Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 6

1.

0 PENGENALAN
Penulisan kerja kursus ini mengandungi lima bahagian secara keseluruhan bagi menepati
kehendak kerja kursus. Bahagian pertama merupakan pengenalan yang akan
menerangkan kehendak kerja kursus secara umum dan juga definisi tajuk secara umum.
Bahagian kedua pula akan menceritakan secara mendalam mengenai maksud proses
sosialisasi politik mengikut pandangan pelbagai tokoh dan dirumuskan secara ringkas
mengikut pandangan penulis. Manakala, bahagian ketiga ialah proses sosialisasi politik
mempengaruhi sistem politik dalaman negara pula akan merujuk kepada pengaruh proses
sosialisasi politik terhadap politik dalaman sesebuah Negara secara umum. Bahagian
keempat pula ialah, proses sosialisasi politik terhadap politik dalaman negara Jepun dan
juga Amerika Syarikat. Dan akhir sekali, merupakan bahagian kesimpulan yang
merupakan ringkasan secara keseluruhan mengenai tajuk tugasan kerja kursus.
Merujuk kepada David Easto (Setabasri, 2009) sistem merujuk kepada suatu kesatuan
atau angkatan yang berstruktur dimana ianya mempunya fungsi tersendiri dalam usaha
mencapai tujuan serta matlamat. Manakala, perkataan politik pula berasal daripada
bahasa yunani. Ianya membawa maksud polis iaitu sebuah negara kota yang mempunyai
kegiatanya untuk memajukan dan perkembangan kotanya (LKS PKN ,halaman 49).
Ramlan Surbakti pula medefinisikan politik sebagai suatu proses interaksi antara
pemerintah dan masyarakat untuk menentukan kebaikan bersama. Seterusnya sistem
politik pula merujuk kepada sebuah kesatuan yang berstruktur dan memiliki fungsi
masing-masing yang bekerja untuk mencapai tujuan negara tersebut.

David Easton

(Setabasri, 2009), sistem politik adalah interaksi yang diabstraksikan dari seluruh tingkah
laku sosial sehingga nilai-nilai dialosikan secara otoritatif kepada masyarakat. Seterusya
sistem sosialisasi politik pula merujuk kepada proses pengaruh seseorang individu itu

mengenali sistem politik yang kemudian menentukan persepsi serta tindakan susualan
terhadap gejala-gejala politik (Zanas, 2008).
Secara umumnya penulisan tugasan ini akan membincangkan mengenai proses sosialisasi
politik serta pengaruhnya terhadap sistem politik dalaman negara secara khusus di negara
Jepun dan juga Amerika Syarikat.
2.0 MAKSUD PROSES SOSIALISASI POLITIK
Dalam buku Pengantar Sosiologi Politik yang ditulis oleh Michael Rush dan juga Phillip
Althoff, teori sosialisasi politik telah diperkenalkan buat pertama kali. Dalam buku
tersebut, terminologi baru dalam menganalisis perilaku politik tingkat individu iaitu
melalui sosialisasi politik telah dibincangkan (Setabasri, 2009). Selain itu, sosialisasi
politik turut didefinisikan sebagai suatu proses di mana seseorang individu itu belajar
mengetahui mengenai politik dan mengembangkan orientasi pada politik. Proses tersebut
meliputi

keupayaan untuk mempelajari nilai-nilai atau budaya politik masyarakat

wilayah tersebut. Secara ummnya, sosialisasi politik merupakan satu proses belajar, baik
dari pengalaman mahupun daripada pola-pola tingkah laku iaitu mengenai pengetahuan,
nilai-nilai, dan sikap-sikap politik tertentu. Proses sosialisasi politik berlangsung
sepanjang hayat. Sosialisasi politik adalah proses dimana seseorang individu itu
dipengaruhi untuk mengambil tahu mengenai sistem politik yang kemudian menentukan
persepsi serta reaksinya terhadap gejala-gejala politik yang berlangsung di wilayah merek

