Jurnal KB PDF

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

HUBUNGAN PEMAKAIAN KONTRASEPSI KB SUNTIK 3 BULAN

DEPOPROGESTIN DENGAN GANGGUAN SIKLUS MENSTRUASI


DI PUSKESMASKALIBARU-BANYUWANGI
Oleh
Srianingsih dan Sylene Meilita Ayu
Srianiningasih_bidan@yahoo.co.id
Abstract
3-month injectable contraceptive containing KB Depoprogestin, given once every
month. Depoprogestin progesterone hormone that stimulates the endometrium
becomes thin and atrophy by decreasing the activity of the glands that cause the
menstrual cycle does not pass. The purpose of this research is to know is there any
relationship injectable contraception three months depoprogestin with menstrual
cycle disturbances.This research design was a descriptive analytic cross sectional
form. Where independent variebel ie 3-month injectable contraception
depoprogestin and the dependent variable menstrual cycle disturbances. With a total
population of 1703 and samples taken as many as 104 respondents with a purposive
sampling technique. Instruments used were a questionnaire. The data obtained were
analyzed using chisquare test statistic for windows version 16.0 with a level of
significance = 0.05.The results of this study to identify the use of injectable
contraception depoprogestin 3 months, menstrual cycle disorders identify, analyze
relationships using contraception by injection three months depoprogestin cycle
disorders, the results are calculated using statistical Chi-Square test result = 0.00
level of significance. mean = 0.00 < = 0.05. So Ho (rejected) and Hi
(accepted). This means that there is a relationship use three-month injectable
contraception with menstrual cycle disturbances.The need for counseling for family
planning acceptors injection three months to understand advantage, indications and
side effects injecting KB 3 months prior to using contraception.
Keywords: 3-month injectable KB depoprogestin, menstrual cycle disorders
Abstrak
Kontrasepsi KB suntik 3 bulan mengandung Depoprogestin, yang diberikan setiap
bulan sekali. Depoprogestin merangsang hormone progesterone sehingga
endometrium menjadi tipis dan atrofi dengan berkurangnya aktifitas kelenjar yang
menyebabkan siklus menstruasi tidak lancar. Adapun tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui adakah hubungan kontrasepsi KB suntik 3 bulan
depoprogestin dengan gangguan siklus menstruasi.Desain penelitian ini adalah
deskriptif analitik dalam bentuk cross sectional. Dimana variebel independen yaitu
kontrasepsi KB suntik 3 bulan depoprogestin dan variable dependen yaitu gangguan
siklus menstruasi. Dengan jumlah populasi 1703 dan sample yang diambil sebanyak
104 responden dengan tekhnik purposive sampling. Instrument yang digunakan
yaitu kuesioner. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji statistic
chisquare for windows versi 16,0 dengan taraf signifikasi =0,05.Hasil penelitian ini
mengidentifikasi pemakaian kontrasepsi KB suntik 3 bulan depoprogestin,
mengidentifikasi gangguan siklus menstruasi, menganalisa hubungan pemakaian
kontrasepsi KB suntik 3 bulan depoprogestin dengan gangguan siklus, hasil
penelitian yang dihitung menggunakan uji statistic Chi-Square didapatkan hasil taraf
signifikasi = 0,00. artinya = 0,00 < = 0,05. Maka Ho (ditolak) dan Hi
(diterima). Artinya ada hubungan pemakaian kontrasepsi KB suntik 3 bulan dengan
gangguan siklus menstruasi.Perlunya penyuluhan bagi akseptor KB suntik 3 bulan
untuk memahami mamfaat, indikasi dan efek samping KB suntik 3 bulan sebelum
menggunakan kontrasepsi.
Kata kunci : KB suntik 3 bulan depoprogestin, gangguan siklus menstruasi

