Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

BIOSCIENTIAE

Volume 8, Nomor 1, Januari 2011, Halaman 28-37


http://www.unlam.ac.id/bioscientiae

STRUKTUR ANATOMI DAN KERAPATAN SEL SEKRESI


SERTA AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DARI
RIMPANG TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb) ASAL
KECAMATAN PENGARON KABUPATEN BANJAR
KALIMANTAN SELATAN

Evi Mintowati Kuntorini1, Maria Dewi Astuti2, Norma Milina1


1

Program Studi Biologi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat


Program Studi Kimia FMIPA Universitas Lambung Mangkurat
Jl. A. Yani Km 35,8 Banjarbaru, Kalimantan Selatan
E-mail : evimintowati@yahoo.com

ABSTRACT
This study aimed to observe the anatomical structure and density of secretory cells as
well as knowing activity of ethanol extract aktioksidan associated with cell density of the
rhizome of Curcuma xanthorrhiza secretion originating from Sub Pengaron Banjar regency,
South Kalimantan. Making preparations rhizome anatomy carried out by using Free Hand
Section, the analysis of antioxidant activity using DPPH (1,1-diphenyl-2-pikrilhidrazil).
Observations consisting of rhizome anatomical structure of cells of the epidermis, the cortex,
endodermis and the central cylinder. In epidermal cells contained little hair cover, the cortex
and central cylinder composed of parenchymal cells, cell secretion and the carrier files. The
antioxidant activity of ethanol extract obtained from the calculation rhizome Consentrasion
inhibition (IC50) ranged from 17.70 to 55.22 ppm. IC50 value of 17.70 ppm rhizome ethanol
extract has antioxidant activity 5 times weaker compared to the control of vitamin C (IC50
3.71 ppm) and 3 times weaker than BHT (IC 50 5.57 ppm). At 55.22 ppm IC50 extract has
antioxidant activity 15 times weaker compared to the control of vitamin C and 10 times
weaker than the BHT. Secretory cell density relationship with the antioxidant activity in test
with linear regression analysis showed that there was no relationship between the density of
secretory cells per unit area with antioxidant activity in the rhizome of Curcuma
xanthorrhiza.
Key words: Curcuma xanthorrhiza Roxb, cell secretion, antioxidant, DPPH

berdasarkan pada aspek ekonomi dan

PENDAHULUAN
Saat ini pengobatan modern

keamanan bagi kesehatan menjadi dua

mengalami perkembangan yang sangat

alasan mendasar. Penggunaan tanaman

pesat,

tetapi masyarakat Indonesia

obat-obatan

tradisional

untuk

tidak meninggalkan warisan leluhur

pengobatan

dipercaya

tidak

berupa

menimbulkan efek samping seperti

tradisional.

penggunaan

obat-obatan

Pertimbangan

tersebut

obat

sintetis

karena

mengandung

komponen fitokimia yang berperan


28

BIOSCIENTIAE. 2011

penting

untuk

pengobatan

dan

polifenol yang rendah namun memiliki

penyakit.

aktivitas biologi yang tinggi, antara lain

xanthorrhiza

memiliki potensi sebagai antioksidan

pencegahan

berbagai

Temulawak

(Curcuma

tanaman

yang

(Jayaprakasha et al. 2005). Antioksidan

masyarakat

luas

dalam tubuh bekerja mengikat radikal-

kemampuannya

radikal bebas yang akan merusak sel-

Roxb.)

merupakan

cukup

dikenal

berkaitan

dengan

mengatasi berbagai penyakit.


