Professional Documents
Culture Documents
RPJMD Kab. Blora 2010-2015
RPJMD Kab. Blora 2010-2015
RPJMD Kab. Blora 2010-2015
DAFTAR ISI
Bab I
1.1
1.2
1.3
Pendahuluan.........................................................................................................
Latar Belakang.........................................................................................................
Dasar Hukum...........................................................................................................
Hubungan RPJMD Kabupaten Blora Dengan Dokumen Perencanaan
Lainnya ................................................................................................
1.4 Maksud dan Tujuan................................................................................................
1.5 Sistematika...............................................................................................................
I-1
I-1
I-2
II-1
II-1
II-4
II-4
II-8
II-10
II-11
II-11
II-58
II-74
II-74
II-74
II-75
II-76
I-3
I-3
I-3
X-1
BAB I
P EN DAHULUAN
I-1
I-2
I-3
BAB I I
GAM BAR AN UM UM K ON DI SI DAER AH
2.1 Aspek Geografi dan Dem ografi
Kabupaten Blora terletak di antara 1110 16 sampai dengan 1110 338 Bujur Timur
dan diantara 60 528 sampai dengan 70 248 Lintang Selatan, berada pada ketinggian 96
280 meter di atas permukaan laut. Dengan kondisi letak tersebut, jarak terjauh dari
wilayah barat ke wilayah timur sepanjang 57 km dan dari wilayah utara ke wilayah selatan
sejauh 58 km. Secara administrasi Kabupaten Blora terletak di ujung paling timur Provinsi
Jawa Tengah, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Grobogan, di sebelah selatan
berbatasan dengan Kabupaten Sragen, sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten
Rembang dan sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa
Timur.
Kabupaten Blora terbagi dalam 16 kecamatan yang terdiri dari 271 desa dan 24
kelurahan, mencakup 941 dusun, 1.189 rukun warga dan 5.450 rukun tetangga. Luas
wilayah Kabupaten Blora sebesar 1.820,59 km2 atau sekitar 5,5% dari luas wilayah
Propinsi Jawa Tengah. Wilayah Kabupaten Blora terdiri atas lahan sawah sebesar
46.089,224 hektar (25,32 persen), dan sisanya lahan bukan sawah sebesar 74,68%.
Menurut luas penggunaan lahan, lahan terluas berupa hutan (49,66%), selanjutnya
berupa lahan sawah (25,32%) dan sisanya berupa tegalan (14,41%).
Topografi wilayah Kabupaten Blora secara umum terbagi menjadi empat kategori
ketinggian lahan, yaitu sebagai berikut:
1. Ketinggian lahan antara 25-100 m dpl, berada di Kecamatan Cepu.
2. Ketinggian lahan antara 25-500 m dpl, berada di Kecamatan Kedungtuban dan
Kecamatan Kradenan.
3. Ketinggian lahan antara 40-500 m dpl, berada di Kecamatan Jati, Randublatung,
Sambong, Jiken, Jepon, Blora, Banjarejo, Tunjungan, Japah, Ngawen, Kunduran dan
Todanan.
4. Ketinggian wilayah antara 100-500 m dpl, berada di Kecamatan Bogorejo.
Di Kabupaten Blora terdapat perbedaan curah hujan yang nyata antara musim
penghujan dan kemarau, dengan curah hujan tahunan antara 1496 mm sampai 2506
mm. Kabupaten Blora termasuk zona C3 dan D3 yang dicirikan bulan kering 4 6 bulan
dan bulan basah 4 5 bulan. Suhu udara rata-rata bulanan berkisar antara 26,5oC
sampai 28,4oC dan rata-rata tahunan sebesar 27.5oC.
Geologi wilayah Kabupaten Blora merupakan perbukitan yang telah mengalami
pengangkatan, pelipatan dan patahan serta proses erosi yang intensif sehingga terjadi
pendataran (peneplain). Landform di daerah ini dapat dibagi tiga grup utama, yaitu
Aluvial, Karst dan Tektonik/struktural. Dari 3 landform utama ini dapat dibagi lagi
berdasarkan bentuk wilayahnya, menjadi bentuk wilayah datar seluas 57.814 ha,
berombak seluas 54.647 ha, bergelombang seluas 39.413 ha dan berbukit luas 38.629 ha.
Bahan induk tanah di daerah Blora terdiri dari 6 jenis, yaitu aluvium (endapan liat),
aluvio-koluvium (bahan halus), batu gamping, napal, batu liat dan batu pasir berkapur
(Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2009).
Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Blora tahun
2010-2030, Kabupaten Blora memiliki potensi wilayah yang dikembangkan sebagai
kawasan budidaya seperti hutan produksi, hutan rakyat, pertanian, perkebunan,
perikanan, pertambangan, industri, pariwisata dan permukiman. Potensi kawasan hutan
produksi terbatas di Kabupaten Blora memiliki luas total 55.325,7 ha, meliputi KPH Blora,
seluas 7.303,4 Ha, KPH Cepu, seluas 16.019 Ha, KPH Kebonharjo, seluas 1.408,2 Ha,
KPH Mantingan, seluas 2.863,1 Ha, KPH Randublatung, seluas 21.978,1 Ha, dan KPH
Ngawi seluas 5.753,9 Ha. Potensi kawasan hutan produksi tetap di Kabupaten Blora
RPJMD Kabupaten Blora Tahun 2010 2015
II - 1
memiliki luas total 55.325,7 ha, meliputi KPH Blora seluas 7.303,4 Ha, KPH Cepu seluas
16.019 Ha, KPH Kebonharjo seluas 1.408,2 Ha, KPH Mantingan seluas 2.863,1 Ha, KPH
Randublatung seluas 21.978,1 Ha, dan KPH Ngawi, seluas 5.753,9 Ha. Potensi kawasan
hutan di Kabupaten Blora memilki luas 34.444,92 Ha, meliputi KPH Blora seluas 7.801,6
Ha, KPH Cepu seluas 11.038,1 Ha, KPH Kebonharjo seluas 729,52 Ha, KPH Mantingan,
seluas 2.856 Ha, KPH Randublatung, seluas 9.440,8 Ha, dan KPH Ngawi, seluas 2.578,9
Ha. Kawasan hutan rakyat di Kabupaten Blora yang dapat dikonversi memiliki luas 1.005
Hektar, yang terdistribusi di Kecamatan Jiken 75 Ha, Kecamatan Bogorejo seluas 200 Ha,
Kecamatan Jepon, seluas 125 Ha, Kecamatan Blora, seluas 75 Ha, Kecamatan Japah
seluas 40 Ha, Kecamatan Ngawen, seluas 50 Ha, Kecamatan Kunduran seluas 30 Ha, dan
Kecamatan Todanan seluas 410 Ha.
Potensi kawasan peruntukan pertanian lahan sawah beririgasi teknis yang
ditetapkan menjadi kawasan lahan abadi pertanian pangan di Kabupaten Blora terletak di
Kecamatan Randublatung, Kradenan, Kedungtuban, Cepu, Blora, Ngawen, Kunduran dan
Todanan (sentra padi), dan Kecamatan Japah dan Todanan (Sentra padi gogo).
Sementara itu sawah beririgasi teknis dan sederhana untuk sentra tanaman jagung di
Kecamatan Randublatung, Jepon, Blora, Kunduran dan Todanan; sentra kedelai berada di
Kecamatan Jati, Randublatung, Kradenan, Blora, Japah dan Kunduran; sentra kacang
tanah di Kecamatan Kedungtuban, Cepu, Jepon, Blora, Japah dan Todanan; sentra
kacang hijau di Kecamatan Kedungtuban, Cepu, Blora, Kunduran dan Todanan; Sentra
kacang merah di Kecamatan Randublatung, Sambong, Blora, Japah, dan Kunduran;
sentra ubi jalar di Kecamatan Kedungtuban, Sambong, Blora dan Japah; sentra ketela
pohon di Kecamatan Jati, Randublatung, Kradenan, Sambong, Blora, dan Todanan;
Sentra cabai merah di Kecamatan Randublatung, Kradenan, Sambong, Jepon, dan
Bogorejo; dan Sentra bawang merah berada di Kecamatan : Kedungtuban, Jepon,
Bogorejo, dan Todanan.
Wilayah yang potensial untuk pengembangan perkebunan yaitu sentra tanaman
tembakau di kecamatan Randublatung, Kedungtuban, Cepu, Banjarejo dan Kradenan;
sentra tanaman kapuk di kecamatan Jepon, Bogorejo, Blora, Tunjungan, Banjarejo,
Ngawen, Kunduran dan Todanan; sentra tanaman tebu di kecamatan Blora, Tunjungan,
Randublatung, Banjarejo, Kunduran, Sambong, Kedungtuban, Kradenan, Jati dan Jiken;
Sentra tanaman mete di kecamatan Todanan, Jepon, Bogorejo, dan Japah; Sentra
tanaman kapas berada di kecamatan Jati dan Banjarejo; sentra tanaman jarak pagar di
kecamatan Japah, Tunjungan, Jepon, dan Banjarejo; dan sentra tanaman empon-empon
berada di kecamatan Japah, Bogorejo, Banjarejo, Randublatung, dan Jepon.
Kawasan yang diperuntukan untuk pengembangan perikanan Kawasan
peruntukan perikanan di Kabupaten Blora meliputi perikanan tangkap, perikanan budi
daya air payau, dan perikanan budi daya air tawar. Sentra Lele, Nila dan Tawes berada di
Kecamatan Randublatung, Kedungtuban, Cepu, Blora, dan Todanan.
Potensi kawasan yang peruntukannya untuk pengembangan peternakan meliputi
sentra ayam kampung di Kecamatan Jati, Randublatung, Kradenan, Kedungtuban, Cepu,
Jiken, Jepon, Bogorejo, Blora, Tunjungan, Banjarejo, Ngawen, Japah, Kunduran dan
Todanan. Sentra ayam ras petelur berada di Kecamatan Cepu, dan Blora; sentra ayam
ras pedaging di Kecamatan Cepu, Sambong, Jepon, dan Blora; dan sentra kambing di
Kecamatan Randublatung, Kradenan, Cepu, Jepon, Bogorejo, Blora, Japah, Kunduran dan
Todanan; Sentra itik di Kecamatan Randublatung, Kradenan, Cepu, Blora, Ngawen, Japah,
Kunduran dan Todanan; sentra sapi potong di Kecamatan Randublatung, Jepon,
Bogorejo, Blora, Tunjungan, Banjarejo, Japah, Kunduran dan Todanan; sentra kerbau di
Kecamatan Randublatung, Kradenan, Kedungtuban, Cepu, Japah, Kunduran dan Todanan;
sentra domba di Kecamatan Jati, Randublatung, Kedungtuban, Cepu, dan Bogorejo;
sentra angsa di Kecamatan Jati, Jepon, Bogorejo, Banjarejo, dan Todanan; dan sentra
kelinci di Kecamatan Cepu, Sambong, Jiken, Jepon, Banjarejo, dan Kunduran.
RPJMD Kabupaten Blora Tahun 2010 2015
II - 2
II - 3
Sementara itu wilayah yang rawan kekeringan meliputi Kecamatan Jati, Kecamatan
Randublatung, Kecamatan Kedungtuban, Kecamatan Cepu, Kecamatan Sambong,
Kecamatan Jiken; Kecamatan Bogorejo; Kecamatan Jepon; Kecamatan Blora; Kecamatan
Banjarejo; Kecamatan Tunjungan; Kecamatan Japah; Kecamatan Ngawen; Kecamatan
Kunduran. Di Kabupaten Blora juga terdapat kawasan yang paling ekstrim mengalami
kekeringan, yaitu Kecamatan Jati, Kecamatan Banjarejo, Kecamatan Tunjungan,
Kecamatan Sambong, Kecamatan Jepon, dan Kecamatan Ngawen.
Jumlah penduduk Kabupaten Blora pada tahun 2009 sebanyak 858.874 jiwa.
Dalam kurun waktu 5 tahun (2005-2009) terjadi peningkatan jumlah penduduk dengan
rata-rata pertumbuhan sebesar 0,43% per tahun. Kecamatan yang paling banyak jumlah
penduduknya adalah Kecamatan Blora (88.573 jiwa), dan yang paling sedikit
penduduknya adalah Kecamatan Bogorejo (24.296 jiwa). Tingkat kepadatan penduduk di
Kabupaten Blora pada tahun 2009 rata-rata sebanyak 472 jiwa per km2. Perkembangan
jumlah penduduk di Kabupaten Blora dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.1
Jum lah P enduduk K abupaten Blora
Tahun 2005 2009 (jiw a)
No
K ecam atan
2005
2006
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Jati
48.981
49.091
Randublatung
72.585
72.635
Kradenan
38.433
38.385
Kedungtuban
54.895
54.942
Cepu
75.808
76.972
Sambong
26.705
26.724
Jiken
37.312
37.496
Bogorejo
23.867
23.878
Jepon
59.279
59.618
Blora
87.508
87.185
Banjarejo
55.619
55.546
Tunjungan
43.308
43.239
Japah
33.678
33.705
Ngawen
60.776
60.984
Kunduran
64.411
64.430
Todanan
59.509
59.660
Jumlah
842.674 844.490
Sumber : BPS Kabupaten Blora (2005-2009)
2007
2008
2009
49.336
72.695
38.425
54.953
77.255
26.755
37.640
23.966
59.900
87.261
55.589
43.301
33.827
61.151
64.506
59.750
846.310
49.736
73.285
38.739
55.397
77.880
26.971
37.947
24.160
60.385
87.970
56.041
43.651
34.099
61.646
65.030
60.226
853.163
50.077
73.800
39.001
55.780
78.414
27.158
38.211
24.296
60.801
88.573
56.370
43.955
34.329
62.030
65.450
60.629
858.874
rata-rata
r (% )
0,60
0,30
0,21
0,30
0,97
0,34
0,53
0,38
0,71
0,21
0,23
0,23
0,79
0,40
0,23
0,48
0,43
II - 4
Tabel 2.2
P roduk Dom estik R egional Bruto
K abupaten Blora Tahun 2005-2009
2005
2006
No
Uraian
1
2.555.232 2.873.718
PDRB ADHB (juta Rupiah)
2
1.731.376 1.803.169
PDRB ADHK (juta Rupiah)
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Blora (2009)
2007
3.181.590
1.883.658
2008
3.636.798
1.979.627
2009
3.993.824
2.078.031
9.
Sek tor/
Lapangan
Usaha
Pertanian
Pertambangan
dan Penggalian
Industri
Pengolahan
Listrik dan Air
Bersih
2005
941.882
57.656
P (% )
2006
54,40 1.496.746
3,33
132.724
P (% )
2007
P (% )
2008
P
(% )
2009
P
(% )
52,08
4,62
1.624.630
171.825
51,06
5,40
1.878.030
158.247
51.64
4.35
2.036.445
168.322
50,99
4,21
106.826
6,17
168.189
5,85
184.896
5,81
215.692
5.93
230.778
5,78
9.074
0,52
30.825
1,07
32.884
1,03
35.877
0.99
38.541
0,97
3,47
14,68
95.294
463.382
3,00
14,56
110.803
539.762
3.05
14.84
125.383
609.525
3,14
15,26
3,15
99.489
3,13
117.645
3.23
129.159
3,23
7,60
260.351
8,18
296.890
8.16
336.170
8,42
0,00
7,46
248.840
3.181.592
7,82
100
283.852
3.636.798
7.8
100
319.500
3.993.824
8,00
100
Bangunan
67.908
3,92
99.729
Perdagangan,
248.815 14,37
421.989
Hotel dan
Restoran
Pengangkutan
51.631
2,98
90.622
dan Komunikasi
Keuangan,
116.662
6,74
218.403
Persewaan,
dan
Jasa
Perusahaan
Jasa-jasa
130.922
0,00
214.490
Total
1.731.376
7,56 2.873.718
Sumber : BPS Kabupaten Blora Tahun 2009
II - 5
Tabel 2.4
P ertum buhan P DRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga K onstan
K abupaten Blora Tahun 2005-2009
Uraian
2005
4,32
Pertumbuhan ADHK (%)
Sumber : BPS Kabupaten Blora (2005-2009)
2006
4,15
2007
4,46
2008
5,09
2009
4,97
b. Laju inflasi
Besaran inflasi dan deflasi sangat berpengaruh terhadap perekonomian makro.
Jika terjadi inflasi tinggi akan berpengaruh terhadap daya beli konsumen, yakni
turunnya tingkat daya beli masyarakat sebab nilai uang yang dibelanjakan turun,
sebaliknya jika tidak ada inflasi bahkan terjadi deflasi, hal ini juga tidak
menguntungkan bagi perkembangan ekonomi dan bila terjadi deflasi terus menerus
akan menyebabkan terjadinya stagnasi ekonomi bahkan menimbulkan resesi ekonomi.
Inflasi Kabupaten Blora pada tahun 2009 sebesar 2,91%, lebih rendah dibandingkan
tahun-tahun sebelumnya. Perkembangan angka inflasi di Kabupaten Blora dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 2.5
I nflasi di K abupaten Blora Tahun 2005-2009
Variabel Ek onom i
2005
2006
17,77
Inflasi (%)
5,92
Sumber : BPS Kabupaten Blora (2005-2009)
2007
5,67
2008
12,79
2009
2,91
c. P DR B per kapita
PDRB perkapita atas dasar harga berlaku dapat dijadikan sebagai tolok ukur
keberhasilan pembangunan perekonomian, khususnya tingkat kemakmuran penduduk
secara makro. Laju pertumbuhan PDRB perkapita yang positif dan tingkat pendapatan
yang selalu meningkat menunjukkan bahwa di Kabupaten Blora terdapat peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Perkembangan pendapatan perkapita di Kabupaten Blora
atas dasar harga berlaku dalam kurun waktu empat tahun menunjukkan peningkatan
dari tahun ke tahun. Pada tahun 2005 pendapatan per kapita atas dasar harga berlaku
baru mencapai angka sebesar 3.041.545 rupiah, pada tahun 2009 telah mencapai
4.691.628 rupiah. Perkembangan PDRB perkapita di Kabupaten Blora secara rinci dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.6
P DR B P erkapita Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga K onstan
Tahun 2000 di K abupaten Blora Tahun 2005-2009 (R p)
No
1.
Uraian
2005
Atas Dasar Harga Berlak u
PDRB Kabupaten Blora (juta
2.555.232
rupiah)
Jumlah Penduduk Tengah
840.410
Tahun (jiwa)
3.041.545
P DRB P erk apita (rupiah)
2.
Atas Dasar Harga K onstan
2000
PDRB Kabupaten Blora (juta
1.731.376
rupiah)
Jumlah Penduduk Tengah
840.110
Tahun (jiwa)
2.060.892
PDRB Perkapita (rupiah)
Sumber : BPS Kabupaten Blora (2005-2009)
2006
2007
2008
2009
2.873.718
3.145.489
3.636.798
3.993.824
843.471
845.257
847.047
851.266
3.407.014
3.764.053
4.293.502
4.691.628
1.803.169
1.883.658
1.979.627
2.078.031
843.471
845.257
847.047
851.266
2.137.796
2.228.504
2.337.093
2.441.107
II - 6
d. I ndeks Gini
Keberhasilan pembangunan pada aspek pemerataan pendapatan dapat
dinilai dengan Indeks Gini. Pada tahun 2008 Index Gini sebesar 0,34 lebih besar
dibanding tahun 2007 sebesar 0,29, dan tahun 2006 sebesar 0,28% . Hal ini
menunjukkan distribusi pendapatan di kabupaten Blora relatif merata, namun masih
terjadi ketimpangan dengan tingkat ketimpangan rendah.
e. I ndeks W illiam son (I ndeks K etim pangan R egional)
Tingkat kesenjangan ekonomi antar wilayah kecamatan se-Kabupaten Blora
dapat diketahui dari Indeks Williamsons. Dasar perhitungannya adalah pendapatan
perkapita dalam kaitannya dengan jumlah penduduk per kecamatan. Kesenjangan
pendapatan antar kecamatan di Kabupaten Blora selama kurun waktu 2005-2008
menunjukkan kecenderungan mengalami kenaikan meskipun kenaikannya relatif kecil.
Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.7
Disparitas P endapatan Antar K ecam atan di K abupaten Blora
Tahun 2005 2008
No
Uraian
2005
2006
2007
2008
1 Indeks Williamson ADHB
0,30307
0,30896
0,33809
0,32512
2 Indeks Williamson ADHK
0,22661
0,23319
0,24909
0,24611
Sumber:Kabupaten Blora (2005-2008)
Uraian
2005
842.674
Jumlah Penduduk
163.365
Penduduk Miskin
19,39
Persentase (%) Penduduk Miskin
Sumber : BPS Kabupaten Blora (2005-2009)
2006
844.490
182.241
21,58
2007
846.310
181.618
21,46
2008
853.163
160.309
18,79
2009
858.874
150.303
17,50
Data terakhir pada tahun 2009 jumlah penduduk miskin sebesar 17,50%
(160.309 jiwa), mengalami penurunan dibandingkan tahun 2008 (18,79%), tahun 2007
(21,46%), tahun 2006 (21,58%) dan tahun 2005 (19,39%). Angka tersebut
menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di Kabupaten Blora sudah mengalami
penurunan selama kurun waktu 5 tahun.
g. I ndeks P em bangunan M anusia (I P M )
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mengukur capaian pembangunan
manusia berdasarkan sejumlah komponen dasar kualitas hidup. IPM merupakan
salah satu indikator kemajuan suatu wilayah yang diukur dengan 3 (tiga) aspek yaitu
aspek kesehatan (Angka Harapan Hidup/AHH), aspek pendidikan (Angka Melek
Huruf/AMH) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS), dan aspek ekonomi (Paritas Daya Beli).
Nilai IPM Kabupaten Blora pada tahun 2009 sebesar 70,14. Ditingkat provinsi
Kabupaten Blora berada di peringkat ke-28 dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah.
Dibandingkan kabupaten sekitar (Kabupaten se-eks Karesidenan Pati dan Kabupaten
RPJMD Kabupaten Blora Tahun 2010 2015
II - 7
Grobogan), Kabupaten Blora berada di posisi terbawah (posisi ke-6). Nilai IPM
Kabupaten Blora juga masih dibawah dibandingkan dengan nilai IPM Jawa Tengah
(72,10) dan Nilai IPM Nasional (73,4). Perkembangan nilai IPM Nasional, IPM Jawa
Tengah dan IPM Kabupaten Blora dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.9
N ilai I ndeks P em bangunan M anusia (I P M ) K abupaten Blora
Tahun 2005-2009
Uraian
2005
IPM Nasional
69,57
IPM Jawa Tengah
69,78
IPM Kab.Blora
67,9
Sumber : BPS (2005-2009)
2006
70,10
70,25
68,4
2007
70,59
70,92
69,1
2008
71,17
71,60
69,6
2009
71,76
72,10
70,14
Satuan
Rp Ribu
%
Tahun
Tahun
(2005-2009)
2005
617,00
82,30
5,90
70,90
2006
621,00
82,36
6,00
71,00
2007
629,90
82,36
6,00
71,0
2008
633,90
82,97
6,00
71,13
2009
637,29
83,19
6,25
71,20
Pada bidang pendidikan Angka Partisipasi Kasar (APK) dalam kurun waktu 5
tahun (TA 2005/2006 2009/2010) menunjukkan peningkatan, baik pada jenjang
PAUD, SD/MI, SMP/MTs maupun SMA/SMK/MA. APK PAUD masih tergolong rendah,
sampai dengan tahun 2009 baru mencapai 25,49%, begitu pula pada jenjang
SMA/SMK/MA yang baru mencapai 58,81% (tahun 2009). APK SD/MI tergolong tinggi
namun cenderung menurun menjadi 104,29% pada tahun 2009, sedangkan APK
SMP/MTs cenderung meningkat menjadi 96,06% (tahun 2009). Jika dilihat kesesuaian
usia anak sekolah, tingkat partisipasi sekolah pada masing-masing jenjang masih
rendah. Pada tahun ajaran 2009/2010 APM SD/MI baru mencapai 88,43%, APM
SMP/MTs baru mencapai 67,78%, dan APM SMA/SMK/MA baru mencapai 38,41%.
Penurunan angka APM di Kabupaten Blora disebabkan sekarang ini semakin banyak
anak yang berusia kurang dari 7 tahun sudah masuk ke SD, sehingga mengurangi
angka pembilang. Perkembangan APK dan APM dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.11
RPJMD Kabupaten Blora Tahun 2010 2015
II - 8
I ndik ator
2005/
2006
2006/
2007
%
%
%
%
119,49
89,49
51,02
110,43
90,48
57,12
24,15
107,87
91,45
46,84
24,75
105,17
94,29
48,88
25,49
104,29
96,06
58,81
%
%
%
97,95
64,92
35,59
89,96
65,88
38,92
88,77
66,86
32,35
88,43
67,11
33,67
88,43
67,78
38,41
Satuan
2007/
2008
2008/
2009
2009/
2010
Blora (2005-2009)
Per
100.000
86
Kh
2
Angka Kematian Bayi
Per 1.000 Kh
7,4
3
Angka Kematian Balita
Per 1.000 Kh
6,24
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Blora (2005-2009)
82
138,28
192,8
157,39
5,4
6,1
9,1
9,9
12,09
12,6
10,6
11,09
I ndik ator
Satuan
2005
2006
2007
2008
Tingkat partisipasi angkatan
%
68,6
89,7
85,8
84,9
kerja (TPAK)
2
Rasio penduduk yang
%
94,18
94,28
93,94
93,61
bekerja
Sumber: Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kabupaten Blora (2005-2009).
2009
82,2
93,53
II - 9
cenderung meningkat dari sebanyak 23,76% pada tahun 2005 menjadi 25,04% pada
tahun 2009. Perkembangan jumlah penduduk yang memiliki lahan dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 2.14
Jum lah P enduduk yang m em iliki lahan di K abupaten Blora
Tahun 2005-2009
No
1.
I ndik ator
Satuan
2005
2006
Jumlah penduduk
Jiwa
198.689 197.466
yang memilki lahan
(Ribu)
2.
Persentase
%
23,07
22,76
Kepemilikan lahan
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Blora (2005-2009)
2007
214.991
2008
215.259
2009
248.746
23,72
22,62
25,04
I ndik ator
Satuan
2005
2006
Jumlah group Kesenian
grup
1.228
1.356
Rasio group kesenian per
0,12
0,14
10.000 penduduk
2.
Jumlah gedung kesenian
unit
1
1
Ratio jumlah gedung
0,00
0,00
kesenian per 10.000
penduduk
3.
Jumlah klub olahraga
grup
240
255
Ratio klub olahraga per
0,02
0,03
10.000 penduduk
4.
Jumlah gedung olah raga
unit
3
3
Ratio jumlah gedung olahraga
0,00
0,00
per 10.000 penduduk
Sumber : DKPPOR kabupaten Blora (Tahun 2005-2009)
2007
1.339
0,13
2008
1.366
0,14
2009
1.228
0,12
1
0,00
1
0,00
2
0,00
300
0,03
320
0,03
320
0,03
3
0,00
3
0,00
3
0,00
II - 10
II - 11
2005/
2006
2006/
2007
SD/ M I
Baik
1513
Rusak ringan
1239
Rusak berat
985
Jum lah
3737
B
SM P / M Ts
1
Baik
706
2
Rusak ringan
102
3
Rusak berat
39
Jum lah
847
Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Blora
2007/
2008
2008/
2009
2009/
2010
2009/ 2010
(% )
1394
1215
1160
3769
1945
1007
1549
4501
1907
910
844
3661
52,09
24,86
23,05
770
766
83
221
35
52
888
1039
(2005-2009)
812
77
40
929
732
85
28
845
86,63
10,06
3,31
1474
1274
1052
3800
Dalam kurun waktu lima tahun (TA 2005/2006-2009/2010) jumlah murid SD/MI
mengalami penurunan dari sebanyak 96.699 orang pada tahun ajaran 2005/2006
menjadi hanya 92.816 orang pada tahun ajaran 2009/2010. Jumlah guru SD/MI
menunjukkan kecenderungan berkurang dari sebanyak 5.884 orang pada tahun
ajaran 2005/2006 menjadi 4.994 orang pada tahun ajaran 2009/2010.
b. K eterjangkauan
Indikator keterjangkauan pelayanan pendidikan adalah Angka Partisipasi Murni
(APM). APM SD dari tahun ajaran 2005/2006 sampai dengan tahun ajaran
2009/2010 mengalami penurunan dari sebesar 97,95% pada tahun ajaran
2006/2007 menjadi 86,83% pada tahun ajaran 2009/2010. Walaupun demikian,
penurunan APM ini tidak berarti bahwa akses pendidikan mengalami penurunan,
terlihat dari APK yang tetap tinggi (diatas 100%). Rendahnya APM disebabkan
banyak anak yang belum berusia sekolah (dibawah 7 tahun) tapi sudah
dimasukkan ke sekolah. Pada jenjang SMP terjadi peningkatan APM dari sebesar
64,92% pada tahun ajaran 2005/2006 menjadi 67,78% pada tahun ajaran
2009/2010. Perkembangan APM di Kabupaten Blora dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 2.17
Angka P artisipasi M urni P ada Jenjang P endidikan Dasar
RPJMD Kabupaten Blora Tahun 2010 2015
II - 12
Selain APM, Angka putus sekolah dan angka melanjutkan menjadi salah satu
indikator keterjangkauan. Angka putus sekolah untuk jenjang pendidikan SD/MI
selama kurun waktu 5 tahun (TA 2005/2006 2009/2010) cenderung mengalami
peningkatan dari sebesar 0,09% pada tahun ajaran 2005/2006 menjadi 0,21%
pada tahun ajaran 2009/2010, termasuk kategori rendah. Sementara itu angka
putus sekolah pada jenjang dan SMP/MTs cenderung menurun dari sebesar 0,54%
pada tahun ajaran 2005/2006 menjadi 0,53% pada tahun ajaran 2009/2010.
Angka Putus sekolah untuk jenjang pendidikan SMP/MTs termasuk katagori tinggi,
karena masih diatas target angka putus sekolah Provinsi Jawa Tengah yaitu 0,22%.
Gambaran pertumbuhan angka putus sekolah pada jenjang pendidikan dasar
sebagai berikut:
Tabel 2.18
Angka P utus Sekolah P ada Jenjang P endidikan Dasar
Di K abupaten Blora Tahun Ajaran 2005/ 2006 2009/ 2010 (% )
No
1
2
Jenjang P endidikan
2005/
2006
2006/
2007
SD
SMP
0,09
0,008
0,54
0,67
Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Blora (2005-2009)
2007/
2008
2008/
2009
2009/
2010
0,1
0,63
0,08
0,56
0,21
0,53
Jenjang
P endidikan
2005/
2006
2006/
2007
Melanjutkan ke
100,0
87,7
SMP/MTs
2
Melanjutkan ke
64
78,64
SMA/SMK/MA
Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Blora (2005-2009)
2007/
2008
2008/
2009
2009/
2010
91,9
87,0
112,6
74,76
71,98
80,49
c. K ualitas
Kualitas pendidikan salah satunya diukur melalui indikator angka kelulusan. Angka
kelulusan SD/MI dan SMP/MTs di Kabupaten Blora cenderung fluktuatif. Angka
kelulusan SD (UASBN) di Kabupaten Blora relatif baik selama kurun waktu 5 tahun
(TA 2005/2006 2009/2010) dengan rata-rata sebesar 99,10%. Angka lulus UN
untuk jenjang SMP/MTs cenderung kurang baik dengan rata-rata selama kurun
RPJMD Kabupaten Blora Tahun 2010 2015
II - 13
waktu tersebut sebesar 91,72%. Gambaran Angka lulus tingkat SD/MI dan
SMP/MTs terlihat pada tabel berikut:
Tabel 2.20
Angka K elulusan UASBN SD dan UN SM P / M Ts
K abupaten Blora Tahun Ajaran 2005/ 2006 2009/ 2010 (% )
No
Jenjang
P endidikan
2005/
2006
2006/
2007
Angka Kelulusan
99,41
99,7
UASBN SD
2
Angka Kelulusan UN
99,51
83,25
SMP/MTs
Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Blora (2010)
2007/
2008
2008/
2009
2009/
2010
97,33
99,42
99,65
84,07
91,99
99,80
2008/
2009
570
51
19
640
2009/
2010
551
51
21
623
2009/ 2010
(% )
88,44
8,19
3,37
88,44
II - 14
menyekolahkan anak di tingkat SMA cukup baik. Perkembangan APM dan APS
pada jenjang SMA/SMK/MA terlihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 2.22
Angka P artisipasi M urni (AP M ) dan Angka P utus Sekolah (AP S)
Jenjang SM A/ SM K / M A K abupaten Blora
Tahun Ajaran 2005/ 2006 2009/ 2010 (% )
2005/ 2006/ 2007/ 2008/ 2009/
No
Jenjang P endidikan
2006
2007
2008
2009
2010
1
Angka Partisipasi Murni (APM)
35,59
38,92
2
Angka Putus Sekolah (APS)
1,19
1,4
Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Blora (2005-2009)
32,35
2,97
33,67
0,99
38,41
0,62
c. K ualitas
Kualitas pendidikan menengah dapat diukur melalui indikator angka kelulusan,
SMA/SMK/MA yang terakreditasi, dan jumlah guru layak mengajar. Angka
kelulusan SMA/SMK/MA di Kabupaten Blora relatif baik selama kurun waktu 2005
2009 dengan rata-rata sebesar 91,14%. Gambaran Angka kelulusan tingkat
SMA/SMK/MA terlihat pada tabel berikut:
Tabel 2.23
Angka K elulusan Ujian N asional SM A/ SM K / M A K abupaten Blora
Tahun Ajaran 2005/ 2006 2009/ 2010 (% )
Jenjang
2005
2006
2007
2008
2009
P endidikan
Angka Kelulusan
92,74
84,88
91,45
Ujian Nasional
Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Blora (2005-2009)
89,8
99,14
II - 15
II - 16
Tabel 2.24
P erkem bangan K ondisi Gizi K abupaten Blora
Tahun 2005-2009
No
Satuan
2005
2006
2007
2008
2009
Anak
1016
1239
147
204
133
0,25
1,8
2,1
026
0,38
12,7
12,6
13,8
8,02
6,3
1,9
1,94
1,93
1,99
4
Persentase Ibu hamil KEK
%
1,82
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Blora (2005-2009)
Penyakit menular dan tidak menular dari tahun 2005 2009 cenderung
mengalami peningkatan. IR (Incident Rate) DBD dari tahun 2005 2009 mengalami
peningkatan. IR DBD pada tahun 2005 sebesar 1,84 per 10.000 penduduk, meningkat
pada tahun 2009 menjadi 2,08 per 10.000 penduduk. CFR (Case Fatality Rate) atau
angka kematian akibat penyakit DBD dari tahun 2005 2009 mengalami peningkatan.
Pada tahun 2005 CFR DBD sebesar 2,6%, meningkat menjadi 3,5% pada tahun 2009.
Case Detection Rate (CDR) TB Paru pada tahun 2005 2009 cenderung menurun.
Pada tahun 2005 CDR TB Paru sebesar 39,4%, menurun menjadi 24,3% pada tahun
2008, dan mengalami peningkatan pada tahun 2009 menjadi 33,1%. Kondisi ini masih
sangat jauh dari target Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs). Angka kematian
akibat TB Paru dari tahun 2005 2009 juga mengalami peningkatan dari sebesar
2,4% pada tahun 2005 menjadi 2,8% pada 2009. Demikian pula dengan IR Diare
juga mengalami peningkatan. Pada tahun 2006 IR Diare sebesar 0,78%, meningkat
pada tahun 2009 menjadi 1,12%.
Kasus HIV AIDs pada tahun 2005 2009 mengalami peningkatan, pada tahun
2005 sebanyak 3 kasus meningkat menjadi 6 kasus pada tahun 2009. Jumlah
kematian HIV AIDs pada tahun 2009 sebesar 3 kasus atau 50%. Penyakit HIV AIDs ini
merupakan fenomena gunung es, kemungkinan besar kasus HIV AIDs yang berada di
masyarakat masih banyak. Perkembangan penyakit menular di Kabupaten Blora dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.25
P erkem bangan P enyakit M enular di K abupaten Blora
Tahun 2005-2009
No
1
Satuan
Per10.000
penduduk
%
%
2005
2006
2007
2008
2009
1,84
1,49
9,35
1,79
2,08
4,0
96,0
2,7
97,3
3,4
96,6
3,5
96,5
96,7
83,2
88,7
90,7
29,6
2,8
25,1
5,5
24,3
2,3
33,1
2,8
0,78
99,9
0,08
0,78
99,9
0,08
1,07
99,9
0,06
1,12
99,9
0,01
2
1
5
3
8
4
6
3
II - 17
2007
24
15
7
122
21
11
203
7
13
8
2008
22
18
8
120
20
9
287
11
13
7
2009
26
18
9
116
26
12
329
12
12
8
II - 18
panjang jalan berkondisi baik hanya 86,01 km, pada tahun 2009 telah mencapai
175,45 km (33,98%). Jalan yang berkondisi sedang pada tahun 2009 sebesar 58,44%,
kondisi rusak ringan sebesar 4,96%, dan sisanya kondisi rusak berat. Jalan-jalan
poros desa yang menghubungkan antar desa dan jalan usaha tani masih perlu
mendapat perhatian untuk memperlancar jalur ekonomi, memudahkan akses saprotan
dan saprodi, serta pengelolaan hasil panen, sekaligus membuka wilayah-wilayah
terisolir. Perkembangan panjang dan kondisi jalan kabupaten dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 2.27
P anjang Jalan K abupaten yang Dikelola DP U K abupaten Blora
Tahun 2005-2009
Uraian
I . Jenis P erm uk aan
a. Diaspal
b. Batu
c. Kerikil
d. Tanah
e. Tidak Diperinci
Jum lah
a.
b.
c.
d.
I I .K ondisi Jalan
Baik
Sedang
Rusak
Rusak Berat
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
I I I . K elas Jalan
Kelas I
Kelas II
Kelas III
Kelas IIIA
Kelas IIIB
Kelas IIIC
Tidak diperinci
Jum lah
Jum lah
2005
461,65
43,00
0,00
0,00
0,00
2006
461,65
43,00
0,00
0,00
0,00
2007
2008
2009
461,65
43,00
0,00
0,00
0,00
496,66
14,45
0,00
0,00
0,00
501,80
14,45
0,00
0,00
0,00
% tahun
2009
97,20
2,80
0,00
0,00
0,00
504,65
504,65
504,65
511,11
516,31
100,00
86,01
274,75
116,79
27,10
86,01
274,75
116,79
27,10
86,01
274,75
116,79
27,10
140,36
296,50
58,35
15,90
175,45
301,73
25,62
13,51
33,98
58,44
4,96
2,66
504,65
504,65
504,65
511,11
516,31
100,00
0,00
0,00
0,00
0,00
151,51
310,14
43,00
0,00
0,00
0,00
0,00
151,51
310,14
43,00
0,00
0,00
0,00
0,00
151,51
317,99
35,15
0,00
0,00
0,00
0,00
155,21
341,45
14,45
0,00
0,00
0,00
0,00
155,21
346,65
14,45
0,00
0,00
0,00
0,00
30,06
67,14
2,80
504,65
504,65
504,65
511,11
516,31
100,00
Ruas jalan provinsi di wilayah administrasi Kabupaten Blora yang dikelola oleh
Bina Marga Provinsi Jawa Tengah sepanjang 153,58 km, terdiri dari jenis permukaan
diaspal sepanjang 142,73 km dan permukaan tanah sepanjang 10,85 km. Dilihat dari
kondisinya pada tahun 2009 jalan yang berkondisi baik sebesar 39,64%, rusak sedang
41,09%, dan rusak berat 7,07%. Perkembangan panjang dan kondisi jalan provinsi di
Kabupaten Blora dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.28
P anjang Jalan P rovinsi yang dikelola Bina M arga K abupaten Blora
Tahun 2005-2009
Uraian
I.
a.
b.
c.
d.
e.