1. PENDAHULUAN

Indonesia
menghadapi
masalah dengan jumlah dan kualitas
SDM dengan kelahiran 5 juta
pertahun. Untuk dapat mengangkat
derajat kehidupan bangsa telah
dilakukan
secara
bersama
pembangunan ekonomi dan keluarga
berencana yang merupakan sisi
masingmasing mata uang. Bila
gerakan keluarga berencana tidak
dilakukan
bersama
dengan
pembangunan
ekonomi,
dikhawatirkan hasil pembangunan
tidak berarti (Manuaba, 2000).
Pada tahun 2001 persentase
peserta KB aktif, yaitu pasangan usia
15-49 tahun yang berstatus kawin
dan sedang menggunakan atau
memakai salah satu alat kontrasepsi
adalah 52,54% (Susenas, 2001).
Diwilayah perkotaan prosentase
mereka yang menggunakan alat
kontrasepsi adalah 54,6%, sedikit
lebih tinggi dari pada pedesaan
(51,6%).
Dari
mereka
yang
menggunakan
alat
kontasepsi,
sebagian
besar
(47,36%)
menggunakan KB suntik, (25,6%) pil
KB, (11,3%) menggunakan AKDR
dan sisanya 15, 34% menggunakan
cara KB MOW, susuk, kondom,
MOP
(DepkesRI
:
2003).
Berdasarkan
hasil
study
pendahuluan di desa Kalibaru
wilayah kerja Puskesmas Kalibaru
didapatkan 10 ibu rumah tangga
yang mengalami gangguan siklus
menstruasi.
Alat kotrasepsi yang paling
sering digunakan yaitu suntik, alat
kontrasepsi suntik adalah obat yang
disuntikkan 1 bulan sekali atau 3
bulan sekali. Untuk 1 bulan sekali
berisi estrogen dan progesterone, dan
yang 3 bulan sekali berisi
progesterone saja. Dalam memilih
alat
kontrasepsi
sebaiknya

mengetahui keuntungan dan kerugian


yang mungkin terjadi. Cirri cirri
kontrasepsi yang ideal meliputi daya
guna, aman, murah, dan efek
sampingnya minimal (Prawiroharjo :
2005). Sesuai namanya, kontrasepsi
hormonal menggunakan hormone
progesterone
atau
kombinasi
estrogen
dan
progesterone.
Mekanisme kerjanya suntik dalam 2
bagian, yaitu primer dan sekunder.
Mekanisme primer adalah mencegah
ovulasi. Pada mekanisme ini kadar
FSH dan LH menurun dan tidak
terjadi
sentakan
LH.
Pada
mekanisme sekunder, lender servik
menjadi kental dan sedikit sehingga
merupakan barier spermatozoa.
Mekanisme sekunder ini juga
membuat endometrium kurang layak
untuk implantasi dari ovum yang
telah dibuahi. Mekanisme ini
mungkin
juga
mempengaruhi
kecepatan transport ovum di dalam
tuba fallopiI (Hanafi Hartanto :
1996).
Salah satu cara untuk
menekan
laju
pertumbuhan
penduduk adalah melalui program
Keluarga Berencana (KB). Keluarga
Berencana adalah salah satu usaha
untuk
mencapai
kesejahteraan
keluarga dalam memberikan nasehat
perkawinan,
pengobatan
kemandulan, penjarangan kehamilan
seperti mengikuti program KB suntik
3
bulan
(Depoprogestin),
meningkatkan kepedulian, serta
mewujudkan
keluarga
kecil
berencana. (manuaba:2000)
Atas uraian di atas maka
penulis tertarik untuk meneliti judul
Hubungan pemakaian kontrasepsi
KB suntik 3 bulan Depoprogestin
dengan gangguan siklus menstruasi
di
Puskesmas
Kalibaru
Banyuwangi

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata
: konta berarti mencegah, konsepsi
adalah pertemuan sel telur dan sel
sperma
yang
menyebabkan
kehamilan. Maksud kontrasepsi
adalah melindungi atau mencegah
kehamilan sebagai akibat pertemuan
sel telur dan sel sperma (Dep. Kes.
2000).Kontrasepsi adalah Upaya
untuk mencegah kehamilan yang
bersifat sementara atau menetap
(Hanafi Winkjosastro, 2007).
Kontrasepsi adalah Upaya
untuk
mencegah
terjadinya
kehamilan, upaya dapat bersifat
sementara dan ada yang bersifat
permanent (Winkjo Sastro H,1999).
1. Manfaat kontrasepsi
Kontrasepsi
bermanfaat
menghindari/mencegah
terjadinya
suatu kehamilan sebagai akibat
bertemunya sel telur yang matang
dengan sel telur sperma (Departemen
kesehatan RI Jakarta, 1995).
2. Fisiologi kontrasepsi
Hanafi
Hartanto
(1996)
menjelaskan
mekanisme
kerja
kontrasepsi suntik dalam dua bagian,
yaitu
primer
dan
sekunder.
Mekanisme Primer adalah mencegah
ovulasi. Pada mekanisme ini, kadar
FSH dan LH menurun dan tidak
terjadi sentakan LH. Respon kelenjar
hipofise terhadap gonadotropinreleasing hormon estrogen tidak
berubah, sehingga memberi kesan
proses terjadi di hipotalamus dari
pada di hipofise. Pada pemakaian KB
suntik depogeston, endometrium
menjadi dangkal dan atropis dengan
kelenjar yang tidak aktif. Pada
mekanisme sekunder lendir servik
menjadi kental dan sedikit sehingga
merupakan
barier
terhadap
spermatozoa. Mekanisme sekunder
ini juga membuat endometrium

