Professional Documents
Culture Documents
Proposal Murabahah
Proposal Murabahah
Judul
Pilihan Hukum Peradilan Agama Dan Arbitrase Dalam
Penyelesaian Sengketa Akad Murabahah Berdasakan U.U NO.
3 Tahun 2006.
Oleh
ADI MARTHA PUTERA
OUT LINE
Hal.
KATA PENGANTAR.......................................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................
Latar Belakang......................................................................................
A. Rumusan Masalah.....................................................................
B. Tujuan Penelitian......................................................................
C. Kegunaan Penelitian.................................................................
D. Kerangka Dalil, Teori dan Konseptual......................................
E. Asumsi......................................................................................
F. Metode Penelitian.....................................................................
G. Sistematika Penulisan...............................................................
BAB II RUKUN, SYARAT, SUBJEK DAN OBJEK AKAD
MURABAHAH..............................................................................
A. Rukun Akad Murabahah...........................................................
B. Syarat Akad Murabahah............................................................
C. Subjek dan Objek Akad Murabahah.........................................
BAB III PILIHAN HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA AKAD
MURABAHAH..............................................................................
A. Cara-Cara Penyelesaian Sengketa.............................................
B. Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan...............................
C. Penyelesaian Sengketa di Pengadilan.......................................
BAB IV KEDUDUKAN, AKIBAT HUKUM DAN OBJEK
SENGKETA AKAD MURABAHAH............................................
A. Kedudukan Akad Murabahah...................................................
B. Akibat Hukum Akad Murabahah..............................................
C. Objek Sengketa Akad Murabahah............................................
BAB V PENUTUP.......................................................................................
A. Kesimpulan...............................................................................
B. Saran-Saran...............................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................
Latar Belakang
Peradilan
Agama
menjadi
tanggung
jawab
dan
kewajiban
maka
terhadap
sengketa
tersebut
terdapat
alternatif
dalam
Rifyal Kabah. Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah sebagai sebuah Kewenangan Baru
Peradilan Agama. Varia Peradilan No.245 ( April 2006), hal. 12.
Rumusan masalah
1. Bagaimana keberadaan akad murabahah dan rukun akad murabahah harus
dipenuhi ?.
2. Apa subjek dan objek akad murabahah ?.
3. Bagaimana penyelesaian kasus akad murabahah menurut Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama, dan Arbitrase ?.
C.
Tujuan Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini bertujuan :
1. Untuk mengetahui keberadaan akad murabahah dalam sistem ekonomi syariah
2. Untuk mengetahui subjek dan objek akad murabahah.
3. Untuk mengetahui cara penyelesaian sengketa akad murabahah menerut
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 7 tahun 1989 Tentang Peradilan Agama, dan Arbitrase.
D.
Kegunaan Penelitian :
1. Sebagai bahan masukan kepada nasabah yang berhubungan dengan perbankan
syariah tentang akad, rukun, dan syarat atau akad murabahah
2. Sebagai masukan dan sumbangan pemikiran bagi setiap orang yang
memperdalam hukum ekonomi syariah khususnya tentang keberadaan akad
murabahah pada perbankan syariah.
3. Sebagai suatu kontribusi ilmiah dalam studi hukum ekonomi syariah dalam
perspektif sosiologi hukum dan filsafat hukum.
Terjemahnya :
Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara.
sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara
kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah,
supaya kamu mendapat rahmat.Hadits Nabi Muhammad
SAW.
1. Hadits Riwayat al-baihaqi dan Ibnu Majah
Terjemahnya :
Dari Abu Said al-Hudriyyi bahwa Rasulullah Saw.
Bersabda : sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan atas dasar suka
sama suka. (HR al-Baihaqi, Ibnu Majah, dan sahih menurut ibnu
Hibban).
2. Hadits Nabi riwayat Tirmidzi :
Terjemahnya :
Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin, kecuali
perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang
haram; dan kaum muslimin terkait dengan syarat-syarat mereka
kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan
yang haram. ( HR. Tirmidzi dari Amr bin Auf).
