Professional Documents
Culture Documents
Diktat Pipe Stress Analysis
Diktat Pipe Stress Analysis
BAB I
PENDAHULUHAN
Piping stress analysis adalah suatu metode terpenting untuk meyakinkan dan menetapkan
secara numeric bahwa system perpipaan dalam engineering adalah aman. Beban (Gaya,
Moment dan tegangan) yang terjadi secara aktual pada pipa dan nozzle equipment dibuat
sedemikian rupa sehingga beban tersebut tidak melebihi batasan yang telah ditetapkan oleh
Code dan Standard Internasional (ASME, ANSI, API, WRC, NEMA, dll). Dalam analisa
bahwa beban terjadi karena adanya pengaruh perlakuan beban static dan perlakuan beban
dinamik. Pemasangan support (penyangga) adalah hal yang paling penting agar pengaruh
pembebanan (statik dan dinamik) selama operasi sistim perpipaan tidak mengalami
kegagalan atau kerusakan.
Beban Statik (sustain, expansi dan operating) pada dasarnya adalah suatu beban yang
disebabkan oleh pengaruh internal yakni tekanan, temperature dan berat material pipa serta
semua komponen dalam sistem. Selain dari itu beban statik dapat juga disebabkan oleh
adanya beban external, yakni gempa, thrust load dari relief valve, wind dan wave dan beban
ultimate tanah bila pipa berada dalam tanah (under ground). Beban statik selain akibat beban
ultimate tanah sering disebut dengan beban static occational atau lebih dikenal dengan
beban quasi dynamic, dikatakan demikian karena beban dianggap seolah-olah sebagai
beban dynamic tetapi bukan fungsi waktu. Batasan tegangan actual yang terjadi pada beban
quasi dynamic tidak diperkenankan melebihi dari 1.33Sh.
Beban Dinamika (occasional) mempertimbangkan adanya beban external sebagai fungsi
waktu [W = f(t)], antara lain gempa (seismic), operasi safety valve, vibrasi (pulsation) dan
water hammer. Dalam analisa dinamika, besaran frekwensi natural dapat dihitung atau dapat
diperkirakan apabila besaran frekwensi extraksi dari sumber mesin rotasi dan frekwensi
pribadi sitim perpipaan dapat diketahui terlebih dahulu. Frkwensi extraksi mesin rotasi dapat
diketahui dari informasi data vendor, sedangkan frekwensi pribadi sistim perpipaan dapat
dihitung dengan menggunakan formula 7.2b dan atau 8.5a dengan berdasar pada model
(routing) sistim perpipaan tersebut. Analisa dinamika ini dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa metode, yakni : Modal, Spectrum, Harmonic dan Time History.
Hal : 1/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
BAB II
KRITERIA PIPA KRITIKAL
2.1
Critical Line
Pembagian piping dalam system engineering ada dua bagian, yakni Non Critical Piping dan
Crtical Piping. Non critical piping adalah semua jalur pipa (line pipe) tidak dipertimbangkan
atau diperhitungakan dalam piping stress analysis, karena temperature fluida dalam pipa tidak
memenuhi sebagaimana yang ditetapkan dalam kriteria, (lihat gambar (1) dan gambar (2)).
Sedang Crtical Piping adalah semua system pipa yang harus dipertimbangkan dalam analysis
, karena temperature fluida dalam pipa memenuhi ketetapan dalam kriteria (lihat gambar (1)
dan gambar (2)). Tegangan dan beban hasil analisis harus dibuat sedemikian rupa sehingga
akseptabel berdasarkan pada stsandard International (ASME B31.1, B31.3, B3.18, API610,
API 617, NEMA SM23 dan lain-lain).
Kriteria untuk crirtical line merupakan fungsi temperature dan diameter pipa yang ditunjukkan
dalam bentuk grafik terlihat pada gambar (1) dan gambar (2), dimana sumbu absis
menerangkan perubahan dimeter pipa dan ordinat menerangkan perubahan temperature
yang bekerja pada system perpipaan. Kriteria tersebut dibagi dua kategori, yaitu kategori (1)
untuk kriteria dimana system pipa dihubungkan dengan nozzle static equipment dan kategori
(2) system pipa yang dihubungkan dengan nozzle mesin rotasi (Turbine, Compressor, Pump,
Air Cooler, dll).
Hal : 2/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
2 and Over
KRITERIA C
400
TEMPERATURE (oC)
3 and Over
200
8 and Over
150
14 and Over
KRITERIA A
KRITERIA B
100
80
10
12
14
PIPE SIZING (inch)
14 and Over
-100
Note : Semua piping yang tidak berada pada kriteria C pada chart di atas penempatan
support harus di koreksi secara sederhana terhadap standard span support yang sudah ada,
atau dengan menggunakan metode analitik acceptabilitas yang komprehensip.
Gambar (1) : Critical Line Kriteria untuk Static Equipment
Hal : 3/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
KRITERIA C
400
TEMPERATURE (oC)
2 and Over
200
3 and over
8 and over
150
KRITERIA A
80
14and
Over
KRITERIA B
100
10
12
14
PIPE SIZING (inch)
8 and over
-100
Catatan :
1.) Kriteria A : Tidak Perlu dianalisa
2.) Kriteria B : Harus dikoreksi dengan metode sederhana yang ada
3.) Kriteria C : Detail analisa harus dihitung dengan computer.
Anlisa flexibility harus berdasarkan pada batasan-batasan yang telah ditetapkan oleh
Standarad API dan/atau NEMA SM-23, Jika manufacturers tidak mempunyai batasan
khusus.
Gambar (2) : Critical Line Kriteria untuk Mesin Rotasi
Hal : 4/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
2.2
Data temperature dan diameter jalur pipa (line number) diperoleh pada data process dalam
bentuk line list (Tabel 1). Temperatur dan ukuran pipa harus dipastikan berada pada area
critical C , (lihat gambar (1) dan gambar (2)), yaitu menarik garis vertical diameter sumbu
absis dan dipotongkan dengan garis datar yang memotong sumbu ordinat temperature.
Dengan menggunakan Gambar 3: P&ID ( Piping and Instrumentation Diagram), User harus
mengklompokkan nomer jalur (line number) dalam satu nomer kalkulasi (calculation number)
berdasarkan critical line yang telah diperoleh sebagaimana dengan cara di atas,
pengkelompokkan ini disebut dengan critcal line list (Tabel 2).
Nomer kalkulasi adalah suatu system pipa yang menghubungkan
equipment, yang terdiri dari satu line number atau beberapa line number.
digunakan sebagai nama file computer dalam analisa dan berdasarkan
beberapa project bahwa pengambilan nomer kalkulasi berdasarkan
terbesar dalam satu kelompok line number dalam suatu nomer kalkulasi.
nozzle ke nozzle
Nomor Kalkulasi ini
pengalaman dalam
pada line number
Hal : 5/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
Sebagai catatan terpenting terutama pada system pipa yang dihubungkan dengan mesin
rotasi, bahwa semua jalur utama (main line) yang menghubungkan langsung ke nozzle mesin
rotasi harus dipertimbangkan dalam analisa dan dikelompokkan dalam critical line list
walaupun temperature yang digunakan tidak masuk dalam kriteria yang telah ditetapkan
dalam gambar (1) dan Gambar (2).
Gambar 3 : P & ID
Hal : 6/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
BAB III
TEORI DASAR TEGANGAN PIPA
3.1
Ragam Tegangan
Tegangan yang tejadi dalam sistem perpipaan dapat dikelompokkan ke dalam
dua kategori, yakni Tegangan Normal (Normal Stress) dan Tegangan Geser (Shear
Stress).
Tegangan normal terdiri dari tiga komponen tegangan, yang masing-masing adalah:
1. Tegangan Longitudinal (Longitudinal Stress), yaitu tegangan yang searah
panjang pipa.
2. Tegangan Tangensial atau Tegangan Keliling (Circumferential Stress atau
Hoop Stress), yaitu tegangan yang searah garis singgung penampang pipa,
3. Tegangan Radial (Radial Sttress), yaitu tegangan searah jari-jari
penampang pipa.
Tegangan Geser terdiri dari dua komponen tegangan, yang masing-masing adalah:
1. Tegangan Geser (Shear Stress), yaitu tegangan akibat gaya geser,
2. Tegangan Puntir atau Tegangan Torsi (Torsional Stress), yaitu tegangan
akibat momen puntir pada pipa.
3.1.1
Longitudinal stress
ax =
Fax
A
(3.1)
Hal : 7/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
b).
Tegangan Tekuk b adalah tegangan yang ditimbulkan oleh momen M yang bekerja
diujung-ujung pipa. Dalam hal ini tegangan yang terjadi dapat berupa Tegangan Tekuk Tekan
(Tensile Bending) atau Tegangan Tekuk Tarik (Compression Bending). Tegangan tekuk itu
maksimum pada permukaan pipa dan nol pada sumbu pipa, karena tegangan tersebut
merupkan fungsi jarak dari sumbu ke permukaan pipa c. Hal ini dapat digambarkan dalam
Gambar 5a dan Gambar 5b, berikut :
b =
Mc
I
.......... (3.1b)
(ro 4 ri 4 )
c).
Tegangan longitudinal tekan (LP) adalah tegangan yang ditimbulkan oleh gaya tekan
internal P yang bekerja pada dinding pipa searah sumbu pipa (lihat Gambar 6), yang dapat
dirumuskan sebagai berikut :
LP =
PAi
Pd i
Pd i
pd o
=
=
=
2
2
Am
4t
(d o d i ) 4td m
..
(3.1c)
L =
MC F Pd o
+ +
I
A
4t
(3.1d)
Hal : 8/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
3.1.2
Tegangan tangensial SH ditimbulkan oleh tekanan internal yang bekerja secara tengensial
dan besarnya bervariasi tergantung pada tebal dinding pipa. Rumus untuk tegangan
tangensial dapat didekati dengan memakai persamaan Lame berikut dan dijelsakan pada
Gambar 7.
ri ro
)
r2
2
2
(ro ri )
2
R =
P(ri +
SH =
3.1.3
Pd i L Pd i Pd o
=
=
2tL
2t
2t
................
(3.1e)
Radial Stress
Tegangan ini dijelaskan pada Gambar 8. Besar tegangan ini bervariasi dari permukaan dalam pipa
ke permukaan luarnya dan dapat dinyatakan dengan rumus berikut. Oleh tekanan internal tegangan
radial maksimum max terjadi pada permukaan dalam pipa dan tegangan minimum min pada
permukaan luarnya. Kedua tegangan ini berlawanan dengan tegangan tekuk, sehingga tegangan
radial tersebut sangat kecil dibandingkan dengan tegangan tekuk. Jadi tegangan radial dapat
diabaikan.
r r
P(ri i 2o )
r
R =
2
2
(ro ri )
2
. (3.1f)
Hal : 9/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
3.1.4
Tegangan Geser
Tegangan akibat gaya geser ini yang bekerja kearah penampang pipa dijelaskan pada
Gambar 10 dan dinyatakan dalam persamaan berikut.
Shear Distribution Profile
max =
VQ
Amax
..
(3.1g)
V = gaya geser
A,,, = luas penampang pipa
Q = factor bentuk (form factor) untuk pergeseran (=1.33 untuk penampang lingkaran yang pejal)
Tegangan geser mencapai nilai maksimum pada sumbu pipa dan minimum pada jarak terjauh
dari sumbu pipa (yaitu permukaan luar pipa). Seperti halnya pada tegangan radial, besar
tegangan geser ini kebalikan dengan tegangan tekuk, sehingga tegangan geser relatif kecil
dibandingkan dengan tegangan tekuk, sehingga dapat diabaikan.
3.1.5 Tegangan Torsi
Suatu bentangan bahan dengan luas permukaan tetap dikenahi suatu puntiran (twisting) pada
setiap ujungnya dan puntiran ini disebut juga dengan torsional, dan bentangan benda tersebut
dikatakan sebagai poros (shaft). Untuk suatu poros dengan panjang L dan jari-jari c dikenahi
torsi T (sepasang), sebagaimana ditunjukkan dalam gambar 10, Pergeseran sudut (angular
displacement) ujung satu terhadap yang lainnya diberikan dengan sudut (dalam radian)
adalah :
TL
JG
.....................................
(3.1h-a)
Dengan J = c 4 2 adalah moment inersia polar pada luas permukaan. Juga, tegangan geser
torsional pada suatu jarak r dari sumbu poros luas permukaan adalah :
Tr
J
...................................
(3.1h-b)
yang bertambah secara linier sebagaimana terlihat dalam gambar 10b. Sehingga, maksimum
tegangan geser yang terjadi pada r = c adalah max =
Tc
untuk poros berlubang mempunyai
J
jari-jari dalam ci dan jari-jari luar c o semua formula di atas akan berlaku tetapi dengan
J = (c o4 ci4 ) 2
...........................
(3.1h-c)
Hal : 10/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
Gambar 10a
Gambar 10b
Gambar 10 : Torsional Stress
Dari kelima macam tegangan yang terjadi di atas dapat disimpulkan bahwa apabila ada beban
luar maupun internal pressure yang bekerja pada system perpipaan, maka pada system
perpipaan tersebut akan mengalami tiga macam tegangan yang patut dipertimbangkan, yaitu
tegangan longitudinal, tegangan shear torsional dan hoop stress dan dua macam tegangan
yang di abaikan yaitu tegangan radial dan tegangan geser (shear stress).
Sebagi contoh :
Jika pipa 6 mempunyai sifat-sifat dan beban yang bekerja sebagai berikut :
do = 6.625 in
di = 6.0625 in
t = 0.280 in
Tekanan (P)
I = 28.142 in
= 507 psi
A = 5.5813 in
J = 56.284 in4
Hitung semua tegangan yang terjadi pada system pipa tersebut ?..