kurang layak implantasi dari ovum


yang telah dibuahi. Mekanisme ini
mungkin
juga
mempengaruhi
kecepatan transport ovum didalam
tuba fallopi.
2.2 Konsep Kontrasepsi KB 3
bulan
Kontrasepsi KB suntik 3
bulan adalah cara untuk mencegah
terjadinya kehamilan dengan melalui
suntikan hormonal
(Syaifudin,
2006).
1. Kandungan KB suntik 3 bulan
Menurut
saifuddin
ada
kandungan dari suntik KB 3 bulan
adalah :
Depo Medroksiprogesteron Asetat
(Depoprogestin), mengandung 150
mg DMPA, yang diberikan setiap 3
bulan dengan cara di suntik
intramuscular (di daerah bokong).
1. Cara Kerja
Mengalami ovulasi dengan jalan
menekan
pembentukanLHRF(LuteinizingHor
mone Releasing Factor) dan
FSHRF(Follicel Stimulating Hormon
Releasing factor), merubah lendir
servik menjadi kental sehingga
menghambat penetrasi sperma, dan
menimbulkan
perubahan
pada
endometrium
sehingga
tidak
mungkin terjadi nidasi. Selain itu
juga merubah kecepatan transportasi
ovum melalui tuba (Rustam, 2000).
2. Indikasi
KB suntik yang diberikan
kepada wanita yang menginginkan
kontrasepsi jangka panjang atau
wanita yang telah mempunyai cukup
anak tetapi iya enggan atau tidak
bisa dilakukan sterilisasi. Obat
tersebut juga di berikan kepada
wanita yang mempunyai indikasi
terhadap estrogen atau enggan
minum pil setiap hari. KB suntik 3
bulan di berikan kepada ibu yang

menyusui, karena progesterone tidak


mengganggu laktasi. Pada wanita
hamil yang mendekati menopause,
dan
karena
ada
larangan
menggunakan pil (Anwar M &
Siswo Sudarmo HR, 1995).
3. Kontraindikasi
Pemakaian KB suntik 3 bulan
antara lain adalah kehamilan,
penyakit hati aktif, tumor hati,
penyakit kuning, hipertensi (160/90
mmhg), perdarahan pervaginam
yang tidak diketahui penyebabnya,
tumor payudara, sakit kepala berat,
pada wanita
yang menderita
migraine, pemakaian harus di awasi
ketat (Anwar M & Siswo Sudarmo
HR, 1995).
4. Efektifitas
Kontrasepsi suntik KB 3 bulan
tersebut memiliki efektifitas yang
tinggi, dengan 0,3 kehamilan per 100
perempuan-tahun,
asal
penyuntikannya dilakukan secara
teratur sesuai jadual yang telah di
tentukan (Saifiddin, 2006).
5. Tujuan KB suntik 3 bulan
Menurut Yunisaf, Kapita
selekta kedokteran :
a. Menjarangkan kehamilan.
b. Menunda kehamilan.
c. Mengurangi
angka
kelahiran.
d. Mensejahterakan
keluarga.
2.3 Konsep Menstruasi
Menstruasi adalah suatu proses
pembersihan
rahim
terhadap
pembuluh darah, kelenjar dan sel-sel
yang tidak terpakai karena tidak
adanya pembuluh atau kehamilan
(Herti, 1999).
Menstruasi adalah peluruhan
dinding uterus (endometrium) pada
setiap bulan secara periodic 1,2.
Menstruasi biasanya terjadi selama
2-7 hari dengan rata-rata durasi