3. Hadits Muaz :
Terjemahnya :
Bahwa rasulullah saw. Mengutus Muaz bin Jabal ke Yaman. Tanya
Rasulullah padanya, bagaimana kamu memutus perkara? saya akan
memutusi perkara dengan ketentuan yang terdapat dalam
Kitabullah,jawabnya.Jika tidak terdapat di dalam Kitabullah
bagaimana? Tanya Rasul lagi. Jawab Muaz, dengan Sunnah
Rasulullah. Jika di dalam Sunnah rasulullah tidak ada, bagaimana?
tanya Nabi lebih lanjut. Aku berijtihad dengan pendapatku sendiri,
jawabnya. Lalu rasulullah bersyukur, Segala puji bagi Allah yang
telah membimbing utusan Rasulullah. (Riwayat Turmuzy).
2. Kerangka Teoritis
yang
Fauzan Rekonsttruksi Teori Pemerataan Keadilan Z Asikin,. Varia Peradilan No. 267
(Februari 2008), hal. 38.
Ibid, hal. 45
A. Mukti Arto, Redefinisi Fungsi Pengadilan Sebagai Penegak Hukum dan Keadilan Varia
Peradilan No 267 (Februari 2008), hal. 31.
5
Ibid, hal. 35.
4
10
11
2). Dalam hal para pihak telah memperjanjikan penyelesaian sengketa selain
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) penyelesaian sengketa dilakukan
sesuai dengan isi akad.
3). Penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak boleh
bertentangan dengan prinsip syariah.
Pengalaman Badan Arbitrase Syariah (BASYARNAS) dalam
menyelesaikan sengketa antara bank dan nasabahnya dapat dijadikan
pelajaran bagi Peradilan Agama, dalam menyelesaikan sengketa ekonomi
syariah di masa depan seperti lembaga tahkim (BASYARNAS) dalam hukum
Islam supaya tidak terjadi hambatan dalam menangani sengketa, dan bila tidak
ditangani mungkin saja akan terulang dalam praktek Pengadilan Agama
secara hati-hati dan diselesaikan menurut prinsip-prinsip syariah .
Sebuah hasil penelitian S3 Ilmu Hukum di Universitas Sumatera Utara
menyimpulkan bahwa sengketa antara bank syariah tidak murni diselesaikan
berdasarkan prinsip syariah (fiqh), tetapi juga mengikutsertakan Pasal-Pasal
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata6. Hal itu antara lain karena tidak
terjadinya hukum Islam dalam bentuk perundang-undangan dan adanya
peraturan perundang-undagan nasional yang mengatur masalah arbitrase
secara umum, yaitu Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase
dan Penyelesaian Sengketa Alternatif. Hambatan lainnya ialah kurangnya
tenaga ahli yang menguasai hukum arbitrase Islam.
Sebagaimana telah diungkapkan di atas jelas bahwa yang menjadi
persoalan inti adalah akad/kontrak antara bank sebagai penyedia dan sekaligus
juga sebagai pengelola di satu pihak dan nasabah sebagai pengguna dana di
pihak lain. Kontrak yang paing umum dilakukan adalah akad mudharabah,
akad musyarakah dan akad murabahah dan lain-lain yang selama ini diatur
secara luas dalam fiqh berbagai mazhab.
12
13
kepada hakim dan pengakuan seseorang di depan hakim. Tindakantindakan seperti ini berakibat timbulnya suatu ikatan secara hukum,
tetapi sifatnya tidak mengikat. Oleh sebab itu, ulam fikih menetapkan
bahwa tindakan seperti yang disebut terakhir ini tidak dapat dikatakan
akad, kerena tindakan tersebut tidak mengikat siapapun. Berdasarkan
pembagian tindakan hukum manusia di atas, lanjut Mustafa Ahmad azZarqa, suatu tindakan hukum lebih umum dari akad. Setiap akad
dikatakan sebagai tindakan hukum dari dua atau beberapa pihak, tetapi
sebaliknya setiap tindakan hukum tidak dapat disebut sebagai akad.
Menurut az-Zarqa, dalam pandangan syarak, suatu akad merupakan
ikatan secara hukum yang dilakukan oleh dua atau beberapa pihak yang
sama-sama berkeinginan untuk mengikatkan diri. Kehendak atau
keinginan pihak-pihak yang mengikatkan diri tersebut sifatnya
tersembunyi dalam hati. Oleh sebab itu, untuk menyatakan kehendak
masing-masing harus diungkapkan dalam suatu peryataan. Peryataan
pihak-pihak yang berakad itu disebut dengan ijab dan kabul7.