1. Tegangan Longitudinal L =
M C Fa Pd
+
+
I
A
4t
Hal : 11/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
Tentukan status tegangan pada berbagai titik dalam benda yang dibebani.
Transformasikan komponen tegangan dalam kordinat global ke dalam komponen
utama tegangan pada setiap titik.
Kombinasikan komponen-komponen tegangan tersebut untuk mendapatkan nilai
tunggal komponen tegangan.
Bandingkan harga tegangan tersebut dengan ambang batas yang didefinisikan
dalam code.
Hal : 12/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
x + y + z = 1 + 2 + 3
.....................
(3.2a)
Tegangan geser maksimum dalam suatu status tegangan tiga dimensi adalah sama dengan
selisih antara tegangan utama terbesar dan tegangan utama terkecil dibagi dua, atau ditulis
sebagai berikut :
max =
1 3
2
..
(3.2b)
( x + y + z )
3
( 1 + 2 + 3 )
3
(3.3a)
Di sini ada dua kriteria umum yang dapat diterima sesuai dengan komponen tegangan
deviatorik dengan memprediksi keadaan akan tegangan luluh (yield stress) dalam suatu
bahan, yaitu :
Kriteria 1 : Von Mises, atau Distribusi Energi atau Oktahedral
Kreiteria 2 : Tegangan geser maksimum atau Tresca
Semua permasalahan harus disesuaikan dengan kcriteria-kriteria tersebut di atas sehingga
ada kaitannya dengan atatus tegangan tiga dimesi dalam suatu bahan dan diperoleh status
tegangan uniaxial pada cuplikan tarik (tensile specimen). Untuk menentuukan kekuatan
ambang batas bahan pada umumnya dapat ditentukan dengan uji tarik (tensile test).
3.3.1
Kegagalan (failure) akan terjadi apabila tegangan geser octahedral (octahedral shear stress)
dalam suatu bahan adalah sama besar dengan tegangan luluh geser oktahedral dalam uji
tarik uniaksial, tegangan shear oktahedral dinyatakan dengan rumus :
oc =
[( 1 2 ) 2 + ( 2 3 ) 2 + ( 3 1 ) 2 ]1 / 2
3
(3.3b)
Hal : 13/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
Dalam uji tarik uniaxial, diperoleh apabila specement berada pada titik yield, yaitu :
1 = yield ;
2 = 3 = 0
(3.3c)
oc =
oc =
[( yield 0) 2 + (0 0) 2 + (0 yield ) 2 ]1 / 2
3
yield 2
3
= 0.4714 yield
....
..
(3.3d)
(3.3e)
max =
( 1 3 )
2
..
(3.3f)
Untuk uji tarik uniaxial sebagaimana di atas bahwa specement berada pada titik yield:
(3.3g)
(3.3h)
Hal : 14/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
yield
2
[ + H ]
H
2
1 = L
+ L
+
2
2
..
(3.3i)
(3.3j)
(3.3k)
[ + H ]
H
2
2 = L
L
+
2
2
3 = 0
Contoh :
Untuk pipa 6 dengan data sebagai berikut (19);
Sehingga diproleh tegangan octahedral dan shear maximum yang acceptable sebagai berikut
:
Octahedral Shear
7874 psi
Allowable oc
0.4714yield = 0.471x36000
16970 psi
Prosentase
46.4%
Shear maximum
max = 1/2[(1 3)
9000 psi
Allowable
yield/2 = 36000/2
18000 psi
Hal : 15/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
Prosentase
50%
Hal : 16/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
3.4
Logam terbentuk dari bulir-bulir kristal tunggal (grain) yang masing-masing terdiri dari atomatom yang tersusun rapi dalam ruang tiga dimensi. Bulir-bulir tersebut masing-masing
mempunyai kemiripan pola dan tidak tersusun searah melainkan mempunyi yang berbedabeda.. Karena persinggungan antara bulir-bulir ini, yang dinamai dengan Batas (grain
boundary) tidak serba sama, maka setiap batas bulir mempunyai energi yang tinggi.
Hal : 17/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
Lebih fatal lagi, kegagalan lelah (fatigue failure) terjadi apabila tegangan yang diberikan pada
suatu bahan berada di bawah tegangan luluh. Hal yang sama bahwa pemakaian tegangan
rendah dibawah titik luluh relatip sedikit menghasilkan deformasi plastik dalam bulir dan
perubahan orientasinya. Jika bagian tersebut dikenakan cycle yang cukup tinggi maka dapat
timbul retakan dalam bulir-bulir tersebut dan kemudian menjalar ke seluruh bahan dan
akhirnya menghasilkan kegagalan (failure). Sistem bahan akan mengalami kegagalan
walaupun diberikan tegangan di bawah tegangan luluhnya, apabila sistem menderita
tegangan dengan siklus yang tinggi.
Hasil untuk suatu material tertentu
terlihat berikut
Perlakuan
Cycle failure
tegangan
berulang
300000
23
200000
90
100000
550
50000
6700
30000
38000
20000
100000
Tegangan Yield = 57000psi
(Untuk material uji)
Hal : 19/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
Gambar 16 : Kurva fatigue untuk Baja Karbon (Carbon Steel) , Paduan Rendah (Low Alloy),
Seri 4xx, Paduan Baja Tinggi (High Alloy Steel) dan Baja Tensil Tinggi (HighTensile Steel)
untuk temperature tidak melebihi 700oF
Hal : 20/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
Contoh :
1. Diberikan kurva ketahanan di bawah ini dengan tegangan yang terjadi adalah 200000 psi,
berapakah jumlah cycle yang diperbolehkan ?
450000
Amplitudo Tegangan
200000
Cycle
Jawab : Dari titik 200000 psi pada sumbu vertikal tegangan ditarik garis horisontal sehingga
ditemukan titik potongnya pada kurva. Dari sini ditarik garis vertikal ke bawah sampai
perpotongan dengan sumbu siklus, maka diperoleh siklus yang diijinkan untuk tegangan
200000 psi adalah 200 siklus.
2. Apabila tegangan yang terjadi dalam sistem perpipaan yang menghubungkan dua bejana
adalah 450000 psi. dengan masa umur disain operasi (life time operating design) 15 siklus.
Gunakan kurva ketahanan bahan di atas untuk menentukan apakah sistem dapat diterima
atau tidak ?.
Jawab : Dengan cara yang sama seperti contoh 1, diperoleh siklu yang diperkenankan antara
20 dan 30. Dengan sistem 15 siklus, maka sistem seharusnya dapat diterima/akseptabel
(acceptable)
Pertimbangan-Pertimbangan Khusus :
1. Struktur yang paling diperhatikan dalam kelelahan adalah retakan lelah (fatigue crack)
yang timbul biasanya diawali pada suatu permukaan bebas.
2. Serangan karat/korosi (corrosive attack) walaupun tanpa adanya gangguan tegangan
juga dapat menghasilkan lubang-lubang kecil pada permukaan logam. Lubang-lubang
tersebut dapat menyebabkan pengurangan kekuatan lelah (fatigue strength) pada
bahan. Apabila serangan korosi terjadi secara bersamaan dengan beban lelah maka
akan mempercepat terjadinya retakan pada permukaan. Apabila serangan korosi,
beban lelah dan serangan kimia terjadi secara bersamaan maka laju tumbuh retak
lelah pada permukaan logam akan dapat dipercepat.
3. Perlu diingat bahwa kurva kekuatan di buat berdasarkan kebalikan dari status
tegangan. Nilai rata-rata tegangan sangat pasti mempunyai pengaruh pada kekuatan
suatu bahan. Hali ini diperlihatkan dalam kurva berikut :
Hal : 21/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
R = Smin/Smax
Sa = (Smax Smin)/2
Sm = (Smax + Smin)/2
Untuk menentukan batas kekuatan tegangan yang diperbolehkan terutama untuk bahan
rapuh (ductile material) dapat digunakan persamaan Soderberg Line. Hasil dari batas
tegangan yang diijinkan dalam persamaan tersebut sangat dipengaruhi oleh tegangan
maximum dan minimum dalam siklus operasi sistem,
1 Sm
S a (allowed ) = S a (@ R = 1)
S
yield
(3.4a)
Persamaan tersebut di atas tidak berlaku apabila tegangan rata-rata (Sm) lebih besar dari
pada tegangan yield (Syield).
Contoh : Diketahui operasi sistem @=10000 siklus, Sa =25000 psi dan dari kurva ketahanan
diperoleh Syield=55000 psi. dan apabila tegangan maksximum dan minimum selama @=10000
siklus dilukiskan dalam gambar-gambar berikut, tentukan batas tegangan yang diijinkan pada
bahan tersebut :
Gambar 1 :
Maka
Gambar 2 :
Sa = (Smax Smin)/2
Sa = (25000 (-25000))/2 = 25000 psi
Sm = (Smax + Smin)/2
Sm = (25000 25000)/2 = 0 psi
Sa (allowed) = Sa (@Sm =0)x(1- Sm /Syield)
Sa (allowed) = 25000 x (1-0) = 25000 psi
Sa = (Smax Smin)/2
Sa = (35000 1666)/2 = 16667 psi
Sm = (Smax + Smin)/2
Sm = (35000 1666)/2 = 18333 psi
Hal : 22/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
Hal : 23/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
Batasan-batasan lelah untuk logam tergantung pada rasio antara Sa dengan siklus108
kekutan tarik bahan. Batasan lelah untuk Baja Tuang (Cast steel) dan Baja Kasar (Baja
Kasar) sekitar 0.5, beberapa logam bukan besi (Nonferrous metal) seperti Nikel, Tembaga
(Copper) dan Magnesium mempunyai rasio sekitar 0.35 sedangkan untuk Baja kasar batasan
lelah berkisar antara 0.2 atau 0.3 tergantung pada derajat intensitas tegangan.
Hal : 24/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
3.5
Kegagalan Komulatif
Dalam operasi pabrik pembangkit, sistem perpipaan sering kali ada kaitannya dengan
penggunaan bahan kimia (chemical) dan uap, yang suhu sistemnya tidak dipertahankan
selama sikluse start-up/shut-down. Dalam hal ini sering kali ditemukan lonjakan suhu pada
saat start-up hingga mencapai harga, katakanlah Te, Apabila selama operasi terjadi
perubahan suhu, misalkan antara Te dan suhu terendah, misalkan T1, T2, ..., Tn. Dalam kasus
ini code perpipaan telah menetapkan metode evaluasi kerusakan kumulatif selama
pengurangan siklus termal.
Pemakai akan menemukan bahwa aturan kerusakan kumalatif hanya dapat terjadi apabila
bilangan variasi termal bernilai tinggi, atau apabila besaran variasi suhu mempunyai
persentasi yang besar terhadap suhu desain maksimum yang digunakan.
Aturan-aturan berikut harus diikuti apabila mengevaluasi sistem :
1. Te adalah suhu maksimum (tertinggi), artinya jika siklus start-up tidak secara langsung
pada suhu Te.
2. Tegangan ekspansi yang diperkenankan harus berdasarkan pada Te, yaitu Sh harus
dipandang pada suhu Te.
3. Perbedaan antara Te dan semua perubahan suhu harus dihitung demikian :
dT1
dT2
dTn
= Te T 1
= Te T 2
= Te T n
4. Bilangan siklus selama perubahan operasi suhu yang terjadi harus ditaksiri, yaitu
sebagai berikut :
Perubahan temperature d T1akan terjadi N1 kali
Perubahan temperature d T2 akan terjadi N2 kali, ......,
Perubahan temperature d Tn akan terjadi Nn kali
5. Total bilangan siklus selama operasi pada temperature Te dengan suhu kamar adalah
Ne.
6. Total bilangan siklus suhu harus ditaksir sebagai berikut :
N = Ne + (m1)( N1+ (m2)( N2) + ........+ (mn)( Nn) .........
(3.21)
Dimana :
m1 = (dT1/ Te)5
m2 = (dT2/ Te)5
mn = (d Tn/ Te)5
7. Dari N siklus yang terhitung seperti pada butir 6 akan diperoleh faktotr reduksi siklus
(cyclic reduction factor) f berdasarkan pada Tabel 302.3.5 ASME B31.3/B31.1
sebagai berikut
Hal : 25/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
Hal : 26/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
Aturan kerusakan kumulatif tersebut tidak sepenuhnya dialamatkan pada masalah pada satu
bagian sistem perpipaan akibat Te saja, akan tetapi juga akibat bagian-bagian lain, yaitu
adanya fluktuasi suhu dalam sistem perpipaan. Pada umumnya dalam kasus ini untuk
masing-masing perubahan suhu dibuat analisis sederhana secara terpisah. Code perpipaan
ASME Class 1 para. 3222.4 memberikan aturan yang harus diikuti pemakai mengenai
pengaruh kumulatif sikus pada sistem perpipaan, sebagaimana dalam NB 3222.4(5) adalah
sebagai berikut :
Kerusakan kumulatif. Jika ada dua atau lebih macam siklus tegangan yang menghasilkan
besar tegangan yang berarti, pengaruh kumulatifnya harus dievaluasi sebagaimana dijelaskan
dalam langkah 1 hingga langkah 6 di bawah :
Langkah 1 : Nomor tipe setiap terjadi siklus tegangan ditaandai dengan angka 1, 2, 3, .., n
akan diulang selama berlangsungnya masing-masing komponen siklus n1, n2, n3, ......, nn
Pertimbangan dalam menghitung n1, n2, n3, ..., nn akan memberikan superposisi awal variasi
siklus yang menghasilkan suatu rentang perbedaan tegangan total lebih besar dari rentang
perbedaan tegangan siklus individual. Sebagai contoh, jika tipe pertama siklus tegangan
menghasilkan 1000 siklus dengan hasil variasi tegangan dari nol ke +60000 psi dan tipe
lainnya menghasilkan siklus tegangan 10000 siklus dengan hasil variasi tegangan yang dari
nol ke 50000 psi, maka dua jenis siklus tersebut dapat definisikan dengan parameterparameter sebagai berikut :
S
6000
1000
10000
Cycle
5000
(a)
(b)
Langkah 2 : Untuk setiap tipe siklus tegangan, ditentukan intensitas tegangan bolak-baliknya
Salt, tegangan mana dipertimbangkan hanya akibat adanya ekspansi saja. Tegangan bolakbalik untuk setiap siklus dinyatakan dengan : Salt1, Salt2, ......., Saltn.