Jum lah
2005
142,73
0,00
0,00
10,85
0,00
153,58
2006
142,73
0,00
0,00
10,85
0,00
153,58
2007
2008
142,73
0,00
0,00
10,85
0,00
153,58
142,73
0,00
0,00
10,85
0,00
153,58
2009
142,73
0,00
0,00
10,85
0,00
153,58
% tahun
2009
92,94
0
0
7,06
0
100,00
II - 19
Uraian
I I .K ondisi Jalan
a. Baik
b. Sedang
c. Rusak
d. Rusak Berat
Jum lah
2005
51,42
91,31
0,00
10,85
153,58
2006
29,00
97,43
16,30
10,85
153,58
2007
2008
101,13
41,60
0,00
10,85
153,58
117,62
25,11
0,00
10,85
153,58
% tahun
2009
2009
60,88
63,11
18,74
10,85
39,64
41,09
0
7,07
153,580
100,00
0,00
0,00
0,00
60,19
82,54
0,00
10,85
153,58
0
0
0
39,19
53,74
0
7,07
I I I . K elas Jalan
a. Kelas I
b. Kelas II
c. Kelas III
d. Kelas IIIA
e. Kelas IIIB
f. Kelas IIIC
g. Tidak diperinci
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
60,19
60,19
60,19
60,19
82,54
82,54
82,54
82,54
0,00
0,00
0,00
0,00
10,85
10,85
10,85
10,85
Jum lah
153,58 153,58
153,580
153,58
Sumber: Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah (2005-2009)
100,00
Jumlah jembatan di Kabupaten Blora sebanyak 161 buah pada tahun 2007,
menjadi 163 pada tahun 2008, dan pada tahun 2009 menjadi 171 buah. Jembatan
yang berkondisi baik pada tahun 2008 sebanyak 147 buah, namun pada tahun 2009
menurun menjadi 99 buah. Jembatan yang kondisinya rusak ringan meningkat dari
sebanyak 16 buah pada tahun 2008 menjadi 47 buah pada tahun 2009. Begitu pula
jumlah jembatan yang rusak berat, meningkat dari tidak ada pada tahun 2008
menjadi sebanyak 24 buah. Panjang jembatan dalam kurun waktu dua tahun
mengalami peningkatan sepanjang 41,4 m dari sebanyak 2.580,400 m (2007) menjadi
2.621,800 m (2008). Perkembangan jumlah jembatan di Kabupatan Blora dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 2.29
Jum lah, K ondisi dan P anjang Jem batan di K abupaten Blora
Tahun 2007-2009
No
1
Uraian
2007
2008
Jumlah Jembatan (buah)
161
163
a. Baik
147
b. Rusak Ringan
16
c. Rusak berat
0
Jumlah
163
2
Panjang jembatan (m)
2.580,4
2.621.8
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Blora (2007-2009)
2009
171
99
47
24
171
Sumberdaya air yang ada di Kabupaten Blora terdiri dari mata air dan air
permukaan yang tertampung pada waduk dan embung. Pada tahun 2008 jumlah
waduk atau bendung sebanyak 10 buah dan embung sebanyak 78 buah. Saat ini
banyak waduk dan embung di Kabupaten Blora yang kurang berfungsi secara optimal.
Permasalahan umum air permukaan adalah fluktuasi yang tinggi antara musim hujan
dan musim kemarau, ini disebabkan sangat minimnya air permukaan yang meresap
kedalam tanah, sehingga perlu diupayakan secara selektif untuk membangun bendung
atau embung pada aliran sungai-sungai tersebut yang berfungsi untuk menahan laju
aliran air, sehingga lebih banyak air yang meresap kedalam tanah. Disamping itu air
permukaan yang tertampung juga dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan.
Berkaitan dengan air permukaan, sungai sungai yang ada di wilayah
Kabupaten Blora termasuk dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) Jratun Seluna, Sub-DAS
RPJMD Kabupaten Blora Tahun 2010 2015
II - 20
Lusi, Sub-DAS Juana serta DAS Bengawan Solo. Sub-DAS Lusi meliputi Kecamatan
Blora, Tunjungan, Banjarejo, Jepon, Jiken, Ngawen, Kunduran dan Todanan bagian
selatan. Sub-DAS Juana meliputi Kecamatan Todanan bagian Utara, sedangkan DAS
Bengawan Solo meliputi Kecamatan Sambong, Cepu, Kedungtuban, Kradenan,
Randublatung dan Jati. Pada bidang pertanian di Kabupaten Blora yang menyumbang
50,99% pada tahun 2009 sangat tergantung pada keberadaan sungai. Sungai sangat
potensial untuk digunakan mengairi persawahan, baik melalui sistim irigasi teknis,
setengah teknis, maupun irigasi non teknis yang sederhana.
Kabupaten Blora dikenal sebagai wilayah yang memiliki masalah dalam
ketersediaan air terutama pada saat musim kemarau. Hal ini berpengaruh pada tidak
optimalnya penggunaan Instalasi Pengolah Air Minum (IPAM) sesuai dengan kapasitas
terpasang. Pelayanan air bersih oleh PDAM di Kabupaten Blora baru mencakup 8
kecamatan dari sebanyak 16 kecamatan. Saat ini cakupan pelayanan air bersih dari
PDAM baru sekitar 35%. Jumlah pelanggan PDAM dalam kurun waktu lima tahun
(2005-2009) mengalami peningkatan dari sebanyak 8.924 pelanggan pada tahun 2005
menjadi 10.105 pelanggan pada tahun 2009. Volume air yang tersalurkan juga
menunjukkan peningkatan dari sebanyak 1.568.602 m3 (2005) menjadi sebanyak
1.681.441 m3. Perkembangan jumlah pelanggan, volume air yang terjual dan nilai
produksi dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.30
Banyaknya P elanggan P DAM di K abupaten Blora
Tahun 2005-2009
No
1
Uraian
2005
2006
2007
2008
2009
Jumlah
8.924
8.898
9.020
9.253
10.105
Pelanggan
2
Air Terjual
1.568.602
1.730.532
1.650.877
1.734.059
1.681.441
(m3)
3
Nilai produksi 2.611.100.985 3.318.140.300 3.124.654.800 3.230.777.300 4.615.500.500
(rupiah)
Sumber: Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Blora (2005-2009)
Pemanfaatan air bawah tanah sebagai sumber air bersih juga sudah dilakukan
baik untuk memenuhi kebutuhan domestik maupun non-domestik. Sayangnya kondisi
air air tanah di Kabupaten Blora agak sulit diprediksikan, hal ini terjadi akibat
mayoritas batuan terdiri dari gamping yang bersifat porous (meloloskan air) sehingga
air mudah hilang dan sukar diperkirakan arah penyebaran air tanah pada lapisan
batuan. Pengambilan air tanah dangkal oleh rumah tangga diharapkan dapat
berkurang dengan adanya rencana pengembangan atau perluasan pelayanan air
bersih dari PDAM, terutama untuk kawasan perkotaan. Selama ini karena terbatasnya
pelayanan PDAM, mayoritas masyarakat menggunakan air bersih yang berasal dari
sumur dangkal maupun sumur dalam.
Pompa irigasi dan bangunan irigasi banyak yang rusak dan hilang, demikian
juga jaringan irigasi kurang berfungsi dengan baik, oleh karena itu perlu adanya
penanganan yang serius, mengingat sektor pertanian mempunyai kontribusi yang
signifikan terhadap PDRB Kabupaten Blora.
4. P erum ahan R akyat
Kondisi perumahan di Kabupaten Blora belum belum seluruhnya ideal yang
layak huni dan memberikan kenyamanan kepada penghuninya. Pada tahun 2009
jumlah rumah di Kabupaten Blora yang telah terbangun sebanyak 233.442 unit. Dari
jumlah tersebut, sebanyak 146.183 termasuk kategori layak huni (62%), dan sisanya
87.259 tidak layak huni (38%). Sejak tahun 2009 telah diupayakan penataan rumah
kurang layak huni di beberapa desa/kelurahan, terutama untuk keluarga miskin.
RPJMD Kabupaten Blora Tahun 2010 2015
II - 21
II - 22
II - 23
II - 24
tahun 2008 mengalami peningkatan dibanding tahun 2007 yaitu jumlah kendaraan
roda dua sebanyak 159.951 buah, jumlah mobil bus sebanyak 539 buah, jumlah mobil
barang sebanyak 4.971 buah dan jumlah mobil penumpang sebanyak 5.096 buah.
Sarana transportasi inilah yang menghubungkan antara satu wilayah dengan wilayah
lainya, satu pusat pertumbuhan dengan daerah yang ada dibelakangnya, maupun satu
pusat pertumbuhan dengan pusat pertumbuhan lainnya. Moda perhubungan inilah
yang menjadikan perputaran ekonomi dan sosial semakin dinamis, mobilitas barang
dan jasa semakin cepat dan pertumbuhan ekonomi menjadi efek domino selanjutnya.
Perkembangan jumlah kendaraan bermotor di Kabupaten Blora dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 2.31
Banyaknya K endaraan Berm otor m enurut Jenisnya di K abupaten Blora
Tahun 2005 - 2009
No
1
2
3
4
Jenis
Mobil Penumpang
Mobil Beban
Mobil Bus
Sepeda Motor
Jumlah
2005
4.111
4.388
510
111.959
120.968
2006
4.371
4.625
514
138.040
147.550
2007
4.621
4.740
517
139.290
149.168
2008
5.096
4.971
539
159.951
170.557
2009
5.566
5.266
559
179.452
190.843
Uraian
Satuan
buah
2005
2006
2007
2008
2009
120
150
175
210
267
Marka jalan
10
15
20
25
30
10
10
10
Angka kecelakaan lalu lintas di Kabupaten Blora dalam kurun waktu lima
tahun menunjukkan kecenderungan meningkat dari sebanyak 25 kasus pada tahun
2005 menjadi 90 kasus pada tahun 2009, dengan jumlah korban meningkat dari
RPJMD Kabupaten Blora Tahun 2010 2015
II - 25
sebanyak 44 orang menjadi 152 orang baik yang meninggal dunia, luka berat maupun
luka ringan. Perkembangan kasus kecelakaan di Kabupaten Blora dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 2.33
Banyaknya K asus K ecelakaan di K abupaten Blora
Tahun 2005 - 2009
No
1
2
Jenis
2005
2006
2007
Jumlah kasus
25
188
160
Jumlah korban
Meninggal
22
55
35
Luka berat
11
90
40
Luka ringan
11
186
230
Jumlah
44
331
305
Sumber: Dinas Perhubungan Kabupaten Blora (2005-2009)
2008
115
2009
90
20
34
100
154
18
34
100
152
II - 26
Tabel 2.34
Luas Lahan K ritis di K abupaten Blora
Tahun 2005-2009
No
1
2
3
Uraian
2005
2006
2007
Lahan kritis
1.448,45
1.234,86
867.33
Lahan agak kritis
4.095,30
3.089,20
2.644.07
Lahan potensial
kritis
9.928,24
9.697,94
9.448.83
4
Direhabilitasi
10.836,35
12.286,35
13.348.11
Sumber: Dinas Kehutanan Kabupaten Blora (2005-2009)
2008
738,33
2.206,67
2009
833,95
4.710,25
9.112,62
14.250,73
4.538,88
16.224,78
II - 27
RTH yang perlu mendapat perhatian adalah RTH di wilayah perkotaan yang padat
kendaraan dan padat penduduk, sehingga perlu terus ditingkatkan luasannya.
Pengembangan taman kota menjadi bagian yang penting untuk meningkatkan luasan
RTH di Kabupaten Blora, selain untuk menjaga fungsi hidrologis kota, juga menambah
estetika serta kenyamanan kota.
9. P ertanahan
Menjelang akhir abad 20, masalah tanah makin menjadi isu sentral bagi
kehidupan masyarakat Indonesia. Hampir setiap hari berita-berita di media massa
melaporkan konflik-konflik pertanahan yang terjadi. Konflik-konflik ini adalah hasil dari
perubahan-perubahan cepat dalam struktur ekonomi sejak pertengahan 1980-an.
Dibandingkan dengan yang terjadi di masa lalu, konflik-konflik yang terjadi saat ini
tidak hanya terjadi pada tanah yang digunakan untuk pertanian, tetapi juga pada
tanah yang digunakan untuk semua jenis proyek pembangunan, seperti kehutanan,
real estate, pariwisata, pertambangan, bendungan, kawasan industri, padang golf,
dan sebagainya. Kebanyakan dari konflik tersebut dapat diartikan sebagai
pertentangan hak dan kepentingan antara penduduk lokal dengan kekuatan-kekuatan
luar yang berusaha keras mencari keuntungan komersil dari proyek-proyek tersebut.
Dalam banyak kasus, kepentingan penduduk lokal yang menetap atau menggarap
tanah yang bersangkutan dikorbankan atas nama kepentingan umum demi
pembangunan, karena lemahnya atau kurangnya pengakuan hukum terhadap tanah
tersebut serta lemahnya pengakuan hak-hak rakyat akan tanah.
Berdasarkan kondisi tersebut maka kebijakan pembangunan dibidang
pertanahan mempunyai peran dan nilai yang sangat strategis, hal ini sejalan dengan
Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional Dibidang
Pertanahan, melakukan langkah-langkah percepatan melalui :
a. Penyusunan Rancangan Undang-undang Penyempurnaan Undang-undang Nomor
5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria dan Rancangan
Undang-undang tentang Hak Atas Tanah serta peraturan perundang-undangan
lainnya di bidang pertanahan.
b. Pembangunan sistem informasi dan manajemen pertanahan yang meliputi :
1) penyusunan basis data tanah-tanah aset negara/ pemerintah/pemerintah
daerah di seluruh Indonesia;
2) penyiapan aplikasi data tekstual dan spasial dalam pelayanan pendaftaran
tanah dan penyusunan basis data penguasaan dan pemilikan tanah, yang
dihubungkan dengan e-government, e-commerce dan e-payment;
3) pemetaan kadasteral dalam rangka inventarisasi dan registrasi penguasaan,
pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah dengan menggunakan
teknologi citra satelit dan teknologi informasi untuk menunjang kebijakan
pelaksanaan landreform dan pemberian hak atas tanah;
4) pembangunan dan pengembangan pengelolaan penggunaan dan pemanfaatan
tanah melalui sistem informasi geografi, dengan mengutamakan penetapan
zona sawah beririgasi, dalam rangka memelihara ketahanan pangan nasional.
Untuk mewujudkan percepatan kebijakan tersebut, maka peran Pemerintah
Daerah dalam menyelenggarakan kewenangannya sangat penting dan strategis sesuai
dengan pasal 2 Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 2003, yang menyebutkan: 1).
Pemberian ijin lokasi, 2). Penyelenggaraan pengadaan tanah untuk kepentingan
pembangunan, 3). Penyelesaian sengketa tanah garapan, 4). Penyelesaian masalah
ganti kerugian dan santunan tanah untuk pembangunan, 5). Penetapan subyek dan
obyek redistribusi tanah, serta ganti kerugian tanah kelebihan maksimum dan tanah
absentee, 6). Penetapan dan penyelesaian masalah tanah ulayat, 7). Pemanfaatan
dan penyelesaian masalah tanah kosong, 8). Pemberian ijin membuka tanah, 9).
Perencanaan penggunaan tanah wilayah Kabupaten/Kota
RPJMD Kabupaten Blora Tahun 2010 2015
II - 28
Peralihan
No
2005
2006
2007
2008
2009
1.011
931
1.060
1.123
1.044
2.820
2.437
2.581
3.196
Penggabungan
Ganti sertifikat
86
115
108
108
95
Ganti nama
Wakaf
Hak milik
8
9
390
442
446
498
560
190.702
197.441
214.991
231.508
248.746
Hak Pakai
2.220
2.225
2.240
2.245
2.249
3.653
3.659
3.662
3.671
3.732
Jenis K elam in
Laki-Laki
2005
416.209
Perempuan
426.465
Jumlah
842.674
2006
416.900
427.590
844.490
2007
417.798
2008
423.181
2009
495.181
428.512
429.982
498.555
846.310
853.163
993.736
II - 29
II - 30
5. Informasi mengenai data hasil Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil atas
dirinya dan/atau keluarganya; dan
6. Ganti rugi dan pemulihan nama baik sebagai akibat kesalahan dalam Pendaftaran
Penduduk dan Pencatatan Sipil serta penyalahgunaan Data Pribadi oleh Instansi
Pelaksana.
Sesuai amanat undang-undang tersebut, maka pemerintah Kabupaten
dituntut untuk memberikan pelayanan administrasi kependudukan dan catatan sipil
secara baik sesuai dengan tuntutan masyarakat. Selama tahun 2005-2008 jumlah
pemohan akta yang meliputi akta kelahiran, perkawinan, perceraian, adopsi dan
pengakuan anak cenderung meningkat. Jumlah pemohon akta kelahiran mengalami
peningkatan dari sebanyak 17.631 orang (2005) menjadi 69.376 orang (2009).
Permohonan akta kutipan kelahiran juga meningkat dari sebanyak 256 orang pada
tahun 2005 menjadi 496 orang pada tahun 2009. Akta perkawinan pada tahun 2005
sebanyak 98 pemohon dan pada tahun 2009 menjadi 100 pemohon. Demikian pula
akta adopsi anak pada tahun 2005 sebanyak 6 pemohon, selanjutnya meningkat
menjadi 20 pemohon pada tahun 2009. Secara rinci gambaran jumlah pemohon akta
catatan sipil disajikan pada tabel berikut:
Tabel 2.37
Jum lah P em ohon Akta Di K abupaten Blora
Tahun 2005 - 2009
No
Jenia Ak ta
2005
2006
1
Akta Kelahiran
17.830
15.323
2
Akta Perkawinan
98
116
3
Akta Perceraian
7
7
4
Akta Kematian
46
31
5
Akta Pengangkatan Anak
6
7
6
Akta Kutipan Kelahiran
256
271
Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (2005-2009)
2007
35.794
104
7
41
13
297
2008
57.836
129
11
53
18
318
2009
69.376
100
11
28
20
496
Uraian
Satuan
Pemilik KTP
Orang
% Kepemilikan KTP
%
2
Pemilik KK
KK
3
Pemilik akte kelahiran
Orang
% kepemilikan akte kelahiran
%
Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
2005
2006
161.372 105.494
30,94
16,65
217.439 236.606
336.855 352.178
39,97
41,70
(2005-2009)
2007
127.531
18,65
241.201
387.972
45,84
2008
188.375
24,46
241.201
445.808
52,24
2009
349.652
46,31
284.841
515.184
51,84
II - 31
Disamping itu, sarana dan prasarana pendukung dan kemampuan SDM aparat
penyelenggara pelayanan administrasi kependudukan dan catatan sipil juga belum
sesuai harapan.
11.P em berdayaan P erem puan Dan P erlindungan Anak
Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak merupakan kebijakan
strategis, sejalan dengan Inpres Nomor 9 tahun 2000 tentang Pengarusutamaan
Gender Dalam Pembangunan Nasional dan Permendagri Nomor 15 tahun 2008
tentang Pedoman Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender Dalam Pembangunan
Daerah. Ada dua indikator utama yang menjadi tolok ukur keberhasilan peningkatan
kesetaraan gender dan keadilan gender yang dihitung berdasarkan IPG (Indeks
Pembangunan Gender) dan IDG (Indeks Pemberdayaan Gender) dengan besarnya
nilai IPG paling rendah 40 dan nilai tertinggi 80. Indikator IPG sama dengan IPM
secara terpilah antara laki-laki dan perempuan, meliputi persentase penduduk laki-laki
dan perempuan, jumlah angkatan kerja perempuan, jumlah perempuan yang bekerja
pada tingkat manajer dan terampil serta keterwakilan perempuan dalam bidang politik
baik di DPR Pusat dan DPRD.
Besarnya IPG Kabupaten Blora mengalami kenaikan dari tahun 2005 2008
yaitu dari sebesar 61,30 pada tahun 2005 menjadi 63,73 (kategori baik) pada tahun
2008. Peningkatan IPG terutama didukung oleh peningkatan angka melek huruf
perempuan, tingkat pendidikan perempuan, dan sumbangan perempuan dalam
ekonomi rumah tangga. Namun IPG Kabupaten Blora masih berada dibawah rata-rata
IPG Provinsi Jawa Tengah, yaitu sebesar 64,66 pada tahun 2008.
Besarnya nilai IDG Kabupaten Blora dari tahun 2005 2008 meningkat cukup
baik dari sebesar 60,60 pada tahun 2005 menjadi 62,49 (kategori cukup baik) pada
tahun 2008. Meningkatnya nilai IDG Kabupaten Blora terutama didukung oleh
peningkatan jumlah tenaga kerja perempuan, peningkatan penduduk perempuan yang
bekerja pada posisi manajer/pimpinan dan tenaga terampil. Besarnya IDG Kabupaten
Blora tersebut sudah berada diatas rata-rata Provinsi Jawa Tengah sebesar 59,76
pada tahun 2008. Perbandingan besarnya
IPG dan IDG Kabupaten Blora
selengkapnya dapat dilihat dari data berikut ini :
Tabel 2.39
Besarnya N ilai I P G dan I DG K abupaten Blora
Tahun 2005-2008
No
I ndeks
2005
2006
2007
2008
1
Indeks Pembangunan Gender (IPG)
61,30
62,9
63,38
63,73
2
Indeks Pemberdayaan Gender (IDG)
60,60
62,30
62,44
62,49
Sumber : Kementerian Pemberdayaan Perempuan (2005-2009)
sebesar 4,43% per tahun. Kenaikan jumlah penduduk disebabkan salah satunya oleh
meningkatnya jumlah kelahiran. Jumlah kelahiran dari tahun 20052009 mengalami
peningkatan dengan rata-rata per tahun sebesar 2,3%. Rata-rata kemampuan
perempuan untuk melahirkan (Total Fertility Rate/ TFR) di Kabupaten Blora sebesar
2,39%. Artinya Pasangan Usia Subur memiliki anak antara 2 - 3 anak.
Meningkatnya jumlah kelahiran disebabkan kesadaran masyarakat Kabupaten
Blora untuk ber-KB masih kurang. Hal ini dapat dilihat dari masih kurangnya keluarga
yang mengikuti KB. Pada tahun 2005 persentase keluarga yang menjadi peserta KB
aktif sebesar 78%, selanjutnya menurun sampai dengan tahun 2008 menjadi sebesar
76%, dan pada tahun 2009 meningkat menjadi 78%. Peserta KB aktif yang
menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang hanya sekitar 2830%. Sebagian
besar peserta KB aktif masih memilih menggunakan alat kontrasepsi hormonal, yaitu
suntik dan pil.
Jumlah KB baru dalam kurun waktu tahun 20052009 mengalami peningkatan.
Pada tahun 2009 jumlah KB baru mencapai 30.173 peserta, lebih tinggi dibandingkan
tahun 2005 (25.175 peserta KB). Pada peserta KB baru penggunaan alat kontrasepsi
hormonal masih mendominasi terutama suntik dan pil.
Peserta KB yang tidak terlayani karena ingin tunda anak dan tidak mempunyai
anak (unmetneed) di Kabupaten Blora dalam kurun waktu lima tahun mengalami
penurunan. Pada tahun 2005 unmetneed sebesar 17,21%, selanjutnya menurun pada
menjadi 11,95% pada tahun 2009. Kondisi ini masih cukup jauh dari target SPM
BKKBN yaitu sebesar 5%.
Rincian perkembangan jumlah PUS, peserta KB aktif dan KB baru, dan
unmetneed dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.40
Jum lah P asangan Usia Subur, P eserta K B aktif, P eserta K B baru,
dan Cakupan P US yang I ngin ber-K B Tidak Terpenuhi K abupaten Blora
Tahun 2005-2009
No
A
A
1
2
3
4
5
6
7
Uraian
2005
2006
Jum lah P US
177.044
180.202
P eserta K B ak tif
IUD
15.589
14.648
Pil
36.688
37.219
Kondom
1.149
1.362
MOP
3.527
3.237
MOW
6.890
7.116
Suntik
58.694
60.776
Implant
14.708
13.866
Jum lah
137.245
138.224
B
P eserta K B Baru
1
IUD
168
367
2
Pil
9.318
6.463
3
Kondom
473
855
4
MOP
0
14
5
MOW
326
406
6
Suntik
13.641
13.969
7
Implant
1.249
1.363
Jum lah
25.175
23.437
C
Cakupan PUS yang ingin
17,21
16,45
ber-KB tidak terpenuhi
(unmetneed) (%)
Sumber: BP3AKB Kabupaten Blora (2005-2009)
2007
182.611
2008
185.206
2009
186.355
14.494
37.905
1.538
3.185
7.365
61.046
14.593
140.126
14.167
38.202
1.852
3.129
7.474
61.756
15.037
141.617
14.032
36.472
2.319
3.064
7.493
66.296
15.587
145.263
121
7.439
356
6
346
14.469
1.065
23.802
16,13
272
8.986
802
4
363
14.949
1.897
27.273
12,68
487
8.125
1.193
70
849
15.673
3.776
30.173
11,95
II - 33
II - 34
12.133 orang (2005) menjadi 2.329 orang (2009); Anak terlantar menurun dari
sebanyak 11.245 orang (2005) menjadi 1.966 orang (2009); penyandang cacat
menurun dari sebanyak 7.532 orang (2005) menjadi 1.946 orang (2009).
Jenis PMKS lainnya seperti anak nakal, anak balita terlantar, anak korban
tindak kekerasan, anak jalanan, wanita korban tindak kekerasan, wanita tuna susila,
pengemis, gelandangan, korban penyalahgunaan Napza, dan keluarga rentan
jumlahnya relatif sedikit pada tahun 2009. Walaupun demikian, tetap diperlukan
perhatian dan penanganan agar jumlahnya tidak terus bertambah. Perkembangan
jumlah PMKS di Kabupaten Blora selama kurun waktu 5 tahun dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 2.42
Jum lah P enyandang M asalah K esejahteraan Sosial (P M K S)
Di K abupaten Blora
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Jenis K ecacatan
Penyandang cacat
Anak terlantar
Anak nakal
Anak Balita Terlantar
Anak korban tindak kekerasan
Wanita rawan sosial ekonomi
Anak Jalanan
Wanita Korban Tindak Kekerasan
Lanjut Usia Terlantar
Tuna Susila
Pengemis
Gelandangan
Korban penyalahgunaan Narkotika,
Psikotropika dan Zat Adiktif (Napza)
14 Keluarga Fakir Miskin
15 Keluarga Berumah Tak Layak Huni
16 Keluarga Rentan
Sumber: Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan
2005
7.532
11.245
1.896
324
55
8.316
761
150
12.133
236
93
49
34
2006
5.462
7.249
1.722
356
56
7.860
816
17
10.631
260
123
74
25
2007
6.798
11.340
1.716
960
68
11.308
804
113
10.221
277
164
129
32
2008
8.360
13.966
1.171
950
131
8.279
398
266
10.171
200
63
39
0
2009
1.946
1.966
77
512
1
1.467
67
2
2.329
51
57
27
10
57.547 65.687
68.496
96.946
21.582 21.315
19.222
3.944
722
888
989
732
Sosial Kabupaten Blora (2005-2009)
29.580
5.149
436
Sarana dan prasarana rehabilitasi sosial di Kabupaten Blora antara lain panti
sosial dan panti asuhan. Panti sosial yang ada di Kabupaten Blora menunjukkan
peningkatan dari sebanyak 14 buah pada tahun 2005 menjadi 24 buah pada tahun
2009. Jumlah penghuni panti sosial dan panti asuhan di Kabupaten Blora cenderung
meningkat dari sebanyak 622 orang pada tahun 2005 menjadi 817 pada tahun 2009.
Penanganan masalah kesejahteraan sosial di Kabupaten Blora selama ini dilakukan
oleh Pekerja Sosial Masyarakat (PSM). Jumlah PSM di Kabupaten Blora dalam kurun
waktu lima tahun menunjukkan peningkatan dari sebanyak 2.198 orang (2005)
menjadi 3.938 orang (2009) dari berbagai profesi, meliputi pegawai pemerintah,
karyawan swasta, buruh, pedagang, petani dan lain-lain. Perkembangan jumlah panti
sosial, panti asuhan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.43
Jum lah P anti Sosial dan P anti Asuhan dan P ekerja Sosial M asyarakat
K abupaten Blora
No
A
Uraian
P anti Sosial dan P anti
Asuhan
Jumlah Panti Sosial
Jumlah penghuni panti sosial
dan panti asuhan
P ek erja Sosial M asyarak at
2005
2006
2007
2008
2009
14
622
19
724
19
615
24
917
24
817
II - 35
(P SM )
Laki-laki
Perempuan
Jumlah PSM
Sumber: Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi
1964
1718
1619
3328
234
399
268
610
2198
2117
1887
3938
dan Sosial Kabupaten Blora (2005-2009)
3328
610
3938
14.K etenagakerjaan
Jumlah angkatan kerja di Kabupaten Blora setiap tahun mengalami
peningkatan, hal ini membawa dampak semakin tingginya persaingan dalam mengisi
peluang kerja yang tersedia. Pada tahun 2005 jumlah penduduk usia kerja (15 tahun
keatas) di Kabupaten Blora hanya sebanyak 642.247 orang, pada tahun 2009 telah
mencapai 698.288 orang. Tingkat partisipasi angkatan kerja mengalami peningkatan
dari sebesar 68,6% pada tahun 2005 menjadi 82,2% pada tahun 2009, seiring
dengan peningkatan angkatan kerja dari sebanyak 440.881 orang (2005) menjadi
574.284 orang (2009). Dalam kurun waktu yang sama jumlah pengangguran di
Kabupaten Blora menunjukkan peningkatan dari sebanyak 25.638 orang (5,82%)
pada tahun 2005 menjadi 37.142 orang (6,47%) pada tahun 2009. Data
ketenagakerjaan di Kabupaten Blora secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.44
Data P okok K etenagakerjaan K abupaten Blora
Tahun 2005-2009
No
1.
Uraian
Satuan
2005
2006
2007
2008
P enduduk usia 15
orang
642.247 630.410 660.847 673.265
tahun k e atas
2.
Angk atan k erja
orang
440.881 565.667 566.893 571.476
Penduduk yang
orang
415.243
533.289
532.515
534.970
bekerja
Pengangguran
orang
25.638
32.378
34.378
36.506
3.
Buk an angk atan
orang
201.366
64.743
93.954 101.789
k erja
4.
TP AK
%
68,6
89,7
85,8
84,9
5.
TP T
%
5,82
5,72
6,06
6,39
Sumber: Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kabupaten Blora (2005-2009).
2009
698.288
574.284
537.142
37.142
124.004
82,2
6,47
R incian
2008
2009
Las
15
15
Montir
15
15
Jahit
50
15
Bordir
30
15
Prosesing PHP
40
8
Jum lah
150
68
Sumber: Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kabupaten Blora (2005-2009)
Pelatihan
Pelatihan
Pelatihan
Pelatihan
Pelatihan
Uraian
Satuan
2005
2006
2007
2008
2009
1.
Besarnya UMK
Rupiah
390.000
450.000
600.000
624.000
675.000
95,00
2.
Perlindungan tenaga kerja di Kabupaten Blora masih sangat kurang. Hal ini
terlihat dari banyaknya kasus hubungan industrial yang terjadi, diantaranya
perusahaan yang bangkrut, pemutusan tenaga kerja (PHK), perselisihan tenaga kerja
dan kecelakaan kerja. Penutupan perusahaan karena bangkrut terjadi pada tahun
2005 sebanyak 1 perusahaan dan tahun 2007 sebanyak 2 perusahaan. Kasus kasus
perselisihan tenaga kerja yang berdampak PHK terjadi pada tahun 2005 sebanyak 2
orang, tahun 2006 sebanyak 3 orang, tahun 2007 sebanyak 1 orang dan tahun 2009
sebanyak 2 orang. Sementara itu kasus kecelakaan kerja terjadi pada tahun 2005
sebanyak 39 kasus, tahun 2006 sebanyak 49 kasus, tahun 2007 sebanyak 49 kasus,
tahun 2008 sebanyak 53 kasus, dan tahun 2009 sebanyak 43 kasus.
15. K operasi Dan Usaha M ikro, K ecil Dan M enengah (UM K M )
Koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat diharapkan dapat bermanfaat bagi
masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi. Koperasi bertujuan
memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya
serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan
masyarakat yang maju, adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Jumlah koperasi di Kabupaten Blora dalam kurun waktu 5 tahun (2005-2009)
menunjukkan peningkatan dari sebanyak 446 unit pada tahun 2005 menjadi 513 unit
pada tahun 2009.
RPJMD Kabupaten Blora Tahun 2010 2015
II - 37
N am a
Satuan
2005
2006
2007
2008
2009
Jum lah k operasi
unit
446
481
491
509
513
Koperasi Aktif
unit
344
378
389
408
412
Persentase
%
77,13
78,59
79,23
80,16
80,31
2)
Koperasi Tidak Aktif
unit
102
103
102
101
101
b
Jum lah m odal
101.544 127.624 162.674 173.048 196.994
k operasi (000.000
rupiah)
c
Jum lah Tenaga K erja
orang
799
802
791
791
757
K operasi
d
Jum lah Anggota
orang 115.575 120.018
72.072
72.992
73.072
k operasi (orang)
Sumber: Dinas Perindustrian, perdagangan, koperasi dan UKM Kabupaten Blora (2005-2009).
II - 38
Jum lah P erusahaan, Tenaga K erja dan M odal Usaha M ikro, K ecil
dan M enengah K abupaten Blora Tahun 2005-2009
No
A
1
Uraian
Jum lah Usaha M ik ro K ecil
dan M enengah
Jumlah usaha mikro
2
3
B
1
2
3
C
1
2
Satuan
2005
2006
2007
2008
2009
unit
2.978
3.000
3.211
3.648
4.173
unit
1.123
1.279
1.483
1.502
1.670
unit
10
10
12
15
15
Jumlah
unit
4.111
4.289
4.706
5.165
5.858
orang
2.086
2.549
2.522
3.086
4.172
orang
3.369
3.837
4.490
4.776
5.010
orang
600
780
900
1.100
1.125
orang
6.055
7.166
7.912
8.962
10.307
(jt rupiah)
(jt rupiah)
17.847
17.754
17.974
20.220
19.243
23.446
21.862
23.746
25.010
26.403
Uraian
Satuan
2005
2006
2007
2008
2009
Jumlah lembaga perbankan
unit
5
5
6
6
6
yang memberikan pinjaman
modal bagi UMKM
2
Jumlah usaha mikro, kecil
unit
148
221
573
639
482
dan menengah yang dapat
mengakses kredit/
pembiayaan bank.
Persentase
%
3,60
5,15
12,18
12,37
8,23
Sumber: Dinas Perindustrian, perdagangan, koperasi dan UKM Kabupaten Blora (2005-2009).
II - 39
Uraian
Jumlah usaha mikro yang
telah dibina
Jumlah usaha kecil yang
telah dibina
Jumlah usaha menengah
yang telah dibina
Jumlah
Persentase
Satuan
unit
2005
1.035
2006
1.420
2007
1.512
2008
1.707
2009
1.967
unit
537
665
751
749
721
unit
unit
1.572
2.085
2.263
2.456
2.688
(%)
38,24
48,61
48,09
47,55
45,89
Sumber: Dinas Perindustrian, perdagangan, koperasi dan UKM Kabupaten Blora (2005-2009).
Uraian
1
a
b
c
PMA
Jumlah Unit Usaha
Nilai Investasi
Jumlah Tenaga
Kerja yang terserap
P M DN
Jumlah Unit Usaha
Nilai Investasi
2
a
b
Satuan
2005
2006
2007
2008
2009
Unit
US$
orang
tad
tad
tad
tad
tad
tad
3
850.000
73
3
850.000
85
3
1.600.000
70
unit
Rp 000
2.569
181.563.100
13.193
584.978.733
13.261
587.564.822
12.659
554.386.705
13.403
49.963.132
II - 40
Uraian
Satuan
2005
2006
2007
Jumlah Tenaga
orang
13.880
40.658
Kerja yang terserap
Sumber: Kantor Penanaman Modal Kabupaten Blora (2005-2009).
41.347
2008
2009
53.105
63.182
Realisasi investasi non fasilitas di Kabupaten Blora pada tahun 2009 sebanyak 83
perusahaan dengan nilai investasi sebesar 10,27 milyar rupiah, dan penyerapan tenaga
kerja mencapai 995 orang. Investasi terbesar berasal dari sektor perdagangan dan
reparasi (3,57 milyar rupiah), selanjutnya sektor Perumahan, kawasan industri dan
perkantoran (2,10 milyar rupiah) dan sektor industri, logam, mesin dan elektronik (1,20
milyar rupiah). Secara rinci perkembangan realisasi investasi non fasilitas di Kabupaten
Blora dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.53
R ealisasi P enanam an M odal N on Fasilitas di K abupaten Blora
Tahun 2009
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Unit
Usaha
Industri Makanan
Industri Tekstil
Industri barang dari kulit dan alas kaki
Industri Kayu
Industri Kimia Farmasi
Industri, logam, mesin dan elektronik
Industri Kendaraan Bermotor dan alat transportasi
Industri lainnya
Listrik, gas dan air
Konstruksi
Perdagangan dan reparasi
Perumahan, kawasan industri dan perkantoran
Jumlah
Sumber: Kantor Penanaman Modal Kabupaten Blora (2005-2009).
5
1
1
8
1
8
4
1
1
10
30
14
83
N ilai I nvestasi
(Rp)
425.000.000
200.000.000
150.000.000
800.000.000
250.000.000
1.200.000.000
425.000.000
100.000.000
100.000.000
1.150.000.000
3.575.000.000
2.100.000.000
10.275.000.000
Tenaga
K erja
75
20
20
120
20
120
60
20
20
100
300
140
995
II - 41
menurun 1.228 kelompok. Secara rinci perkembangan jumlah kelompok pada masingmasing jenis kesenian yang ada di Kabupaten Blora dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.54
Jum lah Jenis K esenian yang terdapat
di K abupaten Blora Tahun 2005 2009
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Jenis K esenian
2005
2006
2007
2008
2009
Tari Tradisional
0
10
16
18
20
Rebana
266
266
266
270
280
Campursari
40
43
43
45
45
Keroncong
26
26
26
28
30
Reog/Tari rakyat
13
15
15
15
15
Kethoprak
10
10
10
13
20
Rodat
0
1
1
1
5
Solawatan
200
266
266
270
300
karawitan
95
95
95
96
100
Laras Madyo
95
95
65
69
69
Cokekan
0
0
0
0
0
Organ Tunggal
41
43
43
45
50
Group Band
40
44
49
48
50
Orkes Melayu
40
43
43
45
51
Congdut
24
26
26
28
30
Kulintang
8
9
9
9
10
Qosidah
240
266
266
266
270
Pedalangan
90
98
100
100
107
Jum lah K elom pok K esenian
1.228
1.356
1.339
1.366
1.228
Sumber : Dinas Kebudayaan, Pariwisata dan Pemuda Olah Raga Kabupaten Blora (2005-2009).
