Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 19

MAKALAH ETIKA PROFESI SEORANG INSINYUR

MAKALAH
ETIKA PROFESI SEORANG
INSINYUR

DISUSUN OLEH :
NAMA

: RUSMAN

NIM

: 11. 301. 0260

PRODI

: TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK PRODI TEKNIK MESIN


UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG
201

ABSTRAK
Engineer is a profession that plays an important role in the process of economic
development, particularly in developing the economic infrastructure in the era of
industrialization and information. This is important because many professions related to
engineering activities are guided by a philosophy that purpose alone, for the sake and for "the
benefit of mankind". As professionals in their field, then an engineer should have the competence
and professional engineering background gained through a process of education and specialized
training, and besides that it also must have the spirit of devotion in carrying out an activity on
the basis of profession calls.
Referring to the definition and understanding of the profession, (attitude) professionals,
and (know) professionalism; it seems clear that the scope of engineering-engineering activities
performed by the engineering profession by definition can be equated with the professionalism of
other activities such as doctors, lawyers, teachers and so on. Engineering professionalism will
be demonstrated through the application of specialized skills as it has designed the curriculum of
engineering science (engineering) - strongly supported by the science of mathematics, physics,
chemistry and other basic knowledge of engineering - to do the planning, design (design),
construction , operation and maintenance of products, processes, and system specific work in an
effective, convenient, safe, healthy and efficient in order to give the benefit of mankind.
In the application of expertise and skill, an engineer will often engage in various
activities that are not free from conflicts of interest that could eventually undermine the values of
idealism and noble cause "for the benefit of mankind" that has been formulated. As a profession
that has a major responsibility for the benefit of mankind, the application of expertise and the
expertise of engineers it is fitting to always heed the norms, culture, customs, morals and ethics
that apply universally. As with other professions, professional engineers, it was time to organize
themselves in a professional organization container (can be general and / or specific) and
simultaneously apply the norms of professional ethics as teruang in the code of ethics to
maintain the dignity, honor and / or ethical faith-faith that must be adhered to by those who will
apply the skills and expertise. Departing from these interests, it is fitting also that the substance
on the ethics of the profession (engineering) is included in the curriculum of higher education

are included in this engineering curriculum of Higher Education of Engineering / Technology.


Its main purpose is to provide understanding and the understanding of ethics, the profession and
professional ethics in all kinds of problems and its relevance with respect to the application of
skills and expertise in engineering practices.

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tantangan global menghadapkan dunia pendidikan tinggi sains-teknologi agar mampu
menangkap dan mengikuti arah perkembangan sains-teknologi yang melaju begitu cepat, dan
disisi lain harus pula menghasilkan lulusan yang berdaya-saing tinggi dan memenuhi tuntutan
persyaratan maupun standard kompetensi kerja internasional. Mengacu pada ABET-Engineering
Criteria 2000 nampak bahwa lulusan perguruan tinggi sains-teknologi (engineering) tidak saja
harus menghasilkan lulusan yang memiliki keahlian dan kepakaran di bidang keteknikan saja,
tetapi juga harus memiliki 11 (sebelas) kriteria profil mutu yang dipergunakan untuk mengukur
kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh para lulusan Perguruan Tinggi Teknik berupa
wawasan, kemampuan serta pemahaman baik yang berkaitan dengan dasar-dasar ilmu
keteknikan/engineering seperti matematika, fisika maupun basic engineering sciences dan juga
yang berdimensi diluar lingkup bidang ilmu keteknikan yang berbasis pada perilaku intelektual.
Salah satunya menyebutkan bahwa lulusan sarjana teknik haruslah memiliki pemahaman
terhadap tanggung jawab dan etika professional. Kemampuan dasar yang menjadi acuan standar
untuk menentukan kompetensi/kualifikasi lulusan (insinyur) menurut ABET-Engineering Criteria
2000 seperti tersebut diatas saat ini sudah disosialisasikan, diterapkan dan dikembangkan di
Amerika Serikat. Dari apa-apa yang telah diformulasikan dapat ditarik kesimpulan bahwasanya
lulusan pendidikan tinggi sains-teknologi diharapkan nantinya tidak saja memiliki kemampuan
akademis dan profesi keteknikan (insinyur) yang baik, tetapi juga memiliki wawasan dan
kepekaan terhadap masalah-masalah sosial-kemasyarakatan. Begitu juga seorang lulusan
pendidikan tinggi sains-teknologi diharapkan kelak mampu bersikap dan bertindak selaku

