Professional Documents
Culture Documents
Penyakit Jantung Bawaan
Penyakit Jantung Bawaan
Penyakit Jantung Bawaan
Anatomi Jantung
Jantung merupakan organ muskular berongga yang bentuknya sedikit mirip piramid
dan terletak dalam pericardium di mediastinum. Jantung dibagi oleh septa vertikal
dalam empat ruang yaitu:
1. Atrium kanan dan kiri
2. Ventrikel kanan dan kiri
Atrium kanan terletak anterior terhadap atrium kiri dan ventrikel kanan terletak
anterior terhadap ventrikel kiri.
Penyakit jantung bawaan adalah kelainan jantung yang terjadi sejak bayi lahir ,
sedangkan penyakit jantung didapat adalah penyakit jantung yang terjadi setelah lahir.
PJB nonsianotik merupakan 75 % dari semua kasus penyakit jantung yang terjadi
pada anak dan PJB sianotik 25% kasus.
PJB non sianotik terdiridari 3 kelompok :
-VSD sedang
Anak terlihat gangguan pertumbuhan berat badan kurang dan pada auskultasi
terdengar diastolik
-VSD besar
Anak trelihat takipneu dan pada auskultasi terdengar P2 keras dan bising
sistolik.
1.2 Diagnosa VSD
Diagnosa dibuat berdasarkan :
-Gejala klinik
-Foto Thorax
-EKG terdapat hipertropi ventrikel kiri
-Pada echokardiografi dapat ditentukan lokalisasi dan besarnya defek.
Kebocoran sedang-berat :
-
Aorta kecil
Arteri pulmonalis dengan cabangnya melebar
1.4 Penatalaksanaan
Pada usia 2 tahun, minimal sebanyak 50% VSD yang berukuran kecil atau
sedang akan menutup secara spontan baik sebagian atau seluruhnya sehingga tidak
diperlukan tatalaksana bedah. Operasi penutupan sekat pada bayi usia 12-18 bulan
direkomendasikan apabila terdapat VSD dengan gagal jantung kongestif atau
penyakit pembuluh darah pulmonal. Gangguan atau lubang yang berukuran sedang
namun tanpa disertai dengan peningkatan tekanan pembuluh darah pulmonal,
penanganannya dapat ditunda. Terapi pengobatan untuk profilaksis atau pencegahan
endokarditis (peradangan pada endokardium atau selaput jantung bagian dalam)
diberikan untuk semua pasien dengan VSD.
10
Aliran pirau kiri ke kanan melewati defect septum atrium mengakibatkan kelebihan
beban volume pada atrium kanan ventrikel kanan dan sirkulasi pulmonal. Volume
pirau dapat dihitung dari curah jantung dan jumlah peningkatan saturasi O2 pada
atrium kanan pada stadium awal tekanan dalam sisi kanan jantung tidak
meningkatkan dengan berlalunya waktu dapat terjadi perubahan vascular pulmonal.
Arah aliran yang melewati pirau dapat terjadi pada hipertensi pulmonal berat.
2.2 Etiologi Atrial Septal Defect (ASD)
Penyebab dari penyakit jantung kongenital ASD ini belum dapat dipastikan, banyak
kasus mungkin terjadi akibat aksi teratotogen yang tidak diketahui dalam trimester
pertama kehamilan saat terjadi perkembangan jantung janin. Sebagian besar cacat
jantung kongentinal tidak diwariskan. Cidera atau zat yang menimbulkan cacat dapat
mengganggu perkembangan jantung, biasanya kerusakan ini terjadi pada waktu 5-8
minggu usia kehamilan.
2.3 Patofisiologi Atrial Septal Defect (ASD)
Darah artenal dari atrium kiri dapat masuk ke atrium kanan melalui defek sekat ini.
Aliran ini tidak deras karena perbedaan tekanan pada atrium kiri dan kanan tidak
begitu besar (tekanan pada atrium kiri 6 mmHg sedang pada atrium kanan 5 mmHg)
Adanya aliran darah menyebabkan penambahan beban pada ventrikel kanan, arteri
pulmonalis, kapiler paru-paru dan atrium kiri. Bila shunt besar, maka volume darah
yang melalui arteri pulmonalis dapat 3-5 kali dari darah yang melalui aorta.