menstruasi + 4,7 hari. Saat


menstruasi dapat kehilangan darah
sekitar 10-80 cc darah dengan ratarata 35 cc4,5. Siklus yang normal
berlangsung
24-35
hari
4
(Zietraelmart, 2008).
Menstruasi
adalah
periode
pengeluaran cairan darah dari uterus
yang disebabkan oleh rontoknya
endometrium (Persis Mary, 1995).
2.4 Fsikologi Menstruasi
Dalam proses ovulasi bukan
hanya ada suatu kerja sama yang
harmonis antara kortek serebri,
hipotalamus, hipofisis, dan ovarium,
melainkan ada pengaruh pula dari
glandula tireoidea, kortek adrenal,
kelenjar endokri lain. Dewasa ini
ternyata prostaglandin dan sirotonin
mempunyai peranan pula dalam
ovulasi
dengan
mempengaruhi
hipotalamus dan hipofisis (Sarwono,
2006).
Pada tiap siklus haid FSH
(follicel
stimulating
hormone)
dikeluarkan oleh lobus anterior
hipofisis
yang
menimbulkan
beberapa follikel primer yang dapat
berkembang
dalam
ovarium.
Umumnya satu folikel, kadangkadang juga lebih dari satu,
berkembang menjadi
follikelde
Graaf yang membuat estrogen.
Estrogen ini menekan gonadotropin
yang kedua, yakni LH (luteinising
hormone).Seperti yang telah di
uraikan, produksin kedua hormon
gonadotropin (FSH dan LH) adalah
di bawah pengaruh releasing
hormone (RH) yang disalurkan
hipotalamus ke hipofise. Penyaluran
RH ini sangat di pengaruhi oleh
mekanisme umpan balik estrogen
terhadap
hipotalamus.
Bila
penyaluran RH normal berjalan baik,
maka produksi gonadhotropin akan
berfungsi dengan baik pula, sehingga

follikel de Graaf selanjutnya makin


lama akan menjadi matang dan
makin banyak berisi liquor follikuli
yang
mengandung
estrogen.
Estrogen mempunyai
pengaruh
terhadap
endometrium
:
menyebabkan endometrium tumbuh
atau proliferasi (Sarwono, 2006).
Dibawah pengaruh LH follikel
de Graaf menjadi lebih matang,
mendekati permukaan ovarium, dan
kemudian terjadilah ovulasi (ovum
dilepas oleh ovarium). Pada ovulasi
ini kadang terjadi perdarahan sedikit
yang akan merangsang peritonium di
pelvis, sehingga timbul rasa sakit
yang di sebut intermenstrual pain.
Setelah ovulasi terjadi, dibentuklah
korpus rubrum (berwarna merah oleh
karena perdarahan tersebut diatas),
yang akan menjadi korpus luteum
(warnanya menjadi kuning) dibawah
pengaruh hormon-hormon LH dan
LTH(luteotropic hormone),Korpus
luteum
menghasilkan
hormon
progesteron.
Progesteron
ini
mempunyai
pengaruh
terhadap
endometrium
yang
telah
berproliferasi
dan
meyebabkan
kelenjar
berkeluk-keluk
dan
bersekresi (Sarwono, 2006).
Bila ada pembuahan, korpus
luteum berdegenerasi dan ini
mengakibatkan
bahwa
kadar
estrogen dan progesteron menurun.
Menurunya kadar estrogen dan
progesteron menyebabkan efek pada
arteri yang berkeluk-keluk di
endometrium. Tampak dilatasi dan
statis dengan hiperemia yang di ikuti
oleh spasme dan iskemia. Sesudah
itu
terjadi
degenerasi
serta
perdarahan
dan
pelepasan
endometrium yang nekrotik. Proses
ini yang di sebut haid atau
menstruasi (Sarwono, 2006).
Jadi intinya adalah hormon
steroid estrogen dan progesteron