Kecamatan

sel

tubuh

sehingga

mendorong

Pengaron

terjadinya pertumbuhan sel-sel tidak

Kabupaten Banjar merupakan sentra

normal (kanker). Penetapan aktivitas

perkebunan

obat-obatan

antioksidan diperoleh dari perhitungan

seperti tanaman Zingiberaceae yaitu

Inhibition Consentrasion (IC50) pada

temulawak, jahe, kunyit dan lain-lain.

masing-masing sampel uji. IC50 adalah

Menurut

yang

konsentrasi suatu zat antioksidan yang

Pertanian

dibutuhkan untuk menghambat 50%

Kabupaten Banjar, hasil perkebunan

radikal bebas DPPH. Zat antioksidan

tanaman temulawak dari Kecamatan

yang mempunyai aktivitas antioksidan

Pengaron memiliki produktivitas yang

tinggi akan mempunyai nilai IC50 yang

diperoleh

tanaman

data
dari

tahun

2008

Dinas

tinggi yaitu 1,60 Kg/m dibandingkan

rendah (Suratmo, 2005).

dengan beberapa tempat perkebunan


tanaman Zingiberaceae yang ada di
wilayah Kabupaten Banjar.
Rimpang

temulawak

mengandung senyawa fenolat salah

BAHAN DAN METODE


Pembuatan
Preparat
Rimpang Temulawak

Anatomi

Pembuatan preparat rimpang

satunya yaitu kurkumin. Kurkumin

temulawak

tidak dapat larut dalam air, tetapi larut

pembuatan preparat segar (Free Hand

dalam etanol dan aceton (Nova, 2007).

Sections).

Kurkumin sebagai metabolit sekunder

difiksasi

yang

kekuningan

kemudian diiris tipis menggunakan

parenkim

silet. Preparat rimpang temulawak

rimpang temulawak yaitu dari sel

diletakkan di atas gelas benda,ditetesi

sekresi (Laksmi, 2007). Kurkumin

akuades,

berwarna

dihasilkan

merupakan

pada

jingga
daerah

molekul

dengan

mengguakan
Rimpang
dengan

kemudian

metode
temulawak

alkohol

diberi

70%,

gelas

kadar
29

BIOSCIENTIAE. 2011

penutup, preparat rimpang tersebut


diamati di bawah mikroskop.
Pengamatan Struktur Anatomi dan
Kerapatan Sel Sekresi
Pengamatan preparat rimpang
temulawak

Ekstraksi
temulawak

sampel

rimpang

menggunakan

metode

pengamatan

soxhletasi. Serbuk rimpang temulawak

perhitungan

sebanyak 50 gram dibungkus dengan

kerapatan sel sekresi per satuan luas.

kertas saring. Kertas saring yang berisi

Perhitungan

sekresi

sampel tersebut diikat kuat, kemudian

dilakukan per satuan luas. Satuan luas

diletakkan dalam alat ekstraksi soxhlet,

mikroskop berupa lingkaran. Untuk

alat kondensor di pasang di atasnya.

mengetahui jari-jari dari lingkaran pada

Pelarut

mikroskop

skala

dituangkan ke dalam labu penampung.

mikrometer. Pada perbesaran 10x10,

Ekstrak yang didapatkan kemudian

r2=3,14x

dirotary evaporator dan dipekatkan

(9,8m)2 = 301,566 m2, sehingga

dengan waterbath agar pelarut etanol

satuan luas pada penelitian ini adalah

menguap.

struktur

luas

meliputi

2. Ekstraksi Sampel

anatomi

dan

kerapatan

lingkaran

sel

digunakan
adalah

301 m . Perhitungan kerapatan sel


sekresi rimpang temulawak diamati

etanol

sebanyak

200

ml

3. Uji Aktivitas Antioksidan


Pengujian aktivitas antioksidan

pada 3 bagian berlainan yaitu bagian

dilakukan

pangkal, tengah dan ujung pada tiap

Ekstrak pekat

rimpang temulawak

sampel, masing-masing sampel diamati

diambil

ditimbang

menggunakan mikroskop sebanyak 12

0,0050 g kemudian diencerkan dengan

kali pengamatan.