Dengan bertambahnya volume aliran darah pada ventrikel kanan dan arteri
pulmonalis. Maka tekanan pada alatalat tersebut naik., dengan adanya kenaikan
11
tekanan, maka tahanan katup arteri pulmonalis naik, sehingga adanya perbedaan
tekanan sekitar 15 -25 mmHg. Akibat adanya perbedaan tekanan ini, timbul suatu
bising sistolik ( jadi bising sistolik pada ASD merupakan bising dari stenosis relative
katup pulmonal ).
Juga pada valvula trikuspidalis ada perbedaan tekanan, sehingga disini juga terjadi
stenosis relative katup trikuspidalis sehingga terdengar bising diastolic. Karena
adanya penambahan beban yang terus menerus pada arteri pulmonalis, maka lama
kelamaan akan terjadi kenaikan tahanan pada arteri pulmonalis dan akibatnya akan
terjadi kenaikan tekanan ventrikel kanan yang permanen. Tapi kejadian ini pada ASD
terjadinya sangat lambat ASD I sebagian sama dengan ASD II. Hanya bila ada defek
pada katup mitral atau katup trikuspidal, sehingga darah dari ventrikel kiri atau
ventrikel kanan mengalir kembali ke atrium kiri dan atrium kanan pada waktu systole.
Keadaan ini tidak pernah terjadi pada ASD II.
2.4 Prognosis Atrial Septal Defect (ASD)
Biasanya ASD dapat ditoleransi dengan baik pada bayi maupun pada anak. Hanya
kadang kadang pada ASD dengan shunt yang besar menimbulkan gejala gejala
gagal jantung, dan pada keadaan ini perlu dibantu dengan digitalis. Kalau dengan
digitalis tidak berhasil perlu dioperasi, untuk ASD dengan shunt yang besar, operasi
segera dipikirkan, guna mencegah terjadinya hipertensi pulmonal. Hipertensi
pulmonal pada ASD jarang sekali terjadi pada anak. Umur harapan penderita ASD
sangat tergantung pada besarnya shunt. Bila shunt kecil dan tekanan darah pada
ventrikel kanan normal operasi tedak perlu dilakukan. Pada defek sekat atrium
12
primum lebih sering terjadi gagal jantung dari pada ASD II. Gagal jantung biasanya
terjadi pada umum kurang dari 5 tahun. Endokarditis Infektif Sub akut lebih sering
terjadi pada ASD I, sedang terjadinya hipertensi pulmonal hampir sama dengan ASD
II.
2.5 Manifestasi Klinis Atrial Septal Defect (ASD)
1. Adanya Dispnea
2. Kecenderungan infeksi pada jalan nafas
3. Palpitasi
4. Kardiomegali
5. atrium dan ventrikel kanan membesar
6. Diastolik meningkat
7. Sistolik Rendah
2.6 Pemeriksaan Penunjang Atrial Septal Defect (ASD)
1. Foto Ronsen Dada Pada defek kecil gambaran foto dada masih dalam batas
normal. Bila defek bermakna mungkin tampak kardiomegali akibat
pembesaran jantung kanan. Pembesaran ventrikel ini lebih nyata terlihat pada
foto lateral.
2. Elektrokardiografi Pada ASD I, gambaran EKG sangat karakterstik dan
patognomis, yaitu sumbu jantung frontal selalu kekiri. Sedangkan pada ASD
II jarang sekali dengan sumbu Frontal kekiri.
3. Katerisasi Jantung Katerisasi jantung dilakukan defek intra pad ekodiograf
tidak jelas terlihat atau bila terdapat hipertensi pulmonal pada katerisasi
13
14
15
Bila pada anak masih dapat dikelola dengan digitalis, biasanya operasi ditunggu
sampai anak mencapai umur sekitar 3 tahun.
Opersi pada ASD I tanpa masalah katup mitral atau trikuspidal mortalitasnya
rendah, operasi dilakukan pada masa bayi.
ASD I disertai celah katup mitral dan trikuspidal operasi paling baik
dilakukan umur antara 3-4 tahun.
16
17
18
3.3 Hemodinamik
Pada duktus arteriosus terjadi pirau kiri ke kanan, karena tekanan aorta yang
lebih besar dari tekanan arteri pulmonalis. Perubahan ini mungkin terjadi pada
pembuluh darah paru akibat pirau kiri ke kanan sama dengan yang terjadi pada defek
septum ventrikel.
