Professional Documents
Culture Documents
Analisa Hira, Hazop Dan Hazid Sebagai Faktor Keselamatan Pada Offshored LNG Plant
Analisa Hira, Hazop Dan Hazid Sebagai Faktor Keselamatan Pada Offshored LNG Plant
AMANDA CASTOLINA
13311005
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.3.1 Lokasi Blok Masela .............................................................................................. 13
Gambar 3.3.2 Kecepatan Angin Di Seluruh Indonesia ............................................................... 14
Gambar 3.3.3 Data Ketinggian Gelombang Air Laut Di Seluruh Indonesia .............................. 14
Gambar 3.5.1 Kriteria Resiko...................................................................................................... 18
Gambar 3.5.2 Klasifikasi SIL untuk Safety System .................................................................... 18
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1.1 Perbedaan Offshored dan Onshored LNG Plant ....................................................... 10
Tabel 3.3.1 Spesifikasi LNG ........................................................................................................ 15
Tabel 3.6.1 HAZARD IDENTIFICATION AND RISK ASSESMENT (HIRA) ....................... 24
Tabel 3.6.2 HAZARD IDENTIFICATION (HAZID) ................................................................. 26
Tabel 3.6.3 HAZARD OPERATION AND OPERABILITY STUDY (HAZOP) ...................... 28
BAB I
PENDAHULUAN
plant LNG wajib menerapkan syarat keamanan yang sangat ketat karena jika berupa gas LNG
akan mudah terbakar, berbeda jika masih dalam bentuk cair.
1.2 Tujuan
1. Melakukan analisis mendasar bahaya seperti HAZID dan HAZOP untuk guna mencegah
bahaya yang ditimbulkan oleh kecelakaan yang memungkinkan terjadi pada plant LNG.
2. Melakukan analisis mengenai bahan-bahan berbahaya yang mungkin menimbulkan
kecelakaan yang memungkinkan terjadi pada plant LNG.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
tersebut terjadi) yang mungkin terjadi pada sebuah sistem. Hubungan antara RRF dengan
dengan PFDavg adalah berbanding terbalik.
BAB III
PEMBAHASAN
Konsep
Cakupan Area
Wilayah terbatas
maupun
infrastruktur
keseluruhan maupun
infrastruktur
keseluruhan
Biaya
11
yang harus ditanggung. Beban yang ditanggung oleh struktur fasilitas LNG offshore dapat
dibagi sama rata.
7. Mekanisme Off Loading LNG
Mekanisme offloading LNG memerlukan fasilitas yang mudah diaplikasikan, seperti pada
proses pemindahan LNG dari kilang menuju kapal maupun kapal ke terminal pertama
digunakan loading arm yang memiliki sistem proteksi otomatis jika terjadi pergeseran
signifikan dikarenakan pengaruh angin yang menghasilkan perubahan posisi. Emergency
shutdown system ini akan aktif lalu mengisolasi kapal dan daratan. Sistem proteksi ini
dibutuhkan karena salah satu alasannya adalah antisipasi terhadap kebocoran LNG yang
mampu memberikan dampak buruk tidak hanya pada alat-alat proses namun juga kepada
manusia. Selain menggunakan loading arm dengan penggunaan Submerged Turret
Loading (STL) yang dilengkapi dengan subsea cryogenic pipe, dapat juga menggunakan
sebuah mekanisme lain yang sedang dikembangkan oleh Hoegh LNG yang disebut
Amplitude LNG Loading System (ALLS). Metoda baru ini merupakan modifikasi
pemakaian loading arm dengan menggunakan fleksible hose untuk menunjang proses
offloading LNG.
12
Dari data yang didapat oleh Badan Meteorologi dan Geofisika, Blok Masela pada Laut Timor
memiliki rata-rata kondisi angin dan gelombang yang rendah. Hal ini menguntungkan karena
faktor cuaca memiliki pengaruh yang besar terhadap operasi di lepas pantai. Untuk itu penting
untuk memilih proses yang dapat bertahan serta sesuai dengan kondisi lingkungan laut. Pada
Offshored LNG Plant, faktor penting yang harus diperhitungkan selain kecepatan angin adalah
arah angin, kecepatan gelombang, kecepatan arus laut. Menurut data oleh Badan Meteorologi
dan Geofisika rata-rata arah angin bergerak menuju ke arah barat. Peletakan alat flare yang
sesuai adalah tentu menuju kearah barat.