mempengaruhi
pertumbuhan
endometrium. Dibawah pengaruh
estrogen endometrium memasuki
fase proliferasi; sesudah ovulasi,
endometrium memasuki fase sekresi.
Dengan menurunya kadar estrogen
dan progesteron pada akhir siklus
haid, terjadi regresiendometrium
yang diikuti oleh pendarahan yang
dkenal dengan nama hiad (Sarwono,
2005).
1. Lamanya siklus haid
Lamanya siklus haid yang
normal atau yang di anggap sebagai
siklus haid klasik adalah 28 hari
ditambah atau dikurangi dua sampai
3 hari.
Menurut Sarwono 2006 siklus
yang berbeda-beda pada orang sehat
dan normal dikenal tiga masa utama,
yaitu :
a. Masa haid selama dua sampai
delapan hari. Pada waktu itu
endometrium
dilepas,
sedangkan
pengeluaran
hormon ovarium paling rendah.
b. Masa proliferasi sampai hari
keempat belas. Pada waktu itu
endometrium tumbuh kembali,
disebut juga endometrium
mengadakan
proliferasi.
Anatara hari kedua belas dan
keempat belas dapat terjadi
pelepasan ovum dari ovarium
yang disebut ovulasi.
c. Sesudahnya, dinamakan masa
sekresi. Pada ketika itu korpus
rubrum menjadi korpus luteum
yang
mengeluarkan
progesteron.
Dibawah
pengaruh progesteron ini,
kelenjar endometrium yang
tumbuh berkeluk-keluk mulai
bersekresi dan mengerluarkan
getah
yang
mengandung
glikogen dan lemak. Pada akhir
masa ini stoma endometrium
menjadi berubah kearah sel-sel

desidua, terutama yang berada


diseputar pembuluh arterial.
Keadaan ini yang memudahkan
adanya nidasi.
2.5 Hubungan
pemakaian
kontrasepsi KB suntik 3
bulan dengan gangguan
siklus menstruasi
Menstruasi adalah peluruhan
dinding
uterus
(endometrium)
dibawah pengaruh hormon-hormon
LH
dan
LTH(luteotropic
hormone),Korpus
luteum
menghasilkan hormon progesteron.
Progesteron
ini
mempunyai
pengaruh terhadap endometrium
yang telah berproliferasi dan
meyebabkan kelenjar berkeluk-keluk
dan bersekresi. Bila ada pembuahan,
korpus luteum berdegenerasi dan ini
mengakibatkan
bahwa
kadar
estrogen dan progesteron menurun
(Ziddu, 2010).
Kontrasepsi
KB
suntik
mengandung
Depo
Medroksiprogesteron
Asetat
(Depoprogestin), mengandung 150
mg DMPA, yang diberikan setiap 3
bulan dengan cara di suntikkan IM.
Depoprogestin merangsang hormone
progesterone
sehingga
dapat
merubah kecepatan pengiriman sel
telur di dalam tuba fallopi,
endometrium menjadi tipis dan atrofi
dengan
berkurangnya
aktifitas
kelenjar, yang menyebabkan siklus
menstruasi tidak lancar, misalnya
seperti Polimenorea, Oligomenorea,
Amenorea oleh penggunaan obatobat hormonal jangka panjang
(Saifuddin, 2006).Desain penelitian
merupakan bentuk rancangan yang
digunakan
dalam
melakukan
prosedur penelitian (Alimul Aziz,
2007 : 25).

3. METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan
satu cara untuk memperoleh
kebenaran ilmu pengetahuan atau
cara pemecahan masalah dengan
menggunakan
metode
ilmiah
(Notoadmojo, 2002 : 19).
Penelitian ini menggunakan
desain
penelitian
deskriptif
analitikkorelasional (Hubungan /
assosiasi)dalam
bentuk
crossectional
dengan
melakukan
penelitian yang menekankan pada
waktu pengukuran observasi data
variabel independent dan dependent
hanya satu kali pada satu saat. Pada
jenis ini variabel independent dan
dependent dinilai secara simultan
pada satu saat, jadi tidak ada tindak
lanjut. Tentunya tidak semua subyek
penelitian harus diobservasi pada
hari atau pada waktu yang sama,
akan tetapi baik variabel independent
maupun variabel dependent dinilai
hanya satu kali saja. Dengan studi ini
akan diperoleh prevalensi atau efek
suatu fenomena (variabel dependen)
dihubungkan
dengan
penyebab
(Nursalam, 2008 : 83). Dalam
penelitian
ini
peneliti
ingin
mengetahui hubungan pemakaian
kontrasepsi KB suntik 3 dengan
gangguan siklus menstruasi di
Puskesmas Kalibaru.
Pada
penelitian
ini
menggunakan uji statistik chi-square
digunakan
untuk
menghitunghubungan antara variabel
bila datanya berbentuk nominal,
sehingga dapat diketahui hubungan
kontrasepsi KB suntik 3 bulan
Depoprogestin dengan gangguan
siklus menstruasi. Menurut sugiono
(2003), bahwa teknik korelasi ini
digunakan untuk mencari hubungan
dua variabel bila kedua data variabel
berbentuk nominal dan sumber data
dari dua variabel adalah sama.