Jenis kesenian rakyat unggulan di Kabupaten Blora adalah Barongan dan tayub.
Kedua jenis kesenian rakyat tersebut sejak dulu telah merata penyebarannya di berbagai
desa, bahkan sering diadakan event-event seperti Deklarasi Barongan, Parade Barongan,
dan Festival/lomba barongan. Sampai dengan tahun 2009 di Kabupaten Blora setidaknya
terdapat sebanyak 425 group Barongan, meningkat dibandingkan tahun 2008 (400 group),
tahun 2007 (275 group), tahun 2006 (250 group), dan tahun 2005 (100 group). Pada
event parade seni dalam rangka HUT Provinsi Jawa Tengah kesenian barongan mendapat
juara I. Kesenian tayub di Kabupaten Blora juga menyebar secara merata di seluruh
wilayah. Pada event Borobudur International Festival (BIF) tahun 2009 kesenian tayub
dikolaborasikan menjadi ledhek barongan gaya baru, Kabupaten Blora menjadi juara I
tingkat Jawa Tengah kemudian maju ke tingkat nasional mendapat juara penyaji terbaik I,
penata iringan/gamelan terbaik I, dan penyaji sutradara terbaik I.
Benda cagar budaya di Kabupaten Blora cukup banyak, yang terbagi kedalam benda
bergerak dan benda tidak bergerak. Benda purbakala bergerak meliputi Arca, Prasasti,
Yoni, Alat Upacara, dan senjata tajam. Sementara itu yang termasuk benda purbakala
tidak bergerak yaitu Petilasan, Petirtaan, Monumen, Situs, Masjid kuno, Bangunan Kuno,
dan Gua. Jumlah benda cagar budaya, baik benda bergerak maupun benda tidak
bergerak dalam kurun waktu lima tahun (2005-2009) tidak mengalami perubahan, yaitu
sebanyak 46 buah benda purbakala bergerak dan 93 buah benda purbakala tidak
bergerak. Secara rinci jumlah masing-masing jenis benda purbakala di Kabupaten Blora
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.55
Jum lah Benda P urbakala yang terdapat
di K abupaten Blora Tahun 2005 2009
RPJMD Kabupaten Blora Tahun 2010 2015
II - 42
No
A
1
a
b
c
d
e
f
g
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Satuan
2005
2006
2007
2008
2009
9
1
1
0
11
0
24
46
9
1
1
0
11
0
24
46
9
1
1
0
11
0
24
46
9
1
1
0
11
0
24
46
9
1
1
0
11
0
24
46
buah
buah
buah
buah
buah
buah
buah
buah
41
41
5
5
0
0
2
2
4
4
2
2
1
1
29
29
7
7
2
2
93
93
Raga Kabupaten
41
41
41
5
5
5
0
0
0
2
2
2
4
4
4
2
2
2
1
1
1
29
29
29
7
7
7
2
2
2
93
93
93
Blora (2005-2009).
Jumlah organisasi yang dibina di Kabupaten Blora selama kurun waktu 2005
2009 menunjukan peningkatan, dari sebanyak 156 organisasi (2005) menjadi 214
organisasi (2009). Hal ini berarti bahwa perhatian pemerintah daerah terhadap
organisasi kepemudaan dan generasi muda cukup besar. Pemerintah daerah
meningkatkan perhatian dan kemampuan pemuda melalui pemberian pelatihan
kepemimpinan, ketrampilan manajemen dan kegiatan yang lain, seperti terlihat pada
tabel berikut :
Tabel 2.56
Jum lah Organisasi P em erintah yang M em peroleh perhatian dari P em erintah
Tahun 2005 2009
No
1
Uraian
Satuan
2005
2006
2007
2008
Jumlah organisasi kepemudaan yang
buah
156
168
178
193
telah dibina
2
Jumlah organisasi kepemudaan yang
buah
236
179
254
328
belum dibina
3
Jumlah organisasi kepemudaan yang
buah
72
84
97
116
mendapatkan pelatihan
kepemimpinan, manajemen
4
Jumlah organisasi kepemudaan yang
buah
56
68
75
81
difasilitasi dalam memenuhi
kualifikasi berdasarkan standar
organisasi kepemudaan
5
Jumlah pemuda yang difasilitasi
orang
36
47
58
63
dalam peningkatan kapasitas
kegiatan Pendidikan dan pelatihan
dasar kepemimpinan
6
Jumlah kegiatan aksi bhakti social
kegiatan
12
16
21
27
kepemudaan
7
Jumlah kegiatan Fasilitasi temu
kegiatan
8
14
18
23
wicara organisasi kepemudaan
8
Jumlah pemuda yang difasilitasi
orang
60
80
100
140
dalam Penyuluhan pencegahan
penggunaan narkoba dikalangan
generasi muda
9
Jumlah kegiatan fasilitasi lomba
kegiatan
6
9
15
21
kreasi dan karya tulis ilmiah
dikalangan pemuda
10 Jumlah pemuda yang mengikuti
orang
200
230
270
310
pelatihan kader pemuda pelopor
keamanan lingkungan
11 Jumlah kegiatan fasilitasi pameran
kegiatan
2
6
8
10
prestasi hasil karya pemuda
12 Jumlah pemuda yang difasilitasi
orang
150
180
200
225
sebagai kader kewirausahaan
13 Jumlah kegiatan penyuluhan
kegiatan
18
27
36
54
pencegahan penyalahgunaan
narkoba bagi generasi muda
Sumber : Dinas Kebudayaan, Pariwisata dan Pemuda Olah Raga Kabupaten Blora (2005-2009).
II - 44
2009
214
421
127
93
76
35
27
180
25
350
12
250
70
Uraian
Satuan
2005
2006
2007
2008
KNPI
buah
1
1
1
1
AMPI
buah
2
7
3
5
Pemuda Ansor
buah
7
7
7
9
Pemuda Muhammadiyah
buah
12
16
18
24
Pramuka (Gugus Depan)
buah
73
78
86
88
KUPP
buah
12
28
Karang Taruna
buah
184
206
257
310
KOSGORO
buah
26
37
48
56
Jum lah
buah
305
352
432
521
Sumber : Dinas Kebudayaan, Pariwisata dan Pemuda Olah Raga Kabupaten Blora (2005-2009).
2009
1
6
14
31
96
47
368
72
635
Uraian
Peringkat Kejuaraan
Satuan
ranking
2006
18
2007
16
2008
13
2009
9
Orang
98
116
127
136
Orang
28
34
42
57
Perolehan Medali
Medali Emas
Buah
14
Medali Perak
buah
12
15
20
Medali Perunggu
Buah
16
16
18
23
Jum lah
Buah
172
200
224
259
Sumber : Dinas Kebudayaan, Pariwisata dan Pemuda Olah Raga Kabupaten Blora (2005-2009).
Jumlah klub olahraga di Kabupaten Blora juga cukup banyak. Beberapa klub
olahraga bahkan memiliki reputasi tingkat nasional dan internasional. Atlet berprestasi
Kabupaten Blora di tingkat nasional cukup banyak. Jumlah atlet yang memiliki prestasi di
tingkat nasional menurut cabang olahraga terlihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 2.59
P restasi Atlet K abupaten Blora di Tingkat N asional dan P rovinsi
Tahun 2005 2009
RPJMD Kabupaten Blora Tahun 2010 2015
II - 45
No
1
2005
2006
2007
2008
2009
Sepakbola
11
16
Bola Volley
10
14
20
Bulutangkis
12
Tenis Lapangan
11
16
Tenis Meja
Bola Basket
16
Jum lah
15
22
32
60
88
Tingk at provinsi
Sepakbola
14
17
23
27
30
Bola Volley
18
22
27
30
38
Bulutangkis
12
Tenis Lapangan
10
12
16
Tenis Meja
14
20
Bola Basket
12
20
27
36
Jum lah
53
70
95
119
152
Sumber : Dinas Kebudayaan, Pariwisata dan Pemuda Olah Raga Kabupaten Blora (2005-2009)
Sarana prasarana olahraga yang ada di Kabupaten Blora antara lain GOR/
lapangan Sepak Bola standar nasional sebanyak 5 unit. Kondisi ini menunjukkan
bahwa sarana dan prasarana belum tersedia secara memadai.
19.K esatuan Bangsa Dan P olitik Dalam N egeri
Partisipasi masyarakat dalam proses demokrasi di wilayah Kabupaten Blora
termasuk dalam kategori yang cukup baik (diatas 70%). Pelaksanaan pesta demokrasi
(PEMILU) baik pemilu legislatif, pemilihan presiden, pemilihan umum kepala daerah
cenderung tertib namun tingkat partisipasi pemilihnya cenderung turun. Data yang
ada menunjukkan bahwa presentase golput pada pelaksanaan pemilihan umum sejak
tahun 2004 dan 2009 mengalami peningkatan. Jumlah partai politik yang terdaftar
sebagai peserta pemilu 2009 di Kabupaten Blora ada sebanyak 44 partai. Data
mengenai persentase golput secara lebih lengkap tersaji pada grafik berikut:
Grafik 2.1
P ersentase Golput pada P em ilihan Um um
di K abupaten Blora
Sampai tahun 2009 organisasi yang terdata secara resmi ada 256 organisasi
yang terdiri dari ormas, LSM, OKP dan Partai Politik. Pertumbuhan organisasi massa
yang ada dari tahun ke tahun di Kabupaten Blora tidak mengalami peningkatan sejak
tahun 2007. Organisasi massa tersebut bergerak dalam berbagai bidang kegiatan,
RPJMD Kabupaten Blora Tahun 2010 2015
II - 46
II - 47
mengalami kekeringan dan rawan air bersih. Kondisi wilayah yang mempunyai
ancaman bencana seharusnya memiliki rancangan aksi daerah pengurangan risiko
bencana, sampai saat ini Kabupaten Blora belum memiliki dokumen tersebut. Jumlah
relawan bencana/satgana yang ada hanya 32 orang.
20.Otonom i Daerah, P em erintahan Um um , Adm inistrasi K euangan Daerah,
P erangkat Daerah, K epegaw aian Dan P ersandian
Kebijakan otonomi seluas-luasnya bagi pemerintah kabupaten/kota,
sebagaimana
diamanatkan UndangUndang
Nomor 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah adalah dalam mendorong percepatan peningkatan
kesejahteraan masyarakat dan demokratisasi di daerah, termasuk Kabupaten Blora.
Penjabaran urusan kewenangan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007
tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota maka Pemerintah Kabupaten
Blora harus melaksanakan
sebanyak 26 urusan wajib dan 8 urusan pilihan.
Penyelenggaraan urusan tersebut setiap tahun dilaporkan kepada pemerintah provinsi
dan pusat serta masyarakat dalam bentuk Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah (LPPD), Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) dan Informasi
Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (ILPPD) sebagaimana diatur menurut
Peraturan Pemerintah Nomor 3 tahun 2007 tentang Pedoman Laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan
Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada DPRD, dan Informasi Laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat.
Dalam rangka pemantapan
peraturan perundangan di daerah, maka
penyusunan Perda dan Perbup Kabupaten Blora dari tahun 2005 2009 semakin
ditingkatkan, dengan perincian sebagai berikut :
No
1
2
3
4
Tabel 2.60
Jum lah P erda dan P erbup K abupaten Blora
Tahun 2005 2009
P roduk Hukum
2005
2006
2007
2008
Perda
13
7
11
9
Perbup
33
35
63
89
Keputusan Bupati
1.896
1.795
1.890
2.400
Instruksi Bupati
4
1
1
0
2009
3
71
1.196
0
II - 48
2) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 19 Tahun 2008 tentang SPM
Bidang Lingkungan Hidup daerah provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota.
3) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 62 Tahun 2008 tentang SPM Bidang
Pemerintahan Dalam Negeri di Kabupaten/Kota.
4) Peraturan Menteri Sosial Nomor 129 tahun 2008 tentang SPM Bidang Sosial
Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota.
5) Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 22 Tahun 2008 tentang SPM
Bidang Perumahan Rakyat.
6) Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Nomor 1 Tahun 2009
tentang SPM Pusat Pelayanan Terpadu Bagi saksi dan/ Korban Tindak Pidana
Perdagangan Orang di Kabupaten/Kota, dan Peraturan Menteri Negara
Pemberdayaan Perempuan Nomor 1 tahun 2010 tentang SPM Bidang Pelayanan
Terpadu Bagi Perempuan dan Anak Korban Kekerasan di Kabupaten/Kota.
7) Peraturan Kepala BKKBN Nomor 55 Tahun 2010 tentang SPM Bidang Keluarga
Berencana dan Keluarga Sejahtera di Kabupaten/Kota.
8) Permen Diknas Nomor 15 Tahun 2010 tentang SPM Pendidikan Dasar di
Kabupaten/Kota.
Peningkatan pelayanan publik diselenggarakan semakin baik, berpartisipasi
masyarakat dalam penilaian kinerja penyelenggaraan urusan melalui monitoring
capaian SPM dan dengan pengukuran Indek Kepuasan Masyarakat (IKM) dalam
pelayanan yang diterima masyarakat secara langsung.
Tantangan pembangunan daerah kedepan semakin kompleks dan rumit,
mengingat perubahan lingkungan strategis,
perkembangan globalisasi
dan
perdagangan bebas. Pelaksanaan China-Asian Free Trade Area (C-AFTA) tahun 2010
dan North American Free Trade Area (NAFTA) dan liberalisasi sektor keuangan dan
pasar modal menjadi tantangan bagi daerah untuk dapat memperbaiki kebijakan pro
investasi, menciptakan iklim usaha yang kondusif dan peningkatan prasarana dan
sarana dasar.
P em erintahan Um um
Penyelenggaraan pemerintahan umum mengacu pada reformasi birokrasi dan
profesionalisme aparatur, sebagaimana diamanatkan UU Nomor 25 tahun 2009
tentang Pelayanan Publik. Penyelenggaraan pelayanan publik yang akuntabel,
transparan dan partisipatif bertumpu pada penyelenggaraan kepemerintahan yang
baik. Pelayanan publik yang berkualitas mencerminkan citra aparatur pemerintah dan
pelayanan yang profesional.
Berdasarkan SOTK Kabupaten Blora penyelenggaraan pemerintahan
dilaksanakan oleh Lembaga Teknis Daerah (Lemtekda) sebanyak 11 unit, Dinas
sebanyak 11 unit, Kecamatan sebanyak 16 unit dan kelurahan sebanyak 24 unit.
Penyelenggaraan pemerintahan desa dilaksanakan oleh Pemerintah Desa sebanyak
271 unit.
Peningkatan pelayanan publik yang lebih berkualitas dilakukan oleh Pemerintah
Kabupaten Blora dengan membentuk pelayanan perijinan terpadu dalam bentuk
Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (One Stop Services/OSS) dan peningkatan
pelayanan dengan teknologi informasi (TIK) mutlak diperlukan. Jumlah perijinan yang
dilayani secara terpadu sebanyak 14 perijinan. Selain itu, pelayanan bidang-bidang
lainnya semakin ditingkatkan, antara lain administrasi kependudukan dan akta
pencatatan sipil, pelayanan air bersih, pelayanan persampahan, pemadam kebakaran
dan lain sebagainya.
Kendala yang terdapat di Kabupaten Blora, dalam upaya meningkatkan
pelayanan publik adalah terbatasnya prasarana dan sarana SKPD, kesiapan aparatur
pemerintah daerah, peningkatan pelayanan secara digital (e-governance) dan
kesenjangan perkembangan antar perdesaan dengan perkotaan. Keterbatasan ini
RPJMD Kabupaten Blora Tahun 2010 2015
II - 49
II - 50
berjumlah 9.879 orang, terdiri dari laki-laki sebanyak 5.730 orang (58%) dan
perempuan sebanyak 4.149 orang (42%). Dengan jumlah penduduk sebanyak
847.047 jiwa. Perbandingan jumlah aparatur dengan penduduk diketahui sebesar 1 :
85, termasuk kategori baik (menurut Prof Sofian Effendi (2005) perbandingan ideal
aparatur dibanding dengan penduduk adalah 50-100 orang).
Pendidikan PNS di Kabupaten Blora tergolong baik, terutama diketahui dari
jumlah PNS yang berpendidikan tinggi Sarjana (S1) dan Magister (S2). Pada tahun
2009 jumlah PNS yang berpendidikan Sarjana sebanyak 3.706 orang dan
berpendidikan Magister sebesar 201 orang. Sebagian besar PNS berada pada
golongan III 4.636 orang, dan golongan IV sebanyak 3.262 orang. Kondisi ini
menunjukkan bahwa potensi PNS untuk dapat lebih mengarahkan penyelenggaraan
pemerintahan sesuai dengan aspirasi masyarakat tergolong besar. Perincian PNS
Kabupaten Blora berdasarkan tingkat pendidikan yang ditamatkan dan golongannya,
adalah sebagai berikut :
Tabel 2.61
Jum lah P egaw ai N egeri Sipil di K abupaten Blora Berdasarkan
Tingkat P endidikan dan Golongan K abupaten Blora
Tahun 2005-2009
No
K riteria P egaw ai
2005
2006
2007
1
Pendidikan SD
709
695
587
2
Pendidikan SLTP
435
456
424
3
Pendidikan SLTA
3.648
3.596
3.419
4
Pendidikan D-II / D- III
2.717
2.742
2.387
5
Pendidikan S-1
2.396
2.411
2.854
6
Pendidikan S-2
76
98
151
7
Golongan I
342
267
190
8
Golongan II
2.470
2.286
1.998
9
Golongan III
5.712
5.951
5.589
10 Golongan IV
1.457
1.494
2.045
Sumber : Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Blora (2005-2009)
2008
560
452
3.177
2.647
3.244
187
220
2.221
5.378
2.603
2009
543
467
2.317
3.247
3.706
201
366
2.224
4.636
3.262
P ersandian
Urusan persandian merupakan salah satu kewenangan untuk melakukan
komunikasi secara vertikal yaitu dengan pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan
pemerintah provinsi dengan kabupaten/kota. Kabupaten Blora sudah memiliki
pelayanan persandian yang merupakan bagian dari Bagian Umum dan Perlengkapan
Setda. Bagian persandian belum optimal dalam mengelola persandian yang belum
sepenuhnya diterapkan, sehingga persandian masih sebatas sarana komunikasi antar
pemerintah, baik secara vertikal dan antar SKPD.
21.K etahanan P angan
Ketahanan pangan mencakup tentang ketersediaan bahan pangan, akses
terhadap pangan dan pemanfaatan pangan sebagai aspek utama penopang
ketahanan pangan serta menghubungkan aspek tersebut dengan kepemilikan aset
rumah tangga, strategi penghidupan dan lingkungan politik, sosial dan ekonomi.
Dengan kata lain ketahanan pangan suatu rumah tangga atau individu ditentukan oleh
interaksi dari faktor lingkungan pertanian, sosial ekonomi dan politik.
Penyediaan bahan pangan di Kabupaten Blora secara umum mencukupi.
Beberapa bahan pangan produksinya sangat besar, diantaranya beras, jagung, ubi
kayu, dan telur ayam. Seperti diketahui, kabupaten Blora memberikan kontribusi yang
besar dalam produksi komoditas pangan tersebut terhadap produksi regional Provinsi
Jawa Tengah. Beberapa komoditas pangan lainnya seperti kedelai, kacang tanah, ubi
jalar, daging sapi dan susu produksinya sedikit. Ketersediaan bahan pangan di
Kabupaten Blora kondisinya hampir sama dengan jumlah produksi, namun dengan
RPJMD Kabupaten Blora Tahun 2010 2015
II - 51
jumlah yang lebih sedikit. Perkembangan produksi dan ketersediaan bahan pangan di
Kabupaten Blora dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.62
P roduksi dan K etersediaan Bahan P angan di K abupaten Blora
Tahun 2005-2009
N o Uraian
A
P roduk si (ton)
1.
Beras
2.
Jagung
3.
Kedelai
4.
Kacang Tanah
5.
Ubi kayu
6.
Ubi jalar
7.
Daging sapi
8.
Telur ayam
9.
Susu
B
K etersediaan (ton)
1.
Beras
2.
Jagung
3.
Kedelai
4.
Kacang Tanah
5.
Ubi kayu
6.
Ubi jalar
7.
Daging sapi
8.
Telur
9.
Susu
Sumber: Kantor Ketahanan Pangan
2005
2006
2007
2008
2009
185.182
273.297
4.765
5.560
17.236
6.118
732
29.498
16
232.982
177.827
5.485
2.900
6.321
19.108
693
31.729
16
534.868
284.730
3.874
3.630
17.987
4.888
623
29.376
17
265.053
298.932
11.577
3.677
21.083
5.611
774
29.400
19
236.872
329.536
4.482
4.178
25.411
2.917
979
33.372
14
117.541
148.461
444.612
257.752
167.542
268.524
4.427
5.074
3.584
5.114
2.652
3.331
16.336
5.990
17047
5.797
18.112
4.633
732
693
774
9.180
17.757
19.193
15.973
15.242
16.415
Kabupaten Blora (2005-2009)
177.441
282.028
10.833
3.375
19.981
5.318
798
19.196
18.080
158.575
310.901
4.194
3.835
24.683
2.765
877
19.055
17.995
II - 52
Uraian
Jumlah Posyandu
Satuan
Unit
2005
1182
2006
1240
2007
1272
2008
1209
2009
1264
II - 53
Uraian
Tenaga pengelola k earsipan
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Jum lah arsiparis
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
2005
2006
2007
2008
2009
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
2
2
2
1
3
3
1
4
3
1
4
2
2
II - 54
Uraian
2005
2006
2007
P engirim an Surat
Dalam dan Luar N egeri
1
Dalam negeri
Dikirim
424.527
864.653
249.433
Diterima
426.497
895.464
250.497
2
Luar negeri
Dikirim
1.250
1.516
1.220
Diterima
1.347
1.601
1.340
B
P engirim an W ark at
P os, K artu P os dan
P ak et P os Dalam N egeri
1
Dikirim
Warkat Pos dan Kartu Pos
421.314
524.371
207.436
Paket
13.298
14.441
13.994
2
Diterima
Warkat Pos dan Kartu Pos
431.614
526.141
214.536
Paket
14.257
15.671
14.861
Sumber: Dinas Komunikasi dan Informasi Kabupaten Blora (2005-2009).
2008
2009
290.881
302.941
276.326
304.427
1.430
1.545
1.440
1.560
218.472
14.976
220.642
15.641
218.942
15.141
231.743
15.971
II - 55
sampai dengan tahun 2009 sebanyak 9.456 Saluran Sambungan Telepon (SST),
meliputi 9.276 pelanggan rumah tangga, 40 pelanggan perusahaan, dan 140
pelanggan kantor/dinas. Pelayanan telekomunikasi bagi masyarakat umum juga
dilayani melalui warung telekomunikasi (Wartel) sebanyak 110 unit. Jumlah desa yang
memiliki akses jaringan telepon sebanyak 295 desa. Di Kabupaten Blora juga telah
banyak berkembang teknologi internet yang banyak dimanfaatkan oleh kaum muda,
terutama pelajar dan mahasiswa. Pelayanan internet bagi masyarakat sampai dengan
tahun 2009 dilakukan oleh sebanyak 115 unit warung internet (Warnet). Penyebaran
warung internet selama ini masih berpusat di wilayah perkotaan dan kecamatan.
Jumlah desa yang memiliki akses jaringan internet baru sebanyak 16 desa.
Di Kabupaten Blora penggunaan telepon seluler telah berkembang dengan
pesat. Dalam kurun waktu lima tahun (2005-2009) telah didirikan sebanyak 85 buah
tower komunikasi dari sebanyak 10 perusahaan operator, yaitu PT Indosat, PT
Telkomsel, PT Excel Comindo Pratama, PT Tower Bersama, PT Hutchinson CP Telkom,
PT Dian Swastatika Santosa, PT Delta Comsel, PT ST 1, PT Protelindo, dan PT HCPT.
Keberadaan tower komunikasi ini meningkatkan kapasitas signal masih-masing
operator telepon seluler, sehingga memperlancar komunikasi bagi para pelanggannya.
Pelayanan informasi di Kabupaten Blora antara lain dilakukan melalui radio,
surat kabar, dan majalah. Jumlah stasiun radio yang ada di Kabupaten Blora pada
tahun 2009 sebanyak 11 unit pada gelombang FM dan 1 unit gelombang AM. Jumlah
kabar yang beredar di Kabupaten Blora pada tahun 2009 sebanyak 1 buah surat kabar
lokal dan 26 buah surat kabar lokal. Sementara itu jumlah majalah yang beredar di
Kabupaten Blora sebanyak 1 buah majalah nasional dan 1 majalah lokal. Informasi di
Kabupaten Blora juga dapat diperoleh melalui televisi dengan jumlah TV chanel yang
dapat diterima sebanyak 12 chanel.
Penyebaran informasi pembangunan daerah bagi masyarakat yang dilakukan
oleh pemerintah Kabupaten Blora melalui teknologi informasi selama ini masih sangat
minim. Website pemerintah daerah Kabupaten Blora yang resmi hanya satu yang
pengelolaannya dilakukan oleh Sekretariat Daerah (www.blora.go.id). Terdapat pula
beberapa SKPD yang menggunakan blog sebagai website untuk penyampaian
informasi bagi masyarakat, diantaranya Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga
(www.disdikblora.co.cc),
Dinas
Komunikasi
dan
Informasi
(diskominfoblora.blogspot.com),Kantor
Ketahanan
Pangan
(www.kantorketahananpanganblora.blogspot.com),
Bagian
Humas
Setda
(www.humasblora.blogspot.com),
dan
Dinas
Pertambangan
dan
Energi
(www.distambenblora.blogspot.com).
26.P erpustakaan
Perpustakaan sebagai salah satu tempat yang menyediakan bahan bacaan
sebagai sumber pengetahuan. Di Kabupaten Blora terdapat berbagai jenis
perpustakaan, antara lain perpustakaan daerah, perpustakaan kecamatan,
perpustakaan desa/kelurahan, taman bacaaan masyarakat, perpustakaan sekolah
(SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA/SMK), perpustakaan instansi khusus, dan
perpustakaan agama. Jumlah perpustakaan di Kabupaten Blora dalam kurun waktu 5
tahun (2005-2009) menunjukkan peningkatan dari sebanyak 178 unit pada tahun
2005 menjadi 261 unit pada tahun 2009. Jumlah perpustakaan tersebut belum
memadai, terutama perpustakaan daerah (1 unit), perpustakaan kecamatan (5 unit
dari 16 kecamatan), perpustakaan desa/kelurahan (29 unit dari sebanyak 295
desa/kelurahan). Rincian mengenai jumlah perpustakaan di Kabupaten Blora dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.66
Jum lah P erpustakaan di K abupaten Blora
Tahun 2005-2009
RPJMD Kabupaten Blora Tahun 2010 2015
II - 56
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jenis P erpustakaan
Perpustakaan Daerah
Perpustakaan Kecamatan
Perpustakaan Desa/Kelurahan
Taman Bacaan Masyarakat
Perpustakaan SD/MI
Perpustakaan SMP/MTs
Perpustakaan SMA/MA/SMK
Perpustakaan Instansi/Khusus
Perpustakaan Agama
Perpustakaan Keliling
Jumlah
2005
1
0
7
3
25
72
62
1
5
2
178
2006
1
0
7
4
25
71
55
1
5
3
172
2007
1
5
13
4
35
75
56
1
5
3
198
2008
1
5
13
5
45
95
57
1
5
4
231
2009
1
5
29
5
47
102
62
1
5
4
261
Minat baca masyarakat dapat dilihat dari jumlah pengunjung perpustakaan dan
jumlah anggota perpustakaan. Jumlah pengunjung perpustakaan daerah Kabupaten
Blora dalam kurun waktu 5 tahun (2005-2009) menunjukkan peningkatan dari
sebanyak 84.896 orang pada tahun 2005 menjadi 127.232 orang pada tahun 2009.
Sebagian besar pengunjung perpustakaan adalah masyarakat umum, selanjutnya
siswa SMA dan siswa SD. Sementara itu jumlah anggota perpustakaan daerah dalam
kurun waktu yang sama cenderung menurun dari sebanyak 782 orang (2005) menjadi
600 orang (2009), walaupun sempat mengalami peningkatan sampai dengan tahun
2008. Anggota perpustakaan sebagian besar adalah siswa SMA, selanjutnya
masyarakat umum, dan PNS. Perkembangan jumlah pengunjung dan anggota
perpustakaan daerah Kabupaten Blora dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.67
Jum lah pengunjung dan Anggota P erpustakaan daerah K abupaten Blora
Tahun 2005-2009
No
A
1
2
3
4
5
6
2009
24.432
23.313
27.387
9.581
12.617
29.902
127.232
48
62
248
41
78
123
600
II - 57
2005
2006
2007
2008
2009
R ata-rata
r (% )
8,80
-0,66
10,10
0,48
-1,94
0,94
-17,78
14,04
II - 58
namun pada tahun 2009 produksinya menurun menjadi 2.361 kuintal. Produksi tomat
juga menunjukkan peningkatan dari sebanyak 18.515 kuintal pada tahun 2005
menjadi 28.137 kuintal pada tahun 2008, namun pada tahun 2009 mengalami
penurunan menjadi 8.683 kuintal. Untuk jenis sayur-sayuran yang lain seperti cabe
rawit, ketimun, dan terung produksinya cenderung mengalami peningkatan dalam
kurun waktu lima tahun. Sementara itu untuk jenis sayuran bayam, kacang panjang,
dan kangkung produksinya mengalami penurunan.
Jenis buah-buahan yang dapat tumbuh di Kabupaten Blora antara lain Mangga,
Pisang, Nanas, Pepaya, Jambu air, Rambutan, Durian, Jeruk, Jeruk besar, Alpukat,
Belimbing, Jambu biji, Nangka, Salak, Sawo, Sukun, Sirsak, dan Melinjo. Diantara
berbagai jenis buah-buahan tersebut, produksi buah paling banyak adalah mangga,
pisang dan nangka. Buah nangka dalam kurun waktu tahun 2005-2009 produksinya
cenderung meningkat dari sebanyak 51.005 kuintal (tahun 2005) menjadi 52.835
kuintal (tahun 2009). Dalam kurun waktu yang sama produksi buah mangga
cenderung mengalami penurunan dari sebanyak 362.246 kuintal pada tahun 2005
menjadi 223.940 kuintal pada tahun 2009. Buah pisang produksinya juga cenderung
menurun dari sebanyak 912.518 kuintal menjadi 324.647 kuintal. Penurunan produksi
pisang ini disebabkan nilai jual pisang yang tergolong rendah dibandingkan jenis buah
lainnya. Jenis buah lain yang mengalami peningkatan produksi dalam kurun waktu
tahun 2005-2008 adalah rambutan dan sawo, nanas, jeruk besar, dan melinjo.
Sementara itu untuk jenis buah lainnya seperti pepaya, jambu air, sukun, sirsak, salak,
dan alpukat jumlah produksinya cenderung menurun. Perkembangan produksi jenis
tanaman hortikultura di Kabupaten Blora dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.69
Jum lah P roduksi P ertanian Tanam an Hortikultura di K abupaten Blora
Tahun 2005-2009 (dalam kuintal)
No
A
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
B
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Jenis K om oditas
Sayur-sayuran
Bawang merah
Cabe merah
Cabe rawit
Ketimun
Tomat
Kacang merah
Terung
Bayam
Kacang Panjang
Kangkung
Buah-buahan
Mangga
Pisang
Nanas
Pepaya
Jambu air
Rambutan
Durian
Jeruk
Jeruk besar
Alpukat
Belimbing
Jambu biji
Nangka
2005
2006
2007
2008
2009
Rata-rata
r (% )
20.993
75.102
10.966
4.463
18.515
18.515
15.741
7.411
23.496
23.974
15.721
78.974
8.526
4.048
25.091
25.091
11.225
4.529
12.451
27.813
7.536
89.898
10.717
6.741
24.040
24.040
23.235
5.453
21.820
20.806
7.294
60.562
13.873
7.353
28.137
29.090
20.967
4.426
15.409
19.593
13.796
22.121
2.007
2.140
8.683
2.361
2.194
3.740
6.871
3.645
2,19
-19,28
-13,16
-1,15
-5,19
-9,89
-5,25
-13,20
-14,14
-24,10
362.246
912.518
35
18.470
4.726
2.174
3.621
130.272
0
23
3.601
11.634
51.005
439.813
364.957
68
16.245
3.302
2.873
4.360
110.013
1.413
32
3.364
12.422
77.592
486.787
167.772
68
17.969
3.025
2.890
5.335
112.297
850
35
3.241
5.958
54.996
403.758
324.647
1.194
18.095
4.704
4.423
3.294
92.264
1.453
22
2.227
7.155
140.938
223.940
299.396
126
15.935
2.561
2.540
2.182
58.934
1.416
24
3.301
20.559
52.835
-7,37
-7,08
59,86
-3,17
-7,14
10,80
-7,31
-16,86
0,14
5,11
1,68
40,54
29,19
II - 59
No
Jenis K om oditas
2005
2006
2007
2008
14. Salak
66
6
26
21
15. Sawo
1.934
4.111
1.827
3.276
16. Sukun
2.437
2.942
1.683
1.655
17. Sirsak
3.405
1.285
1.914
1.997
18. Melinjo
0
2.390
1.896
2.160
Sumber: Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Blora (2005-2009).
2009
96
19.966
3.482
2.496
1.794
Rata-rata
r (% )
45,45
45,44
21,66
4,00
-7,90
Pada sektor perkebunan rakyat, terdapat tujuh komoditas yang berperan, yaitu
kelapa, kapuk, jambu mete, kapas, tebu rakyat, tembakau dan jarak. Tembakau,
kelapa dan tebu rakyat merupakan tiga komoditas dengan produksi paling banyak.
Perkembangan ketiga jenis komoditi tersebut dalam kurun waktu antara tahun 2005
sampai dengan 2008, untuk komoditas kelapa produksinya cenderung menurun,
sedangkan tebu rakyat dan tembakau produksinya cenderung meningkat.
Produksi tembakau di Kabupaten Blora pada tahun 2005 hanya sebanyak 821
ton, dan secara bertahap mengalami peningkatan menjadi sebanyak 4.508 ton pada
tahun 2008. Peningkatan produksi tembakau ini dipengaruhi oleh permintaan
tembakau dari perusahaan rokok yang semakin tinggi. Produksi kelapa pada tahun
2005 cukup tinggi, yaitu mencapai 17.832 ton, namun perkembangannya cenderung
menurun menjadi 3.362 ton pada tahun 2008. Kondisi ini menyebabkan terjadinya
kekurangan pasokan bagi kebutuhan masyarakat di Kabupaten Blora. Produksi tebu
rakyat tahun 2005 sebesar 1.106 ton, dan pada tahun-tahun berikutnya cenderung
meningkat menjadi 3.534 ton pada tahun 2008. Peningkatan ini dikarenakan
terjadinya peningkatan luas lahan dari sebesar 468 ha pada tahun 2005 menjadi
seluas 1.1146,10 ha pada tahun 2008.
Selain ketiga komoditas diatas, masih terdapat empat komoditas yang
berperan yaitu jambu mete, kapuk dan jarak, dan kapas. Dalam kurun waktu empat
tahun (2005-2009) Produksi jambu mete menunjukkan peningkatan dari sebanyak
438 ton pada tahun 2005 menjadi 476 ton pada tahun 2008. Produksi jambu mete ini
tergolong masih terbatas, belum bisa mencukupi permintaan dari luar daerah.
Produksi kapuk di Kabupaten Blora pada tahun 2005 mencapai 1.605 ton. Angka ini
terbilang cukup besar, namun sayangnya pada tahun-tahun berikutnya produksi kapuk
merosot jauh, sehingga pada tahun 2008 produksinya hanya sebesar 181 ton.
Penurunan ini dikarenakan luas lahan yang ditanami kapuk dari tahun ke tahun
semakin berkurang. Dalam kurun waktu yang sama produksi kapas cenderung
menurun dari sebesar 62 ton pada tahun 2005 menjadi 42 ton pada tahun 2008.
Sementara itu produksi jarak cenderung meningkat dari sebanyak 3 ton (tahun 2005)
menjadi 6 ton (tahun 2005).
Produksi empon-empon di Kabupaten Blora terdiri dari beberapa komoditas,
diantaranya lempuyang wangi, kunyit/kunir, dan kunci sayur yang memiliki produksi
tertinggi. Produksi lempuyang wangi cenderung menurun dari sebanyak 188 kg pada
tahun 2005 menjadi 170 kg pada tahun 2009. Penurunan produksi juga dialami untuk
jenis komoditas kunci sayur dari sebanyak 167 kg (tahun 2005) menjadi 156 kg
(tahun 2009). Sementara itu untuk jenis kunyit/kunir produksinya cenderung
meningkat dari sebanyak 46 kg pada tahun 2005 menjadi 116 kg pada tahun 2009.
Komoditas empon-empon lainnya yang cenderung meningkat, yaitu temugiring, asam
jawa, jahe emprit, dan lengkuas. Sementara itu jenis komoditas yang produksinya
cenderung menurun adalah kunci pepet, temu ireng, dan temu lawak.
Perkembangan produksi tanaman perkebunan rakyat di Kabupaten Blora
secara rinci adalah sebagai berikut:
Tabel 2.70
Jum lah P roduksi P erkebunan R akyat di K abupaten Blora
RPJMD Kabupaten Blora Tahun 2010 2015
II - 60
Tahun 2005-2009
No
A
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
B
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Jenis K om oditas
Tanam an
P erk ebunan
Kelapa
Kapuk
Jambu mete
Kapas
Tebu rakyat
Tembakau
Jarak
Em pon-em pon
Lempuyang wangi
Kunyit/kunir
Kunci sayur
Kunci pepet
Temu ireng
Temu lawak
Temu giring
Lengkuas
Asam jawa
Jahe emprit
2006
2007
2008
Rata-rata
r (% )
Satuan
2005
2009
Ton
Ton
Ton
Ton
Ton
Ton
Ton
17.832
1.605
438
62
1.106
821
3
3.375
276
389
9
2.004
560
57
4.286
227
328
8
1.814
1.201
20
3.362
181
476
42
3.534
4.508
6
5.523
140
387
43
2.628
171
4
-2,84
-35,86
-0,10
-32,73
35,20
-9,42
-55,31
Kg
Kg
Kg
Kg
Kg
Kg
Kg
Kg
Kg
Kg
188
46
167
16
45
18
14
24
17
15
170
54
153
15
45
16
16
30
22
16
170
55
167
15
44
16
16
28
22
16
170
55
156
15
44
16
16
28
22
16
113
116
156
15
56
55
16
168
22
62
-2,36
5,06
-1,46
-2,82
-0,46
-3,59
2,38
5,29
6,32
1,87
Tabel 2.71
Jum lah P roduksi Hew an Ternak di K abupaten Blora (dalam ekor)
Tahun 2005-2009
No
1
Jenis
K om oditas
Sapi perah
2005
2006
29
2007
26
2008
28
2009
35
33
R ata-rata
r (% )
4,16
II - 61
Jenis
2005
2006
2007
2008
2009
K om oditas
2
Sapi potong
217.497
218.575
215.687
216.988
217.995
3
Kerbau
2.911
2.937
2.913
2.854
2.874
4
Kuda
401
276
159
125
125
5
Kambing
97.904
97.944
96.250
96.820
96.981
6
Domba
17.165
17.251
16.881
16.356
16.389
7
Babi
25
25
25
75
34
8
Kelinci
3.648
3.719
3.723
3.749
10.221
9
Ayam kampung 1.991.960 1.311.337 1.177.635 1.189.071 1.266.730
10 Ayam petelur
85.000
145.000
145.000
145.000
175.000
11 Ayam pedaging
562.000
515.000
616.235
994.000 1.122.000
12 Itik
63.109
62.561
58.017
57.952
66.804
13 Angsa
2.846
2.948
2.945
2.946
2.528
Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Blora (2005-2009).