13
Terdapat beberapa opsi dalam pengembangan Offshored Plant LNG, salah satunya adalah
LNG dengan pipa akan dibawa ke pulau terdekat. Namun opsi ini kemungkinan besar tidak
dapat dilakukan. Hal ini disebabkan oleh pertimbangan safety karena harus melewati palung
yang dalam sekali. Opsi ke-2 adalah untuk membawa LNG dengan pipa ke negara Australia,
tepatnya menuju Darwin. Namun hambatan dari opsi pengembangan ini adalah birokrasi
wilayah dengan Negara lain sedangkan sumber gas yang berada pada Blok Masela ada sumber
energy Indonesia. Akhirnya opsi terakhir dan yang paling memungkinkan untuk dilaksanakan
adalah membawa LNG dengan penampungan tertimbun atau floating storage.
14
Cadangan gas alam yang dikandung pada Blok Masela berukuran 10triliun kaki kubik. Jumlah
cadangan gas alam ini merupakan jumlah yang cukup besar untuk diolah, maka dari itu perlu
perencanaan pembangunan floating LNG plant dengan matang. Dikarenakan Blok Masela
adalah lokasi yang masih berada pada tahap eksplorasi, belum dapat diperoleh data komposisi
gas yang ada sehingga diasumsikan kondisi dan komposisi gas pada Blok Masela sama dengan
komposisi gas di Bontang LNG plant.
Komponen
Nilai
Temperatur
-160C
Tekanan
1 atm
HHV
Densitas
435 kg/lt
C1
> 90%
C2
8%
C3
1.50 %
H2 S
Nik
H2 O
0,5 ppm
Hg
0,5 ppb
Tabel 3.3.1 Spesifikasi LNG
3. Heat Exchanger
Heat Exchanger adalah tempat dua aliran yang masing-masing berbeda temperature nya
bertukar kalor. Letak heat exchanger harus berada dekat dengan kedua aliran. Hal ini
dimaksudkan agar dapat mendukung keekonomisan dari pipa.
4. Pompa
Karena untuk banyak alas an, lokasi pompa dapat diletakkan bervariasi tergantung
kebutuhan. Namun karena keterbatasan wilayan dapat tetap diminamilisir panjang pipa
suction tetapi tetap menjaga fleksibilitas kebutuhan pipa. Pompa sebaiknya diletakkan
dengan jarak minimum antara letak suction dengan pipe racks, mengingat pemilihan
pompa juga tergantung dari kuantitas fluida yang masuk menuju nozzle.
5. Flare
Pertimbangan jarak flare umumnya didasari oleh factor keselamatan instrument peralatan
proses serta pekerja. Dari hasil analisa data angin maka flare dapat diletakkan didepan
16
bagian deck dengan jarak minimum flarea sebesar 340 meter-400 meter dari suatu plant.
Hal ini dapat diatur sesuai dengan tinggi rendahnya flare.
6. Reaktor Pembakaran
Reaktor Pembakaran atau Combustion Chamber pada umumnya beroperasi pada tekanan
dan suhu yang tinggi. Hal ini berarti reactor pembakaran memerlukan area yang cukup
besar sedangkan Offshored LNG Plant hanya memiliki daerah yang terbatas. Maka dari itu
lahan yang dipakai harus dioptimalkan dengan meletakkannya pada jarak yang cukup dekat
dengan instrument untuk memudahkan beroperasi dan melakukan maintenance. Perlu
diimplementasikan shower didekat alat karena daerah ini memiliki resiko kecelakaan yang
relatif tinggi.