a. Prosedur pengujian yang


dapat dilakukan meliputi :
2) Formulasi hipotesa statistik
Ho
: Jika = 0 artinya
tidak ada hubungan antara
pemakaian kontrasepsi KB
suntik 3 bulan Depoprogestin
dengan
gangguan siklus
menstruasi di wilayah kerja
Puskesmas Kalibaru.
Hi
: Jika = 1 artinya
ada
hubungan
antara
pemakaian kontrasepsi KB
suntik 3 bulan Depoprogestin
dengan
gangguan siklus
menstruasi di wilayah kerja
Puskesmas Kalibaru.
3) Uji statistik yang sesuai
adalah uji statistik dengan

Chi Square Taraf signifikasi


= 0,05
4) Perhitungan harga uji statistik
mengunakan program SPSS
16.0 for Windows.
5) Kesimpulan atau keputusan
pengujian
Ho = ditolak apabila nilai
Observasi 0,05
Hi = Diterima apabila nilai
Observasi 0,05
b. Tabulating
Melakukan tabulasi hasil data
yang diperoleh sesuai dengan hasil
wawancara dan observasi untuk
mengetahui hubungan pemakain
kontrasepsi KB suntik 3 bulan
Depoprogestin dengan gangguan
siklus menstruasi.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada bagian ini akan disajikan data mengenai variabel independen yang
diukur yaitu pemakaian kontrasepsi KB suntik 3 bulan depoprogestin dan variebel
dependen gangguan siklus menstruasi.
Tabel 5.1 Karakteristik Pemakaian kontrasepsi KB Suntik 3 Bulan
Depoprogestin di wilayah kerja Puskesmas Kalibaru Banyuwangi tanggal 19 Juli 6 Agustus 2010.
No
Lama Pemakaian
Jumlah
Prosentase
KB suntik 3 bulan
1.
< 3 bulan
17
16,3 %
2.
> 3 bulan
63
60,7 %
3.
> 1 tahun
24
23 %
104
100
%
Jumlah
Berdasarkan tabel 5.1 sebagian besar responden memakai KB
suntik 3 bulan lebih dari 3 bulan yaitu 63 responden ( 60,7 %)
Tabel 5.2 Karakteristik Gangguan Siklus Menstruasi di Wilayah kerja
Puskesmas Kalibaru Banyuwangi tanggal 19 Juli 6 Agustus
2010.
Gangguan siklus
No
Jumlah
Prosentase
menstruasi
Polimenorea
1
20
19.30%
Oligomenorea
2
26
25%
Amenorea
3
58
55.70%
Jumlah
104
100%
Berdasarkan tabel 5.2 sebagian besar responden mengalami
Gangguan Siklus Menstruasi Amenorea yaitu 58 responden ( 55,7 % ).

1. Crosstab Pemakaian Kontrasepsi KB Suntik 3 Bulan Depoprogestin

dengan Gangguan Siklus Menstruasi.


Hasil pengumpulan data Pemakaian Kontrasepsi KB Suntik 3
Bulan Depoprogestin dengan Gangguan Siklus Menstruasi diolah dan
disajikan dalam bentuk tabel silang di bawah ini.
Tabel 5.3

Crosstab Pemakaian Kontrasepsi KB Suntik 3 Bulan Depoprogestin


dengan Gangguan Siklus Menstruasi

Lama
pemakaian

< 3 Bulan

> 3 Bulan

> 1 Tahun

Polimenorea

12

11,5

5,9

1,9

20

19,3

Oligomenorea

24

23,1

1,9

26

25

Amenorea

4,8

33

31,7

20

19,2

58

55,7

Gangguan
Siklus
Menstruasi

Jumlah

Jumlah
17 16,3 63 60,7 24
23
104 100
Berdasarkan tabel 5.3 sebagian besar responden memakai Kontrasepsi KB
3 Bulan Depoprogestin klasifikasi lebih dari 3 Bulan yaitu sebanyak 63
responden ( 60,7), dengan klasifikasi gangguan siklus menstruasi
Amenorea yaitu sebanyak 58 responden (55,7 % ).
2. Hasil Uji Statistik Chi-Square Hubungan Pemakaian Kontrasepsi