19
20
21
minggu. Sekitar 6-8 minggu bayi mulai mendapat kesulitan minum, kelihatan lekas
capek dan berkeringat. Infeksi saluran napas berulang dapat terjadi.
Pada pemeriksaan fisik tampak bayi dengan berat badan yang kurang. Denyut nadi
teraba kuat ( pulsus seler, quinckes pulse ) ; dapat pula terdapat pistol shot sign dan
durosiez sign. Tekanan darah sistolik biasanya normal, sedangkan tekanan diastolik
rendah (tekanan nadi lebar)
Deformitas dada kadang sudah terlihat pada masa bayi, sering disertai retraksi dan
takipne. Pada palpasi dada teraba aktivitas ventrikel kiri yang meningkat, dan getaran
bising mungkin teraba di tepi kiri sternum bagian atas. Pada auskultasi terdengar
bunyi jantung I normal atau mengeras, sedangkan bunyi jantung II sering tertutup
oleh bising kontinu yang khas. Bising mid diastolik bernada rendah dengan intensitas
rendah dapat terdengar di apeks akibat aliran berlebih dari atrium kiri ke ventrikel
kiri.
Bila terjadi gagal jantung kongestif, gejala dan tanda takikardia, takipnea, peniggian
tekanan vena jugularis, irama derap, ronki, serta hepatomegali dapat ditemukan.
c. Duktus arteriosus persisten besar dengan tahanan vaskular paru meninggi
atau obstruksi vaskular paru.
Seperti pada defek septum ventrikel, perubahan vaskular paru dapat terjadi akibat
aliran darah ke paru yang sangat bertambah. Ini biasanya terjadi pirau kiri ke kanan
yan besar dan berlangsung lama. Bila perubahan vaskular paru demikian hebat
sehingga tekanan arteri pulmonlis aorta melebihi tangan aorta, maka akan terjadi
pirau kanan ke kiri ( sindrom Eisenmenger )
22
Bila tahanan vaskular paru meningkat, seringkali pasien justru asimtomatik atau
berkurang gejalanya dibandingkan dengan sebelumnya, karena penurunan jumlah
aliran darah ke paru yang semula berlebihan.
Pada pemeriksaan fisis dada tampak asimetris, dengan hemitoraks kiri menonjol.
Pada palpasi teraba pulmonary tapping, tetapi getaran bising biasanya tidak ada lagi.
Hiperaktivitas ventrikel kanan dapat diraba didaerah xifoid. Pada auskultasi bunyi
jantung I normal atau mengeras, dan komponen pulmonal bunyi jantung II terdengar
keras dengan split sempit, atau bahkan terdengar tunggal. Bising yang khas untuk
duktus arteriosus persisten tidak lagi terdengar karena tidak adanya pintasan yang
berarti. Bising yang masih dapat ditemukan adalah bising ejeksi sistolik di tepi kiri
sternum atas. Bila telah terjadi sindrom eisenmenger, anak tampak sianotik dengan
jari tabuh yang progresif.
23
24
25
26
mengajurkan operasi meskipun defeknya kecil, dan operasi ini dapat dikerjakan secara
efektif
pada
waktu
yang
menyenangkan
pasien
dan
keluarga.
Pasien yg defek sedang / besar yang mengalami gagal jantung diatasi dulu gagal
jantungnya seperti biasa. Bila keadaan telah membaik , operasi harus dilaksanakan
selekasnya, biasanya tanpa katerisasi. Bila pengobatan medik tidak memperbaiki
keadaan, maka operasi dilaksanakan dalam keadaan gagal jantung. Pasien yang telah
mengalami hipertensi pulmonal yang ireversible tidak dapat ditolong dengan operasi.
Hipertensi pulmonal ini biasanya terjadi setelah umur 2 tahun, meskipun tidak jarang
hipertensi pulmonal sudah terjadi dibawah umur 2 tahun. Hanya pada sebagian kecil
kasus hipertensi pulmonal sejak lahir. Pasien dengan pirau sedang dan besar, bila tidak
dioperasi, pas berulang, gagal jantung kronik, failure to thrive, dan akhirnya menderita
hipertensi pulmonal yang irreversibel.