seorang profesional (kelompok sosial yang memiliki keahlian/kepakaran khusus) yang dituntut
untuk bertanggung-jawab dan selalu terikat dengan kode etik profesinya.
.
Sebagai seorang profesional, maka insinyur harus mampu mempertahankan idealisme
yang menyatakan bahwa keahlian profesi yang dikuasainya bukanlah sebuah komoditas yang
hendak diperjual-belikan sekedar untuk memperoleh nafkah ataupun keuntungan, melainkan
sebuah kebajikan yang hendak diabadikan demi dan semata untuk kesejahteraan umat manusia.
Seorang insinyur harus memahami benar makna profesionalisme kalau ingin dikatakan sebagai
seorang profesional. Dalam hal ini profesionalisme didefinisikan sebagai suatu paham yang
mencitakan dilakukannya kegiatan-kegiatan kerja tertentu dalam masyarakat, berbekalkan
keahlian tinggi dan berdasarkan rasa keterpanggilan serta ikrar (fateri/profiteri) untuk menerima
panggilan tersebut untuk dengan semangat pengabdian selalu siap memberikan pertolongan
kepada sesama yang tengah dirundung kesulitan ditengah gelapnya kehidupan (Wignjosoebroto,
1999). Hal ini perlu ditekankan benar untuk membedakannya dengan kerja biasa (occupation)
yang semata bertujuan untuk mencari nafkah dan/atau kekayaan materiil-duniawi. Kalau toh
didalam pengamalan profesi yang dilakukan ternyata diperoleh semacam imbalan maupun
penghargaan berupa honorarium, maka hal itu haruslah dipandang sebagai sekedar bentuk
tanda kehormatan (honour) demi tegaknya kehormatan profesi yang dimilikinya. Tanda
kehormatan berupa honorarium ini jelas akan berbeda nilainya dengan upah atau gaji yang hanya
pantas diterimakan bagi seorang pekerja upahan biasa. Sebagai anggota kelompok sosial
berkeahlian, seorang insinyur harus memiliki kebanggaan profesi dan berkewajiban untuk
menerapkan kode etik profesi untuk menjaga martabat, kehormatan, dan/atau itikad-itikad etis
pada saat mengamalkan keahlian serta kepakaran profesinya demi dan semata untuk the benefit
of mankind.
Teknologi ataupun ilmu keteknikan (engineering) secara umum dapat dipahami sebagai
ilmu terapan (applied science) atau penerapan dari prinsip-prinsip keilmuan dasar (mathematical
and natural sciences) melalui penggunaan model dan teknologi (hardware maupun software)
untuk berbagai macam kebutuhan yang bermanfaat bagi manusia. Kajian terhadap apa-apa yang
dihasilkan oleh kepakaran tukang insinyur ini haruslah mampu memberikan jawaban dan
rekomendasi terhadap dua pertanyaan yang menyangkut :

1. Apakah proses penemuan dan pengembangan karya keinsinyuran tersebut sudah mengindahkan
nilai nilai (moral dan norma) kemanusiaan ataukah justru mengabaikannya?
2.

Penerapan hasil karya keinsinyuran tersebut sebenarnya untuk apa, untuk siapa, dan bagaimana
cara pengoperasian dan penanggulangan terhadap kemungkinan terjadinya dampak (negatif)
yang ditimbulkannya?
Banyak hal-hal yang akan memicu kontroversi pada saat sebuah karya keinsinyuran
sedang dicoba maupun pada saat ingin diaplikasikan. Contohnya ketika seorang insinyur kimia
merancang sebuah pabrik atau produk dan memasarkannya ternyata memberikan dampak negatif
bagi masyarakat seperti menimbulkan kematian manusia, polusi, bahkan kerusakan lingkungan.
apakah permasalahan yang kemudian muncul tidak akan tidak akan menjadi persoalan
pelanggaran etika yang kemudian menjadi bahan perdebatan yang berlarut-larut ?

B. Tujuan
Sesuai dengan kenyataan yang melatar belakangi, resume ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui pengertian Insinyur, Etika, Etika Profesi dan profesionalisme insinyur.
2. Untuk mengetahui profesi dan profesionalisme seorang insinyur
3. Untuk mengetahui bagaimana seorang insinyur membentuk karakter yang baik
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan tujuan di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah arti Insinyur, Etika, Etika Profesi, dan profesionalisme Insinyur
2. Bagaimanakah menjadi Insinyur yang professional
3. Bagaimana seorang insinyur bersikap dalam pembentukan karakter yang baik/bekerja dengan
karakter yang baik

