Professional Documents
Culture Documents
Preeklampsia PDF
Preeklampsia PDF
65
PENDAHULUAN
Preeklampsia
merupakan
penyulit kehamilan yang akut dan
dapat terjadi ante, intra, dan
postpartum dengan tanda-tanda
hipertensi yang timbul setelah 20
minggu kehamilan disertai dengan
proteinuria (1). Penelitian Vasarhelyi
et
al
dan
Khanduri
2006
menyebutkan bahwa angka kejadian
preeklampsia di negara maju adalah
3-10% kehamilan dan menyebabkan
8.370.000 kasus per tahun di seluruh
dunia (2,3). Pada negara berkembang,
insiden
terjadinya
preeklampsia
dilaporkan hingga 418% (4).
Berdasarkan Survey Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) 2003,
insiden preeklampsia di Indonesia
adalah 3,4-8,5% (5). Berdasarkan
hasil rekapitulasi data pada laporan
tahunan 2011 di Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Ulin Banjarmasin
didapatkan preeklampsia ringan
sebanyak 32 orang, preeklampsia
berat sebanyak 278 orang, dan
eklampsia sebanyak 56 orang (6).
Hasil rekapitulasi data buku register
kamar
bersalin
RSUD
Ulin
Banjarmasin tahun 2012, didapatkan
jumlah
preeklampsia
ringan
sebanyak 76 orang, preeklampsia
berat sebanyak 397 orang dan
eklampsia sebanyak 41 orang (7).
Preeklampsia
dapat
menimbulkan komplikasi seperti
bayi berat lahir rendah (BBLR),
asfiksia, Intra Uterine Fetal Death
(IUFD), kematian neonatal dini,
perdarahan postpartum, gangguan
visus, solusio plasenta, dan kematian
ibu (1,8). Penelitian Zuhrina dalam
Suwoyo dkk di RSUD Tarakan
Kalimantan Timur didapatkan bahwa
pada preeklampsia mempunyai risiko
terjadinya BBLR 34%, IUFD 17%,
asfiksia neonatorum 17%, kematian
neonatal dini 9%, dan mempunyai
66
67
Tabel 1 Distribusi Berdasarkan Usia pada Ibu Preeklampsia Berat dan Tidak
Preeklampsia di RSUD Ulin Banjarmasin periode Juni-Agustus 2013.
Usia
< 20
20 - 35
> 35
Total
Preeklampsia
Berat
1
40
22
63
Persentase
(%)
1,6
63,5
34,9
100
Berdasarkan
data
dari
Departemen Kesehatan RI 2008
menunjukkan bahwa kehamilan dini
kurang dari 18 tahun dan kehamilan
terlalu tua lebih dari 34 tahun
memiliki risiko untuk melahirkan
bayi berat lahir rendah (14). Pada
Tabel 1 didapatkan bahwa sebaran
usia 20-30 tahun baik pada kasus
Tidak
Preeklampsia
6
52
5
63
Persentase
(%)
9,25
82,54
7,94
100
Tabel 2 Distribusi Berdasarkan Kadar Hb pada Ibu Preeklampsia Berat dan Tidak
Preeklampsia di RSUD Ulin Banjarmasin periode Juni-Agustus 2013.
Kadar Hb
(g%)
8 - 9,9
10 - 10,9
11
Total
Persentase
Tidak
Persentase
(%)
Preeklampsia
(%)
15,87
9
14,3
11,11
12
19
73,02
42
66,7
100
63
100
dijadikan sebagai kriteria inklusi.