No
R ata-rata
r (% )
0,06
-0,31
-23,74
-0,23
-1,14
36,33
43,85
-9,22
22,82
21,37
1,76
-2,67
2. K ehutanan
Kabupaten Blora memiliki hutan yang luas dan produktif. Hutan di Kabupaten
Blora terdiri dari beberapa bagian yaitu hutan produksi, hutan produksi terbatas,
hutan rakyat dan hutan Jati. Total luas hutan di Kabupaten Blora adalah 96.106,34 ha,
yang terdiri dari 68.272,36 ha hutan produksi, 4.378,70 ha hutan produksi terbatas,
16.625,28 ha hutan rakyat, dan 6,830 ha hutan jati. Kabupaten Blora tidak memiliki
hutan lindung dan ataupun hutan suaka. Semua wilayah hutan termanfaatkan untuk
hutan produksi.
Produksi hasil hutan kayu Perhutani di wilayah Kabupaten Blora dalam kurun
waktu lima tahun (2005-2009) menunjukkan kecenderungan mengalami penurunan
dari sebanyak 92.435,95 m3 pada tahun 2005 menjadi hanya sebanyak 84.760,23 m3,
terutama disebabkan penurunan produksi kayu jati. Sampai dengan tahun 2008, jenis
kayu bundar yang produksinya paling banyak adalah kayu jati (83.350,17 m3),
selanjutnya kayu mahoni (1.218,41 m3), kayu sonokeling (146,57 m3), dan terakhir
kayu rimba campur (45,06 m3). Produksi kayu bakar dan afval (sisa potongan) juga
paling banyak pada jenis kayu jati, selanjutnya kayu mahoni, dan kayu rimba campur.
Total produksi kayu bakar dan afval di Kabupaten Blora dalam kurun waktu tahun
2005-2009 cenderung menurun dari sebanyak 1.605,56 Stapel Meter (SM) menjadi
907,28 SM. Secara rinci perkembangan produksi hasil hutan kayu perum perhutani
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.72
P roduksi Hasil Hutan K ayu P erum P erhutani di W ilayah K abupaten Blora
Tahun 2005-2008
No
1
Jenis K ayu
Jati
Kayu bundar
Kayu Bakar
Afval
M ahoni
Kayu bundar
Afval
Sonok eling
Kayu bundar
Afval
R im ba
cam pur
Kayu bundar
Kayu bakar
Satuan
2005
2006
2007
2008
m3
SM
SM
86.031,56
1.136,61
9,95
102.261,93
326,03
2,74
100.646,49
1.089,16
0,19
83.350,17
897,90
0,02
m3
SM
5.928,38
459,00
2.789,20
23,00
3.104,91
0,22
1.218,41
7,11
m3
SM
276,81
0
128,84
0
442,71
0
146,57
0
m3
SM
199,19
0
264,11
2
316,77
0,5
45,06
0
II - 62
No
Jenis K ayu
Satuan
2005
2006
Afval
SM
0
4,1
Jum lah
m3
92.435,95
105.453,09
Jum lah k ayu
SM
1.605,56
357,87
bak ar
Sumber: Dinas Kehutanan Kabupaten Blora (2010)
2007
1,6
104.510,90
1.091,68
2008
2,25
84.760,23
907,28
Jenis
Tanam an
Palawija
Empon-empon
Jum lah
2005
2006
4.334,37
199,50
4.533,87
4.319,70
230,60
4.550,30
2007
3.887,65
680,55
4.568,20
2008
2009
2.767,85
425,00
3.192,85
2.542,90
364,00
2.906,90
2006
49
6
78.184
2007
52
7
81.388
2008
52
7
83.830
2009
55
8
90.747
II - 63
2008. Pada tahun 2008 dilaksanakan kebijakan pemerintah pusat untuk melakukan
konversi minyak tanah ke gas liquid petrolium gas (LPG) sebagai bahan bakar untuk
memasak di rumah tangga dan UMKM dengan tabung berkapasitas 3 kg dan
menghilangkan subsidi bagi minyak tanah (kerosene), sehingga harga minyak tanah
non subsidi menjadi sesuai harga pasar minyak dunia. Untuk keperluan tersebut di
dukung adanya 11 (sebelas) Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU)
dan 2 (dua) Stasiun Pengisian Bahan Bakar Energi (SPBE) untuk melayani
kebutuhan masyarakat terhadap minyak dan gas.
Potensi pertambangan di Kabupaten Blora antara lain ballclay, batu gamping,
damar, gypsum, kalsit, pasir kwarsa, dan phospat. Bahan tambang yang luas dan
volume cadangannya paling banyak adalah batugamping, selanjutnya pasir kwarsa
dan ball clay, seperti terlihat pada tabel berikut:
Tabel 2.75
Luas dan Volum e Cadangan Bahan Tam bang
di K abupaten Blora
Jenis bahan
Luas cadangan
tam bang
(m 2)
1
Batu gamping
77.469.708
2
Pasir kwarsa
31.853.150
3
Ball clay
460.090
4
Phospat
612.067
5
Kalsit
1.383.423
6
Gypsum
739.704
7
Damar
72.478
Jumlah
112.590.620
Sumber: Bappeda Kabupaten Blora (2001)
No
Volum e Cadangan (m 3)
Geologi teruk ur
Layak tam bang
4.341.377.214
2.387.757.500
187.756.825
122.041.930
3.320.852
2.258.179
4.451.421
289.342
165.542
99.325
259.320
142.628
1.265
25.367
4.537.332.439
2.512.614.271
II - 64
atruktur diantaranya yang masih aktif dan sampai sekarang masih diproduksi yaitu di
Kawengan, Wonocolo, Ledok, Nglobo/Semanggi yang merupakan penghasil migas
dan ada dua struktur yaitu Balun dan Tobo yang hanya menghasilkan gas saja.
Sedangkan yang berupa eksplorasi dan pengembangan (new activities) akan
dilaksankan di struktur Banyubang, Ngronggah, Tapen, Tambakromo, Metes (Mojo
Timur dan Mojo Barat), Tobo (eksplorasi) dan di Kawengan, Semanggi dan Wonocolo
serta daerah-daerah yang telah dilakukan eksplorasi juga akan dilakukan pemboran
pengembangan.
Sumur-sumur minyak diproduksikan dengan menggunakan pumping unit,
kecuali sumur L.207 di Ledok yang diproduksi secara sembur alam. Sumur-sumur gas
di Balun/Cepu juga diproduksi secara sembur alam. Total jumlah produksi seluruh
lapangan Cepu (rata-rata) adalah minyak 365 m3/ hari dan gas 12.527 Nm3 / hari.
Adanya penambangan minyak dan gas bumi harus diimbangi dengan
pengelolaan lingkungan yang diarahkan untuk menangani dampak potensial yang
ditimbulkan, misalnya:
a.
Pengelolaan emisi gas sisa pembakaran gas alam
b.
Pengelolaan air limbah yang berasal dari seratan tangki. Oleh sebab itu perlu
adanya instalasi pengolah air limbah.
c.
Pengelolaan sludge dengan cara menimbun. Areal timbun dibuat kedap air
dengan cara melapisi dengan vahan kedap air. Tempat penimbunan dilengkapi
dengan lapisan kapur untuk mengikat asam-asam terlarut dan sebagai filter
minyak, serta penambahan lapisan pasir sebagai filter TSS dan sedimen.
Dengan sistem tersebut diharapkan tidak terjadi rembesan air limbah dan
proses degradasi minyak dapat terjadi secara alami dalam dumping area.
d.
Pengelolaan kebakaran sumur minyak dengan berpedoman pada ketentuan
safety dan SOP Pertamina.
e.
Pengelolaan longsor pada badan jalan yang memiliki lereng curam dengan
pengurukan maupun pemadatan. Selain itu perlu adanya pembuatan saluran
dranase untuk mengalirkan air hujan sehingga mengurangi kemungkinan
terjadinya longsor.
Dengan ditemukannya lapangan gas baru di area Gundih di Kabupaten
Blora yang meliputi lapangan Randublatung (RBT), Kedungtuban (KTB), dan
Kedunglusi (KDL) maka PT Pertamina EP Proyek Pengembangan Gas Jawa Bagian
Timur akan melakukan kegiatan Pemboran Sumur Pengembangan di area Gundih,
pembangunan fasilitas produksi, serta pembangunan sistem transmisi gas dari
Randublatung ke konsumen PT Indonesia Power UBP Semarang di Tambaklorok,
Semarang.
Direncanakan ada 15 lokasi pengembangan sumur pemboran seluas 15 ha
di area Gundih. Sedangkan pembangunan fasiliats produksi (CPP) berada di Desa
Kradenan, Kecamatan Kradenan. Selanjutnya kegiatan pembangunan transmisi gas
(pipeline) dari pipeline ke konsumen akan menggunakan lahan milik pemerintah PT
KAI dan masyarakat atau lainnya sepanjang 140 km dengan lebar ROW 13 km
( 182 ha).
Kapasitas produksi gas yang akan dihasilkan di area Gundih diperkirakan
264 MMSCFD (gross) akan diproses di Central Processing Plant (PP) yang
menghasilkan 200 MMSCFD (net). Seluruh produksi gas tersebut dialirkan dari
Randublatung melalui pipa transmisi yang direncanakan berukuran 28 inch
panjang 140 km dengan lintasan sebagian besar sejajar jalur kereta api menuju ke
konsumen. Kegiatan tersebut diperkirakan berdampak besar dan penting terhadap
lingkungan hidup. Oleh sebab itu perlu adanya upaya sedini mungkin untuk
mencegah dan menanggulangi dampak negatif dan mengembangkan dampak positif
yang diperkirakan akan timbul.
RPJMD Kabupaten Blora Tahun 2010 2015
II - 65
II - 66
dibatasi pengambilan air tanah dangkal sebagai sumber air bersih kebutuhan rumah
tangga.
Disamping potensi yang menguntungkan ada juga potensi bencana alam
yaitu kawasan yang diidentifikasi sering dan berpotensi tinggi mengakibatkan
bencana alam. Bencana alam yang ada di Kabupaten Blora terdiri dari : (1) rawan
longsor bisa terjadi di 9 (Sembilan) kecamatan yakni Todanan, Bogorejo, Japah,
Kedungtuban, Sambong, Jiken, Jepon dan Blora; (2) rawan banjir berpotensi terjadi
di 7 (tujuh) kecamatan yakni Cepu, Kedungtuban, Kradenan, Sambong, Jiken,
Randublatung dan Blora; (3) rawan kekeringan berpotensi terjadi di 14 (empat belas)
kecamatan yaitu Jati, Randublatung, Kedungtuban, Cepu, Sambong, Jiken, Bogorejo,
Jepon, Blora, Banjarejo, Tunjungan, Japah, Ngawen dan Kunduran; (4) rawan angin
topan bisa terjadi di 4 (empat) kecamatan yaitu Jiken, Randublatung, Kedungtuban
dan Kradenan.
4. P ariw isata
Kabupaten Blora memiliki potensi obyek wisata yang bervariasi, meliputi
Makam, Pemandian Sayuran, Goa Terawang, Bumi Perkemahan, Wana Wisata (loco
tour), Bendungan dan Wisata Geologi. Dari berbagai jenis obyek wisata tersebut,
obyek wisata yang telah dikelola pemerintah daerah dan menghasilkan pendapatan
daerah sebanyak 1 buah, yaitu obyek wisata pemandian. Secara keseluruhan jumlah
pengunjung wisata di Kabupaten Blora dalam kurun waktu 5 tahun (2005-2008)
mengalami peningkatan dari sebanyak 73.373 orang pada tahun 2005 menjadi 73.626
orang pada tahun 2008, namun menurun pada tahun 2009 menjadi 73.242 orang.
Tiga obyek wisata yang jumlah kunjungan wisatanya banyak adalah Obyek
Wisata (OW) Makam, Bumi Perkemahan dan Goa. Jumlah pengunjung wisata di OW.
Makam menunjukkan peningkatan, dari sebanyak 28.901 orang (tahun 2005) menjadi
sebanyak 29.800 (tahun 2009). Jumlah pengunjung di OW. Pemandian juga
mengalami penurunan, dari sebanyak 7.210 orang (tahun 2005) menjadi 5.912 orang
(tahun 2009). Sementara itu jumlah pengunjung di OW. Goa mengalami penurunan
dari sebanyak 14.321 orang (tahun 2005) menjadi 11.559 orang (tahun 2009).
Pada obyek wisata lainnya jumlah pengunjung wisatanya sedikit, yaitu OW.
Bendungan, Pemandian, Geologi dan Wana Wisata (loco tour). Jumlah kunjungan
wisata di OW. Bendungan mengalami penurunan dari sebanyak 8.512 orang (tahun
2005) menjadi 4.876 orang (tahun 2009). Jumlah pengunjung di OW. Pemandian juga
cenderung menurun dari sebanyak 7.210 orang (tahun 2005) menjadi 5.912 orang
(tahun 2009). Sementara itu, jumlah pengunjung di OW. Geologi menunjukkan
peningkatan dari sebanyak 3.631 orang (tahun 2005) menjadi 4.876 orang (tahun
2009). Di OW. Wana Wisata (loco tour) terjadi penurunan jumlah pengunjung wisata
dari sebanyak 567 orang (tahun 2005) menjadi 462 orang (tahun 2009).
Perkembangan jumlah kunjungan wisata di berbagai obyek wisata dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 2.76
Jum lah K unjungan w isata di kabupaten Blora
Tahun 2005-2009
No
N am a Obyek W isata
2005
28.901
2006
2007
2008
2009
27.981
30.001
29.750
29.800
Rata-rata
r (% )
0,84
OW Makam
OW Pemandian
7.210
6.212
5.710
5.835
5.912
-4,60
OW Goa Terawang
14.321
10.228
10.228
12.676
11.559
-3,36
OW Bumi Perkemahan
10.231
10.976
10.900
11.200
11.732
3,52
OW Bendungan
567
388
328
440
462
-1,97
8.512
7.559
7.681
8.950
8.901
1,60
II - 67
No
7
N am a Obyek W isata
3.631
3.997
3.832
4.775
4.876
Rata-rata
r (% )
8,17
73.373
67.341
58.452
73.626
73.242
0,11
2005
OW Geologi
Jumlah
2006
2007
2008
2009
Sumber: Dinas Kebudayaan, Pariwisata dan Pemuda Olah Raga Kabupaten Blora (2005-2009).
2005
29
21
2006
30
23
2007
32
26
2008
35
29
2009
35
29
Sumber: Dinas Kebudayaan, Pariwisata dan Pemuda Olah Raga Kabupaten Blora (2005-2009).
Uraian
Lama Tinggal Wisatawan (hari)
Satuan
2005
2006
2007
2008
2009
Mancanegara
hari
Nusantara
hari
US dollar
100
125
100
110
120
Rupiah
50.000
70.000
65.000
40.000
56.000
Sumber: Dinas Kebudayaan, Pariwisata dan Pemuda Olah Raga Kabupaten Blora (2005-2009).
II - 68
Blora, yaitu sebanyak 2 kali dalam setiap tahunnya dalam kurun waktu lima tahun
(2005-2009).
Tabel 2.79
P rom osi dan P em asaran P ariw isata K abupaten Blora
Tahun 2005-2009
No
1
3
4
5
2005
3
2006
4
2007
3
2008
4
2009
3
2
1
0
2
10
5
0
1
3
2
0
2
5
1
0
1
3
2
0
2
3
2
0
1
3
1
0
2
3
2
0
1
3
1
0
2
3
2
0
1
Sumber: Dinas Kebudayaan, Pariwisata dan Pemuda Olah Raga Kabupaten Blora (2005-2009).
I ndik ator
Satuan
2005
2006
2007
2008
Luas panen
Kolam
Ha
17,00
20,40
17,00
17,22
Sungai
Ha
1.046,00 1.046,00 1.046,00
1.026,00
Waduk
Ha
70,00
70,00
70,00
70,00
Cek Dam dan embung
Ha
34,50
34,50
31,84
4,16
2
P roduk si
Kolam
Kg
104.925
100.808
102.384
80.362
Sungai
Kg
250.500
251.716
250.891
148.320
Waduk
Kg
64.920
66.895
63.909
27.000
Cek Dam dan embung
Kg
14.840
17.578
12.851
6.056
Jum lah
435.185 436.997 430.035 261.738
Sumber: Dinas peternakan dan perikanan Peternakan Kabupaten Blora (2005-2009)
2009
17,22
1.026,00
70,00
20,39
80.362
148.320
27.000
21.095
276.777
II - 69
2006
2007
900
1.055
12.500 14.050
30.000 35.000
450
520
1.000
1.150
Koperasi dan UKM
R ata-rata
r (% )
415
280
-22,91
5.400
5.000
-13,04
14.000 10.000
-17,82
200
200
-10,63
400
500
-7,96
Kabupaten Blora (2005-2009)
2008
2009
Jenis P roduk
Kayu olahan
Mebelair
Cinderamata
Gembol kayu
Sarang burung
2005
699.870
720.163
228.721
111.253
2006
1.421.052
986.842
236.842
142.105
2007
1.666.666
1.159.677
282.258
167.741
2008
1.489.247
438.978
112.903
64.516
2009
1.031.578
578.917
78.947
63.157
1.760.007
2.786.841
3.276.342
2.105.644
1.752.599
Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Kabupaten Blora (2005-2009)
II - 70
Tabel 2.83
Jum lah Usaha P erdagangan di K abupaten Blora
Tahun 2005-2009
No
A.
Uraian
Jum lah usaha perdagangan
sk ala k ecil
Unit usaha
Tenaga Kerja (orang)
Jum lah usaha perdagangan
Sk ala M enengah
Unit usaha
Tenaga Kerja (orang)
C.
Satuan
unit
orang
2005
2006
2007
2008
2009
1091
2182
1087
2174
786
1572
1120
2240
768
1536
unit
42
61
53
73
53
orang
168
244
212
292
212
unit
14
25
21
43
24
orang
126
225
189
387
216
Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Kabupaten Blora (2005-2009)
Pasar swalayan
Pasar Hewan
Jenis P asar
Pasar tradisional
2005
12
2006
12
2007
12
2008
12
2009
12
Pasar lokal/desa
45
45
45
45
45
Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Kabupaten Blora (2005-2009)
7. I ndustri
Industri di Kabupaten Blora didominasi industri rumah tangga. Jumlah industri
rumah tangga dalam kurun waktu lima tahun (2005-2009) menunjukkan peningkatan,
dari sebanyak 7.875 unit pada tahun 2005 menjadi 9,877 unit pada tahun 2009.
Penyerapan tenaga kerja pada industri rumah juga mengalami peningkatan dari
sebanyak 18.441 orang (tahun 2005) menjadi 22.314 tenaga kerja (tahun 2009). Nilai
produksi juga mengalami peningkatan dari sebanyak 226.758.375,00 pada tahun
2005 menjadi Rp.328.857.553.000,00 pada tahun 2009.
Jumlah industri kecil di Kabupaten Blora dalam kurun waktu lima tahun
menunjukkan kecenderungan mengalami penurunan. Pada tahun 2005 jumlah
industri kecil di Kabupaten Blora sebanyak 1.140 unit menjadi 1.103 unit pada tahun
2009. Walaupun demikian, penyerapan tenaga kerja pada industri kecil mengalami
peningkatan dari sebanyak 6.730 orang (2005) menjadi 7.750 orang (2009). Nilai
produksi industri kecil juga mengalami peningkatan dari sebanyak Rp
61.087.920.000,00 (2005) menjadi Rp 127.478.500.000,00 (2009).
RPJMD Kabupaten Blora Tahun 2010 2015
II - 71
K eterangan
I ndustri Rum ah
Tangga
Jumlah Perusahaan
Jumlah Tenaga Kerja
Jumlah Nilai Produksi
(000)
I ndustri K ecil
Jumlah Perusahaan
Jumlah Tenaga Kerja
Jumlah Nilai Produksi
(000).
I ndustri Sedang/
Besar
Jumlah Perusahaan
Jumlah Tenaga Kerja
Jumlah Nilai Produksi
(000)
2005
2006
2007
2008
2009
7.875
18.441
10.104
24.333
9.783
22.093
9.877
22.305
9.877
22.314
226.758.375
404.836.585
351.363.400
328.727.953
328.857.553
1.140
6.730
61.087.920
1.175
6.761
68.727.648
1.234
7.185
104.650.500
1.115
7.271
115.596.200
1.103
7.750
127.478.500
22
2.097
34.832.000
25
2.287
96.966.000
25
2.287
98.319.700
24
2.399
183.683.950
26
2.235
302.424.418
II - 72
Uraian
Satuan
2005
Tdk ada
data
Tdk ada
data
2006
2007
2008
2009
Kalimantan timur
KK
17
Kalimantan tengah
KK
15
Kalimantan barat
KK
Tdk ada
data
10
Kalimantan selatan
KK
Tdk ada
data
10
Bangka belitung
KK
Tdk ada
data
Jambi
KK
Tdk ada
data
Bengkulu
KK
Tdk ada
data
30
10
KK
Tdk ada
data
17
45
30
Orang
Tdk ada
data
67
28
163
112
Transmigrasi umum
KK
Tdk ada
data
17
20
30
Transmigrasi swakarsa
berbantuan ternak
KK
Tdk ada
data
25
73
40
Tabel diatas juga memberikan gambaran bahwa minat masyarakat blora untuk
bertransmigrasi semakin menurun. Jumlah rumah tangga yang telah mendaftar
sebagai calon transmigran di Kabupaten Blora dalam kurun waktu tahun 2005-2008
mengalami peningkatan dari sebanyak 60 keluarga (2005) menjadi 73 keluarga (2008),
namun pada tahun 2009 terjadi penurunan menjadi hanya sebanyak 40 KK. Untuk
meningkatkan keterampilan calon transmigran, sebelum diberangkatkan biasanya
dilakukan pelatihan bagi calon transmigran. Dalam kurun waktu lima tahun pernah
RPJMD Kabupaten Blora Tahun 2010 2015
II - 73
diadakan pelatihan bagi calon transmigran masing-masing sebanyak 3 kali pada tahun
2006 dan tahun 2007, dan sebanyak 2 kali pada tahun 2008.
Selama ini kerjasama antar daerah antara Kabupaten Blora dengan pemerintah
kabupaten di luar jawa masih sangat sedikit, sehingga pemberangkatan transmigran
belum dapat optimal walaupun calon transmigran yang telah mendaftarkan diri cukup
banyak. Jumlah MoU kerjasama antara pemerintah Kabupaten Blora dengan daerah
tujuan transmigrasi pada tahun 2006 dan 2008 sebanyak 2 MoU, pada tahun 2007
sebanyak 1 MoU, dan tahun 2009 sebanyak 3 MoU. Kerjasama dalam
pemberangkatan dan penempatan transmigrasi ini perlu terus dikembangkan agar
jumlah transmigran yang diberangkatkan terus bertambah dan memperoleh
kehidupan di daerah transmigrasi yang lebih layak.
2.4 Aspek Daya Saing Daerah
Fokus K em am puan Ekonom i Daerah
Beberapa indikator yang dapat menggambarkan kemampuan ekonomi
daerah antara lain nilai tukar petani dan pengeluaran konsumsi non pangan perkapita.
Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bappeda, nilai tukar petani pada
tahun 2009 sebesar 99,62. Sementara itu pengeluaran non pangan perkapita pada
tahun 2008 sebesar Rp 455.455,00 dan pada tahun 2009 terjadi peningkatan
mencapai 460.010,00. Kondisi ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan ekonomi
masyarakat semakin baik.
Fokus I nfrastruktur
Kabupaten Blora memiliki luas wilayah sebesar 182.058,797 ha. Dari luasan
tersebut, wilayah yang digunakan untuk usaha produktif pada tahun 2009 sebesar
40,83%, sedangkan untuk kawasan industri sebesar 3,0%. Di Kabupaten Blora
terdapat kawasan rawan banjir dengan luasan mencapai 2,66%, sedangkan kawasan
rawan kekeringan sebesar 0,42%. Luas kawasan perkotaan di Kabupaten Blora hanya
sebesar 3,00%, sebagian besar merupakan kawasan perdesaan. Terkait dengan
perencanaan pembangunan, luas area pemukiman yang sesuai peruntukannya dalam
RTRW Kabupaten Blora telah mencapai 16,01% dari total luas wilayah.
Dalam kurun waktu lima tahun (2005-2009) terjadi peningkatan penggunaan
wilayah untuk kegiatan produktif, dari sebesar 72.429,884 ha pada tahun 2005
menjadi 74.329,930 ha pada tahun 2009, sedangkan kawasan industri tidak
mengalami perubahan, yaitu seluas 5.454,000 ha. Kondisi yang sama terjadi pada
wilayah yang terkena banjir, yaitu seluas 4.835,377 ha. Luas wilayah kekeringan di
Kabupaten Blora menunjukkan penurunan luasan, dari sebanyak 1.448,450 ha (2005)
menjadi hanya seluas 758,325 ha. Luas wilayah perkotaan dalam kurun waktu lima
tahun tidak mengalami perubahan, yaitu sebanyak 5.454,000 ha. Luas areal
pemukiman yang sesuai peruntukannya menunjukkan peningkatan seiring dengan
peningkatan kebutuhan rumah, dari seluas 20.413,000 ha (2005) menjadi 29.145,000
ha. Perkembangan wilayah di Kabupaten Blora dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.87
P erkem bangan W ilayah di K abupaten Blora
Tahun 2005-2009
No
I ndikator
Satuan
2005
2006
2007
2008
2009
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Luas Wilayah
Luas wilayah produktif
hektar
182.058,797
182.052,797
182.058,797
182.058,797
182.058,797
hektar
72.429,884
72.382,938
72.361,314
74.329,930
74.329,930
hektar
5.454,000
5.454,000
5.454,000
5.454,000
5.454,000
4.835,377
4.835,377
4.835,377
4.835,377
4.835,377
hektar
hektar
1.448,450
1.234,859
867,329
758,329
758,325
hektar
5.454,000
5.454,000
5.454,000
5.454,000
5.454,000
hektar
20.413,000
25.088,000
21.213,000
29.145,000
29.145,000
II - 74
RT RW daerah
I ndik ator
Satuan
Jenis dan jumlah bank dan
Unit
cabang
Jenis dan jumlah perusahaan
2.
Unit
asuransi dan cabang
Jumlah restoran dan rumah
3.
unit
makan
Jumlah penginapan/hotel
unit
4.
Jumlah RT yang menggunakan
5.
RT
air bersih
Rasio ketersediaan daya listrik
Mwatt
6.
Jumlah
kebutuhan
listrik
Mwatt
7.
Jumlah rumah tangga yang
8.
RT
menggunakan listrik
Jumlah penduduk yang
9.
org
menggunakan handphone
Sumber: Pemerintah Daerah Kabupaten Blora (2010).
1.
2005
2006
2007
2008
2009
19
10
21
23
25
29
30
32
35
35
21
23
26
29
29
8.942
8.898
9.020
9.253
10.105
46
6
49
6
52
7
52
7
55
8
73.352
78.184
81.388
83.830
90.747
1.050
10.225
10.240
10.256
II - 75
Sementara itu jumlah demonstrasi mengalami fluktuasi dari sebanyak 9 kasus pada
tahun 2005 menjadi sebanyak 3 kasus pada tahun 2009. Perkembangan jumlah kasus
kriminal dan kasus demonstrasi yang terjadi di Kabupaten Blora dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 2.89
P erkem bangan K asus K rim inalitas, Dem onstrasi dan Lam anya P roses
P erijinan di K abupaten Blora Tahun 2005-2009
No
I ndik ator
2005
1
2
2006
2007
2008
2009
260
126
290
307
20
I ndik ator
Satuan
2005
2006
Rata-rata lama
hari
1
proses perijinan
2
Jumlah macam pajak
jenis
4
dan retribusi daerah
3
Jumlah perda yang
mendukung iklim
Perda
5
usaha
Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan
2007
2008
2009
2005
2006
2007
2008
2009
218.843
237.017
245.609
278.294
293.409
642.247
630.410
660.847
673.265
698.288
Dependency ratio
34,07
37,60
37,17
Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Blora (2010)
41,33
42,02
1
2
I ndik ator
Jumlah penduduk <15
thn dan >64 thn
Jumlah penduduk usia
15-64
Satuan
Jiwa
(Ribu)
Jiwa
(Ribu)
II - 76
BAB I I I
GAM BAR AN P EN GELOLAAN K EUAN GAN DAER AH
SER TA K ER AN GK A P EN DAN AAN
3.1 K inerja K euangan M asa Lalu
Analisis keuangan daerah Kabupaten Blora dilakukan terhadap pendapatan
daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah, baik penerimaan pembiayaan maupun
pengeluaran pembiayaan. Data yang digunakan dalam analisis keuangan masa lalu ini
adalah realisasi APBD Kabupaten Blora tahun 2006-2009 dan APBD perubahan
(Desember) tahun 2010.
3.1.1 K inerja P elaksanaan AP BD
Kondisi keuangan daerah Kabupaten Blora dapat dilihat dari realisasi Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Total pendapatan daerah Kabupaten Blora
dalam kurun waktu tiga tahun (2006-2008) menunjukkan perkembangan yang positif
dari sebesar Rp 539.469.610.556,00 pada tahun 2006, menjadi Rp 643.903.093.064,00
pada tahun 2007, sebesar Rp 711.701.566.955,00 pada tahun 2008 dan Rp
722.238.085.676 pada tahun 2009.
Pendapatan daerah meliputi Pendapatan Asli Daerah (PAD), dana perimbangan
dari pemerintah pusat, dan lain-lain pendapatan daerah. Sebagian besar pendapatan
daerah Kabupaten Blora berasal dari dana perimbangan pemerintah pusat yang
mencapai rata-rata selama lima tahun (2006-2010) sebesar 86,88%, sedangkan proporsi
PAD terhadap total pendapatan daerah rata-rata sebesar 6,65%, dan sisanya berupa
lain-lain pendapatan daerah (8,09%). Kondisi ini menunjukkan bahwa derajat
desentralisasi fiskal yang menggambarkan tingkat kemandirian keuangan daerah
Kabupaten Blora tergolong rendah. Secara jelas gambaran proporsi PAD, dana
perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah dapat dilihat pada grafik berikut:
Grafik 3.1
P roporsi P AD, Dana P erim bangan dan Lain-lain P endapatan Daerah
terhadap Total P endapatan Daerah R ealisasi AP BD tahun 2006-2009
dan AP BD R ealisasi 9 Desem ber 2010
III-1
Tabel 3.1
P endapatan Daerah K abupaten Blora
R ealisasi AP BD Tahun 2006-2009 dan AP BD Tahun 2010 (Agustus)
No
1
Uraian
P endapatan Asli
Daerah
Pajak Daerah
Retribusi Daerah
Hasil Pengelolaan
kekayaan yang
dipisahkan
Lain-lain PAD yang sah
36.490.526.771
P roporsi
(% )
6,76
41.620.458.144
P roporsi
%
6,46
50.203.192.750
7,05
5.614.396.058
1,04
6.372.372.461
0,99
7.008.511.926
15.310.306.354
2,84
18.777.571.873
2,92
107.074.805
0,02
1.315.791.765
15.458.749.554
2,87
480.180.391.030
2006
49.696.650.739
P roporsi
%
6,88
AP BD 2010/
9 Desem ber
41.765.118.239
P roporsi
%
6,09
0,98
8.116.956.841
1,12
8.381.806.698
1,22
21.593.456.666
3,03
23.542.075.234
3,26
20.646.632.474
3,01
0,20
1.929.149.497
0,27
2.291.248.882
0,32
3.153.097.303
0,46
15.154.722.045
2,35
19.672.074.661
2,76
15.746.369.782
2,18
9.583.581.764
1,40
89,01
572.589.364.573
88,92
615.642.427.406
86,50
621.823.359.884
86,10
574.665.726.801
83,86
2007
P roporsi
%
2008
2009
58.266.391.030
10,8
81.438.364.573
12,65
80.682.307.406
11,34
82.264.965.884
11,39
61.993.672.801
9,05
410.074.000.000
76,01
447.775.000.000
69,54
478.260.120.000
67,20
487.316.394.000
67,47
487.917.464.000
71,20
11.840.000.000
2,19
43.376.000.000
6,74
56.700.000.000
7,97
52.242.000.000
7,23
24.754.590.000
3,61
22.798.692.755
4,23
29.693.270.347
4,61
45.855.946.799
6,44
50.718.075.053
7,02
68.824.949.608
10,04
1.255.000
939.950.000
0,14
3.000.000.000
0,42
19.042.656.755
3,53
3,11
24.096.403.899
3,39
26.698.250.053
3,70
22.489.088.508
3,28
2.256.036.000
0,42
9.644.200.000
1,34
Lain-lain P endapatan
Daerah
Hibah
Dana Darurat
Dana bagi hasil pajak
dari propinsi DL
Bagi hasil Lainnya
Pendapatan Lainnya
Dana penyesuaian &
Otonomi khusus
Bantuan keuangan dari
propinsi
Total P endapatan
Daerah
1.500.000.000
0,28
539.469.610.556
20.005.033.893
9.685.726.454
643.901.838.064
7.924.316.400
1,11
14.375.625.000
1,99
30.250.082.100
4,41
1,50
10.835.226.500
1,52
15.148.829.000
2,21
711.701.566.955
Sumber: Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Blora (2010)
III-2
722.238.085.676
685.255.794.648
Uraian
P endapatan Asli Daerah
Pajak Daerah
Retribusi Daerah
Hasil Pengelolaan kekayaan yang dipisahkan
Lain-lain PAD yang sah
Dana P erim bangan
Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
Lain-lain P endapatan Daerah
Total P endapatan Daerah
2007
14,06
13,50
22,65
1.128,85
(1,97)
19,24
39,77
9,19
266,35
30,24
19,36
2008
20,62
9,98
15,00
46,62
29,81
7,52
(0,93)
6,81
30,72
54,44
10,53
2009
-1,01
15,82
9,02
18,77
-19,96
1,00
1,96
1,89
-7,86
10,60
1,48
III-3
daerah mengalami peningkatan, dari sebelumnya pada tahun 2006 hanya sebanyak
Rp1.071.637.236,00. Pada tahun 2009 proporsi kewajiban jangka pendek lebih besar
(61,66%) dibandingkan kewajiban jangka panjang (38,34%). Perkembangan kewajiban
jangka pendek dalam kurun waktu empat tahun menunjukkan peningkatan dari sebanyak
Rp 148.538.237,00 (tahun 2006) menjadi Rp 848.793.596,00 (tahun 2009). Sementara itu
kewajiban jangka panjang mengalami penurunan dari sebanyak Rp 25.332.437.786,00
pada tahun 2006 menjadi hanya sebanyak Rp 527.705.517,00 pada tahun 2009.
Ekuitas dana Kabupaten Blora pada tahun 2009 didominasi oleh ekuitas dana
investasi (93,38%), sisanya berupa ekuitas dana lancar (6,62%). Perkembangan ekuitas
dana investasi cenderung menurun dari sebanyak Rp 2.277.498.022.303,00 pada tahun
2006 menjadi Rp 1.245.389.215.803,00 pada tahun 2009. Sebaliknya, ekuitas dana lancar
menunjukkan penurunan dengan rata-rata sebesar 7,77% dari sebesar Rp
153.384.187.413,00 pada tahun 2006 menjadi Rp 88.261.955.798,00 pada tahun 2009.