7. Ruang Kontrol
Ruang kontrol adalah sebuah ruangan yang terdiri dari pekerja-pekerja yang dapat selalu
mengontrol jalannya proses dan memegang peranan penting dalam operasional pabrik
sehari-hari. Ruang control yang ideal adalah ruangan yang dibangun dengan jarak
terjangkau dari unit manapun namun juga tetap menjaga jarak batas agar terhindar dari
peralatan yang berbahaya yang mudah terbakar maupun meledak
17
Residual
Risk
Persepsi
Publik
Resiko Ditolerir
(Kriteria Desain)
Risk Reduction
dengan Prevention
System
Risk Reduction
dengan Emergency
System
Emergency
System
Resiko
Proses
SIS
PSV
Operator
Alarm
Pada makalah ini, netodologi yang digunakan untuk menentukan SIL yang
dibutuhkan emergency system dan untuk memverifikasi SIL yang dapat dicapai maka
difokuskan pada dua hal, yaitu :
1. Jarak perbedaan antara persepsi public atas resiko yang ditolerir dengan
kriteria desain atas resiko yang ditolerir.
2. Evaluasi dari emergency system secara keseluruhan sebagai pemilihan desai
yang sebenarnya.
Untuk menunjang sistem keamanan yang memiliki kemampuan perlindungan yang tinggi
maka dibutuhkan pelindung api dan ledakan, emergency power, communication, and lighting,
detection system, personal protective equipment, dan alat penunjang keselamatan dan evakuasi
saat terjadinya kecelakaan. Sistem deteksi sangat diperlukan agar bertindak sebagai sensor
yang akan memberikan feedback jika terjadi keadaan yang berhubungan dengan potensi
terjadinya ledakan dan kebakaran. Sistem deteksi terdiri dari beberapa macam seperti detector
gas untuk mengaktifkan alarm jika terdeteksi gas pada konsentrasi kecil sekalipun yang akan
mematikan sumber gas. Detector lain adalah detector panas yang merespon panas yang
melebihi standar normal. Detektor kemudian akan mengeluarkan bunyi alarm dan
mengeluarkan semburan air di sekitar detektor. Detector lainnya adalah detector asap, yang
berfungsi untuk mencegah terjadinya bahaya kebakaran pada proses pabrik dengan
sebelumnya memberikan tanda jika adanya asap yang berlebihan.
Dengan adanya potensi bahaya dari bahan-bahan kimia yang dihasilkan maupun diolah oleh
pabrik LNG, sangat diperlukan alat perlindungan diri (Personal Protective Equipment/PPE
atau Alat Perlindungan Diri/APD) untuk menjaga para engineer tetap aman dan terhindar dari
bahaya.
Alat perlindungan diri ini sebagai contoh adalah safety helmet, safety shoes, coverall, safety
glasses, ear plug, masker dan respirator, serta gloves.
20
3. H2S
Gas H2S atau Hidrogen disulfida adalah gas yang sifatnya sangat beracun,
korosif dan mengakibatkan karat pada logam, tidak terlihat, dan mudah
meledak. Gas ini berbau menyengat dan mampu membunuh saraf
penciuman. Karakterisitik gas H2S adalah lebih rendah dari udara, mudah
tertiup, mudah terhamburkan oleh angin dan dapat meledak jika apabila
bercampur dengan oksigen. Gas ini dapat memasuki tubuh manusia melalui
pernapasan ataupun kulit. H2S dapat menyebabkan keracunan yang didahului
gejala kelumpuhan, tidak sadar, dan dengan konsentrai tinggi serta intensitas
paparan H2S akan diikuti oleh kematian.
4. Karbondioksida (CO2)
Karbon dioksida adalah gas tidak berwarna, mudah terbakar dan apabila pada
konsentrasi tinggi akan menimbulkan asfiksi, iritasi, kerusakan otak yang
dimulai dari sakit kepala dan pusing semata.
2. Ledakan
Ledakan dapat terjadi api yang terbakar dan melesat menuju alat atau
material berbahaya. Pengendalian ledakan dimulai dengan pengendalian
terhadap kebakaran.
3. Jaringan Perpipaan
Potensi bahaya yang selanjutnya adalah jaringan pipa proses pabrik LNG,
pencairan gas, dan pemurinan gas. Hal ini dikarenakan pipa-pipa tersebut
mengalirkan gas-gas yang mudah terbakar dan beracun. Penanganan yang
diperlukan adalah pemeriksanaan jaringan dan sambungan secara berkala
dan jika dibutuhkan perbaikan, lebih baik jaringan pipa yang bersangkutan
ditutup agar proses produksi tetap berjalan dengan semestinya.
