Professional Documents
Culture Documents
Rotator Cuff Syndrome
Rotator Cuff Syndrome
Rotator Cuff Syndrome
The rotator cuff is a group of tendons and muscles in the shoulder, connecting the
upper arm (humerus) to the shoulder blade (scapula). The rotator cuff tendons provide
stability to the shoulder; the muscles allow the shoulder to rotate.
The muscles in the rotator cuff include:
Teres minor
Infraspinatus
Supraspinatus
Subscapularis
Each muscle of the rotator cuff inserts at the scapula, and has a tendon that attaches to
the humerus. Together, the tendons and other tissues form a cuff around the humerus.
The shoulder is one of the largest and most complex joints in the body. The shoulder
joint is formed where the humerus (upper arm bone) fits into the scapula (shoulder
blade), like a ball and socket. Other important bones in the shoulder include:
The acromion is a bony projection off the scapula.
The clavicle (collarbone) meets the acromion in the acromioclavicular joint.
The coracoid process is a hook-like bony projection from the scapula.
The shoulder has several other important structures:
The rotator cuff is a collection of muscles and tendons that surround the shoulder,
giving it support and allowing a wide range of motion.
The bursa is a small sac of fluid that cushions and protects the tendons of the rotator
cuff.
A cuff of cartilage called the labrum forms a cup for the ball-like head of the
humerus to fit into.
The humerus fits relatively loosely into the shoulder joint. This gives the shoulder a
wide range of motion, but also makes it vulnerable to injury.
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sendi bahu merupakan bagian yang sangat tidak stabil. Di sendi bahu, tendon yang
sangat berperan adalah rotator cuff dan biceps. Cedera pada bahu merupakan salah
satu cedera yang paling sering dialami pada saat berolahraga, selain lutut dan
pergelangan kaki. Beberapa cedera sendi bahu yang paling sering terjadi, antara lain
subacromial bursitis, supraspinatus tendinitis, long head biceps tendinitis, rotator cuff
banyak orang yang saat ini mencari pertolongan untuk mengatasi masalah tersebut,
baik melalui medis maupun non medis (pijat, sangkal putung, dll). Namun, penyakit
pada bahu yang paling sering ditemukan adalah bursitis dan tendonitis. Menurut
Sforzo, cedera rotator cuff ini masih jarang ditemui. Cedera rotator cuff gejalanya
timbul karena adanya inflamasi/peradangan pada area persendian di bahu, sehingga
menimbulkan gejala yang mirip dengan bursitis. Peradangan pada cedera rotator cuff
ini terjadi ketika rotator cuff terjepit diantara acromion dan ujung tulang humerus.
Karena gejala umum yang ditimbulkan hampir sama, maka prinsip pengobatannya
pun hampir sama dengan pengobatan pada bursitis (University Health ServicePhysical Therapy). Jika seseorang mengalami cedera pada bahunya, sebaiknya segera
menangani masalah tersebut untuk mencegah timbulnya keadaan yang lebih parah
(kronis). enurut Sforzo, dapat terjadi pada lansia maupun usia yang lebih muda.
Namun kebanyakan memang terjadi pada orang dewasa tengah hingga lansia.
Penyakit ini dapat terjadi pada orang dengan usia yang lebih muda contohnya adalah
pada atlet yang mengalami cedera saat melakukan latihan. Sedangkan penyebab
terjadinya cedera rotator cuff pada lansia adalah keelastisan otot dan tendon dari
rotator cuff telah mengalami penurunan, sehingga lebih mudah tejadi injuri dan dapat
semakin berbahaya ketika terus menerus digunakan untuk beraktifitas.
Penanganan paling sederhana yang dapat dilakukan untuk mengatasi cedera rotator
cuff ini adalah dengan memberikan balutan mitella pada lengan (dengan cara
digendong) selama 2-3 hari, lalu diberikan metode RICE : Rest, Inflamation and pain
management, Encourage pain free movement, serta Stretching and strengthening the
muscles of the shoulder and scapula. Jika gejalanya belum teratasi selama 2-4
minggu, segera periksakan kembali ke rumah sakit.