metanol dalam labu ukur 50 ml untuk

Analisis
Aktivitas
Rimpang Temulawak

Antioksidan

temulawak

dan

metode

DPPH.
sebanyak

didapatkan konsentrasi larutan ekstrak


etanol sampel dalam 100 ppm. Dari
konsentrasi

1. Preparasi Sampel
Rimpang

dengan

100

ppm

kemudian

dicuci

diencerkan untuk didapatkan deret

bersih, diiris tipis dan dikeringkan di

standar dengan konsentrasi 70,50, 30,

udara terbuka selama satu minggu.

dan 10 ppm. Pengenceran tersebut

Rimpang yang sudah kering dihaluskan

dilakukan menggunakan metanol pada

hingga berbentuk serbuk.

labu ukur 10 ml. Tiap gelas beaker


30

BIOSCIENTIAE. 2011

ditambahkan 1 ml larutan DPPH 1 mM

sama seperti

dalam metanol, kemudian diinkubasi

(Hanani, dkk, 2005).

pada

ekstrak

etanol

pada suhu 37 C selama 30 menit,

Analisis aktivitas antioksidan sampel

selanjutnya serapannya diukur pada

ditentukan oleh besarnya hambatan

panjang gelombang 515 nm. Sebagai

serapan

pembanding

perhitungan persentase penghambatan

digunakan

vitamin

radikal

DPPH

melalui

(konsentrasi 2, 3, 4 dan 5 ppm)

(inhibisi)

sebanyak 10 ml dan BHT (konsentrasi

menggunakan rumus (Andayani, dkk

2, 4, 6 dan 8 ppm) sebanyak 10 ml

2008):

serapan

DPPH

dengan

yang dilakukan dengan perlakuan yang


% penghamba tan (inhibisi )

( A blanko A sampel )
x100%
A blanko

Keterangan :
: Serapan radikal DPPH 1 mM dalam metanol pada panjang gelombang
Ablanko
515 nm
Asampel
: Serapan radikal DPPH 1 mM yang diberi perlakuan sampel dalam
metanol pada panjang gelombang 515 nm
Nilai IC50 dihitung masing-masing dengan menggunakan rumus persamaan regresi
linier.
yang didapatkan berbeda nyata, maka
Uji Fitokimia
Uji beberapa senyawa kimia pada
ekstrak etanol rimpang temulawak

dilanjutkan dengan uji DMRT.


HASIL DAN PEMBAHASAN

meliputi golongan steroid, triterpenoid,

Rimpang merupakan modifikasi

alkaloid, flavonoid, saponin, dan tanin

dari batang sehingga pada penampang

dengan menggunakan pereaksi yang

melintang rimpang memiliki struktur

sesuai.

anatomi yang menyerupai

Analisis Data

anatomi batang. Rimpang merupakan

Data yang diperoleh dalam


bentuk

kualitatif

batang yang tumbuh secara horizontal

kuantitatif.

di bawah permukaan tanah (Tri, 2008).

Analisis data kualitatif ditampilkan

Struktur anatomi rimpang temulawak

dalam bentuk gambar struktur anatomi

pada semua stasiun terdiri dari sel

rimpang temulawak pada tiap stasiun.

epidermis, bagian korteks, endodermis

Analisis

serta bagian silinder pusat. Pada sel

data

dan

struktur

kuantitatif

dengan

ANOVA dan regresi linier, jika hasil

epidermis

terdapat

sedikit

rambut
31

BIOSCIENTIAE. 2011

penutup. Bagian kortek dan silinder

kolateral yaitu dimana xilem dan floem

pusat terdiri atas sel parenkim, sel

letaknya berdampingan.

sekresi

dan

pengangkut

Sel sekresi merupakan tempat

(Gambar 1A). Di dalam sel parenkim

penghasil dan penyimpanan metabolit

terdapat butir pati (amilum) (Gambar

sekunder pada tanaman. Sel sekresi

1B). Berkas pengangkut tersebar di

pada rimpang temulawak didalamnya

bagian kortek dan silinder pusat, antara

terdapat sekret atau minyak yang

bagian korteks dan silinder pusat

berwarna

dibatasi oleh sel endodermis. Silinder

kurkumin. Kandungan utama sekret

pusat pada rimpang temulawak terdapat

pada temulawak adalah kurkuminoid

banyak

berkas

(1,60%-2,20%) yang terdapat pada

pengangkut. Tipe berkas pengangkut

rimpang terdiri atas senyawa berwarna

pada

kuning kurkumin dan minyak atsiri

sel
rimpang

berkas

sekresi

dan

temulawak

adalah

jingga

yang

disebut

(6,00%-10,00%).

