perhitungan dengan statistik manual diperoleh nilai F hitung
= 5,309. Sedangkan dengan menggunakan tingkat signifikansi =0,05 maka nilai
F tabel dengan df 1=6 dan df2 = 53 diperoleh F tabel sebesar 2,28, Maka F
hitung > F tabel, yaitu 5,309 > 2,28 atau tingkat signifikasi 0,000 < 0,05, ini
menandakan bahwa skeptisisme profesional auditor, situasi audit, independensi,
etika, keahlian dan pengalaman auditor secara simultan memiliki pengaruh
terhadap opini audit. Dengan demikian model regresi dalam penelitian ini adalah
baik.
4.5.2 Koefisien Determinasi
Koefisien Determinasi dipergunakan untuk mengetahui kontribusi variabel
bebas dalam menjelaskan variabel terikat. Berikut ini adalah hasil koefisien
determinasi.
Tabel 4.10
Koefisien Determinasi

Model Summary

Model R R Square Adjusted
R Square
Std Error of
the Estimate
1 ,613a ,375 ,305 1,60135
a.Prediction: (Constant), pengalaman, independensi, skeptis, etika, keahlian,
situasi
b.Dependent Variable: keputusan_opini
a
b
b
26
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS dapat diketahui
bahwa Adjusted R Square yang diperoleh adalah sebesar 0,305. Hal ini berarti
bahwa 30,50% keputusan pemberian opini audit oleh auditor KAP di Jakarta
dipengaruhi oleh variabel skeptisisme profesional audit, situasi audit,
independensi, etika, keahlian dan pengalaman, sedangkan sisanya lainnya
dipengaruhi oleh variabel lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

4.5.3 Analisis Regresi Linier Berganda
Tabel 4.11
Koefisien Regresi, Uji t


Variabel
Standardized
coefficient

t hitung

Sig. t
Skeptisisme profesional audit
Situasi audit
Independensi
Etika
Keahlian
Pengalaman
0,384
0,298
-0,213
-0,224
-0,157
0,282
2,790
2,138
-1,653
-1,620
-1,139
2,041
0,007
0,037
0,104
0,111
0,260
0,046
Sumber : Lampiran 4
Bentuk persamaan regresi dapat ditulis sebagai berikut :
Y = 0,384X
1
+ 0,298X
2
- 0,213X
3
- 0,224X
4
- 0,157X
5
+ 0,282X
6