Perkembangan neraca keuangan daerah Kabupaten Blora selama kurun waktu
empat tahun (2006-2009) dapat dilihat pada tabel berikut:
III-4
Tabel 3.3
Data N eraca Daerah K abupaten Blora
Tahun 2006-2009
NO
URAI AN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Aset
Aset Lancar
Kas di Kas Daerah
Kas di Bendahara Pengeluaran
Kas di Bendahara Penerimaan
Piutang Pajak
Piutang Retribusi
Piutang Lainnya
Persediaan
Jum lah Aset Lancar (3 s/ d 9)
I nvestasi Jangk a P anjang
I nvestasi N on P erm anen
Jum lah I nvestasi N on
P erm anen (12)
I nvestasi P erm anen
Penyertaan Modal Pemerintah
Daerah
Investasi Permanen Lainnya
Jum lah I nvestasi P erm anen
(15 s/ d 16)
Jum lah I nvestasi Jangk a
P anjang (13 + 17)
Aset Tetap
Tanah
Peralatan dan Mesin
Gedung dan Bangunan
Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Aset Tetap Lainnya
Jum lah Aset Tetap (20 s/ d 24)
Dana Cadangan
Dana Cadangan
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
2006
2007
2008
Rata-rata
r (% )
2009
141.054.712.064,00
1.569.983.420,00
725.581.336,00
458.904.631,00
4.067.516.455,00
5.656.027.744,00
153.532.725.650,00
214.182.833.877,00
16.945.062.122,00
258.691.577,00
786.845.870,00
881.326.100,00
5.024.084.466,00
4.102.041.267,00
242.180.885.279,00
160.191.356.482,00
2.391.908.843,00
196.624.297,00
1.379.927.070,00
188.235.380,00
6.336.907.052,00
6.297.684.903,00
176.982.644.027,00
75.600.789.348,00
769.732.033,00
3.235.249,00
817.928.174,00
362.943.092,00
5.898.274.212,00
5.657.847.286,00
89.110.749.394,00
19.495.437.786,00
24.264.144.792,28
26.692.144.792,00
30.557.644.792,00
16,32
5.837.000.000,00
25.332.437.786,00
24.264.144.792,28
26.692.144.792,00
30.557.644.792,00
6,76
25.332.437.786,00
24.264.144.792,28
26.692.144.792,00
30.557.644.792,00
6,76
2,29
1.579.370.267.850,00
106.249.492.222,00
279.015.174.330,00
271.845.597.640,00
16.608.151.475,00
2.253.088.683.517,00
124.358.404.035,00
322.015.144.907,00
17.342.390.375,00
463.715.939.317,00
1.580.521.717.250,00
197.391.107.520,00
346.716.524.356,00
408.138.953.374,00
18.469.546.725,00
2.551.237.849.225,00
204.762.616.100,00
203.371.952.892,00
357.501.308.013,00
438.799.739.649,00
10.814.159.875,00
1.215.249.776.529,00
-43,49
26,27
8,73
28,82
-10,18
-19,57
91,03
III-5
-8,72
-51,23
-40,78
14,36
35,41
14,24
5,30
-6,28
P roporsi
(% )
6,67
NO
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
URAI AN
Jum lah Dana Cadangan (27)
Aset Lainnya
Tuntutan Ganti Rugi
Aset Tak Berwujud
Jum lah Aset Lainnya (30 s/ d
31)
Jum lah Aset (10 + 18 + 25 +
28 + 32)
K ew ajiban
K ew ajiban Jangk a P endek
Utang Perhitungan Fihak Ketiga
(PFK)
Utang Bunga
Bagian Lancar Utang Dalam Negeri
- Lembaga Keuangan Bank
Bagian Lancar Utang Jangka
Panjang Lainnya
Utang Jangka Pendek Lainnya
Jum lah K ew ajiban Jangk a
P endek (36 s/ d 40)
K ew ajiban Jangk a P anjang
Utang Dalam Negeri - Lembaga
Keuangan Bank
Jum lah K ew ajiban Jangk a
P anjang (43)
Jum lah K ew ajiban (41 + 44)
Ek uitas Dana
Ek uitas Dana Lancar
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran
(SILPA)
Pendapatan yang Ditangguhkan
Cadangan Piutang
Cadangan Persediaan
Dana yang Harus Disediakan
2006
2007
2008
Rata-rata
r (% )
2009
P roporsi
(% )
37.548.500,00
143.000.000,00
180.548.500,00
7.000.000,00
191.850.000,00
198.850.000,00
109.500.000,00
109.500.000,00
-81,36
-4,38
-17,40
0,01
2.431.953.846.953,00
730.341.517.888,28
2.755.111.488.044,00
1.335.027.670.715,00
-19,13
100
574.389.140,00
946.938.491,00
651.224.750,00
16,82
69.400.017,26
70.657.957,67
61.045.035,00
70.657.457,00
52.627.418,00
70.657.957,00
-12,91
0,00
148.538.237,00
148.538.237,00
11.202.966.489,00
11.917.413.603,93
41.625.000,00
1.120.265.983,00
74.283.471,00
848.793.596,00
-10,58
923.098.999,92
600.592.635,07
468.890.143,00
527.705.517,54
-14,77
923.098.999,92
600.592.635,07
468.890.143,00
527.705.517,54
-14,77
38,34
1.071.637.236,92
12.518.006.239,00
1.589.156.126,00
1.376.499.113,54
17,46
100
142.624.695.484,00
219.354.896.905,00
161.597.900.125,00
75.718.717.738,00
-8,56
5.252.002.422,00
5.656.027.744,00
(148.538.237,00)
263.318.042,00
6.692.018.436,00
4.102.041.267,00
(148.802.974,93)
235.051.006,00
7.905.069.502,00
6.297.684.903,00
(173.327.492,00)
3.814.142,00
7.079.145.475,00
5.657.847.286,00
(197.568.846,00)
-54,56
11,70
5,30
10,22
III-6
61,66
NO
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
URAI AN
untuk Pembayaran Utang Jangka
Pendek
Jum lah Ek uitas Dana Lancar
(49 s/ d 52)
Ek uitas Dana I nvestasi
Diinvestasikan dalam Investasi
Jangka Panjang
Diinvestasikan dalam Aset Tetap
Diinvestasikan dalam Aset Lainnya
Dana yang Harus Disediakan
untuk Pembayaran Utang Jangka
Panjang
Jum lah Ek uitas Dana I nvestasi
(56 s/ d 58)
Ek uitas Dana Cadangan
Diinvestasikan dalam Dana
Cadangan
Jum lah Ek uitas Dana
Cadangan (61)
Jum lah Ek uitas Dana (54 + 59
+ 62)
Jum lah K ew ajiban Dan
Ek uitas Dana (45 + 63)
2006
2007
2008
Rata-rata
r (% )
2009
P roporsi
(% )
153.384.187.413,00
230.263.471.675,07
175.862.378.044,00
88.261.955.798,00
-7,77
25.332.437.786,00
24.264.144.792,28
26.692.144.792,00
30.557.644.792,00
6,76
2.253.088.683.517,00
(923.098.000,00)
2.364.932.546.347,00
180.548.500,00
(600.592.635,07)
2.551.237.849.225,00
198.850.000,00
(468.890.143,00)
1.215.249.776.529,00
109.500.000,00
(527.705.517,00)
-13,17
-17,40
-14,77
2.277.498.022.303,08
2.388.776.647.004,21
2.577.659.953.874,00
1.245.389.215.803,46
-12,96
93,38
2.430.882.209.716,08
2.619.040.118.679,28
2.753.522.331.918,00
1.333.651.171.601,46
-12,90
100
2.431.953.846.953,00
2.631.558.124.918,28
2.755.111.488.044,00
1.335.027.670.715,00
-12,88
Sumber: Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Blora (2006-2009)
III-7
6,62
Uraian
Rasio lancar
Rasio quick
Rasio total hutang terhadap total aset
Rasio hutang terhadap modal
Rata-rata umur piutang
Rata-rata umur persediaan
2006
1.033,62
995,55
0,0004
0,0004
5
350
2007
20,32
19,98
0,0171
0,0002
4
483
2008
157,98
152,36
0,0006
0,0002
4
315
2009
104,99
98,32
0,0010
0,0004
4
350
III-8
Tabel 3.5
Belanja Daerah K abupaten Blora
R ealisasi AP BD Tahun 2006-2009 dan AP BD P erubahan Tahun 2010
No
1
Uraian
Belanja Tidak Langsung
Belanja Pegawai
369.414.404.884
P roporsi
%
65,03
2007
472.786.246.500
P roporsi
%
61,47
2008
600.017.991.864
P roporsi
%
74,57
AP BD 2010/
9 Desem ber
547.479.665.634
P roporsi
%
85,49
2009
254.931.202.190
56,88
315.650.090.061
55,57
396.013.249.688
51,49
437.601.661.250
54,39
482.041.181.857
75,27
Belanja Bunga
73.625.089
0,01
69.400.017
0,01
61.045.040
0,01
55.923.068
0,01
Belanja subsidi
Belanja hibah
3.947.500.000
0,51
60.728.677.050
7,55
16.928.042.309
2,64
6.758.972.750
1,51
23.049.241.990
4,06
22.563.232.852
2,93
32.161.965.587
4,00
16.260.820.400
2,54
47.287.760.717
10,55
30.384.469.076
5,35
50.167.363.943
6,52
68.489.755.500
8,51
31.914.523.000
4,98
537.600.000
0,12
256.978.668
0,05
25.500.000
0,00
974.887.437
0,12
279.175.000
0,04
138.708.427.793
30,95
198.658.047.296
34,97
296.356.108.277
38,53
204.617.008.658
25,43
92.942.189.272
14,51
0,00
21.871.391.389
11,01
27.127.182.356
9,15
25.092.794.108
12,26
14.427.819.670
15,52
80.537.072.177
58,06
64.655.711.857
32,55
127.773.994.306
43,12
109.621.645.734
53,57
63.344.971.538
68,16
58.171.355.616
41,94
112.130.944.050
56,44
141.454.931.615
47,73
69.902.568.816
34,16
15.169.398.064
16,32
309.515.535.657
P roporsi
(% )
69,05
2006
Belanja Langsung
Belanja Pegawai
Belanja Barang dan Jasa
Belanja Modal
Total Belanja daerah
Surplus/ ( Defisit )
448.223.963.450
568.072.452.180
796.142.354.777
804.635.000.522
640.421.854.906
91.245.647.106
75.829.385.884
(57.440.787.822)
(82.392.568.458)
110.782.560.330
Sumber: Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Blora (2010)
III-9
Unsur belanja daerah Kabupaten Blora terdiri dari belanja tidak langsung dan
belanja langsung. Dilihat dari proporsinya, belanja daerah Kabupaten Blora sebagian
besar digunakan untuk belanja tidak langsung yang terutama digunakan untuk gaji
pegawai, dengan kecenderungan selama empat tahun mengalami peningkatan dari
sebesar 69,06% (tahun 2006) menjadi 74,57% (tahun 2009). Sebaliknya belanja
langsung atau belanja pembangunan yang dapat secara langsung dapat dirasakan
masyarakat proporsinya cenderung menurun, dari sebesar 30,95% (2006) menjadi
25,43% (2009). Gambaran perkembangan proporsi belanja langsung dan belanja tidak
langsung terhadap total belanja dapat dilihat pada grafik berikut:
Grafik 3.2
P roporsi Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung terhadap Total Belanja
Daerah R ealisasi AP BD tahun 2006-2009 dan AP BD Agustus 2010
Belanja langsung Kabupaten Blora meliputi belanja pegawai (honor, uang lembur,
dsb), belanja barang dan jasa, dan belanja modal. Dilihat dari proporsi masing-masing
unsur terhadap belanja langsung, pada tahun 2006 belanja langsung didominasi belanja
barang dan jasa (58,06%), begitu pula pada tahun 2009 (proporsi belanja barang dan
jasa 53,58%). Sementara itu pada tahun 2007 dan 2008 proporsi terbesar pada belanja
modal, yaitu sebesar 56,44% (2007), dan 47,73% (2008). Secara jelas gambaran belanja
pegawai, belanja barang dan jasa, dan belanja modal dapat dilihat pada grafik berikut:
Grafik 3.3
P roporsi Belanja P egaw ai, Belanja Barang dan Jasa, dan Belanja M odal terhadap
Belanja Langsung R ealisasi AP BD tahun 2006-2009 dan AP BD Agustus 2010
III-10
Uraian
Pendapatan
Daerah
dikurangi
Belanja Daerah
Pengeluaran
pembiayaan
daerah
Defisit riil
2
3
2006
539.469.610.556
2007
643.901.838.064
2008
711.701.566.955
2009
722.238.085.676
448.223.963.450
1.664.511.339
568.072.452.180
338.657.958
769.142.354.777
2.652.402.958
804.635.000.522
3.977.702.958
89.581.135.767
75.490.727.926
-60.093.190.780
-86.374.617.804
Uraian
Sisa Lebih Perhitungan
Anggaran (SiLPA tahun
anggaran sebelumnya
Pencairan dana
cadangan
Hasil penjualan
kekayaan daerah yang
dipisahkan
Penerimaan pinjaman
daerah
Penerimaan kembali
pinjaman daerah
Penerimaan piutang
daerah
Jumlah Penerimaan
Pembiayaan Daerah
2007
142.629.695.484
2008
219.340.496.905
2009
161.609.549.676
1.239.473.495
2.350.594.000
483.865.695
143.864.168.979
221.691.090.905
162.093.415.371
2006
53.043.559.717
0
0
53.043.559.717
III-11
Tabel 3.8
P em biayaan Daerah K abupaten Blora
R ealisasi AP BD Tahun 2006-2009 dan AP BD Tahun 2010 (Agustus)
No
1
Uraian
P enerim aan P em biayaan
Silpa tahun sebelumnya
2006
53.043.559.717
53.043.559.717
100
2007
2008
2009
143.864.168.979
142.624.695.484
99,14
221.691.090.905
219.340.496.905
98,94
162.093.415.371
161.609.549.676
99,70
APBD 2010/
9 Desember
76.055.686.385
75.723.571.737
%
9,56
1.239.473.495
1.664.511.338
338.657.958
2.652.402.958
3.977.782.958
1.215.957.957
1.489.753.285
89,50
215.000.000
63,49
2.528.000.000
95,31
3.865.500.000
97,18
1.100.000.000
90,46
174.758.053
10,50
70.657.958
20,86
124.402.958
4,69
70.657.958
1,78
70.657.957
5,81
15,65
41.625.000
1,05
P engeluaran P em biayaan
0,86
2.350.594.000
1,06
483.865.695
0,30
332.114.648
53.000.000
45.300.000
51.379.048.379
142.624.695.484
143.525.511.021
219.354.896.905
219.038.687.947
161.597.900.125
158.115.632.413
75.723.063.955
74.839.728.428
119.673.668.166
Sumber: Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Blora (2010)
III-12
0,44
0,04
Berdasarkan data dan uraian sebelumnya, dapat diketahui bahwa pendapatan Sisa
Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) tahun berjalan tergolong sangat tinggi, yaitu
mencapai Rp 142.624.695.484,00 pada tahun 2006, Rp 219.354.896.905,00 pada tahun
2007, Rp 161.597.900.125,00 pada tahun 2008, Rp 75.723.063.955,00 pada tahun 2009
dan Rp 119.673.668.166,00 pada tahun 2010. Sebagian besar SiLPA tersebut digunakan
untuk penutupan defisit anggaran pada tahun berikutnya. Nilai SILPA yang tinggi
menunjukkan bahwa terdapat kekurangcermatan dalam penetapan anggaran, baik target
pendapatan daerah maupun penganggaran belanja daerah.
Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan
pengawasan keuangan daerah. Pengelolaan Keuangan daerah di Kabupaten Blora
diselenggarakan berdasarkan ketentuan dalam UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara, UU No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Peraturan Pemerintah No.
58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Peraturan Menteri Dalam Negeri
(Permendagri) No. 13 tahun 2006 jo Permendagri No. 59 tahun 2007 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah, serta peraturan perundang-undangan lain yang terkait.
Sesuai dengan PP No. 58 tahun 2005 dan Permendagri No. 13 Tahun 2006, pengelolaan
keuangan daerah Kabupaten Blora dilaksanakan dalam suatu sistem terintegrasi yang
diwujudkan dalam APBD yang setiap tahunnya ditetapkan dengan peraturan daerah.
Pengelolaan keuangan daerah Kabupaten Blora dilakukan secara tertib, taat pada
peraturan perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung
jawab dengan memperhatikan azas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat.
Tertib diartikan bahwa keuangan daerah dikelola secara tepat waktu dan tepat guna yang
didukung dengan bukti-bukti administrasi yang dapat dipertanggungjawabkan. Taat
mengandung arti bahwa pengelolaan keuangan daerah berpedoman pada peraturan
perundangundangan. Efektif berarti bahwa pencapaian hasil program sesuai dengan
target yang telah ditetapkan. Efisien berarti bahwa pencapaian keluaran diusahakan
secara optimal menggunakan masukan terendah. Ekonomis diartikan bahwa perolehan
masukan dilakukan pada tingkat harga yang terendah. Transparan diartikan bahwa
pengelolaan keuangan daerah dilakukan secara terbuka yang memungkinkan masyarakat
dapat mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-luasnya tentang keuangan
daerah. Bertanggung jawab berarti bahwa pengelolaan dan pengendalian sumber daya
dan pelaksanaan kebijakan harus dapat dipertanggungjawabkan. Keadilan mengandung
arti bahwa terdapat keseimbangan distribusi kewenangan dan pendanaannya serta
keseimbangan distribusi hak dan kewajiban berdasarkan pertimbangan yang obyektif.
Kepatutan diartikan sebagai tindakan atau suatu sikap yang dilakukan dengan wajar dan
proporsional. Manfaat untuk masyarakat diartikan bahwa keuangan daerah diutamakan
untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat (pelayanan publik).
Beberapa prinsip disiplin anggaran dalam penyusunan anggaran daerah, antara
lain adalah: (1) pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secara
rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan, sedangkan belanja yang
dianggarkan merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja; (2) penganggaran
pengeluaran harus didukung oleh kepastian penerimaan daerah dalam jumlah yang cukup
dan tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan yang belum tersedia atau tidak mencukupi
anggarannya dalam APBD/Perubahan APBD; (3) semua penerimaan dan pengeluaran
daerah dalam tahun anggaran yang bersangkutan harus dimasukkan dalam APBD dan
dibukukan dalam rekening Kas Umum Daerah.
Aspek penting dalam penyusunan anggaran adalah penyelarasan kebijakan
(policy), perencanaan (planning) dengan penganggaran (budgeting) antara pemerintah
(pusat) dengan pemerintah daerah agar tidak tumpang tindih. Penyusunan APBD pada
dasarnya bertujuan untuk menyelaraskan kebijakan ekonomi makro dan sumber daya
yang tersedia, mengalokasikan sumber daya secara tepat sesuai kebijakan pemerintah
RPJMD Kabupaten Blora Tahun 2010 2015
III-13
Tabel 3.9
Belanja dan P engeluaran W ajib dan M engikat serta P rioritas Utam a
K abupaten Blora tahun 2006-2009
No
A
Uraian
Belanja Tidak
Langsung
Belanja Pegawai
2006
2007
2008
2009
254.931.202.190
315.650.090.061
396.013.249.688
437.601.661.250
Belanja Bunga
73.625.089
69.400.017
61.045.040
Belanja subsidi
47.287.760.717
30.384.469.076
50.167.363.943
68.489.755.500
III-14
No
1
2
2006
2007
2008
2009
keuangan kepada
pemdes
Belanja Langsung
B
C
Uraian
Belanja Pegawai
P engeluaran
P em biayaan
Pembentukan dana
cadangan
Pembayaran pokok
hutang
Total belanja
w ajib dan
pengeluaran yang
w ajib m engik at
serta prioritas
utam a.
21.871.391.389
27.127.182.356
25.092.794.108
174.758.053
70.657.958
124.402.958
70.657.958
302.393.720.960
368.050.233.573
473.501.598.962
531.315.913.856
III-15
Secara rinci hasil proyeksi terhadap pendapatan dan belanja daerah Kabupaten Blora
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.10
P royeksi P endapatan, Belanja dan P em biayaan Daerah K abupaten Blora
Tahun 2011 - 2015
No
A
1
2
3
B
1
C
1.
2.
3.
Uraian
2011
P endapatan
Daerah
Pendapatan
58.400.000.000
Asli Daerah*)
Dana
634.259.826.000
Perimbangan
Lain- Lain
39.583.509.000
Pendapatan
yang sah
Total
732.243.335.000
Pendapatan
Belanja
Daerah
Belanja Tidak
490.674.859.463
Langsung
Proporsi (%)
67,60
Belanja
235.127.817.579
Langsung
Proporsi (%)
32,40
Total
725.802.677.042
Belanja
P engeluara
n
P em biayaan
Penyertaan
3.370.000.000
Modal
Investasi
Daerah
Pembentukan
3.000.000.000
dana
cadangan
Pembayaran
70.657.958
pokok hutang
Total
6.440.657.958
Pengeluaran
Pembiayaan
*)
Termasuk asumsi dan perkiraan
2012
2013
2014
2015
60.000.000.000
63.488.000.000
73.353.000.000
87.531.225.649
646.945.022.000
659.883.922.000
673.081.600.000
686.543.232.000
41.105.951.000
42.628.393.000
44.150.835.000
45.673.277.000
748.050.973.000
766.000.315.000
790.585.435.000
819.747.734.649
501.559.406.775
513.125.781.838
525.435.731.450
535.479.519.758
67,60
240.420.908.267
67,52
246.803.875.204
66,98
259.079.045.592
65,81
278.197.556.933
32,40
741.980.315.042
32,48
759.929.657.042
33,02
784.514.777.042
34,19
813.677.076.691
3.000.000.000
3.000.000.000
3.000.000.000
3.000.000.000
3.000.000.000
3.000.000.000
3.000.000.000
3.000.000.000
70.657.958
70.657.958
70.657.958
70.657.958
6.070.657.958
6.070.657.958
6.070.657.958
6.070.657.958
Belanja dan pengeluaran pembiayaan daerah yang wajib dan mengikat serta
prioritas utama diprediksikan akan meningkat menjadi Rp 515.989.266.262,00 pada tahun
2011 dan Rp 553.269.751.736,00 pada tahun 2015. Belanja pegawai pada belanja tidak
langsung diproyeksikan akan terus mengalami peningkatan dengan rata-rata
pertumbuhan ditetapkan hanya sebesar 2,5% pertahun menjadi Rp 459.755.245.351,00
pada tahun 2011, dan mencapai Rp 507.483.766.351,00 pada tahun 2015. Sementara itu
belanja pegawai pada belanja langsung ditetapkan mengalami penurunan dengan
pertumbuhan ditetapkan sebesar -2,65%, agar belanja modal dan barang/jasa
mendapatkan porsi yang lebih besar dalam rangka meningkatkan manfaat bagi
masyarakat dari hasil pelaksanaan kegiatan. Sedangkan perkiraan pengeluaran
pembiayaan direncanakan akan dipergunakan untuk dana cadangan sebesar Rp
RPJMD Kabupaten Blora Tahun 2010 2015
III-16
3.000.000.000 setiap tahun untuk keperluan pemilihan kepala daerah (pilkada) dan
penyertan modal daerah untuk BUMD sebesar + Rp 3.000.000.000. Hasil proyeksi
terhadap pengeluaran belanja dan pengeluaran pembiayaan yang wajib dan mengikat
serta prioritas utama dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.11
Hasil P royeksi Belanja dan P engeluaran W ajib dan M engikat
serta P rioritas Utam a K abupaten Blora Tahun 2011 - 2015
No
A
Uraian
Belanja Tidak
Langsung
Belanja Pegawai
Belanja Bunga
Belanja subsidi
B
1.
2.
Belanja Barang
Jasa
3.
Belanja Modal
P engeluaran
P em biayaan
Penyertaan Modal
Investasi Daerah
Pembentukan dana
cadangan
Pembayaran pokok
hutang
Jumlah
Total belanja
w ajib dan
pengeluaran
yang w ajib
m engik at serta
prioritas utam a.
1.
2.
3.
2011
2012
2013
2014
2015
459.755.245.351
471.249.126.485
483.030.354.647
495.106.113.513
507.483.766.351
61.000.000
61.000.000
61.000.000
61.000.000
61.000.000
25.951.865.518
24.230.567.409
22.850.666.245
21.861.646.234
18.296.122.051
485.768.110.868
495.540.693.894
505.942.020.892
517.028.759.747
525.840.888.402
23.780.497.435
23.150.314.253
22.536.830.925
21.939.604.906
21.358.205.376
3.370.000.000
3.000.000.000
3.000.000.000
3.000.000.000
3.000.000.000
3.000.000.000
3.000.000.000
3.000.000.000
3.000.000.000
3.000.000.000
70.657.958
70.657.958
70.657.958
70.657.958
70.657.958
6.440.657.958
515.989.266.262
6.070.657.958
524.761.666.105
6.070.657.958
534.549.509.775
6.070.657.958
545.039.022.611
6.070.657.958
553.269.751.736
III-17
tidak wajib (bantuan sosial dan tidak terduga) diperkirakan akan mengalami peningkatan
menjadi sebesar 1,80% pada tahun 2015.
Belanja langsung diprediksikan akan mengalami penurunan proporsi, walaupun
secara nominal sedikit mengalami peningkatan. Penggunaan belanja langsung terbagi
menjadi dua jenis, yaitu belanja prioritas I dan belanja prioritas II. Belanja Prioritas I
merupakan program pembangunan daerah dengan tema atau program unggulan
(dedicated) Kepala daerah sebagaimana diamanatkan dalam RPJMN dan
amanat/kebijakan nasional yang definitif harus dilaksanakan oleh daerah pada tahun
rencana, termasuk untuk prioritas bidang pendidikan. Program prioritas I berhubungan
langsung dengan kepentingan publik, bersifat monumental, berskala besar, dan memiliki
kepentingan dan nilai manfaat yang tinggi, memberikan dampak luas pada masyarakat
dengan daya ungkit yang tinggi pada capaian visi/misi daerah. Di samping itu, prioritas I
juga diperuntukkan bagi prioritas belanja yang wajib sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Belanja prioritas II Program Prioritas II merupakan program
prioritas ditingkat SKPD yang merupakan penjabaran dari analisis per urusan. Suatu
prioritas II berhubungan dengan program/kegiatan SKPD yang berdampak luas pada
masing-masing segmentasi masyarakat yang dilayani sesuai dengan prioritas dan
permasalahan yang dihadapi berhubungan dengan layanan dasar serta tugas dan fungsi
SKPD termasuk peningkatan kapasitas kelembagaan yang berhubungan dengan itu.
Prioritas III adalah prioritas untuk alokasi belanja-belanja yang tidak langsung.
Proporsi belanja langsung prioritas I terhadap total belanja langsung Kabupaten
Blora ditetapkan sebesar 40% tiap tahun, sedangkan proporsi belanja langsung prioritas
II terhadap total belanja langsung sebesar 60% tiap tahun. Pada tahun 2015 belanja
prioritas I diprediksikan sebesar Rp 111.279.022.773,00, sedangkan belanja prioritas II
sebesar Rp 488.206.246.015,00 pada tahun 2015. Rencana kerangka pendanaan
Kabupaten Blora dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.12
Hasil P erhitungan K erangka P endanaan K abupaten Blora
Tahun 2011-2015
No
Uraian
2011
2012
2013
2014
2015
Belanja Tidak
Langsung
Proporsi belanja tidak
langsung thd total
belanja (%)
Belanja tidak
langsung yang
W ajib dan M engik at
serta P rioritas
Utam a
Proporsi belanja tidak
langsung yang Wajib
dan Mengikat serta
Prioritas Utama
terhadap total belanja
langsung (%)
Belanja P rioritas I I I
(Belanja tidak
langsung lainnya:
Bantuan sosial dan
tidak terduga)
Proporsi belanja tidak
langsung lainnya
(Bantuan sosial dan
tidak terduga) (%)
490.674.859.463
501.559.406.775
513.125.781.838
525.435.731.450
535.479.519.758
62,81
61,69
60,62
59,59
58,27
515.989.266.262
524.761.666.105
534.549.509.775
545.039.022.611
553.269.751.736
99,00
98,80
98,60
98,40
98,20
4.906.748.595
6.018.712.881
7.183.760.946
8.406.971.703
9.638.631.356
III-18
No
2
Uraian
Belanja Langsung
Proporsi belanja
langsung (%)
Belanja P rioritas I
Proporsi belanja
Prioritas I (%)
Belanja P rioritas I I
Proporsi belanja
Prioritas II (%)
Total Belanja
daerah
2011
2012
2013
2014
2015
235.127.817.579
32,40
240.420.908.267
32,40
246.803.875.204
32,48
259.079.045.592
33,02
278.197.556.933
34,19
94.051.127.032
40
96.168.363.307
40
98.721.550.082
40
103.631.618.237
40
111.279.022.773
40
435.481.606.225
60
445.188.189.025
60
455.957.794.225
60
470.708.866.225
60
488.206.246.015
60
732.243.335.000
748.050.973.000
766.000.315.000
790.585.435.000
819.747.734.649
III-19
BAB I V
AN ALI SI S I SU-I SU STR ATEGI S
4.1 P erm asalahan P em bangunan
Permasalahan-permasalahan pembangunan di Kabupaten Blora secara rinci
sebagai berikut:
1. P elayanan Urusan K ew enangan W ajib
a. P endidikan
1) Masih rendahnya ketersediaan sarana dan prasarana PAUD, TK dan pendidikan
dasar.
2) Belum optimalnya kualitas penyelenggaraan pendidikan PAUD, Pendidikan
Dasar dan Pendidikan Menengah.
3) Masih rendahnya keterjangkauan pelayanan PAUD, Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah.
4) Masih rendahnya kualitas pendidik dan tenaga kependidikan.
5) Masih rendahnya kualitas manajemen penyelenggaraan pelayanan pendidikan.
b. K esehatan
1) Masih kurangnya pelayanan kesehatan dasar pada ibu melahirkan dan bayi.
Hal ini dikarenakan sulitnya jangkauan akses pelayanan kesehatan untuk ibu
melahirkan, keterlambatan mengambil keputusan oleh pihak keluarga,
terbatasnya bidan desa yang tinggal di desa binaannya, pelayanan persalinan
oleh bukan tenaga kesehatan.
2) Masih tingginya angka kesakitan pada penyakit menular dan ada
kecenderungan meningkatnya angka kesakitan pada penyakit tidak menular.
Hal ini disebabkan oleh masih rendahnya perilaku hidup bersih dan sehat, pola
hidup sehat serta lingkungan yang masih kurang baik.
3) Masih kurangnya mutu pelayanan kesehatan baik sarana, prasarana maupun
sumber daya kesehatan. Sarana dan prasarana kesehatan baik rujukan,
maupun dasar secara kuantitas telah mencukupi namun secara kualitas belum.
Sedangkan jumlah tenaga kesehatan dibandingkan dengan jumlah penduduk
masih kurang untuk kategori tertentu.
4) Masih ditemukannya gizi buruk pada balita walaupun relatif kecil , namun
demikian balita dengan BGM cenderung mengalami peningkatan.
5) Masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam penggunaan obat rasional. Hal
ini dapat dilihat dari masih banyaknya masyarakat yang membeli obat diluar
resep dokter dan obat generik.
6) Cakupan pelayanan kesehatan masyarakat miskin masih belum optimal.
c. P ekerjaan Um um
Jalan dan Jem batan:
1) Masih belum memadainya pelayanan jaringan transportasi, hal ini didasarkan
atas kondisi jaringan jalan yang ada, dan masih banyak yang mengalami
kerusakan.
2) Belum terintegrasinya sistem informasi/data base jalan/jembatan dalam
perencanaan pembangunan jalan/jembatan dan pemanfaatan ruang kota. Hal
ini dapat dilihat dengan belum tersusunnya data base secara terpadu sebagai
pendukung dalam perencanaan pembangunan.
IV - 1
P ersam pahan:
1) Meningkatnya volume sampah akibat bertambahnya jumlah penduduk.
2) Belum optimalnya pengangkutan sampah dari Tempat Penampungan
Sementara (TPS) ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
3) Kurangnya peningkatan kualitas pengelolaan TPA, hal ini dikarenakan
pengelolaan sampah yang ada masih menggunakan sistem onsite / olah
ditempat.
4) Kurangnya sarana dan prasarana persampahan di beberapa kecamatan (Cepu,
Randublatung, Ngawen, Kunduran, Todanan)
Sum ber Daya Air:
1) Belum optimalnya pengelolaan air permukaan yang tertampung pada waduk
atau embung, yang bisa dipergunakan untuk kebutuhan air baku maupun air
irigasi.
2) Tidak sempurnanya kondisi jaringan irigasi dan jaringan pengairan lainnya
untuk pemenuhan kebutuhan pengairan sawah. Hal ini dapat diketahui angka
kerusakan jaringan irigasi primer, sekunder maupun tersier yang masih cukup
tinggi, dan mengakibatkan kebocoran air irigasi.
3) Penyediaan dan pengelolaan air baku belum sesuai harapan, sehingga IPAM
belum bisa beroperasi sesuai dengan kapasitas terpasang.
4) Belum optimalnya pemanfaatan potensi air tanah, dikarenakan belum
tersedianya peta potensi dan rencana pengembangan air tanah.
5) PDAM masih terbatas dalam mengidentifikasi, memanfaatkan dan
mengkonservasi sumberdaya air yang tersedia.
Air Lim bah:
1) Meningkatnya volume limbah cair baik dari industri maupun domestik cukup
besar, sementara unit pengolahan limbah cair yang ada belum memadai.
2) Sistem sanitasi yang masih belum terpadu dalam perencanaan induk sistem
daerah, dikarenakan belum adanya kegiatan masterplan rencana induk sistem
pengelolaan air limbah.
3) Masih rendahnya kuantitas dan kualitas sarana sanitasi di wilayah Kabupaten
Blora, dimana dilihat dari sebagian besar masyarakat masih menggunakan
teknik pengelolaan air limbah secara on site komunal pada lingkungan
permukiman yang padat.
4) Belum adanya pembangunan sarana pengelolaan air limbah dalam skala
komunitas (kelompok masyarakat) melalui pendekatan masyarakat.
P em bangunan Saluran Drainase.
1) Belum optimalnya saluran/drainase untuk mengatasi bencana banjir baik di
perkotaan maupun di pedesaan.
2) Kurangnya kesadaran masyarakat didalam memelihara saluran drainase yang
ada.
3) Kondisi saluran drainase baik kuantitas maupun kualitas belum sesuai atau
tidak sebanding dengan cakupan dan kondisi wilayah.
4) Belum optimalnya keterpaduan perencanaan pembangunan saluran drainase
kota dengan perencanaan penataan ruang kota.
5) Persebaran saluran drainase yang masih terbatas dalam wilayah Kabupaten
Blora saja.
IV - 2
IV - 3
IV - 4
P ertanahan
1) Belum terwujudnya pembangunan sistem informasi pendaftaran tanah. Hal ini
dikarenakan belum berfungsinya sistem informasi pendaftaran tanah sebagai
basis data untuk pengambilan kebijakan pembangunan di bidang pertanahan.
2) Belum terwujudnya penataan penguasaan dan kepemilikan serta pemanfaatan
tanah yang disebabkan oleh masih rendahnya pemahaman terhadap peraturan
pertanahan, masih banyaknya bidang-bidang tanah yang belum
didaftarkan/disertifikatkan.
3) Masih dijumpainya konflik konflik sengketa tanah di Kabupaten Blora. Pada
tahun 2009 terjadi sebanyak 3 kasus konflik pertanahan.
IV - 5
m . Sosial
1) Masih tingginya jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial, terutama
keluarga fakir miskin, keluarga berumah tidak layak huni, lanjut usia terlantar,
anak terlantar, penyandang cacat, dan wanita rawan sosial ekonomi.
2) Belum optimalnya pelayanan dan rehabilitasi kesejahteraan sosial, sehingga
belum
tertanganinya dengan baik permasalahan Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial (PMKS).
3) Masih tingginya jumlah penduduk miskin disebabkan oleh kurangnya
koordinasi antar tim dalam program penanggulangan kemiskinan.
4) Tingginya kerentanan eks Penyandang Penyakit Sosial untuk kembali pada
perilaku yang kurang baik.
5) Masih rendahnya tingkat kesadaran dan partisipasi sosial masyarakat dalam
penanganan masalah kesejahteraan sosial.
6) Masih perlunya kemitraan dengan dunia usaha (Corporate Social
Responsibility/CSR).
n. K etenagakerjaan
1) Rendahnya kualitas dan produktivitas tenaga kerja. Hal ini terlihat dari tingkat
keterampilan tenaga kerja yang minim dan pendidikan tenaga kerja yang
masih rendah, rata-rata SMA kebawah.
2) Rendahnya peluang kesempatan kerja, Hal ini ditandai dengan tidak
sebandingnya jumlah angkatan kerja dengan jumlah lapangan kerja yang
tersedia.
3) Belum optimalnya perlindungan terhadap tenaga kerja dalam sistem hubungan
industrial dan syarat-syarat kerja. Hal ini ditandai masih banyaknya kasuskasus hubungan industrial yang terjadi.
4) Kurangnya informasi peluang kesempatan kerja bagi para pencari kerja.
o. K operasi Dan Usaha K ecil Dan M enengah
1) Masih adanya usaha mikro, kecil dan menengah yang belum berbadan hukum,
sehingga menghambat pengembangan usaha.
2) Belum tumbuhnya penciptaan wirausaha baru dan daya saing UMKM. Hal ini
disebabkan keberadaan lembaga pengembangan usaha dan lembaga diklat
belum memadai, dan belum terbangunnya kemitraan usaha dengan
perusahaan besar.
RPJMD Kabupaten Blora Tahun 2010 2015
IV - 6
IV - 7
3)
4)
5)
6)
7)
IV - 8
IV - 9
IV - 10
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
masyarakat untuk aktif dalam kelompok tani hutan sejumlah 844 kelompok
pada tahun 2009, dan lembaga masyarakat desa hutan sejumlah 137 buah.
Belum optimalnya pemanfaatan kawasan hutan produksi untuk meningkatkan
pendapatan ekonomi masyarakat desa disekitar hutan. Hal ini terlihat dari luas
produksi hasil hutan non kayu hanya sebesar 2.906,90 ha dari seluas
68.272,36 ha hutan produksi.
Masih ditemuinya perusakan hutan yang dilakukan oleh masyarakat desa di
sekitar hutan. Hal ini disebabkan masih kurangnya kesadaran masyarakat
mengenai manfaat hutan dan dampak yang ditimbulkan dari kerusakan hutan.
Belum optimalnya pelayanan ijin tebang dan ijin angkut hasil hutan bagi
masyarakat. Hal ini ditandai masih adanya penebangan dan pengangkutan
hasil hutan rakyat tanpa ijin.
Belum optimalnya pelayanan data dan informasi kehutanan kepada
masyarakat. Hal ini disebabkan belum adanya pemetaan secara digital
kehutanan dan belum terbangunnya kesinambungan statistik kehutanan.
Masih banyaknya luas lahan kritis, disebabkan rendahnya partisipasi
masyarakat dalam pengembangan hutan rakyat. Pengembangan hutan rakyat
selama ini hanya berasal dari program Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan
dan Lahan (GNRHL).
Belum sinergisnya regulasi mengenai industri hasil hutan, sehingga rentan
terhadap pelanggaran dalam pengelolaan industri hasil hutan.
Rendahnya infrastruktur pada kawasan sekitar hutan.
IV - 11
daerah yang belum dilengkapi dengan daya tarik wisata dan sarana prasarana
yang memadai.
3) Belum kuatnya jalinan kemitraan antara pemerintah daerah dengan dunia
usaha dan masyarakat dalam pengembangan pariwisata. Hal ini ditandai masih
sediikitnya jumlah asosiasi pariwisata, yaitu sebanyak 3 buah, dan jumlah
kelompok sadar wisata hanya sebanyak 1 buah.
e. P erikanan
1) Masih terbatasnya kapasitas produksi perikanan budidaya dan benih ikan. Hal
ini disebabkan terbatasnya sarana dan prasarana, ketersediaan air, belum
beragamnya jenis komoditas perikanan yang dibudidayakan, dan tingginya
ketergantungan pada pakan ikan buatan pabrik.
2) Masih rendahnya produksi perikanan tangkap di perairan umum disebabkan
masih keterbatasan alat penangkapan ikan.
3) Keterbatasan sumber daya air dalam pembudidayaan ikan air tawar.
f. P erdagangan
1) Belum optimalnya pelaksanaan perlindungan konsumen dan pengawasan
barang beredar. Hal ini ditandai masih adanya peredaran barang-barang yang
tidak memenuhi standar, dan produk makanan yang telah kadaluarsa.
2) Masih terbatasnya volume dan nilai realisasi ekspor. Hal ini disebabkan
lemahnya daya saing produk dalam hal mutu, desain dan merk dagang produk
lokal, dan belum kuatnya jaringan eksportir.
3) Belum optimalnya ketersediaan dan distribusi bahan kebutuhan pokok
masyarakat dengan harga yang layak dan terjangkau di seluruh wilayah, dan
belum terintegrasinya pasar lokal.
4) Meningkatnya jumlah pedagang kaki lima dan asongan yang mengganggu
ketertiban dan kenyamanan jalan raya. Hal ini disebabkan rendahnya
kesadaran pedagang kaki lima dan kurang tertatanya kawasan perdagangan
kaki lima.
5) Munculnya masalah sosial sebagai akibat dari banyaknya pasar
swalayan/pasar modern.
6) Tingginya biaya ekonomi sebagai akibat dari masih rendahnya Infrastruktur
penunjang yang telah menyebabkan turunnya daya saing produk.
7) Kurangnya sarana dan prasarana pendukung perdagangan
8) Berlakunya AFTA 2010 yang mempengaruhi persaingan produk-produk
perdagangan antar negara.
g. I ndustri
1) Masih rendahnya kapasitas iptek sistem produksi, yang ditandai belum
berkembangnya inovasi sistem produksi sehingga belum mampu
mengoptimalkan kualitas produk industri.