Langkah 3 : Dengan menggunakan kurva lelah desain berdasarkan Salt hitungan, akan
diperoleh bilangan siklus yang diperkenankan (allowable), yang ditandai dengan dengan : N1,
N2, ...., Nn.
Langkah 4 : Untuk setiap tipe perhitungan siklus tegangan menggunakan faktor-faktor :
U1, U2, ...Un, disini U1 = n1/N1, U2 =n2/N2, ....., Un = nn/ Nn.
Langkah 5 : Perhitungan kumulatif dengan menggunakan faktor U, yaitu :
U = U1 + U2 + ...+ Un.
....................
(3.5b)
Step 6 : Faktor komulatip yang dihitung tidak diperbolehkan lebih dari 1.0
Hal : 27/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
BAB IV
CODE DAN STANDARD
Tegangan yang terjadi secara actual berdasarkan pada hasil analisa computer harus dapat
dinyatakan bahwa system perpipaan adalah aman dalam arti tidak ada suatu masalah akibat
dari opersional baik oleh temperature, takanan, sustain maupun beban occasional (beban
sewaktu-waktu terjadi). Peninjauan system perpipaan adalah aman apabila beban tegangan
yang terjadi mempunyai nilai rasio lebih kecil atau sama dengan 1 dari harga allowablenya
sebagaimana telah ditetapkan dalam Code mapun Standard.
Batasan-batasan (allowable) yang telah ditetapkan berdasarkan Code dan Standard dapat
lukisakan dalam sub bab berikut. Pemakaian Code dan Standard tersebut harus sesuai
dengan process pada system perpipaan yang digunakan. Batatasan-batasan dalam Code dan
Standard dapat diklompokkan menjadi dua bagian, yakni pertama batasan yang berhubungan
dengan tegangan yang terjadi pada system perpipaan, kedua adalah batasan beban (gaya
dan moment) yang terjadi pada nozzle equipment akibat beban operating dan sustain system
perpipaan.
4.1
Dasar-Dasar Code
Dalam hampir semua hal prioritas utama apabila hendak melakukan suatu analisa piping
flexibility adalah harus memenuhi persyaratan-persyaratan Code yang benar. Sebagaimana
terlihat pada contoh sebelumnya bahwa persyaratan yang dipertimbangkan ada dua dasar
mode kegagalan (failure), yaitu :
1.
2.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Hal : 28/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
B.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
4.2
Batasan Tegangan
Tegangan sustain yang diijinkan (allowable) adalah tegangan hot yield dikalikan dengan
safety factor. Tegangan sustain harus tidak boleh melebihi batasan elastisitas material pada
kondisi panas :
SL < SH
Dimana :
Tegangan allowable expansi adalah dua kali tegangan yield rata-rata dikali safety factor, dikali
factor pengurangan cyclic. Secara mendasar, tegangan total rata-rata adalah dua kali
tegangan yield, Amplitudo tegangan allowable (Sa) adalah sama dengan tegangan yield.
Tegangan tarik dan tegangan tekan karena cyclic thermal tidak boleh melebihi tegangan yield,
sebagaimana terlihat, berikut :
Hal : 29/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
(4.2a)
Secara realitas komponen tegangan rata-rata pada range tegangan adalah nol. Komponen
tegangan rata-rata dapat dipertimbangkan secara bervariasi selama thermal cycle sebagai
relaxasi system . Karena relaxasi system, harga awal tegangan termal adalah diperbolehkan
sekitar sama dengan dua kali tegangan yield material , pengertiannya bahwa system akan
menggunakan kelenturan diri (self-spring) sendiri saat pertama kali cycle dan hingga stabil
dalam elatis cycle, sebagaimana digambarkan di bawah ini, kelenturan diri (self-spring) ini
adalah dibatasi Elastic Shakedown :
Dengan mengacu pada Soderberg line, tegangan sustain dapat dipertimbangkan untuk
range komponen tegangan rata-rata setelah system relaxasi dan dapat digunakan untuk
mengurangi range allowable tegangan dengan besarnya adalah berbeda dari tegangan yield,
yaitu :
S a < f (1.25S c + 1.25S H S L ) atau
(4.2b)
Hal : 30/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
Sa (Alternating Stress)
Persamaan di atas dapat diplot dalam bentuk kurva ketahanan material sebagai fungsi
temperature, dan terlihat berikut :
CYCLES
Gambar 19 : Kurva Tegangan Alternating
a).
Selayaknya tegangan yang terhitung harus dibandingkan dengan allowable material. Piping
Code allowable sebagaimana ditentukan di atas adalah semua berkaitan dengan uji tarik
uniaxial material, (yaitu Sc dan SH ), oleh karena itu tegangan yang terhitung harus juga
berkaitan dengan uji tarik uniaxial sebagaimana yang diterangkan dalam teori kegagalan.
Sebagaimana dalam diskusi sebelumnya bahwa secara umum ada dua teori kegagalan yang
digunakan, yaitu : 1. Teori tegangan maximum dan , 2. Teori tegangan geser octahedral.
Piping Code menggunakan teori tegangan geser maximum. Dengan menurunkan persamaan
tegangan expansi code pada teori kegagalan geser maximum, yang mana teori tegangan
geser maximum menetapkan bahwa kegagalan terjadi apabila tegangan geser maximum
dalam suatu benda adalah sama dengan tegangan geser maximum yang terjadi kegagalan
akibat dari uji tarik uniaxial. Tegangan geser maximum dalam suatu benda diberikan dengan
persamaan berikut :
max =
Dimana :
( S1 S 3 )
2
..
(4.2c)
S1 = S yield
S 3 = 0, sehingga
max = ( S yield 0) 2 = S yield 2
(4.2d)
Hal : 31/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
Suatu elemen kecil dalam suatu dinding pipa dikenahi tegangan bidang, dan sehingga
batasa-batasan tegangan principal dapat dihitung dari :
S1 =
S3 =
Dimana :
(S x + S y )
2
(S x + S y )
2
(S x S y )
+
2
+ 2
(S x S y )
2
+ 2
(4.2e)
(4.2f)
Sx, Sy adalah tegangan normal pada permukaan tegangan kubus bebas dan
tegangan geser pada permukaan.
Dimana :
Mc
I
Pd
4t
Pd
2t
Mtd
2J
Untuk menghitung tegangan expansi, hanya komponen tegangan yang berubah saja yang
harus dilibatkan dalam perhitungan, dalam hal ini hanya Sb dan St yang diperlukan dalam
perhitungan tegangan principal tersebut. Masukkan komponen-komponen tersebut ke dalam
persamaan tegangan principal di atas, sehingga diperoleh :
2
(S )
Sb
S1 = b +
+ 2
2
4
..
(4.2g)
..
(4.2h)
S3 =
(S b )
Sb
+ 2
2
4
Hal : 32/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
S1 dan S 3 adalah tegangan principal terbesar dan terkecil yang bekerja pada permukaan
cube tegangan principal. Masukkan persamaan tersebut di atas ke dalam persamaan
tegangan geser maximum : ( S1 S 3 )/2, sehingga
max =
Sb
2
+ St
4
..
(4.2i)
Tegangan geser maksimum kemudian dibandingkan dengan tegangan geser maximum tarik,
Sa sebagaimana diberikan oleh Code, sehingga :
max <
Dimana :
Sa
2
..
(4.2j)
Dan
S b + 4S t < S a
Pernyataan ini telah digunakan secara universal hingga 1974 kemudian Comite Code B31.1
mengkombinasikan batasan Shear dan Longitudinal, masing-masing Sb dan St.
pengkombinasian telah dilakukan sebagai berikut :
Mc
I
M d
St = t
2J
Sb =
Dimana :
M
Z
M (2c)
St = t
2(2 I )
M
St = t
2Z
Sb =
Hal : 33/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
S b + 4S t
Persamaan menjadi :
[(M
Z ) + 4(M t 2 Z )
2
2 1/ 2
= (M Z ) + (M t Z )
2
2 1/ 2
Yang mana akar jumlahan kuadrat tiga dimensi dari momen pada penampang adalah :
(Mx
+ My 2 + Mz 2
1/ 2
Dari penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa tegangan yang terjadi adalah :
S E (untuk expansi) = S b + 4S t
2 1/ 2
= (M Z ) + (M t Z )
S L (untuk sustain) = Pd 4t + S b + 4S t
2 1/ 2
2 1/ 2
(4.2k)
(4.2l)
Atau
S L (untuk sustain) = Pd 4t +
( Mx 2 + My 2 + Mz 2 )1 / 2
Z
..
(4.2m)
Soal :
Jika suatu run pipe mempunyai data-data berikut, Z = 7.62 in3, d = 10 in, t = 0.1 in, P = 500
psi, Syield/hot=Syield/cold = 35000 psi, Torsional pada penampang adalah nol, dan variasi
momen dilukiskan berikut. Hitung tegangan expansi dan allowable code, dan tegangan
sustain dan allowable code
MOMENT
Sc = Sh karena Hot S
Hal : 34/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
Lebih lengkapnya batasan tegangan yang telah ditetapkan oleh Code atau standard dapat
diterangkan sebagaimana di bawah ini. Batasan tersebut digunakan sebagai pembanding
terhadap tegangan actual yang terjadi pada system perpipaan.
4.3
ASME/ANSI B31.1 adalah power piping yang sering digunakan dalam analisa perpipaan. Nilai
actual terhadap batasan yang diijinkan dalam sistim ANSI ANSI/ASME B31.1 pada setiap
pembebenan dapat ditulis secara mate-matik sebagai berikut
a)
Beban Sustain
Stress yang terjadi (actual) pada beban sustain (tekanan, berat, dan beban mekanik sustain
yang lain) dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:
PDo
4t n
PD o
4t n
b)
0.75iMa
+
1 .0 S h
Z
0.75iMa
+ 1000
1 .0 S h
Z
(4.3a)
(SI unit)
(4.3b)
................
Beban Occasional
Stress actual yang diakibatkan oleh adanya kombinasi tekanan, berat, beban sustain yang
lain, dan beban occasional termasuk gempa dapat dilukiskan sebagaimana persamaan di
bawah ini.
(USCS unit)
KS h
+
Z
Z
4t n
PDo
0.75iM b
0.75iMa
+ 1000
KS h (SI unit)
+ 1000
Z
Z
4t n
c)
(4.3c)
..
(4.3d)
Beban Ekspansi
Stress actual yang diakibatkan oleh adanya thermal expansion (penjalaran termal)
atau kombinasi displacement pada equipment nozzle dapat dinyatakan dengan persamaan
berikut :
iM
S e = o S a + f (S h S l )
Z
iM
S e = 1000 o S a + f (S h S l )
Z
(USCS unit)
(4.3e)
(SI unit)
(4.3f)
Hal : 35/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
d)
Untuk meyakinkan bahwa actual stress yang terjadi adalah acceptable, maka
diperlukan conservative values of stress check sebagai katalisator. Katalisator ini merupakan
tegangan akibat gabungan beban sustain dan beban ekspansi termal, Sls+Se, yang lukiskan
dalam persamaan di bawah ini :
PD 0.75iMa iM c
(S h + S a )
+
Z
Z
o
+
Sls + Se =
4
t
n
PD
0.75iMa
(USCS unit)
(4.3g)
iM
o
c
+ 1000
Sls + Se =
(S h + S a ) (SI unit) .. (4.3h)
+ 1000
Z
Z
4t n
Dimana :
i = Faktor intensifikasi tegangan
Z = Section modulus pipa, in3.,Z = rm2tn (mm3)
rm = Jari-jari rata-rata, in (mm)
Do = Diameter luar, in (mm)
tn = Tebal dinding nominal, in (mm)
P = Tekanan internal rancang, psi (kPa)
Ma = Resultan beban momen akibat beban sustain, in-lbs (N.m)
Mb = Jumlah beban momen akibat beban occasional, termasuk beban
gempa, beban dorong dari relief/safety valve, in-lbs (N.m)
Mc = Range dari jumlah momen akibat thermal expansion/contraksion,
in-lbs (N.m)
K = 1.15 untuk beban occasional yang bekerja kurang dari 10% periode
operasi
K = 1.20 untuk beban occasional yang bekerja kurang dari 1% periode
operasi
Sls = Tegangan longitudinal akibat beban sustain, psi (kPa)
Se = Teg. ekspansi termal akibat ekspansi termal dan pergerakan anchor, psi (kPa)
Sls+Se = Teg. longitudinal akibat beban sustain dan tegangan ekspansi
termal, psi (kPa)
Sa = Allowable stress range untuk expansion stress, psi (kPa)
S a = f (1.25S c + 0.25S h )
Sc = Basic material allowable stress pada temperatur minimum dari
table tegangan ijin, psi (kPa)
Sh = Basic material allowable stress pada temperatur maksimum dari
Tabel tegangan ijin, psi (kPa)
f = Faktor pengurangan stress
Hal : 36/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
4.4
ASME/ANSI B31.3 adalah code yang sering digunakan dalam analisa pipa pada Chemical
Plant dan Petroleum. Nilai actual terhadap batasan yang diijinkan pada setiap pembebenan
dapat dijelaskan dalam sub bab berikut.
a)
Beban Sustain
Stress yang terjadi pada beban sustain merupakan jumlah stress longitudinal Sl akibat
efek tekanan, berat, dan beban sustain yang lain dengan tidak melebihi dari Sh. Dapat
dinyatakan dalam bentuk mate-matis sebagai berikut :
PD 4t n + Fax A +
b)
(S
2
b
+ 4 S t2 + S L S h
(4.4a)
Beban Occasional
Stress yang terjadi pada beban occasional merupakan jumlah stress longitudinal
akibat tekanan, berat, dan beban sustain lain serta stress yang dihasilkan oleh beben
occasional misalnya angin atau gempa. Stress ini tidak boleh melebihi 1.33Sh.