Operasi penutupan duktus arteriosus persisten tanpa komplikasi sederhana, dengan
mortalitas mendekati O. Bila operasi dilakukan sebelum terjadi perubahan vaskular
paru, kehidupan normal dapat diharapkan. Jenis operasi yang dlakukan adalah
pemotongan duktus, karena pengikatan duktus selalu memberi peluang terjadinya
rekanalisasi. Disepakati bahwa 6 bulan setelah operasi tidak perlu dilakukan
pencegahan terhadap endokarditis.
4. Stenosis Pulmonal
Stenosis pulmonal untuk sebagian besar merupakan kelainan kongenital. Sebagian
lainnya disebabkan oleh pengisutan katup akibat radang reumatik.
27
Penyempitan pada arteri pulmonalis dapat terjadi di beberapa tempat, yang penting
adalah :
1. Penyempitan pada infundibular, mengakibatkan stenosis infundibular
2. Penyempitan di katup pulmonal sendiri, stenosis valvular.
3. Penyempitan di cabang-cabang arteri pulmonalis, stenosis supravalvular.
Misalnya di cabang utama arteri pulmonalis kiri atau kanan.
28
29
bercampur dengan darah dari ventrikel kanan .Hal ini mengakibatkan darah yang
mengalir keseluruh tubuh bercampur oksigen dan carbondioksida.
30
EKG
Echokardiografi
31
1.3 Penatalaksanaan
Pada penderita yang mengalami serangan sianotik maka terapi ditujukan untuk
memutus rantai patofisiologi serangan tsb dengan cara :
-
Posisi lutut kedada, dengan posisi ini diharapkan aliran darah keparu-paru
bertambah karena peningkatan
femoralis.
Pemberian obat-obatan seperti morfin dan propanolol.
Tindakan operasi dapat dipertimbangkan bila memungkinkan.
2. Trilogi Fallot
32
2.1 Hemodinamika
Stenosis a. pulmonalis menyebabkan hipertrofi ventrikel kanan.
Darah
yang
dipompa
oleh
ventrikel
ini
mengalami
banyak
pada
permulaan
tidak
banyak
membesar.
Hipertrofi
dilihat
dilatasi
post
stenotik
pada
pinggang
jantung.
33
3. Atresia Trikuspid
Pada keadaan ini tidak ada katup trikuspid, sehingga tidak ada
darah yang mengalir dari atrium kanan ke ventrikel kanan. Lesi ini
terjadi pada + 1 / 15.000 kelahiran hidup. Pada atresia trikuspid ini,
atrium kanan dan kiri dihubungkan dengan ASD dan antara
ventrikel kanan dan kiri dihubungkan dengan VSD.
3.1 Klasifikasi
- Tipe 1: Hubungan arteri besar normal
- Tipe 2: Transposisi arteri besar
- Tipe 3: Transposisi-L arteri besar
3.2 Hemodinamika
Darah dari atrium kanan mengalir ke dalam atrium kiri melalui ASD.
Di sini terjadi pencampuran dengan darah dari vena pulmonalis.
Dari atrium kiri darah mengalir ke ventrikel kiri. Dari ventrikel kiri ini
sebagian darah mengalir ke dalam ventrikel kanan melalui VSD lalu
34
35
36
- Sirkulasi kecil: darah dari ventrikel kiri mengalir ke dalam paruparu dan kembali melalui vena pulmonalis ke atrium kiri lalu ke
ventrikel kiri lagi.
Bila antara kedua sirkulasi ini tidak ada hubungan, maka tidak
mungkin foetus itu hidup. Hubungan yang sering terjadi adalah
ASD, VSD dan PDA. Arah kebocoran dari ASD dan VSD pada
transposisi ini biasanya dua jurusan (bi-directional shunt). Tekanan
dalam aorta dan ventrikel kanan biasanya lebih besar sehingga
terjadi R-L shunt. Penderita menjadi cyanosis, karena di dalam
sirkulasi besar mengalir darah campuran.
Gambaran Foto toraks
Pada proyeksi PA jantung tampak membesar dengan bentuk oval
atau seperti telur. Apex jantung menuju ke bawah. Bagian atas dari
jantung (basis) umumnya sempit. Pembuluh darah paru-paru
melebar baik vena maupun arteri. Bila di samping transposisi ini
ada stenosis pada arteri pulmonalis maka gambaran pembuluh
darah paru menjadi berkurang. Seringkali gambaran jantung ini
mirip sekali dengan gambaran jantung pada Tetralogi Fallot.
37