Kadar Hb 8 - 9,9 g% tergolong
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan
anemia sedang, kadar Hb 10-10,9 g%
bahwa kadar Hb 11 g% baik pada
tergolong anemia ringan dan kadar
kasus maupun kontrol memiliki
Hb 11 g% tergolong tidak anemia
persentase lebih besar dibanding
(15). Livinec et al menyatakan
kadar Hb 8-10,9 g%, sehingga
bahwa kadar Hb <8 g% lebih
kemungkinan anemia ringan atau
berisiko tinggi menyebabkan bayi
sedang tidak mempengaruhi berat
berat lahir rendah daripada kadar Hb
bayi yang dilahirkan baik pada kasus
8-10,9 g% (15), sehingga pada
maupun kontrol.
penelitian ini kadar Hb 8 g%
68
Preeklampsia
Berat
10
7
46
63
Frekuensi responden
6
Presentasi (%)
9,5
Late-onset Preeklampsia
( >34 minggu usia kehamilan)
Total
57
90,5
Early-onset
preeklampsia
memiliki peran besar terhadap
terjadinya restriksi pertumbuhan
intrauterine
daripada
late-onset
preeklampsia (16). Berdasarkan
Tabel 3 menunjukkan bahwa
persentase terbesar responden ibu
preeklampsia berat mengalami lateonset
preeklampsia,
sehingga
kemungkinan tidak mempengaruhi
berat bayi lahir rendah pada ibu
preeklampsia berat.
Hasil
penelitian
ini
menunjukkan rerata berat bayi lahir
dari ibu preeklampsia berat yaitu
2884,13 524,1 dan rerata berat bayi
lahir dari ibu tidak preeklampsia
adalah 3253,17 390,9. Hasil rerata
tersebut menunjukkan bahwa berat
bayi lahir dari ibu preeklampsia berat
lebih rendah dibanding dengan ibu
hamil tidak preeklampsia.
Analisis data menggunakan
analisis Uji T tidak berpasangan
yang sebelumnya dilakukan uji
normalitas
menggunakan
Uji
Kolmogorov Smirnov dan uji
homogenitas
dengan
tingkat
kepercayaan
95%.
Pada
uji
normalitas untuk sampel berat bayi
lahir dari ibu preeklampsia berat
didapatkan nilai p=0,052 (p >0,05)
dan pada sampel berat bayi lahir dari
ibu tidak preeklampsia didapatkan
nilai p=0,2 (p >0,05) yang artinya
data berdistribusi normal.
63
100
Selanjutnya dilakukan analisis uji
statistik dengan hasil Preeklamsia
berat 2884,13524,1 dan tidak
preeklamsia 3253,17390,9.
Pada analisis uji statistik
didapatkan hasil dari uji homogenitas
yang tertera pada kotak Levenes test
memiliki nilai p=0,067 (p >0,05)
yang berarti varians data homogen
dan pada hasil statistik uji T tidak
berpasangan diperoleh nilai p=0,000
(p <0,05) yang menunjukkan bahwa
terdapatnya perbedaan bermakna
antara berat bayi lahir dari ibu
preeklampsia berat dan tidak
preeklampsia di RSUD Ulin
Banjarmasin periode Juni-Agustus
2013. Penelitian yang mendukung
penelitian ini adalah penelitian yang
dilakukan oleh Wahyuni dkk di
RSUP dr. Sardjito Yogyakarta, yang
menunjukkan bahwa terdapatnya
hubungan
bermakna
antara
preeklampsia berat pada ibu hamil
terhadap kejadian BBLR dengan
nilai p=0,045 (p<0,05). Dari
penelitian tersebut didapatkan bahwa
kejadian BBLR tertinggi didapatkan
pada ibu hamil dengan preeklampsia
berat
(32,3%)
(11).
Adapun
penelitian lain yang mendukung
penelitian ini adalah penelitian yang
dilakukan oleh Rasmussen dan
Irgens, yang menyatakan bahwa ibu
dengan preeklampsia berat memiliki
risiko 7 kali lebih besar untuk
melahirkan bayi dengan berat <2000
69
70
72
PENUTUP
Kesimpulan penelitian ini adalah
rerata berat bayi lahir dari ibu
preeklampsia berat di RSUD Ulin
Banjarmasin periode Juni-Agustus
2013 yaitu 2.884,13 524,1 gram,
rerata berat bayi lahir dari ibu tidak
preeklampsia di RSUD Ulin
Banjarmasin periode Juni-Agustus
2013 yaitu 3.253,17 390,9 gram,
dan terdapat perbedaan berat bayi
lahir dari ibu preeklampsia berat dan
tidak preeklampsia di RSUD Ulin
Banjarmasin Periode Juni-Agustus
2013.