Fax A + ( S b2 + 4 S t2 + S L kS h
c)
(4.4b)
Beban Ekspansi
Stress yang diakibatkan oleh adanya expansi termak dan atau displacement
(pergeseran) Se akan dihitung sebagai berikut :
Se =
(S
2
b
+ 4 S t2 S a
1
(ii M i ) 2 + (io M o ) 2 + M t2
Z
1000
Se =
(ii M i ) 2 + (io M o ) 2 + M t2
Z
Se =
.........................
(4.4c)
(4.4d)
(4.4f)
Dengan :
Sb =
(ii M i )2 + (io M o )2
S b = 1000
St =
(ii M i )2 + (io M o )2
Mt
psi
2Z
atau S t =
1000 M t
kpa
2Z
............
(4.4g)
Hal : 37/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
Dimana
= Resultan tegangan akibat beban lentur, psi
Sb
St
= Tegangan puntir, psi
= In-plane bending moment, in-lb
Mi
Mo
= Out-of-plane bending moment, in-lb
ii
= In-plane stress intensification factor
io
= Out-of-plane stress intensification factor
Z
= Section modulus of pipe, in3
Sa
= Allowable stress untuk ekspansi termal, psi
f
= faktor pengurangan stress
= Stress sustain yang terhitung, psi
Sl
4.5
Secara umum untuk menentukan acceptabilitas stress elastis pada sistem pipe line dapat
digunakan kreteria ASME/ANSI B31.8, yang ditulis secara mate-matis sebagai berikut :
a)
Beban Sustain
Stress yang terjadi pada beban sustain merupakan jumlah longitudinal stress presure
dan longitudinal bending stress akibat beban luar seperti berat pipa dan isinya, angin beban
sustain yang lain dengan tidak melebihi dari kombinasi (S)(F)(T). Dapat dinyatakan dalam
bentuk mate-matis sebagai berikut :
SL = PD/4tn + (Sb2 + 4St2)1/2 0.75(S)(F)(T)
b)
(4.5a)
Beban Expansi
Stress yang terjadi akibat beban expansi thermal dapat dinyatakan dalam bentuk
mate-matis sebagai berikut :
Se = (Sb2 + 4St2)1/2 0.72S
(4.5b)
Dimana :
F = Construction design factor, (tergantung tipe construksi, 0.72 untuk Offshore).
S = Specified Minimum Yield Strength (SMYS)
T = Temperature derating factor
Factor (T)
1.0
0.967
0.933
0.9
0.867
c)
Temperatur (oF)
250
300
350
400
450
Construction Type
Design Factor (F)
A(Lokasi jarang penduduk)
0.72
B(pinggir kota/desa)
0.60
C(kota/desa, gedung 3tingkat)
0.50
D(Kota/desa, gedung3tingkat)
0.40
Beban Operating
Beban operating adalah beban yang terjadi akibat kombinasi antara beban-beban
sustain dan expansi, batas (allowable) dari beban dapat ditulis sebagai berikut :
So = Se + SL S
..
(4.5c)
Hal : 38/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
BAB V
AMBANG BATAS BEBAN NOZZLE PERALATAN STATIK DAN PERALATAN (EQUIPMENT)
ROTASI
Beban sebenarnya (aktual) yang terjadi pada nozzle berdasarkan hasil analisis suatu sistem
perpipaan dapat dikatakan aman (safe) apabila beban tersebut dapat diterima (acceptable) atau
berada pada zone ambang batas beban yang diperkenankan (allowable) yang telah ditetapkan
baik oleh WRC-107 untuk bejana (vessel), API-650 untuk tangki, API-610 untuk pompa, API-617
untuk kompresor maupun NEMA SM-23 untuk turbin atau ambang batas yang ditetapkan oleh
pabrik pembuat.
Ambang batas yang dimaksud dalam diktat ini dibagi dalam dua kelompok, yaitu batas
untuk beban nozzle pada peralatanm satatik dan beban nozzle untuk peralatan rotasi.
5.1
Batasan (allowable) ini digunakan untuk membatasi sampai maksimum beban gaya dan momen
aktual yang diperbolehkan pada nozzle bejana tekan (pressure vessel), sehingga tidak diperlukan
lagi konfirmasi dengan penjual atau pabrik pembuat. Untuk menyatakan bahwa kombinasi beban
gaya ekstern dan momen dapat diterima apabila beban kombinasi tersebut berada dalam zone
batas tersebut.
Perhitungan tegangan pada leher nozzle (nozzle neck) adalah berdasarkan pada Welding
Research Council Bulletin 107 (WRC-107) dengan konsep sebagai berikut :
-
Tegangan lokal aktual harus berada di dalam nilaiharga batas (allowable) dan dipertimbangkan
sebagai keadaan aman. Ambanmg batas ini telah dibatasi pemakainanya, yaitu :
a)
Bahan
Bahan yang digunakan adalah Baja Karbon (Carbon Steel (C.S)). setara dengan A516
Gr.60 atau Gr.70) dan Baja Tahan Karat (Stailess Steel (S.S)) setara denagn A240 Gr.TP304.
b)
Suhu Disain
Suhu yang digunakan hingga 343C (650o F) untuk kedua bahan Baja Karbon (C.S.)dan
Baja Tahan Karat (S.S).
c)
Posisi Nozzle
Hal : 39/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
d)
Ukuran Nozzle
Ukuran nozzle yang digunakan adalah 2 hingga 24" . Sedangkan kriteria ukuran
nozzle lebih besar dari 24" akan dianggap sama dengan kriteria untuk nozzle 24.
Ukuran Dinding
e)
Ukuran diameter dalam (inside diameter) kulit yang digunakan sampai 4500 mm.
Nozzle pada Dinding Bejana (Dinding Tangki)
f)
API650 Appendix P akan digunakan sebagai pengganti ambang batas beban actual yang
terjadi.
5.1.1 Evaluasi Tegangan (Stress) berdasarkan WRC107
Dalam bab ini, metode perhitungan dan evaluasi tegangan lokal (local stress) sekitar
dinding nozzle berdasarkan WRC-107 dapat dirumuskan sebagi berikut.
a).
Garis Besar
WRC107 hanya memberikan metode perhitungan, untuk tegangan lokal akibat gaya
dan momen ekstern. Kriteria evaluasi pada besaran tegangan lokal harus sesuai dengan
ASME Sec. VIII Div. 2, Appendix 4.
b). Definisi Gaya dan Momen
Nozzle dianggap telah dilengkapi dengan dudukan penguat seperti dalam Gambar 3..
Berikut beban-beban yang harus didefinisikan :
P: Gaya radial pada dinding
Vc: Gaya geser dalam arah keliling (circumferential)
dinding
VL: Gaya geser dalam arah longitudinal dinding.
MT: Momen Torsi pada nozzle
M c : Momen membalk (Overturning moment) dalam
arah keliling dinding
ML: Overturning moment dalam arah longitudinal
dinding
Hal : 40/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
c).
= Rm T
(5.1b)
Dimana
r 0:
= Kn
Kb
6M
T
T2
N
6M
x = Kn x Kb 2 x
T
T
..
(5.1c)
..
(5.1d)
Longitudinal
Kn : Faktor consentrai tegangan Membran
Kb: Faktor consentrasi tegangan Bending
Dan tegangan geser akibat MT, Vc dan VL adalah dirumuskan sebagai berikut :
x = x =
MT
2
2rO T
Vc
rOT
V
x = L
rOT
x =
.......................................
(5.1e)
......................................
(5.1f)
......................................
(5.1g)
Tegangan membran akibat tekanan operasi intern juga harus ditambahkan sesuai dengan
rumus ASME Sec. VIII Div.2, yaitu
m =
Pi Ri
+ 0.5 Pi
T
..........................................
(5.1h)
Dimana :
Pi = tekanan disain intern
Ri = jari-jari dalam dinding
Tegangan pada leher nozzle dan reinforcement pad harus dihitung dengan menjumlahkan
masing-masing nilai tegangan hitungan berdasarkan Tabel 5 dalam WRC-107.
Hal : 41/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
d).
Evaluasi Tegangan
Garis Besar
Dalam bab ini dijelaskan bahwa daerah aman apabila gaya dan momen ekstern
yang bekerja pada setiap nozzle berada dalam daerah (zone) sebagaimana yang terlihat
pada grafik (chart) evaluasi terlampir dengan pengelompokan ukuran nozzle (2 hingga 24),
dan tebal dinding (6mm hingga 17mm). Grafik evaluasi mempunyai dua sumbu, yaitu sumbu
vertijkal menyatakan gaya (P) dan sumbu horisontal menyatakan moment maksimum
Mc , M L / 2 . Apabila gaya dan momen pipa dalam daerah aman, maka nozzle
mempunyai kekuatan yang cukup untuk menahan beban ekstern. Prosedur untuk
menentukan daerah aman akan dibahas di bawah ini.
b).
Gaya dan Momen ekstern harus didefinisikan sama sebagaimana dalam Para 5.1.1b (lihat
Gambar 4.1). Beban berikut, M T , Vc dan V L akan menyebabkan tegangan geser pada dinding.
Karena tegangan yang disebabkannya adalah kecil bila dibandingkan dengan ( M c , M L , P ) ,
maka ketiganya (MT, Vc dan VL) dapat diabaikan. Oleh karena itu sehingga Mc, ML dan P yang
patut dipertimbangkan untuk menentukan daerah aman. Disini Mc = Vc x a dan ML = VL x a.
Hal : 42/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
c).
2M L .
Jika point (P, Max {Mc, M L 2 } berada dalam daerah aman, maka tegangan yang terjadi
tidak akan lebih besar dari allowable stress.
Dalam lampiran terlihat daerah aman dalam grafik (chart) evaluasi dibuat untuk
kelompok tiap tebal dinding dengan grafik kelompok ukuran nozzle pipa di dalamnya. Grafik
pengelompokan allowable ini dapat digunakan untuk menentukan aksepatabilitas beban
nozzle peeralatan statik berdasarkan hasil analisis dengan software flexibility analysis.
Pengelompokan berdasarkan tebal dinding peralatan (equipment), meliputi :
6,7,8,9,10 11, 12 14,15 16,17 20,21 26,27
dan 12 kelompok yang dibuat berdasarkan ukuran nozzle adalah sebagai berikut :
2, 3, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18, 20, 24
Nozzle yang lebih besar dari 24 dianggap sama dengan nozzle 24 dalam tabel , agar lebih
konservatif.
Hal : 43/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
e).
Penentuan acceptability
Berikut diuraikan prosedur penentuan posisi beban aktual terhadap grafik daerah
beban yang dijinkan (acceptable) seperti dalam lampiran A :
- Menghitung tegangan local : WRC-107 (Gunakan CALWRC atau program analisis tegangan
pipa yang lain).
- Evaluasi tegangan lokal
: ASME Sec. VIII Div.2, Appendix 4
- Tetapkan tebal minimum dinding equipment (dalam tabel) dengan kondisi sebagai berikut :
a).
Diameter dalam didnding : 300 4500mm
b).
Takanan disain
: 1 50 kgf/cm2
c).
Tegangan batas
: ASME Sec. II Part D (1999 Addenda)
d).
Tebal minimum
: dengan menggunakan bejana tekan.
Tabel 3 : Tebal Minimum dinding
Diameter Dalam Shell (mm)
Stainless Steel
300 D 1500
10
- Bahan dinding
: A516Gr.60 (untuk tebal 16mm), A516Gr.70 (tebal > 16mm)
- Perkenan korosi (corrosion allowance) : 3 mm untuk C.S
: 0 mm untuk S.S
- Joint efficient : 1.0
- Reinforcement pad nozzle neck : Dengan menggunakn reinforcement pad
a).
b).
Hal : 44/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
5.2
5.2.1
Ambang batas beban untuk peralatan (equipment) rotasi seperti pompa ditentukan dalam
API Standard 610-Centrifugal Pump untuk Industri Perminyakan, Petro-Kimia dan Gas Alam
(Natural Gas). Untuk Casing Pompa yang dibuat dari bahan selain Baja atau Baja Paduan
dengan nozzle lebih dari DN 400 (16 NPS), penjual (Vendor) harus mencantumkan ambang
batas beban nozzle yang sesuai dengan format API-610 dalam Tabel 4, berikut.
80
100
150
200
250
300
350
400
710
1070
1420
2490
3780
5340
6670
7120
8450
FY
580
890
1160
2050
3110
4450
5340
5780
6670
FZ
890
1330
1780
3110
4890
6670
8000
8900
10230
FR
1280
1930
2560
4480
6920
9630
11700
12780
14850
FX
710
1070
1420
2490
3780
5340
6670
7120
8450
FY
890
1330
1780
3110
4890
6670
8000
8900
10230
FZ
580
890
1160
2050
3110
4450
5340
5780
6670
FR
1280
1930
2560
4480
6920
9630
11700
12780
14850
890
1330
1780
3110
4890
6670
8000
8900
10230
FY
710
1070
1420
2490
3780
5340
6670
7120
8450
FZ
580
890
1160
2050
3110
4450
5340
5780
6670
FR
1280
1930
2560
4480
6920
9630
11700
12780
14850
MX
460
950
1330
2300
3530
5020
6100
6370
7320
MY
230
470
680
1180
1760
2440
2980
3120
3660
MZ
350
720
1000
1760
2580
3800
4610
4750
5420
MR
620
1280
1800
3130
4710
6750
8210
8540
9820
Each nozzle
NOTE 1
Lihat Gambar 20 hingga Gambar 24 (terlampir) untuk orientasi beban nozzle (x.y.z).