BAB II
ISI

2.1. Interpretasi
2.1.1. Pengertian Insinyur

Insinyur adalah sebuah profesi yang memegang peran penting dalam proses pembangunan
ekonomi, khususnya didalam mengembangkan infrastruktur ekonomi dalam era industrialisasi
maupun informasi. Profesi ini dianggap penting karena banyak terkait dengan aktivitas
perekayasaan yang dilandasi oleh sebuah filosofi dengan tujuan the benefit of mankind.
Sebagai seorang profesional dibidangnya, maka seorang insinyur harus memiliki kompetensi dan
latar belakang profesi keinsinyuran yang diperolehnya melalui sebuah proses pendidikan maupun
pelatihan yang khusus, disamping itu pula harus memiliki semangat pengabdian didalam
melaksanakan suatu kegiatan atas dasar panggilan profesi.
Mengacu pada pengertian dan pemahaman mengenai profesi, (sikap) profesional, dan (paham)
profesionalisme, maka nampak jelas kalau ruang lingkup aktivitas rekayasa-keinsinyuran yang
dilakukan oleh profesi insinyur per definisi bisa disejajarkan dengan kegiatan keprofesian yang
lain seperti dokter, pengacara, guru dan sebagainya. Profesionalisme keinsinyuran akan dapat
ditunjukkan melalui penerapan keahlian khusus seperti yang telah dirancang dalam kurikulum
pendidikan ilmu keteknikan (engineering) --yang ditopang kuat oleh ilmu matematika, fisika,
kimia dan pengetahuan dasar keteknikan lainnya -- untuk melakukan perencanaan, perancangan
(design), konstruksi, operasi maupun perawatan produk, proses, maupun sistem kerja tertentu
secara efektif, nyaman, aman, sehat dan efisien guna memberikan kemaslahatan manusia.
Didalam penerapan kepakaran dan keahliannya, seorang insinyur akan terlibat dalam berbagai
macam aktivitas yang tidak lepas dari konflik kepentingan yang akhirnya bisa menggoyahkan
nilai-nilai idealisme dan tujuan mulia for the benefit of mankind yang telah dirumuskannya.
Sebagai sebuah profesi yang memiliki tanggung jawab besar bagi kemaslahatan umat manusia,
penerapan kepakaran dan keahlian insinyur sudah sepatutnya untuk selalu mengindahkan norma,
budaya, adat, moral dan etika yang berlaku universal. Seperti halnya dengan profesi-profesi
lainnya, profesi insinyur sudah saatnya untuk menata-dirinya didalam sebuah wadah organisasi

profesi (bisa bersifat umum dan/atau spesifik) dan sekaligus menerapkan norma-norma etika
profesi seperti yang teruang dalam kode etik profesi untuk menjaga martabat, kehormatan
dan/atau itikad-itikad etis yang harus ditaati oleh mereka yang akan menerapkan keahlian serta
kepakarannya

2.1.2. Pengertian Etika dan Kode Etik


Kata etik atau etika berasal dari kata ethos yang berarti karakter, watak, kesusilaan atau
adat. Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang dimiliki individu ataupun
kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar,
buruk atau baik. Menurut para ahli etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia
dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk.
. Kode etik profesi adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam
melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan membuat kode etik, profesi
sendiri akan menetapkan hitam atas putih niatnya untuk mewujudkan nilai-nilai moral yang
dianggapnya hakiki. Hal ini tidak akan pernah bisa dipaksakan dari luar. Hanya kode etik yang
berisikan nilai-nilai dan cita-cita yang diterima oleh profesi itu sendiri yang bis mendarah daging
dengannya dan menjadi tumpuan harapan untuk dilaksanakan untuk dilaksanakan juga dengan
tekun dan konsekuen. Syarat lain yang harus dipenuhi agar kode etik dapat berhasil dengan baik
adalah bahwa pelaksanaannya di awasi terus menerus. Pada umumnya kode etik akan
mengandung sanksi-sanksi yang dikenakan pada pelanggar kode etik.

2.1.3. Pengertian Etika Profesi


Etika profesi menurut keiser dalam ( Suhrawardi Lubis, 1994:6-7 ) adalah sikap hidup
berupa keadilan untuk memberikan pelayanan professional terhadap masyarakat dengan penuh
ketertiban dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas berupa kewajiban
terhadap masyarakat.
Kode etik profesi adalah system norma, nilai dan aturan professional tertulis yang secara
tegas menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi
professional. Kode etik memperjelas, mempertegas dan merinci norma-norma ke bentuk yang

lebih sempurna walaupun sebenarnya norma-norma tersebut sudah tersirat dalam etika profesi.
Dengan demikian kode etik profesi adalah sistem norma atau aturan yang ditulis secara jelas dan
tegas serta terperinci tentang apa yang baik dan tidak baik, apa yang benar dan apa yang salah
dan perbuatan apa yang dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh seorang professional.
Tujuan kode etik profesi :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.


Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.
Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
Untuk meningkatkan mutu profesi.
Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.
Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.
Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
Menentukan baku standarnya sendiri.