3. Kerangka Konseptual
Beberapa pengertian dijelaskan disini :
1.
Abdul Azis Dahlan. et al. Ensiklopedi Hukum Islam. cet.I,. (Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeve,
1996), hal. 63 64.
8
Ahmad Kamil dan Fauzan. Kitab Undang-Undang Hukum Perbankan dan Ekonomi Syariah.
Cet. Ke-I, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), hal. 306.
14
ibid
15
Penyelesaian Sengketa
Yang dimaksud dengan penyelesaian sengketa adalah proses dalam
menyelesaian sengketa antara pihak bank syariah dan nasabah, baik
menyangkut lembaga yang bersenang menangani, maupun cara-cara yang
ditempuh dalam menangani sengketa, dan tentunya dengan secara hati-hati
dan menurut prinsip syariah disamping tentunya mengikutsertakan pasalpasal Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
10
Adiwarman Karim. Bank Islam, Analisis Fiqih Dan Keuangan. Edisi 2 Cet 2 (Jakarta : PT. Raja
Garfindo Persada 2004), hal. 65.
11
Gemala Dewi. Wirdayaningsih dan Yeni Salma Barlianti. Hukum Perikatan Islam di Indonesia
edisi pertama. Cetakan ke I, (Jakarta: Prenada Media, 2005), hal. 51.
16
Hal ini antara lain karena tidak tersedianya hukum Islam dalam
bentuk perundang-undangan dan adanya peraturan perundangundangan nasional yang mengatur masalah arbitrase secara umum,
yaitu Undang-Undang Nomor 30/1999 tentang arbitrase dan
penyelesaian sengketa alternatif.12
4.
Peraturan Perundang-undangan
Peraturan Perundang-undangan maksudnya ialah segala peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Indonesia yang berkaitan dengan
penyelesaian sengketa akad murabahah termasuk fiqh para fuqaha sebagai
pengganti peraturan perundang-undangan (untuk mengisi kekosongan
hukum) serta fatwa Dewan Syariah Nasional. Sehubungan dengan hal ini
perlu disebut sebagai dasar hukum :
a. Undang-Undang Dasar 1945
b. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama. Pasal
49 Pengadilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus,
dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang
beragama Islam di bidang : ... huruf i. Ekonomi Syariah.
c. Pasal 6 Undang Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa (Alternative Dispute Resolution).
d. Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 4/DSN-MUI/4/2000 Tentang
Murabahah.
17
1.
Abdullah Sulaiman,. Metode Penulisan Ilmu Hukum. Jakarta : Program Megister Ilmu Hukum,
Pasca Sarjana Universitas Islam Jakarta, 2006. hal. 5.
14
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Cet kedua. RajaGrafindo
Persada, jakarta: 2004. hal. 114.
18
2. Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif analitis karena menggambarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dikaitkan dengan teori-teori
hukum penyelesaian sengketa dalam praktek pelaksanaannya yang berkaitan
dengan permasalahan akad murabahah sebagai pencerminan terhadap
pelaksanaan dari peraturan perundang-undangan dikaitkan dengan teori-teori
hukum dalam sengketa akad murabahah.
3. Sumber Data
a. Primer
Yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber melalui putusan
pengadilan tentang penyelesaian sengketa akad murabahah.
b. Sekunder
Yaitu data yang diperoleh dari dokumen resmi buku-buku hukum
ekonomi syariah (khususnya akad murabahah, laporan, transaksi akad
murabahah dan penyelesaiannya. Hal ini penting dilakukan penulis untuk
memilah-milah kemudian menganalisis terhadap peraturan perundangundangan yang terbagi menjadi :
1. Bahan hukum primer.
Yaitu bahan hukum yang menjadi pengikat atau landasan
hukumnya seperti :
a. Undang-Undang Dasar 1945
b. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama.
c. Undang Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa (Alternative Dispute Resolution).
d. Undang-Undang Nomor 21/2008 Tentang Perbankan Syariah
e. Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 4/DSN-MUI/4/2000
Tentang Murabahah.
19
20
hukum positif, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan penulis untuk menentukan
isi atau makna aturan hukum15.