4. Kebisingan
Kebisingan muncul pada saat proses beroperasi dan instrument proses
mengeluarkan suara dengan intensitas tinggi secara berulang-ulang. Efek
dari kebisingan adalah hilangnya kemampuan pendengaran secara tepat serta
juga menutupi suara alarm, dan yang paling parah adalah merusak organ
telinga manusia.
22
23
No Jenis Kegiatan
Potensi Bahaya
Kebocoran gas
Pengecekan
kondisi operasi di
lapangan
Kepala terantuk
pipa/alat yang
posisinya rendah
Efek Bahaya
Tingkat
Frekuensi
Efek
Resiko Pencegahan
Bahaya
Bahaya
Keracunan
Iritasi kulit dan
mata
H
Lemas, pingsan
Kematian
Luka memar
Pendarahan
M
Pingsan
Kematian
Pemakaian masker,
respiratory mask, safety
glass, baju pelindung
Pemakaian safety
helmet
Memasang tanda
peringatan ada pekerjaan
Memakai sarung tangan
Memakai safety shoes
Memasan tanda
peringatan ada pekerjaan
Pemasangan alat
berat
Pemasangan
Listrik
Terkena Aliran
Listrik
Perawatan kolom
absorber,
scrubber, dan
regenerator
Luka memar
Memakai tali pengaman
Jatuh dari atas
Pendarahan
H
M
H
Memakai semua
kolom
Patah tulang
peralatan safety
Kematian
Tabel 3.6 1 HAZARD IDENTIFICATION AND RISK ASSESMENT (HIRA)
Tersetrum
Kematian
Resiko
Akhir
24
No
Lokasi
Plant
Utama
Deskripsi
Sebab
Kualitas produk LN
Knock out drum
G
mengalami fracture
turun
karena pemakaian yang Kemungkinan
terus menerus dengan
terjadi kerusakan
perawatan yang
alat lain karena
minim
masih adanya
kondesat liquid
Generator Listrik
Hubungan singkat
Tekanan dan
temperatur terlalu
tinggi pada CO2
absorber
Amine yang
mengabsorb CO2
terkontaminasi,
sehingga kadar CO2
yang dapat diserap
kecil
Tempat
penyimpanan
produk LNG dan
LPG setelah
diproses
LNG
Storage
Tempat
Flare
pembakaran gas sisa
Location
proses
Potensi Bahaya
Kebakaran
Ledakan
Efek
Bahaya
Major
Severe
Absorber dapat
meledak
Kualitas LNG turun
Major
Adanya kontaminan
dapat menyebabkan
kerusakan alat lai
Frekuensi
Pencegahan
Bahaya
Unlikely
Peremajaan alat
Knock Out Drum
dan pemeriksaan
secara rutin sesuai
dengan SOP
Unlikely
Isolasi, proteksi,
dan pemeriksaan
secara rutin
Unlikely
Sebelum masuk
LNG plant, amine
mengalami proses
pemurnian terlebih
dahulu
Pemeriksaan rutin
temperatur dan
tekanan indikator
dan kontroler
Pressure Regulator
tangki tidak berfungsi
secara baik, tekanan
tidak terkontrol
Ledakan dan
kebakaran
akibat tekanan
terlalu tinggi
Severe
Unlikely
Kebakaran,
kerusakan
peralatan
Severe
Unlikely
Peremajaan
fasilitas secara
rutin
Pemeriksaan
tekanan pada
tangki
Penempatan flare
jauh dari proses
dan akomodasi
Penempatan flare
25
Loading
Ship
Parameter
terlalu dekat
dengan akomodasi
Kecerobohan
Pencemaran lingku
armada kapal
ngan
Kapal pengangkut
dalam
(banyak ikan, hewan
tangki LNG tumpah pengoperasian
Severe
dan
ke lautan
kapal pengangkut
tumbuhan laut mati)
Iklim (badai, hujan
Kerugian produksi
Deras
Tabel 3.6 2 HAZARD IDENTIFICATION (HAZID)
Likely
Memenuhi SOP
pengoperasian
kapal
Armada kapal
Yang terlatih
Deviasi
Parameter
Kata
Panduan
LESS
CO2 Absorber
memperhatikan
arah mata angi
Penyebab
Flow
MORE