Adapun fungsi dari kode etik profesi adalah :


1. Memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip profesionalitas yang
digariskan.
2. Sebagai sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan.
3. Mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang hubungan etika dalam
keanggotaan profesi. Etika profesi sangatlah dibutuhkan dalam berbagai bidang.

2.1.3.1. Undang-undang yang Mengatur tentang Profesi Insinyur di Indonesia.


Di Indonesia, undang-undang tentang profesi keinsinyuran sudah diatur didalam UU
Negara Republik Indonesia nomor 11 tahun 2014 tentang keinsinyuran. Undang-undang tersebut
terdiri dari pasal 1 sampai dengan pasal 56. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 mengamanatkan bahwa setiap orang dalam mengembangkan dirinya memerlukan
pendidikan dan manfaat ilmu pengetahuan dan teknologi, seni, dan budaya demi meningkatkan
kualitas hidup dan kesejahteraan umum. Untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan
umum tersebut, salah satunya dapat dicapai dengan tersedianya sumber daya manusia yang andal
dan profesional yang mampu melakukan rekayasa teknik guna meningkatkan nilai tambah, daya
saing, daya guna, efisiensi dan efektivitas anggaran, perlindungan publik, kemajuan ilmu dan
teknologi, serta pencapaian kebudayaan dan peradaban bangsa yang tinggi. Sumber daya

manusia yang mampu melakukan rekayasa teknik masih tersebar dalam berbagai profesi dan
kelembagaan masing-masing, belum mempunyai standar keahlian, kemampuan, dan kompetensi
Insinyur.
Insinyur sebagai salah satu komponen utama yang melakukan layanan jasa rekayasa
teknik harus memiliki kompetensi untuk melakukan pekerjaan secara profesional sehingga
kegiatan yang dilakukannya dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan dirinya. Hasil
karya Insinyur harus dapat dipertanggungjawabkan, baik secara moril-materiil maupun di muka
hukum sehingga layanan jasa di bidang Keinsinyuran memiliki kepastian hukum, memberikan
pelindungan bagi Insinyur dan pengguna, serta dilakukan secara profesional, bertanggung jawab,
dan menjunjung tinggi etika profesi. Unsur penting dalam Praktik Keinsinyuran adalah sikap,
penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan keterampilan teknik yang dimiliki, yang diperoleh
melalui pendidikan dan pelatihan. Pengetahuan yang dimiliki Insinyur harus terus-menerus
dipertahankan dan ditingkatkan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
kebutuhan industri. Perangkat keilmuan yang dimiliki seorang Insinyur mempunyai karakteristik
yang khas yang terlihat dari kemampuan untuk melakukan upaya rekayasa teknik yang sesuai
dengan kebutuhan dan karakteristik lingkungan serta menyesuaikan dengan perkembangan
teknologi yang ada.
Pengaturan Praktik Keinsinyuran dilakukan untuk memberikan landasan dan kepastian
hukum serta pelindungan kepada Pengguna Keinsinyuran dan Pemanfaat Keinsinyuran.
Pengaturan Praktik Keinsinyuran dimaksudkan juga untuk memberikan arah pertumbuhan dan
peningkatan profesionalisme Insinyur, meletakkan Keinsinyuran Indonesia pada peran dalam
pembangunan nasional, serta menjamin terwujudnya penyelenggaraan Keinsinyuran Indonesia
yang baik. Oleh karena itu, Praktik Keinsinyuran perlu diatur dalam suatu peraturan perundangundangan guna memberikan kepastian dan pelindungan hukum kepada Insinyur, Pengguna
Keinsinyuran, dan Pemanfaat Keinsinyuran. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan
keselamatan kerja, keberlanjutan lingkungan, dan keunggulan hasil rekayasa, untuk
meningkatkan kualitas hidup, serta kesejahteraan Insinyur dan masyarakat. Lingkup pengaturan
Undang-Undang tentang Keinsinyuran adalah cakupan Keinsinyuran, standar Keinsinyuran,
Program Profesi Insinyur, Registrasi Insinyur, Insinyur Asing, Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan, hak dan kewajiban, kelembagaan Insinyur, organisasi profesi Insinyur, dan
pembinaan Keinsinyuran. Undang-Undang ini mengatur bahwa Keinsinyuran mencakup disiplin

