Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Margareth, Y. dkk.

Perbedaan Berat Bayi Lahir

PERBEDAAN BERAT BAYI LAHIR DARI IBU


PREEKLAMPSIA BERAT DAN TIDAK PREEKLAMPSIA
Tinjauan terhadap RSUD Ulin Banjarmasin Periode Juni-Agustus 2013
Yulia Margareth1, Hardyan Sauqi2, Meitria Syahadatina Noor3
1

Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lambung


Mangkurat Banjarmasin
2
SMF Obstetrik Ginekologi RSUD Ulin Fakultas Kedokteran Universitas Lambung
Mangkurat Banjarmasin
3
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Lambung
Mangkurat Banjarmasin

Email Korespondensi: yulia.margareth12@yahoo.com

ABSTRACT: Severe preeclampsia is one of the pregnancy complication (for


gestational age >20 weeks), characterized by blood pressure 160/110 mmHg and
proteinuria >5g/24 jam. Severe preeclampsia can lead to fetus complication such as low
birth weight babies. This study aimed to determine the diferences of birth weight between
mother severe preeclampsia and non-preeclampsia at Banjarmasin Ulin Hospital from
June to August 2013 with case-control approach. One hundred and twenty-six samples
are collected with 63 samples were severe preeclampsia mother and 63 samples were
non-preeclampsia mother, selected in simple random sampling. The results showed that
the mean weight of babies born from severe preeclampsia mother was 2884.13 524.1
grams, and mean birth weight of the mother non-preeclampsia was 3253.17 390.9
grams. The results was analysed using independent T-test (=95%) showed that p
value=0,000, it can be concluded that there was a significant difference birth weight
infant between mothers with severe preeclampsia and non-preeclampsia.
Keywords : severe preeclampsia, birth weight infant, Banjarmasin Ulin Hospital.
ABSTRAK: Preeklampsia berat merupakan salah satu komplikasi kehamilan pada
usia kehamilan >20 minggu, ditandai dengan tekanan darah 160/110 mmHg dan
proteinuria >5g/24 jam. Preeklampsia berat dapat menyebabkan komplikasi pada janin
berupa bayi berat lahir rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan berat
bayi lahir dari ibu preeklampsia berat dan tidak preeklampsia di RSUD Ulin Banjarmasin
Periode Juni-Agustus 2013 dengan pendekatan case control. Total sampel sebanyak 126
orang dengan ibu preeklampsia berat 63 orang dan ibu tidak preeklampsia 63 orang,
dipilih secara simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata berat
bayi lahir dari ibu preeklampsia berat sebesar 2884,13 524,1 gram dan rerata berat bayi
lahir dari ibu tidak preeklampsia sebesar 3253,17 390,9 gram. Hasil analisis data
dengan menggunakan uji T tidak berpasangan (=95%) menunjukkan nilai p=0,000,
sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan bermakna antara berat bayi lahir dari ibu
preeklampsia berat dan tidak preeklampsia di RSUD Ulin Banjarmasin Periode JuniAgustus 2013.
Kata kunci: preeklampsia berat, berat bayi lahir, RSUD Ulin Banjarmasin.

