Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 3

MAVIN Version: May 14, 2013 Poison Centre Munich

Antivenom ANTIVENIN POLYVALENT (Antivenom Details)

Producer

Indonesia
Bio Farma
Jl. Pasteur 28
Bandung 40161
Tel:+62-22-203-3755, Fax:+62-22-204-1306
Nr

Indication

Name of animal

Taxonomy

Type of
antibody

Reference

1.

Bungarus fasciatus

Species

specific

[A], [B]

2.

Calloselasma
rhodostoma

Species

specific

[A], [B]

3.

Naja sputatrix

Species

specific

[A], [B]

[A]: P.T. Bio Farma, Bandung, Indonesia: ANTIVENIN POLYVALENT.


Clinical Toxinology Resources: Id SAsPBF01, version 2008-04-09.
Download SAsPBF01.
[B]: WHO. Venomous snakes distribution and species risk categories.
http://apps.who.int/bloodproducts/snakeantivenoms/database/default.htm.
Holding
centres

No holding centre available.

Indonesian spitting cobra (Naja sputatrix)

Malayan pitviper
(Calloselasma rhodostoma)

Banded krait (Bungarus fasciatus)

Bagaimana ciri-ciri gigitan ular berbisa?


Tanda umum ular berbisa adalah kepalanya berbentuk segitiga. Tanda lain adalah dari
penampakan langsung misalnya cora kulitnya. Dari bekas gigitan dapat dilihat dua lubang
yang jelas akibat dua gigi taring rahang atas bila ularnya berbisa, dan deretan bekas gigi
kecil-kecil berbentuk U bila ularnya tidak berbisa.
Serum Anti bisa ular diberikan ketika seorang pasien terbukti atau diduga telah digigit
ular dengan satu atau lebih tanda berikut ini :
Efek sistemik
Rasa kesemutan, lemas, salivasi, nyeri kepala, mual dan muntah, nyeri perut, diare
sampai pasien mengalami syok hipovolemik sekunder yang diakibatkan oleh
berpindahnya cairan vaskuler ke jaringan akibat efek sistemik bisa ular tersebut.
Efek sistemik spesifik

Kelainan hemostatik seperti perdarahan sistemik spontan, terdapat hasil


pemeriksaan lab koagulopati, trombositopenia (dimana jumlah trombosit kurang).
Tanda neurotoxik : ptosis (suatu keadaan dimana kelopak mata yang tidak dapat
membuka secara optimal), opthalmoplegia eksternal, paralisis (kelumpuhan)
Kelainan kardiovaskular : hipotensi, syok, aritmia kordis, adanya kelainan pada
hasil EKG.
Gagal ginjal : oliguria/anuria, peningkatan ureum / kreatinin dalam darah.
Hemoglobin/mioglobin-uria : dark brown urine, urin dipstik, bukti lain adanya
hemolisis intravaskular atau generalised rhabdomyolisis (nyeri otot, hiperkalemia)

Keracunan lokal

Nyeri hebat yang tidak sebanding dengan besar luka, bengkak, eritema, petekie,
ekimosis, bula, memar sampai tanda nekrosis jaringan
Bengkak pada lebih dari separuh anggota tubuh yang digigit ular dalam waktu 48
jam setelah digigit (tanpa dipasang torniket). Bengkak setelah gigitan pada jari.
Bengkak yang terjadi dengan cepat (contohnya : bengkak sudah melampaui
pergelangan tangan atau kaki dalam beberapa jam setelah digigit ular pada tangan
atau kaki).
Adanya pembesaran limphonodi disekitar anggota tubuh yang digigit ular.

Pertolongan pertama pada pasien dengan gigitan ular

Sebelum korban dibawa ke rumah sakit, menenangkan korban yang cemas;


imobilisasi (membuat tidak bergerak) bagian tubuh yang tergigit dengan cara
mengikat atau menyangga dengan kayu agar tidak terjadi kontraksi otot, karena
pergerakan atau kontraksi otot dapat meningkatkan penyerapan bisa ke dalam
aliran darah dan getah bening; pertimbangkan pressure-immobilisation pada
gigitan Elapidae; hindari gangguan terhadap luka gigitan karena dapat
meningkatkan penyerapan bisa dan menimbulkan pendarahan lokal.
Korban harus segera dibawa ke rumah sakit secepatnya

Langkah-langkah dalam penatalaksanaan gigitan ular

Luka dicuci dengan air bersih atau dengan larutan kalium permanganat untuk
menghilangkan atau menetralisir bisa ular yang belum terabsorbsi
Untuk efek lokal dianjurkan imobilisasi menggunakan perban katun elastis yang
dibalutkan kuat di sekeliling bagian tubuh yang tergigit

Pemberian tindakan pendukung berupa stabilisasi yang meliputi penatalaksanaan


jalan nafas; penatalaksanaan fungsi pernafasan; penatalaksanaan sirkulasi;
penatalaksanaan resusitasi perlu dilaksanakan bila kondisi klinis korban berupa
hipotensi berat dan shock, shock perdarahan, kelumpuhan saraf pernafasan,
kondisi yang tiba-tiba memburuk akibat terlepasnya penekanan perban,
hiperkalaemia akibat rusaknya otot rangka, serta kerusakan ginjal dan komplikasi
nekrosis lokal.
Pemberian suntikan antitetanus, atau bila korban pernah mendapatkan toksoid
maka diberikan satu dosis toksoid tetanus.
Pemberian suntikan penisilin kristal sebanyak 2 juta unit secara intramuskular.
Pemberian sedasi atau analgesik untuk menghilangkan rasa takut cepat
mati/panik.
Pemberian serum antibisa. Karena bisa ular sebagian besar terdiri atas protein,
maka sifatnya adalah antigenik sehingga dapat dibuat dari serum kuda. Di
Indonesia, antibisa bersifat polivalen, yang mengandung antibodi terhadap
beberapa bisa ular. Serum antibisa ini hanya diindikasikan bila terdapat kerusakan
jaringan lokal yang luas.

Cara pemberian serum anti bisa ular (ABU)


Dosis pertama diberikan sebanyak 2 vial @ 5 ml drip dalam 500 ml NaCl 0,9 % atau
Dextrose 5% diberikan sebagai infus dengan kecepatan 40-80 tetes per menit. Kemudian
diulang setiap 6 jam. Apabila diperlukan (misalnya gejala-gejala tidak berkurang atau
bertambah) anti serum dapat terus diberikan setiap 24 jam sampai maksimum (80 100
ml). Anti serum yang tidak diencerkan dapat diberikan langsung sebagai suntikan
intravena dengan sangat perlahan-lahan.
Tidak direkomendasikan untuk penyuntikan anti bisa ular pada lokasi disekitar luka.

Efek samping serum anti bisa ular

Reaksi anafilaktik; jarang terjadi, tetapi bila ada timbulnya dapat segera atau
dalam waktu beberapa jam sesudah suntikan.
Serum sickness; dapat timbul 7-10 hari setelah suntikan berupa demam, gatalgatal, eksantema, sesak napas dan gejala alergi lainnya.
Demam disertai menggigil yang biasanya timbul setelah pemberian serum secara
intravena.
Rasa nyeri pada tempat suntikan; yang biasanya timbul pada penyuntikan serum
dalam jumlah besar. Reaksi ini biasanya terjadi dalam 24 jam.

You might also like