Menurut, Rush dan Althoff (Setabasri, 2009), fungsi sosialisasi politik adalah bertujuan
untuk melatih individu dan pada masa yang sama untuk memelihara sistem politik.
Pertama sekali, fungsi sosialisasi adalah untuk melatih inidivid dalam memeroleh nilainilai politik yang berlaku di dalam sebuah sistem politik. Misalnya di negara Indonesia,
2

berpegang kepada ideologi negara iaitu Pancasila. Oleh itu, sejak awal persekolahan
hingga pendidikan tinggi terdapat pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.
Ianya memberi satu pendedahan umum kepada individu mengenai nilai nilai yang
dipegang dalam sistem politik negara Indonesia. Begitu juga di negara Malaysia,
pendedahan mengenai nilai berkaitan sistem politik negara disampaikan melalui Mata
Pelajaran Kajian Tempatan, Pendidikan Sivik dan Kewarganegaraan dan Sejarah. Malah,
nilai nilai ini juga diterapkan secara tidak langsung dalam mata pelajaran yang lain. Ini
merupakan proses untuk mengenali tingkah laku politik yang dilakukan negara terhadap
warganegaranya. Pengetahuan ini membantu individu untuk menerima atau melakukan
suatu penolakan keatas tindakan pemerintah, mematuhi hukum, melibatkan diri dalam
politik, ataupun memilih dalam pemilihan umum.
Selain itu, sosialisasi politik juga bertujuan untuk memelihara sistem politik dan
pemerintahan yang resmi. Apa jadinya suatu negara atau bangsa jika warga negaranya
tidak tahu warna bendera sendiri, lagu kebangsaan sendiri, bahasa sendiri, ataupun
pemerintah yang tengah memerintahnya sendiri ? Mereka akan menjadi warga negara
tanpa identitas, tentunya.
Dalam melakukan kegiatan sosialisasi politik, Rush dan Althoff menyuratkan terdapat 3
cara, yaitu :
1. Imitasi
2. Instruksi
3. Motivasi
Imitasi. Melalui imitasi, seorang individu meniru terhadap tingkah laku individu lainnya.
Misalnya, Gus Dur adalah anak dari K.H. Wahid Hasyim dan cucu dari pendiri Nahdlatul
Ulama, K.H. Hasyim Asyari. Gus Dur sejak kecil akrab dengan lingkungan pesantren
dan budaya politik Nahdlatul Ulama, termasuk dengan kiai-kiainya. Budaya tersebut
mempengaruhi tindakan-tindakan politiknya yang cenderung bercorak Islam moderat
seperti yang ditampakan oleh organisasi Nahdlatul Ulama secara umum.

Instruksi. Cara melakukan sosialisasi politik yang kedua adalah instruksi. Gaya ini
banyak berkembang di lingkungan militer ataupun organisasi lain yang terstruktur secara
rapi melalui rantai komando. Melalui instruksi, seorang individu diberitahu oleh orang
lain mengenai posisinya di dalam sistem politik, apa yang harus mereka lakukan,
bagaimana, dan untuk apa. Cara instruksi ini juga terjadi di sekolah-sekolah, dalam mana
guru mengajarkan siswa tentang sistem politik dan budaya politik yang ada di negara
mereka.
Motivasi. Cara melakukan sosialisasi politik yang terakhir adalah motivasi. Melalui cara
ini, individu langsung belajar dari pengalaman, membandingkan pendapat dan tingkah
sendiri dengan tingkah orang lain. Dapat saja seorang individu yang besar dari keluarga
yang beragama secara puritan, ketika besar ia bergabung dengan kelompok-kelompok
politik yang lebih bercorak sekular. Misalnya ini terjadi di dalam tokoh Tan Malaka.
Tokoh politik Indonesia asal Minangkabau ini ketika kecil dibesarkan di dalam
lingkungan Islam pesantren, tetapi ketika besar ia merantau dan menimba aneka ilmu dan
akhirnya bergabung dengan komintern. Meskipun menjadi anggota dari organisasi
komunis internasional, yang tentu saja bercorak sekular, ia tetap tidak setuju dengan
pendapat komintern yang menilai gerapak pan islamisme sebagai musuh. Namun, tetap
saja tokoh Tan Malaka ini menempuh cara sosialisasi politik yang bercorak motivasi.
Agen Sosialisasi Politik
Dalam kegiatan sosialisasi politik dikenal yang namanya agen. Agen inilah yang
melakukan kegiatan memberi pengaruh kepada individu. Rush dan Althoff menggariskan
terdapatnya 5 agen sosialisasi politik yang umum diketahui, yaitu :
1.keluarga
2.sekolah
3.peer groups
4.media massa
5.pemerintah
6.partai politik