65

Berkala Kedokteran, Vol.10, No.2, Sep 2014: 65-74

PENDAHULUAN
Preeklampsia
merupakan
penyulit kehamilan yang akut dan
dapat terjadi ante, intra, dan
postpartum dengan tanda-tanda
hipertensi yang timbul setelah 20
minggu kehamilan disertai dengan
proteinuria (1). Penelitian Vasarhelyi
et
al
dan
Khanduri
2006
menyebutkan bahwa angka kejadian
preeklampsia di negara maju adalah
3-10% kehamilan dan menyebabkan
8.370.000 kasus per tahun di seluruh
dunia (2,3). Pada negara berkembang,
insiden
terjadinya
preeklampsia
dilaporkan hingga 418% (4).
Berdasarkan Survey Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) 2003,
insiden preeklampsia di Indonesia
adalah 3,4-8,5% (5). Berdasarkan
hasil rekapitulasi data pada laporan
tahunan 2011 di Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Ulin Banjarmasin
didapatkan preeklampsia ringan
sebanyak 32 orang, preeklampsia
berat sebanyak 278 orang, dan
eklampsia sebanyak 56 orang (6).
Hasil rekapitulasi data buku register
kamar
bersalin
RSUD
Ulin
Banjarmasin tahun 2012, didapatkan
jumlah
preeklampsia
ringan
sebanyak 76 orang, preeklampsia
berat sebanyak 397 orang dan
eklampsia sebanyak 41 orang (7).
Preeklampsia
dapat
menimbulkan komplikasi seperti
bayi berat lahir rendah (BBLR),
asfiksia, Intra Uterine Fetal Death
(IUFD), kematian neonatal dini,
perdarahan postpartum, gangguan
visus, solusio plasenta, dan kematian
ibu (1,8). Penelitian Zuhrina dalam
Suwoyo dkk di RSUD Tarakan
Kalimantan Timur didapatkan bahwa
pada preeklampsia mempunyai risiko
terjadinya BBLR 34%, IUFD 17%,
asfiksia neonatorum 17%, kematian
neonatal dini 9%, dan mempunyai
66

risiko pada ibu seperti perdarahan


pasca persalinan 14%, gangguan
visus,
solusio
plasenta,
serta
kematian ibu masing-masing 1 kasus
(3%) (9).
BBLR adalah bayi yang
dilahirkan dengan berat kurang dari
2500 gram tanpa memandang masa
gestasi (10). Penelitian Wahyuni dkk
di Rumah Sakit Umum Pusat
(RSUP) dr. Sardjito Yogyakarta
didapatkan bahwa kejadian BBLR
tertinggi adalah pada ibu hamil
dengan preeklampsia berat (32,3%)
(11). Hal ini dikarenakan pada
kehamilan dengan preeklampsia
terjadi spasme pembuluh darah
arteriola menuju jaringan dan
menimbulkan gangguan peredaran
darah retroplasenta sehingga suplai
darah yang ditransportkan ke rahim
berkurang dan transfer zat gizi ke
janinpun
menurun,
sehungga
menyebabkan terjadinya retardasi
pertumbuhan intrauterin dengan
luaran bayi berat lahir rendah (8).
Berdasarkan data-data yang
telah disebutkan diatas, belum
pernah
dilakukan
penelitian
mengenai perbedaan berat bayi lahir
dari ibu penderita preeklampsia berat
dan tidak preeklampsia di RSUD
Ulin Banjarmasin, padahal terdapat
kasus preeklampsia berat yang
tinggi, serta beratnya komplikasi
yang diakibatkan oleh preeklampsia
berat. RSUD Ulin Banjarmasin,
selain merupakan rumah sakit
pendidikan, juga merupakan rumah
sakit rujukan, sehingga pasien di
RSUD Ulin Banjarmasin bisa
mewakili sebagian besar penderita
preeklampsia berat di Kalimantan
Selatan. Oleh karena itu, peneliti
melakukan
penelitian
untuk
mengetahui perbedaan berat bayi
lahir dari ibu preeklampsia berat dan
tidak preeklampsia di RSUD Ulin

Margareth, Y. dkk. Perbedaan Berat Bayi Lahir

Banjarmasin Periode Juni-Agustus


2013.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui berat bayi lahir dari ibu
preeklampsia berat, mengetahui berat
bayi
lahir
dari
ibu
tidak
preeklampsia, dan
menganalisis
perbedaan berat bayi lahir dari ibu
preeklampsia berat dan tidak
preeklampsia.
Penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat bagi tenaga kesehatan
untuk
dapat
meningkatkan
manajemen pelayanan kesehatan
masyarakat
sehingga
dapat
mencegah komplikasi lanjut dari
preeklampsia berat. Bagi masyarakat,
penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi mengenai
dampak buruk dari preeklampsia
berat
terhadap
janin
yang
dikandungnya seperti luaran bayi
berat lahir rendah, sehingga para ibu
hamil dapat lebih waspada untuk
melakukan pendektesian diri sedini
mungkin
terhadap
status
kehamilannya.
Bagi
peneliti,
diharapkan penelitian ini dapat
memberikan informasi bermanfaat
bagi kepentingan ilmu pengetahuan
dan sebagai dasar untuk penelitian
selanjutnya.
METODE PENELITIAN
Metode
penelitian
yang
digunakan adalah observasional
analitik dengan pendekatan case
control.
Sampel
kasus
pada
penelitian
ini
adalah
ibu
preeklampsia berat dan sampel
kontrol adalah ibu hamil tidak
preeklampsia dengan kriteria inklusi
dan eksklusi yang sama. Kriteria
inklusi yaitu ibu hamil dengan kadar
Hb
8 g%, status kehamilan
tunggal, dan tidak adanya riwayat