2) Masih banyaknya industri kecil dan menengah yang belum memiliki ijin usaha,
dan terbatasnya akses industri kecil dan menengah terhadap permodalan. Hal
ini menyebabkan banyak industri kecil dan menengah yang kurang
berkembang.
3) Masih rendahnya daya saing produk industri dibandingkan produk luar negeri
dan daerah lain. Hal ini disebabkan kemampuan teknologi industri masih
rendah dan belum adanya standarisasi mutu produk industri.
4) Belum optimalnya cluster industri yang dapat menunjang pemasaran produk
industri kecil dan menengah.
IV - 12
IV - 13
cukup tajam antara tingkat produksi yang ideal dengan kebutuhan. Selain itu pesatnya
pembangunan di bidang teknologi, industri, dan informasi memicu peningkatan
kebutuhan masyarakat akan energi.
Ketimpangan antara tingkat produksi dan konsumsi energi tersebut
mengakibatkan krisis energi skala nasional. DI sisi lain kurangnya pemahaman
masyarakat tentang kondisi energi saat ini sehingga tidak ada kesadaran masyarakat
untuk mulai berhemat dan menggunakan alternatif energi lainnya. Maka dari itu
pemerintah sebaiknya memikirkan ulang langkah-langkah penanganan krisis energi
saat ini sehingga bisa menyentuh akar masalah sebenarnya.
3. Tuntutan P erw ujudan Good and Clean Governance yang Sem akin K uat
Menciptakan tata pemerintahan yang bersih, dan berwibawa merupakan salah
satu agenda penting dalam pembangunan daerah. Hal tersebut merupakan upaya
untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik sesuai dengan tuntutan dan
kebutuhan rakyat Indonesia, diantaranya: keterbukaan, akuntabilitas, efektifitas dan
efisiensi, menjunjung tinggi supremasi hukum, dan membuka partisipasi masyarakat
yang dapat menjamin kelancaran, keserasian dan keterpaduan tugas dan fungsi
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Untuk itu diperlukan langkahlangkah kebijakan yang terarah pada perubahan kelembagaan dan sistem
ketatalaksanaan, kualitas sumber daya manusia aparatur, dan sistem pengawasan dan
pemeriksaan yang efektif.
Masih tingginya tingkat penyalahgunaan wewenang, banyaknya praktek
KKN,dan masih lemahnya pengawasan terhadap kinerja aparatur negara merupakan
cerminan dari kondisi kinerja birokrasi yang masih jauh dari harapan. Banyaknya
permasalahan birokrasi tersebut belum sepenuhnya teratasi baik dari sisi internal
maupun eksternal. Dari sisi internal, berbagai faktor seperti demokrasi,desentralisasi
dan internal birokrasi itu sendiri, masih berdampak pada tingkat kompleksitas
permasalahan dandalam upaya mencari solusi lima tahun ke depan. Sedangkan dari
sisi eksternal, faktor globalisasi dan revolusi teknologi informasi juga akan kuat
berpengaruh terhadap pencarian alternatif-alternatif kebijakan dalam bidang aparatur
negara. Untuk itu, dibutuhkan suatu upaya yang lebih komprehensif dan terintegrasi
dalam mendorong peningkatan kinerja birokrasi aparatur negara dalam menciptakan
pemerintahan yang bersih dan akuntabel yang merupakan amanah reformasi dan
tuntutan rakyat.
4. P enurunan K ualitas Lingkungan dan P eningkatan Frekuensi serta I ntensitas
Bencana Alam
Penurunan kualitas lingkungan akibat pengrusakan hutan dan pencemaran
lingkungan akibat usaha dan/atau kegiatan, merupakan isu penting yang harus disikapi
dengan program-program pembangunan yang berkesinambungan.
Meningkatnya frekuensi kejadian berbagai jenis bencana alam dengan
skala dan intensitasnya mengharuskan pemerintah menyusun rencana aksi yang
sistematis dan konkrit mulai dari pra bencana, pada saat tanggap darurat dan
pada pasca terjadinya bencana (rehabilitasi-rekonstruksi). Hal ini disebabkan setiap
bencana menimbulkan permasalahan kemanusiaan yang serius serta dampak sosial
bagi masyarakat yang tidak dapat dinilai dengan materi. Bencana yang umumnya
terjadi dalam waktu singkat menghancurkan hasil pembangunan yang telah dirintis
dan diperjuangkan dalam waktu yang lama. Selain menimbulkan korban jiwa,
bencana menghancurkan perumahan, area pertanian dan perkebunan, infrastuktur
perekonomian, infrastruktur publik, komunikasi dan transportasi, instalasi pengadaan
air dan energi, serta bidang-bidang penting dan strategis lainnya. Bencana meluluh
RPJMD Kabupaten Blora Tahun 2010 2015
IV - 14
IV - 16
IV - 17
terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi
secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang
berkualitas, berahlak mulia dan sejahtera.
4.2.2 K ondisi Lingkungan R egional P rovinsi Jaw a Tengah
Kondisi lingkungan regional yang dapat terkait dengan Kabupaten Blora adalah
sebagai berikut:
1. Tingginya Jum lah P enduduk M iskin
Persoalan mendesak yang dihadapi oleh Provinsi Jawa Tengah adalah
tingginya jumlah penduduk miskin, yaitu sebesar 6.667.200 orang (20,49%)
pada tahun 2007. Pada tahun 2003 jumlah penduduk miskin, yaitu 6.980.000
orang (21,78%). Dengan demikian, selama lima tahun jumlah penduduk miskin
hanya berkurang 112.800 orang atau hanya berkurang 1,29%.
2. Tingginya Jum lah P enganggur
Jumlah penganggur di Jawa Tengah
relatif tinggi, yaitu sebesar
1.360.219 orang pada tahun 2007; jumlah ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan
tahun 2003 sebesar 912.513 orang. Jumlah penganggur ini cenderung
bertambah sejalan dengan meningkatnya jumlah angkatan kerja yang mencari
pekerjaan dan terjadinya PHK akibat ancaman terjadinya krisis keuangan global.
3. Tingginya Alih Fungsi Lahan P ertanian ke N on P ertanian
Permasalahan yang masih terjadi di Jawa Tengah adalah tingginya angka
alih fungsi lahan pertanian ke pertanian lebih kurang sebesar 2% per tahun.
Akibat adanya alih fungsi lahan ini adalah berkurangnya total produksi pertanian
yang berakibat lanjutan pada berkurangnya ketersediaan pangan.
4. Belum M eratanya P elayanan K esehatan Dasar
Jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat yang diprogramkan oleh
pemerintah (pusat) belum menjangkau seluruh keluarga miskin yang ada di Jawa
Tengah. Sementara ada keterbatasan kemampuan anggaran daerah untuk dapat
memenuhi seluruh kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat miskin.
5. M asih R endahnya R ealisasi P enanam an M odal
Penanaman modal merupakan salah satu solusi bagi terjadinya
pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja untuk mengurangi tingginya
angka pengangguran. Perkembangan realisasi investasi untuk PMDN turun dari
tahun 2006 sebesar 5,070,31 trilyun menjadi 348,93 Milyar rupiah tahun 2007
untuk PMDN, dan untuk PMA turun realisasi investasi dari 385,79 Milyar rupiah
menjadi 106,63 Milyar rupiah tahun 2007. Sementara itu dari persetujuan hingga
ke realisasi investasi tahun 2006 menunjukkan peningkatan, yaitu dari
persetujuan sebesar 3,82 trilyun rupiah menjadi 5,079.31 trilyun rupiah. Namun
tahun 2007 mengalami penurunan, yaitu dari persetujuan 1,19 trilyun rupiah
yang terealisasi hanya 348,93 milyar rupiah untuk PMDN, dan untuk PMA pada
tahun 2006 terjadi penurunan persetujuan investasi dari 385,79 milyar rupiah
menjadi 142,39 milyar rupiah, dan tahun 2007 turun dari 317,17 milyar rupiah
menjadi 106,63 milyar rupiah.
6. M asih R endahnya Akses Usaha K ecil dan M ikro terhadap P erm odalan
Usaha dan P asar Ekspor
UMKM adalah basis perekonomian yang cukup tangguh di Jawa Tengah.
Kontribusi UMKM bagi penyerapan tenaga kerja selama 5 tahun terakhir
menunjukkan peningkatan yang cukup tajam, hampir mencapai 40,59 %.
RPJMD Kabupaten Blora Tahun 2010 2015
IV - 18
Sementara itu, jumlah aset UMKM sebesar 4.192 trilyun rupiah pada tahun 2003
menjadi 6.106 trilyun rupiah pada tahun 2007 atau meningkat sampai 45,65 %.
Sayangnya prestasi ini tidak diimbangi dengan pelayanan permodalan yang
diberikan oleh pemerintah. Beberapa UMKM khususnya yang ditangani
perempuan pengusaha bahkan sulit memperoleh akses permodalan. Selain itu
pasar ekspor juga sulit untuk ditembus karena selain kualitas produk yang kalah
bersaing, juga akses menuju tempat tujuan ekspor belum sepenuhnya mudah
terjangkau.
7. Belum Optim alnya P enyelenggaraan Tata K epem erintahan Yang
Am anah (Good Governance)
Tuntutan untuk mewujudkan good governance sudah menjadi salah satu
isu penting d Indonesia sejak beberapa tahun lalu, didahului oleh krisis finansial
yang terjadi pada tahun 1997-1998 yang meluas menjadi krisis mutidimensi.
Krisis tersebut telah mendorong arus balik yang menuntut perbaikan atau
reformasi dalam penyelenggaraan negara termasuk birokrasi pemerintahannya.
Salah satu penyebab terjadinya krisis multidimensi yang dialami tersebut adalah
karena buruknya atau salah kelola dalam penyelengaraan tata kepemerintahan
(poor governance), diindikasikan oleh beberapa hal, antara lain: (1) dominasi
kekuasaan oleh satu pihak terhadap pihak-pihak lainnya, sehingga pengawasan
menjadi sulit dilakukan; (2) terjadinya tindakan korupsi, kolusi, dan nepotisme
(KKN); dan (3) rendahnya kinerja aparatur termasuk dalam pelayanan kepada
publik atau masyarakat di berbagai bidang. Pihak-pihak yang dituntut untuk
melakukan reformasi tidak hanya negara saja (legislatif, yudikatif, dan eksekutif)
tetapi juga dunia usaha/swasta (corporates) dan masyarakat luas (civil society).
Secara umum, tuntutan reformasi berupa penciptaan good corporate governance
di sektor dunia usaha atau swasta, penciptaan good public governance dalam
penyelenggaraan pemerintahan negara, dan pembentukan good civil society atau
masyarakat luas yang mampu mendukung terwujudnya good governance.
8. Bencana Alam
Berbagai macam bencana alam terjadi setiap tahun di Jawa Tengah, baik
banjir, kekeringan, tanah longsor, bencana gunung berapi, kebakaran hutan
terjadi di Jawa Tengah. Telah disusun Rencana Aksi Daerah Pengurangan Resiko
Bencana maka diharapkan pengurangan reskiko bencana dapat diantisipasi
sebelumnya (mitigasi) bencana.
9. M asalah P enegakkan Hukum
Kesadaran hukum masyarakat masih rendah, demikian halnya penegakan
hukum belum sebagaimana yang diharapkan. Beberapa kasus korupsi banyak
yang belum ditindaklanjuti, bahkan kasus yang telah lama hingga tahun 2008
belum memperoleh penanganan yang serius. Jawa Tengah adalah barometer
dalam hal ketenteraman dan keamanan yang kondusif, namun dalam hal
penegakan hukum masih perlu ditingkatkan.
10. Belum Terw ujudnya K esetaran dan K eadilan Gender
Dua indikator perwujudan keadilan dan kesetaraan gender adalah Indeks
Pembagunan Gender (IPG) dan Indek Pemberdayaan Gender (IDG). IPG Jawa
Tengah sejak tahun 2003 hingga tahun 2007 meningkat sebesar 5 poin, yaitu
dari 58,9 menjadi 63,9; sedangkan IDG tahun 2003 sebesar 56,2 meningkat
menjadi 59,9 pada tahun 2007, atau naik sebesar 3,7. Meskipun demikian,
peningkatan ini lebih rendah dibandingkan provinsi lain. Saat ini IDG Jawa
Tengah menduduki ranking 11 dari 33 provinsi di Indonesia. Ketidakadilan dan
kesetaraan juga dapat dilihat dari tingginya angka tindak kekerasan terhadap
perempuan dan anak.
RPJMD Kabupaten Blora Tahun 2010 2015
IV - 19
governance
IV - 20
Masih banyak temuan yang terjadi pada saat pemeriksaan oleh inspektorat
Kabupaten Blora.
6. Belum optim alnya pengelolaan pertam bangan dan M igas
Kabupaten Blora memiliki potensi tambang yang cukup besar yaitu kalsit,
batu gamping, phospat, pasir dan beberapa mineral laninnya. Potensi ini perlu
dikembangkan namun tetap mengkaji dari aspek keberlanjutan lingkungan hidup.
Pemanfaatannya dilakukan secara efektif dengan menyusun Wilayah
Pertambangan Rakyat (WPR).
Sedangkan potensi migas di Blok Cepu, Blok Gundhi, dan Blok
Randugunting perlu optimalisasi pengelolaan baik oleh operator (kontraktor) dan
hak pengelolaan yang dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Blora. Hak pengelolaan
yang dimiliki diantaranya adalah Participating Interest (PI) dan dana bagi hasil.
Oleh karena itu diperlukan kondusifitas daerah agar eksploitasi migas tidak
berdampak negatif baik dari sisi sosial dan ekonomi.
7. Belum Optim alnya produktivitas pertanian dan pem asaran produk
pertanian dalam arti luas.
Pertanian di Kabupaten Blora memberikan kontribusi terbesar terhadap
PDRB, namun demikian produktivitas pertanian belum optimal, terutama untuk
tanaman pangan dan hortikulutra. Selain itu pemasaran terhadap produk
pertanian juga hanya lingkup regional saja. Bahkan untuk komoditas tertentu
hanya dipasarkan di Kabupaten Blora saja. Kurang optimalnya produktivitas
pertanian antara lain disebabkan oleh belum optimalnya ketersediaan pupuk dan
sarana produksi pertanian.
8. Belum Optim alnya pem erataan akses pelayanan pendidikan dan m utu
peindidikan baik form al m aupun non form al.
Angka Partisipasi Murni (APM) pendidikan SD/MI pada tahun 2009
sebesar 88,43%, APM SMP sebesar 67,05% dan APM SMA sebesar 34,80%
menunjukkan bahwa akses pendidikan dasar dan menengah belum merata.
Sedangkan angka kelulusan untuk jenjang pendidikan SD, SMP dan SMA juga
menunjukkan capaian yang rendah pada tahun 2009.
9. Belum Optim alnya kualitas pelayanan kesehatan dasar dan rujukan
khususnya untuk penduduk m iskin.
Kualitas pelayanan kesehatan di Puskesmas masih belum optimal. Tingkat
ketersediaan obat-obatan dan tenaga medis masih relatif rendah di tingkat
Puskesmas. Puskesmas Rawat Inap di Kabupaten Blora jumlahnya masih sedikit.
Demikian juga pelayanan RSUD Kabupaten Blora untuk pelayanan rawat inap
kelas III masih belum optimal. Terutama ketersediaan peralatan kesehatan
belum memadai. Selain itu, biaya pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin
juga dirasakan masih tinggi, sehingga masih memberatkan.
10.Belum optim alnya pem binaan
pengelolaan pasar tradisional
terhadap
UM K M ,
industri
dan
IV - 22
BAB V
VI SI , M I SI , TUJUAN DAN SASAR AN
5.1 Visi
Visi adalah rumusan keadaan masa depan yang ingin dicapai dengan mendasarkan
pada situasi dan kondisi yang ada. Visi pembangunan jangka menengah Kabupaten Blora
tahun 2010-2015 adalah sebagai berikut:
Terw ujudnya P em erintahan yang Bersih M enuju M asyarakat Blora
yang Sejahtera
Berdasarkan visi jangka menengah tersebut, diharapkan seluruh unsur pemerintah daerah
Kabupaten Blora dapat mengoptimalkan seluruh kapasitas yang dimilikinya untuk
mewujudkan pemerintahan yang bersih dan masyarakat yang sejahtera.
Penjelasan visi jangka menengah Kabupaten Blora adalah sebagai berikut:
1. Pemerintahan yang bersih, mengandung maksud bahwa penyelenggaraan
pemerintahan dilaksanakan dengan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik (good
governance) ditandai pemerintahan yang bebas dari praktek Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme (KKN), sumber daya aparatur yang berkualitas dan profesional,
mengedepankan pelayanan publik secara optimal, adanya jaminan kebebasan
berpendapat,
2. Masyarakat yang sejahtera, mengandung maksud bahwa seluruh masyarakat
Kabupaten Blora telah mampu memenuhi kebutuhan dasarnya meliputi sandang,
pangan, papan, pendidikan dan kesehatan secara layak. Kondisi ini ditandai tingginya
pendapatan per kapita penduduk, pemerataan pendidikan bagi masyarakat, tingginya
derajat kesehatan masyarakat, menurunnya jumlah penduduk miskin, terciptanya
iklim investasi, meningkatnya jumlah lapangan kerja di berbagai sektor usaha,
ketersediaan infrastruktur dasar dan terciptanya kelestarian lingkungan hidup.
5.2 M isi
V-1
serta
V-2
V-3
BAB VI
STR ATEGI DAN AR AH K EBI JAK AN
6.1 Strategi
Strategi yang dipilih dalam mencapai tujuan pembangunan daerah dirinci per
tujuan sebagai berikut:
Tujuan 1. M eningkatkan kualitas pelayanan publik dengan tata kelola
pem erintahan yang baik (Clean and Good Governm ent)
Strategi untuk mencapai tujuan pertama yaitu:
1. Meningkatkan kompetensi dan profesionalisme serta etos birokrasi dalam
penyelenggaraan pemerintahan melalui pengembangan pendidikan dan pelatihan
aparatur dan studi lanjut serta pembinaan karier yang berkelanjutan.
2. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam perencanaan pembangunan
dan penyelenggaraan pemerintahan melalui pengembangan monitoring dan
evaluasi pelaksanaan program serta pengelolaan keuangan transparan dan
akuntabel.
3. Meningkatkan kualitas pelayanan publik melalui peningkatan pemanfaatan sarana
dan prasarana yang ada, kemampuan aparatur pelayanan serta pengembangan
standar pelayanan pada unit-unit pelayanan publik.
Tujuan 2. M eningkatkan kualitas dan kuantitas penyediaan dan
pem erataan infrastruktur.
Strategi untuk mencapai tujuan kedua yaitu meningkatkan kualitas dan kuantitas
dalam memperluas pemerataan pembangunan infrastruktur, melalui swadaya
masyarakat, dana pihak ketiga maupun dana pemerintah.
Tujuan 3. M eningkatkan produktivitas dan daya saing pertanian serta
pem asaran produk pertanian
Strategi untuk mencapai tujuan ketiga yaitu:
1. Meningkatan pengendalian, Pencegahan, pemantauan OPT, penanggulangan
penyakit hewan, bencana alam banjir dan kekeringan.
2. Meningkatkan Penyediaan sarana produksi ALSINTAN, sarana irigasi melalui
pompanisasi, pengembangan lumbung air,sumur usaha tani serta pemberdayaan
P3A.
3. Meningkatkan pelatihan, lomba inovasi, pemberian penghargaan dan
meningkatkan partisipasi masyarakat.
4. Meningkatkan intensifikasi, rehabilitasi, diversifikasi dan penggunaan bibit/benih
unggul
5. Meningkatkan kualitas penyuluh pertanian.
6. Mengoptimalkan pemberdayaan penyuluh pertanian dalam penyusunan Rencana
definitive kebutuhan pupuk secara tepat.
7. Mengoptimalan fungsi Badan pengawas peredaan pupuk dan pestisida dan
pemberian sangsi tegas terhadap distributor pupuk dan obat yang melanggar.
8. Mengoptimalkan jaringan suplai dan distribusi pupuk dan Saprodi pertanian yang
telah ada.
9. Meningkatkan peran pasar tradisional dan jejaring kemitraan serta promosi dan
akses pemasaran bagi petani.
VI - 1
VI - 2
1. Retribusi rawat jalan dan rawat inap di puskesmas dan Rumah Sakit Umum Kelas
III.
2. Tindakan di Puskesmas.
3. Rujukan di Puskesmas.
4. Pelayanan ANC / PNC (pemeriksaan ibu hamil sebelum dan sesudah melahirkan).
5. Biaya persalinan.
Tujuan 7. M eningkatkan daya saing UM K M dan jejaring pem asaran serta
m engoptim alkan peran pasar tradisional
Strategi untuk mencapai tujuan ketujuh yaitu:
1. Meningkatkan produktifitas Usaha Mikro Kecil dan Menengah melalui kemudahan
akses modal, pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi, peningkatan kualitas
sumberdaya manusia dan penguatan kelembagaan.
2. Meningkatkan jejaring pemasaran dan kemitraan serta penataan dan
pemanfaatan pasar tradisional.
3. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia di bidang Usaha Mikro Kecil dan
Menengah yang berjiwa entrepreneur.
Tujuan 8. M engurangi dan m engendalikan pencem aran lingkungan hidup
dan m eningkakan kelestarian lingkungan hidup
Strategi untuk mencapai tujuan kedelapan yaitu mengurangi dan mengendalikan
pencemaran lingkungan hidup dan meningkakan kelestarian lingkungan hidup,
melalui peningkatan kesadaran masyarakat dan optimalisasi organisasi masyarakat
peduli lingkungan.
Tujuan 9. M eningkatkan kesadaran m asyarakat akan hak dan kebebasan
berpendapat.
Strategi untuk mencapai tujuan kesembilan yaitu meningkatkan kesadaran
masyarakat akan hak dan kebebasan berpendapat melalui optimalisasi pembinaan
organisasi massa dan organisasi karang taruna serta penanaman nilai-nilai demokrasi
di kalangan masyarakat.
6.1 Arah K ebijakan
Arah Kebijakan yang diambil dalam memecahkan
pembangunan daerah dirinci per tujuan sebagai berikut:
permasalahan
VI - 3
dan
VI - 4
VI - 5
Tabel 6.1
K eterkaitan Visi, M isi, Tujuan, Sasaran, Strategi, Arah K ebijakan dan P rogram P em bangunan Daerah K abupaten Blora
M isi
Tujuan
Sasaran
1. Melanjutkan
reformasi
birokrasi untuk
menciptakan
pemerintahan
yang
bersih,
bebas
KKN,
berdaya
dan
berhasil
guna
disemua bidang
pemerintahan
dalam
rangka
meningkatkan
pelayanan
publik.
Meningkatkan
kualitas
pelayanan publik
dengan tata
kelola
pemerintahan
yang baik (Clean
and Good
Government)
1.
Terwujudnya kompetensi
dan kapabilitas aparatur
2. Terwujudnya aparatur
yang jujur, berdedikasi
tinggi dan memiliki
semangat melayani
3. Terwujudnya peningkatan
transparansi dalam proses
perencanaan
pembangunan dan
pengelolaan keuangan
4. Terwujudnya peningkatan
partisipasi masyarakat
sipil/publik dalam proses
pembangunan
5. Terwujudnya peningkatan
Anggaran berbasisi kinerja
6. Terwujudnya peningkatan
akuntabilitas dalam
penyelenggaraan
pemerintahan
7. Terwujudnya peningkatan
transparansi dalam
pengelolaan keuangan
8. Terwujudnya peningkatan
pendapatan asli daerah
9. Terwujudnya peningkatan
pengawasan
penyelenggaraan
pemerintahan.
10. Terwujudnya peningkatan
tata pemerintahan di
tingkat desa
Strategi
Arah K ebijak an
1. Meningkatkan
kompetensi
dan profesionalisme serta
etos
birokrasi
dalam
penyelenggaraan
pemerintahan
melalui
pengembangan pendidikan
dan pelatihan aparatur dan
studi lanjut serta pembinaan
karier yang berkelanjutan.
2. Meningkatkan transparansi
dan akuntabilitas dalam
perencanaan pembangunan
dan penyelenggaraan
pemerintahan melalui
pengembangan monitoring
dan evaluasi pelaksanaan
program serta pengelolaan
keuangan transparan dan
akuntabel.
3. Meningkatkan kualitas
pelayanan publik melalui
peningkatan pemanfaatan
sarana dan prasarana yang
ada, kemampuan aparatur
pelayanan serta
pengembangan standar
pelayanan pada unit-unit
pelayanan publik
1. Mengembangkan
pendidikan dan
pelatihan aparatur yang
berkualitas dan sesuai
dengan kebutuhan.
2. Mengembangkan karier
pegawai yang
transparan berdasarkan
kompetensi yang
dimiliki.
3. Menciptakan iklim kerja
yang kondusif bagi
pengembangan
kamampuan pegawai
dan etos kerja aparatur.
4. Meningkatkan
akuntabilitas dalam
penyelenggaraan
pemerintahan
5. Meningkatkan
transparasi dalam
pengelolaan keuangan.
6. Meningkatkan
transparansi
perencanaan daerah.
7. Meningkatkan
pendapatan asli daerah.
8. Meningkatkan
Pengawasan
penyelenggaraan
pemerintahan.
9. Meningkatkan
koordinasi bidang
pemerintahan.
VI - 6
P rogram
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
M isi
Tujuan
Sasaran
11. Terwujudnya peningkatan
kualitas pelayanan pubik di
bidang perijinan
12. Terwujudnya peningkatan
kualitas pelayanan publik
di bidang pelayanan
administrasi kependudukan
13. Terwujudnya peningkatan
pelayanan publik di bidang
transportasi
14. meningkatnya kualitas
pelayanan publik di bidang
air bersih, persampahan,
air limbah, listrik,
telekomunikasi
Strategi
Arah K ebijak an
P rogram
18. Program
perencanaan
pembangunan
daerah rawan bencana.
19. Program Peningkatan dan pengembangan
pengelolaan keuangan daerah
20. Program
Pembinaan
dan
fasilitasi
Pengelolaan Keuangan desa
21. Program
Program
Penataan
daerah
otonomi baru
22. Program
peningkatan
profesionalisme
tenaga
pemeriksa
dan
aparatur
pengawasan
23. Program Penataan dan penyempurnaan
kebijakan
sistem
dan
prosedur
pengawasan.
24. Program Kelembagaan perangkat daerah
25. Program
Ketatalaksanaan
perangkat
daerah
26. Program koordinasi bidang administrasi
pembangunan
27. Program koordinasi bidang Perekonomian
28. Program
koordinasi
bidang
tata
pemerintahan
29. Program koordinasi bidang pemerintahan
desa
30. Program koordinasi bidang kesejahteraan
masyarakat.
31. Program koordinasi bidang kehumasan
32. Program penyelenggaraan keprotokolan
daerah.
33. Program sandi dan telekomunikasi
34. Program Pelayanan pada kecamatan
35. Program koordinasi dan pelayanan pada
kelurahan
VI - 7
M isi
Tujuan
Sasaran
2. Mewujudkan
pembangunan
infrastruktur
sampai tingkat
perdesaan
Meningkatkan
kualitas dan
kuantitas
penyediaan dan
pemerataan
infrastruktur
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Strategi
Arah K ebijak an
P rogram
5. Meningkatkan kualitas
dan kuantitas jalan dan
jembatan
6. meningkatkan
pembangunan jalan
dan jembatan di
wilayah strategis
7. Meningkatkan
kebersihan lingkungan
permukiman
8. Meningkatkan
jangkauan layanan
irigasi, air bersih dan
pengelolaan sampah
VI - 8
M isi
Tujuan
3. Mewujudkan
peningkatan
produktivitas
pertanian
beserta
pemasaran
hasilnya dalam
rangka
meningkatkan
kesejahteraan
petani
Meningkatkan
produktivitas
dan daya saing
pertanian serta
pemasaran
produk
pertanian
Sasaran
1. Meningkatnya produktivitas
dan daya saing serta
pemasaran produk
pertanian
2. Meningkatnya penguatan
kelembagaan kelompok
pertanian.
3. Meningkatnya
pemanfaatan teknologi pra
dan pasca panen.
4. Meningkatnya kualitas
penyuluh dan petani
5. Tercukupinya kebutuhan
pupuk dan kelancaran
distribusinya.
6. Meningkatnya penyediaan
sarana produksi pertanian.
Strategi
2. Meningkatan pengendalian,
Pencegahan, pemantauan
OPT, penanggulangan
penyakit hewan, Bencana
Alam banjir dan kekeringan
3. Meningkatkan Penyediaan
sarana produksi ALSINTAN,
sarana irigasi melalui
pompanisasi,
pengembangan lumbung
air,sumur usaha tani serta
pemberdayaan P3A
4. Meningkatkan pelatihan,
lomba inovasi, pemberian
penghargaan dan
meningkatkan partisipasi
masyarakat
5. Meningkatkan intensifikasi,
rehabilitasi, diversifikasi dan
penggunaan bibit/benih
unggul
6. Meningkatkan kualitas
penyuluh pertanian
7. Mengoptimalkan
pemberdayaan penyuluh
pertanian dalam
penyusunan Rencana
definitive kebutuhan pupuk
secara tepat
Arah K ebijak an
1. Meningkatkan
produktivitas dan
pemasaran produk
pertanian unggulan.
2. Peningkatan
kemampuan
pengelolaan lahan,
teknik budidaya,
pengolahan pasca
panen dan pemasaran
serta kemitraan.
3. Revitalisasi penyuluh
pertanian
4. Meningkatkan
penyediaan pupuk dan
sarana produksi
pertanian.
5. Meningkatkan
pengawasan
peredaran dan
kelancaran distribusi
pupuk dan pestisida.
6. Menguatkan
kelembagaan
kelompok/klaster
pertanian.
7. Meningkatkan
pengelolaan
kesehatan hewan.
VI - 9
P rogram
21. Program
pengembangan
kawasan
permukiman perkotaan dan perdesaan
22. Program pembinaan teknis bangunan dan
gedung
23. Program penataan lingkungan permukiman
perkotaan
24. Program peningkatan kesiagaan dan
pencegahan bahaya kebakaran pada
bangunan dan gedung
1. Program Peningkatan Kesejahteraan petani
2. Program peningkatan pemasaran hasil
produksi pertanian/ perkebunan
3. Peningkatan
penerapan
teknologi
pertanian/ perkebunan
4. Program
peningkatan
produksi
pertanian/perkebunan
5. Program pengembangan jaringan irigasi
pertanian/perkebunan
6. Program Pengembangan Pertanian Organik
Terpadu
7. Program
Peningkatan
kapasitas
kelembagaan petani
8. Program pemberdayaan penyuluh lapangan
9. Program penyediaan Sarana produksi
pertanian
10. Program pencegahan dan penanggulangan
penyakit ternak
11. Program
peningkatan
produksi
hasil
peternakan
12. Program
pengembangan
budidaya
perikanan
13. Program
pengembangan
budidaya
perikanan tangkap
14. Program Peningkatan penerapan teknologi
peternakan
15. Program peningkatan pemasaran hasil
produksi peternakan
M isi
Tujuan
4. Menciptakan
iklim
investasi
yang baik dan
meningkatkan
lapangan kerja
yang luas bagi
masyarakat
Meningkatkan
iklim investasi
dan lapangan
kerja bagi
masyarakat.
Sasaran
1.
2.
3.
5. Mewujudkan
pendidikan
gratis di tingkat
SD/MI dan
SMP/MTS serta
murah ditingkat
SMA/MA
Meningkatkan
akses
pemerataan dan
mutu pelayanan
pendidikan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Meningkatnya investasi
utamanya investasi yang
dapat menciptakan
peluang kerja.
Meningkatnya kualitas
pelayanan perijinan
investasi.
Meningkatnya kesadaran
masyarakat akan
pentingnya investasi.
Meningkatknya APK pada
semua jenjang pendidikan
Meningkatnya APM pada
semua jenjang pendidikan
Meningkatnya kualitas dan
kuantitas penyelenggaraan
pendidikan non formal dan
formal
Meningkatnya angka
kelulusan
Menurunnya angka putus
sekolah
Meningkatnya angka melek
huruf
Strategi
Arah K ebijak an
8. Mengoptimalan fungsi
Badan pengawas peredaan
pupuk dan pestisida dan
pemberian sangsi tegas
terhadap distributor pupuk
dan obat yang melanggar
9. Mengoptimalkan jaringan
suplai dan distribusi pupuk
dan Saprodi pertanian yang
telah ada.
10. Meningkatkan peran pasar
tradisional dan jejaring
kemitraan serta promosi dan
akses pemasaran bagi petani.
1. Meningkatan promosi dan
kerjasama investasi
2. Membentuk pelayanan
perijinan satu pintu
3. Pemberinan insentive
kepada investor
4. Regulasi yang pro investasi
5. Meningkatkan kesadaran
masyarakat akan
pentingnya investasi
Meningkatkan
Akses
Pemerataan
dan
kualitas
pendidikan pada semua jenjang
pendidikan
termasuk
pendidikan non formal melalui
fasilitasi
bantuan
biaya
operasional satuan pendidikan
pada jenjang pendidikan dasar
dan
pemberian
biaya
operasional satuan pendidikan
pada jenjang pendidikan SMA,
peningkatan
sarana
dan
prasarana
pendidikan,
dan
meningkatkan kompetensi guru
sesuai standar.
1. Meningkatkan sarana
prasarana pendukung
investasi
2. Meningkatkan kualitas
pelayanan investasi
3. Meningkatkan
kesadaran masyarakat
pentingnya investasi.
4. Meningkatkan peluang
lapangan kerja
1. Pendidikan murah
disetiap jenjang
pendidikan
2. Meningkatkan kualitas
mutu pendidikan
VI - 10
P rogram
M isi
Tujuan
Sasaran
Arah K ebijak an
P rogram
Peningkatan cakupan
pelayanan kesehatan dasar dan
rujukan khususnya bagi
penduduk miskin melalui
pengembangan sistem jaminan
kesehatan, peningkatan sarana
dan prasarana Kesehatan,
Meningkatkan usaha promotif
dan pencegahan,
Meningkatkan peran serta dan
pemberdayaan masyarakat.
1. Meningkatkan upaya
pelayanan kesehatan
secara profesional dan
bermutu
2. Meningkatkan Kualitas
dan kuantitas tenaga
kesehatan baik tenaga
medis dan paramedis
3. Meningkatkan standar
pelayanan minimal dan
SOP di setiap sarana
kesehatan.
a.
1. Meningkatkan produktifitas
UMKM melalui kemudahan
akses modal, pemanfaatan
Iptek, peningkatan kualitas
SDM dan penguatan
kelembagaan.
2. Meningkatkan jejaring
pemasaran dan kemitraan
serta penataan dan
pemanfaatan pasar
tradisional.
3. Meningkatkan kualitas SDM
UMKM yang berjiwa
entrepreneur.
1. Meningkatkan
Produktifitas UMKM
2. Mengembangkan pasar
tradisional
3. Meningkatkan jiwa
entrepreneur UMKM
4. Meningkatkan jejaring
pemasaran dan
kemitraan UMKM
1.
7.
6. Mewujudkan
kesehatan gratis
untuk
semua
jenis pelayanan
di
puskesmas
dan
jenis
pelayanan
sampai klas 3 di
badan
rumah
sakit Blora dan
Cepu
Meningkatkan
derajat
kesehatan
masyarakat.
7. Meningkatkan
perekonomian
lokal
dengan
mendorong
UMKM
dan
pasar tradisional
Meningkatkan
daya saing
UMKM dan
jejaring
pemasaran serta
mengoptimalkan
peran pasar
tradisional.
Meningkatnya rata-rata
lama sekolah
8. Meningkatnya jumlah guru
yang bersertifikat
1. Meningkatnya cakupan
pelayanan kesehatan dasar
dan rujukan pada
penduduk miskin.
2. Meningkatnya usia harapan
hidup masyarakat.
3. menurunnya angka
kematian ibu dan bayi
4. menurunnya balita gizi
kurang dan gizi buruk
5. Meningkatkan pembinaan,
pengendalian dan
penguatan bidang farmasi
1. Meningkatnya
produktivitas dan
penguatan kelembagaan
kelompok/klaster UMKM.
2. Meningkatnya UMKM yang
mampu meng-akses
permodalan.
3. Meningkatnya UMKM
dalam pemanfatan
teknologi tepat guna.
4. Meningkatnya jejaring
pemasaran produk UMKM
baik nasional dan
internasional.
5. Meningkatnya SDM UMKM
yang berjiwa entrepreneur.
6. Meningkatnya kualitas dan
kuantitas pasar tradisional.
7. Meningkatnya
penataannya dan
pemanfaatan pasar
tradisional.
Strategi
b.
c.
d.
e.
f.
g.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
VI - 11
M isi
8.
9.
Tujuan
Sasaran
Mewujudkan
perlindungan
terhadap
kelestarian
alam
Mengurangi dan
mengendalikan
pencemaran
lingkungan
hidup dan
meningkakan
kelestarian
lingkungan
hidup
1.
Menjunjung
tinggi
hak
asasi manusia
dan kebebasan
berpendapat
meningkatkan
kesadaran
masyarakat
akan hak dan
kebebasan
berpendapat.
1.
2.
2.
Strategi
Arah K ebijak an
Meningkatnya pengawasan
dan pengendalian
pencemaran lingkungan
hidup
Meningkatnya kelestarian
lingkungan hidup
1. Meningkatkan
pengawasan dan
pengendalian
pencemaran lingkungan
hidup
2. Meningkatkan
kelestarian lingkungan
hidup
Meningkatnya kebebasan
berpendapat di kalangan
masyarakat
Meningkatnya kesadaran
masyarakat akan prinsipprinsip demokrasi
Meningkatkan kesadaran
masyarakat akan hak dan
kebebasan berpendapat melalui
optimalisasi pembinaan
organisasi massa dan
organisasi karang taruna serta
penanaman nilai-nilai
demokrasi di kalangan
masyarakat.
1. Meningkatkan
kebebasan berpendapat
di kalangan masyarakat
2. Meningkatkan
kesadaran masyarakat
akan prinsip-prinsip
demokrasi
VI - 12
P rogram
1.
BAB VI I
K EBI JAK AN UM UM DAN P R OGRAM P EM BAN GUN AN DAER AH
7.1 K ebijakan Um um
Pelaksanaan Pembangunan di Kabupaten Blora dalam kurun waktu 5 tahun
terbagi menjadi tiga tahapan pembangunan, yaitu tahap penyelarasan (2011), tahap
peningkatan kualitas pelayanan publik (2012-2013), dan tahap perwujudan
masyarakat Blora yang sejahtera.
A. Tahap P enyelarasan (2011)
Tahap ini merupakan tahap penyesuaian program-program yang telah
disusun dengan visi dan misi pembangunan jangka menengah Kabupaten Blora
tahun 2011-2015 serta percepatan peningkatan kualitas sumberdaya manusia.