Tekanan
LESS
Akibat
Implikasi
Masuknya cairan
ke saluran gas
yang ada
dibagian
bawah kolom
Gas yang keluar
dari kolom
absorber masih
mengandung
banyak cairan
Penyerapan
CO2
tidak optimal;
absorber rusak
Kerja absorber
tidak optimal
Tidak
dicapainya
spesifikasi
tekanan
produk
Indi
kator
Pencegahan
FC
Melakukan pengec
ekan
valve pengontrol l
aju
alir secra berkala
FC
Melakukan
penggantian
seal piston untuk
jangka waktu
tertentu
26
MORE
LESS
Tersumbatnya valve
keluaran absorber
Kontrol temperatur
mengalami gangguan;
Terjadi scaling pada
dinding absorber sebelah
luar
Beban absorber
berlebih
Terjadi
kondensasi
hidrokarbon
berat pada kolom
Heat Exchanger
Kolom Adsorpsi
Temperatur
MORE
Kontrol temperatur
mengalami gangguan
DEA akan
terdekomposisi
LESS
Daya adsorb
adsorben rendah
Absorber
meledak
Terjadi
foaming,
sehingga
pengikatan
CO2 oleh DEA
tidak
berlangsung
dengan baik
Pengikatan
CO2 oleh DEA
tidak
berlangsung
dengan baik
Masih terdapat
pengotor
dalam gas
Temperatur
MORE
Temperatur
Tube
LESS
Rusaknya
adsorben
Pendinginan
tidak
sempurna
LNG tidak
berubah
menjadi cairan
Melakukan
pembersihan
FC
saluran dan valve
keluaran absorber
Melakukan
pengecekan pada
unit furnace dan
pengontrol suhu
secara berkala
Memonitor bila
terjadi kerusakan
FC&
pada badan
TC
absorber
Melakukan
Pengecekan
pada unit furnace
dan pengontrol
suhu secara
berkala
TC
Mengontrol laju
alir steam
AC
Perlu dilakukan
pengecekan secara
berkala pada
dinding tube HE
dan pipa
Proses adsorpsi
menjadi tidak
sempurna
Bukaan valve
cooling water
diperbesa
27
HE
MORE
Aliran hot
oil/cooling water
semua
Boros cooling
water
Bukaan valve
cooling water
diperkecil
Temperatur
fluida yang
Pertukaran panas
LESS
ingin
tidak efektif
dipanaskan
lebih tinggi
FI
Temperatur
Pertukaran panas keluaran tidak
MORE Pompa overflow
tidak efektif
sesuai dengan
yang dinginkan
Tabel 3.6 3 HAZARD OPERATION AND OPERABILITY STUDY (HAZOP)
Adanya deviasi pada HE,
pompa tidak bekerja
maksimal
Pemeliharaan HE
dan pompa
28
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
29
DAFTAR PUSTAKA
Bimbingan Profesi Sarjana Teknik (BPST) Direktorat Pengolahan Angkatan XVII. 2007. Dasar
Instrumentasi dan Proses Kontrol. Pertamina, Balikpapan.
Claudepierre, Martial. Classification Rules: Safety Requirements & Special Risk Based Studies
For LNG Risk Mitigation. R&D Project Manager. Stockholm, 2011
EN1473. 2006. Installation and equipment for liquefiednatural gas Designof onshore
installations. prEN 1473. rue de Stassart, 36 B-1050 Brussels: European National
Standard, European Committee on Standardizations, Management Centre
Permana, A.S.D. 2009. Laporan Umum TK-4090 Kerja Praktik PT Badak Natural Gas
Liquefaction. Laporan. Program Studi Teknik Kimia ITB, Bandung.
Tanabe, M., & Miyake, A. (2010). Safety design approach for onshore modularized LNG
liquefaction plant.Journal of Loss Prevention in the Process Plant Industries, 23.
Elsevier
V.N., Bernadet. 2009. Analisa HIRA-HAZID-HAZOP. Departemen Teknik Kimia. Universitas
Indonesia, Depok
30