diabetes melitus sebelum dan selama


kehamilan. Kriteria eksklusi adalah
ibu hamil yang melahirkan bayi
kurang bulan (<37 minggu).
Teknik pengambilan sampel
menggunakan
simple
random
sampling dengan jumlah sampel
minimal 30 untuk tiap kelompok
kasus dan kontrol berdasarkan
kriteria Gay dan Diehl (12).
Instrumen
penelitian
meliputi
kuesioner penelitian dan status
pasien ibu hamil.
Analisis
data
dengan
menggunakan
uji
T
tidak
berpasangan yang sebelumnya telah
diuji normalitas (data berdistribusi
normal dengan nilai p >0,05)
menggunakan
uji
Kolmogorov
Smirnov (jumlah sampel >50) dan uji
homogenitas (varians data sama
yaitu nilai p >0,05) dengan tingkat
kepercayaan 95% (13).
Penelitian dilaksanakan pada
periode Juni-Agustus 2013 di kamar
bersalin dan ruang rawat inap di
Bagian Obstetri dan Ginekologi
Rumah Sakit Umum Daerah Ulin
Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian mengenai perbedaan
berat bayi lahir dari ibu preeklampsia
berat dan tidak preeklampsia di
Rumah Sakit Umum Daerah Ulin
Banjarmasin telah dilaksanakan pada
periode Juni-Agustus 2013 dan
didapatkan
subjek
penelitian
sebanyak 126 orang, terdiri dari ibu
yang mengalami preeklampsia berat
63 orang dan ibu yang tidak
mengalami preeklampsia 63 orang.
Karakteristik responden berdasarkan
usia,
kadar
Hb
dan
onset
preeklampsia tertera pada tabel 1, 2,
dan 3.

67

Berkala Kedokteran, Vol.10, No.2, Sep 2014: 65-74

Tabel 1 Distribusi Berdasarkan Usia pada Ibu Preeklampsia Berat dan Tidak
Preeklampsia di RSUD Ulin Banjarmasin periode Juni-Agustus 2013.
Usia
< 20
20 - 35
> 35
Total

Preeklampsia
Berat
1
40
22
63

Persentase
(%)
1,6
63,5
34,9
100

Berdasarkan
data
dari
Departemen Kesehatan RI 2008
menunjukkan bahwa kehamilan dini
kurang dari 18 tahun dan kehamilan
terlalu tua lebih dari 34 tahun
memiliki risiko untuk melahirkan
bayi berat lahir rendah (14). Pada
Tabel 1 didapatkan bahwa sebaran
usia 20-30 tahun baik pada kasus

Tidak
Preeklampsia
6
52
5
63

Persentase
(%)
9,25
82,54
7,94
100

(preeklampsia berat) maupun kontrol


(tidak
preeklampsia)
memiliki
persentase
yang
lebih
besar
dibanding usia <20 tahun dan >35
tahun. Sehingga dengan sebaran usia
terbanyak terdapat pada usia 20-30
tahun,
kemungkinan
tidak
mempengaruhi berat bayi yang
dilahirkan baik pada kasus maupun
kontrol.