teknik Keinsinyuran dan bidang Keinsinyuran. Sementara itu, untuk menjamin mutu kompetensi
dan profesionalitas layanan profesi Insinyur, dikembangkan standar profesi Keinsinyuran yang
terdiri atas standar layanan Insinyur, standar kompetensi Insinyur, dan standar Program Profesi
Insinyur.
2.1.4. Pengertian professionalisme dan Professional
2.1.4.1. Profesionalisme
Profesionalisme adalah suatu kemampuan yang dianggap berbeda dalam menjalankan suatu
pekerjaan. Profesionalisme dapat diartikan juga dengan suatu keahlian dalam penanganan suatu
masalah atau pekerjaan dengan hasil yang maksimal dikarenakan telah menguasai bidang yang
dijalankan tersebut.
2.1.4.2. Ciri-ciri profesionalisme
a) Punya ketrampilan yang tinggi dalam suatu bidang serta kemahiran dalam menggunakan
peralatan tertentu yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas yang bersangkutan dengan bidang
tadi.
b) Punya ilmu dan pengalaman serta kecerdasan dalam menganalisis suatu masalah dan peka di
dalam membaca situasi cepat dan tepat serta cermat dalam mengambil keputusan terbaik atas
dasar kepekaan.
c)

Punya sikap berorientasi ke depan sehingga punya kemampuan mengantisipasi

perkembangan lingkungan yang terbentang di hadapannya.


d)

Punya sikap mandiri berdasarkan keyakinan akan kemampuan pribadi serta terbuka

menyimak dan menghargai pendapat orang lain, namun cermat dalam memilih yang terbaik bagi
diri dan perkembangan pribadinya.
Sedangkan Profesional adalah orang yang mempunyai profesi atau pekerjaan purna
waktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu keahlian yang tinggi. Atau
seorang profesional adalah seseorang yang hidup dengan mempraktekkan suatu keahlian tertentu
atau dengan terlibat dalam suatu kegiatan tertentu yang menurut keahlian.

2.2. ANALISIS
2.2.1 Permasalahan Etika Profesi

Profesi meupakan suatu hal yang berkaitan dengan bidang tertentu atau jenis pekerjaan
yang dipengaruhi oleh pendidikan dan keahlian, sehingga banyak orang yang bekerja tetapi
belum tentu dikatakan memiliki profesi yang sesuai. Tetapi dengan keahlian yang diperoleh dari
pendidikan

kejuruan, juga belum cukup untuk menyatakan suatu pekerjaan dapat disebut

profesi. Berkaitan dengan bidang pekerjaan yang telah dilakukan seseorang sangatlah perlu
untuk menjaga profesi dikalangan masyarakat atau terhadap konsumen. Dengan kata lain
orientasi utama profesi adalah untuk kepentingan masyarakat. Akan tetapi, sering dijumpai
penyalahgunaan profesi yang dilakukan oleh beberapa orang. misalnya pada kasus kejahatan
teknisi computer yang berhasil mengcopy program komersial atau berhasil mmbobol dokumen
penting dari sebuah instansi secara illegal. Atas prmasalahan tersebut, sebagai seorang
profesional perlu memahami etika profesi serta kode etik profesi.
2.2.2. Permasalahan Tanggung Jawab Moral Dan Sosial Profesi Insinyur
Pada era globalisasi ini, keinginan untuk memecahkan persoalan-persoalan kehidupan
manusia dan kebutuhan akan penemuan-penemuan yang mampu memberikan

manfaat

merupakan kekuatan pendorong menuju ke pengembangan teknologi modern. Namun, yang


patut untuk disadari bahwasanya sebuah temuan teknologi seringkali justru tidak hanya
memberikan solusi positif terhadap persoalan yang dihadapi, melainkan juga akan memberikan
permasalahan baru bagi keseimbangan alam dan kehidupan manusi. Karena banyak berkaitan
dengan kehidupan manusia itulah, maka teknologi seringkali dipertimbangkan sebagai faktor
penentu yang juga dominan didalam proses perubahan sosial.
Revolusi industri yang terjadi saat ini banyak membawa perubahan-perubahan didalam
banyak hal. Awal perubahan yang paling menyolok adalah dalam hal diketemukannya rancang
bangun (rekayasa/engineering) mesin uap sebagai sumber energi untuk berproduksi, sehingga
manusia tidak lagi tergantung pada energi otot ataupun energi alam. Hal lain yang patut dicatat
adalah diterapkannya rekayasa tentang tata cara kerja (methods engineering) untuk
meningkatkan produktivitas kerja yang lebih efektif-efisien dengan menganalisa kerja sistem
manusia dan mesin sebagai sebuah sistem produksi yang terintegrasi.
Dalam hal ini penerapan teknologi, sains serta ilmu-ilmu keteknikan (engineering) tidak
harus selalu terlibat dalam masalah-masalah yang terkait dengan perancangan perangkat keras
(hardware) berupa teknologi produk maupun teknologi proses, akan tetapi juga ikut

bertanggungjawab dalam persoalan-persoalan yang berkembang dalam perancangan perangkat