Kebijakan prioritas pembangunan pada tahap penyelarasan pembangunan adalah
sebagai berikut:
1. Peningkatan pelayanan kesehatan
2. Peningkatan wajib belajar pendidikan dasar
3. Reformasi birokrasi
4. Peningkatan jalan potensial ekonomi
5. Peningkatan potensi ekonomi lokal
B. Tahap P eningkatan K ualitas P elayanan P ublik (2012 2013)
Tahap ini merupakan tahap peningkatan kualitas pelayanan kepada
masyarakat khususnya di bidang pelayanan publik agar terwujud percepatan
kesejahteraan masyarakat Blora. Kebijakan prioritas pembangunan pada tahap
peningkatan kualitas pelayanan publik adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan
2. Peningkatan pendidikan terjangkau sampai tingkat SLTA
3. Pemerataan pembangunan infrastruktur
4. Peningkatan penyediaan tempat distribusi barang dan jasa
5. Peningkatan pengelolaan sumberdaya alam
C. Tahap perw ujudan m asyarakat Blora sejahtera (2014-2015)
Pada tahap ini lebih menekankan pada peningkatan kemampuan
masyarakat Blora dalam upaya memiliki daya saing serta kesiapan pengelolaan
hasil-hasil produksi pertanian dan sumberdaya alam. Kebijakan prioritas
pembangunan pada tahap perwujudan masyarakat Blora sejahtera adalah sebagai
berikut:
1. Penguatan pengelolaan potensi ekonomi lokal
2. Peningkatan ketrampilan dan kewirausahaan
3. Peningkatan kualitas pelayanan publik
7.2 P rogram P em bangunan
7.2.1 P rogram pada Setiap SK P D
a. Program pelayanan administrasi perkantoran
b. Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur
c. Program peningkatan disiplin aparatur
d. Program fasilitas pindah/purna tugas PNS
e. Program peningkatan kapasitas sumber daya aparatur
f. Program peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja dan
keuangan
RPJMD Kabupaten Blora Tahun 2010 2015
VII-1
VII-2
VII-3
VII-4
VII-5
VII-6
6. P erdagangan
a. Program Perlindungan Konsumen dan Pengamanan Perdagangan
b. Program Peningkatan dan Pengembangan Ekspor
c. Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri
d. Program Pembinaan Pedagang Kakilima Dan Asongan
7. P erindustrian
a. Program Peningkatan Kapasitas Iptek Sistem Produksi
b. Program Pengembangan Industri Kecil Dan Menengah
c. Program Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri
d. Program Penataan Struktur Industri
e. Program Pengembangan Sentra-Sentra Industri Potensial
8. Transm igrasi
a. Progam Pengembangan Wilayah Transmigrasi
b. Program Transmigrasi Regional
VII-7
BAB VI I I
I NDI K ASI R EN CANA P R OGRAM P R I OR I TAS
YAN G DI SER TAI K EBUTUHAN P EN DAN AAN
Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Blora Tahun 2011 2015 membutuhkan kerangka
sistematis yang berisi indikasi rencana program prioritas dan kebutuhan dana indikatif
untuk mewujudkan program prioritas tersebut. Oleh kerena itu perlu disusun indikasi
rencana program prioritas dan prakiraan dana yang dibutuhkan untuk mewujudkan
program tersebut selama lima tahun ke depan. Indikasi rencana program prioritas dan
kebutuhan pendanaan diuraikan sebagai berikut:
8.1 I ndikasi R encana P rogram P rioritas
A. P endidikan M urah dan Berm utu sam pai ke Jenjang P endidikan
M enengah
Dengan program dan kegiatan prioritas sebagai berikut:
1. P rogram P AUD
a. Pembangunan gedung sekolah
b. Penyelenggaraan pendidikan anak usia dini
2. P rogram pendidikan Dasar
a. Pemberian Biaya Operasional Sekolah kepada siswa SD dan SMP
b. Pembinaan minat, bakat dan kreativitas siswa
3. P rogram P endidikan M enengah
a. Penyediaan Bantuan Operasional Manajemen Mutu (BOMM)
b. Penyediaan beasiswa bagi keluarga tidak mampu
c. Pembinaan minat bakat dan prestasi siswa tingkat SMA
B. P elayanan K esehatan Dasar
1. P rogram peningkatan keselam atan ibu m elahirkan dan anak
a. Penyuluhan kesehatan bagi Ibu hamil dari keluarga kurang mampu
b. Perawatan secara berkala bagi Ibu hamil bagl keluarga kurang mampu
c. Pertolongan persalinan bagi Ibu dari keluarga kurang mampu.
2. P rogram Upaya K esehatan M asyarakat
a. Pelayanan kesehatan dasar gratis di puskesmas
b. Pelayanan kesehatan rujukan bagi penduduk miskin sampai klas 3 di
badan rumah sakit RS. Dr. Soetijono Blora dan RS. Dr. R. Soeprapto
Cepu.
3. P rogram perbaikan gizi m asyarakat
a. Pemberian tambahan makanan dan vitamin
b. Penanggulangan kurang energi protein (KEP), anemia gizi besi, gangguan
akibat kurang yodium (GAKY), kurang vitamin A dan kekurangan zat gizi
mikro lainnya
c. Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi
4. P rogram pencegahan dan penanggulangan penyakit m enular
a. Penyemprotan/fogging sarang nyamuk
b. Pelayanan pencegahan dan penanggulangan penyakit menular
c. Pencegahan penularan penyakit endemik/epidemik
5. P rogram Standarisasi pelayanan kesehatan
a. Penyusunan standar pelayanan kesehatan
b. Penyusunan standar analisis belanja pelayanan kesehatan
RPJMD Kabupaten Blora Tahun 2010 2015
VIII - 1
VIII - 2
VIII - 3
Tabel 8.1
I ndikasi R encana P rogram yang Disertai K ebutuhan P endanaan K abupaten Blora Tahun 20112015
VIII - 4
BAB I X
P EN ETAP AN I N DI K ATOR K I N ER JA DAER AH
Indikator-indikator yang ditetapkan dalam rangka melakukan evaluasi pelaksanaan
pembangunan Kabupaten Blora dalam kurun waktu tahun 2011-2015 adalah sebagai
berikut:
Tabel 9.1
P enetapan I ndikator K inerja Daerah terhadap Capaian K inerja
P enyelenggaraan Urusan P em erintahan
No
Uraian
Aspek
k esejahteraan
m asyarak at
Fok us
K esejahteraan dan
pem erataan
ek onom i
Pertumbuhan PDRB
ADHK (pertumbuhan
ekonomi) (%)
Laju inflasi (%)
PDRB Perkapita ADHB
(ribu Rp)
Indeks Gini
Indeks Williamson
(Indeks Ketimpangan
Regional) ADHK
Persentase penduduk
dibawah garis
kemiskinan (%)
Indeks Pembangunan
Manusia (IPM)
K ondisi
K inerja
P ada Aw al
P eriode
2009
1
2
3
4
5
6
7
B
1
2
3
4
5
Fok us
K esejahteraan
Sosial
Daya beli masyarakat
(ribu Rp)
Angka melek huruf
(%)
Rata-rata lama
sekolah (tahun)
Angka Harapan Hidup
(tahun)
Angka Partisipasi
Kasar (%)
PAUD (%)
SD/MI (%)
SMP/MTs (%)
SMA/SMK/MA (%)
Angka partisipasi
murni
SD/MI (%)
SMP/MTs (%)
4,97
2011
4,97-5,00 5,05-5,15
K ondisi
K inerja
SK P D
P ada Ak hir
P enanggung
P eriode
Jaw ab
RP JM D
2015
2012
2013
2014
5,16-5,20
5,22-5,32
5,35-5,42
5,45-5,50
Bappeda
2,91
49
49
49
49
49
49
Bappeda
4.691
5.125
5.943
6.531
6.972
7.237
7.785
Bappeda
0,33
0,32
0,30
0,28
0,27
0,26
0,25
Bappeda
0,23
0,22
0,22
0,21
0,20
0,20
0,19
Bappeda
17,50
17,00
16,50
16,00
15,50
15,00
14,50
Bappeda
70,39
70,90
71,32
71,89
72,40
72,90
73,50
Bappeda
700
750
800
850
900
950
1.000
Bappeda
84
85
88
91
94
97
100
DKK
6,2
6,4
6,6
6,8
7,0
7,2
7,4
Dindikpora
71,32
72,00
72,50
73,00
73,50
74,00
74,50
DKK
25,49
104,29
96,06
58,81
33,00
104
96,57
60
41,00
103,67
97
62
49,00
103
97,5
64
57,00
102
98
66
65,00
101
99
68
70,00
100
100
70
Dindikpora
Dindikpora
Dindikpora
Dindikpora
86,83
67,78
88
69
90
75
92
81
94
87
96
91
98
98
Dindikpora
Dindikpora
IX-1
No
7
8
9
10
11
C
1
2
II
A
1
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
Uraian
SMA/SMK/MA (%)
Angka Kematian Ibu
(per 100.000 KH)
Angka Kematian Bayi
(per 1000 KH)
Angka Kematian Balita
(per 1000 KH)
Persentase penduduk
yang memiliki lahan
(%)
Rasio penduduk
(angkatan kerja) yang
bekerja (%)
Fok us Seni budaya
dan Olahraga
Jumlah group
Kesenian
Jumlah group olahraga
Aspek P elayanan
Um um
P elayanan Urusan
W ajib
P endidik an
% anak usia 4-6 tahun
mengikuti program
PAUD dan TK/RA
% TK/RA memiliki
sarana dan prasarana
belajar/bermain
% TK/RA menerapkan
manajemen sekolah
berbasis sekolah
seseuai dengan
manual yang
ditetapkan oleh
menteri
% APM SD/MI
% APM SMP/MTs
% Angka Putus
sekolah SD
% ruang kelas SD/MI
sesuai standar
% SD/MI memiliki
Laboratorium IPA dan
Komputer
% SD/MI memilki
perpustakaan sesuai
standar
% SMP/MTs memiliki
Laboratorium IPA dan
Komputer
% SMP/MTs memilki
perpustakaan sesuai
standar
K ondisi
K inerja
P ada Aw al
P eriode
K ondisi
K inerja
SK P D
P ada Ak hir
P enanggung
P eriode
Jaw ab
RP JM D
2015
2009
2010
2011
2012
2013
2014
38,41
40
44
48
52
56
60
Dindikpora
157,39
147
137
127
107
105
100
DKK
10,6
10,37
10,2
10,1
10,1
9,8
9,5
DKK
11,09
11
10,9
10,8
10,7
10,6
10,5
DKK
25,04
26
30
35
40
45
50
Bappeda
93,53
93,78
94,00
94,25
94,50
94,75
95
Dinakertrans
1.228
1.253
1.278
1.303
1.329
1.356
1.383
DPPKKI
320
340
361
384
408
433
460
DPPKKI
25,49
33
41
49
57
65
70
Dindikpora
37,5
40
42
44
46
48
50
Dindikpora
47,6
50
56
62
68
72
80
Dindikpora
86,83
67,78
88
69
90
75
92
81
94
87
96
91
0,21
0,20
0,17
0,12
0,09
0,04
Dindikpora
52,08
56
58
60
62
64
66
Dindikpora
12
15
18
Dindikpora
45,75
50
52
54
56
58
60
Dindikpora
10
20
30
40
50
70
Dindikpora
86,62
88
90
91
92
93
95
98
98
Dindikpora
Dindikpora
IX-2
Dindikpora
No
l.
m.
n.
o.
p.
q.
r.
s.
t.
u.
v.
w.
x.
y.
z.
aa.
Uraian
% Angka kelulusan
UASBN
% lulusan SD/MI
melanjutkan ke
SMP/MTs
% Angka Putus
Sekolah SMP/MTs
% Angka kelulusan
Ujian nasional SMP/MTs
% lulusan SMP/MTs
melan-jutkan ke
SMA/MA/Kejuruan
%APM SMA/SMK/MA
% angka putus
sekolah
% Kelulusan UN
SMA/MA/SMK
% lulusan SMK
diterima di dunia kerja
sesuai dengan
keahliannya
% penduduk usia 1544 tahun bisa
membaca dan menulis
Jumlah orang buta
aksara dalam
kelompok usia 15-44
tahun
Tersedianya data
dasar keksaraan yang
diperbarui secara
terus menerus
% penduduk usia
sekolah yang belum
sekolah di SD/MI,
SMP/MTs dan
SMA/SMK/MA menjadi
peserta didik program
paket A, B dan C
% tutor program
paket A, B dan C
memiliki kualifikasi
sesuai dengan standar
kompetensi yang
ditetapkan
% pusat kegiatan
belajar masyarakat
memiliki sarana dan
prasarana minimal
sesuai dengan standar
teknis pembelajaran
Tersedianya data
dasar kesetaraan
SD/MI, SMP/MTs dan
SMA/SMK/MA yang
diperbarui secara
terus menerus.
K ondisi
K inerja
P ada Aw al
P eriode
K ondisi
K inerja
SK P D
P ada Ak hir
P enanggung
P eriode
Jaw ab
RP JM D
2015
2009
2010
2011
2012
2013
2014
89,96
92
93
95
96
98
100
Dindikpora
98,07
98,9
98,7
98,09
99,9
99,4
99,7
Dindikpora
0,53
0,45
0,37
0,29
0,21
0,13
0,05
Dindikpora
83,95
85,2
86,55
88,05
89,55
91,05
92,55
Dindikpora
80,49
85
86
87
88
89
90
Dindikpora
38,41
40
42
46
48
50
0,62
0,60
0,51
0,42
0,33
0,24
0,15
Dindikpora
95,2
95,5
95,5
96,1
96,5
97
97,5
Dindikpora
11
14
17
20
Dindikpora
84
85
88
91
94
97
100
Dindikpora
3426
2855
2284
1713
1142
571
Dindikpora
52
Dindikpora
(Target
Konservatif,di
pertahankan)
Dindikpora
47
50
55
60
65
70
100
Dindikpora
45
50
55
60
65
70
75
Dindikpora
75
76
77
78
79
79,5
80
Dindikpora
(Target
Konservatif,di
pertahankan)
Dindikpora
IX-3
No
Uraian
ab.
% penduduk putus
sekolah,
pengangguran dan
dari keluarga pra
sejahtera menjadi
peserta didik dalam
kursuskursus/pelatihan
/kelompok
belajarusaha/magang
% lembaga kursus
memiliki ijin
operasional dari
pemerintah atau
pemerintah daerah
% lembaga kursus
dan lembaga pelatihan
terakreditasi
% lulusan kursus,
pelatihan, magang,
kelompok belajar usaha
dapat memasuki dunia
kerja
% tenaga pendidik,
instruktur atau penguji
praktek
kursus/pelatihan/kelo
mpok belajar
usaha/magang
memiiki kualifikasi
sesuai dengan standar
kompetensi yag
dipersyaratkan
% lembaga
kursus/pelatihan
/kelompok belajar
usaha/magang
memiliki sarana dan
prasarana minimal
sesuai dengan standar
teknis yang ditetapkan
Tersedianya data
dasar
kursus/pelatihan/kelo
mpok belajar
usaha/magang yang
diperbarui secara
terus menerus.
% penduduk difable
menjadi peserta didik
Sekolah LB
% angka kelulusan SLB
% guru SLB memiliki
kualifikasi sesuai
dengan standar
kompetensi yang
ditetapkan
% SLB memiliki
sarana dan prasarana
ac.
ad.
ae.
af.
ag.
ah.
ai.
aj.
ak.
al.
K ondisi
K inerja
P ada Aw al
P eriode
K ondisi
K inerja
SK P D
P ada Ak hir
P enanggung
P eriode
Jaw ab
RP JM D
2015
2009
2010
2011
2012
2013
2014
10
15
20
25
30
Dindikpora
80
83
86
89
92
97
100
Dindikpora
11
13
16
20
Dindikpora
25
28
31
34
38
41
45
Dindikpora
40
45
50
55
60
65
Dindikpora
50
52
54
56
58
60
62
Dindikpora
(Target
Konservatif,di
pertahankan)
Dindikpora
10
11
12
13
14
15
Dindikpora
97
97,5
98
98,5
99
99,5
100
Dindikpora
35
45
52
59
66
73
80
Dindikpora
60
62
63
65
67
70
Dindikpora
IX-4
No
Uraian
K ondisi
K inerja
P ada Aw al
P eriode
2009
am.
an.
ao.
ap.
aq.
ar.
as.
at.
au.
av.
aw.
ax.
ay.
2
a.
b.
c.
minimal sesuai
dengan standar teknis
pembelajaran
Tersedianya data
dasar pendidikan
khusus yang
diperbarui secara
terus menerus.
% guru yang layak
mendidik TK/RA
dengan kualifikasi
sesuai dengan standar
kompetensi yang
ditetapkan secara
nasional
% guru SD yang
sertifikasi
% guru SD/MI layak
mengajar
% guru SMP/MTs
memiliki kualifikasi
sesuai dengan
kompetensi yang
ditetapkan
% guru SMP/MTs
yang bersertifikasi
% guru SMA/SMK/MA
yang bersertifikasi
% Guru SMA/SMK/MA
layak mengajar
% Lembaga PAUD
memiliki tatakelola
dan citra yang baik.
% SD/MI menerapkan
Manajemen Ber-basis
Sekolah (MBS).
% SMP/MTs
menerapkan
Manajemen Ber-basis
Sekolah (MBS).
% SMA/SMK/MA
melaksanakan
Program MBS dengan
Baik.
Penerapan Sistem
Manajemen Mutu
(SMM) ISO 9001-2000
/ sekolah RSBI (unit)
K esehatan
Cakupan kunjungan Ibu
hamil K4
Cakupan komplikasi
kebidanan yang
ditangani (%)
Cakupan pertolongan
persalinan oleh tenaga
kesehatan yang
2011
2012
2013
2014
K ondisi
K inerja
SK P D
P ada Ak hir
P enanggung
P eriode
Jaw ab
RP JM D
2015
(Target
Konservatif,di
pertahankan)
Dindikpora
30,93
32
34
36
38
40
42
Dindikpora
19
20
21
22
23
24
25
Dindikpora
65,70
67
68
69
70
71
72
Dindikpora
90,08
90,5
91
91,5
92
92,5
93
Dindikpora
22
23
24
25
26
27
28
Dindikpora
43
44
45
46
47
48
49
Dindikpora
88,87
90
92
94
96
98
20
25
30
35
40
100
45
Dindikpora
Dindikpora
(Target
Konservatif,di
pertahankan)
Dindikpora
(Target
Konservatif,di
pertahankan)
Dindikpora
(Target
Konservatif,di
pertahankan)
Dindikpora
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
10
11
12
Dindikpora
90
90
93
96
98
100
100
DKK
100
75
80
85
90
95
100
DKK
88,62
91
93
96
98
99
99
DKK
IX-5
No
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
r.
s.
t.
Uraian
memiliki kompetensi
kebidanan (%)
Cakupan pelayanan
nifas (%)
Cakupan neonatus
dengan komplikasi
yang ditangani (%)
Cakupan kunjungan
bayi (%)
Cakupan
Desa/kelurahan
Universal Child
Immunization (UCI)
(%)
Cakupan pelayanan
anak balita (%)
Cakupan pemberian
makanan pendamping
ASI pada anak usia 6 24 bulan keluarga
miskin
Cakupan Balita Gizi
Buruk mendapat
perawatan (%)
Cakupan Penjaringan
kesehatan siswa SD
dan setingkat (%)
Cakupan penemuan
dan penanganan
penderita penyakit
TBC BTA (%)
Cakupan penemuan
dan penanganan
penderita penyakit
DBD (%)
Cakupan pelayanan
kesehatan rujukan
pasien masyarakat
miskin (%)
Cakupan pelayanan
gawat darurat level 1
yg harus diberikan
sarana kesehatan (RS)
di Kab/Kota (%)
Cakupan Desa/
Kelurahan mengalami
KLB yang dilakukan
penyelidikan
epidemiologi < 24
jam (%)
Cakupan Desa Siaga
Aktif (%)
Persentase Rumah
Tangga bersanitasi (%)
Persentase rumah
tangga pengguna air
bersih (%)
Persentase gizi buruk
K ondisi
K inerja
P ada Aw al
P eriode
K ondisi
K inerja
SK P D
P ada Ak hir
P enanggung
P eriode
Jaw ab
RP JM D
2015
2009
2010
2011
2012
2013
2014
92
92
95
97
98
99
100
DKK
100
30
45
60
70
80
90
DKK
98,64
93
94
95
96
97
98
DKK
76,90
80
85
90
95
100
100
DKK
55
65
75
90
95
95
DKK
14,00
28,33
42,66
56,99
71,32
85,65
100
DKK
100
100
100
100
100
100
100
(Target
Konservatif,di
pertahankan)
DKK
80
87
93
95
100
100
DKK
33,14
35
45
50
60
65
70
DKK
100
100
100
100
100
100
100
DKK
100
100
100
100
100
100
100
DKK
100
100
100
100
100
100
100
DKK
100
100
100
100
100
100
100
DKK
4,10
30
40
50
60
70
80
DKK
75
76
77
78
79
80
80
DKK
61
65
69
73
76
81
85
DKK
0,25
0,30
0,25
0,20
0,15
0,10
0,05
DKK
IX-6
No
u.
v.
w.
3
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
4
a.
b.
c.
d.
Uraian
(%)
Angka Kematian Ibu
(per 10.000 KH)
Angka Kematian Bayi
(per 1000 KH)
Angka Kematian Balita
(per 1000 KH)
P ek erjaan Um um
Panjang jalan (km)
Persentase panjang
jalan kondisi baik (%)
Persentase panjang
jalan permukaan
beraspal (%)
Persentase jembatan
kondisi baik (%)
Persentase saluran
drainase/goronggorong kondisi baik
(%)
Persentase panjang
saluran irigasi kondisi
baik (%)
Persentase embung
kondisi baik (%)
Persentase waduk
kondisi baik (%)
P erum ahan Rak yat
Cakupan lingkungan
perumahan
yang
sehat dan aman yang
didukung
dengan
prasarana, sarana dan
utilitas (PSU)
cakupan ketersediaan
rumah layak huni (%)
cakupan layanan
rumah layak huni yang
terjangkau (%)
Jumlah rumah korban
bencana alam yang
terehabilitasi (%)
e.
Jumlah pemakaman
yang terpelihara
dengan baik (unit)
5
a.
P enataan Ruang
Jumlah dokumen
penataan ruang
kecamatan (buah)
b.
Jumlah kasus
pelanggaran tata
ruang (kasus)
K ondisi
K inerja
P ada Aw al
P eriode
K ondisi
K inerja
SK P D
P ada Ak hir
P enanggung
P eriode
Jaw ab
RP JM D
2015
2009
2010
2011
2012
2013
2014
157,39
147
137
127
107
105
100
DKK
10,6
10,37
10,2
10,1
10,1
9,8
9,5
DKK
11,09
11
10,9
10,8
10,7
10,6
10,5
DKK
797,62
797,62
797,62
797,62
797,62
797,62
797,62
DPU
15,70
18,84
22,60
27,12
32,55
39,06
42,96
DPU
45,00
47,25
49,61
52,09
54,70
57,43
60,30
DPU
57,89
60,79
63,83
67,02
70,37
73,89
77,58
DPU
30
33
36,3
39,93
43,92
48,32
53,15
DPU
40
42
44,10
46,31
48,62
51,05
53,60
DPU
50
52,5
55,13
57,88
60,78
63,81
67
DPU
50
52,5
55,13
57,88
60,78
63,81
67
DPU
50
60
70
80
90
100
DPU
62
65
68
71
74
77
80
DPU
49,17
51,34
53,51
55,68
57,85
60
DPU
100
100
100
100
100
100
100
(Target
Konservatif,di
pertahankan)
DPU
28
30
35
40
45
50
DPU
DPU
(Target
Konservatif,di
pertahankan)
DPU
IX-7
No
c.
6
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
7
a.
b.
c.
d.
e.
8
a.
b.
Uraian
Jumlah bangunan
ber-IMB (unit)
P erencanaan
P em bangunan
Jumlah dokumen
perencanaan
pengembangan
wilayah strategis dan
cepat tumbuh (buah)
Jumlah dokumen
perencanaan kota
(buah)
Jumlah dokumen
perencanaan
pembangunan
ekonomi (buah)
Jumlah dokumen
perencanaan
pembangunan sosial
budaya (buah)
Jumlah dokumen
perencanaan
pembangunan daerah
(buah)
Ketersediaan dokumen
perencanaan
prasarana wilayah dan
sumberdaya alam
(buah)
Jumlah Dokumen
Pengendalian Evaluasi
Monitoring
P erhubungan
Jumlah penumpang
semua moda angkutan
umum dalam setahun
(orang)
Persentase sarana dan
prasarana LLAJ dalam
kondisi baik (%)
Persentase kendaraan
wajib uji yang telah
dilakukan uji
kendaraan (%)
Persentase kendaraan
yang layak jalan (%)
Jumlah kasus
kecelakaan lalu lintas
(kasus)
Lingk ungan hidup
Persentase sampah
yang terangkut (%)
Pelayanan pencegahan
pencemaran air (%)
K ondisi
K inerja
P ada Aw al
P eriode
K ondisi
K inerja
SK P D
P ada Ak hir
P enanggung
P eriode
Jaw ab
RP JM D
2015
2009
2010
2011
2012
2013
2014
180
184
188
192
196
200
205
DPU
Bappeda
Bappeda
Bappeda
Bappeda
Bappeda
(Target
Konservatif,di
pertahankan)
Bappeda
Bappeda
2.510.662
DPPKKI
2.376.429
60
63
67
71
74
77
80
DPPKKI
70
90
92
94
96
98
100
DPPKKI
90,98
75
80
85
90
95
100
DPPKKI
152
134
116
98
80
62
44
DPPKKI
5,00
9,17
13,34
17,51
21,68
25,85
30
DPU
100
100
100
100
100
100
100
IX-8
(Target
Konservatif,di
pertahankan)
BLH
No
Uraian
K ondisi
K inerja
P ada Aw al
P eriode
2009
c.
d.
e.
f.
g.
9
a.
b.
c.
10
a.
b.
c.
d.
11
Pelayanan tindak
lanjut pengaduan
masyarakat akibat
adanya dugaan
pencemaran dan/atau
perusakan lingkungan
hidup (%)
Luas lahan kritis (ha)
Pelayanan informasi
status kerusakan
lahan dan/atau tanah
untuk produksi
biomassa (%)
Pelayanan pencegahan
pencemaran udara
dari sumber tidak
bergerak (%)
Persentase luas RTH
(taman dan makam)
terhadap luas wilayah
(%)
P ertanahan
Jumlah permohonan
pensertifikatan tanah
ke Pemkab (ha)
Persentase luas lahan
bersertifikat (%)
Jumlah kasus/konflik
sengketa tanah milik
negara
yang
terselesaikan (%)
K ependuduk an Dan
Catatan Sipil
Jumlah Tempat
Perekaman Data
Kependudukan
Kecamatan yang
terhubung dengan
jaringan SIAK
(kecamatan)
Persentase
Kepemilikan Akta
Kelahiran (%)
Persentase
Kepemilikian KTP bagi
wajib KTP (%)
Persentase
Kepemilikan KK bagi
setiap keluarga di
Kabupaten Blora (%)
2011
2012
2013
2014
K ondisi
K inerja
SK P D
P ada Ak hir
P enanggung
P eriode
Jaw ab
RP JM D
2015
100
100
100
100
100
100
100
(Target
Konservatif,di
pertahankan)
BLH
833,95
668,91
536,53
430,35
345,19
276,87
222,08
Dinhut
100
(Target
Konservatif,di
pertahankan)
Dinhut
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
(Target
Konservatif,di
pertahankan)
BLH
1,95
3,29
4,63
5,97
7,31
8,65
10
BLH
24,3
26
28
30
31
33
DPU
59,28
62,73
66,18
69,63
73,08
76,53
80,00
DPU
100
100
100
100
100
100
100
DPU
16
16
16
16
16
16
16
(Target
Konservatif,di
pertahankan)
Dindukcapil
51,84
60,17
68,50
76,83
85,16
93,49
100
Dindukcapil
46,06
45,21
58,26
62,16
69,26
71,15
85
Dindukcapil
100
(Target
Konservatif,di
pertahankan)
Dindukcapil
100
100
100
100
100
100
P em berdayaan
P erem puan
Dan
P erlindungan Anak
IX-9
No
Uraian
a.
Persentase perempuan
dalam eksekutif (PNS)
(%)
Pesentase perempuan
dalam lembaga
legislatif (%)
Jumlah pusat
pelayanan terpadu
pemberdayaan
perempuan dan anak
(P2TP2A) di tingkat
kecamatan dan
kabupaten (unit)
Jumlah Focal Point
yang terbentuk (unit)
Cakupan perempuan
dan
anak
korban
kekerasan
yang
mendapatkan
penanganan
pengaduan
oleh
petugas terlatih di
dalam unit pelayanan
terpadu (%).
Cakupan perempuan
dan anak korban
kekerasan yang
mendapatkan layanan
kesehatan oleh tenaga
kesehatan terlatih di
Puskesmas mampu
tatalaksana KTP/A dan
PPT/PKT di RS (%)
Cakupan layanan
rehabilitasi social yang
diberikan oleh petugas
rehabilitasi sosial
terlatih bagi
perempuan dan anak
korban kekerasan di
dalam unit pelayanan
terpadu (%).
Cakupan layanan
bimbingan rohani yang
diberikan oleh petugas
bimbingan rohani
terlatih bagi
perempuan dan anak
korban kekerasan di
dalam unit pelayanan
terpadu (%).
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Cakupan penegakan
hukum dari tingkat
penyidikan sampai
dengan putusan
pengadilan atas kasus-
K ondisi
K inerja
P ada Aw al
P eriode
K ondisi
K inerja
SK P D
P ada Ak hir
P enanggung
P eriode
Jaw ab
RP JM D
2015
2009
2010
2011
2012
2013
2014
42,00
43,33
44,66
45,99
47,32
48,65
50
BPMP dan KB
24
24
24
24
24
24
35
BPMP dan KB
12
15
17
BPMP dan KB
46
46
46
46
46
46
BPMP dan KB
100
(Target
Konservatif,di
pertahankan)
BPMP dan KB
100
(Target
Konservatif,di
pertahankan)
BPMP dan KB
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
75
75
75
75
75
75
(Target
Konservatif,di
pertahankan)
BPMP dan KB
50
55
60
65
70
75
BPMP dan KB
50
56
62
68
74
80
BPMP dan KB
IX-10
No
j.
k.
l.
m.
12
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Uraian
kasus kekerasan
terhadap perempuan
dan anak (%).
Cakupan perempuan
dan anak korban
kekerasan yang
mendapatkan layanan
bantuan hukum (%)
Cakupan layanan
pemulangan bagi
perempuan dan anak
korban kekerasan.
(%)
Cakupan layanan
reintegrasi sosial bagi
perempuan dan anak
korban kekerasan.
(%)
Jumlah Kasus
Kekerasan dalam
Rumahtangga (kasus)
K eluarga Berencana
Dan
K eluarga
Sejahtera
Cakupan
Pasangan
Usia
Subur
yang
isterinya dibawah usia
20 tahun (%)
Cakupan
sasaran
Pasangan Usia Subur
menjadi Peserta KB
aktif (%) (SDKI)
Cakupan PUS yang
ingin ber-KB tidak
terpenuhi
(unmetneed) (%)
Cakupan PUS peserta
KB anggota Usaha
Peningkatan
Pendapatan Keluarga
Sejahtera
(UPPKS)
yang ber-KB (%)
Cakupan penyediaan
alat
dan
obat
kontrasepsi
untuk
memenuhi permintaan
masyarakat (%)
Ratio
petugas
Pembantu Pembina KB
Kelurahan/Desa
(PPKBD) (orang/desa)
Ratio
Penyuluh
KB/Petugas Lapangan
KB
Jumlah PIK-KRR aktif
(buah)
Cakupan anggota Bina
Keluarga Balita (BKB)
K ondisi
K inerja
P ada Aw al
P eriode
K ondisi
K inerja
SK P D
P ada Ak hir
P enanggung
P eriode
Jaw ab
RP JM D
2015
2009
2010
2011
2012
2013
2014
30
34
38
42
46
50
BPMP dan KB
30
34
38
42
46
50
BPMP dan KB
60
68
76
84
92
100
BPMP dan KB
BPMP dan KB
50
38,37
26,74
15,11
3,5
BPMP dan KB
77,95
79,36
80,77
82,18
83,59
85
BPMP dan KB
11,95
10,56
9,17
7,78
6,39
3,61
BPMP dan KB
50
59,25
68,5
77,75
87
96,25
BPMP dan KB
30
30
30
30
30
30
BPMP dan KB
(Target
Konservatif,di
pertahankan)
BPMP dan KB
1 per 5
desa
1 per 5
desa
1 per 4
desa
1 per 4
desa
1 per 3
desa
1 per 3
desa
1 per 2 desa
BPMP dan KB
88,89
90,74
92,59
94,44
96,29
98,14
100
BPMP dan KB
50
55
60
65
70
72
BPMP dan KB
IX-11
No
Uraian
K ondisi
K inerja
P ada Aw al
P eriode
2009
j.
k.
l.
13
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
14
ber-KB (%)
Cakupan penyediaan
informasi data mikro
keluarga
di
setiap
Desa/Kelurahan
Remaja yang menjadi
anggota BKR (%)
Lansia yang menjadi
anggota BKL (%)
Sosial
Persentase PMKS yang
memperoleh bantuan
sosial untuk
pemenuhan
kebutuhan dasar (%)
Persentase PMKS yang
menerima program
pemberdayaan sosial
melalui Kelompok
Usaha Ekonomi
Bersama (KUBE) atau
kelompok sosial
ekonomi sejenisnya (%)
Persentase panti sosial
yang menyediakan
sarana dan prasarana
pelayanan
kesejahteraan sosial
(%)
Persentase wahana
kesejahteraan sosial
yang menyediakan
sarana dan prasarana
pelayanan
kesejahteraan sosial
(%)
Persentase korban
bencana yang
menerima bantuan
sosial selama masa
tanggap darurat (%)
Persentase korban
bencana yang
dievakuasi
menggunakan sarana
prasarana tanggap
darurat (%)
Persentase
penyandang cacat
mental fisik dan
mental serta lanjut
usia tidak potensial
yang telah menerima
bantuan sosial (%)
2011
2012
2013
2014
K ondisi
K inerja
SK P D
P ada Ak hir
P enanggung
P eriode
Jaw ab
RP JM D
2015
100
100
100
100
100
100
100
(Target
Konservatif,di
pertahankan)
BPMP dan KB
72
72
75
80
80
85
90
BPMP dan KB
57
57
60
65
70
80
90
BPMP dan KB
50
50
56
62
68
74
80
Dinakertrans
50
56
62
68
74
80
Dinakertrans
50
50
56
62
68
74
80
Dinakertrans
10
20
30
40
50
60
Dinakertrans
50
80
80
80
80
80
80
Dinakertrans
80
80
80
80
80
80
Dinakertrans
30
32
34
36
38
40
Dinakertrans
K etenagak erjaan
IX-12
No
Uraian
a.
Persentase peserta
pelatihan keterampilan
bagi pencari kerja
yang diterima kerja
(%)
Rasio penduduk
(angkatan kerja) yang
bekerja (%)
Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (%)
Tingkat Pengangguran
Terbuka (%)
Persentase
penempatan tenaga
kerja dibandingkan
penawaran tenaga
kerja (%)
Persentase kasus
perselisihan tenaga
kerja yang
terselesaikan (%)
Jumlah tenaga kerja
yang memperoleh
jaminan sosial tenaga
kerja (jamsostek) (%)
Rasio UMK terhadap
KHL (%)
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
15
a.
b.
c.
d.
16
a.
b.
c.
d.
P enanam an M odal
Nilai Realisasi investasi
PMA (US $)
Nilai realisasi investasi
PMDN (milyar rupiah)
Persentase realisasi
investasi PMDN dari
perijinan investasi
yang disetujui (%)
Rata-rata waktu
penyelesaian 1 jenis
K ondisi
K inerja
P ada Aw al
P eriode
K ondisi
K inerja
SK P D
P ada Ak hir
P enanggung
P eriode
Jaw ab
RP JM D
2015
2009
2010
2011
2012
2013
2014
50
80
84
88
92
96
100
Dinakertrans
93,53
93,78
94
94,25
94,50
94,75
95
Dinakertrans
82,2
83,5
84,8
86,1
87,4
88,7
90
Dinakertrans
6,47
6,14
5,81
5,48
5,15
4,82
4,5
Dinakertrans
20,36
25,3
30,24
35,18
40,12
45,06
50
Dinakertrans
100
100
100
100
100
100
100
(Target
Konservatif,di
pertahankan)
Dinakertrans
10
10
15
20
25
30
35
Dinakertrans
95
97,10
98,35
100
100
100
100
Dinakertrans
5.858
6.323
6.825
7.367
7.952
8.583
9.265
Dinperindagko
p & UMKM
11,86
15,49
19,12
22,75
26,38
11,86
30
Dinperindagko
p & UMKM
8,23
11,86
15,49
19,12
22,75
26,38
30
Dinperindagko
p & UMKM
80,31
83,59
86,87
90,15
93,43
96,71
100
Dinperindagko
p & UMKM
3.200.000
BPMPP
1.600.000
49,96
58,29
66,62
74,95
83,28
91,61
99,92
BPMPP
80
84
88
92
96
100
BPMPP
12 Jam
10 Jam
8 Jam
6 Jam
5 Jam
4 Jam
3 Jam
BPMPP
IX-13
No
Uraian
K ondisi
K inerja
P ada Aw al
P eriode
K ondisi
K inerja
SK P D
P ada Ak hir
P enanggung
P eriode
Jaw ab
RP JM D
2015
2009
2010
2011
2012
2013
2014
DPPKKI
1.228
1.244
1.260
1.277
1.293
1.310
1.327
DPPKKI
50
50
60
70
80
90
100
DPPKKI
DPPKKI
67
72
77
82
88
94
100
DPPKKI
33,70
36,1
38,6
41,3
44,2
47,3
50,6
DPPKKI
47
54
62
71
82
95
109
DPPKKI
57
62,7
69,0
75,9
83,5
91,8
101,0
DPPKKI
72,29
75,24
78,19
81,14
84,09
87,04
90
Kantor
Kesbangpol
307
269
231
194
156
118
80
Kantor
Kesbangpol
8.422
8.594
8.769
8.948
9.131
9.317
9.507
Satpol PP
218
230
243
256
270
285
301
Satpol PP
perijinan
17
a.
b.
c.
d.
18
a.
b.
c.
d.
19
a.
b.
c.
d.
20
K ebudayaan
Jumlah
pengiriman
pementasan
seni
daerah di luar daerah
(kali)
Jumlah kelompok seni
daerah (kelompok)
Persentase
Benda
Purbakala
dan
peninggalan
sejarah
yang ditandai sebagai
benda cagar budaya
(%)
Jumlah mitra dalam
pengelolaan kekayaan
budaya (%)
K epem udaan
Dan
Olah Raga
Jumlah pemuda
berprestasi (orang)
Persentase organisasi
kepemudaan
yang
telah dibina (%)
Jumlah
Kelompok
Pemuda
Produktif
(KUPP) (kelompok)
Jumlah atlet yang
memperoleh
medali
pada PORDA Jawa
Tengah (orang)
K esatuan
Bangsa
Dan P olitik Dalam
N egeri
Tingkat partisipasi
pemilih dalam pemilu
(%)
Jumlah kasus tindak
kriminalitas (kasus)
Jumlah Linmas
(orang)
Jumlah relawan
bencana kabupaten
(orang)
Otonom i
Daerah,
P em erintahan
Um um ,
Adm inistrasi
K euangan Daerah,
P erangk at Daerah,
K epegaw aian Dan
P ersandian
IX-14
No
Uraian
a.