Tabel 2 Distribusi Berdasarkan Kadar Hb pada Ibu Preeklampsia Berat dan Tidak
Preeklampsia di RSUD Ulin Banjarmasin periode Juni-Agustus 2013.
Kadar Hb
(g%)
8 - 9,9
10 - 10,9
11
Total

Persentase
Tidak
Persentase
(%)
Preeklampsia
(%)
15,87
9
14,3
11,11
12
19
73,02
42
66,7
100
63
100
dijadikan sebagai kriteria inklusi.
Kadar Hb 8 - 9,9 g% tergolong
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan
anemia sedang, kadar Hb 10-10,9 g%
bahwa kadar Hb 11 g% baik pada
tergolong anemia ringan dan kadar
kasus maupun kontrol memiliki
Hb 11 g% tergolong tidak anemia
persentase lebih besar dibanding
(15). Livinec et al menyatakan
kadar Hb 8-10,9 g%, sehingga
bahwa kadar Hb <8 g% lebih
kemungkinan anemia ringan atau
berisiko tinggi menyebabkan bayi
sedang tidak mempengaruhi berat
berat lahir rendah daripada kadar Hb
bayi yang dilahirkan baik pada kasus
8-10,9 g% (15), sehingga pada
maupun kontrol.
penelitian ini kadar Hb 8 g%

68

Preeklampsia
Berat
10
7
46
63

Margareth, Y. dkk. Perbedaan Berat Bayi Lahir

Tabel 3 Distribusi Berdasarkan Onset terjadinya Preeklampsia Berat di RSUD


Ulin Banjarmasin periode Juni-Agustus 2013.
Onset Preeklampsia
Early-onset Preeklampsia
(<34 minggu usia kehamilan)

Frekuensi responden
6

Presentasi (%)
9,5

Late-onset Preeklampsia
( >34 minggu usia kehamilan)
Total

57

90,5

Early-onset
preeklampsia
memiliki peran besar terhadap
terjadinya restriksi pertumbuhan
intrauterine
daripada
late-onset
preeklampsia (16). Berdasarkan
Tabel 3 menunjukkan bahwa
persentase terbesar responden ibu
preeklampsia berat mengalami lateonset
preeklampsia,
sehingga
kemungkinan tidak mempengaruhi
berat bayi lahir rendah pada ibu
preeklampsia berat.
Hasil
penelitian
ini
menunjukkan rerata berat bayi lahir
dari ibu preeklampsia berat yaitu
2884,13 524,1 dan rerata berat bayi
lahir dari ibu tidak preeklampsia
adalah 3253,17 390,9. Hasil rerata
tersebut menunjukkan bahwa berat
bayi lahir dari ibu preeklampsia berat
lebih rendah dibanding dengan ibu
hamil tidak preeklampsia.
Analisis data menggunakan
analisis Uji T tidak berpasangan
yang sebelumnya dilakukan uji
normalitas
menggunakan
Uji
Kolmogorov Smirnov dan uji
homogenitas
dengan
tingkat
kepercayaan
95%.
Pada
uji
normalitas untuk sampel berat bayi
lahir dari ibu preeklampsia berat
didapatkan nilai p=0,052 (p >0,05)
dan pada sampel berat bayi lahir dari
ibu tidak preeklampsia didapatkan
nilai p=0,2 (p >0,05) yang artinya
data berdistribusi normal.

63
100
Selanjutnya dilakukan analisis uji
statistik dengan hasil Preeklamsia
berat 2884,13524,1 dan tidak
preeklamsia 3253,17390,9.
Pada analisis uji statistik
didapatkan hasil dari uji homogenitas
yang tertera pada kotak Levenes test
memiliki nilai p=0,067 (p >0,05)
yang berarti varians data homogen
dan pada hasil statistik uji T tidak
berpasangan diperoleh nilai p=0,000
(p <0,05) yang menunjukkan bahwa
terdapatnya perbedaan bermakna
antara berat bayi lahir dari ibu
preeklampsia berat dan tidak
preeklampsia di RSUD Ulin
Banjarmasin periode Juni-Agustus
2013. Penelitian yang mendukung
penelitian ini adalah penelitian yang
dilakukan oleh Wahyuni dkk di
RSUP dr. Sardjito Yogyakarta, yang
menunjukkan bahwa terdapatnya
hubungan
bermakna
antara
preeklampsia berat pada ibu hamil
terhadap kejadian BBLR dengan
nilai p=0,045 (p<0,05). Dari
penelitian tersebut didapatkan bahwa
kejadian BBLR tertinggi didapatkan
pada ibu hamil dengan preeklampsia
berat
(32,3%)
(11).
Adapun
penelitian lain yang mendukung
penelitian ini adalah penelitian yang
dilakukan oleh Rasmussen dan
Irgens, yang menyatakan bahwa ibu
dengan preeklampsia berat memiliki
risiko 7 kali lebih besar untuk
melahirkan bayi dengan berat <2000