NOTE 2 Setiap harga yang terlihat di atas merupakan range antara nilai positip dan negatip,
sebagai contoh; harga 710 menunjukkan range dari -710 ke +710.
Hal : 45/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
10
12
14
16
160
240
320
560
850
1200
1500
1600
1900
FY
130
200
260
460
700
1000
1200
1300
1500
FZ
200
300
400
700
1100
1500
1800
2000
2300
FR
290
430
570
1010
1560
2200
2600
2900
3300
FX
160
240
320
560
850
1200
1500
1600
1900
FY
200
300
400
700
1100
1500
1800
2000
2300
FZ
130
200
260
460
700
1000
1200
1300
1500
FR
290
430
570
1010
1560
2200
2600
2900
3300
FX
200
300
400
700
1100
1500
1800
2000
2300
FY
160
240
320
560
850
1200
1500
1600
1900
FZ
130
200
260
460
700
1000
1200
1300
1500
FR
290
430
570
1010
1560
2200
2600
2900
3300
MX
340
700
980
1700
2600
3700
4500
4700
5400
MY
170
350
500
870
1300
1800
2200
2300
2700
MZ
260
530
740
1300
1900
2800
3400
3500
4000
MR
460
950
1330
2310
3500
5000
6100
6300
7200
Each nozzle
NOTE 1
Lihat Gambar 20 hingga Gambar 24 (terlampir) untuk orientasi beban nozzle (x,y,z)
NOTE 2 Setiap harga yang terlihat di atas merupakan range antara nilai positip dan negatip,
sebagai contoh; harga 160 menunjukkan range dari -160 ke +160.
Koordinat system terlihat dalam lampiran Att.B1 hingga Att.B5 akan digunakan untuk menyatakan
gaya dan moment dalam Tabel 4.
Hal : 46/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
Annex F memberikan metode perhitungan, apabila beban nozzle melebihi harga dalam
Tabel 4. Metode ini dapat digunakan jika diperkenankan oleh purchaser dan purchaser
kemudian secara langsung menyesuaikan dengan piping designer. Purchaser harus
tanggap bahwa menggunakan metode Annex F dapat menghasilkan hingga 50% lebih
misalignment daripada menggunakan beban yang terjadi pada Tabel 4.
a)
1).
Konfiguarsi perpipaan yang benar adalah tidak menyebabkan penyimpangan
kelurusan (misalignment) antara pompa dan penggerak (driver). Konfigurasi perpipaan yang
menghasilkan komponen beban nozzle dalam rentang nilai pada Tabel 4, batas kerusakan
casing hingga satu setengah criteria design vendor pompa dan dipastikan pergeseran
sumbu putar pompa lebih kecil dari pada 250 -m (0,010 in).
2).
Konfigurasi perpipaan yang menghasilkan beban di luar batas dalam Tabel 4
dapat juga dikatakan akseptabel tanpa konsultasi dengan penjual (vendor) pompa jika
kondisi pada 2a hingga 2c dipenuhi. Pemenuhan kondisi ini untuk memastikan bahwa
kerusakan selubung (casing) pompa yang ada akan berada di dalam kriteria disain
penjuaal dan peregeseran sumbu putar pompa akan lebih kecil dari pada 380 m (0,015
in). Pasal ini adalah suatu kriteria khusus untuk disain perpipaan.
a) Komponen gaya dan momen individual pada setiap flange nozzle pompa tidak boleh
melampaui nilai dalam Tabel 4 sampai faktor lebih dari dua.
b) Resultan gaya yang digunakan (FRSA,FRDA) dan resultan momen (MRSA,MRDA) pada
setiap flange nozzle pompa harus dapat memenui persamann berikut :
(5.2a)
(5.2b)
c) Komponen gaya dan momen yang digunakan pada setiap flange nozzle pompa harus
ditranslasikan ke titik pusat pompa. Nilai resultan gaya dinyatakan dengan (FRCA), nilai
resultan momen dinyatakan dengan (MRCA), dan momen harus memenuhi batas dengan
persamaan (5.2c), persamaan (5.2d), dan persamaan (5.2e) (sumbu terlihat dalam Lampiran
Att.B1 hingga Att.B5 dan aturan tangan kanan digunakan dalam mengevaluasi persamaan
tersebut).
(5.2c)
(5.2d)
(5.2e)
dimana
Hal : 47/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
MXC A = MXS A + MXD A [( FYS A )( ZS ) + ( FYD A )( ZD ) ( FZS A )(YS ) ( FZD A )(YD)] / 1000
MYC A = MYS A + MYD A + [( FXS A )( ZS ) + ( FXD A )( ZD ) ( FZS A )( ZS ) ( FZD A )( ZD )] / 1000
MZC A = MZS A + MZD A [( FXS A )(YS ) + ( FXD A )(YD) ( FYS A )( XS ) ( FYD A )( XD )] / 1000
Untuk satuan US, konstanta 1000 harus diganti dengan 12. Konstanta ini merupakan faktor
konversi untuk merubah millimeter menjadi meter atau inci ke feet.
3).
Konfigurasi perpipaan yang menghasilkan beban lebih besar dari yang
diperbolehkan dalam (2). harus disetujui oleh purchaser dan vendor.
b).
Pompa bertikal (Vertical in-line pump) yang hanya disokong oleh perpipaan boleh jadi
mempunyai beban komponen perpipaan yang lebih dari dua kali nilai yang dicantumkan
dalam Tabel 4, jika beban ini tidak menyebabkan tegangan utama lebih besar dari 41 N/mm2
(5950psi) pada setiap nozzle. Cara perhitungannya adalah dengan mengambil sama sifat-sifat
penampang nozzle (section properties) pompa diambil sama dengan pipa schedule 40 yang
ukuran nominalnya sama dengan ukuran nominal nozzle pompa. Persamaan (5.2f), (5.2g) dan
persaman (5.2h) dapat digunakan untuk mengevaluasi tegangan utama, tegangan longitudinal
dan tegangan geser pada nozzle.
P = ( 2) + ( 2 4) + 2 )1 / 2 < 41
= [1.27 x FY ( DO 2 Di 2 )] + [10200 xDO ( MX 2 + MZ 2 )1 / 2 ] ( DO 4 Di 4 )
(5.2f)
(5.2g)
(5.2h)
P = ( 2) + ( 2 4) + 2 )1 / 2 < 5950
= [1.27 x FY ( DO 2 Di 2 )] + [122 xDO ( MX 2 + MZ 2 )1 / 2 ] ( DO 4 Di 4 )
(5.2i)
(5.2j)
= [1.27 x ( FX 2 + FZ 2 )1 / 2 ] DO 2 Di 2 ) + [61xDO ( MY ] ( DO 4 Di 4 )
(5.2k)
Dimana
FX
FY
FZ
MX
MY
MZ
Di, DO
Hal : 48/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
FX, FY, FZ, MX, MY, dan MZ menyatakan beban yang bekerja pada nozzle-nozzle suction atau
discharge, untuk menyederhanakan persamaan perlu adanya imbuhan SA (actual suction) dan
DA (actual discharge). Tanda FY adalah positip jika beban pada nozzle dalam bentuk tarikan
(tension); tanda negatip jika beban pada nozzle dalam bentuk penekanan (compression). Hal
tersebut harus mengacu pada Gambar 20 dan beban nozzle yang digunakan untuk
menentukan beban tarik (tension) atau beban tekan (compression) pada nozzle. Harga
absolute pada MY harus digunakan dalam persamaan F.8 (F.11).
5.2.2
Ambang batas beban aktual yang diperkanakan pada masing-masing nozzle baik untuk turbin
maupun untuk kompresor telah ditetapkan dalam standard, yaitu Standard NEMA SM-23
untuk turbin dan API-617 untuk kompresor. Beban aktual yang terjadi dari hasil analisis
dengan menggunakan perangkat lunak Piping Stress dapat dikatakan sebagai beban yang
diperkenankan pada nozzle turbine maupun kompresor apabila beban-beban tersebut baik
ditinjau sebagai beban individu masing-masing nozzle maupun beban sebagai kombinasi
terhadap pusat gravitas atau pada nozzle pebuangan (exhaust nozzle) adalah keduanya lebih
kecil dari beban yang diperkenankan berdasarkan standard NEMA SM-23 dan API-617
Perhitungan beban yang diperkenankan pada nozzle-nozzle turbin dan kompresor dapat
digambarkan sebagai berikut :
1.
Menentukan beban (gaya dan momen) yang diperkenankan untuk nozzle individual
(5.2l)
Dimana :
F =Gaya actual dari hasil analisa piping stress software (Kg)
M = Momen actual dari hasil analisa piping stress software (Kg-m)
= 1.0 (untuk steam turbine, 1.85 untuk centrifugal compressor)
D = Diameter equvalen (in) untuk individu nozzle
Dn = Nominal diameter (in)
2.
Menentukan beban (gaya dan momen) yang diperkenankan untuk kombinasi nozzle
yang mengacu pada garis tengah nozzle pembuangan (exhaust)
= (56.70 x ) x Dc
= (45.36 x ) x Dc
= (22.68 x ) x Dc
= (17.29 x ) x Dc
= (17.29 x ) x Dc
= (34.58 x ) x Dc
2
Dc = ( Dn )1 / 2 untuk ( Dc 9 )
2
Dc = [18 + ( Dn )1 / 2 ] 3
..
(5.2m)
.
.
(5.2n)
(5.2o)
(5.2p)
(5.2r)
(5.2s)
(5.2t)
(5.2u)
untuk ( Dc > 9 )
(5.2v)
Hal : 49/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
Dimana :
FYC = FY
FZC = FZ
FXC = FX
MYC = MY + [( FXxZ )] [( FZxX )]
MZC = MZ + [( FXxY )] [( FYxX )]
MXC = MX [( FYxZ )] [( FZxY )]
FC = [( FXC ) 2 + ( FYC ) 2 + ( FZC ) 2 ]1 / 2
MC = [( MXC ) 2 + ( MYC ) 2 + ( MZC ) 2 ]1 / 2
Nozzle
Exhaust
Inlet
Hal : 50/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
BAB VI
TEKNIK PEMODELAN
Dalam analisis sistem perpipaan memang harus diperhatikan bagaimana cara paling baik
pemodelan untuk pendekatan yang benar dengan menggunakan suatu perangkat lunak
(software) fleksibilitas perpipaan, sehingga hasil analisis dapat diharapkan lebih akurat dan
benar. Oleh karena itu dalam bab ini akan dibahas beberapa pemodelan sebagai dasar untuk
pemodelan yang lebih rumit.
6.1
Ada beberapa bentuk geometri yang dapat dimodelkan dalam analisa tegangan,
sebagaimana dilukiskan berikut ini :
Batasan-batasannya :
1. Penyangga pegas (spring support) ditempatkan pada titik di garis pusat (center
line) pipa 50. (model 1)
2. Pegas ditempatkan pada titik dimana trunion (pipa) ditambahkan (model 2)
3. Pada model (2) beban torsi dapat ditahan pada kedua penyangga. (lihat gambar)
4. Fleksibilitas lokal pada kulit (shell ) pipa 50 tidak dipertimbangkan.
Hal : 51/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
Model (3)
Batasan-batasannya :
1. Pegas ditempatkan pada titik tempat trunion ditambahkan
2 Trunion dimodelkan sebagai elemen kaku (rigid )dengan berat nol
3. Fleksibilitas lokal dan tegangan dipertimbangkan dalam analisis.
Hal : 52/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
(B)
Berat yang mungkin pada froged fitting dipertimbangkan diperkirakan lebih kecil.
Rigid forged fitting ditunjukkan dengan panjang L1 dan L2 diperkirakan sama
dengan pipa.
SIF mungkin lebih konservatip
3.
Model (1):
Batasan :
1.
Tidak ada syarat untuk perhitungan tegangan dalam forging, karena hal ini merupakan
masalah yang bukan sesungguhnya. Beban pada fitting harus sedikit lebih konservatip,
sebab dinding fitting yang dihubungkan dengan pipa lebih berat kemungkinan akan terjadi
kegagalan. Suatu pertanyaan langsung dapat ditujukan kepada pabrik pembuat fitting
berdasarkan beban yang terhitung.
Hal : 53/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
Model (2)
Model (3)
Komentar :
1.
2.
Fleksibiltas dengan model tersebut akan lebih akurat. (Tetapi untuk fitting yang berat
hanya secara marginal saja)
Tegangan akan dihitung pada titik pertemuan. Oleh karena di titik tersebut akan ada
suatu SIF yang tidak diketahui pada titik cabang tersebut.
Hal : 54/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
(C)
Pembatasan / komentar :
1.
2.
3.
Model (2)
Hal : 55/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
Pembatasan / komentar :
1.
2.
3.
Model (3)
Komentar :
1. Titik A dan B tidak berada dalam bidang horisontal yang sama. (yaitu keduanya adalah
offset satu dari yang lain) C
2. Stanchion ditempatkan pada penampang belokan (bend cross section)
3. Kekakuan stanchion tersebut dapat didekati dengan menggunakan fleksibilitas dan
SIF bend dengan flange tunggal.
4. Ini adalah suatu model yang benar apabila gaya gesek pada titik C menyebabkan
momen gesek sepanjang L tidak diabaikan sebagaimana pada model pertama yang
terlihat di atas.