Persentase
pelaksanaan fungsi
DPRD.
- fungsi legislasi:
- fungsi pengawasan
- fungsi penganggaran
K ondisi
K inerja
P ada Aw al
P eriode
2009
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
2011
2012
2013
2014
K ondisi
K inerja
SK P D
P ada Ak hir
P enanggung
P eriode
Jaw ab
RP JM D
2015
100
100
100
100
100
100
100
15
17
17
18
19
21
100
100
100
100
100
100
100
Maret
Maret
Pebruari
Pebruari
Januari
Januari
Desember
DPPKAD
Wajar
dengan
pengecu
alian
Wajar
dengan
pengecu
alian
Wajar
dengan
pengecu
alian
Wajar
tanpa
pengecu
alian
Wajar
tanpa
pengecuali
an
DPPKAD
Wajar
dengan
pengecuali
an
Wajar
dengan
pengecu
alian
70
80
80
80
80
90
Inspektorat
10
BPMPP
Bappeda
70
75
80
85
90
95
100
BKD
65
75
80
85
90
95
100
BKD
K etahanan P angan
Jumlah desa rawan
pangan (desa)
25
20
16
12
b.
85
86,66
88,32
89,98
91,64
93,30
95
c.
Tingkat Konsumsi
protein hewani
(gram/kapita/hari)
Tingkat konsumsi
energi (kkal/kap/hari)
58,9
59,92
60,94
61,96
62,98
64,00
65,00
2.397
2.414
2.431
2.448
2.465
2.482
2.500
22
Sekretariat
DPRD
(Target
Konservatif,di
pertahankan)
Sekretariat
Daerah
80
21
a.
d.
(Target
Konservatif,di
pertahankan)
Sekretariat
DPRD
P em berdayaan
M asyarak at
Dan
IX-15
Kantor
Ketahanan
Pangan
Kantor
Ketahanan
Pangan
Kantor
Ketahanan
Pangan
Kantor
Ketahanan
Pangan
No
a.
b.
c.
d.
e.
23
a.
b.
24
a.
b.
c.
25
a.
b.
c.
d.
Uraian
Desa
Jumlah kelembagaan
masyarakat/organisasi
masyarakat pedesaan
yang dibina (unit)
Jumlah
desa/kelurahan yang
telah terjangkau
program PNPM
mandiri (desa/kel)
Rata-rata persentase
tingkat partisipasi
masyarakat dalam
pembangunan desa
(stimulan) (%)
Persentase PKK aktif
(%)
Persentase Posyandu
Aktif (%)
Statistik
Jumlah dokumen
statistik dasar sesuai
dengan kebutuhan
perencanaan
pembangunan (buah)
Persentase SKPD yang
memiliki buku
profil/statistik SKPD
(%)
K earsipan
Persentase arsip yang
terolah dengan baik
(%)
Persentase SKPD yang
telah menerapkan
pengelolaan arsip
secara baku (%)
Persentase arsip
(tekstual dan non
tekstual) yang
tersimpan dengan
baik.
K om unik asi
Dan
I nform atik a
Jumlah
lembaga
komunikasi
masyarakat
(radio)
yang aktif.
Jumlah
warung
internet (unit)
Jumlah SKPD yang
memiliki
SDM
berkeahlian teknologi
informasi.
Jumlah SKPD yang
telah memiliki jaringan
K ondisi
K inerja
P ada Aw al
P eriode
K ondisi
K inerja
SK P D
P ada Ak hir
P enanggung
P eriode
Jaw ab
RP JM D
2015
2009
2010
2011
2012
2013
2014
197
214
230
247
264
280
295
BPMP dan KB
250
267
283
300
317
333
295
BPMP dan KB
25
30
35
40
45
50
BPMP dan KB
93,44
94,53
95,62
96,71
97,8
98,89
100
BPMP dan KB
96,76
97,3
97,84
98,38
98,92
99,46
100
BPMP dan KB
Bappeda
50
60
70
80
90
100
Bappeda
10
20
30
40
50
60
Kantor Perpus
dan Arsip
10
20
40
60
80
100
Kantor Perpus
dan Arsip
10
20
30
40
50
60
70
Kantor Perpus
dan Arsip
12
12
13
13
14
14
15
DPPKKI
115
129
143
158
172
186
200
DPPKKI
15
18
22
25
28
DPPKKI
15
18
22
25
28
DPPKKI
IX-16
No
Uraian
e.
internet
Jumlah website/blog
resmi SKPD yang aktif.
26
a.
b.
c.
B
1
a.
b.
c.
d.
e.
P erpustak aan
Jumlah perpustakaan
(unit)
Jumlah pengunjung
perpustakaan daerah
(pengunjung)
Jumlah buku koleksi
perpustakaan daerah
P elayanan Urusan
K ew enangan
P ilihan
P ertanian
Nilai Tukar Petani
Produksi
pertanian
tanaman
pangan
utama
- Padi
- Jagung
Produksi
pertanian
tanaman hortikultura
utama
- Mangga
- Cabe merah
Populasi
produksi
komoditas perkebunan
utama
- Kelapa
- Tebu rakyat
Populasi
produksi
komoditas peternakan
utama
- Sapi potong
- Kambing
f.
Penyuluh Pertanian
2
a.
K ehutanan
Jumlah produksi hasil
hutan kayu
b.
c.
d.
e.
f.
K ondisi
K inerja
P ada Aw al
P eriode
K ondisi
K inerja
SK P D
P ada Ak hir
P enanggung
P eriode
Jaw ab
RP JM D
2015
2009
2010
2011
2012
2013
2014
15
18
22
25
28
DPPKKI
261
261
268
276
284
290
298
Kantor Perpus
dan Arsip
127.232
139.255
152.415
166.818
182.583
199.837
218.721
Kantor Perpus
dan Arsip
20.286
21.275
22.275
23.275
24.275
25.275
26.275
Kantor Perpus
dan Arsip
99,62
100
100,5
101
101,5
102
103
Bappeda
374.798
382.294
389.294
397.286
404.782
412.278
419.774
Dinpertanbun
akikan
329.536
337.774
346.013
354.013
362.490
370.728
378.966
Dinpertanbun
akikan
223.940
228.419
232.987
237.647
242.400
247.248
252.193
Dinpertanbun
akikan
22.121
22.563
23.015
23.475
23944
24.423
24.912
Dinpertanbun
akikan
5.523
5.633
5.746
5.861
5.978
6.098
6.220
Dinpertanbun
akikan
2.628
2.759
2.897
3.042
3.194
3.354
3.522
Dinpertanbun
akikan
217.995
220.174
222.376
224.600
226.846
229.114
231.406
Dinpertanbun
akikan
96.981
97.950
98.930
99.919
100.918
101.928
102.918
152
150
179
208
237
266
295
84.760
84.930
85.100
85.270
85.440
85.611
85.782
Dinhut
2.906
2.913
2.919
2.924
2.930
2.936
2.942
Dinhut
16.625
16.708
16.792
16.876
16.960
17.045
17.130
Dinhut
13,54
15,45
17,36
19,27
21,18
23,09
25
Dinhut
6,32
5,27
4,22
3,17
2,12
1,07
Dinhut
134
114
97
82
70
60
51
Dinhut
IX-17
Dinpertanbun
akikan
Dinpertanbun
akikan
No
Uraian
K ondisi
K inerja
P ada Aw al
P eriode
2009
2011
2012
2013
2014
K ondisi
K inerja
SK P D
P ada Ak hir
P enanggung
P eriode
Jaw ab
RP JM D
2015
kejahatan bidang
kehutanan (pencurian
kayu, pembalakan liar,
dsb)
3
a.
b.
c.
d.
4
a.
b.
c.
d.
5
a.
b.
6
a.
b.
c.
d.
100
100
100
100
100
100
100
(Target
Konservatif,di
pertahankan)
Dinas ESDM
282
255
242
230
218
207
197
Dinas ESDM
70,77
71
73
75
77
79
80
Dinas ESDM
11
12
14
16
18
20
22
Dinas ESDM
73.242
75.439
77.702
80.034
82.435
84.908
87.455
DPPKKI
DPPKKI
120
125
130
135
140
145
150
DPPKKI
56.000
59.000
62.000
65.000
68.000
71.000
75.000
DPPKKI
DPPKKI
276.777
292.664
309.463
327.226
346.009
365.870
386.871
Dinpertanbun
akikan
1,4
3,2
3,4
3,5
3,7
4,1
Dinpertanbun
akikan
3.505.198
4.697.301
10
11
12
13
80
100
120
140
160
180
200
IX-18
(Target
Konservatif,di
pertahankan)
Dinperindag &
UMKM
Dinperindag &
UMKM
Dinperindag &
UMKM
Dinperindag &
UMKM
No
7
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
8
a.
b.
c.
IV
1
a.
b.
2
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Uraian
K ondisi
K inerja
P ada Aw al
P eriode
K ondisi
K inerja
SK P D
P ada Ak hir
P enanggung
P eriode
Jaw ab
RP JM D
2015
2009
2010
2011
2012
2013
2014
P erindustrian
Nilai produksi industri
302.424.41 306.658.3 310.951.5 315.304.8 319.719.1 324.195.2
328.733.969
besar/sedang (ribu
8
60
77
99
68
36
rupiah)
Nilai produksi industri 127.478.50 141.603.1 157.292.7 174.720.7 194.079.8 215.583.8
239.470.583
kecil (ribu rupiah)
0
18
43
79
42
88
Nilai produksi indusri
328.857.55 344.412.5 360.703.2 377.764.4 395.632.7 414.346.1
rumahtangga (ribu
433.944.754
3
15
27
90
50
79
rupiah)
Persentase
industri
yang
telah
menggunakan
38
43,33
48,66
53,99
59,32
64,65
70
teknologi
dalam
proses produksi (%)
Persentase
industri
10
50
55
60
65
70
75
yang telah memiliki
ijin usaha (%)
Jumlah cluster industri
yang
telah
5
5
6
6
7
7
8
berkembang (buah)
Jumlah sentra industri
21
22
22
23
23
24
24
yang
telah
berkembang (buah)
Transm igrasi
Jumlah MoU antar
daerah kerjasama
transmigrasi (buah)
Jumlah transmigran
yang diberangkatkan ke
lokasi transmigrasi (KK)
Jumlah calon
transmigran (KK)
Aspek daya saing
daerah
Fok us K em am puan
Ek onom i Daerah
Pengeluaran konsumsi
non pangan perkapita
(rupiah)
Nilai tukar petani
Dinperindag &
UMKM
Dinperindag &
UMKM
Dinperindag &
UMKM
Dinperindag &
UMKM
Dinperindag &
UMKM
Dinperindag &
UMKM
Dinperindag &
UMKM
Dinakertrans
30
20
43
50
57
63
70
Disnakertrans
40
50
60
70
80
90
100
Disnakertrans
460.010
464.610
469.256
473.948
478.688
483.475
488.309
Bappeda
99,62
100
100,5
101
101,5
102
103
Bappeda
0,003
0,003
0,003
0,003
0,003
0,003
DPU
3.184.642
DPPKKI
182.058,8
Bappeda
40,83
40,83
40,83
40,83
40,83
40,83
Bappeda
Bappeda
2,66
2,66
2,66
2,66
2,66
2,66
Bappeda
0,42
0,42
0,42
0,42
0,42
0,42
Bappeda
IX-19
No
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
3
a.
b.
c.
d.
4
a.
Uraian
K ondisi
K inerja
P ada Aw al
P eriode
K ondisi
K inerja
SK P D
P ada Ak hir
P enanggung
P eriode
Jaw ab
RP JM D
2015
2009
2010
2011
2012
2013
2014
29
29
30
31
32
33
34
35
37
38
40
42
43
45
DPPKKI
29
30
31
32
33
34
35
DPPKKI
61,59
62
64
66
68
70
72
DKK
55
58
61
64
67
70
73
Dinas ESDM
10
11
12
13
14
Dinas ESDM
70,77
71
73
75
77
79
80
Dinas ESDM
10.256
11.256
12.256
13.256
14.256
15.256
16.256
DPPKKI
307
292
256
219
184
148
112
Kantor
Kesbangpol
Kantor
Kesbangpol
12 Jam
10 Jam
8 Jam
6 Jam
5 Jam
4 Jam
3 Jam
BPMPP
BPMPP
42,02
42,71
43,4
44,09
44,78
45,47
46,16
Dindukcapil
Bappeda
IX-20
Bagian
Perekonomian
Setda
Bagian
Perekonomian
Setda
Tabel 8.1
Indikasi Rencana Program yang Disertai Kebutuhan Pendanaan Kabupaten Blora Tahun 2011-2015
Program
prioritas
Kondisi
Indikato Kinerja
r Kinerja Awal
Program RPJMD
(2009)
2010
Target
2011
Juta Rp
Target
2012
Juta Rp
Target
2013
Juta Rp
Target
2014
Juta
Rp
Target
Juta Rp
Target
SKPD
Penanggung
jawab
Juta Rp
A. Pendidikan
Bermutu dn
terjangkau
sampai ke
Jenjang
Pendidikan
Menengah
Urusan
Pendidikan
% TK/RA
memiliki
sarana dan
a.Program PAUD
prasarana
belajar/
bermain
60
37,5
40
42
1200
44
1400
46
1400
48
1500
50
3000
Pembangunan
gedung sekolah
400
600
1.000
1000
1000
1000
Penyelenggaraan
pendidikan anak
usia dini
100
600
400
400
500
2000
b. Program
% APM
Pendidikan Dasar SD/MI
a. Pemberian Biaya
Operasional Sekolah
kepada siswa SD
dan SMP
86,83
88
90
13.000
13.300
13.000
92
14.673
14.373
94
16.027
15.627
96
17.000
16.000
98
21.100
Dindikpora
Dindikpora
20.100
VIII 4
Program
prioritas
Kondisi
Indikato Kinerja
r Kinerja Awal
Program RPJMD
(2009)
Pembinaan minat,
bakat dan
kreativitas siswa
c. Program
Pendidikan
Menengah
2011
Juta Rp
Target
200
%APM
SMA/SMK/MA
38,41
40
2012
Juta Rp
Target
300
42
6.769
2013
Juta Rp
Target
300
46
7.166
2014
Juta
Rp
Target
400
48
11.900
Juta Rp
Target
1000
50
19.137
SKPD
Penanggung
jawab
Juta Rp
1000
52
35.900
Penyediaan
bantuan operasional
manajemen
mutu
(BOMM)
3.000
3.500
3.500
6.000
9.500
15.000
Penyediaan
beasiswa bagi
keluarga tidak
mampu
3.000
2.969
3.366
5.500
9.000
20.000
Pembinaan minat
bakat dan prestasi
siswa tingkat SMA
300
300
300
400
637
900
Jumlah Prioritas
Urusan
Pendidikan
19.900
21.269
23.239
29.327
37.637
60.000
Dindikpora
B.Pelayanan
Kesehatan Dasar
Gratis
Urusan
Kesehatan
VIII 5
Program
prioritas
a) Program
peningkatan
keselamatan ibu
melahirkan dan
anak
Kondisi
Indikato Kinerja
r Kinerja Awal
Program RPJMD
(2009)
Angka
Kematian Ibu
(per 10.000
KH)
157,39
2011
Juta Rp
147
2012
2013
2014
Target
Juta Rp
Target
Juta Rp
Target
Juta
Rp
Target
Juta Rp
Target
Juta Rp
137
1100
127
1100
107
1100
105
800
100
800
1)Penyuluhan
kesehatan bagi Ibu
hamil dari keluarga
kurang mampu
500
300
300
300
250
250
2)Perawatan secara
berkala bagi Ibu
hamil bagl keluarga
kurang mampu
500
300
300
300
250
250
3) Pertolongan
persalinan bagi Ibu
dari keluarga
kurang mampu.
500
500
500
500
300
300
Cakupan
pelayanan
b) Program
kesehatan
Upaya Kesehatan rujukan
Masyarakat
pasien
masyarakat
miskin (%)
100
100
100
12.568
100
12.666
100
11.900
100
14.545
100
14.545
SKPD
Penanggung
jawab
Dinas
Kesehatan
Dinas
Kesehatan dan
RSUD Blora
dan RSUD Cepu
VIII 6
Program
prioritas
Kondisi
Indikato Kinerja
r Kinerja Awal
Program RPJMD
(2009)
Cakupan
pelayanan
kesehatan
rujukan
pasien
masyarakat
miskin (%)
100
2011
Juta Rp
100
Target
2012
Juta Rp
100
Target
2013
Juta Rp
100
Target
2014
Juta
Rp
100
Target
Juta Rp
100
Target
Juta Rp
100
1) Pelayanan
kesehatan dasar
gratis di puskesmas
6.000
6.513
7.000
6.900
7.500
7.500
2) Pelayanan
kesehatan rujukan
bagi penduduk
miskin sampai klas 3
di badan rumah
sakit Blora dan
Cepu (jamkesda)
3.500
6.055
5.666
5.000
7.045
7.045
c) Program
Perbaikan Gizi
Masyarakat
1) Pemberian
tambahan makanan
dan vitamin
Persentase
gizi buruk
(%)
0,25
0,3
0,25
50
350
50
0,2
400
100
0,15
370
100
0,1
SKPD
Penanggung
jawab
303
100
0,05
303
Dinas
Kesehatan
100
VIII 7
Program
prioritas
Kondisi
Indikato Kinerja
r Kinerja Awal
Program RPJMD
(2009)
2011
Juta Rp
Target
2012
Juta Rp
Target
2013
Juta Rp
Target
2014
Juta
Rp
Target
Juta Rp
Target
Juta Rp
2) Penanggulangan
kurang energi
protein (KEP),
anemia gizi besi,
gangguan akibat
kurang yodium
(GAKY), kurang
vitamin A dan
kekurangan zat gizi
mikro lainnya
200
200
200
200
133
133
3) Pemberdayaan
masyarakat untuk
pencapaian
keluarga sadar gizi
100
100
100
70
70
70
Cakupan
penemuan
dan
penanganan
penderita
penyakit DBD
(%)
100
100
100
Cakupan
penemuan
dan
penanganan
penderita
penyakit TBC
BTA (%)
33,14
35
45
500
100
500
100
440
100
400
100
SKPD
Penanggung
jawab
400
Dinas
Kesehatan
d) Program
Pencegahan dan
Penanggulangan
Penyakit Menular
50
60
65
70
VIII 8
Program
prioritas
Kondisi
Indikato Kinerja
r Kinerja Awal
Program RPJMD
(2009)
2011
Juta Rp
Target
2012
Juta Rp
Target
2013
Juta Rp
Target
2014
Juta
Rp
Target
Juta Rp
Target
Juta Rp
1)Penyemprotan/
fogging sarang
nyamuk
290
290
290
250
250
250
2) Pelayanan
pencegahan dan
penanggulangan
penyakit menular
120
120
120
100
80
80
3) Pencegahan
penularan penyakit
endemik/epidemik
90
90
90
90
70
70
e) Program
Standarisasi
pelayanan
kesehatan
Standar
pelayanan
kesehatan
(%)
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
1) Penyusunan
standar pelayanan
kesehatan
50
50
50
50
50
50
2) Penyusunan
standar analisis
belanja pelayanan
kesehatan
50
50
50
50
50
50
SKPD
Penanggung
jawab
Dinas
Kesehatan
VIII 9
Program
prioritas
Kondisi
Indikato Kinerja
r Kinerja Awal
Program RPJMD
(2009)
f) Program
Pengadaan,
Peningkatan dan
Jumlah
Perbaikan Sarana
puskesmas
dan Prasarana
rawat inap
Puskesmas/Pusk
esmas Pembantu
dan Jaringannya
2011
Juta Rp
2012
2013
2014
Target
Juta Rp
Target
Juta Rp
Target
Juta
Rp
Target
Juta Rp
Target
Juta Rp
856
1000
1000
1) Peningkatan
puskesmas menjadi
puskesmas rawat
inap
856
1.000
1.000
Jumlah Prioritas
Urusan
Kesehatan
11.950
14.618
14.766
14.766
17.148
17.148
SKPD
Penanggung
jawab
C. Perbaikan dan
pembangunan
infrastruktur
sampai ke
Pedesaan
Urusan Pekerjaan
Umum
1) Program
Pembangunan
Jalan dan
Jembatan
Panjang Jalan
(Km)
797,62
DPU
VIII 10
Program
prioritas
Kondisi
Indikato Kinerja
r Kinerja Awal
Program RPJMD
(2009)
2011
Juta Rp
Target
2012
Juta Rp
Target
26.459
2013
Juta Rp
Target
26.459
2014
Juta
Rp
Target
26.459
Juta Rp
Target
25.000
Juta Rp
15.231
Panjang Jalan
a)Pembangunan
yang akan
jalan dan Jembatan
dibangun
34 Km/Th
34 km/Th
17.380
50 Km/Th
24.000
50 km/Th
24.000
50 km/th
24.000
50 Km/Th
23.000
50 Km/Th
14.231
Pembanguna
b) Pembangunan
n Jalan yang
Jalan Poros Desa
akan
(jalan Lingkungan)
dibangun
15 km/Th
15 Km/Th
8.018
7,5 Km/Th
2.459
7,5 Km/th
2.459
7,5 km/th
2.459
7,5 km/th
2.000
7,5 km/th
1.000
30
33
36,3
3.000
39,93
3.000
43,92
3.000
48,32
3.000
53,15
1.000
2) Program
Pembangunan
Saluran
Drainase/Gorong
-gorong
Persentase
saluran
drainase/goro
ng-gorong
kondisi baik
(%)
a) Pembangunan
saluran
drainase/goronggorong
3) Program
Pembangunan
dan Pengelolaan
Jaringan Irigasi,
Rawa dan
Jaringan
Pengairan
Lainnya
2.000
Persentase
panjang
saluran irigasi
kondisi baik
(%)
40
42
3.000
44,1
5.500
3.000
46,31
5.500
3.000
48,62
3.500
3.000
51,05
2.000
SKPD
Penanggung
jawab
DPU
1.000
53,6
1.100
DPU
VIII 11
Program
prioritas
Kondisi
Indikato Kinerja
r Kinerja Awal
Program RPJMD
(2009)
Persentase
embung
kondisi baik
(%)
50
2011
Juta Rp
52,5
Target
2012
Juta Rp
55,13
Target
2013
Juta Rp
57,88
Target
2014
Juta
Rp
60,78
Target
Juta Rp
63,81
Target
Juta Rp
67
a) Pembangunan
jaringan irigasi
2.000
1.500
1.500
1.500
1.000
500
b) Pembangunan
Embung
3.000
4.000
4.000
2.000
1.000
600
4) Program
pembangunan
infrastruktur
perdesaaan
Persentase
Rumahtangga
(KK) yang
menggunaka
n air bersih
(%)
61,59
62
64
12.905
66
12.904
11.369
70
8.546
72
6.500
a) Pembangunan
jalan dan jembatan
perdesaan
1.000
11.405
11.404
10.369
7.746
6.000
b) Pembangunan
sarana dan
prasarana air bersih
perdesaaan
500
1500
1500
1000
800
500
33.898
47.864
47.863
44.328
38.546
23.831
Jumlah Prioritas
Urusan PU
SKPD
Penanggung
jawab
DPU
D.Peningkatan
Produktivitas
Pertanian dan
Perluasan
jangkauan
pemasaran
VIII 12
Program
prioritas
Kondisi
Indikato Kinerja
r Kinerja Awal
Program RPJMD
(2009)
2011
Juta Rp
2012
2013
2014
Target
Juta Rp
Target
Juta Rp
Target
Juta
Rp
Target
Juta Rp
Target
Juta Rp
3350
397.286
3350
404.782
3350
412.278
3350
419.774
3350
SKPD
Penanggung
jawab
Urusan Pertanian
Produksi
pertanian
tanaman
pangan
utama
374.798
382.294
389.294
329.536
337.774
346.013
718
782
200
846
200
910
200
974
200
1038
200
1088
200
b) Penyediaan
sarana produksi
pertanian
(paket/Th)
3.000
2.900
2.900
2.900
2.900
2.900
c) Pengembangan
bibit unggul
pertanian (paket)
250
250
250
250
250
250
1) Program
peningkatan
produksi
pertanian
- Padi
- Jagung
a) Penyuluhan
peningkatan
produksi pertanian
(kelompok tani)
2) Peningkatan
Produksi Hasil
Peternakan
Populasi
produksi
komoditas
peternakan
utama
217.995
220.174
222.376
96.981
97.950
98.930
354.013
1800
224.600
362.490
1800
226.846
370.728
1800
229.114
378.966
1800
231.406
1800
Dinas
Pertanian,
Perkebunan,
Peternakan
dan Perikanan
- Sapi potong
- Kambing
99.919
100.918
101.928
102.918
VIII 13
Program
prioritas
Kondisi
Indikato Kinerja
r Kinerja Awal
Program RPJMD
(2009)
a) Pembangunan
3 unit
sarana dan
kandang dan
Prasarana
peralatan
Pembibitan Ternak
3 unit
kandang dan
peralatan
2011
2012
2013
Juta Rp
Target
Juta Rp
Target
Juta Rp
1.000
800
800
2014
Juta
Rp
Target
Juta Rp
Target
Juta Rp
800
3 unit
kandang dan
peralatan
800
800
Target
b) Pembibitan dan
Perawatan Ternak
Pengadaan
30 ekor sapi
bibit
500
Pengadaan 30 ekor
sapi bibit
500
Pengadaan 30 ekor
sapi bibit
500
Pengadaan 30 ekor
sapi bibit
500
Pengadaan
30 ekor sapi
bibit
500
Pengadaan 30 ekor
sapi bibit
500
c) Pengembangan
Agribisnis
Peternakan
5 paket
demplot
ternak
200
5 paket demplot
ternak
200
5 paket demplot
ternak
200
5 paket demplot
ternak
200
5 paket
demplot
ternak
200
5 paket demplot
ternak
200
d) Pengolahan gizi
dan pakan ternak
1 unit pabrik
pakan ternak
mini dan 1
paket
pengembang
an
600
300
300
300
1 unit pabrik
pakan ternak
mini dan 1
paket
pengembang
an
300
300
3) Program
Peningkatan
Kesejahteraan
Petani
Nilai Tukar
Petani
99,62
100
100,5
101
101,5
102
SKPD
Penanggung
jawab
103
VIII 14
Program
prioritas
Kondisi
Indikato Kinerja
r Kinerja Awal
Program RPJMD
(2009)
a) Penyuluhan dan
pendampingan
Gapoktan
petani dan pelaku
agrobisnis
4) Program
Peningkatan
Pemasaran Hasil
Produksi
Pertanian/
Perkebunan
a) Penyuluhan
distribusi
pemasaran atas
hasil produksi
pertanian/perkebun
an masyarakat
Jumlah Prioritas
Urusan Pertanian
Rata-rata
jangkauan
pasar
komoditas
unggulan
pasar
2011
2012
2013
2014
Target
Juta Rp
Target
Juta Rp
Target
Juta Rp
Target
Juta
Rp
Target
Juta Rp
Target
Juta Rp
57
97
100
134
100
175
100
214
100
259
100
295
100
Lokal
Lokal
14
14
Kabupaten sekitar
100
5.350
16
Kabupaten sekitar
100
5.350
17
Kabupaten
sekitar
Kabupaten sekitar
100
5.350
18
100
5.350
19
SKPD
Penanggung
jawab
Kabupaten sekitar
100
5.350
20
100
5.350
E. Penciptaan
iklim investasi
dan lapangan
kerja yang luas
bagi masyarakat
blora
Urusan
Penanaman
Modal
VIII 15
Program
prioritas
1) Program
Peningkatan
Promosi dan
Kerjasama
Investasi
Kondisi
Indikato Kinerja
r Kinerja Awal
Program RPJMD
(2009)
Nilai Realisasi
investasi PMA
(US $)
1.600.000
Juta Rp
1.866.677
Target
2012
Juta Rp
2.133.354
Target
2013
Juta Rp
2.400.031
Target
2014
Juta
Rp
2.666.708
Target
Juta Rp
2.933.385
Target
SKPD
Penanggung
jawab
Juta Rp
3.200.000
BPMPP
Nilai realisasi
investasi
PMDN (milyar
rupiah)
49,96
58,29
a) Peningkatan
promosi dan
kerjasama investasi
2) Program
Peningkatan
Iklim Investasi
dan Realisasi
Investasi
2011
66,62
200
Rata-rata
waktu
penyelesaian
1 jenis
perijinan
1 hari
1 hari
74,95
200
1 hari
83,28
200
1 hari
91,61
200
hari
99,92
200
hari
200
hari
BPMPP
a) Pengembangan
sistem informasi
penanaman modal
100
100
100
100
100
100
b) Penyederhanaan
prosedur perijinan
dan peningkatan
pelayanan
penanaman modal
100
100
100
100
100
100
Jumlah prioritas
urusan
penanaman
modal
400
400
400
400
400
400
F. Peningkatan
perekonomian
lokal
VIII 16
Program
prioritas
Kondisi
Indikato Kinerja
r Kinerja Awal
Program RPJMD
(2009)
2011
Juta Rp
Target
2012
Juta Rp
Target
2013
Juta Rp
Target
2014
Juta
Rp
Target
Juta Rp
Target
SKPD
Penanggung
jawab
Juta Rp
Urusan Koperasi
dan UMKM
1) Program
Pengembangan Jumlah Usaha
Sistem
Mikro, Kecil
Pendukung Usaha dan
Bagi Usaha Mikro Menengah
Kecil Menengah
6.323
Jumlah
Usaha Mikro,
Kecil dan
Menengah
120
120
100
150
100
150
100
175
100
175
100
200
100
b) Penyelenggaraan
pembinaan industri
rumah tangga,
industri kecil dan
industri menengah
UKM / IKM
200
200
350
250
350
250
350
275
350
275
350
300
350
c) Penyelenggaraan
promosi produk
usaha mikro, kecil,
dan menengah
UMKM
15
20
50
25
50
25
50
30
50
30
50
35
50
a) Pengembangan
klaster bisnis
Jumlah prioritas
urusan koperasi
dan UKM
6.825
500
7.367
500
7.952
500
8.583
Dinperindagkop
dan UMKM
5.858
500
9.265
500
500
Urusan
Perindustrian
VIII 17
Program
prioritas
Kondisi
Indikato Kinerja
r Kinerja Awal
Program RPJMD
(2009)
Nilai produksi
industri
302.424.418
besar/sedang
(ribu rupiah)
1) Program
Pengembangan Nilai produksi
Industri Kecil dan industri kecil 127.478.500
(ribu rupiah)
Menengah
Nilai produksi
indusri
328.857.553
rumahtangga
(ribu rupiah)
2011
Juta Rp
Target
2012
Juta Rp
Target
2013
Juta Rp
Target
2014
Juta
Rp
Target
Juta Rp
Target
306.658.360
310.951.577
315.304.899
319.719.168
324.195.236
328.733.969
141.603.118
157.292.743
174.720.779
194.079.842
215.583.888
239.470.583
344.412.515
360.703.227
377.764.490
395.632.750
414.346.179
433.944.754
Juta Rp
Dinperindagkop
dan UMKM
a) Fasilitasi bagi
industri kecil dan
menengah terhadap
pemanfaatan
sumber daya
IKM
150
150
100
155
100
160
100
170
100
170
100
175
100
b) Pembinaan
industri kecil dan
menengah dalam
memperkuat
jaringan klaster
industri
IKM
200
250
200
275
200
280
200
290
200
290
200
300
200
Jumlah
2) Program
cluster
Penataan
industri yang
Struktur Industri telah
berkembang.
a) Penyediaan
sarana maupun
prasarana klaster
industri
13
15
Jml / Jenis
alat
200
17
200
17
200
20
200
20
Dinperindagkop
dan UMKM
200
25
SKPD
Penanggung
jawab
200
VIII 18
Program
prioritas
Kondisi
Indikato Kinerja
r Kinerja Awal
Program RPJMD
(2009)
Jumlah prioritas
urusan
perindustrian
2011
Juta Rp
Target
500
2012
Juta Rp
Target
500
2013
Juta Rp
Target
500
2014
Juta
Rp
Target
500
Juta Rp
Target
500
SKPD
Penanggung
jawab
Juta Rp
500
Urusan
Perdagangan
1) Program
Peningkatan
Efisiensi
Perdagangan
Dalam Negeri
Jumlah pasar
kondisi baik
a) Pengembangan
pasar dan dan
distribusi
barang/produk
Sarana UKM /
Pasar Desa
100
25
100
25
100
30
100
35
100
40
100
13
13
500
13
500
13
500
13
500
13
500
13
500
b) Rehabilitasi/
Sarana Pasar
pemeliharaan pasar
Daerah
daerah
Jumlah prioritas
urusan
perdagangan
600
10
600
11
600
12
600
Dinperindagkop
dan UMKM
13
600
600
G. Perwujudan
Reformasi
birokrasi
VIII 19
Program
prioritas
Kondisi
Indikato Kinerja
r Kinerja Awal
Program RPJMD
(2009)
2011
Juta Rp
Target
2012
Juta Rp
Target
2013
Juta Rp
Target
2014
Juta
Rp
Target
Juta Rp
Target
SKPD
Penanggung
jawab
Juta Rp
Urusan
Pemerintahan
Umum, Otonomi
Daerah,
Kepegawaian dan
Persandian
1) Program
Peningkatan
Sistem
Pengawasan
Status audit
Internal dan
keuangan
Pengendalian
daerah
Pelaksanaan
Kebijakan Kepala
Daerah
Wajar
Wajar dengan
dengan
pengecualian
pengecualian
Wajar dengan
pengecualian
Wajar dengan
pengecualian
Wajar dengan
pengecualian
Wajar tanpa
pengecualian
Wajar tanpa
pengecualian
Inspektorat
a) Pelaksanaan
pengawasan
internal secara
berkala
OBRIK
151
142
1.000
141
625
141
625
625
141
625
141
625
b) Tindak lanjut
hasil temuan
pengawasan
OBRIK
40
40
57
40
175
40
175
175
40
175
40
175
2) Program
Peningkatan dan
Pengembangan
Pengelolaan
Keuangan Daerah
Pendapatan
Asli Daerah
(milyar
Rupiah)
49,7
50
a) Intensifikasi dan
ekstensifikasi
sumber-sumber
pendapatan daerah
50,4
200
55
200
60,5
200
67
200
70
200
DPPKAD
200
VIII 20
Program
prioritas
a) Intensifikasi dan
ekstensifikasi
sumber-sumber
pendapatan daerah
Kondisi
Indikato Kinerja
r Kinerja Awal
Program RPJMD
(2009)
Persentase
keberhasilan
peningkatan
3) Program
kapasitas
Peningkatan
aparatur
Kapasitas Sumber
terhadap
Daya Aparatur
peningkatan
kinerja PNS
(%)
75
a) Pendidikan dan
pelatihan fungsional
bagi PNS Daerah
75
Jumlah prioritas
Urusan
pemerintahan
umum, otonomi
daerah,
kepegawaian dan
persandian
2011
Juta Rp
200
Target
2012
Juta Rp
200
80
100
80
1100
Target
2013
Juta Rp
200
85
100
85
Target
2014
Juta
Rp
200
90
100
90
Target
Juta Rp
200
95
100
95
Target
Juta Rp
200
100
100
100
SKPD
Penanggung
jawab
BKD
100
1.100
1100
1100
1100
1100
1100
1100
1100
1100
1100
Urusan
Kependudukan dan
Pencatatan Sipil
1) Program
Penataan
Administrasi
Kependudukan
Persentase
Kepemilikan
Akta
Kelahiran
51,84
60,17
68,5
76,83
85,16
93,49
100
Dindukcapil
VIII 21
Program
prioritas
1) Program
Penataan
Administrasi
Kependudukan
Kondisi
Indikato Kinerja
r Kinerja Awal
Program RPJMD
(2009)
Persentase
Kepemilikian
KTP bagi
wajib KTP
46,06
2011
Juta Rp
45,21
Target
2012
Juta Rp
58,26
Target
2013
Juta Rp
62,16
Target
2014
Juta
Rp
69,26
Target
Juta Rp
Target
SKPD
Penanggung
jawab
Juta Rp
Dindukcapil
71,15
85
Peningkatan
pelayanan publik
dalam bidang
kependudukan
1000
1000
1000
1000
1000
1000
Jumlah prioritas
Urusan
Kependudukan
dan Pencatatan
Sipil
1000
1000
1000
1000
1000
1000
H. Perlindungan
terhadap
kelestarian alam
Urusan
Lingkungan
Hidup
1) Program
Pengendalian
Pencemaran dan
Perusakan
Lingkungan
Hidup
Pelayanan
pencegahan
pencemaran
air (%)
100
100
100
100
100
100
100
BLH
a) Pemantauan
kualitas lingkungan
100
100
100
100
100
100
b) Peningkatan
pengelolaan
lingkungan
pertambangan
100
100
100
100
100
100
VIII 22
Program
prioritas
Kondisi
Indikato Kinerja
r Kinerja Awal
Program RPJMD
(2009)
Jumlah prioritas
Urusan
Lingkungan
Hidup
2011
Juta Rp
Target
200
2012
Juta Rp
Target
200
2013
Juta Rp
Target
200
2014
Juta
Rp
Target
200
Juta Rp
Target
200
SKPD
Penanggung
jawab
Juta Rp
200
Urusan
Kehutanan
Program
Rehabilitasi
Hutan dan Lahan
Dinas
Kehutanan
Rehabilitasi lahan
kritis
500
Jumlah Prioritas
Urusan
Kehutanan
500
500
500
500
500
500
500
500
500
500
500
I. Perwujudan
menjunjung
tinggi hak asasi
manusia dan
kebebasan
berpendapat
Urusan Kesatuan
Bangsa dan
Politik Dalam
Negeri
1) Program
Pendidikan
Politik
Masyarakat
Tingkat
partisipasi
pemilih dalam
pemilu (%)
72,29
75,24
78,19
81,14
84,09
87,04
90
Kantor
Kesbangpol
VIII 23
Program
prioritas
Kondisi
Indikato Kinerja
r Kinerja Awal
Program RPJMD
(2009)
2011
Juta Rp
Target
2012
Juta Rp
Target
2013
Juta Rp
Target
2014
Juta
Rp
Target
Juta Rp
Target
Juta Rp
a) Penyuluhan
Kepada Masyarakat
100
100
100
100
100
100
50
50
50
50
50
50
Jumlah prioritas
Urusan Kesatuan
Bangsa dan
Politik Dalam
Negeri
150
150
150
150
150
150
Jumlah Total
Belanja Program
Prioritas
76.048
94.051
96.168
98.721
103.631
111.279
SKPD
Penanggung
jawab
VIII 24
BAB X
K AI DAH P ELAK SANAAN DAN P EDOM AN TR ANSI SI
X-1
BUPATI BLORA,
Cap. ttd.
DJOK O N UGR OHO
X-2