(B)
Pk

SS

32

BIOSCIENTIAE. 2011

Gambar 1. A. Penampang melintang rimpang temulawak. B. Penampang melintang


rimpang temulawak berisi sel parenkim dan sel sekresi. Ket : A : butir amilum, Pk :
sel parenkim, ep : sel epidermias, bp : berkas pengangkut, SS : sel sekresi, rp : sel
rambut
Kerapatan sel sekresi rimpang

pengamatan. Berikut ini adalah data

temulawak asal Kecamatan Pengaron

rerata jumlah sel sekresi pada rimpang

dihitung dari rerata jumlah sel sekresi

temulawak pada ketiga stasiun dihitung

rimpang temulawak pada setiap stasiun

per satuan luas (Tabel 1).

Tabel 1. Rerata Jumlah Sel Sekresi Rimpang Temulawak per satuan luas
Jumlah sel sekresi / satuan luas (301 m2)

Lokasi
Stasiun 1

44,34

Stasiun 2

44,61

Stasiun 3

53,07

Kerapatan jumlah sel sekresi

dapat terbentuk pada lingkungan yang

antar stasiun di uji ANOVA untuk

ekstrim seperti adanya luka pada suatu

kerapatan

stasiun

tanaman. Dengan kondisi tanah yang

menunjukkan bahwa tidak ada beda

memiliki unsur hara N yang sangat

nyata pada rerata jumlah sel sekresi

rendah

antar stasiun karena nilai signifikan

menyebabkan kerapatan sel sekresi

pada ANOVA lebih besar dari nilai

yang tidak berbeda nyata.

5%. Unsur N pada ketiga tempat

Aktivitas
Antioksidan
Ekstrak
Etanol Rimpang Temulawak

sel

sekresi

per

pengambilan sampel tergolong sangat


rendah,

hal

mempengaruhi

tersebut

sel

ketiga

stasiun

Uji antioksidan dengan metode

diasumsikan

pembentukan

pada

DPPH

(1,1-difenil-2-pikrilhidrazil)

sekresi. Sel sekresi merupakan sel yang

dimaksudkan

terspesialisasi

aktivitas antioksidan senyawa ekstrak

dan

spesifik

untuk

untuk

menghasilkan dan menyimpan senyawa

etanol

metabolit sekunder. Pembentukan sel

pengukuran

sekresi cenderung dipengaruhi oleh

ekstrak etanol rimpang temulawak

faktor

selanjutnya

lingkungan.

Menurut

Fahn

(1991) saluran sekresi (saluran resin)

rimpang

mengetahui

temulawak.

aktivitas

Hasil

antioksidan

dibandingkan

dengan

pembanding yaitu vitamin C dan BHT


33

BIOSCIENTIAE. 2011

yang

sudah

diketahui

berpotensi

persamaan

regresi

pada

grafik

sebagai antioksidan. Analisis aktivitas

hubungan antara daya antioksidan (%)

antioksidan sampel ditentukan oleh

serapan

nilai IC50 yang didapatkan melalui

konsentrasi larutan.

radikal

DPPH

dengan

Gambar 2 menunjukkan grafik hasil uji aktivitas antioksidan dengan nilai


IC50 dari yang terendah hingga tertinggi yaitu vitamin C, kemudian diikuti BHT
serta sampel ekstrak etanol rimpang temulawak pada ketiga stasiun pengamatan.