Keluarga. Keluarga merupakan primary group dan agen sosialisasi utama yang
membentuk karakter politik individu oleh sebab mereka adalah lembaga sosial yang
paling dekat. Peran ayah, ibu, saudara, memberi pengaruh yang tidak kecil terhadap
pandangan politik satu individu. Tokoh Sukarno misalnya, memperoleh nilai-nilai
penentangan terhadap Belanda melalui ibunya, Ida Ayu Nyoman Rai. Ibunya, yang
merupakan keluarga bangsawan Bali menceritakan kepahlawanan raja-raja Bali dalam
menentang Belanda di saat mereka tengah berbicara. Cerita-cerita tersebut menumbuhkan
kesadaran dan semangat Sukarno untuk memperjuangkan kemerdekaan bagi bangsanya
yang terjajah oleh Belanda.
Sekolah. Selain keluarga, sekolah juga menempati posisi penting sebagai agen sosialisasi
politik. Sekolah merupakan secondary group. Kebanyakan dari kita mengetahui lagu
kebangsaan, dasar negara, pemerintah yang ada, dari sekolah. Oleh sebab itu, sistem
pendidikan nasional selalu tidak terlepas dari pantauan negara oleh sebab peran
pentingnya ini.
Peer Group. Agen sosialisasi politik lainnya adalah peer group. Peer group masuk
kategori agen sosialisasi politik Primary Group. Peer group adalah teman-teman sebaya
yang mengelilingi seorang individu. Apa yang dilakukan oleh teman-teman sebaya tentu
sangat mempengaruhi beberapa tindakan kita, bukan ? Tokoh semacam Moh. Hatta
banyak memiliki pandangan-pandangam yang sosialistik saat ia bergaul dengan temantemannya di bangku kuliah di Negeri Belanda. Melalui kegiatannya dengan kawan sebaya
tersebut, Hatta mampu mengeluarkan konsep koperasi sebagai lembaga ekonomi khas
Indonesia di kemudian hari. Demikian pula pandangannya atas sistem politik demokrasi
yang bersimpangan jalan dengan Sukarno di masa kemudian.
Media Massa. Media massa merupakan agen sosialisasi politik secondary group. Tidak
perlu disebutkan lagi pengaruh media massa terhadap seorang individu. Berita-berita

yang dikemas dalam media audio visual (televisi), surat kabat cetak, internet, ataupun
radio, yang berisikan perilaku pemerintah ataupun partai politik banyak mempengaruhi
kita. Meskipun tidak memiliki kedalaman, tetapi media massa mampun menyita perhatian
individu oleh sebab sifatnya yang terkadang menarik atau cenderung berlebihan.
Pemerintah. Pemerintah merupakan agen sosialisasi politik secondary group. Pemerintah
merupakan agen yang punya kepentingan langsung atas sosialisasi politik. Pemerintah
yang menjalankan sistem politik dan stabilitasnya. Pemerintah biasanya melibatkan diri
dalam politik pendidikan, di mana beberapa mata pelajaran ditujukan untuk
memperkenalkan siswa kepada sistem politik negara, pemimpin, lagu kebangsaan, dan
sejenisnya. Pemerintah juga, secara tidak langsung, melakukan sosialisasi politik melalui
tindakan-tindakannya. Melalui tindakan pemerintah, orientasi afektif individu bisa
terpengaruh dan ini mempengaruhi budaya politiknya.
Partai Politik. Partai politik adalah agen sosialisasi politik secondary group. Partai politik
biasanya membawakan kepentingan nilai spesifik dari warga negara, seperti agama,
kebudayaan, keadilan, nasionalisme, dan sejenisnya. Melalui partai politik dan
kegiatannya, individu dapat mengetahui kegiatan politik di negara, pemimpin-pemimpin
baru, dan kebijakan-kebijakan yang ada.
3.0 PROSES SOSIALISASI POLITIK MEMPENGARUHI SISTEM POLITIK
DALAMAN NEGARA
4.0 PROSES SOSIALISASI POLITIK DI NEGARA JEPUN DAN AMERIKA
SYARIKAT
5.0 KESIMPULAN

You might also like