BAB 3. PEMBAHASAN
3.1 Definisi
Rotator cuff adalah tendon yang mengelilingi sendi bahu. Sendi bahu dapat bergerak
dan mengubah melalui jangkauan yang lebih luas daripada sendi lainnya di tubuh.
Istilah rotator cuff dipergunakan untuk jaringan ikat fibrosa yang mengelilingi bagian
atas tulang humerus. Ini dibentuk dengan bersatunya tendon-tendon atap bahu.
Keempat tendon tersebut adalah : musculus supraspinatus, musculus infraspinatus,
musculus teres minor dan musculus subscapularis.
Sendi bahu merupakan bagian yang sangat tidak stabil. Dan pada sendi bahu, terdapat
tendon yang mempunyai peran penting, yaitu rotator cuff dan biceps. Shoulder
tendonitis (atau rotator cuff tendonitis) adalah salah satu kondisi paling umum yang
terjadi pada persendian bahu (rotator cuff).
3.2 Etiologi
Faktor umum penyebab rotator cuff tendonitis adalah olahraga. Tetapi gangguan ini
juga dapat terjadi pada orang-orang yang berumur di atas usia 40 tahun.
Terdapat beberapa hal yang bisa menyebabkan cedera/robek pada rotator cuff.
Tekanan yang terjadi terus-menerus dan penggunaan rotator cuff yang berlebihan
ketika melakukan aktifitas yang sama dapat menyebabkan tendon berlawanan dengan
tulang. Cedera pada tendon rotator cuff ini sering terjadi pada orang-orang yang
berumur sekitar 40 tahun atau lebih kerena pada usia tersebut, telah terjadi
kemunduran fungsi rotatir cuff akibat tekanan-tekanan kerja dan aktifitas setiap hari,
terutama pada aktifitas yang menghuruskan lengan bergerak elevasi. Tendon rotator
cuff pada orang yang anatomis bahunya tidak stabil dapat terselip diantara caput
humeri dengan acromion (tulang yang berada di atas tendon) dan mengakibatkan
cedera/robek. Namun demikian, kelainan anatomis alami pada sendi bahu juga dapat
menyebabkan penggunaan yang abnormal pada tendon yang dapat menyebabkan
cedera/kerobekan
di atas trigger point yang terletak di atas spina clavicular, sebelah lateral batas
vertebra (bagian atas bahu, agak ke belakang).
3.4
Manifestasi klinis
3.5
Pemeriksaan Diagnostik
Cedera rotator cuff dapat dibuktikan dari pengkajian riwayat aktivitas pasien dan
gejala nyeri bahu yang dirasakan oleh pasien. Selama pemeriksaan, dokter dapat
mengobservasi peningkatan rasa nyeri yang spesifik dan kelemahan pada bahu ketika
membandingkan kekuatan antara lengan yang sehat (berfungsi dengan baik) dengan
lengan yang mengalami cedera.
Pemeriksaan X-Ray pada bahu akan dilakukan jika terdapat dugaan terjadinya
cedera/kerobekan pada rotator cuff. Pemeriksaan X-Ray pada bahu tidak begitu perlu
dilakukan sebelum melakukan treatment (pengobatan) awal, namun jika gejalanya
tetap ada, pemeriksaan X-Ray harus dilakukan terlebih dahulu. Dokter akan mencari
tanda-tanda cedera rotator cuff meskipun cedera rotator cuff itu tidak dapat
dilihat/dideteksi oleh X-Ray yang biasa. Tanda-tanda dalam sebuahPemeriksaan XRay pada bahu tidak begitu perlu dilakukan sebelum melakukan treatment
(pengobatan) awal, namun jika gejalanya tetap ada, pemeriksaan X-Ray harus
dilakukan terlebih dahulu. Dokter akan mencari tanda-tanda cedera rotator cuff
meskipun cedera rotator cuff itu tidak dapat dilihat/dideteksi oleh X-Ray yang biasa.