Gambar 2. Aktivitas antioksidan ekstrak etanol rimpang temulawak pada masing-masing


plot, BHT dan vitamin C menggunakan metode DPPH

Hasil penelitian menunjukkan

lemah dibandingkan dengan kontrol

rimpang

BHT. Pada nilai IC50 55,22 ppm

aktivitas

mempunyai aktivitas antioksidan 15

antioksidan dengan metode DPPH

kali lebih lemah dibandingkan dengan

dengan nilai IC50 berkisar 17,70-55,22

kontrol vitamin C dan 10 kali lebih

ppm. Hal ini menunjukkan bahwa

lemah dibandingkan dengan kontrol

ekstrak tersebut mempunyai aktivitas

BHT. Hal tersebut karena ekstrak

antioksidan yang kuat, karena memiliki

etanol

IC50 kurang dari 200 ppm (Blois,

merupakan

bahwa

ekstrak

temulawak

1958).

Nilai

etanol

memiliki

IC50

17,70

ppm

rimpang

temulawak

senyawa

murni,

lain

lebih

mempunyai aktivitas antioksidan.

dibandingkan

dengan

tetapi

masih mengandung senyawa-senyawa

mempunyai aktivitas antioksidan 5 kali


lemah

bukan

yang

kemungkinan

tidak

kontrol vitamin C dan 3 kali lebih


34

BIOSCIENTIAE. 2011

Efek
disebabkan

antioksidan
oleh

adanya

terutama

terhadap

senyawa

(Andayani et al, 2008).

fenolat seperti flavonoid dan asam


fenolat.

Pada

senyawa

yang

umumnya

senyawa-

memiliki

aktivitas

gugus

-OH

dan

OR

Pada penelitian ini dilakukan uji


fitokimia yang ada dalam ekstrak
etanol

rimpang

temulawak

secara

antioksidan adalah senyawa fenol yang

kualitatif. Senyawa yang terkandung

mempunyai

dalam

gugus

hidroksi

yang

tersubtitusi pada posisi orto dan para

ekstrak

etanol

tersebut

berdasarkan hasil uji fitokimia dapat


dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Uji Fitokimia Ekstrak Etanol Rimpang Temulawak


Jenis uji

Pereaksi

Hasil

Terpenoid

Lieberman-burchard

Alkaloid

- Meyer

- Dragendorff

- Wagner

Flavonoid

HCl dan Mg

Saponin

Akuades

Tanin

Feriklorida 1%

Hasil uji fitokimia pada ekstrak


etanol

rimpang

temulawak

dari senyawa ini terstabilkan secara


resonansi

sehingga

tidak

menunjukkan hasil yang positif pada

dibandingkan

uji

radikal bebas lain (Jati, 2008).

flavonoid

berpotensi
Flavonoid
senyawa

dan

tanin

sebagai
dan
yang

tanin

sehingga

berfungsi

sebagai

kebanyakan

Hubungan kerapatan sel sekresi

antioksidan.
merupakan

dengan

reaktif

dengan

aktivitas

masing-masing

antioksidan
plot

pada
dengan

antioksidan karena ketiga senyawa

menggunakan uji statistik regresi linier.

tersebut adalah senyawa fenol yaitu

Hasil yang didapatkan pada penelitian

senyawa dengan gugus OH

ini adalah tidak adanya hubungan

yang

terikat pada karbon cincin aromatik,

antara

kerapatan

sel

berfungsi sebagai antioksidan yang

aktivitas

efektif karena produk radikal bebas

diasumsikan karena senyawa bioaktif

antioksidan.

sekresi
Hal

dan

tersebut
35

BIOSCIENTIAE. 2011

yang berpotensi sebagai antioksidan

vitamin C dan 10 kali lebih lemah

tidak hanya terdapat di dalam sel

dibandingkan dengan BHT.

sekresi tetapi juga tersimpan di luar sel

3. idak terdapat hubungan korelasi

sekresi seperti di vakuola. Menurut

antara rerata jumlah sel sekresi per

Fahn (1991), proses sekresi meliputi

satuan luas dengan nilai IC50 pada

perpindahan substansi spesifik dari

aktivitas

sitoplasma ke dalam vakuola.