5. Model tersebut adalah paling sulit dibuatnya.
Hal : 56/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
Hal : 57/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
6.2
Pendekatan Matrix
Dalam analisis beban setiap elemen pada suatu model struktur dapat didekati dengan elemen
metrik, disini model suatu elemen pipa dianggap sebagai benda yang dihubungkan oleh
pegas dengan konstanta kekakuan K, karena pengaruh beban baik intern maupun ekstern F,
pegas mengalami difleksi/penyimpangan sebesar X, sehingga persamaan secara matematik
dapat ditulis dengan :
[K ][X ] = [F ]
...........................................(6.2a)
[X ] = [K ]1 [F ] ,
(6.2b)
K12
K13
X1
K21
K22
K23
X2
K31
K32
K33
X3
F1
=
F2
......................................
(6.2c)
.....................................
(6.2d)
F3
-1
X1
K11
K12
K13
F1
X2
K21
K22
K23
F2
X3
K31
K32
K33
F3
Contoh : Jika suatu sistem perpipaan sederhana dilukisakn sebagai berikut, tentukan bentuk
matrix yang benar dalam analisa :
Dari gambar tersebut di atas dapat diambil salah satu dari elemen, maka matrik kekakuan
(stiffness matrix) yang berkaitan dengan gaya, momen dan perpindahan untuk elemen A
dapat diprakirakan sebagai berikut :
Hal : 58/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
KA1
KA =
KA12
...............................................
KA12
(6.2e)
KA2
KA1
KA12
KA12
KA2+KB2
KB23
KB23
KB3+KC3+KE3
KC34
KC34
KC4+KD4
KD45
KC36
d1
f1
d2
f2
d3
f3
=
(6.2f)
KD45
d4
f4
KD5
d5
f5
d6
f6
KE36
KE6
Di sini [K] adalah matrik, {X} vektor difleksi dan {F} adalah vektor koefisien gaya dan momen.
Jika kasus beban operasi yang diselesaikan, maka persaman di atas dapat ditulis dengan :
............................
(6.2g)
sehingga
{Fope} = {Kope}{Xope}
{Xope} = {Fope} {Kope}
atau
{Xope} = [{FT } + {FW } + {FP }] {Kope}
...........................................
(6.2h)
Dalam suatu analisis sistem perpipaan dengan menggunakan salah satu perangkat lunak,
misalkan CAESAR II maka beban tegangan yang dihitung pada dasarnya dapat
dikelompokkan menjadi tiga kasus statik (static case), yaitu :
1.
2.
3.
(6.2i)
(6.2j)
(6.2k)
Hal : 59/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
Dengan evaluasi secara aljabar ketiga kasus di atas dapat dihitung sebagai berikut :
1.
2.
3.
Operating Case
.. (6.2l)
Sustain Case
= {Ksus}{Xsus} = {FW } + {FP }
(6.2m)
Expansion Case
Untuk evaluasi ekspansi, pertama harus dihitung terlebih dahulu defleksi dari kasus
operasi dan kasus sustain, yaitu :
Jika sistem perpipaan adalah linear, atau jika [Kope] = [Ksus] = [K], maka kombinasi
dari persamaan di atas dapat dihitung sebagi berikut :
+ FP }] {K }
......................... (6.2n)
Dari sini terlihat bahwa jika tidak ada perubahan dalam matrik kekakuan [K], antara kasus
sustain dan operasi, maka rentang pergeseran dapat dihitung dengan melakukan analisis
hanya untuk beban termal saja. Jika di sana ada suatu perubahan tentu saja ini tidak benar.
Hal : 60/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
BAB VII
TEORI DASAR STATIK DAN DINAMIKA
Pengertian dinamika dapat dibagi menjadi dua katagori. Pertama, dinamika dipertimbangkan
sebagai static biasa disebut dengan quasi dinamika dan yang kedua, dinamika
dipertimbangkan sebagai dinamic secara sesungguhnya, yaitu beban merupakan fungsi
waktu dan ruang.
Quasi dinamika ditinjau secara uniform, yaitu dinamika yang dipertimbangkan sebagai analisa
static, sebagai contoh adalah system dinamika ini terdiri dari system operasi safety valve
(PSV), Gelombang, Angin dan Gempa (seismic).
Seperti halnya analisa static yang sering kita lakukan, bahwa allowable yang diperlukan
mengacu pada ASME Code B31.1, B31.3 dan B31.8 sebagaimana persyaratan yang
diperlukan dalam engineering.
7.1
A.
1.
PSV-THRUST LOAD
Tegangan yang terjadi akibat installasi PSV dalam sistem perpipaan merupakan fungsi dari
posisi dan arah thrust load yang terhitung terhadap Vent Inlet Point and type of Vent Stack.
Sebagaimana ditunjukkan dalam gambar 3.1 dan fromula yang telah disederhanakan dari
API-RP520 berikut :
F=
1
273
K(T + 273)
(K +1) M
(7.1a)
Hal : 61/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
Hal : 62/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
B.
BEBAN ANGIN
Beban angin adalah hasil perkalian dari pipe exposed area, dengan tekanan equivalent angin
dan pipe shape factor. Cara menentukan tekanan kesetaraan (equivalent) dalam analisa
dengan perangkat lunak (software) adalah
1.
2.
3.
Untuk (2) dan (3) di atas beban yang terhitung adalah berbeda (diskrit) pada setiap ketinggian
sekmen pipa terhadap permukaan laut.
Total gaya wind (angin) F pada suatu element dapat dihitung dengan persamaan :
F = PeqxSxA
Dimana :
.. (7.1b)
Z
L
A = LxDxCos
D
X
Gambar 29 : Pipe Element Exposed Area
Nilai Wind shape factor sangat bervariatip antara 0.5 hingga 0.7. Untuk piping element
adalah 0.65. (Tabel 12, p.31 ANSI A58.1).
h(m)
CW
Dimana :
-15
0.0810
F L = CW xD
(Kg/m)
D = Outside diameter pipa, (mm)
CW = Coefficient Gaya, (Ton/m2)
50-60
0.1012
60-70
0.1036
.. (7.1c)
Hal : 63/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
C.
BEBAN SEISMIC
a).
Beban gempa (seismic) diberikan dalam batasan percepatan gravitasi, berdasarkan
metode ANSI A58.1 coefficient gempa ditentukan sebagai berikut :
Beban lateral pada dasar structure dihitung dengan formula :
V = ZIKCSW
Dimana :
V
Z
K
S
W
..
(7.1d)
g = V W = ZIKCS
dan
Cu = g
..
(7.1e)
(Seismic Coefficient)
(7.1f)
Persyaratan yang harus diperhatikan dalam analisa seismic adalah ukuran pipa dan
elevasi pipa yang akan dipasang (installed), yaitu :
Piping dengan ukuran 12
Pipa yang akan dipasang berada pada elevasi 10m
Uniform load dalam analisa seismic dipertimbangkan sebagai beban static horizontal
dngan arah X dan Z..
Hal : 64/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
D.
a)
Secara umum analisa gelombang dapat menggunakan satu diantara tiga theory, yakni
theory gelombang Airy (linear), Stokes 5th orde dan Fungsi Stream Dean., berdasarkan
API-RP 2A, penentuan theory tersebut tergantung beberapa parameter antara lain
tinggi gelombang, periode, dan kedalaman air. Theory gelombang ini secara otomatis
akan ditentukan oleh Caesar, Seperti terlukis dalam gambar 30.
F1 =
Dengan :
( xC1 xDxU 2 )
2
.. (7.1g)
= kerapatan fluida
C1 = lift coefficient
D = diameter pipa
U = kecepatan partikel
b)
Kofisien hidrodinamik yang digunakan dalam analisa dapat ditabelkan di bawah ini
dengan menurunkan dari DNV 1976, tabel 6.
Tabel 6 : Koefisien Hidrodinamik
Cd (Re < 4.105)
Cd (Re < 6.105)
Cl
CM (Pipe on seabed)
CM (Riser)
1.25
0.7
0.9
3.29
2.0
Nilai untuk Re antara 4.105 dan 6.105 , untuk Cd diperoleh dengan interpolasi linear.
Hal : 65/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
c).
7.2.
Beban Dinamika
Tipe-tipe analisis dinamika. Dalam sistem pemipaan terdapat tiga macam profil gaya fungsi
terhadap waktu: tipe acak (misalnya gempa bumi), tipe harmonik (misalnya pompa rotasi) dan
tipe impuls (misalnya dorongan fluida). Metodologi-metodologi yang biasa dipakai untuk
menganalisa profil-profil beban yang berbeda-beda ini adalah
Modal
Spectrum
harmonik
time history
Tetapi pembebanan dengan profil acak dapat juga dipecahkan dengan menggunakan
pendekatan metode time history. (seperti pembebanan gempa bumi). Sedangkan
pembebanan tipe impuls dapat juga dipecahkan memakai metode spektrum. Metodologimetodologi ini akan dibahas dalam seksi-seksi berikut. Dalam diktat ini akan dibahas
prosedur-prosedur analisis untuk berbagai profil gaya terhadap pembebanan (dengan
menekankan dasar matematika) yang penerapan secara spesifik, dengan menggunakan
program-program tegangan-pipa yang dapat diperoleh secara komersial.
Persamaan Harmonik. Dalam analisis dinamika, jumlah derajat kebebasan (DK) didefinisikan
sebagai jumlah kordinat bebas (independen) yang diperlukan untuk menggambarkan posisi
yang terpindahkan dari suatu sistem.
Persamaan dasar keseimbangan dinamika untuk DK majemuk (misalnya sistem N Derajat
Kebebasan) dapat ditulis sebagai berikut:
.........................
(7.2a)
M
= matrik sistem massa
K
= matrik sistem kekakuan (stiffness)
C
= matrik sistem peredaman
x(t ) = vektor pergeseran sebagai fungsi waktu
dx(t ) dt = vektor kecepatan sebagai fungsi waktu
d 2 x(t ) dt 2 = vektro percepatan sebagai fungsi waktu
Hal : 66/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
Perumusan persoalan eigenvalue. Umumnya, salah satu tujuan utama analisis dinamika
adalah mengekstraksi (memperoleh) frekuensi-frekuensi alamiah sistem. Dengan demikian,
biasanya peredaman sistem dapat diabaikan.
Dengan mengabaikan peredaman, persamaan vibrasi dapat ditulis sebagai berikut:
{K M }
2
=0
..............................................
]= 0 .
(7.2c)
M n = n M n = 1
..............................................
(7.2d)
n T M n = I
..............................................
(7.2e)
atau
[ ]
n T M r = 0
..............................................
(7.2g)
Hal : 67/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
Satu implikasi fisika dari keortogonalan modus adalah kerja yang dilakukan oleh gaya-gaya
inersia modus ke-n dalam melalui pergeseran modus ke-r adalah sama dengan nol. Dalam
analisis sisitem pemipaan, biasanya model matematiknya meliputi massa terkonsentrasi
(lumped mass) di titik-titik simpul , yang dihubungkan oleh pegas-pegas tak bermassa di
antaranya. Massa terkonsentrasi di suatu titik simpul system ditentukan dari porsi berat yang
dapat secara masuk akal ditempatkan di titik simpul tersebut. Massa terkonsentrasi di suatu
sistem titik-titik simpul adalah jumlah kontribusi-kontribusi semua elemen yang dihubungkan
pada titik simpul itu.
Matrik massa yang terbentuk dengan idealisasi demikian dikenal sebagaimatrik
massa terkonsentrasi Karena inersi rotasi mempunyai pengaruh yang kecil, pada umumnya
untuk idealisasi massa terkonsentrasi, matrik massa terkonsentrasi adalah diagonal:
M ij 0
untuk i = j
..............................................
(7.2h)
M jj = M j
atau 0
..............................................
(7.2i)
Dengan Mj sebagai massa terkonsentrasi yang dikaitkan dengan derajat kebebasan translasi
dan M ij = 0
untuk derajat kebebaan rotasi.
Arti penting matrik redaman. Dari sifat-sifat peredaman dari elemen-elemen struktural satu
per satu, orang mungkin mengira bahwa kita dapat menentukan matrik peredam untuk
struktur satu per satu, persis seperti menentukan matrik kekakuan. Tetapi, tidak praktis
menentukan matrik peredam secara demikian, karena matrik peredam yang masuk dalam
penghitungan kekakuan sifat-sifat peredam bahan tidak dapat ditaksir secara baik (tidak
seperti modulus elastik).
Matrik peredam untuk suatu sistem harus ditentukan dari rasio peredaman modusnya, yang
memperhitungkan semua mekanisme penyerapan energi. Dalam artikel ini, hanya matrik
peredaman klasik yang akan disorot (matrik peredam klasik merupakan idealisasi yang wajar
jika mekanisme peredaman serupa terdistribusi ke seluruh struktur) Dalam program-program
komputer untuk analisis tegangan, matrik peredam dipakai secara khas dalam analisis
harmonik.
Apabila peredaman tidak nol, maka matrik dapat didefinisikan sebagai jumlahan perkalian
Matrix massa (M) dan Matrix Stiffness (K) hal sesuai dengan data eksperimen adalah
peredam Rayleigh:
C = aO M + a1 K
..............................................
(7.2j)
n =
aO
a
+ 1 n
2 n
2
..............................................
(7.2k)
Hal : 68/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
Jika modus-modus tersebut dianggap mempunyai rasio peredaman , yang masuk akal
berdasarkan data eksperimen:
2 i j
aO =
a1 =
..............................................
(7.2l)
...............................................