Tanda-tanda dalam sebuah masalah cedera rotator cuff ini adalah dimana terdapat
ruang sempit pada rotator cuff dan adanya tonjolan tulang di sekitar tendon rotator
cuff.
Pemeriksaan yang paling umum digunakan untuk mendiagnosa cedera rotator cuff
adalah MRI. Pameriksaan MRI sangat membantu karena dapat menunjukkan cedera
rotator cuff secara keseluruhan dan cedera rotator cuff parsial/sebagian. Pemeriksaan
MRI juga dapat menunjukkan fakta terjadinya bursitis dan masalah-masalah cedera
bahu lainnya, termasuk cedera rotator cuff ini.
3.6
Penatalaksanaan Medis
Pengobatan cedera rotator cuff tergantung pada keparahan cedera pada tendon rotator
cuff dan kondisi dasar pasien. Sama halnya dengan cedera rotator cuff yang
kompleks, pengobatan standar diawali dengan tindakan konservatif. Cedera rotator
cuff tidak dapat sembuh dengan baik dalam waktu yang singkat. Cedera ini
memerlukan waktu yang cukup lama untuk memperbaiki dan menstabilisasi ukuran.
Pada pasien yang usianya lebih muda (anak-anak dan remaja), hal ini akan menjadi
masalah apabila cedera tersebut tidak segera diperbaiki/ditangani dengan baik dan
dalam waktu yang tepat. Cedera rotator cuff yang kronik dapat menyebabkan
terjadinya nyeri kronik, kelemahan, berkurangnya pergerakan, dan dapat terjadi
arthritis jika tidak segera ditangani. Kabar baiknya adalah cedera rotator cuff ini tidak
selalu membutuhkan tindakan operasi untuk menyembuhkannya, biasnya pengobatan
awal
yang
sering
dilakukan
adalah
pengobatan
secara
non-operatif/tanpa
Terapi Fisik
Terapi fisik adalah langkah yang paling penting dalam pengobatan cedera rotator
cuff. Memperkuat otot rotator cuff penting untuk memelihara fungsi normal
bahu. Beberapa pertemuan dengan ahli terapi fisik dapat membantu mengajarkan
latihan khusus untuk meringankan dan mencegah terulangnya rasa nyeri pada bahu.
b.
Anti-inflamasi Obat
Obat-obatan yang paling membantu untuk mengendalikan gejala cedera rotator cuff
adalah obat-obatan jenis anti inflamasi. Obat anti-inflamasi sederhana dapat diminum
secara teratur untuk waktu yang singkat, dan kemudian digunakan bila gejala cedera
rotator cuff muncul lagi.
c.
Injeksi Cortisone
Injeksi cortisone dapat sangat membantu membatasi proses inflamasi akut dan
memungkinkan pasien untuk memulai terapi. Hal ini penting untuk terapi dan latihan,
bahkan bahu akan terasa lebih baik setelah melakukan injeksi. Terapi bagian dari
pengobatan akan membantu mencegah kambuhnya gejala. Jika gejala muncul secara
signifikan, dokter dapat memilih untuk melakukan injeksi kortison pada kunjungan
awal. Injeksi kortison berfungsi untuk mengobati peradangan secara langsung di
lokasi yang mengalami masalah. Kelemahan dari injeksi kortison adalah injeksi
cortisone dapat melemahkan tendon, dan injeksi kortison berulang harus
dipertimbangkan dengan teliti.
Tidak semua cedera rotator cuff akan memerlukan tindakan operasi. Untuk
menentukan perlu atau tidaknya dilakukan operasi, maka perlu memptimbangkan
beberapa faktor tertentu.
Beberapa pertanyaan yang harus dijawab sebelum dilakukan operasi adalah: Apakah
saya harus mencoba setiap pilihan perawatan non-operatif yang tersedia? Berapa rasa
sakit yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari saya? Apakah saya tidak dapat
kembali melakukan olahraga yang sebelumnya saya lakukan karena cedera
iini? Seberapa besar cedera yang terjadi dan dapat dilihat serta lihat apa yang
terjadi? Apakah umur saya cukup muda dengan masalah cedera rotator cuff dan
apakah dapat menjadi masalah jika tidak segera diobati?