69

Berkala Kedokteran, Vol.10, No.2, Sep 2014: 65-74

g daripada berat bayi 3500-3999 g


(ORs: 7,0-7,1) (17).
Hal ini dikarenakan pada
preeklampsia, terjadinya penurunan
ekspresi HLA-G di desidua daerah
plasenta yang akan menghambat
invasi trofoblas ke dalam desidua,
sehingga lapisan otot arteri spiralis
mengalami vasokontriksi dan terjadi
kegagalan
"remodeling
arteri
spiralis",
yang
mengakibatkan
penurunan aliran darah uteroplasenta
dan terjadilah hipoksia serta iskemi
plasenta. Plasenta yang mengalami
iskemia
dan
hipoksia
akan
menghasilkan
oksidan
(radikal
bebas) berupa peroksida lemak yang
sangat toksik, khususnya pada
membran sel endotel sehingga
mengakibatkan terganggunya fungsi
endotel dan rusaknya seluruh
struktur sel endotel sehingga
terjadinya disfungsi endotel (1,18).
Disfungsi sel endotel akan
menyebakan terjadinya gangguan
metabolisme
prostaglandin
dan
agregasi sel-sel trombosit untuk
menutupi tempat-tempat di lapisan
endotel yang mengalami kerusakan.
Gangguan metabolism prostaglandin
menyebabkan terjadinya penurunan
produksi prostasiklin (vasodilator
kuat) dan adanya agregasi trombosit
memproduksi
tromboksan
(vasokontriktor kuat). Selain itu,
disfungsi endotel akan menyebabkan
peningkatan permeabilitas kapiler
sehingga
terjadinya
penurunan
volume plasma antara 30-40% yang
disebut
dengan
hipovolemia.
Hipovolemia
mengakibatkan
peningkatan
viskositas
darah
sehingga meningkatnya resistensi
perifer dan menurunnya aliran darah
ke organ (1,18).
Hivopolemia yang lebih berat
juga bisa terjadi akibat hemolisis
mikroangiopatik, yang merupakan

70

salah satu tanda yang bisa ditemukan


pada preeklampsia berat. Hemolisis
mikroangiopatik adalah suatu proses
hemolitik akut yang terjadi akibat
spasme arteriol, pada keadaan ini
terjadi kerusakan membran eritrosit
secara mekanik dalam sirkulasi darah
sewaktu eritrosit melewati jala-jala
fibrin/mikrotrombin trombosit yang
tertimbun di arteriol, sehingga
mengakibatkan
terfragmentasinya
eritrosit dan terjadinya hemolisis
(1,19). Hivopolemia yang berat
diimbangi dengan vasokontriksi kuat
mengakibatkan terjadinya hipertensi,
yang
digambarkan
dengan
peningkatan resistensi perifer dan
peningkatan curah jantung yang
lebih
berat,
ditandai
dengan
peningkatan
tekanan
darah
sistolik/diastolik yaitu 160/110
mmHg (1).
Hipertensi pada preeklampsia
berat akan memberikan pengaruh
buruk pada kesehatan janin karena
terjadinya hipovolemia berat serta
vasokontriksi kuat arteri spiralis,
sehingga menyebabkan terjadinya
penurunan perfusi uteroplasenta yang
berat dan menyebabkan terjadinya
restriksi dan gangguan pertumbuhan
pada janin (1,10).
Pertumbuhan janin terhambat
akibat insufisiensi plasenta yang
berkaitan
dengan
hipertensi,
memiliki karakteristik khusus seperti
lingkar kepala dan ukuran otak yang
tetap normal, sedangkan ukuran
lingkar abdomen jauh lebih rendah.
Secara teoritis hal ini dikarenakan
berkurangnya penyaluran glukosa
dan penyimpanan hati yang terutama
akan mempengaruhi ukuran sel dan
mempengaruhi lingkar abdomen
janin, secara bersamaan diperkirakan
terjadi pengalihan O2 dan nutrien ke
otak sehingga pertumbuhan otak dan
kepala tetap normal. Hati mengambil

Margareth, Y. dkk. Perbedaan Berat Bayi Lahir

sekitar dua pertiga dari bagian


abdomen. Pada janin dengan
retardasi pertumbuhan intrauterin,
hati menyusut karena penyimpanan
glikogen yang habis. Berat janin
diperkirakan rendah karena abdomen
memegang peranan besar pada nilai
tersebut (1,10,20,21).
Mekanisme
lain
dari
preeklampsia berat yang dapat
menyebabkan retriksi pertumbuhan
intrauterin adalah bergantung pada
onset
terjadinya
preeklampsia.
Berdasarkan onset, preeklampsia
terbagi
menjadi
early-onset
preeklampsia
dan
late-onset
preeclampsia.
Early-onset
preeklampsia
mengarah
pada

keadaan yang lebih berat dan


menjadi penyebab utama terjadinya
restriksi pertumbuhan intrauterin
dibanding
dengan
late-onset
preeklampsia (16). Menurut Ratih
dkk, hal ini dikarenakan jika
preeklampsia terjadi pada umur
kehamilan yang lebih dini (earlyonset),
maka dengan adanya
kerusakan plasenta yang terjadi lebih
dini dalam waktu yang lebih lama
dapat menyebabkan berat badan bayi
yang dilahirkan lebih rendah (22).
Secara
garis
besar
terdapat
perbedaan mekanisme yang terjadi
pada
early
dan
late-onset
preeklampsia, seperti yang tertera
pada tabel 4.

Tabel 4 Perbedaan Early-Onset dan Late-Onset Preeklampsia (16).


Early-onset preeclampsia
Late-onset preeklampsia
Arteri spiralis mengalami
Arteri spiralis mengalami
vasokontriksi kuat akibat kegagalan
vasokontriksi
invasi dari trofoblas
ringan.
Adanya hambatan dan perubahan
Aliran darah uteroplasenta tidak
aliran darah pada uteroplasenta yang
mengalami perubahan atau hambatan
terutama dapat diamati pada arteri
spiralis.
Pertumbuhan janin terhambat dan
Pertumbuhan janin normal dan tidak
terdapat tanda-tanda retriksi pada
ditemukan tanda-tanda retriksi pada
pertumbuhannya.
pertumbuhannya.
Menurut
penelitian
yang
dilakukan oleh Sari dkk, mekanisme
tersebut terjadi karena pada earlyonset
preeklampsia
terjadinya
mekanisme yang lebih nyata pada
proses apoptosis (kematian sel
terprogram)
trofoblas
yang
berlebihan. Trofoblas yang terpapar
keadaan hipoksia akan menyebabkan
proses apoptosis terjadi berlebihan,
sehingga invasi sititrofoblas ke
dalam miometrium menjadi dangkal
dan terjadinya kegagalan remodeling
arteri spiralis pada uterus, yang
selanjutnya
akan
menyebabkan
terjadinya disfungsi sel endotel dan

menimbulkan manifestasi klinis yang


lebih berat pada preeklampsia
sehingga menyebabkan komplikasi
pada
janin
berupa
restriksi
pertumbuhan intrauterin. Sehingga
proses apoptosis trofoblas diduga
tidak lagi memiliki peran yang besar
pada terjadinya manifestasi klinis
maupun komplikasi preeklampsia
pada usia kehamilan >34 minggu
atau late-onset preeklampsia. Pada
kehamilan normal proses apoptosis
sel berperan dalam terjadinya invasi
trofoblas, proses transformasi arteri
spiralis, diferensiasi trofoblas, dan
proses toleransi imun pada antigen
71