(7.2m)
+j
2
i + j
Untuk soal-soal praktis , ao amat sangat kecil dan dapat diabaikan. Hanya dalam bentuk inilah
biasanya matrik peredaman dipakai untuk pemodelan sistem harmonik. Jika sebelum
pembentukan matrik peredam frekuensi-frekuensi modus tidak diketahui, frekuensi pemaksa
dapat dipakai sebagai pengganti frekuensi alamiah. Jika besar frekuensi pemaksa beban
mendekati besar frekuensi modus, ini akan merupakan taksiran yang baik bagi peredaman.
Nilai-nilai khas rasio peredaman untuk sistem-sistem pemipaan, sebagai yang dianjurkan
dalam USNRC Regulatory Guide 1.61 dan ASME Code Case N-411, berada dalam rentang
0.01 sampai 0.05 berdasarkan ukuran pipa, kegawatan gempa bumi dan frekuensi alamiah
sistem.
Pemecahan problema keseimbangan dinamika, baik dalam analisis harmonik maupun prinsip
analisis modus yang umum.
Biasanya program-progran komputer untuk memecahkan persoalan keseimbangan dinamika
(seperti dalam persoalan harmonik) dengan cara pemecahan langsung persamaan memakai
matrik peredam C, yang bergantung linier pada massa dan matrik kekakuan (peredaman
Rayleigh, seperti yang telah dibicarakan di atas). Hal ini dimungkinkan karena dalam analisis
harmonik vektor gaya terdefinisi dengan baik. Pendekatan lebih umum, yaitu kombinasi
modus, dapat digambarkan sebagai respons dinamika sistem yang dinyatakan oleh:
N
q
r
.............
(7.2n)
Hal : 69/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
qr =
[
[
] = M
M
M ]
T
r
T
r
Mx
............................................ (7.2o)
.............................................
(7.2p)
M n = n M n
T
K n = n K n
T
C nr = n C r
T
Persaman-persamaan modus akan tak tergandeng (coupled) untuk peredaman klasik dan
sistem linier.
Untuk sistem harmonik, Pn(t) akan berbentuk sebagai PnO sin(t + in ) , disini in adalah
sudut-sudut fase masukan. Dengan demikan pemecahannya akan berbentuk sebagai berikut:
...................................
(7.2r)
Hal : 70/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
Seringkali pemakai membuat kesalahan dengan memberikan masukan pegeseran di titik(titik) (dimana pipa tidak terhubung dengan sumber eksitasi) dan mencoba mencek keluaran
pergeseran dari program komputer di titik-titik simpul (nodes) dengan nilai-nilai terukur untuk
mencek kebenaran pemodelan. Pendekatan ini salah. Dalam hal ini, kita mengukur
pergeseran respons, yang harus dihitung oleh program dan bukan pergeserann yang
diberikan, yang sebenarnya harus dinasukkan. Perbedaan antara pergeseran yang diberikan
dengan pergeseran respons dapat diperoleh dari analogi ini.:
Jika kita hentakkan cambuk, kita menggerakkan ujungnya di tangan kita beberapa inci
(pergeseran yang diberikan) dan ujung cambuk yang lain berayun di ruang (perpindahan
respons). Untuk menyimpulkan, pergeseran yang diberikan pada sistem pemipaan dari
sumber eksternal, sesuatu yang lebih kuat dari pada pipa yang bergerak dan kemudian
menggerakkan sistem pemipaan.dengannya. Frekuensi yang dieksitasi adalah laju pompa
dan perkalian dari itu.
Paling baik profil gaya acak terhadap waktu dipecahkan dengan metode spektrum respons.
(Tetapi analisis time history dapat juga dilakukan). Kita akan menyorot metode spektrum
respons, terutama mengacu pada analisis dinamika gempa bumi.
Metode spectrum respons. Spektrum respons suatu beban gempa bumi dapat diuraikan
dengan menempatkan sederetan osilator brdrajat kebebasan tunggal pada meja goyang
mekanik dan mengumpankan riwaat waktu gempa bumi yang khas melaluinya (khas untuk
tapak yang spesifik), dengan mengukur respons maksimum (perpindahan,kecepatan atau
percepatan) dari tiap osilatotr. Spektra respons dapat diplot untuk nilai-nilai peredaman sistem
yang berbeda-beda. Metodologi yang dipakai dalam analisis spektrum respons untuk
menghitung respons sistem dapat diringkas sebagai berikut:
a).
b).
c).
Menghitung respons puncak dari modus ke-n sistem dengan langkah-langkah berikut,
n = 1, 2, 3, 4, :
i.
Sesuai dengan periode natural Tn, dan rasio peredaman n (yang dapat
dianggap sama untuk semua modus), membaca nilai-nilai Dn dan An, deformasi
dan percepatan-palsu dari spektrum respons. Disini percepatan palsu
didefinisikan sebagai perkalian antara perpindahan relatif maksimum (relatif
terhadap pergerakan bumi) dikalikan kuadrat frekuensi sudut, yaitu :An = n2
Dn dengan Dn = uo sebagai pergeseran relatif maksimum. Dengan menghitung
pergeseran pada derajat kebebasan (DOF) dalam modus n dengan
persamaan:
n = n jn Dn
..............................................
(7.2s)
ii.
F jn = n m j jn An
iii.
iv.
..............................................
(7.2t)
Dengan analisis statika dari sistem yang dikenahi gaya Fjn , dapat ditentukan
nilai puncak rn dari kontribusi modus ke-n pada besaran respons r.
Respons total diperoleh dengan menambahkan respons-respons modus
puncak.
Metode kombinasi modus. Berbagai metode adalah (dalam artikel ini tidak semua metode
disorot):
Mutlak. Metode ini menyatakan respons total adalah sama dengan jumlah nilai
mutlak respons-respons satu per satu (individual). Respons sistem dapat dihitung sebagai:
R = Ri
........................
(7.2u)
R=
.................
(7.2v)
Metode ini didasarkan pada anggapan statistik bahwa semua respons modus sama sekali
bebas (tak bergantungan) satu sama lain, dengan maksimumnya mengikuti distribusi uniform
selama massa beban terapan yang tak diketahui.
Cara ini tidak konservatif, terutama jika terdapat modus dengan frekuensi yang sangat
rapat. Modus-modus itu mungkin akan mengalamai maksimumnya pada waktu yang kira-kira
(aproksimatif) sama selama profil beban.
Metode kelompok (grup). Metode ini menghendaki modus-modus dengan frekuensi yang
berdekatan (khas masing-masing dalam arah 10% satu terhadap yang lain) berkorelasi dan
mutlak harus dijumlahkan. Jumlah-jumlah itu dan semua frekuensi-frekuensi yang lain
kemudian dipandang sebagai tidak terkorelasi dan digabungkan dengan memakai metode
SRSS.
Mungkin analis tegangan seringkali tidak dilengkapi dengan spektrum respons yang
cocok untuk lokasi tapak Mengingat hal ini, kebanyakan program komputer mempunyai
basis data yang built-in dari spektrum respons.
Beberpa basis-basis data yang khas meliputi spektrum respons seperti dalam United
States Nuclear Regulatory Guider 1.60 (berdasarkan berbagai nilai peredaman seperti 5%,
7% dst.) atau seperti dalam kode bangunan uniform untuk berbagai tipe tanah.
Hal : 72/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
= [ e r ]
..............................................
(7.2w)
dengan e = bentuk modus yang ditarik dari analisis dinamika (yaitu modus-modus
berfrekuensi rendah) r = bentuk modus sisa (yang tak tertarik).
Komponen pergeseran dapat dinyatakan sebagai kombinasi linier dari bentuk modus
seperti yang ditulisa dalam persamaan (11).
Misalkan q e = partisi matrik q yang sesuai dengan modus-modus yang ditarik
F = Kq = K e q e + K r q r
..............................................
(7.2x)
Dengan memperkalikan kedua sisi dengan eT dan memakai hubungan ortogonalitas modus
seperti dalam persamaan (5) dan (6), gaya sisa adalah
T
Fr = F e M e F
..............................................
(7.2z)
Hal : 73/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
Beban yang hilang diterapkan pada struktur sebagai beban statika. Respons structural
statika ini dapat dikombinasikan/digabungkan dengan respons modal yang , baik dengan
metode ABS atau SRSS.diperkuat secara dinamika
Jelaslah bahwa ABS memberikan hasil yang lebih konservatif dan mtode ini
didasarkan pada anggapan bahwa amplifikasi dinamika akan terjadi secara serentak dengan
percepatan bumi/dasar maksimum. Karena respons modus dan respons kaku secara
statistika tidak saling bergantungan, kombinasi SRSS adalah yang lebih teliti.
Filosofi kombinasi ruang (spatial) dan kombinasi modus. Untuk melakukaqn analisis
spektrum, tiap respons modus harus dijumlahkan. Tambahan lagi, jika diterapkan goncangan
majemuk pada struktur ke lebih dari satu arah, harus dijumlahkan juga hasil dari arah.yang
berbeda. Misalnya, jika kita terapkan goncangan ke arah X, Y dan Z dan misalnya
menghitung gaya Fx (gaya ke arah X), pada simpul tertentu, maka Fx dapat dihitung sebagai
jumlah dari semua Fx di simpul itu dalam semua modus yang disebabkan oleh komponen X
goncangan itu. Tetapi karena goncangan diterapkan juga ke arah Y dan Z, respons Fx akan
ada pada simpul itu yang disebabkan oleh komponen-komponen ini dan jumlahnya akan
merupakan kombinasi modus dari semua nilai Fx yang disebabkan secara satu per satu
(individual) oleh masing-masing komponen Y dan Z. Kita harus mempe3rtimbangkan hal di
baweah ini, untuk menentukan apakah kita harus menjumlahkan gaya-gaya Fx yang
disebabkan oleh goncangan dalam arah X, Y dan Z dalam satu modus dan kemudian
selanjutkan menambahkan nilai-nilai (dihitung dengan cara yang sama) dalam semua modus
dengan memakai metode penjumlahan modus (mula-mula kombinasi spasial) ataukah
mula-mula menjumlahkan respons modus yang disebabkan oleh komponen X, mengulangi
perhitungan untuk komponen Y dan komponen Z dan lalu menjumlahkan semua nilai-nilai Fx
(mula-mula kombinasi modus):
Akan timbul perbedaan dalam hasil-hasil akhir jika metode-metode berlainan dipakai
untuk kombinasi ruang atau kombinasi modus.
Suatu kombinasi komponen-komponen ruang pertama-tama menunjukkan bahwa
beban-beban goncangan bergantung satu sama lain (dependen), sedangkan kombinsai
kompponen-komponen modus pertama-tama menunjukkan beban goncangan bebas satu
sama lain (independent).
Ketergantungan dan ketakbergantungan mengacu pada hubungan waktu antara
komponen-komponen X, Y, Z dari gempa bumi. Dengan kasus gelombang gocang yang
dependen, komponen-komponen X, Y, Z gempa bumi mempunyai hubungan yang langsung,
perubahan goncangan sepanjang satu arah menyebabkan perubahan yang sesuai pada araharah yang lain. Demikianlah halnya jika gempa bumi bekerja sepanjang arah yang spesifik
yang mempunyai komponen dalam lebih dari satu arah, seperti dalam hal fault berjalan
dengan sudut 30o antara sumbu-sumbu X dan Z.
Sebuah gocangan yang independen adalah goncangan yang riwayat-time history X, Y,
Z nya menghasilkan spektra frekuensi berkaitan tetapi yang mempunyai time history sama
sekali berkaitan. Tipe gempa bumi yang independen jauh lebih biasa terjadi. Jadi dalam
kebanyakan hal, komponen-konponen moduslah yang pertama-tama harus dikombinasikan.
Sebagai acuan, IEEE 344-1975 (IEEE Recommended Practice for Nuclear Power Generating
Stations) mengatakan, Gempa bumi menghasilkan pergerakan bumi yang acak yang
dikarakterisasikan oleh komponen-komponen horisontal dan vertical yang serentak tetapi
secara statistika tidak bergantungan satu sama lain
Hal : 74/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
Ini biasanya kurang merupakan isu bagi kombinasi-kombinasi spektrum gaya, karena
biasanya tak ada kombinasi-kombinasi ruang untuk dikombinasikan, yaitu tak ada komponenkomponen X, Y, Z yang bekerja serentak. Tetapi jika terdapat lebih dari satu beban gaya yang
potensial [misalnya seperti sederetan katup pereda (relief valve) dapat menembak secara
satu per satu atau secara berkombinasi) metode kombinasi haruslah lebih berupa kombinasi
modus dari pada kombinasi ruang. Jika dalam peristiwa tertentu kedua katup terbuka
bersamaan (yaitu jika pembebanannya independent), metode kombinasinya harus lebih ke
ruang dari pada ke modus. Karena gaya-gaya berarah bias any dikombinasikan secara
vektor, kombinasi SRSS merupakan metode yang paling cocok untuk kombinasi ruang.
Tetapi, jika dua atau lebih spektra yang diterapkan dalam arah yang sama (seperti dalam
sistem eksitasi penunjangmajemuk), pertama-tama lebih disukai melakukan kombinasi
menurut arah (directional) dari pada kombinasi modus.
Analisis Time history. Meskipun secara teknik yang paling teliti dan secara teoritik dapat
diterapkan pada berbagai profil beban, metode ini sangat tepat bila digunakan untuk porfil
beban sebagai fungsi waktu (yaitu jika dapat diperoleh data variasi beban terhadap waktu
pada langlah-langkah waktu yang pendek) Secara tipikal metode ini dipakai untuk
pembebanan tipe impuls. Metodologi ini sebenarnya menghendaki pemecahan persamaan
keseimbangan dinamika secara numerik. Jadi cara ini seperti telah disebutkan di atas,
persamaan keseimbangan dinamika dapat ditulis sebagai sekumpulan persamaanpersamaan yang terlepas (tak terikat, tak tegantung) satu sama lain, dalam kordinat-kordinat
modus (untuk system linier dengan peredaman klasik) (persmaan 7.2p) sebagai berikut:
(7.2aa)
Persamaan diferensial ini dapat diintegrasikan secara nemerik dengan membelah-belah masa
pembebanan (durasi pembebanan) ke dalam banyak langkah-langkah kecil.