teknologi lainnya (software, organoware dan brainware), maupun bertanggung-jawab terhadap
segala macam dampak (lingkungan, sosial, dll) yang ditimbulkan sebagai akibat pengembangan
teknologi yang tidak hanya memberikan manfaat positif, melainkan juga memberikan berbagai
macam resiko negatif yang merusak lingkungan (Vesilind, 1998).
Untuk mengantisipasi problematika industri yang semakin luas dan kompleks tersebut,
maka didalam penyusunan kurikulum pendidikan tinggi sains-teknologi (tidak peduli program
studi ilmu keteknikan macam apa yang ingin ditawarkan) seharusnya tidak lagi semata hanya
memperhatikan arah perkembangan ilmu dan keahlian teknis (engineering), melainkan juga
harus dilengkapi dan diserasikan dengan ilmu-ilmu lain yang memberikan wawasan maupun
keterampilan (skill) yang berhubungan dengan persoalan manusia, organisasi & manajemen
industri, lingkungan serta persoalan-persoalan praktis yang dihadapi oleh industri dalam aktivitas
rutin-nya sehari-hari.
Pendidikan tinggi sains-teknologi tidak hanya diharapkan mampu menghasilkan lulusan
dalam jumlah yang dibutuhkan, akan tetapi juga harus mampu menghasilkan lulusan yang
berkualitas global, profesional dan memenuhi syarat-syarat kompetensi bekerja yang dituntut
oleh pasar tenaga kerja. Tantangan global menghadapkan dunia pendidikan tinggi sains-teknologi
agar mampu mengikuti dan menangkap arah perkembangan sains-teknologi yang melaju begitu
cepat, dan disisi lain harus pula menghasilkan lulusan yang berdaya-saing tinggi dan memenuhi
tuntutan persyaratan maupun standard kompetensi kerja internasional.
Langkah

evaluasi

diri

(melalui

SWOT

analysis),

pemetaan

posisi

maupun

benchmarking harus dan penting untuk senantiasa dilakukan. Untuk langkah ini, maka dengan
mengacu pada ABET-Engineering Criteria 2000 nampak bahwa lulusan perguruan tinggi
sains-teknologi (engineering) tidak saja harus menghasilkan lulusan yang memiliki keahlian dan
kepakaran di bidang keteknikan saja; tetapi juga harus memiliki 11 (sebelas) kriteria profil mutu
yang dipergunakan untuk mengukur kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh para lulusan
Perguruan Tinggi Teknik berupa wawasan, pemahaman serta kemampuan baik yang berkaitan
dengan dasar-dasar ilmu keteknikan/engineering seperti matematika, fisika maupun basic
engineering sciences dan juga yang berdimensi diluar lingkup bidang ilmu keteknikan yang
berbasis pada attitude dan perilaku intelektual. Salah satunya menyebutkan bahwa lulusan
(alumni) haruslah memiliki pemahaman terhadap tanggung jawab dan etika profesional.

Permasalahan menjadi menarik pada saat Persatuan Insinyur Indonesia [2000] melakukan
penelitian yang bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai tingkat kesenjangan mutu dan
relevansi Sarjana Teknik (termasuk juga dalam hal ini Sarjana Pertanian) di Industri, dimana
diperoleh hasil yang menunjukkan adanya 6 (enam) kesenjangan yang cukup signifikan antara
harapan serta persepsi masyarakat industri dan bisnis dengan kompetensi lulusan Perguruan
Tinggi Teknik yang memerlukan prioritas untuk diperhatikan dan dicarikan solusi konkritnya,
yaitu :
1. kemampuan untuk berperan/berfungsi dalam tim kerja multi disiplin.
2.

kemampuan mengidentifikasikan, memformulasikan, dan memecah-kan masalah-masalah


engineering.

3. kesadaran akan kebutuhan untuk memenuhinya dalam proses belajar sepanjang hayat.
4. kemampuan berkomunikasi dengan efektif.
5. pemahaman terhadap tanggung jawab dan etika profesional.
6. kemampuan merancang suatu sistem, komponen, proses dan metode untuk memenuhi kebutuhan
yang diinginkan.
Mencermati hasil temuan tersebut, maka keseluruhan kesenjangan yang terjadi lebih
berbasis pada lemahnya attitude dan perilaku intelektual daripada kemampuan teknis/enjinering.
Kesimpulan yang bisa ditarik dari hasil studi adalah diperlukannya pembenahan konsep,
kurikulum serta strategi proses pembelajaran untuk membentuk attitude berpikir dan perilaku
intelektual sedini mungkin (Tim Studi Pokja Program Profesi Insinyur-PII, 2000).