Berkala Kedokteran, Vol.10, No.2, Sep 2014: 65-74

paternal yang diekspresikan oleh sel


trofoblas (23).
Pada perempuan hamil normal,
respon imun tidak menolak adanya "
hasil konsepsi" yang bersifat asing.
Hal ini disebabkan adanya HLA-G
yang berperan penting dalam
modulasi respon imun, sehingga si
ibu tidak menolak hasil konsepsi
(plasenta).
Adanya
HLA-G
mempermudah invasi trofoblas ke
dalam jaringan desidua ibu, sehingga
jaringan desidua ibu menjadi gembur
dan lunak dan mempermudah
terjadinya distensi serta dilatasi arteri
spiralis (remodeling arteri spiralis).
Distensi dan dilatasi arteri spiralis
memberi dampak pada penurunan
tekanan darah, penurunan resistensi
vaskuler, dan peningkatan aliran
darah pada daerah uteroplasenta.
Sehingga aliran darah ke janin cukup
banyak dan perfusi ke jaringan juga
meningkat, sehingga dapat menjamin
pertumbuhan janin dengan baik
(1,18).
Penurunan perfusi uteroplasenta
yang terjadi pada preeklampsia berat
dapat dicegah dengan melakukan
pemeriksaan antenatal care secara
teratur disertai dengan pemberian
medikamentosa berupa aspirin dosis
rendah (50-150 mg) dan antioksidan
berupa vitamin c. Aspirin merupakan
antitrombotik yang bekerja dengan
menghambat agregrasi trombosit
sehingga dapat menekan sintesis
tromboksan (vasokontriktor kuat)
(1,24).
Pemberian
Antioksidan
berupa vitamin c dapat menurunkan
stress oksidatif yang terjadi pada
preeklampsia (25).
Keterbatasan pada penelitian ini
adalah masih banyaknya variabel
pengganggu yang tidak bisa peneliti
kendalikan
sehingga
dapat
mempengaruhi hasil penelitian.

72

PENUTUP
Kesimpulan penelitian ini adalah
rerata berat bayi lahir dari ibu
preeklampsia berat di RSUD Ulin
Banjarmasin periode Juni-Agustus
2013 yaitu 2.884,13 524,1 gram,
rerata berat bayi lahir dari ibu tidak
preeklampsia di RSUD Ulin
Banjarmasin periode Juni-Agustus
2013 yaitu 3.253,17 390,9 gram,
dan terdapat perbedaan berat bayi
lahir dari ibu preeklampsia berat dan
tidak preeklampsia di RSUD Ulin
Banjarmasin Periode Juni-Agustus
2013.
Saran bagi peneliti selanjutnya
diharapkan agar penelitian ini dapat
dijadikan masukkan sebagai dasar
ataupun
tambahan
referensi
penelitian dan disarankan agar dapat
mengeksklusi
semua
variabel
pengganggu yang ada sehingga
mendapatkan hasil penelitian yang
lebih representatif.
DAFTAR PUSTAKA
1. Prawirohardjo
S.
Ilmu
kebidanan. Ed 4. Jakarta: PT
Bina
Pustaka
Sarwono
Prawirohardjo, 2010.
2.

Vasarhelyi B, Cseh A, Kocsis I,


et al. Three mechanisms in the
pathogenesis of pre-eclampsia
suggested by over-represented
transcription factor-binding sites
detected
with
comparative
promoter analysis. Molecular
Human Reproduction 2006;
12(1): 3134.

3.

Khanduri
CKC.
Severe
eclampsia with unusual and
alarming
presentation:
anaesthetic management. Indian

Margareth, Y. dkk. Perbedaan Berat Bayi Lahir

J. Anaesth 2006; 50(6): 466


468.
4.

5.

6.

7.

8.

9.

Lim
dan
Kee-Hak.
Preeclampsia. Harvard Medical
School, 2009. Available from:
(http://emedicine.medscape.com
/article/1476919-overview,
di
akses tanggal 20 Desember
2012).
Ryadi PDA. Dalam : Abbas
HD.
Hubungan
preeklampsia/eklampsia dengan
berat bayi lahir rendah (BBLR)
di RSUD dr.
Moewardi
Surakarta. Fakultas Kedokteran
Universitas
Muhammadiyah
Surakarta, 2011. Skripsi
Anonymous. Laporan tahunan
2011. Bagian/SMF Obstetri
Ginekologi Fakultas Kedokteran
UNLAM
RSUD
ULIN
Banjarmasin, 2011.
Anonymous. Buku register
verlos kamer (VK) bersalin
tahun
2012.
Bagian/SMF
Obstetri Ginekologi Fakultas
Kedokteran UNLAM RSUD
Ulin Banjarmasin, 2012.
Suwoyo, Antono SD, dan
Triagusanik
E.
Hubungan
preeklampsia pada kehamilan
dengan kejadian BBLR di
RSUD dr. Hardjono Ponorogo.
Jurnal Penelitian Kesehatan
Suara Forikes 2011; II: 24-32.
Zuhrina. Dalam : Suwoyo,
Antono SD, Triagusanik E.
Hubungan Preeklampsia pada
kehamilan dengan kejadian
BBLR di RSUD dr. Hardjono
Ponorogo. Jurnal Penelitian
Kesehatan Suara Forikes 2011;