Setelah interview/wawancara dengan dokter, maka dokter perlu untuk menguraikan
potensi risiko dan manfaat melakukan operasi. Setiap pasien harus diperlakukan
secara individual, tidak semua cedera rotator cuff adalah sama dan berbagai faktor
harus dipertimbangkan dalam setiap kasus individual.
d.
Tindakan operasi
Proses
pemulihan
tingkat
kekuatan
sebelum
operasi
dan
keparahan
cedera
rotator
cuff.
Pada pemeriksaan fisik, umumnya pasien dapat melakukan abduksi sampai 90 derajat,
namun bila diminta meneruskan abduksi tersebut (elevasi), tidak akan dapat dan
bahkan mungkin lengan atas jatuh. Pada pemeriksaan kekuatan otot (MMI), nilai
kekuatan otot tidak akan lebih dari 3 (Fair). Gerak pasif biasanya tidak menimbulkan
rasa nyeri, juga tidak ada gangguan. Tes Moseley atau tes lengan jauh akan
menunjukkan hasil yang positif. Bila tes Moseley positif, perlu dilakukan
pemeriksaan arterografi. Pengkajian Keperawatan 1.
kompllikasi 8.
Kaji penyebab
Kaji penyembuhan
Kaji adanya tanda-tanda
sendi
akromioklavikular,
deltoid Sendi
akromioklavikular
selama
fleksi
dan
Atrofi otot b.
dengan manset air mata biasanya memiliki pasif lebih besar dari ROM
aktif. Kekuatan otot: Aktif di bidang skapula (supraspinatus) Aktif eksternal
Diagnosa Keperawatan
a.
b.
c.
Intervensi Keperawatan
Diagnosa 1: Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan otot Tujuan:
tingkat nyeri pasien minimal atau hilang Kriteria
Hasil: pasien mampu berpartisipasi dalam aktivitas perawatan dirinya dan
mengatakan tidak nyeri lagi
1. Pantau dan dokumentasikan kondisi dan penyebab cedera
a.
adanya pembengkakan
b.
c.
2.
e.
f.
Pasang bebat atau balutan (mitella) pada ekstremitas yang terkena untuk
mengatasi rasa nyeri dan mencegah terjadinya cedera yang lebih lanjut
3.
hari Implementasi
1.
cedera
2.
yang terkena untuk mengatasi rasa nyeri dan mencegah terjadinya cedera yang lebih
lanjut
3.
Telah
Intervensi diagnosa
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan cedera/robekan yang terjadi pada
insersi rotator cuff ke tulang. Tujuan : Pasien memperlihatkan peningkatan kekuatan
dan fungsi dalam melakukan aktivitas fisik, dengan kriteria :
a.
b.
c.
Intervensi :
1. Kaji tingkat atau kemampuan untuk beraktifitas Rasional : Sebagai data
dasar untuk intervensi selanjutnya
2. Berikan lingkungan yang aman. Rasional : Menghindari cedera akibat
kecelakaan atau jatuh.
3. Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif secara bertahap. Rasional :
Mempertahankan/meningkatkan fungsi sendi.
4. Dorong pasien untuk sering mengubah posisi, bantu pasien untuk bergerak
di tempat tidur. Rasional : Menghilangkan tekanan pada jaringan dan meningkatkan
sirkulasi.
5. Konsul dengan ahli terapi fisik/fisioterapi.
Telah dilakukan
Telah diberikan
Telah
2004.
Cedera
Pada
Extremitas
Superior.
[serial
online].
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3537/1/anatomi-sufitni2.pdf.
[8 Februari 2013]
Strains.
[serial
online].
http://www.singhealth.com.sg/PatientCare/ ConditionsAndTreatments/Pages/
Shoulder-and-Elbow-Injuries-Rotator-CuffInjuries.aspx?gclid=CP2YopyNq7UCFYUa6wod2ysAfQ. [8 Februari 2013]