2.3. SINTESIS
2.3.1. Etika Profesi Seorang Insinyur
Sebagai insinyur untuk membantu pelaksana sebagai seseorang yang professional
dibidang keteknikan supaya tidak dapat merusak etika profesi diperlukan sarana untuk mengatur
profesi sebagai seorang professional dibidangnya berupa kode etik profesi. Ada tiga hal pokok
yang merupakan fungsi dari kode etik profesi tersebut.
1.

Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip
profesionalitas yang digariskan. Maksudnya bahwa dengan kode etik profesi, pelaksana profesi
mampu mengetahui suatu hal yang boleh dia lakukan dan yang tidak boleh dilakukan

2.

Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang
bersangkutan. Maksudnya bahwa etika profesi dapat memberikan suatu pengetahuan kepada
masyarakat agar juga dapat memahami arti pentingnya suatu profesi, sehingga memungkinkan
pengontrolan terhadap para pelaksana di lapangan keja (kalanggan social).

3.

Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak diluar organisasi profesi tentang hubungan
etika dalam keanggotaan profesi. Arti tersebut dapat dijelaskan bahwa para pelaksana profesi
pada suatu instansi atau perusahaan yang lain tidak boleh mencampuri pelaksanaan profesi di
lain instansi atau perusahaan.
Tanggung jawab profesi yang lebih spesifik seorang professional diantaranya:

1. Mencapai kualitas yang tinggi dan efektifitas baik dalam proses maupun produk hasil kerja
profesional.
2. Menjaga kompetensi sebagai profesional.
3. Mengetahui dan menghormati adanya hukum yang berhubungan dengan kerja yang profesional.
4. Menghormati perjanjian, persetujuan, dan menunjukkan tanggung jawab.
Di Indonesia dalam hal kode etik telah diatur termasuk kode etik sebagai seorang
insinyur yang disebut kode etik insinyur Indonesia dalam catur karsa sapta dharma insinyur
Indonesia. Dalam kode etik insinyur terdapat prinsip-prinsip dasar yaitu:
1. Mengutamakan keluhuran budi.
2. Menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk kepentingan kesejahteraan umat manusia.
3.

Bekerja secara sungguh-sungguh untuk kepentingan masyarakat, sesuai dengan tugas dan
tanggung jawabnya.

4. Meningkatkan kompetensi dan martabat berdasarkan keahlian profesional keinsinyuran


Tuntutan sikap yang harus dijalankan oleh seorang insinyur yang menjunjung tinggi kode
etik seorang insinyur yang professional yaitu:
1.

Insinyur Indonesia senantiasa mengutamakan keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan


Masyarakat.

2. Insinyur Indonesia senantiasa bekerja sesuai dengan kempetensinya.


3. Insinyur Indinesia hanya menyatakan pendapat yang dapat dipertanggung jawabkan.

4. Insinyur Indonesia senantiasa menghindari terjadinya pertentangan kepentingan dalam tanggung


jawab tugasnya.
5.

Insinyur Indonesia senantiasa membangun reputasi profesi berdasarkan kemampuan masingmasing.

6. Insinyur Indonesia senantiasa memegang teguh kehormatan, integritas dan martabat profesi.
7. Insinyur Indonesia senantiasa mengembangkan kemampuan profesionalnya
Accreditation Board for Engineering and Technology (ABET) sendiri secara spesifik
memberikan persyaratan akreditasi yang menyatakan bahwa setiap mahasiswa teknik
(engineering) harus mengerti betul karakteristik etika profesi keinsinyuran dan penerapannya.
Dengan persyaratan ini, ABET menghendaki setiap mahasiswa teknik harus betul-betul
memahami etika profesi, kode etik profesi dan permasalahan yang timbul diseputar profesi yang
akan mereka tekuni nantinya; sebelum mereka nantinya terlanjur melakukan kesalahan ataupun
melanggar etika profesi-nya. Langkah ini akan menempatkan etika profesi sebagai preventive
ethics yang akan menghindarkan segala macam tindakan yang memiliki resiko dan konsekuensi
yang serius dari penerapan keahlian profesional.
Insinyur adalah sebuah profesi yang penting didalam pelaksanaan pembangunan industri
nasional, karena banyak berhubungan dengan aktivitas perancangan maupun perekayasaan yang
ditujukan semata dan demi kemanfaatan bagi manusia. Dengan mengacu pada pengertian dan
pemahaman mengenai profesi, (sikap) professional dan (paham) profesionalisme; maka nampak
jelas kalau ruang lingkup keinsinyuran per definisi bisa disejajarkan dengan profesi- profesi yang
lain seperti dokter, pengacara, psikolog, aristek dan sebagainya. Acapkali pula dijumpai didalam
proses penerapan kepakaran dan keahliannya, seorang insinyur (tanpa terkecuali insinyur teknik
industri) akan terlibat dalam berbagai aktivitas bisnis yang harus dilaksanakan dengan prinsipprinsip komersial dan mengarah untuk memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya. Namun
demikian, sebagai sebuah profesi yang memiliki idealisme dan tanggung jawab besar bagi
kemaslahatan manusia; maka didalam penerapan kepakaran dan keahlian insinyur tersebut
haruslah tetap mengindahkan norma, budaya, adat, moral dan etika yang berlaku

BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Insinyur adalah sebuah profesi yang penting didalam pelaksanaan pembangunan industri
nasional, karena banyak berhubungan dengan aktivitas perancangan maupun perekayasaan yang
ditujukan semata dan demi kemanfaatan bagi manusia. Dengan mengacu pada pengertian dan
pemahaman mengenai profesi, (paham) profesionalisme dan (sikap) professional, maka nampak
jelas kalau ruang lingkup keinsinyuran dapat disejajarkan dengan profesi- profesi yang lain
seperti dokter, pengacara, psikolog, aristek dan sebagainya. Sering kita jumpai didalam proses
penerapan kepakaran dan keahliannya, seorang insinyur (seperti contoh insinyur teknik industri)
sering terlibat dalam berbagai aktivitas bisnis yang harus dilaksanakan dengan prinsip-prinsip
komersial dan mengarah untuk memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya. Namun demikian,
sebagai sebuah profesi yang memiliki idealisme dan tanggung jawab besar bagi kemaslahatan
manusia, maka didalam penerapan kepakaran dan keahlian insinyur tersebut haruslah tetap
mengindahkan norma, budaya, adat, moral dan etika yang berlaku.
Seperti halnya dengan profesi-profesi lainnya (yang terlebih dahulu sudah menerapkan
norma-norma keprofesiannya), sudah saatnya profesi insinyur memperbaiki dirinya dalam
sebuah wadah profesi sekaligus menerapkan norma-norma etika profesi, seperti yang tertuang
dalam kode etik profesi untuk menjaga martabat, kehormatan, atau itikad-itikad etis yang harus
ditaati oleh mereka yang akan menerapkan keahlian dan kepakarannya. Untuk itu perlu
diusulkan agar didalam kurikulum pendidikan tinggi teknologi --- terserah apakah diberikan
dalam sebuah mata kuliah khusus (etika profesi) ataukah disinggung subtansinya didalam mata
kuliah yang sudah ada (konsep teknologi, penghantar teknik industri, atau lainnya) --- perlu
diberikan pengertian dan pemahaman mengenai etika, profesi dan etika profesi dengan segala
macam permasalahan serta relevansinya (studi kasus) berkenaan dengan penerapan keahlian dan
kepakaran dalam praktek-praktek bisnis dan/atau rekayasa keinsinyuran.

B. SARAN
Demikianlah laporan sederhana ini kami buat. Namun demikian, kami sebagai penyusun
menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Kami mohon maaf apabila masih banyak
ditemui kesalahan, itu datangnya dari kealpaan kami. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat
kami harapkan dari pembaca semua.

DAFTAR PUSTAKA
Bennett, F. Lawrence. The Management of Engineering: Human, Quality, Organizational, Legal, and
Ethical Aspects of Professional Practice. New York: John Wiley & Sons, Inc., 1996.

Fleddermann, Charles B. Engineering Ethics. Upper Saddle River, NJ. : Prentice Hall Engineering
Source, 1999.
Whitbeck, Caroline. Ethics in Engineering Practice and Research. Cambridge : Cambridge University
Press, 1998.
Wignjosoebroto, Soetandyo. Profesi, Profesionalisme dan Etika Profesi. Makalah disajikan dalam diskusi
tentang profesionalisme hukum (notariat) di Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya,
1999.
Wignjosoebroto, Sritomo. Etika Profesional: Pengamalan dan Permasalahan. Makalah disampaikan
dalam acara diskusi Perspektif Pembangunan Daya saing Global Tenaga Kerja Profesional,
Badan Kejuruan Mesin Persatuan Insinyur Indonesia, tanggal 1 Desember 1999 di Jakarta.
Wignjosoebroto, Sritomo. Manusia, Sains-Teknologi dan Etika Profesi. Makalah disampaikan dalam
acara Semiloka Nasional Peningkatan Peran Studi Sosial dan Humaniora di Perguruan Tinggi
Teknologi, Jurusan MKU-MIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember pada tanggal 6
Nopember 2000 di Kampus ITS-Surabaya.
Wignjosoebroto, Sritomo. Business & Professional Ethics. Modul Pelatihan Program Profesi Insinyur,
Persatuan Insinyur Indonesia (PII), 2000.

You might also like