The Michelson-Morley Experiment (1887)

Doug Marett (2010)

In the later part of the 19th century, the undulatory theory of light assumed
the existence of a medium called the ether, whose vibrations produce the
phenomenon of heat and light, and which is supposed to fill all space. According
to Fresnel, the ether, which is enclosed in optical media, partakes of the motion
of these media, to an extent depending on their indices of refraction. Assuming
then that the ether is at rest, the Earth moving through it, the time required for
light to pass from one point to another on the Earths surface, will depend on the
direction in which it travels. So was the premise of Albert Michelson in his 1881
paper which sought to test for the existence of ether drift the flow of ether past
the Earth as the Earth travels through space. Michelson and Morley devised a
method by which to test this hypothesis. This consisted of the well known
Michelson Interferometer as shown below in Fig. 1A.
Fig. 1A:

This instrument sought to detect the motion of the Earth through a static ether,
as the Earth moved through its orbit around the sun at 30km/s. Since the relative
movement of the ether past the Earth would be in the opposite direction of the
Earths velocity, this might be conceived of as an ether wind, that would tend to
carry the light in that direction past the instrument. By creating two different
light paths, one parallel to this flow (horizontal arm) , and the other
perpendicular to this flow (vertical arm), the ether drift past the instrument
would slow the light by two different amounts, which would result in the two light
waves re-uniting back at the detector out-of phase, in an amount proportional to
the velocity difference between the Earth and the ether. This method can be
explained using the analogy of a boat crossing a stream vs. a boat running back
and forth through a stream.

Fig. 1B

The equations show that both the horizontal path and the vertical path should
both be longer, proportional to the velocity of the Earth in space, and thus the
time that light takes to complete each path is also longer. However, the
horizontal path was expected to be longer in time than the vertical path by (D/c)
(v2/c2) . When the interferometer was shifted 90 degrees, this fringe shift is
reversed. Thus the total fringe shift was anticipated to be on the order of (2D/l)
(v2/c2). As is well known, this experiment showed no difference between the
phase of the light traveling in the vertical arm vs. the horizontal arm, when
turned 90 degrees with respect to the motion of the Earth through space.

When the Michelson - Morley Experiment is considered in isolation, at least three

theories are consistent with a null result:

1) Lorentz Ether Theory (LET)

The Lorentz ether theory proposes a single preferred frame for light (a static
ether). In modern terms, this frame would correspond to the frame of the cosmic
microwave background (CMB) radiation. Fitzgerald, Larmor, and finally Lorentz
proposed that the null result was due to a length contraction of the horizontal
arm in the direction of motion, by an amount proportional to (1/2D)(v2/c2) = (1v2/c2)1/2, this becoming known as the Lorentz contraction. In this proposal, the
horizontal path is shortened forward and return (total D * v2/c2) and the opposite
way for the 90 degree turn of the apparatus, for a complete shortening of 2D *
v2/c2, which exactly nullifies any effect of an ether wind. This contraction
hypothesis becomes the first tenant of any ether theory based on a "conspiracy
of light" - namely a theory that must include that the properties of light and
matter are such that matter must contract in exactly the right amount to obscure
any evidence of a medium of space such as a preferred reference frame for light.

2) Relativity Theory
Special Relativity Theory calls for light to isotropic in all inertial reference frames
and for real time to be variable. For relativity, the Lorentz contraction is retained
as a concept but is not a real contraction in the frame of the observer. It only
appears to be a contraction to an observer moving relative to the first observer's
frame, and is believed to be the result of real time-de-synchronization. This could
aptly be called a "conspiracy of time" theory.

3) Gravitational Frame Dragging Theory:

Alternatively, the null result of the Michelson-Morley experiment can be

explained based on an ether theory that assumes that the ether is somehow
dragged or modified in its properties by gravitational fields. This type of theory is
a theory of gravitational preferred frames. It relies on a different "conspiracy of
light", this time gravity modifies the properties of light such that its velocity
appears to be isotropic with respect to the moving gravitational frame. This type
of theory may or may not involve a physical Lorentz contraction, since in such a
model the anisotropy of light in the moving preferred frame is very small (on
Earth, it would be due only at most to the rotation of the Earth - no more than
465 m/s). Since most optical experiments to date are only capable of measuring
second order effects (where the measurable effect of anisotropy is on the order
of v2/c2) a latitude dependent rotation velocity of say 365 m/s, which is 1000x
less than the velocity of Earth with respect to the CMB, would result in an optical
effect of 1 million times smaller in say an interferometer experiment. Further,
this effect would go effectively to zero if the Lorentz contraction is real, unless
the optical design is clever enough to be unaffected in principle.

The Michelson-Morley Percobaan (1887)

Doug Marett (2010)

"Dalam bagian akhir abad ke-19, teori undulatory cahaya diasumsikan adanya
media yang disebut eter, yang getaran menghasilkan fenomena panas dan
cahaya, dan yang seharusnya untuk mengisi semua ruang. Menurut Fresnel,
eter, yang tertutup dalam media optik, turut dari gerakan media ini, ke mana
tergantung pada indeks bias mereka. Dengan asumsi maka itu eter sedang
beristirahat, Bumi bergerak melalui itu, waktu yang dibutuhkan untuk cahaya
untuk lulus dari satu titik ke titik lain di permukaan bumi, akan tergantung pada
arah di mana ia bergerak. "Jadi itu premis Albert Michelson di kertas 1881 nya
yang berusaha untuk menguji keberadaan drift eter - aliran ether masa lalu bumi

sebagai perjalanan Bumi melalui ruang. Michelson dan Morley menemukan

metode yang digunakan untuk menguji hipotesis ini. Ini terdiri dari terkenal
Michelson Interferometer seperti yang ditunjukkan di bawah ini pada Gambar.
1A.
Gambar. 1A:

Instrumen ini berusaha untuk mendeteksi gerakan bumi melalui eter statis,
sebagai Bumi bergerak melalui orbitnya mengelilingi matahari di 30km / s. Sejak
gerakan relatif dari eter melewati Bumi akan berada di arah yang berlawanan
dari kecepatan bumi, ini mungkin dipahami sebagai angin eter, yang akan
cenderung untuk membawa cahaya ke arah itu masa lalu instrumen. Dengan
menciptakan dua jalur cahaya yang berbeda, satu sejajar dengan aliran ini
(lengan horizontal), dan tegak lurus lain untuk aliran ini (lengan vertikal), drift
eter masa lalu instrumen akan memperlambat cahaya oleh dua jumlah yang
berbeda, yang akan menghasilkan dua gelombang cahaya kembali menyatukan
kembali pada detektor keluar-fase, dalam jumlah sebanding dengan perbedaan
kecepatan antara Bumi dan eter. Metode ini dapat dijelaskan dengan
menggunakan analogi perahu menyeberangi sungai vs perahu berjalan bolakbalik melalui sungai.

Gambar. 1B

Persamaan menunjukkan bahwa kedua jalur horizontal dan jalur vertikal berdua
harus lebih lama, sebanding dengan kecepatan Bumi di ruang angkasa, dan
dengan demikian waktu yang cahaya diperlukan untuk menyelesaikan satu jalan
juga lebih lama. Namun, jalur horizontal diharapkan menjadi lebih lama dalam
waktu dari jalur vertikal dengan (D / c) (v2 / c2). Ketika interferometer itu
bergeser 90 derajat, pinggiran pergeseran ini dibalik. Dengan demikian total
pinggiran pergeseran diantisipasi berada di urutan (2D / l) (v2 / c2). Seperti
diketahui, penelitian ini menunjukkan tidak ada perbedaan antara fase cahaya
bepergian di lengan vertikal vs lengan horisontal, ketika dinyalakan 90 derajat
sehubungan dengan gerakan bumi melalui ruang.

Ketika Michelson - Percobaan Morley dianggap dalam isolasi, setidaknya tiga

teori konsisten dengan hasil nol:

1) Lorentz Eter Teori (LET)

Lorentz teori eter mengusulkan kerangka disukai tunggal untuk cahaya (eter
statis). Dalam istilah modern, frame ini akan sesuai dengan kerangka latar
belakang gelombang mikro kosmik (CMB) radiasi. Fitzgerald, Larmor, dan
akhirnya Lorentz mengusulkan bahwa hasil nol adalah karena kontraksi panjang
lengan horisontal dalam arah gerakan, dengan jumlah yang sebanding dengan (1
/ 2D) (v2 / c2) = (1-v2 / c2 ) 1/2, ini menjadi dikenal sebagai kontraksi Lorentz.
Dalam proposal ini, jalur horizontal dipersingkat maju dan kembali (Total D * v2 /
c2) dan sebaliknya untuk pergantian 90 derajat aparatur, untuk memperpendek
lengkap 2D * v2 / c2, yang justru membatalkan efek dari angin eter. Hipotesis
kontraksi ini menjadi penyewa pertama dari setiap teori eter berdasarkan pada
"konspirasi cahaya" - yaitu teori yang harus menyertakan bahwa sifat-sifat
cahaya dan materi adalah seperti yang peduli harus kontrak persis jumlah yang
tepat untuk mengaburkan bukti dari media ruang seperti kerangka acuan yang
lebih disukai untuk cahaya.

2) Teori Relativitas
Teori Relativitas khusus panggilan untuk cahaya untuk isotropik di semua
kerangka acuan inersia dan real time menjadi variabel. Untuk relativitas,
kontraksi Lorentz dipertahankan sebagai konsep tapi tidak kontraksi nyata dalam
bingkai pengamat. Ini hanya muncul menjadi kontraksi untuk pengamat bergerak
relatif terhadap kerangka pengamat pertama, dan diyakini hasil dari real timede-sinkronisasi. Ini bisa tepat disebut "konspirasi waktu" teori.

3) gravitasi Bingkai Menyeret Teori:

Atau, hasil nol dari percobaan Michelson-Morley dapat dijelaskan berdasarkan
teori ether yang mengasumsikan bahwa eter entah bagaimana diseret atau
dimodifikasi dalam sifat-sifatnya oleh medan gravitasi. Jenis teori adalah teori
frame disukai gravitasi. Hal ini bergantung pada "konspirasi cahaya" yang
berbeda, kali gravitasi ini memodifikasi sifat-sifat cahaya sehingga kecepatannya
tampaknya isotropik sehubungan dengan bingkai gravitasi bergerak. Jenis teori
mungkin atau mungkin tidak melibatkan Lorentz kontraksi fisik, karena dalam
model seperti itu anisotropi cahaya dalam bingkai disukai bergerak sangat kecil
(di Bumi, itu akan menjadi karena hanya pada sebagian ke rotasi Bumi - tidak
ada lebih dari 465 m / s). Karena sebagian besar percobaan optik sampai saat ini
hanya mampu mengukur efek urutan kedua (di mana efek yang dapat diukur
dari anisotropi adalah pada urutan v2 / c2) lintang kecepatan rotasi tergantung
dari mengatakan 365 m / s, yang 1000x kurang dari kecepatan bumi

sehubungan dengan CMB, akan menghasilkan efek optik dari 1 juta kali lebih
kecil di katakanlah percobaan interferometer. Selanjutnya, efek ini akan efektif
untuk nol jika kontraksi Lorentz adalah nyata, kecuali desain optik cukup pintar
untuk tidak terpengaruh pada prinsipnya.