Saran bagi peneliti selanjutnya
diharapkan agar penelitian ini dapat
dijadikan masukkan sebagai dasar
ataupun
tambahan
referensi
penelitian dan disarankan agar dapat
mengeksklusi
semua
variabel
pengganggu yang ada sehingga
mendapatkan hasil penelitian yang
lebih representatif.
DAFTAR PUSTAKA
1. Prawirohardjo
S.
Ilmu
kebidanan. Ed 4. Jakarta: PT
Bina
Pustaka
Sarwono
Prawirohardjo, 2010.
2.
3.
Khanduri
CKC.
Severe
eclampsia with unusual and
alarming
presentation:
anaesthetic management. Indian
5.
6.
7.
8.
9.
Lim
dan
Kee-Hak.
Preeclampsia. Harvard Medical
School, 2009. Available from:
(http://emedicine.medscape.com
/article/1476919-overview,
di
akses tanggal 20 Desember
2012).
Ryadi PDA. Dalam : Abbas
HD.
Hubungan
preeklampsia/eklampsia dengan
berat bayi lahir rendah (BBLR)
di RSUD dr.
Moewardi
Surakarta. Fakultas Kedokteran
Universitas
Muhammadiyah
Surakarta, 2011. Skripsi
Anonymous. Laporan tahunan
2011. Bagian/SMF Obstetri
Ginekologi Fakultas Kedokteran
UNLAM
RSUD
ULIN
Banjarmasin, 2011.
Anonymous. Buku register
verlos kamer (VK) bersalin
tahun
2012.
Bagian/SMF
Obstetri Ginekologi Fakultas
Kedokteran UNLAM RSUD
Ulin Banjarmasin, 2012.
Suwoyo, Antono SD, dan
Triagusanik
E.
Hubungan
preeklampsia pada kehamilan
dengan kejadian BBLR di
RSUD dr. Hardjono Ponorogo.
Jurnal Penelitian Kesehatan
Suara Forikes 2011; II: 24-32.
Zuhrina. Dalam : Suwoyo,
Antono SD, Triagusanik E.
Hubungan Preeklampsia pada
kehamilan dengan kejadian
BBLR di RSUD dr. Hardjono
Ponorogo. Jurnal Penelitian
Kesehatan Suara Forikes 2011;
II: 25.
10. Kosim MS, Yunanto A, Dewi R,
dkk. Buku ajar neonatologi. Ed
1. Jakarta: Ikatan Dokter Anak
Indonesia, 2012.
11. Wahyuni A dan Rachmawati
FN. Hubungan preeklampsia
berat pada ibu hamil terhadap
BBLR di RSUP dr. Sardjito
Yogyakarta tahun 2005. Mutiara
Medika 2007; 8(1): 53.
12. Silalahi
GA.
Metodologi
penelitian dan studi kasus.
Jakarta: Citramedia 2000.
13. Dahlan MS. Statistik untuk
kedokteran dan kesehatan. Edisi
5 Seri evidence base medicine 1.
Jakarta: Salemba Medika, 2011.
14. Departemen Kesehatan RI.
Profil Kesehatan Indonesia
2007. Pusat Data dan Informasi,
Health Statistic. Jakarta: Depkes
RI, 2008.
15. Livinec FB, Briand V, Berger J,
et al. Maternal Anemia in Benin:
Prevalence, Risk Factors, and
association with Low Birth
Weight. Am.J.Trop.Med.Hyg,.
2011; 85(3): 414-420.
16. Huppertz B. Placental origins of
preeclampsia: challenging the
current hypothesis. Hypertension
2008; 51: 970-975.
17. Rasmussen S dan Irgens LM.
History
of
fetal
growth
restriction is more strongly
associated with severe rather
than milder pregnancy-induced
hypertension.
Hypertension.
2008; 51: 1233.
73
74
25. Baktiyani
SCW.
Pengaruh
pemberian
kombinasi
nac
dengan vitamin c dan e terhadap
stress oksidatif pada huvecs
dipapar
plasma
eklampsia.
Jurnal Kedokteran Brawijaya
2007; 23 (3).