stasiun.

antioksidan

di

ketiga

KESIMPULAN
Dari

hasil

penelitian

dilakukan,

yang

diperoleh

telah

beberapa

kesimpulan, yaitu
1. Rerata jumlah sel sekresi per satuan
luas

pada

rimpang

temulawak

menunjukkan tidak ada beda nyata


pada semua stasiun..
2. Ekstrak etanol rimpang temulawak
memiliki

aktivitas

antioksidan

dengan nilai IC50 berkisar 17,7055,22 ppm. Nilai IC50 17,70 ppm
ekstrak etanol rimpang temulawak
memiliki aktivitas antioksidan 5
kali

lebih

lemah

dibandingkan

dengan kontrol vitamin C(IC50 3,71


ppm) dan 3 kali lebih lemah
dibandingkan

dengan

BHT(IC50

5,57 ppm). Pada IC50 55,22 ppm


ekstrak

mempunyai

aktivitas

antioksidan 15 kali lebih lemah


dibandingkan

dengan

kontrol

DAFTAR PUSTAKA
Andayani, R., Y. Lisawati, &
Maimunah. 2008. Penentuan
Aktivitas Antioksidan, Kadar
Fenolat Total dan Likopen Pada
Buah
Tomat
(Solanum
lycopersicum L). Jurnal Sains
dan Teknologi Farmasi, Vol. 13
No. 1.
Blois,
MS.
1958.
Antioxidant
Determinations By The Use Of
a Stable Free Radical. Nature
181: 1199-1200.
Fahn, A. 1991. Anatomi Tumbuhan
edisi ketiga. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Hanani, E., A. Munim, R. Sekarini. &
S. Wiryowidagdo. 2006. Uji
Aktivitas Antioksidan Beberapa
Spons Laut dari Kepulauan
Seribu. Jurnal Bahan Alam
Indonesia, Vol 5.no.1 Jan
(Inpress).
Jayaprakasha, G. K., Rao, J. M. L., dan
Sakariah, K. K. 2005. Chemistry
and biological activities of C.
longa. Trends in Food Science
and Technology 16: 533-548.
Jati, S. H. 2008. Efek Antioksidan
Ekstrak Etanol 70% Daun Salam
(Syzygium polyanthum Walp.)
pada Hati Tikus Putih Jantan
Galur Wistar yang Diinduksi
36

BIOSCIENTIAE. 2011

Karbon Tetraklorida (CCl4).


Skripsi.
Fakultas
Farmasi,
Universitas
Muhammadiyah
Surakarta, Surakarta.
Laksmi,
M.
2007.
Curcuma
xanthorrhiza, Morfologi, anatomi
dan
Fisiologi.http://www.gtibiz.com/
Temulawak_morfologi_herba.php. Diakses
pada tanggal 26 Maret 2009.
Nova, N. 2007. Peluang peningkatan
kadar kurkumin pada Tanaman
kunyit dan temulawak. Balai
Penelitian Tanaman Obat dan
Aromatik.Vol.2(2):34-42
Suratmo, 2005. Potensi Ekstrak Daun
Sirih Merah (Piper crocatum)
Sebagai Antioksidan. Jurusan

Kimia, Fakultas MIPA,


Universitas Brawijaya Malang,
Indonesia.
Tensiska,
C.,
Wijaya,
H.
&
Andarwulan, N. 2003. Aktivitas
Antioksidan
Ekstrak
Buah
Andaliman
(Zanthoxylum
acanthopodium) Dalam Beberapa
Sistem Pangan Dan Kestabilan
Aktivitasnya Terhadap Kondisi
Suhu Dan pH. Jurnal Teknologi
dan Industri Pangan. Vol.XIV.
No.1.
Tri, 2008. Anatomi Batang
dan
Struktur Sekresi.
http://www.
agricenter.struktur_dan_fungsi
_jaringan_tumbuhan_11.1pdf
Diakses 19 Mei 2010.

37

BIOSCIENTIAE. 2011

You might also like