Berdasarkan sumsi terhadap kelakuan sistem antara belahan-belahan (yaitu bahwa
oerubahan persepatan di antara kelakuan-kelakuan waktu tersebutadalah linier), maka
persepatan-percpatan system, kecepatan-kecepatan, pergeseran-pergeseran dan demikian
juga reaksi-reaksinya, gaya-gaya dalam dan tegangan-tegangan dalam dapat dihitung untuk
langkah-langkah waktu yang berturutan. Teknik yang paling umum dipakai adalah metode
Wilson, yang stabil secara tak bersyarat. Yang dimaksudkan stabil secara tak bersyarat
adalah prosedur-prosedur yang menghasilkan solusi terikat bounded solution), tanpa
mempedulikan panjang langkah waktunya. (Untuk pembahasan terperinci acuan 1 dan 2
dalam Kepustakaan yang disebutkan).
Penerapan. Untuk menerapkan analisis time history bagi persoalan analisis mengenai
analisis gempa, persamaan keseimbangan untuk gempa bumi dapat ditulis sebagai berikut:
(7.2ab)
dengan v sebagai vektor pengeruh yang menunjukkan pergeseran massa untuk pergeseran
bumu sebesar satu satuan, dan M, C dan K masing-maing adalah matrix massa,
peredaman dan kekakuan. Untuk analisis time history gempa bumi, sebagai masukan
harus diberikan nilai-nilai percepatan pada langkah-langkah waktu (misalnya 0,01 detik),
untuk memecahkan persamaan diferensial di atas dengan metode numerik (dalam analisis
spektrum respons, persamaan ini dipecahkan juga untuk membentuk/membangkitkan
spectrum respons, disini persamaan pertama dipecahkan untuk berbagai frekuensi alamiah
dengan mempertahankann nilai rasio peredaman yang sama dan kemudian dipecahkan
untuk rasio peedaman yang sama).
Hal : 75/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
Hal : 76/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
BAB VIII
INPUT CAESAR II DAN ANALISIS DYNAMIC
8.1
Besarnya gaya yang terhitung sebagaimana diterangkan dalam sub bab 7.1, diinputkan ke
Caesar model pada suatu point atau lokasi dengan arah sesuai tipe dari Vent inlet atau Vent
stack yang akan di pasang , lihat gambar 31.
Dari Tabel atau formula yang telah terhitung sebagaimana dalam sub bab 7.1, diinputkan ke
dalam Caesar model secara diskrit yang ditampilkan dalam gambar 32 hingga Gambar 34
berikut :
a) Pertama sekali kita pastikan bahwa wind akan diinputkan pada Caesar, maka tekan wind
dan tentukan harga wind shape factor sesuaikan dengan element yang di analisa, lihat
gambar 32.
Hal : 77/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
a).
Langkah kedua user harus memastikan bahwa tipe input telah didefinisikan sebagai
wind Pressure vs Elevation atau Wind Velocity vs Elevation dan inputkan ke arah horozontal
(X dan Z masing-masing), lihat gambar 33.
Gambar 33 : Definisi beban angin yang digunakan
b).
Langkah yang ketiga inputkan harga pressure vs elevasi dengan meng-click user
Wind Profile dari gambar 33, dan ditunjukkan dalam gambar 34.
Hal : 78/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
8.3
Beban Seismic
Apabila beban seismic digunakan di dalam piping system, maka user harus menghitung
coefficient seismic sebagaimana dalam sub bab 7.1 dan diinputkan ke dalam pemodelan
Caesar, yang ditunjukkan dalam Gambar 35 dan 36.
a)
Pada tool box yang ditampilkan pada gambar 35 berikut ini, user hendaknya
memperhatikan opsi uniform load in Gs dan input blank, yang berarti coefficient seismic
diperlakukan sebagai input uniform load.
Hal : 79/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
8.4
Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam input Caesar model untuk beban gelombang
adalah sebagai berikut :
a)
Berdasarkan pada API RP2A dan DNV, user harus meng-inputkan coefficient
tambahan massa Ca, lift coefficient Cl dan marine growth. Sebagaimana dilukiskan dalam
gambar 37.
b)
Dari data survey berdasarkan pada section 7.2, user hendaknya meng-input
kedalaman terhadap permukaan laut (surface depth), kedalam air, periode gelombang,
kekentalan (viscosity) kinematik,
kerapatan dan korelasi kedalaman vs. kecepatan
gelombang. Sebagaimana terlihat dalam gambar 38.
c)
Beban gelombang harus diinputkan pada setiap element di dalam cesar model input,
terkecuali sistim piping elemen tidak connect terhadap gelombang.
Hal : 80/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
Hal : 81/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
8.5
Analisis Dinamika
a)
Vibrasi
Vibrasi pada sistem perpipaan dapat terjadi karena adanya berbagai sumber yang
memang menghasilkan getaran, antara lain Flow-induced turbulence, Two phase
flow, Pulsation - (Reciprocating machinery, Rotating stall periodic flow-induced
excitations), Fluid transient- (water hammer, relief valve discharge), High
frequency acoustic emission dan rotating machinery.
Vibrasi adalah getaran periodic, secara umum mempunyai sifat level amplitudo rendah
dan besaran nilai cycle-nya melebihi lifetime pada operasi pabrik. Getaran atau vibrasi
dapat terjadi karena frekwensi yang dihasilkan oleh mesin (mesin reciprocating dan
mesin rotating) melampaui frekwensi natural (fm > fn) dari sistim perpipaan yang
dihubungkannya, atau vibrasi dapat terjadi karena adanya selisih antara frekwensi
osilasi (f) dan frekwensi natural (fn) system, dimana f > fn. Apabila hal ini terjadi dan
tanpa ada penanganan secara berarti, maka pada sistim perpipaan mengalami
komulatip siklus tegangan dan lifte time pada sistim akan berkurang.
Kasus 1 :
Jika sistim perpipaan sudah terinstalasi dan beroperasi kemudian sistim mengalami
vibrasi, maka pengukuran kecepatan puncak vibrasi secara aktual di lapangan dapat
dilakukan dengan menggunakan vibrasi meter, harga yang tertera dapat dibandingkan
dengan harga allowable kecepatan puncak, sebagaimana dalam Tabel 7 dan gambar
39, apabila kecepatan puncak yang terukur berada diluar range, artinya bahwa
frekwensi sinusoidal ada selisih yang signifikan dengan frekwensi natural sistim, maka
vibrasi sistim tidak acceptable. Untuk menghendel hal ini maka perlu dilakukan
analisis, yakni menambahkan peredam (support) pada sistim untuk dibuat sedemikian
rupa agar frekwensi natural (fn) sama dengan frekwensi osilasi yang terukur (f), (fn f)
atau dibuat selisih antara frekwensi osilasi sekecil mungkin bahkan nol. Hubungan
kecepatan puncak sinusoidal dengan frekwensi osilasi dan frekwensi natural dapat
dinyatakan secara matematis sebagai berikut :
Vpk
E
W
C
I
L
d,D
f
fn
f = 2.4 (Vpk/)E.D/L2
fn = (C/L2) (EI/W)1/2
Vpk/ = (C/9.6(E)1/2)[1+(d/D)2]
/
= L2/4.8ED
= Kecepatan puncak yang terukur, (mm/dt , ips)
= Modulus Elastisitas material pipa, (Kg/mm2, lb/inch2)
= Berat pipa per satuan panjang (Kg/mm, Lb/inch)
= Konstanta untuk frequency natural
= Momen Inersia cross section pipa, inch4
= Panjang pipa antar support, (mm, inch)
= Density pipe material, (kg/mm3, lb/inch3)
= inside dan outside diameter pipa, (mm, inch)
= frequency vibrasi sinusoidal, (Hz)
= Frequency natural sistem, (Hz)
= Stress bending pipa, (Kg/mm2, lb/inh2)
= Deflection (mm, in)
(8.5a)
(8.5b)
(8.5c)
(8.5d)
Hal : 82/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
NO.
1
2
3
Vpk 0.2
Piping, ips
(Center of
span)
Vpk0.6
0.2 Vpk0.5
0.6Vpk1.5
0.5Vpk1.0
1.5Vpk3.0
Hal : 83/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
Kasus 2 :
Secara engineering, .Ssistem perpipaan yang dihubungkan dengan mesin rotasi
(compressor) dengan frekwensi sumber (mesin) berdasarkan informasi
manufacture adalah f (kecepatan puncak Vpeak mesin acceptable berdasarkan
table 7). Kemudian berdasarkan persamaan 7.2b dan 7.2c sistim perpipaan hasil
desain dapat dihitung harga frekwensi pribadi (fp)-nya, dimana frekwensi pribadi
(fp) harus lebih besar dari frekwensi mesin (sumber). Apabila ketentuan tersebut
tidak dipenuhi maka piping stress engineer harus membuat perubahan routing
sistim perpipaan sedemikian rupa sehingga diperoleh harga fp > fm. Setelah fp
tercapai selanjutnya dialakukan analisa untuk mendapatkan frewensi naturalnya
(fn), yaitu dengan cara memasang support ( peredanm/dumping), dengan
menggunakan persamaan 7.2a dimana F(t) =0, frekwesni tersebut harus berada
pada daerah antara fp dan fm, atau fm < fn fp, atau berdasarkan pengalaman fn
1.2fm. Pada kondisi seperti ini dipastikan bahwa sistim perpipaan tidak terjadi
vibrasi.
Apabila sistim routing seperti dalam gambar berikut, dan frekwensi mesin adalah
fm = 12.47 Hz.
Hal : 84/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
Gambar 8.5a
Freq. natural 0.814 Hz pada mode shape 1
Gambar 8.5b
freq. natural 10.1643 Hz pada
mode shape 25
Gambar 8.5e
Freq. natural 15.425 Hz pada mode shape 32
Gambar 8.5f
Freq natural 15.2318 Hz
pada mode shape 58
Pada Mode Shape pertama dengan menambah support diperoleh berbagai variasi frekwensi
natural (fn) sebagaimana dalam gambar 8.5g-8.5k.
Hal : 85/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
Hal : 86/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
BAB IX
REFERENSI
1. Power Piping Society provides the first national Code for pressure piping.
2. The American Standard Association initiates the project B31 to govern pressure piping.
3. Markl paper Piping Flexibility Analysis Introduces piping analysis methode based on
the stress range.
4. Congress enacts the Natural Pipeline Saftey Act which CFR 192 which will in time
replace B31.8 for gas pipeline transportation.
5. ANSI B31.7 code for Nuclear power plant piping.
6. ASME section III for Nuclear power plant piping
7. Paul R. Smith, P.E, and Thomas J. Van Laan, P.E., piping and Pipe Support Systems,
McGraw-Hill Book Company.
8. Ceasar - II Userss Guide, Coade Engineering Software
9. S. Saha, Ravi Raj Rastogi, and A. Bhattacharya, An effective methode for analyzing
piping vibration problems, Hydrocarbon Processing, April 2004.
10. Maten, S.,Field Kriteria for Pipe Vibration, Hydrocarbon Processing, July 1984.
11. I.S. Tuba and W.B.Wright, Pressure Vessel and Piping 1972 Computer Program
Verification and Aid to Developers and Users. The American Society of Mechanical
Enginers, New York, 1972. Problem 6 and 2.
Hal : 87/86
Chamsudi Copy Right/6/1/2005
By : Achmad Chamsudi
Piping Department
DAFTAR ISI
HALAMAN
1.
Pendahuluan
2.
2.1.
2.2.
2
5
3.
4.
5.
Critical Line
Critical Line List
3.1.
3.2.
3.3.
3.4.
3.5
7
12
13
16
24
Ragam tegangan
Principal Stress (Tegangan Utama)
Deformasi Plastic
Kegagalan Material (Material Failure)
Kegagalan Komulatif
27
4.1.
4.2.
4.3.
4.4.
4.5
27
28
33
36
37
Dasar-Dasar Code
Batasan Tegangan
Analisis ANSI/ASME B31.1
Analisis ANSI/ASME B31.3
Analisis ANSI/ASME B31.8
38
5.1.
5.2.
38
44
6.
Teknik Pemodelan
6.1
Pemodelan Bentuk Geometri
6.2
Pendekatan Matrix
50
50
57
7.
60
60
65
8.
76
76
76
78
79
81
86
Keterangan
1. Shaft centerline
2. Discharge
3. Suction
Att. B-1 Koordinate sistem untuk gaya dan moment dalam Table 4 Vertical in-line
pumps
Keterangan
1. Shaft centerline
2. Discharge
3. Suction
Att. B-2 Koordinate sistem untuk gaya dan moment dalam Table 4Vertically
suspended double-casing pumps
Keterangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Shaft centerline
Discharge
Suction
Centre of pump
Pedestal centerline
Vertical plane
Att. B-3 Koordinate sistem untuk gaya dan moment dalam Table 4 Horizontal
pumps dengan side suction dan side discharge nozzles
Keterangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Shaft centerline
Discharge
Suction
Centre of pump
Pedestal centerline
Vertical plane
Att. B-4 Koordinate sistem untuk gaya dan moment dalam Table 4 Horizontal
pumps dengan end suction dan top discharge nozzles
Keterangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Shaft centerline
Discharge
Suction
Centre of pump
Pedestal centerline
Vertical plane
Att. B-5 Koordinate sistem untuk gaya dan moment dalam Table 4 Horizontal
pumps dengan top nozzles.