KB Suntik 3 Bulan Depoprogestin dengan Gangguan Siklus


Menstruasi
Tabel 5.4 Hasil Uji Statistik Chi-Square Pemakaian Kontrasepsi KB
Suntik 3 Bulan Depoprogestin dengan Gangguan Siklus
Menstruasi

Chi-Square

Pemakaian Kb Suntik 3
Bulan

Gangguan Siklus
Menstruasi

35.442a

24.077a

Df
2
2
Asymp. Sig.
.000
.000
a. 0 cells (,0%) have expected frequencies less than 5. The minimum
expected cell frequency is 34,7.
Berdasarkan hasil penelitian dengan uji Chi-Square didapatkan Taraf
Signifikan = 0,00
B. Pembahasan

Berdasarkan
hasil
penelitian pada tanggal 19 Juli -

06 Agustus 2010,
maka
didapatkan
1. Pemakaian
kontrasepsi
KB suntik 3 bulan
Berdasarkan tabel 5. 1
sebagian
responden
di
wilayah kerja Puskesmas
Kalibaru
memiliki
karakteristik
pemakaian
kontrasepsi KB suntik 3
bulan depoprogestin dengan
klasifikasi > 3 bulan, yaitu
sebesar 63 (60,5).
Menurut Anwar M &
Siswo
Sudarmo
(1995)
mengatakan
bahwa
Kontrasepsi KB suntik 3
bulan adalah cara untuk
mencegah
terjadinya
kehamilan dengan melalui
suntikan hormonal. KB suntik
yang diberikan kepada wanita
yang
menginginkan
kontrasepsi jangka panjang
atau wanita yang telah
mempunyai cukup anak tetapi
ia enggan atau tidak bisa
dilakukan sterilisasi. Obat
tersebut
juga
diberikan
kepada
wanita
yang
mempunyai indikasi terhadap
estrogen atau enggan minum
pil setiap hari.
KB suntik 3 bulan
merupakan alat kontrasepsi
yang lebih baik digunakan
pada ibu-ibu yang memiliki
bayi yang menyusui, karena
tidak berpengaruh pada air
susu ibu. Tinggi responden
yang memakai KB suntik 3
bulan depoprogestin dapat
dikarenakan sebagian besar
79 orang
(75,9%)
responden menyusui balita,
karean KB suntik 3 bulan
mengandung
progesteron,
dan hormon progesteron tidak

mengganggu laktasi sehingga


hormon progesteron tidak
mempengaruhi produksi ASI.
Atas pertimbangan tersebut
responden lebih memilih
menggunakan kontrasepsi KB
suntik 3 bulan depoprogestin.
2.

Gangguan
siklus
menstruasi
Berdasarkan tabel 5. 2
sebagian besar responden di
Wilayah kerja Puskesmas
Kalibaru
mengalami
gangguan siklus menstruasi
Amenorea yaitu sebesar 58
responden (55,7 %).
Menurut
Sarwono
(2006) mengatakan bahwa
Amenorea adalah keadaan
tidak adanya haid untuk
sedikitnya 3 bulan berturut
turut. Adapun faktor yang
mempengaruhi
terjadinya
gangguan siklus menstruasi
seperti gangguan hormonal,
emosional, berbagai panyakit
lain seperti (HT, liver, sakit
kepala berat).
KB suntik 3 bulan
mengandung hormone yang
dapat
merangsang
progesterone
sehingga
menyebabkan
aktifitas
kelenjar berkurang sehingga
siklus menstruasi tidak lancar
misalnya aminore, yaitu
gangguan siklus menstruasi
yang banyak dialami oleh
responden KB suntik 3 bulan
di wilayah kerja puskesmas
Kalibaru.

3. Analisa hasil uji statistik


Chi - Square Hubungan
pemakaian KB suntik 3
bulan
Depoprogestin

dengan gangguan siklus


menstruasi
Berdasarkan hasil uji
statistik
tabel
5.5
menggunakan korelasi Chi Square didapatkan Taraf
Signifikan = 0,00, karena
0,00 < 0,05 maka H0 Hidan
Hiditerima,
artinya
didapatkan
adanya