II: 25.
10. Kosim MS, Yunanto A, Dewi R,
dkk. Buku ajar neonatologi. Ed
1. Jakarta: Ikatan Dokter Anak
Indonesia, 2012.
11. Wahyuni A dan Rachmawati
FN. Hubungan preeklampsia
berat pada ibu hamil terhadap
BBLR di RSUP dr. Sardjito
Yogyakarta tahun 2005. Mutiara
Medika 2007; 8(1): 53.
12. Silalahi
GA.
Metodologi
penelitian dan studi kasus.
Jakarta: Citramedia 2000.
13. Dahlan MS. Statistik untuk
kedokteran dan kesehatan. Edisi
5 Seri evidence base medicine 1.
Jakarta: Salemba Medika, 2011.
14. Departemen Kesehatan RI.
Profil Kesehatan Indonesia
2007. Pusat Data dan Informasi,
Health Statistic. Jakarta: Depkes
RI, 2008.
15. Livinec FB, Briand V, Berger J,
et al. Maternal Anemia in Benin:
Prevalence, Risk Factors, and
association with Low Birth
Weight. Am.J.Trop.Med.Hyg,.
2011; 85(3): 414-420.
16. Huppertz B. Placental origins of
preeclampsia: challenging the
current hypothesis. Hypertension
2008; 51: 970-975.
17. Rasmussen S dan Irgens LM.
History
of
fetal
growth
restriction is more strongly
associated with severe rather
than milder pregnancy-induced
hypertension.
Hypertension.
2008; 51: 1233.

73

Berkala Kedokteran, Vol.10, No.2, Sep 2014: 65-74

18. Cunningham FG, Gant NF,


Lenevo KJ, et al. Hypertensive
disorders in pregnancy. In :
Williams Obstetrics 22nd ed,
New York: McGraw Hill 2005:
567-618.
19. Sacher RA dan McDherson RA.
Tinjauan
klinis
hasil
pemeriksaan laboratorium. Ed
11. Jakarta : EGC, 2004.
20. Leveno KJ, Cunningham FG,
Gant NF, et al. Obstetri williams
panduan ringkas. Ed. 21.
Jakarta: EGC, 2009.
21. Emery
SP.
Hypertensive
disorders
of
pregnancy:
Overdiagnosis is appropriate.
Cleveland Clinic Journal of
Medicine 2005; 72(4): 345-325.
22. Ratih,
Hadisaputro,
dan
Kristanto.
Hubungan kadar
albumin urin dengan berat badan
lahir bayi pada preeklampsia
berat. Maj Obstet Ginekol
Indones; 2009; 33(1).
23. Sari V, Siswishanto R, dan
Rumekti
D.
Perbandingan
ekspresi protein bax dan
apoptosis sel trofoblas plasenta
antara
preeklampsia
berat/eklampsia
dengan
kehamilan normotensi. RSUP dr
Sardjito Yogyakarta. 2012.
24. Baktiyani SCW dan Wahjudi I.
Perbedaan efektifitas pemberian
vitamin e 100 dengan aspirin 81
mg
untuk
pencegahan
preeclampsia priigravida. Jurnal
Kedokteran Brawijaya 2005; 21
(3).

74

25. Baktiyani
SCW.
Pengaruh
pemberian
kombinasi
nac
dengan vitamin c dan e terhadap
stress oksidatif pada huvecs
dipapar
plasma
eklampsia.
Jurnal Kedokteran Brawijaya
2007; 23 (3).

You might also like