Hasil persamaan regresi berganda tersebut di atas memberikan pengertian bahwa :
a. Untuk variabel skeptisisme profesional audit (X
1
) koefisien regresinya adalah
positif.
b. Untuk variabel situasi audit (X
2
) koefisien regresinya adalah positif.
c. Untuk variabel independensi (X
3
) koefisien regresinya adalah negatif.
d. Untuk variabel etika (X
4
) koefisien regresinya adalah negatif.
e. Untuk variabel keahlian (X
5
) koefisien regresinya adalah negatif.
f. Untuk variabel pengalaman (
X6
) koefisien regresinya adalah positif.
27
4.5 Pengujian Hipotesis
a. Pengaruh skeptisisme profesional audit terhadap keputusan pemberian opini
audit.
Hasil perhitungan statistik untuk variabel skeptisisme profesional audit
diperoleh nilai t hitung = 2,790. Dengan demikian, dengan menggunakan =
0,05 dan t tabel dengan df = n-k-1 = 60-6-1=53 diperoleh sebesar 2,005.
Dengan demikian diperoleh t hitung 2,790 > t tabel = 2,005, sedangkan
dengan program SPPS 16 diperoleh tingkat signifikansinya sebesar 0,007 <
0,05. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa
skeptisisme profesional audit memiliki pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap keputusan pemberian opini audit.
b. Pengaruh situasi audit terhadap keputusan pemberian opini audit
Hasil perhitungan statistik untuk variabel situasi audit diperoleh nilai t hitung
= 2,138. Dengan demikian, dengan menggunakan = 0,05 dan t tabel dengan
df = n-k-1 = 60-6-1=53 diperoleh sebesar 2,005. Dengan demikian diperoleh
t hitung 2,139 > t tabel = 2,005, sedangkan dengan program SPPS 16
diperoleh tingkat signifikansinya sebesar 0,037 < 0,05. Dengan demikian Ho
ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa situasi audit memiliki pengaruh
yang positif dan signifikan terhadap keputusan pemberian opini audit.
c. Pengaruh independensi terhadap keputusan pemberian opini audit
Hasil perhitungan statistik untuk variabel independensi diperoleh nilai t
hitung = -1,653. Dengan demikian, dengan menggunakan = 0,05 dan t tabel
dengan df = n-k-1 = 60-6-1=53 diperoleh sebesar 2,005. Dengan demikian
diperoleh t hitung -1,653 > t tabel = -2,005, sedangkan dengan program SPPS
16 diperoleh tingkat signifikansinya sebesar 0,104 > 0,05. Dengan demikian
Ho diterima dan Ha ditolak, yang berarti bahwa independensi tidak memiliki
pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap keputusan pemberian opini
audit.
28
d. Pengaruh etika terhadap keputusan pemberian opini audit
Hasil perhitungan statistik untuk variabel etika diperoleh nilai t hitung = -
1,620. Dengan demikian, dengan menggunakan = 0,05 dan t tabel dengan
df = n-k-1 = 60-6-1=53 diperoleh sebesar 2,005. Dengan demikian diperoleh
t hitung -1,620 > t tabel = -2,005, sedangkan dengan program SPPS 16
diperoleh tingkat signifikansinya sebesar 0,111 > 0,05. Dengan demikian Ho
diterima dan Ha ditolak, yang berarti bahwa etika tidak memiliki pengaruh
positif dan tidak signifikan terhadap keputusan pemberian opini audit.
e. Pengaruh keahlian terhadap keputusan pemberian opini audit
Hasil perhitungan statistik untuk variabel keahlian diperoleh nilai t hitung =
-1,139. Dengan demikian, dengan menggunakan = 0,05 dan t tabel dengan
df = n-k-1 = 60-6-1=53 diperoleh sebesar 2,005. Dengan demikian diperoleh
t hitung -1,139 > t tabel = -2,005, sedangkan dengan program SPPS 16
diperoleh tingkat signifikansinya sebesar 0,260 > 0,05. Dengan demikian Ho
diterima dan Ha ditolak, yang berarti bahwa keahlian tidak memiliki pengaruh
positif dan tidak signifikan terhadap keputusan pemberian opini audit.
f. Pengaruh pengalaman terhadap keputusan pemberian opini audit
Hasil perhitungan statistik untuk variabel pengalaman diperoleh nilai t hitung
= 2,041. Dengan demikian, dengan menggunakan = 0,05 dan t tabel dengan
df = n-k-1 = 60-6-1=53 diperoleh sebesar 2,005. Dengan demikian diperoleh
t hitung 2,041 > t tabel = 2,005, sedangkan dengan program SPPS 16
diperoleh tingkat signifikansinya sebesar 0,046 < 0,05. Dengan demikian Ho
ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa pengalaman memiliki pengaruh
yang positif dan signifikan terhadap keputusan pemberian opini audit.
4.6 Pembahasan
1. Variabel keptisisme Profesional Auditor
Skeptisisme profesional auditor mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap keputusan pemberian opini audit oleh auditor. Dengan demikian dapat
29
dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat skeptisisime seorang auditor dalam
melakukan audit, maka juga akan berpengaruh pada keputusan pemberian opini
auditor tersebut. Hasil ini mendukung penelitian Gusti dan Ali (2008) yang
menyatakan bahwa skeptisisme profesional auditor berpengaruh positif terhadap
ketepatan pemberian opini audit.
2. Variabel Situasi Audit
Situasi audit mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan
pemberian opini audit. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa apabila auditor
memiliki penguasaan situasi audit yang semakin tinggi dalam melakukan audit,
maka akan berpengaruh pada keputusan pemberian opini audit oleh auditor
tersebut. Hasil ini mendukung penelitian Gusti dan Ali (2008) yang menyatakan
bahwa situasi audit berpengaruh positif terhadap ketepatan pemberian opini audit.
3. Variabel Independensi
Independensi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
keputusan pemberian opini audit oleh auditor, ini juga dapat dikaitkan dengan
variabel etika yang didalam penelitian ini juga tidak signifikan terhadap keputusan
pemberian opini audit, seorang auditor akan mendapatkan sikap independen jika
didukung kesadaran etis yang tinggi, sedangkan dalam penelitian ini etika menuai
hasil tidak signifikan. Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian Sukriah, dkk
(2008) yang menyatakan independensi tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap pemberian opini audit.
4. Variabel Etika
Etika tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan
pemberian opini audit. Dalam penelitian ini sebagian besar responden hanya
mendapatkan pengetahuan kode etik ketika duduk di bangku kuliah saja. Hasil ini
juga dapat dikaitkan dengan Teori Identitas Sosial yang memunculkan identifikasi
klien, nilai-nilai etika seseorang mungkin akan berkurang jika terjadi interaksi
sosial yang sangat intens, sehingga sering kali aturan dan norma yang telah ada
secara tidak sengaja dilanggar oleh individu tersebut, dalam hal ini hubungan
auditor dengan pihak yang diaudit. Hasil ini mendukung penelitian Gusti dan Ali
30
(2008), yang menyatakan etika tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap keputusan pemberian opini audit.
5. Variabel Keahlian
Keahlian tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan
pemberian opini audit, ini dimungkinkan karena keahlian adalah kemampuan
auditor yang diperoleh dari pendidikan formal ataupun formal, sedangkan sampel
dalam penelitian ini pendidikan rata-rata auditor adalah S1 dan sebagian besar
auditor dalam penelitian ini memiliki lama bekerja yang relatif masih sedikit yaitu
kurang dari 3 tahun. Ini akan berpengaruh terhadap cara auditor menyelesaikan
sebuah pekerjaan dan mendeteksi penyimpangan dan kecurangan yang ditemukan
jika dibandingkan dengan yang memiliki lama bekerja yang lebih lama. Hasil ini
mendukung penelitian Gusti dan Ali (2008), yang menyatakan etika tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pemberian opini audit.
6. Variabel Pengalaman
Pengalaman audit mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan
pemberian opini audit, Kondisi ini terjadi karena seorang auditor yang memiliki
banyak pengalaman akan menggunakan pengalaman masa lalunya untuk
memberikan keputusan yang lebih baik atas masalah klien yang diauditor
setelahnya, sehingga pengalaman tersebut memiliki pengaruh bagi auditor tersebut
dalam memberikan keputusan. Ini sejalan dengan Teori Identitas Sosial yang
memungkinkan auditor lebih memahami kondisi klien yang diauditnya melalui
pengalaman yang didapat, dalam penelitian ini pengalaman didapat dari lamanya
bekerja auditor tersebut. Hasil ini mendukung penelitian Sukriah, dkk (2008),
yang menyatakan pengalaman audit mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap keputusan pemberian opini audit.

V. Kesimpulan, keterbatasan, & saran
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat dibuat
kesimpulan sebagai berikut :

31
1. Skeptisisme profesional auditor mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap keputusan pemberian opini audit oleh auditor,
2. Situasi audit mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan
pemberian opini audit oleh auditor.
3. Independensi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan
pemberian opini audit oleh auditor.
4. Etika tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan
pemberian opini audit oleh auditor.
5. Keahlian tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan
pemberian opini audit oleh auditor.
6. Pengalaman audit mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan
pemberian opini audit oleh auditor.
7. Hasil penelitian ini ada yang mendukung penelitian sebelumnya dan ada juga
yang menolak penelitian sebelumnya. Terjadinya perbedaan hasil penelitian
mungkin disebabkan karena perbedaan jumlah sampel atau responden
penelitian dan metode analisis data yang digunakan.
5.2 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian ini adalah :
1. Penyebaran kuesioner dilakukan kepada responden pada akhir tahun, yaitu
bulan November, yang merupakan jadwal kerja terpadat bagi auditor
sebagai profesi yang mengaudit laporan keuangan perusahaan-perusahaan
kliennya, sehingga peneliti menemukan kendala dalam penyebaran
kuesioner. Dari total 150 kuesioner yang diberikan hanya 60 kuesioner
yang dapat dianalisis pada penelitian ini.
2. Dalam penelitian ini, variabel pengalaman auditor diukur hanya dari
lamanya auditor bekerja di kantor akuntan publik, indikator tersebut belum
dapat sepenuhnya menjadi tolak ukur pengalaman auditor karena
penelitian ini tidak mengupas pengalaman auditor dalam mendeteksi
kecurangan.
32
3. Kuesioner yang didistribusikan secara langsung pada beberapa kantor
akuntan publik di Jakarta rata-rata diisi oleh auditor-auditor junior.
Cakupan penelitian untuk menganalisis jawaban responden auditor senior,
dan manajer pada penelitian ini jumlahnya sedikit. Bahkan untuk
responden yang memiliki jabatan partner peneliti tidak mendapatkan,
sehingga hasil penelitian kurang dapat digeneralisasi.
4. Penelitian ini hanya mampu mengindikasikan bahwa keputusan pemberian
opini audit oleh auditor hanya dapat dijelaskan dengan nilai sebesar 30,50
% melalui variabel skeptisisme profesional auditor, situasi audit,
independensi, etika, keahlian, dan pengalaman. Sedangkan sisanya 69,50
% melalui variabel lain-lain.

5.3 Saran
Saran penelitian selanjutnya adalah :
1. Penelitian selanjutnya sebaiknya dapat lebih bisa menggunakan memperluas
daerah penelitian misalnya menggunakan KAP yang ada di kota besar di
pulau Jawa, sehingga diperoleh sampel yang lebih banyak.
2. Penelitian selanjutnya sebaiknya waktu pendistribusian kuesioner dilakukan
tidak di akhir tahun, karena pada waktu tersebut auditor memasuki masa kerja
terpadat atau high season. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat
menghasilkan sampel lebih banyak karena banyak auditor yang berada di
kantor akuntan publik sehingga lebih banyak kuesioner yang diisi oleh
responden sehingga sampel yang diperoleh bisa lebih banyak.
3. Penelitian selanjutnya bisa menambah variabel bebas lain yang berhubungan
dengan keputusan pemberian opini audit, seperti kompetensi, kompleksitas
tugas, obyektivitas, resiko, tekanan waktu dan lain-lain, sehingga bisa lebih
menjelaskan keputusan pemberian opini audit.


DAFTAR PUSTAKA



Agoes. 2004. Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Akuntan Publik. Jakarta:
Lembaga Penerbit Universitas Indonesia.

Alim, Nizarul, M. Hapsari Trisni dan Purwanti Liliek. 2007. Pengaruh
Kompetensi dan Independensi Terhadap Kualitas Audit Dengan Etika
Auditor Sebagai Variabel Moderasi, SNA X Unhas Makasar 26-28 Juli
2007.

Alvesson, M. 2000. Social identity and the problem of loyalty in knowledge-
intensive companies. The Journal of Management Studies 37(8): 1101-
1124.

Anto. 2007. Etika Profesi dan Mutu Audit Kantor Akuntan Publik,
http://anthoex.multiply.com/journal/item/1, diakses tanggal 24 september
2011.

Arens, Alvin. A and Loebbecke James .K. 2003. Auditing (Pendekatan Terpadu).
Buku I. Edisi Indonesia, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Arrens. 2008. Auditing dan Pelayanan Verifikasi : Pendekatan Terpadu. Jakarta:
Tim Dejacarta.

Christiawan, Y.J. 2002. Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik: Refleksi
Hasil Penelitian Empiris. Journal Directory : Kumpulan Jurnal Akuntansi
dan Keuangan Unika Petra. Vol. 4 / No. 2.

Chung, J., Monroe, G. S. 2001. A Research Note on the Effect og Gender and
Task Complexity on an Audit Judgement. Behavioral Research in
Accounting. Vol.13 : 111-125.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Nasional. 1990. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.

De Angelo, L.E. 1981. Auditor Independence, Low Balling, and Disclosure
Regulation. Journal of Accounting and Economics 3 : 113-127.


2
Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro



Gusti, Magfirah., Syahrir, Ali. 2008. Hubungan Skeptisisme Profesional Auditor
dan Situasi Audit, Etika, Pengalaman serta Keahlian Audit dengan
Keputusan Pemberian Opini Auditor oleh Akuntan Publik. Jurnal
Simposium Nasional Akuntansi Padang. Vol.8.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2001. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta:
Salemba Empat.

Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang. 2002. Metodelogi Penelitian Bisnis.
BPFE. Yogyakarta.

Jeffrey, Cynthia. 1996. Ethical Development, Professional Commitment, and
Rule Observance Attitudes: A Study of CPAs and Corporate
Accountants. Behavioral Research in Accounting. Vol.8 : 8-31.

Kee, H. W., Knox, R. E. 1970. Conceptual and Methodological Consideration in
the Study of Trust and Suspicion. The Journal of Conflict Resolution.
Vol.14, No.3 : 357-366.

Louwers, T. J., Ramsay, R. J., Sinason, D. H. 2005. Auditing and Assurance
Service. New York: Mc Graw Hill.

Mulyadi. 2002. Auditing, Buku dua Edisi ke Enam. Jakarta: Salmeba Empat.

________. 2004. Auditing, Buku dua Edisi ke Enam. Jakarta: Salmeba Empat.

Munawir, H.S. (2007) Auditing Modern. Yogyakarta: BPFE.Yogyakarta.

Shaub, M.K., Lawrence, J. E. 1996. Ethics, Experience and Profesional
Scepticism: A Situational Analysis. Behavioral Research in Accounting.
Vol.8 : 154-174.

Singarimbun, Masri dan Effendi, Soffyan. 2002. Metodologi Penelitian Survey.
LP3ES. Jakarta.


3
Sukriah, Akram, Inapty. 2008. Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi,
Obyektifitas, Integritas dan Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil
Pemeriksaan. Jurnal Simposium Nasional Akuntansi Palembang. Vol.9.

Suraida, Ida. 2005. Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit dan Risiko
Audit terhadap Skeptisisme Profesional Auditor dan Keputusan
Pemberian Opini Akuntan Publik. Sosiohumaniora. Vol.7, No.3.

Tuanakotta, T. M. 2011. Berpikir Kritis dalam Auditing. Jakarta: Salemba Empat.

Yuvisa, Rohman dan Handayani. 2008. Pengaruh Identifikasi Auditor atas Klien
Terhadap Objektivitas Auditor dengan Auditor Tenure, Client Importance
dan Client Image sebagai Variabel anteseden. Jurnal Simposium
Nasional Akuntansi Pontianak. Vol.11.

















4

You might also like