hubungan antara pemakaian


kontrasepsi KB suntik 3
bulan
dengan
gangguan
siklus menstruasi .
Menurut
Saifuddin
(2005), mengatakan bahwa
Kontrasepsi KB suntik 3
bulan mengandung Depo
Medroksiprogesteron Asetat
(Depoprogestin).
Depoprogestin merangsang
hormon progesteron sehingga
endometrium menjadi tipis
dan
atrofi
dengan
berkurangnya
aktivitas
kelenjar yang menyebabkan
siklus
menstruasi
tidak
lancar.
Karena KB suntik 3
bulan mengandung Depo
Medroksiprogesteron Aseta,
jika disuntikkan dalam jangka
waktu yang lama, maka
kandungan
Depo
Medroksiprogesteron Asetat
makin meningkat sehingga
berdampak pada rangsangan
hormone progesterone yang
berpengaruh pada gangguan
siklus menstruasi. Maka dari
itu responden KB suntik 3
bulan di wilayah kerja
puskesmas Kalibaru pada
umumnya
mengalami
gangguan siklus menstruasi
seperti Amenorea.
5. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil
penelitian
ini,
beberapa
kesimpulan yang dapat diperoleh
antara lain :
1. Didapatkan data sebagian
besar
responden
yang
memakai kontarsepsi KB
suntik 3 bulan yang > 3 bulan
yaitu 63 responden ( 60,7 %
).
2. Didapatkan data sebagian
besar responden mengalami
gangguan siklus menstruasi
Aminorea yaitu 58 ( 55,7 % )
3. Hubungan antara pemakaian
kontrasepsi KB suntik 3
bulan depoprogestin dengan
gangguan siklus menstruasi,
dengan Taraf Signifikan =
0,00 < 0,05 maka H0 Hidan
Hiditerima, artinya ada
Hubungan antara pemakaian
kontrasepsi KB suntik 3
bulan
dengan
gangguan
siklus menstruasi .
B. Saran

Berdasarkan
simpulan
dari hasil penelitian ini, beberapa
saran yang dapat diberikan antara
lain :
1. Bagi Puskesmas
Memberikan
penyuluhan
kesehatan khususnya masalah
pemakaian KB suntik 3 bulan
dan
faktor
yang
mempengaruhi
gangguan
menstruasi
2. Bagi Masyarakat
Bagi para ibu yang telah
memakai KB suntik 3 bulan
Depoprogestin
diharapkan
tidak perlu mencemaskan
siklus mentruasinya yang
mungkin tidak lancar karena
itu
merupakan
faktor
hormonal setiap individu.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya


Sebaiknya ada penelitian
lanjutan
untuk
mengembangkan penelitian
ini
dan
menggunakan
responden yang lebih besar
dengan mempertimbangkan
faktor

faktor
yang
mempengaruhi
terjadinya
gangguan menstruasi untuk
mengetahui pengaruh lama
pemakaian
depoprogestin
terhadap menstruasi.
4. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat mempermudah dan
membantu peneliti dalam
menggali informasi sebagai
bahan penelitian lanjutan
dimasa mendatang sebagai
wujud kerja sama antara
peneliti
dengan
Intitusi
Pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA
Administrator, (2008). Keluarga
Berencana,http://copra.com.
Diunduh tanggal 28 mei, jam
14.10 WIB).
Alimul,
Aziz,
(2007).
Riset
Keperawatan dan Teknik
Penulisan Ilmiah. Jakarta :
Medika Salemba
Anwar, Idochi, (2005). Dasar-Dasar
statistik. Bandung : Alfabeta
Arikunto,
Suharsini,
(2006).
Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek; Cet. 12,
Jakarta : Rineka Cipta
Bari, Abdul Saifuddin, (2006). Buku
Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi, Jakarta : Tridosa
printer
Hartanto,
Hanafi,
(1996).
Kontrasepsi
Suntik,http://ziddu.com/downl
oad/10050704/BA BI.doc.html.
diunduh tanggal 28 mei 2010,
jam 14.00 WIB).
Manuaba, Gde, (2000). Operasi
Kebidanan Kandungan dan
Keluarga Berencana untuk
Dokter Umum. Jakarta : EGC
Mary, Persis, (2001). Dasar-Dasar
Keperawatan
Maternitas.
Jakarta : EGC
Mochtar, Rustam, (2000). Sinopsis
Obstetri, Jakarta : EGC
Nursalam, (2003). Konsep dan
Penerapan
Metodologi
Penelitian
Ilmu
Keperawatan.
Jakarta
:
Salemba Medika
Prawiroharjo, Sarwono, (2005). Ilmu
Kandungan. Jakarta : Tridasa
Printer
Prawiroharjo, Sarwono, (2006). Ilmu
Kebidanan. Jakarta : Tridasa
Printer

You might also like