H. Sistematika Penulisan
Bab Pertama merupakan bab pendahuluan yang memuat tentang latar
belakang lahirnya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang menambah
kewenangan bagi Peradilan Agama dalam menyelesaikan sengketa ekonomi
syariah. Di dalam ekonomi syariah termasuk perbankan syariah yang antara
lain mengeluarkan produk pembiayaan dengan akad murabahah. Selama ini masih
menjadi perdebatan lembaga mana yang berwenang menyelesaikan sengketa,
apakah Pengadilan Negeri ataukah Pengadilan Agama. Undang-Undang Nomor
21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, telah memberikan jalan keluar
mengenai lembaga yang menyelesaikan sengketa di samping masih dibuka
kemungkinan cara-cara penyelesaian sengketa.
Guna mempermudah pembahasan selanjutnya dikemukakan rumusan yang
berkaitan dengan akad murabahah dan penyelesaian sengketa akad murabahah,
baik lembaga yang bertanggung jawab, maupun cara-cara penyelesaian sengketa.
Tujuan dan kegunaan penelitian terhadap akad murabahah dan
penyelesaian sengketanya agar supaya mencapai arah yang jelas, tertib dan
teratur, sehingga terfokus. Kerangka dalil, teoritis dan konseptual dijadikan
sebagai landasan berpijak dalam penulisan tesis, sehingga jelas sumbernya, begitu
juga metode penelitian hukum yang digunakan agar diperoleh penyelesaian
dengan sumber-sumber data yang ada.
Bab Kedua menguraikan tentang rukun dan syarat akad murabahah yang
harus dipenuhi sehingga akad atau transaksinya dianggap sah menurut hukum
karena akad ini merupakan inti dari semua transaksi secara syariah, juga hal-hal
yang menjadi subjek dan objek akad murabahah.
15
Philipus M Hadjon, Pengkajian Ilmu Hukum Dogmatif Normatif), Yuridika No. 6 Tahun IX,
November-Desember 1994, hal. 6.
hukum,
cara-cara
penyelesaian
sengketa,
serta
pilihan
hukum
DAFTAR PUSTAKA
Al Quran dan terjemahnya
Adha, Noor Ichwan Ichlas Ria. Pentingnya Pembatasan Perkara Perdata dalam
Hukum Acara Perdata Nasional. Varia Peradilan No.267 (Pebruari
2008).
Al-Kahlani, Al-Imam Muhammad bin Ismail, Subul Al-Salam, Syar Bulugh AlMaram Min Adillah Al-Ahkam., Juz III, Daar Al-Fikr.tt.tth.
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Cet kedua,
RajaGrafindo Persada, jakarta: 2004.
A Rahman, Asmuni. Metode Penetapan Hukum Islam. Cet 2. Jakarta : Bulan Bintang,
2004.
Arief, Eddi Rusdiana, et el. hukum Islam di Indonesia. cetakan pertama, Bandung, PT
Remaja Rosdakarya, 1991.
Arto, A.Mukti. Redefinisi Fungsi Pengadilan sebagai Penegak Hukum dan
Keadilan, Kajian Teoritis dan Pragmatis Penyelenggara Peradilan Guna
Membangun Paradigma Baru. Varia Peradilan No.267 ( Februari 2008).
Dewi , Gemala. Aspek- Aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian
Syariah di Indonesia. ed I, cet 2. Jakarta : Prenada Media , 2005.
Wirdayaningsih dan Yeni Salma Barlianti . Hukum Perikatan Islam
di Indonesia edisi pertama. Cetakan ke I. Jakarta: Prenada Media, 2005.
Hafiduddin, Didin dan Hendri tanjung. Manajemen Syariah dalam Praktek.cet. I.
Jakarta : Gema Insani Press, 2003.
Hermansyah. Hukum Perbankan Nasional Indonesia. Ed. Rev. Cet. 2. Jakarta,
Kencana Prenada Media Group, 2006.
Hosen, Haji Muhammad Nadratuzzaman. Buku Saku Perbankan Syariah.Jakarta:
Bank Indonesia, 2005.
Indonesia, Amandemen Undang Undang Dasar 1945. perubahan pertama, kedua ,
ketiga dan keempat. Tangerang : Interaksa, tth.
Indonesia, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternative
Penyelesaian Sengketa.
Indonesia, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama, TLN 4611.
Indonesia, Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah.